• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2: Gambaran Umum Wilayah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 2: Gambaran Umum Wilayah"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 2: Gambaran Umum Wilayah

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik

Kondisi Geografis :

Secara geografis Kabupaten Bangli merupakan satu-satunya wilayah kabupaten di Provinsi Bali yang tidak memiliki pantai dengan dengan luas 52.081 Ha atau 9,24% dari luas wilayah Provinsi Bali (563.666 Ha) yang terletak pada koordinat 08º3'40” - 08º50'48” LS (lintang selatan) dan 114º25'53” - 115º42'40” BT (Bujur Timur) dan di batasi oleh lima Kabupaten lainnya di Bali dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Wilayah Kab. Buleleng

 Sebelah Timur : Wilayah Kab. Karangasem dan Kab. Klungkung  Sebelah Selatan : Wilayah Kab. Gianyar

 Sebelah Barat : Wilayah Kab. Gianyar, Kabupaten Badung dan Kab. Buleleng Kondisi Fisik :

Kondisi iklim Kabupaten Bangli memiliki iklim tropis, suhu udara relatif rendah berkisar antara 150 - 300C, semakin ke utara suhu semakin dingin. Angka curah hujan rata-rata tahunan terendah adalah 900 mm dan tertinggi 3.500 mm. Penyebaran curah hujan relatif tinggi (2.500 - 3.500 mm) meliputi bagian utara (lereng Gunung Batur) dan semakin rendah ke arah selatan wilayah. Curah hujan tertinggi terjadi bulan Desember – Maret dan terendah pada bulan agustus.

Topografi wilayah Kabupaten Bangli berada pada ketinggian antara 100 – 2.152 meter dpl, dengan puncak tertinggi adalah Puncak Penulisan. Secara umum rentang ketinggian wilayah Kecamatan Susut (225 – 950 m dpl), Kecamatan Bangli (200 – 1.175 m dpl), Kecamatan Tembuku (300 – 891 m dpl) dan Kecamatan Kintamani (100 – 2.152 m dpl). Kelerengan wilayah bervariasi antar wilayah kecamatan dan secara umum berada pada kondisi dataran sampai landai (0-15%) seluas 12,11% dari luas wilayah, bergelombang (15-30%) seluas 21,7% dari luas wilayah, curam (30-40%) seluas 18,18% dari luas wilayah dan sangat curam (>(30-40%) seluas 48,01% luas wilayah. Kondisi datar relatif hanya terdapat pada kawasan di kaki Gunung Batur, landai dan bergelombang pada wilayah Kecamatan Susut, Bangli dan Tembuku sedangkan bergelombang dan curam serta sangat curam pada wilayah Kecamatan Kintamani.

Hidrologi wilayah terdiri dari air permukaan dan air tanah. Air permukaan terdiri dari Danau Batur dan beberapa sungai yang melintasi wilayah Kabupaten Bangli. Jumlah potensi mata air di Kabupaten Bangli tersebar di 88 buah titik di 42 desa dengan debit total 1.534,30 ltr/dt. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah umumnya pendek dan jenis alirannya bersifat ephemeral, yang sebagian besar terletak di sebelah Utara, sedangkan yang mengalir ke bagian Selatan lebih panjang, aliran sungainya kebanyakan bersifat perenmial. Sistem wilayah sungai merupakan bagian dari pengelolaan Wilayah Sungai Bali-Penida (WS Strategis Nasional) pada sebagian Sub WS 03.01.01,

(2)

Sub WS 03.01.12, Sub WS 03.01.13, Sub WS 03.01.18, dan Sub WS 03.01.19 yang terdiri atas 1 (satu) buah danau dan 14 Daerah Aliran Sungai (DAS) 20 lintas wilayah, meliputi :

Tabel 2.1. Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Bangli

No Nama DAS Luas (Ha)

Debit

(M3/Detik) Volume (M3)

1 Danau Batur 1.667 N/A 815,58 juta M3

2 sebagian DAS Bubuh 3.934,3 N/A

3 sebagian DAS Melangit 4.247,7 N/A

4 sebagian DAS Sangsang 6.602,5 N/A

5 sebagian DAS Ayung 9.507,6 N/A

6 sebagian DAS Yehalang 1.298,9 N/A

7 sebagian DAS Anyar 997,8 N/A

8 sebagian DAS Batas 86,8 N/A

9 sebagian DAS Silagading Tiga 517,2 N/A

10 sebagian DAS Puseh 221,5 N/A

11 sebagian DAS Jinah 1.314,9 N/A

12 sebagian DAS Luah 604,6 N/A

13 sebagian DAS Bungbung 10.782,9 N/A

14 sebagian DAS Pengasangan 62,7 N/A

15 sebagian DAS Deling 408 N/A

(3)
(4)

Berdasarkan Peta 2.1, dapat dijelaskan bahwa :

Danau Batur dengan luas 1.667 Ha, kedalaman 70 meter, volume 815,58 juta/m3, panjang garis pantai (shoreline) 21,4 km dengan daerah tangkapan seluas 10.535 Ha. Sungai yang ada di Kabupaten Bangli berjumlah 14 buah yang merupakan hulu-hulu sungai utama yang bermuara di bagian Selatan Pulau Bali. Berdasarkan peta pengendalian pengambilan air tanah dan perlindungan daerah resapan (Dep. ESDM), wilayah Kabupaten Bangli dari bagian utara Kota Bangli ke arah utara semuanya merupakan Daerah Resapan Air yang mengisi Cekungan Air Tanah (CAT) wilayah Kabupaten/Kota Sarbagita termasuk wilayah Kabupaten Bangli bagian selatan.

