• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sosial dan Ekonomi Masyarakat 1. Karakteristik masyarakat

Dalam dokumen 4. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 43-51)

4.7. Strategi Pengelolaan Kawasan Pulau Putih untuk Pengembangan Ekowisata

4.7.1. Sosial dan Ekonomi Masyarakat 1. Karakteristik masyarakat

4.7. Strategi Pengelolaan Kawasan Pulau Putih untuk Pengembangan Ekowisata

Penentuan rencana strategi pengelolaan kawasan Pulau Putih untuk pengembangan ekowisata di Kabupaten Tapanuli Tengah didasarkan dengan analisis SWOT, yaitu mempelajari atau mengidentifikasi faktor- faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

4.7.1. Sosial dan Ekonomi Masyarakat 4.7.1.1. Karakteristik masyarakat

Masyarakat yang menjadi responden adalah masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah baik yang ada di darat maupun di Pulau Mansalar dan Pulau Putih. Jumlah responden sebanyak 37 orang yang terdiri dari 5 orang perempuan dan 32 orang laki- laki. Responden secara keseluruhan berasal dari berbagai kalangan maupun profesi.

a. Umur

Umur seseorang merupakan salah satu karakteristik internal individu yang ikut mempengaruhi fungsi biologis dan psikologis individu. Berdasarkan hasil wawancara menunjukan bahwa struktur umur responden di daerah penelitian berkisar antara 17-63 tahun, lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Karakteristik usia masyarakat sekitar

Mengacu pada data tersebut dikaitkan dengan tingkat produktivitas penduduk berdasarkan kategori umur seperti dikemukakan oleh Kamaludin (1994) maka responden yang termasuk ketegori usia sangat produktif (25-45 tahun) sebanyak 67.57%, usia produktif (46-60 tahun) sebesar 21.62% dan responden usia non produktif (<24 tahun) hanya 10.81%. Berdasarkan karakteristik usia tersebut, responden paling banyak adalah masyarakat yang termasuk dalam kategori usia sangat produktif dan produktif. Hal ini menjamin ketersediaan sumberdaya manusia yang akan menduk ung dan berpartisipasi dalam aktivitas pembangunan khususnya pengelolaan sumberdaya yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah. Faktor usia ini juga menentukan keobjektifan dalam memberikan pendapat maupun penentuan sikap serta pilihan terhadap pengembangan potensi sumberdaya yang ada.

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan cerminan tingkat pemahaman seseorang dalam menguasai ilmu pengetahuan yang penerapannya terlihat dari perilakunya dalam hidup bermasyarakat. Pendidikan formal responden dalam penelitian ini cukup bervariasi mulai dari tingkat SD hingga Pascasarjana.

Gambar 16. Karakteristik pendidikan masyarakat sekitar

Dari histogram tersebut di atas menggambarkan tingkat pendidikan responden tergolong cukup baik, dimana jumlah responden terbanyak adalah masyarakat yang berpendidikan sarjana sebanyak 45.95%, tamatan SLTP sebanyak 18.92%, Tamatan SLTA sebanyak 16.22%, tamat SD sebanyak 10.81% dan responden berpendidikan Pascasarjana sebanyak 8.11%. Namun Secara umum tingkat pendidikan masyarakat di daerah penelitian masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat dari jumlah partisipan yang masih banyak berpendidikan SD maupun SMP serta SMA yang justru kelompok ini banyak berinteraksi langsung dengan lingkungan. Faktor ekonomi dan biaya pendidikan yang tinggi menjadi kendala bagi masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Partisipasi masyarakat dalam mengembangkan ekowisata berbasis sumberdaya ekosistem terumbu karang sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan, rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan pola berfikir dan bertindak

masyarakat dalam mempetimbangkan pemanfaatan sumberdaya yang ada menjadi terbatas. Hal ini akan menjadi kendala dalam pengelolaan sumberdaya secara lestari dan berkelanjutan serta pengembangan kepariwisataan yang lebih baik. Dengan demikian pemanfaatan sumberdaya yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah akan lebih efektif jika didukung dengan sumberdaya manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai.

c. Mata pencaharian

Mata pencaharian suatu wilayah pada umumnya tergantung pada sumberdaya yang ada. Sebagai daerah pesisir, masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah sebagian besar bermata pencaharian di sektor pertanian dan perikanan. Selain padi, tanaman palawija dan buah-buahan, sektor pertanian yang terbanyak diusahakan adalah berkebun kelapa sawit, karet dan kelapa, sedangkan peternakan yang diusahakan terdiri dari Babi, Sapi, Kambing dan unggas. Di sektor perikanan, produksi terbanyak diperoleh dari hasil tangkapan di laut dengan berbagai jenis ikan seperti tuna dan ikan karang sebagai komoditi unggulan. Umumnya alat tangkap yang digunakan nelayan masih sangat sederhana, dimana armada perahu terlihat mendominasi.

