• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

2.3. Sosial Ekonomi

Masyarakat merupakan suatu kumpulan individu yang melakukan

interaksi, dimana setiap individu saling membutuhkan antara satu dengan yang

lainnya. Plato mengatakan bahwa manusia adalah zoon politicon, yakni mahkluk

sosial, yang tidak akan hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia mempunyai suatu

sosialnya. Sebagai konsekuensinya maka manusia terseebut harus memenuhi

kebutuhan hidupnya, baik primer (pokok), sekunder maupun tersier sehingga

dapat hidup dengan layak sesuai dengan harkatnya sebagai anggota masyarakat.

Selain dalam pemenuhan kebutuhannya, masyarakat sebagai suatu tipe

sistem sosial dapat dianalisa berdasarkant fungsi-fungsinya yang diperlukan,

yaitu:

1. Fungsi pemeliharaan pola

Fungsi ini berkaitan dengan hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial

dengan sub-sistem kultural. Fungsi ini mempertahankan prinsip-prinsip

tertinggi dari masyarakat sambil menyediakan dasar dalam berperilaku

menuju realitas tertinggi.

2. Fungsi Integrasi

Mencakup koordinasi yang diperlukan antara-antara unit-unit yang menjadi

bagian dari suatu sistem sosial, khususnya berkaitan dengan kontribusi unit-

unit pada organisasi dan berfungsinya unit-unit terhadap keseluruhan sistem.

3. Fungsi pencapaian tujuan

Mengatur hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub-sitem

kepribadian. Fungsi ini tercermin dalam bentuk penyusunan skala prioritas

dari segala tujuan yang hendak dicapai dan penentuan bagaimana suatu sistem

sosial memobilisasi sumberdaya serta tenaga yang tersedia untuk mencapai

tujuan tersebut.

Menyangkut hubungan antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub-

sitem organism tindakan dan dengan fisiko-organik. Secara umum fungsi ini

menyangkut kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri terhadap

lingkungan hidupnya. Dalam pelaksanaan fungsi ini, teknologi sangat penting

peranannya.

Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang mendasar

berhubungan dengan pendapatan yang diperoleh. Selain faktor ekonomi, faktor

sosial terutama pendidikan dan jumlah anggota keluarga dapat juga

mempengaruhi pendapatan sesorang. Ketiak jumlah dalam satu keluarga

bertambah banyak, maka pemenuhan kebutuhan akan semakin banyak, sehingga

mendorong lebih gigih mencari nafkah untuk meningkatkan pendapatan.

Defenisi ilmu ekonomi sendiri yaitu ilmu sosial yang mempelajari cara

mengelola sumber daya ekonomi yang terbatas. Pengelolaan sumberdaya itu

menunjukkan manusia sebagai masyarakat ekonomi. Tugas masyarakat sebagai

masyarakat ekonomi menurut Robert (1994), yaitu:

1. Suatu masyarakat harus mengadakan satu sistem sosial untuk memproduksi

barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Masyarakat juga harus mengatur bagaimana pembagian produksi sehingga

dapat dihasilkan lebih banyak.

Dari pengertian ilmu ekonomi dan kedua tugas diatas menunjukkan bahwa faktor

ekonomi dan sosial berkaitan satu sama lain.

Status atau kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang

kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok dengan kelompok-kelompok

lainnya dalam kelompok yang lebih besar. Status sosial ialah sebagai tempat

secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti

lingkungan pergaulannya, dan hak-hak serta kewajibannya. (Soekanto, 1987:216).

Untuk melihat tingkatan status sosial ekonomi suatu masyarakat, maka

banyak faktor yang harus dilihat, baik dari pandangan sosial maupun pandangan

ekonomi. Karena didalam masyarakat pasti ada sesuatu yang dihargai atau

berharga/ berniali bagi masyarakat itu sendiri. Sesuatu yang dihargai itu akan

menjadi sebab timbulnya sistem yang berlapis-lapis dalam kehidupan masyarakat.