Administratif :

Secara administrasi Kabupaten Bangli, terbagi menjadi 4 wilayah kecamatan dan 72 desa/kelurahan yaitu : Kecamatan Susut (9 Desa), Kecamatan Bangli (4 Kelurahan dan 5 Desa), Kecamatan Tembuku (6 Desa) dan Kecamatan Kintamani (48 Desa). Luas wilayah Kabupaten Bangli adalah 52.081 Ha atau 9,24% dari luas wilayah Provinsi Bali (563.666 Ha). Ibukota Kabupaten Bangli adalah Kawasan Perkotaan Bangli, meliputi Kelurahan Kubu, Kelurahan Cempaga, Kelurahan Kawan dan Kelurahan Bebalang. Data administrasi wilayah, jumlah desa dan luas wilayah dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah kelurahan/desa

No Nama Desa/Kel Luas (Ha) %

Kecamatan Susut 4,930 9.47 1 Apuan 437 0.84 2 Abuan 418 0.80 3 Demulih 463 0.89 4 Susut 483 0.93 5 Selat 292 0.56 6 Sulahan (+ Pengiangan) 1,262 2.43 7 Pengiangan - 8 Tiga 1,090 2.09 9 Penglumbaran 484 0.93 Kecamatan Bangli 5,626 10.80 10 Bunutin 474 0.91 11 Tamanbali 657 1.26 12 Bebalang 379 0.73 13 Kawan 562 1.01 14 Cempaga 589 1.13 15 Kubu 442 0.85 16 Kayubihi 946 1.82 17 Pengootan (+Landih) 1,613 3.10 18 Landih -- Kecamatan Tembuku 4,832 9.28 19 Jehem 900 1.73 20 Tembuku 600 1.15 21 Yangapi 1,432 2.75 22 Undisan 300 0.58 23 Bangbang 400 0.77 24 Peninjoan 1,200 2.30 Kecamatan Kintamani 36,692 70.45 25 Mengani 427 0.82 26 Binyan 148 0.28 27 Ulian 353 0.68 28 Bunutin 258 0.50

No Nama Desa/Kel Luas (Ha) %

35 Banua 245 0.47 36 Abuan 362 0.63 37 Bonyoh 433 0.83 38 Sekaan 253 0.49 39 Bayung Gede 1,024 1.97 40 Sekardadi 840 1.61 41 Kedisan 1,175 2.26 42 Buahan 1,423 2.73 43 Suter 1,256 2.41 44 Abang Batu Dingding 708 1.36 45 Abang Songan 1,433 2.75 46 Terunyan 1963 3.77 47 Songan B 1188 2.28 48 Soangan A 1701 3.27 49 Batur Selatan 1386 2.66 50 Batur Tengah 474 0.91 51 Batur Utara 336 0.65 52 Kintamani 1513 2.91 53 Serai 538 1.03 54 Manikliyu 503 0.97 55 Awan 534 1.03 56 Belantih 906 1.74 57 Gunung Bau 195 0.37 58 Belanga 282 0.54 59 BatuKaang 192 0.37 60 Catur 756 1.45 61 Pengejaran 411 0.79 62 Selulung 1163 2.23 63 Satra 591 1.13 64 Dausa 628 1.21 65 Daup 269 0.52 66 Bantang 980 1.88

(5)

29 Langgahan 371 0.71 30 Lembean 330 0.63 31 Bayung Cerik 401 0.77 32 Mangguh 213 0.41 33 Belancan 973 1.87 34 Katung 280 0.54

KABUPATEN BANGLI (HA)

67 Kutuh 411 0.79 68 Sukawana 3361 6.45 69 Subaya 404 0.78 70 Siakin 884 1.70 71 Pinggan 1653 3.17 72 Belandingan 600 1.15 52,081 Sumber : Dokumen RTRW Kabupaten Bangli Tahun 2011-2031

Berdasarkan tabel 2.2 tersebut dapat dilihat bahwa luas wilayah Kecamatan Kintamani adalah 70,45% dari luas wilayah Kabupaten Bangli dan bahkan merupakan kecamatan terluas di Provinsi Bali (6,51% dari luas wilayah Provinsi Bali).

(6)
(7)

Berdasarkan Peta 2.3, dapat dijelaskan bahwa :

Cakupan wilayah kajian Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman di Kabupaten Bangli dalam Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kota (SSK) meliputi 4 kecamatan yaitu Kecamatan Bangli, Kecamatan Kintamani, Kecamatan Susut dan Kecamatan Tembuku.

2.2 Demografi

Berdasarkan Hasil Regestrasi penduduk, oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli tahun 2011 jumlah penduduk di kabupaten bangli tercatat 216.017 jiwa, Jumlah penduduk tahun ini naik 0,13 persen dari sebelumnya 215.792 jiwa. Dengan luas wilayah 520,81 km2, kepadatan penduduk kabupaten bangli pada tahun 2011 mencapai 415 jiwa/km2. Diantara kecamatan di Kabupaten Bangli, Kecamatan Kintamani merupakan daerah yang berpenduduk terbesar dengan jumlah penduduk mencapai 92.531 jiwa atau 42,85 persen dari seluruh penduduk Kabupaten Bangli. Berdasarkan analisis data kependudukan, diperoleh jumlah penduduk per tahun yang terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan 0.374% per tahun. Sedangkan data jumlah dan Kepadatan penduduk lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Bangli tahun 2007-2011

Kecamatan Luas Wilayah Jumlah RT Jumlah

Penduduk Kepadatan Tingkat Pertumbuhan Km2 1 2 2 4 5 6 Susut 49.31 10,616 431,031 873 1.17 Bangli 56.26 11,216 45,415 807 0.38 Tembuku 48.32 7,820 35,040 725 0.07 Kintamani 366.92 21,260 92,531 252 0.09 Jumlah/Total : 2011 520.81 50,912 216,017 415 0.13 2010 520.81 50,840 215,792 414 0.44 2009 520.81 50,830 214,785 412 0.46 2008 520.81 50,714 213,808 411 0.41 2007 520.81 50,691 212,926 409 0.43

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli

Proyeksi penduduk per kecamatan di Kabupaten Bangli Tahun 2011-2018 menggunakan Metoda Rata-Rata Aritmatik dengan Rumus yang digunakan :