Hasil wawancara terhadap responden diperoleh jenis matapencaharian yang beragam yaitu PNS sebanyak 32.43%, petani/nelayan berjumlah 27.03%, LSM 13.51%, swasta dan guru/dosen masing- masing sebanyak 10.81%, dan wiraswasta sebanyak 5.41% (Gambar 17).

Mata pencaharian tersebut sangat menentukan tingkat partisipasi masyarakat didalam pengelolaan sumberdaya yang ada. Masyarakat nelayan umumnya akan mau terlibat dalam melestarikan ekosistem terumbu karang karena mereka punya interaksi langsung dengan sumberdaya tersebut, begitu juga yang terlibat langsung dalam kegiatan kepariwisataan sperti pengelola wisata. Sedangkan masyarakat yang bergerak disektor lain akan sulit karena tidak punya kepentingan secara langsung terhadap ekosistem terumbu karang.

Masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri dari beragam profesi. Pemerintah Daerah setempat tenga h berupaya membuka diri melalui investasi baik investasi pemerintah maupun swasta dalam rangka percepatan pembangunan dan menaikan pertumbuhan ekonomi dengan konsep Tapanuli Growth yaitu suatu

konsep pembangunan dengan menerapkan sinergi dan harmonisasi lingkup 15 kabupaten/kota di kawasan barat Sumatera Utara, Aceh Singkil dan Simeulue sehingga Tapanuli Tengah menjadi pusat koleksi komoditas unggulan di kawasan tersebut. Selain di sektor pertanian, lapangan usaha yang paling dominan adalah jasa dan industri pengolahan. Lapangan jasa yang dominan merupakan aktivitas perdagangan komoditi unggulan hasil pertanian dan produk kerajinan/industry rumah tangga, disamping jasa lainnya seperti pengangkutan, komunikasi dan perbankan. Industri pengolahan meliputi industri yang berbasis hasil perikanan tangkap dan perkebunan.

Gambar 17. Karakteristik matapencaharian masyarakat sekitar

d. Pendapatan

Faktor pendapatan sangat terkait dengan mata pencaharian seseorang. Masyarakat yang bermatapencaharian sebagai petani maupun nelayan mempunyai pendapatan bersifat tidak menetap, tergantung dari hasil panen maupun tangkapan yang diperoleh, demikian juga yang bergerak dibidang jasa, semakin kondusif nya iklim dunia usaha, maka pendapatan pun semakin meningkat. Dilihat dari hasil wawancara terhadap responden diperoleh tingkat pendapatan yang bervariasi seperti ditunjukan pada Gambar 18.

Gambar 18. Karakteristik pendapatan masyarakat sekitar

Dari histogram tersebut di atas, dapat dilihat bahwa tingkat pendapatan di daerah penelitian umumnya masih tergolong rendah, dimana responden yang memiliki pendapatan Rp. 500.000-1.000.000 sebanyak 43.24%, tingkat pendapatan Rp.1.000.000-2.000.000 berjumlah 32.43%, responden dengan pendapatan antara Rp.3.000.000-4.000.000 sebanyak 16.22%, dan terdapat 5.41% responden yang memiliki pendapatan sebesar Rp.4.000.000-5.000.000, sedangkan yang mempunyai pendapatan di atas Rp.5.000.000 hanya 2.70%.

4.7.1.2. Persepsi masyarakat terhadap sumberdaya terumbu karang

Responden dalam penelitian ini mengemukakan bahwa secara umum kondisi terumbu karang di perairan Kabupaten Tapanuli Tengah sangat memprihatinkan, dimana sebanyak 51.35% mengatakan dalam kondisi buruk, 43.24% mengatakan sedang dan hanya 5.41% saja yang mengatakan dalam kondisi baik. Pengetahuan ini cukup beralasan karena sebagian masyarakat yang menjadi responden secara langsung berinteraksi dengan sumberdaya terumbu karang. Oleh sebab itu penilaian responden ini cukup memberikan gambaran secara umum tentang kondisi yang sebenarnya. Informasi hasil monitoring terumbu karang yang dilakukan di seluruh perairan Kabupaten Tapanuli Tengah oleh Coremap II-LIPI pada tahun 2008 juga mencatat bahwa secara umum, kondisi terumbu karang di daerah tersebut termasuk dalam kategori sedang

dengan tutupan karang hidupnya berkisar 12.73-69.00% dengan rerata tutupan sebesar 42.48%. Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan di kawasan Pulau putih, dimana rerata tutupan karang hidup diperoleh 41.71%.

Ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya laut telah menyebabkan eksploitasi besar-besaran dan kerusakan terubu karang. Kerusakan ekosistem terumbu karang di perairan Tapanuli Tengah pada umumnya disebabkan oleh aktivitas perikanan yang merusak. Praktek illegal fishing seperti penggunaan bom dan potas untuk menangkap ikan. Pembuangan jangkar kapal maupun pemancangan bagan tancap di atas karang, penambangan karang dan pasir serta pencemaran dan sedimentasi yang dibawa dari daratan ke laut melalui aliran-aliran sungai. Kerusakan terumbu karang ini mempunyai dampak yang secara langsung dirasakan oleh masyarakat terutama nelayan, besarnya biaya operasi penangkapan akibat fishing ground yang semakin jauh dari pantai dan jumlah hasil tangkapan yang semakin menurun sangat dirasakan dan mempengaruhi tingkat pendapatan dan kesejahteraan mereka.

Menyadari pentingnya keberlangsungan ekosistem ini, masyarakat sekitar mempunyai sikap positif terhadap ekosistem terumbu karang, hasil wawancara diperoleh 100% responden menyetujui terumbu karang untuk dikonservasi. Artinya bahwa masyarakat menyadari arti penting ekosistem terumbu karang dan memahami akibat yang ditimbulkan oleh rusaknya ekosistem tersebut bagi kehidupan mereka. Program Coremap yang dirancang untuk melestarikan terumbu karang secara lambat laun menyadarkan masyarakat untuk peduli dan ikut terlibat dalam upaya pelestarian ekosistem terumbu karang.

4.7.1.3. Persepsi masyarakat terhadap pengembangan ekowisata

Persepsi masyarakat terhadap pengembangan ekowisata di kawasan Pulau Putih ditunjukan pada Gambar 19. Sebagian besar responden (92%) setuju dengan beberapa alasan cukup mendasar yaitu bahwa kondisi ekosistem terumbu karang masih bagus dan keadaan alam yang orisinil sangat berpeluang untuk pengembangan ekowisata. Disamping itu, kegiatan ekowisata dapat memperkenalkan daerah dalam dunia pariwisata sebagaimana rencana pemerintah daerah untuk menjadikan kawasan Pulau Mansalar sebagai landmark pariwisata di Tapanuli Tengah, dimana hal itu merupakan salah satu strategi dalam

mempercepat pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Masyarakat yang tidak setuju terhadap pengembangan ekowisata di kawasan Pulau Putih adalah berjumlah 8%. Ketidaksetujuan ini atas dasar keprihatinan terhadap ekosistem terumbu karang yang belum pulih seperti sedia kala.

Bentangan pesisir pantai serta keindahan dasar laut berupa terumbu karang dan jenis ikan karang merupakan daya tarik utama wisata bahari di kawasan Pulau Putih. Pemahaman responden terhadap pengembangan potensi wisata bahari ini sangat besar, dimana sebanyak 59.46% responden memilih wisata selam dan snorkeling untuk dikembangkan, 16.22% memilih wisata pantai, dan sebanyak 13.51% memilih wisata pancing. Sedangkan wisata alam lainnya seperti camping dan pemandangan alam juga berpotensi untuk dikembangkan. Responden yang memilih jenis wisata ini sebanyak 10.81%.

Gambar 19. Persepsi masyarakat terhadap pengembangan ekowisata

Tingkat pemahaman masyarakat terhadap potensi sumberdaya yang ada seperti ditunjukan pada Gambar 19, Ekosistem terumbu karang merupakan potensi yang dinilai paling tinggi yaitu sebanyak 30% dan yang terendah adalah keberadaan kawasan Pulau Putih yang terisolir. Responden memberikan penilaian terhadap potensi ini sebesar 6%. Artinya bahwa nilai estetika terumbu karang di daerah tersebut mempunyai daya jual untuk dikembangkan sebagai objek wisata bahari. Selain keindahan terumbu karang, di kawasan Pulau Putih memiliki potensi perikanan yang kerap menjadi sasaran wisatawan yang gemar memancing.

Sedangkan keterisoliran dianggap sebagai potensi yang kurang berarti karena menyangkut aksesibilitas yang sulit.

4.7.2. Identifikasi faktor-faktor strategi internal

Dalam dokumen 4. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 43-51)

Dokumen terkait