Menurut Soemardjan (1964), ukuran yang dapat digunakan untuk

menggolongkan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan yaitu ukuran kekayaan,

ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan, ukuran ilmu pengetahuan (pendidikan).

Penulis dalam hal ini melihat kedudukan dan keberhasilan sosial ekonomi

masyarakat diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Pertumbuhan

Ekonomi dan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB).

2.3.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2.3.1.1.Definisi dan Pengukuran

Ukuran pembangunan yang digunakan selama ini yaitu Pendapatan

Domestik Bruto (PDB) dalam konteks nasional dan Pendapatan Domestik

Regional Bruto (PDRB) dalam konteks regional. Ukuran pembangunan itu hanya

mampu memotret pembangunan ekonomi saja. Untuk itu dibutuhkan suatu

perkembangan ekonomi akan tetapi juga perkembangan aspek sosial dan

kesejahteraan manusia.

Pembangunan nasional menurut Garis-garis Besar Haluan Negara

(GBHN) yang kemudian dijabarkan kedalam Repelita adalah pembangunan yang

menganut konsep pembangunan manusia. Konsep pembangunan manusia

seutuhnya merupakan konsep yang menghendaki peningkatan kualitas hidup

penduduk secara spiritual. Bahkan secara eksplisit disebutkan bahwa

pembangunan sumber daya manusia yang seiring dengan pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan sumber daya manusia secar fisik dan mental mengandung makna

peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar

kesempatan untuk dapat berpartsisipasi dalam pembangunan yang berkelanjutan.

UNDP (United Nation Development Programme) mendefenisikan

pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan

yang dimiliki oleh manusia. Dalam konsep tersebut manusia ditempatkan sebagai

tujuan akhir (the ultimated end), sedangkan upaya pembangunan dipandang

sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan itu.

Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal

pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan,

pemberdayaan (UNDP, 1995). Secara ringkas empat hal pokok tersebut

mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Produktivitas

Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan

Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian dari

model pembangunan manusia.

2. Pemerataan

Penduduk harus memiliki kesempatan/peluang yang sama untuk mendapatkan

akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan social. Semua hambata yang

memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus,

sehingga mereka dapat mengambil menfaat dari kesempatan yang ada dan

berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas

hidup.

3. Kesinambungan

Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya

untuk generasi-generasi yang akan datang. Semua sumber daya fisik, manusia,

dan lingkungan selalu diperbaharui.

4. Pemberdayaan

Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan

menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan

mengambil manfaat dari proses pembangunan.

Pembangunan manusia memiliki banyak dimensi, dan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran agregat dari dimensi

dasar pembangunan. Penghitungan IPM sebagai indikator pembangunan manusia

memiliki tujuan penting, diantaranya:

1. Membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan manusia

2. Memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut sederhana.

3. Membentuk satu indeks komposit daripada menggunakan sejumlah indeks

dasar.

4. Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi.

Beberapa alasan mengapa IPM merupakan indikator yang cukup baik

sebagai ukuran pembangunan manusia, adalah:

1. IPM menerjemahkan secara sederhana konsep yang cukup kompleks kedalam

tiga dimensi dasar yang terukur.

2. IPM membantu dalam pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan

yang hanya terfokus pada ekonomi menjadi berfokus pada manusia.

3. IPM berfokus pada kapabilitas yang releven, baik untuk negara maju dan

berkembang, sehingga menjadikan indeks tersebut sebagai alat yang universal.

4. IPM menstimulasi diskusi mengenai pembangunan manusia.

5. IPM memberikan motivasi bagi pemerintah untuk berkompetisi secara sehat

dengan negara/wilayah lain melalui keterbandingan angka IPM.

Konsep Indeks Pembangunan Manusia adalah mengukur pencapaian

keseluruhan suatu negara. Dengan demikian, IPM mengukur pencapaian

kemajuan pembangunan sosial ekonomi. IPM yang dipresentasikan oleh tiga (3)

dimensi merupakan indeks dasar yang tersusun dari dimensi berikut ini:

1. Umur panjang dan kehidupan yang sehat, dengan indikator angka harapan

2. Pengetahuan, yang diukur dengan angka melek huruf, rata-rata lam sekolah

dan kombinasi dari angka partisipasi sekolah untuk tingkat dasar, menengah

dan tinggi.