Pn = Po + r (dn)

(8)

Po = jumlah penduduk pada awal proyeksi r = rata-rata pertumbuhan penduduk tiap tahun. dn = kurun waktu proyeksi

berdasarkan rata-rata laju laju pertumbuhan penduduk lima tahun terakhir (Tahun 2006 - 2011) di Kabupaten Bangli, diperoleh Proyeksi jumlah penduduk untuk tahun 2011-2018, sesuai dengan tabel 2.4

(9)

Table 2.4 Proyeksi Penduduk Kabupaten Bangli

Berdasarkan analisis laju pertumbuhan penduduk tahun 2011 sampai 2018, diketahui bahwa angka rata-rata laju pertumbuhan penduduk untuk wilayah Kabupaten Bangli adalah 0.5% per tahun. Proyeksi penduduk didasarkan pada data jumlah penduduk tahun 2011 sebagai data awal proyeksi perencanaan. Pada tahun akhir perencanaan yaitu tahun 2018 proyeksi penduduk mencapai 223.715 jiwa.

2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah

APBD Kabupaten Bangli dari tahun 2009 sampai 2013 rata-rata mengalami pertumbuhan sebesar 12. 9 % yaitu dari Rp. 427.166.295.250,50 pada tahun 2009 menjadi Rp. 688,479,409,143.72 pada tahun 2013. Dari tabel 2.6 terlihat bahwa belanja modal sanitasi Kabupaten Bangli dari tahun 2009 sampai 2013 rata-rata mengalami pertumbuhan sebesar 10.02 %, dimana belanja modal sanitasi tahun 2009 sebesar Rp 9,133,17,.045.00 menjadi Rp. 13,183,854,040.00 pada tahun 2013. Data realisasi belanja modal sanitasi dari tahun 2009 sampai 2013 untuk tiap SKPD juga disajikan pada tabel 2.6 dimana untuk belanja modal sanitasi mengalami kenaikan kecuali pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli yang mengalami penurunan rata-rata sebesar 0.36 %.

Sejalan dengan peningkatan APBD Kab. Bangli yang mencapai rata-rata 12.9 % per tahun berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi daerah dimana PDRB menurut harga konstan Kabupaten Bangli pada tahun 2009 sebesar 1,040,363,420,000.00 dan tahun 2013 di proyeksikan sebesar 1,285,347.250,000.00 atau rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 5,43%. Sedangkan untuk PDRB per kapita mengalami peningkatan sebesar 4,41% per tahun yaitu dari Rp. 4,871,436.28 pada tahun 2009 dan diproyeksikan menjadi Rp. 5,787,412.38 pada tahun 2013

(10)

Tabel 2.5. Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Bangli Tahun 2009 – 2013 TAHUN Rata-2 No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 Pertumb uhan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) A PENDAPATAN

1.1. Pendapatan Asli Daerah 16.301.547.341,74 16.252.951.099,10 22.963.226.126,21 40.751.049.551,70 42.000.000.000,00 30,38

1.1.1

. Pajak Daerah 2.579.287.396,20 2.978.311.612,70 3.811.440.233,00 6.107.124.593,00 7.101.021.300,00 29,99

1.1.2

. Retribusi Daerah 7.108.908.019,40 7.738.564.041,87 12.652.616.052,84 10.101.008.545,00 12.623.598.000,00 19,29

1.1.3

. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1.659.901.748,81 1.947.555.537,25 2.425.425.290,54 2.563.279.399,78 2.500.000.000,00 11,27

yang dipisahkan

1.1.4

. Lain-lain PAD yang syah 4.953.450.177,33 3.588.519.907,28 4.073.744.549,83 21.979.637.013,92 19.775.380.700,00 103,87

1.2. Dana Perimbangan 342.429.088.999,00 345.929.608.431,00 372.360.434.599,00 459.413.968.609,00 511.399.437.847,72 10,84

1.2.1

. Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 20.817.614.999,00 23.796.832.431,00 21.634.023.599,00 24.211.805.609,00 18.883.193.847,72 (1,22)

1.2.2

. Dana Alokasi Umum 276.000.474.000,00 292.695.476.000,00 321.381.411.000,00 396.942.913.000,00 450.812.694.000,00 13,23

1.2.3

. Dana Alokasi Khusus 45.611.000.000,00 29.437.300.000,00 29.345.000.000,00 38.259.250.000,00 41.703.550.000,00 0,90

1.3.

Lain-lain Pendapatan Daerah

yg.syah 50.366.762.844,10 113.395.967.280,79 148.073.635.465,12 122.553.246.914,26 99.798.043.590,83 29,98 1.3.1 . Hibah 6.629.700.000,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1.3.2 . Dana Darurat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1.3.3 .

Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi

dan 43.737.062.844,10 44.863.057.386,79 51.507.846.265,12 72.005.747.214,26 56.790.912.590,83 9,01

Pemerintah Daerah lainnya

(11)

. Khusus 1.3.5

. Bantuan Keuangan dari Propinsi atau 0,00 4.783.605.000,00 11.257.543.700,00 3.717.175.000,00 34,18

Pemerintah Daerah lainnya

Jumlah Pendapatan Daerah 409.097.399.184,84 475.578.526.810,89 543.397.296.190,33 622.718.265.074,96 653.197.481.438,55 12,50

B BELANJA

2.1. Belanja Tidak Langsung 287.644.626.649,50 334.731.059.162,96 366.225.962.712,01 395.736.955.723,96 509.620.090.177,66 15,65

2.1.1 . Belanja Pegawai 227.589.665.938,50 275.042.470.793,00 305.727.750.189,00 345.288.249.856,97 411.795.654.395,20 16,05 2.1.2 . Belanja Bunga 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2.1.3 . Belanja Subsidi 165.000.000,00 165.000.000,00 165.000.000,00 1.415.000.000,00 1.165.000.000,00 184,98 2.1.4 . Belanja Hibah 5.357.557.800,00 15.064.012.732,00 7.022.750.974,00 6.479.550.000,00 20.350.419.000,00 83,53 2.1.5