3. Standar hidup yang layak, dengan indikator PDRB per kapita dalam bentuk

Purchasing Power Parity (PPP).

Konsep pembangunan manusia dalam pengertian di atas jauh lebih baik

dari pada teori-teori pembangunan ekonomi yang konvensional termasuk model

pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM), pendekatan

kesejahteraan dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Model

pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan produksi

nasional (GDP).

Untuk dapat membuat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) maka UNDP

mensponsori sebuah proyek tahun 1989 yang dilaksanakan oleh tim ekonomi dan

pembangunan. Tim tersebut menciptakan kemampuan dasar. Kemampuan dasar

itu adalah umur panjang, pengetahuan dan daya beli. Umur panjang yang

dikuantifikasikan dalam umur harapan hidup saat lahir atau sering disebut Angka

Harapan Hidup/ AHH (eo

2.3.1.1.Metode Penghitungan

). Pengetahuan dikuantifikasikan dalam kemampuan

baca tulis/ angka melek huruf dan rata-rata lama bersekolah. Daya beli

dikuantifikasikan terhadap kemampuan mengakses sumberdaya yang dibutuhkan

untuk mencapai standar hidup yang layak.

1. Lamanya hidup, yaitu kehidupan untuk bertahan lebih lama dan diukur dengan

indikator harapan hidup pada saat lahir atau life expectancy at birth (e0).

2. Tingkat pendidikan, diukur dari dua indikator, yaitu angka melek huruf (Lit)

dan rata-rata lama sekolah (MYS). Angka melek huruf adalah persentase dari

pendidik usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis dalam huruf

latin atau huruf lainnya. Rata-rata lama sekolah, yaitu rata-rata jumlah tahun

yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di seluruh jenjang

pendidikan formal yang pernah dijalani atau sedang menjalani

3. Tingkat kehidupan yang layak, diukur dari pengeluaran riil per kapita yang

telah disesuaikan.

Dalam penghitungan Indeks Pembangunan Manusia digunakan tahap-

tahap berikut ini :

1. Tahapan pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks masing-

masing komponen IPM (usia hidup, pengetahuan, standar hidup layak) dengan

hubungan matematis sebagai berikut :

Indeks (Xi) = (Xi – Xmin) / (Xmax – Xmin)

Xi = Indikator komponen ke-i, (i = 1, 2, 3,…n)

Xmin = Nilai minimum Xi

Xmax = Nilai Maksimum Xi

Persamaan diatas akan menghasilkan nilai 0 ≤ X i ≤ 1, untuk mempermudah membaca skala dinyatakan dalam 100% sehingga interval nilai menjadi

2. Tahapan kedua penghitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari

masing-masing indeks Xi dengan hubungan matematis :

IPM = 1/3 Xi

= 1/3 (X(1) + X(2) + X(3))

Dimana,

X(1) = Indeks Angka Harapan Hidup

X(2) = 2/3 (Indeks Melek Huruf) + 1/3 (Indeks Rata-rata Lama Sekolah)

X(3) = Indeks Konsumsi Perkapita yang disesuaikan

Untuk melihat perkembangan tingkatan status IPM di kabupaten/kota,

dibedakan 4 kriteria dimana status menengah dipecah menjadi dua, seperti

dibawah ini :

1. Tinggi, dengan nilai IPM lebih atau sama dengan 80.

2. Rendah, dengan nilai IPM kurang dari 50.

3. Menengah bawah, dengan nilai IPM berada diantara 50 sampai kurang dari

66.