. Belanja Bantuan Sosial 32.795.096.979,00 17.846.273.000,00 15.517.355.000,00 0,00 5.036.450.000,00 (39,66)

2.1.6

. Belanja Bagi Hasil kepada Propinsi/ 1.573.292.500,00 1.787.335.000,00 1.972.461.930,00 11,98

Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa

2.1.7

. Belanja Bantuan Keuangan kepada 21.737.305.932,00 25.615.927.377,96 35.104.500.549,01 40.555.934.116,99 68.300.104.852,46 34,71

Propinsi/Kabupaten dan Pem. Desa

2.1.8

. Belanja Tidak Terduga 0,00 997.375.260,00 1.115.313.500,00 210.886.750,00 1.000.000.000,00 101,64

2.2. Belanja Langsung 139.521.668.601,00 135.968.853.454,00 208.679.570.653,91 196.495.419.386,00 178.859.318.966,06 9,03

2.2.1

. Belanja Pegawai 19.833.258.500,00 15.306.645.250,00 18.789.137.900,00 19.555.793.850,00 21.339.244.800,00 6,60

2.2.2

. Belanja Barang dan Jasa 71.425.167.129,00 52.053.621.735,00 75.202.509.208,00 94.598.698.414,00 102.237.916.776,06 12,80

2.2.3

. Belanja Modal 48.263.242.972,00 68.608.586.469,00 114.687.923.545,91 82.340.927.122,00 55.282.157.390,00 12,06

(12)

SURPLUS/DEFISIT (18.068.896.065,66) 4.878.614.193,93 (31.508.237.175,59) 30.485.889.965,00 (35.281.927.705,17) (321,33) C PEMBIAYAAN 3.1. Penerimaan Pembiayaan 3.1.1 .

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran

Tahun 57.132.117.547,35 47.582.803.059,69 58.468.825.286,09 24.780.383.971,37 35.281.927.705,17 (2,27)

Anggaran sebelumnya (SiLPA)

3.1.2

. Pencairan dana cadangan - -

3.1.3 .

Hasil penjualan kekayaan daerah

yang - -

dipisahkan

3.1.4

. Penerimaan pinjaman daerah - -

3.1.5 .

Penerimaan kembali pemberian

pinjaman 484.260.334,00 - 0,00

3.1.6

. Penerimaan piutang daerah 8.519.581.578,00 6.807.408.032,47

Jumlah penerimaan pembiayaan 65.651.699.125,35 54.390.211.092,16 58.953.085.620,09 24.780.383.971,37 35.281.927.705,17 (5,88)

3.2. Pengeluaran Pembiayaan

3.2.1

. Pembentukan dana cadangan

3.2.2

. Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 0,00 800.000.000,00 2.576.000.000,00 500.000.000,00 0,00 0,00

3.2.3

. Pembayaran pokok utang 88.464.473,00 633.363.000,00

3.2.4

. Pemberian pinjaman daerah

Jumlah Pengeluaram Pembiayaan 0,00 800.000.000,00 2.664.464.473,00 1.133.363.000,00 0,00 0,00

Pembiayaan neto 65.651.699.125,35 53.590.211.092,16 56.288.621.147,09 23.647.020.971,37 35.281.927.705,17 (5,70)

(13)

Tabel 2.6. Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Bangli Tahun 2009 - 2013 TAHUN Rata-2 No. SKPD 2009 2010 2011 2012 2013 Pertumbuhan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) 1 PU-CK 7.427.700.672,00 7.559.621.125,00 8.412.080.571,00 9.835.852.000,00 11.067.375.000,00 10,62 1.a. Investasi 5.975.700.545,00 6.032.000.125,00 6.688.953.850,00 7.834.567.000,00 8.563.442.000,00 9,57 1.b. Operasi/Pemeliharaan (OM) 1.452.000.127,00 1.527.621.000,00 1.723.126.721,00 2.001.285.000,00 2.503.933.000,00 14,82 2 B L H 939.624.550,00 919.312.913,00 939.624.550,00 1.017.249.735,00 1.097.009.800,00 4,04 2.a. Investasi 724.182.500,00 720.987.235,00 724.182.500,00 758.935.235,00 789.452.940,00 2,21 2.b. Operasi/Pemeliharaan (OM) 215.442.050,00 198.325.678,00 215.442.050,00 258.314.500,00 307.556.860,00 9,91 3 B P M D 983.990.175,00 885.857.860,00 983.990.175,00 2.000.635.000,00 3.982.289.600,00 50,87 3.a. Investasi 9.350.000,00 10.857.685,00 9.350.000,00 750.510.000,00 892.615.600,00 1.987,00 3.b. Operasi/Pemeliharaan (OM) 974.640.175,00 875.000.175,00 974.640.175,00 1.250.125.000,00 3.089.674.000,00 44,14 4 Dinkes 3.441.911.354,00 3.032.691.429,00 3.441.911.354,00 2.809.111.600,00 2.737.802.620,00 (4,83) 4.a. Investasi 2.396.463.000,00 2.045.345.666,00 2.396.463.000,00 2.300.185.000,00 2.301.818.500,00 (0,36) 4.b. Operasi/Pemeliharaan (OM) 1.045.448.354,00 987.345.763,00 1.045.448.354,00 508.926.600,00 435.984.120,00 (16,33) 5 Bappeda 848.733.475,00 987.135.769,00 848.733.475,00 552.626.775,00 491.110.000,00 (10,93) 5.a. Investasi 1.750.000,00 2.567.895,00 1.750.000,00 15.837.550,00 15.050.000,00 203,73 5.b. Operasi/Pemeliharaan (OM) 846.983.475,00 984.567.874,00 846.983.475,00 536.789.225,00 476.060.000,00 (11,42)

6 Dinas Tata Kota

2.829.370.950,00 2.542.463.135,00 2.829.370.950,00 3.235.119.600,00 3.316.152.800,00 4,50 6.a. Investasi 25.733.000,00 35.678.567,00 25.733.000,00 489.444.600,00 621.475.000,00 459,94 6.b. Operasi/Pemeliharaan (OM) 2.803.637.950,00 2.506.784.568,00 2.803.637.950,00 2.745.675.000,00 2.694.677.800,00 (0,67) 7 S D A 143.567.226,00 154.675.000,00 104.737.110,00 1.110.425.875,00 119.930.000,00 211,61

(14)

7.a. Investasi 0,00

7.b. Operasi/Pemeliharaan (OM) 143.567.226,00 154.675.000,00 104.737.110,00 1.110.425.875,00 119.930.000,00 211,61

8 Belanja Sanitasi (1+2+3+4+5+6+7) 16.614.898.402,00 16.081.757.231,00 17.560.448.185,00 20.561.020.585,00 22.811.669.820,00 8,50

9 Pendanaan Investasi Sanitasi Total (1a+2a+3a+4a+5a+6a+7a) 9.133.179.045,00 8.847.437.173,00 9.846.432.350,00 12.149.479.385,00 13.183.854.040,00 10,02 10 Pendanaan OM (1b+2b+3b+4b+5b+6b+7b) 7.481.719.357,00 7.234.320.058,00 7.714.015.835,00 8.411.541.200,00 9.627.815.780,00 6,71 11 Belanja Langsung 139.521.668.601,00 135.968.853.454,00 208.679.570.653,91 196.495.419.386,00 178.859.318.966,06 9,03

12 Proporsi Belanja Sanitasi - Belanja Langsung (8/11)

11,91 11,83 8,42 10,46 12,75 4,18

13 Proposi Investasi sanitasi - Total Belanja Sanitasi (9/8)

6,55 6,51 4,72 6,18 7,37 5,54

14 Proporsi OM Sanitasi - Total Belanja Sanitasi (10/8)

5,36 5,32 3,70 4,28 5,38 2,56

Tabel 2.7 Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Bangli Tahun 2009 - 2013

TAHUN Rata-2

No. SKPD 2009 2010 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7)

1 Total Belanja Sanitasi Kab. Bangli 16.614.898.402,00 16.081.757.231,00 17.560.448.185,00 20.561.020.585,00 22.811.669.820,00 18.725.958.844,60

2 Jumlah Penduduk 214.785,00 215.729,00 216.017,00 217.096,00 218.182,00 216.361,80

(15)

Tabel 2.8 Peta Perekonomian Kabupaten Bangli TAHUN Rata-2 No . SKPD 2009 2010 2011 2012 2013 Pertumb uhan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) 1 PDRB Harga Konstan (Rp.) 1.040.363.420.000,00 1.092.116.410.000,00 1.155.898.790.000,00 1.225.103.700.000,00 1.285.347.250.000,00 5,43 2 Pendapatan Perkapita Kabupaten (Rp.) 4.871.436,28 5.071.284,86 5.258.650,88 5.568.653,18 5.787.412,38 4,41 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,71 4,97 5,84 5,99 4,92 (2,70)

(16)

2.4 Tata Ruang Wilayah

Kebijakan penataan ruang wilayah merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Bangli. Kebijakan dan Strategi penataan ruang wilayah kabupaten Bangli berfungsi :

 Sebagai dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah.

 Memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama pemanfaatan ruang wilayah.  Sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah.

Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Bangli dirumuskan berdasarkan : tujuan penataan ruang wilayah kabupaten Bangli, karakteristik wilayah kabupaten Bangli, kapasitas sumber daya wilayah kabupaten Bangli dalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya dan ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten Bangli dirumuskan dengan kriteria:

 Mengakomodasi kebijakan penataan ruang wilayah nasional dan kebijakan penataan ruang wilayah provinsi Bali;

 Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan;

 Mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan

 Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten Bangli disusun untuk mencapai tujuan yang telah diuraikan, meliputi :

a. pemerataan pengembangan wilayah melalui peningkatan pusat-pusat pelayanan kawasan perkotaan yang terintegrasi dengan kawasan perdesaan dengan menterpadukan sistem perkotaan wilayah kabupaten yang terintegrasi dengan sistem perkotaan nasional dan Provinsi Bali;

b. peningkatan aksesibilitas antar wilayah, antar kawasan perkotaan, dan antar kawasan perdesaan di seluruh wilayah kabupaten;

c. peningkatan jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana di seluruh wilayah kabupaten dengan mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan terpadu antar desa dalam bentuk Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), kawasan agropolitan dan kawasan minapolitan yang terintegrasi dengan sistem perkotaan, serta meningkatkan keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya;

d. pemantapan Kabupaten Bangli yang hijau, produktif, dan berkelanjutan sebagai penopang pelestarian lingkungan alam Bali;

(17)

e. pemantapan potensi keunikan alam dan budaya daerah sebagai potensi kepariwisataan;

f. peningkatan peran komoditas unggulan pertanian, hortikultura, perkebunan, tanaman kehutanan, peternakan, perikanan dan industri kecil untuk mendorong perekonomian daerah; dan

g. pengelolaan wilayah yang memperhatikan daya dukung, daya tampung, mitigasi bencana dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Kabupaten Bangli sebagai bagian dari Pulau Bali rentan akan adanya bencana alam, karena kedudukan Pulau Bali pada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia merupakan wilayah teritorial yang sangat rawan terhadap bencana alam. Dilihat dari potensi bencana yang ada, beberapa bencana yang berpotensi menimpa Kabupaten Bangli dapat dilihat pada, antara lain :  Kawasan rawan bencana tanah longsor

 Kawasan rawan bencana letusan gunung api  Kawasan rawan bencana gempa bumi  Kawasan rawan bencana Kebakaran  Kawasan rawan bencana kekeringan  Kawasa rawan bencana angin siklon tropis a. Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor

Kawasan rawan bencana tanah longsor adalah kawasan-kawasan yang mempunyai potensi terjadinya gerakan tanah terutama pada kawasan-kawasan yang memiliki perbukitan dengan kemiringan terjal. Sebaran kawasan rawan bencana tanah longsor di Pulau Bali terbagi menjadi 4 (empat) kategori yang disebut Zona Kerentanan Gerakan Tanah yaitu : sangat rendah, rendah, menengah, dan tinggi. Kawasan yang dianggap termasuk rawan gerakan tanah rawan tanah lomgsor adalah kawasan yang memiliki zona kerentanan gerakan tanah tinggi. Sebaran kawasan rawan gerakan tanah di Kabupaten Bangli terutama terdapat pada kawasan yang memiliki kemiringan tanah di atas 40% yang sebarannya terutama terdapat pada di seluruih dinding Kaldera Gunung Batur, baik kaldera luar maupun kaldera dalam serta pada beberapa spot kawasan tersebar di wilayah Kecamatan Kintamani lainnya serta di pinggir sungai. Kawasan-kawasan tersebut merupakan kawasan yang termasuk dalam zona kerentanan geralan tanh tinggi.

b. Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi Gunung Batur

Gunung berapi Gunung Batur terletak di Kecamatan Kintamani. Berdasarkan analisis data dari Direktorat Vulkanologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, kawawan rawan bencana alam letusan gunung berapi Gunung Batur hanya berada disekitar lembah Gunung Batur.

Berdasarkan uraian sejarah, terjadinya Bahaya Gas beracun dapat berupa mofet (CO dan CO2), Solfatara (H2S, H2SO4) dan adanya gas beracun lainnya yang hanya muncul dan terkonsentrasi di daerah kawah dan lubang letusan terutama bila keadaan cuaca buruk. Berdasarkan data-data yang ada serta memperhatikan bentang alam kaldera Batur, maka kawasan rawan bencana letusan gunung berapi Gunung Batur menjadi 3 ( tiga ) zona, terdiri atas :

(18)

1. Kawasan Rawan Bencana III (Zona Terlarang)

adalah kawasan yang terlanda aliran lava, hujan abu dan kemungkinan adanya gas beracun. Kawasan ini terutama di terletak daerah puncak Gunung Batur, lereng bagian tenggara, selatan, barat daya, barat dan barat laut. Pada kawasan yang termasuk Rawan Bencana III, tidak diperkenankan untuk mendirikan perumahan atau untuk kegiatan wisata.

2. Kawasan Rawan Bencana II (Zona Bahaya)

adalah kawasan yang berpotensi terlanda hujan abu lebat dan kemungkinan perluasan aliran lava serta lontaran batu pijar. Kawasan ini mencakup kaki gunung sebelah utara, timur laut dan timur hingga berbatasan dengan dinding kaldera dalam Batur dan danau Batur. Luas zona bahaya meliputi jari-jari ± 3 Km dari puncak Gunung Batur.

3. Kawasan Rawan Bencana I (Zona Waspada);

Adalah kawasan yang hanya terancam hujan abu dan kemungkinan lontaran batu pijar, meliputi kawasan kaldera Batur dengan radius ± 6 Km dari puncak Gunung Batur. Kawasan cukup layak dan diperbolehkan adanya kegiatan pemukiman dan penunjangnya.

c. Kawasan Rawan Gempa Bumi

Untuk Kabupaten Bangli, sejarah kegempaan yang ada tidak terlalu banyak, kecuali gempa setempat terkait letusan gunung berapi batur yang berupa Gempa Vulkanik. Menurut Peta kawasan rawan bencana gempa bumi di Bali yang diterbitkan oleh Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral, Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kabupaten Bangli serta data potenso Kawasan rawan bencana Provinsi Bali termasuk dalam Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Menengah.

d. Kawasan Rawan Bencana Kebakaran

Kawasan rawan bencana kebakaran, terutama terjadi pada kawasan lahan kering dan kawasan hutan. Pemicu terjadinya potensi kebakaran adanya pembakaran untuk pembukaan lhan yang disengaja serta karena kondisi iklim dan cuaca yang merangsang terjadinya kebakaran.

Salah satu penyebab terjadinya kebakaran hutan adalah adanya hutan bervegetasi homogen dan curah hujan rendah, serta dominasi pohon pinus yang mengeluarkan zat ektraktif yang mudah terbakar. Kawasan hutan yang rawan kebakaran yaitu RPH Kintamani Barat, RPH Kintamani Timur dan RPH Penelokan.

(19)
(20)

Berdasarkan Peta 2.3, dapat dijelaskan bahwa :

1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan Bangli, seluas kurang lebih 1.936 (seribu

sembilan ratus tiga puluh enam) ha, yang terdiri dari 4 kelurahan yaitu : Kelurahan Cempaga, Kelurahan Kawan, Kelurahan Kubu, dan Kelurahan Bebalang; dan

2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) adalah kawasan perkotaan Kintamani, seluas kurang lebih 4.733 (empat ribu tujuh ratus tiga puluh tiga) ha, yang terdiri Desa Kintamani, Desa Batur Selatan, Desa Batur Tengah, Desa Batur Utara dan Desa Bayunggede.

3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) terdiri atas :

a. Kawasan Perkotaan Susut, seluas kurang lebih 2.039 (dua ribu tiga puluh sembilan) ha, meliputi Desa Sulahan, Desa Susut dan Desa Selat;

b. Kawasan Perkotaan Tembuku, seluas kurang lebih 1.500 (seribu lima ratus) ha, meliputi Desa Tembuku dan Desa Jehem;

c. Kawasan perkotaan Belantih-Catur, seluas kurang lebih 3.391 (tiga ribu tiga ratus sembilan puluh satu) ha, meliputi Desa Catur, Desa Belantih, Desa Belanga, Desa Binyan, Desa Mengani, Desa Batukaang, Desa Pengejaran dan Desa Daup; dan

d. Kawasan perkotaan Kayuamba, seluas kurang lebih 1.574 (seribu lima ratus tujuh puluh empat) ha, meliputi Desa Tiga dan Desa Pengelumbaran.