4. Menengah atas, dengan nilai IPM berada diantara 66 sampai kurang dari 80.

2.3.2. Pertumbuhan Ekonomi

2.3.2.1.Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk

nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Menurut Sukirno (2006),

pertumbuhan ekonomi ialah sebagai suatu ukuran kuantitatif yang

menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu

(2004: 249) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi menggambarkan

ekspansi GDP potensial atau output nasional negara. Dengan kata lain,

pertumbuhan ekonomi terjadi apabila batas kemungkinan produksi bangsa

bergeser ke luar.

Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan

ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi

menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.

Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output

masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi

yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan

“teknologi” dalam produksi itu sendiri.

Simon Kuznets mendefenisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara

sebagai kemampuan negara itu untuk menyediakan barang-barang ekonomi yang

terus meningkat bagi penduduknya, dimana pertumbuhan kemampuan ini

berdasarkan kepada kemajuan teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian

ideologi yang dibutuhkannya.

2.3.2.2.Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan ekonomi, antara lain :

1. Model Pertumbuhan Neo-Klasik (Neo Classic Growth Theory)

Robert Solow dan Trevor Swan secara sendiri-sendiri mengembangkan

model pertumbuhan ekonomi yang sekarang sering disebut dengan nama model

Pertumbuhan Neo-klasik (Boediono, 1992). Model Solow-Swan memusatkan

kemajuan teknologi dan out-put saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan

ekonomi. Dalam Model neo-klasik Solow-Swan dipergunakan suatu bentuk

fungsi produksi yang lebih umum,yang bisa menampung kemungkinan berbagai

substitusi antar kapital (K) dan tenga kerja.

Dalam Sjafrizal (2008), model neo-klasik dipelopori oleh George H.Bort

(1960) dengan mendasarkan analisisnya pada teori ekonomi neo-klasik. Menurut

model ini, pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan sangat ditentukan oleh

kemampuan daerah tersebut untuk meningkatkan kegiatan produksinya.

Sedangkan kegiatan produksi suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh potensi

daerah bersangkutan, tetapi juga ditentukan oleh mobilitas tenaga kerja dan

mobilitas modal antar daerah. Asumsi penting dari Solow adalah:

a. Tingkat Teknologi dianggap Konstan (tidak ada kemajuan teknologi)

b. Tingkat depresiasi dianggap konstan.

c. Tidak perdagangan luar negeri atau aliran masuk barang modal.

d. Tidak ada sektor pemerintah.

e. Tingkat pertambahan penduduk (tenaga kerja) juga dianggap konstan.

f. Seluruh penduduk bekerja sehingga pendapatan = jumlah tenaga kerja

Dengan asumsi-asumsi tersebut,dapat dipersempit faktor-faktor penentu

pertumbuhan menjadi hanya stok barang dan modal dan tenaga kerja. Lebih lanjut

lagi, dapat diasumsikan bahwa PDB perkapita semata-mata ditentukan oleh stok

barang dan modal per tenaga kerja.

Jika Q =out-put atau PDB , K= Modal ,dan L= Tenaga Kerja,maka : Y= f(k)

Y = PDB perkapita atau Q/L

K = Barang Modal perkapita K/L

2. Teori Schumpeter

Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan

oleh kemampuan kewirausahaan (enterpreneur). Sebab para pengusahalah yang

mempunyai kemampuan dan keberanian mengaplikasikan penemuan-penemuan

baru dalam aktivitas produksi. Dalam langkah-langkah pengaplikasian penemuan-

penemuan baru dalam dunia usaha merupakan langkah inovasi. Termasuk dalam

langkah-langkah inovasi adalah penyusunan tehnik-tehnik tahap produksi serta

masalah organisasi manajemen, agar produk yang dihasilkan dapat diteriam

dipasar.

Menurut pandangan Schumpeter, kemajuan perekonomian kapitalis

disebabkan diberinya keleluasaan untuk para entrepreneur (wirausaha).

Namun kekuasaan tersebut cenderung memunculkan monopoli kekuatan pasar.

Monopoli inilah yang memunculkan masalah-masalah non-ekonomi, terutama

Kurva Ketimpangan Regional

Tingkat Pembangunan Ketimpangan Regional

sosial politik, yang pada akhirnya dapat menghancurkan sistem kapitalis itu

sendiri.

3. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar

Teori ini dikemukakan oleh Roy F.Harrod (1948) dan Evsey D.Domar

(1975) di Amerika serikat. Teori ini berkembang pada waktu bersamaan dengan

teori klasik. Teori Harrod-Domar didasari pada asumsi :

a. Perekonomian bersifat tertutup

b. Hasrat menabung (MPs =s) adalah konstan.

c. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constan return to scale)

d. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan

pertumbuhan penduduk.

Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut,maka Harrod-Domar membuat

analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap

hanya bisa tercapai apabila terpenuhinya syarat-syarat sebagai berikut :

Dimana,

g = Growth ( tingkat pertumbuhan output)

K= Kapital ( tingkat pertumbuhan modal)

n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan pada mekanisme pasar

(market) tanpa campur tangan pemerintah. Namun kesimpulannya menunjukkan

bahwa pemerintah perlu merencanakan besarnya investasi agar terdapat

keseimbangan dalam sisi penawaran dan sisi permintaan barang.

4. Teori Jumlah Penduduk Optimal

Teori ini telah lam dikembangkan oleh kaum klasik. Menurut teori ini

berlakunya The Law Of Dimisnishing Returns (TLDR) menyebabkan tidak semua

penduduk dapat dilibatkan dalam proses produksi. Jika dipaksakan,justru akan

menurunkan tingkat out-put perekonomian.

Pada gambar diatas, kurva TP1 menunjukkan hubungan antara jumlah

tenaga kerja dengan tingkat out-put (fungsi produksi). Kondisi optimal akan

tercapai jika jumlah penduduk (tenaga kerja ) yang terlihat dalam proses produksi

adalah L1, dengan jumlah Out-put (PDB) adalah Q1. Jika jumlah tenaga kerja TP2 TP1 Tenaga Kerja 0 L 2 L1 Q3 Q1 Q2

Gambar 2.4 Jumlah Penduduk optimal

ditambah menjadi L2 PDB justru berkurang menjadi Q2. Hal ini terjadi karena

cepatnya terjadi TLDR.

Ada tiga komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap

bangsa, yaitu :

a. Akumulasi Modal

Akumulasi modal meliputi semua bentuk atau jenis investasi yang ditanamkan

pada tanah, peralatan fisik,modal ataupun sumber daya manusia. Akumulasi

modal terjadi apabila sebagaian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan

kembali dengan tujuan memperbesar out-put dan pendapatan dikemudian hari.

Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan

berbagai investasi penunjang yang disebut investasi infrastruktur ekonomi

sosial.

b. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja secara tradisional dianggap

sebagain salah satu faktor produksi yang memacu pertumbuhan ekonomi.

Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga

produktif,sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar yang berarti

ukuran pasar domestiknya lebih besar. Dimana positif atau negatifnya

pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan ekonomi sepenuhnya

tergantung pada sistem perekonomian yang bersangkutan.

c. Kemajuan Teknologi

1. Kemajuan teknologi yang netral, terjadi apabila teknologi tersebut

memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi

menggunakan jumlah dan kombinasi faktor in-put yang sama,inovasi yang

sederhana, seperti pengelompokan tenga kerja yang mendorong

peningkatan output masyarakat.

2. Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja, sebagian besar kemajuan

teknologi pada abad kedua puluh adalah teknologi yang hemat tenaga

kerja,jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam berbagai produksi mulai

semakin sedikit.

3. Kemajuan teknologi yang hemat modal, merupakan fenomena yang

relative langka, hal ini dikarenakan hamper semua penelitian dalam dunia

ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan di Negara-negara maju dengan

tujuan utama menghemat pekerja dan bukan penghemat modal.