4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) terdiri atas :

a. PPL Dausa melayani kawasan perdesaan Desa Dausa, Desa Selulung, Desa Satra, Desa Bantang, dan Desa Kutuh;

b. PPL Sukawana melayani kawasan perdesaan Desa Sukawana, Desa Siakin, Desa Subaya, Desa Pinggan, dan Desa Belandingan;

c. PPL Manikliyu melayani kawasan perdesaan Desa Manikliyu, Desa Langgahan, Desa Lembean, dan Desa Bayung Cerik;

d. PPL Bunutin melayani kawasan perdesaan Desa Bunutin, Desa Ulian, Desa Gunungbau, Desa Awan, dan Desa Serahi:

e. PPL Katung melayani kawasan perdesaan Desa Katung, Desa Banua, Desa Mangguh, Desa Belancan, Desa Bonyoh, dan Desa Abuan;

f. PPL Kedisan melayani kawasan perdesaan Desa Kedisan, Sebagian Desa Trunyan, sebagian Desa Abangbatudinding, dan Desa Buahan;

g. PPL Sekardadi melayani kawasan perdesaan Desa Sekardadi dan Desa Sekaan; h. PPL Songan melayani kawasan perdesaan Desa Songan A dan Songan B;

i. PPL Suter melayani kawasan perdesaan Desa Suter, Desa Abangsongan, Sebagian Desa Trunyan,dan sebagian Desa Abangbatudinding;

j. PPL Pengotan melayani kawasan perdesaan Desa Pengotan, Desa Kayubihi, dan Desa Landih; k. PPL Taman Bali melayani kawasan perdesaan Desa Taman Bali dan Desa Bunutin;

l. PPL Abuan melayani kawasan perdesaan Desa Abuan, Desa Demulih dan Desa Apuan; dan m. PPL Yangapi melayani kawasan perdesaan Desa Yangapi, Desa Peninjoan, Desa Bangbang dan

(21)
(22)

Berdasarkan Peta 2.4, dapat dijelaskan bahwa :

Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya.

Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi:

a. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;

b. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang; c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program pembangunan; dan

d. Sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten. Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:

a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;

b. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten;

c. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan;dan d. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Rencana pola ruang wilayah kabupaten Bangli merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN, RTRWP Bali, RTRW Kabupaten Berbatasan yang telah ada beserta rencana rinci yang telah ada, terdiri dari Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Hirarki fungsi ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya di Kabupaten bangli terdiri dari :

A. KAWASAN LINDUNG a. Kawasan Hutan Lindung

b. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;

c. Kawasan perlindungan setempat

1. Kawasan suci (kawasan gunung, kawasan danau, kawasan campuhan);

2. Kawasan tempat suci (radius kesucian kawasan pura Sad Kahyangan, radius kesucian kawasan pura Dang Kahyangan dan Kahyangan Jagat, dan radius kesucian kawasan pura Kahyangan Tiga);

3. Kawasan sempadan sungai; 4. Kawasan sempadan jurang; 5. Kawasan sekitar danau; dan 6. Ruang terbuka hijau kota.

d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya 1. Kawasan taman wisata alam’ dan

2. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

e. Kawasan rawan bencana alam

1. Kawasan rawan tanah longsor; dan 2. Kawasan rawan banjir.

f. Kawasan lindung geologi. 1. Kawasan cagar alam geologi;

2. Kawasan rawan bencana alam geologi (kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan gerakan tanah, Kawasan rawan yang terletak di zona patahan aktif dan kawasan rawan bahaya gas beracun); dan

3. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah (kawasan imbuhan air tanah dan sempadan mata air)

g. Kawasan lindung lainnya.

Kawasan perlindungan plasma nutfah;

B. KAWASAN BUDIDAYA

a. Kawasan peruntukan hutan produksi; 1. Kawasan Hutan Produksi terbatas; dan

(23)

2. Kawasan Hutan Rakyat

b. Kawasan peruntukan pertanian;

1. kawasan peruntukan pertanian lahan basah; 2. kawasan peruntukan pertanian lahan kering; dan 3. kawasan peruntukan pertanian hortikultura.

c. Kawasan peruntukan perkebunan;

d. Kawasan peruntukan perikanan;

e. Kawasan peruntukan peternakan;

f. Kawasan peruntukan industri;

g. Kawasan peruntukan pariwisata;

1. Daya Tarik Wisata Khusus (DTWK); dan 2. Daya Tarik Wisata (DTW).

h. Kawasan peruntukan permukiman; dan/atau 1. permukiman perkotaan; dan

2. permukiman perdesaan.

i. Kawasan peruntukan pertambangan; dan

j. Kawasan pertahanan dan keamanan.

Komposisi kawasan lindung adalah kurang lebih 20,49% dan Kawasan Budidaya kurang lebih 79,51%, namun dalam Komponen Kawasan Budidaya terdapat Kawasan Perkebunan, hortikultura, hutan rakyat dan hutan produksi terbatas yang berfungsi perlindungan sebesar kurang lebih 61,09%.

2.5 Sosial dan Budaya

Penyediaan sarana pendidikan untuk wilayah Kabupaten Bangli pada tahun 2011 dengan jumlah fasilitas pendidikan TK yaitu 63 sekolah, SD yaitu 164 sekolah, SLTP yaitu 31 sekolah dan SMA yaitu 20 sekolah serta memiliki 2 perguruan tinggi yaitu Kampus Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) dan BPLP

Tabel 2.9 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Bangli

No Kecamatan

Sekolah

TK SD SLTP SLTA PT

Sekolah Murid Guru Sekolah Murid Guru Sekolah Murid Guru Sekolah Murid Guru Sekolah Murid Guru

1 Susut 14 304 47 30 4,041 230 6 1,624 113 2 987 127 - - - 2 Bangli 14 881 71 35 4,838 399 8 2,576 155 11 3,295 265 2 - - 3 Tembuku 13 317 49 29 3,714 237 5 1,728 150 3 607 77 - - - 4 Kintamani 22 373 68 70 11,341 547 12 3,987 283 4 1049 120 - - - Jumlah 63 1,875 235 164 23,934 1,413 31 9,915 701 20 5,938 589 2 - -

Sumber : Bangli Dalam Angka 2012

Tingkat kemiskinan penduduk di wilayah Kabupaten Bangli berdasarkan data Tahun 2009 dan 2010 memperlihatkan peningkatan, dimana pada tahun 2009 dengan garis kemiskinan mencapai 194.886 Rp/kap/bln dengan jumlah penduduk miskinnya 11.393 orang dan pada tahun 2010 dengan garis kemiskinan mencapai 215.607Rp/kap/bln dengan tingkat kemiskinan penduduknya 13.800 orang.

(24)

Tabel 2.10 Jumlah penduduk miskin per kecamatan di Kabupaten Bangli tahun 2011

No Kecamatan Jumlah

Penduduk

Jumlah Penduduk Miskin (Orang) Persentase Penduduk miskin ( %) 1 Susut 43,031 2,316 5.38 2 Bangli 45,415 1,924 4.24 3 Tembuku 35,040 2,304 6.58 4 Kintamani 92,531 6,293 6.80 Total Bangli 216,017 12,837 5.94

Sumber : Data PPLS Prov. Bali tahun 2011

Berdasarkan data tabel 2.10 jumlah penduduk miskin di kabupaten bangli sebanyak 12.837 Jiwa, setara dengan 5,94 % jumlah total penduduk Kabupaten Bangli. Dengan jumlah kemiskinan tertinggi berada di kecamatan kintamani sebesar 6.293 jiwa, setara dengan 6.80 % jumlah total penduduk Kecamatan Kintamani.

Tabel 2.11 Jumlah rumah per kecamatan di Kabupaten Bangli Tahun 2011

No Kecamatan Jumlah Rumah

1 Susut 10,616

2 Bangli 11,216

3 Tembuku 7,820

4 Kintamani 21,260

Total Bangli 50,912

Sumber : Data Badan Pusat Statistik Kab. Bangli yang diolah

Jumlah rumah per kecamatan di kabupaten bangli di peroleh dengan asumsi bahwa setiap kepala keluarga memiliki satu rumah, Sehinga diperoleh jumlah total rumah di Kabupaten Bangli Tahun 2011 adalah 50.912 rumah.

2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah

Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Bangli dapat dilihat dalam struktur organisasi, sebagaimana tersebut dalam Perda Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangli, Perda Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kabupaten Bangli, meliputi:

a. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga; b. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan;

(25)

c. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; d. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika; e. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil;

f. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; g. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum;

h. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; i. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan;

j. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Peternakan dan Perikanan Darat; k. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan; l. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tata Kota; dan

m. Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah/Pasedahan Agung.

dan Perda Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bangli Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bangli, meliputi :

a. Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal; b. Organisasi dan Tata Kerja Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat; c. Organisasi dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup;

d. Organisasi dan Tata Kerja Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa; e. Organisasi dan Tata Kerja Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; f. Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Daerah;

g. Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat;

h. Organisasi dan Tata Kerja Kantor Ketahanan Pangan;

i. Organisasi dan Tata Kerja Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi; j. Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja;

k. Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Perizinan; dan l. Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah.

Secara lebih jelas bagan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dapat dilihat pada gambar 2.1. Sedangkan bagan Susunan organisasi satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang terkait dengan bidang sanitasi dapat dilihat pada gambar 2.2.

(26)
(27)

Gambar 2.2 Bagan susunan organisasi SKPD yang mempunyai tupoksi pembangunan sanitasi di Kabupaten Bangli BUPATI WAKIL BUPATI DINAS PEKERJAAN UMUM DINAS KESEHATAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP BAGIAN HUKUM DAN HAM SEKRETARIAT DAERAH BAPPEDA DAN PENANAMAN MODAL DINAS TATA KOTA BAGIAN ADMINISTRASI KEMASYARAK ATAN HUMAS DAN PROTOKOL SEKRETARIAT DAERAH BADAN PEMBERDA YAAN MASYA RAKAT DAN PEMERINTAH AN DESA Sekda Asisten Perekonomian dan Pembangunan

Gambar

Tabel 2.1. Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Bangli
Tabel 2.2. Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah kelurahan/desa
Tabel 2.3 Jumlah dan  kepadatan penduduk Kabupaten Bangli  tahun 2007-2011
Table 2.4 Proyeksi Penduduk Kabupaten Bangli
+7

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara disiplin belajar dan kemandirian belajar dengan hasil belajar

Penulis akan membuat sebuah pembangkit listrik yang bersifat mengubah gerakan menjadi tenaga listrik, seperti kincir air tetapi akan memakai gaya gravitasi sebagai

Keluarnya darah dan serpihan endometrium dari rahim melalui vagina Keluarnya darah dan serpihan endometrium dari rahim melalui vagina Sebagai hasil Interaksi yang dinamis

Penyajian Laporan Keuangan PT Gunung Marmer Raya Surabaya Menurut Direktur Keuangan, Yohn Pontoh dalam penyajian laporan keuangan yang dilakukan oleh PT Gunung Marmer

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek ekstrak etanol tunas pisang goroho terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi

Hal tersebut dibuktikannya dengan beberapa indikasi yang menunjukkan bahwa sistem pemerintahan yang dibangun Indonesia sekarang adalah demokratis, yaitu adanya parlemen

Status sosial ekonomi (SSE) yang terdiri dari pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan secara bersama- sama memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap persepsi

Begitu pula dalam pemberitaan Rapublika mengenai kasus Ba’asyir ini, framing dipakai sebagai cara untuk mengetaui perspektif atau cara pandang awak redaktur Harian Republika