5. Teori Pertumbuhan Rostow

Menurut teori pertumbuhan Rostow pembangunan ekonomi atau

transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern merupakan

suatu proses yang berdimensi banyak. Dalam bukunya yang berjudul

“The Stage of Economic” (1960), Rostow mengemukakan tahap-tahap dalam

proses pembangunan ekonomi yang dialami oleh setiap Negara pada umumnya

dihadapkan pada lima tahap yaitu :

Pada tahap masyarakat tradisional ini, masyarakat masih menggunakan cara-

cara produksi primitif dan dipengaruhi oleh nilai-nilai tak rasional serta adat

istiadat. Tingkat produktivitas sangat rendah.

b. Tahap peletakan dasar untuk tinggal landas (the preconditional society)

Tahap ini merupakan transisi persiapan mencapai pertumbuhan dan

perkembangan lebih lanjut.

c. Tahap lepas landas (the take-off)

Tahap lepas landas ditandai oleh perubahan drastis dan pesat. Cirri tahap ini

adalah terjadinya kenaikan investasi produktif, pertumbuhan sektor industri

yang pesat, dan terbentuknya kerangka dasar politik, sosial dan kelembagaan

yang menjamin pertumbuhan cepat.

d. Tahap bergerak menuju kedewasaan ( the drive to maturity)

Tahap ini merupakan tahap dimana teknologi canggih sudah digunakan secara

efektif dalam proses produksi dan pengelolaan sumber-sumber daya alam.

Ciri-cirinya adalah tingginya keterampilan tenaga kerja serta semakin

dominannya sektor industry manufacturing yang menggantikan dan mendesak

sektor pertanian dan sektor-sektor tradisonal berupa perubahan sistem

manajemen dan pengelolaan bisnis/ usaha. Pada tahap ini masyarakat semakin

menyadari akibat-akibat atau dampak industrialisasi terhadap kehidupan

e. Tahap konsumsi massal tinggi

Tahap konsumsi massal tinggi merupakan tahap dimana masyarakat lebih

menekankan pada konsumsi dan kesejahteraan masyarakat. Pemerataan

kemakmuran merupakan fokus dari tahap ini.

6. Teori Pertumbuhan Kuznets

Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam

jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai

barang ekonomi pada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri akan

dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian teknologi,institusional

(kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.

Masing-masing dari ketiga pokok dari defenisi itu sangat penting yaitu :

a. Kenaikan output secara berkesinambungan adalah manifestasi atau

perwujudan dari apa yang disebut dengan pertumbuhan ekonomi sedangkan

kemampuan menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri merupakan tanda

kematangan ekonomi (economic maturity) disuatu negara yang bersangkutan.

b. Perkembangan teknologi merupakan suatu dasar atau pra kondisi bagi

berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan, tetapi

tidak cukup itu saja masih dibutuhkan faktor-faktor lainnya.

c. Untuk mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung didalam teknologi

maka perlu diadakan serangkaian penyesuaian kelembagaan,sikap,dan

ideologi (Todaro, 2000:144).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator

penting bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara/ wilayah/ daerah. PDRB adalah

jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah

tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang akhir dan jasa akhir yang dihasilkan

oleh seluruh unit ekonomi dalam suatu wilayah tertentu dan pada suatu tahun

tertentu. PDRB terdiri dari PDRB atas harga berlaku dan PDRB atas harga

konstan.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang

dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada setiap

tahun. PDRB ini dapat digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi

dalam suatu daerah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan

nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku

pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar perhitungannya. PDRB atas dasar

harga konstan dipakai untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi suatu

daerah dari tahun ke tahun. Dengan demikian, PDRB merupakan indikator untuk

mengatur sampai sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan

sumber daya yang ada, dan dapat digunakan sebagai perencanaan dan

pengambilan keputusan.

2.3.3.1.Metode Penghitungan

Dalam penghitungan PDRB ada dua metode penghitungan yang

1. Metode Langsung

Metode langsung merupakan penghitungan yang didasarkan sepenuhnya

pada data daerah, dimana hasil penghitungannya mencakup seluruh produk barang

dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pemakaian metode ini dapat

Dokumen terkait