• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1.2 Sosiodemografi

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan sosiodemografi yang dirawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

a. Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan umur dan jenis kelamin yang

dirawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 6.2 Diagram Bar Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Umur yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008

Gambar 6.2 menunjukkan bahwa kelompok umur ≤ 20 tahun tertinggi perempuan 0,7%, umur 21-30 tahun tertinggi laki-laki 0,3%, umur 31-40 tahun tertinggi laki-laki 0,8%, umur 41-50 tahun tertinggi perempuan 6,1%, umur 51-60 tertinggi perempuan 21,0% dan umur >60 tahun tertinggi perempuan 31,2%.

Baik TDS maupun TDD akan meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai meningkatnya umur. Perubahan ini menyebabkan penurunan kelenturan (compliance) aorta dan pembuluh darah besar sehingga mengakibatkan peningkatan TDS.27

Gambar 6.2 menunjukkan proporsi umur tertinggi didapat pada kelompok umur > 60 tahun. Hal ini membuktikan bahwa tekanan darah meningkat sesuai dengan meningkatnya umur.16

Gambar 6.2 menunjukkan proporsi jenis kelamin tertinggi perempuan 59,3%. Walaupun perempuan beresiko tinggi terkena hipertensi ketika menopause mulai pada usia >45 tahun namun belum dapat dihubungkan dengan hasil penelitian ini. Hasil penelitian ini lebih banyak perempuan karena sebagian besar penderita yang berkunjung adalah berjenis kelamin perempuan dan berdasarkan kartu status tidak tercatat adanya riwayat tentang menopause.

Hasil penelitian Lastiar Silitonga (2009) di RSUD Porsea, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara tahun 2005-2007 memperoleh jumlah penderita hipertensi tertinggi adalah ≥ 40 tahun sebesar 91,9%.28

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Rissa Kurnia (2007) di Rumah Sakit Umum Kota Padang Panjang, Sumatera Barat Tahun 2002-2007, yang memperoleh jumlah penderita hipertensi tertinggi pada perempuan sebesar 61,2%.29

b. Agama

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan agama yang dirawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 6.3 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Agama yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008

Gambar 6.3 menunjukkan bahwa proporsi penderita hipertensi berdasarkan agama tertinggi Islam 89,1% dan terendah Katholik 4,1%.

Agama bukan merupakan faktor risiko terjadinya penyakit hipertensi karena penyakit hipertensi dapat diderita oleh semua pemeluk agama. Hasil dari penelitian ini lebih banyak Islam menunjukkan sebagian besar pasien yang datang berobat ke RSUD adalah beragama Islam.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Safrida (2008) di Rumah Sakit Islam Malahayati tahun 2002-2007, memperoleh hasil jumlah penderita hipertensi tertinggi adalah Islam yaitu sebesar 93,3%.30

c. Suku

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan suku yang dirawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 6.4 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Suku yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008

Gambar 6.4 menunjukkan bahwa penderita hipertensi berdasarkan suku yang tertinggi adalah suku Minang yaitu sebesar 37,9% dan terendah lain-lain yaitu Tionghoa dan Banjar sebesar 2,4%. Hasil penelitian ini dapat dihubungkan dengan tingkat urban yang cukup tinggi di Pekanbaru. Sebagian besar dari pertambahan penduduk di Pekanbaru yang terjadi bukan disebabkan pertambahan alami, melainkan karena migrasi antara lain dari Sumatera Barat yang mayoritas penduduknya suku Minang. Mayoritas penduduk di Pekanbaru 65% berasal dari Minangkabau.32

Pola makan orang Minang suka makan daging, jerohan dan santan yang banyak mengandung kolesterol dan tinggi kadar asam lemak jenuh, namun minim sayur menyebabkan mereka sangat rentan terhadap hipertensi. Hal ini sudah

Berdasarkan penilitian Fakultas Kedokteran Unand, tahun 2000 mencatat dari 4.253.510 penduduk Sumbar sekitar 1.600 orang meninggal akibat jantung dan pembuluh darah. Sebanyak 400 orang di antaranya meninggal sebelum mendapat perawatan medis.

d. Pendidikan 32

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan pendidikan yang dirawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 6.5 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008

Gambar 6.5 menunjukkan bahwa penderita berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi lulusan SLTA 46,4% dan terendah Akademi/PT 5,8%. Hasil penelitian ini dapat dihubungkan dengan tingginya rata-rata lama sekolah masyarakat kota Pekanbaru tahun 2006 yaitu 11,3 tahun, artinya rata-rata masyarakat sudah menduduki bangku SLTA.3,33

Umur termuda penderita 18 tahun dengan pendidikan terakhir SLTA. Sebesar 30,8% penderita dengan pendidikan terakhir SD dan 16,9% penderita pendidikan terakhir SLTP.

Hasil penelitian ini sesuai dengan dengan penelitian Andri Bakti (2008) di RSU Padang Sidempuan tahun 2005-2006 yang memperoleh proporsi penderita hipertensi berdasarkan pendidikan yang tertinggi adalah SLTA yaitu sebesar 37,5%. e. Pekerjaan

34

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan pekerjaan yang dirawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 6.6 Diagram Bar Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Pekerjaan yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008

Gambar 6.6 menunjukkan bahwa pekerjaan penderita tertinggi Ibu Rumah Tangga (IRT) 29,8% dan terendah tidak tercatat 0,3%.

Hasil penelitian ini dapat dihubungkan dengan hasil penelitian yang menunjukkan jenis kelamin penderita hipertensi tertinggi adalah perempuan yaitu

Pr o p or si (%)

menunjukkan bahwa bukan angkatan kerja perempuan di Propinsi Riau lebih banyak dibandingkan jumlah bukan angkatan kerja laki-laki. Untuk Kota Pekanbaru sendiri sebesar 65,67% berbanding 20,16%. Hal ini bisa menunjukkan bahwa kebanyakan perempuan di Provinsi Riau lebih banyak tinggal di rumah.33

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Safrida (2008) di Rumah Sakit Islam Malahayati tahun 2002-2007, memperoleh hasil jumlah penderita hipertensi tertinggi adalah Ibu Rumah Tangga yaitu sebesar 32,2%.

f. Status Perkawinan

30

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan status perkawinan yang dirawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 6.7 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Status Perkawinan yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008

Gambar 6.8 menunjukkan bahwa status perkawinan penderita hipertensi tertinggi adalah kawin yaitu sebesar 76,6% dan terendah adalah belum kawin yaitu 1,4% dengan umur 18 tahun, 19 tahun, 20 tahun dan 22 tahun. Hal ini dapat

dihubungkan dengan hasil penelitian berdasarkan umur penderita yang tertinggi adalah >50 tahun 86,8%, pada usia tersebut umumnya sudah kawin.

Gambar 6.8 menunjukkan proporsi janda lebih tinggi daripada duda. Hal ini dapat dihubungkan dengan umumnya umur harapan hidup perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.2

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Flora Sumbayak (2007) di Rumah Sakit Umum Herna Medan tahun 2005-2006 yang memperoleh jumlah penderita hipertensi yang tertinggi adalah yang sudah kawin (tidak janda/duda) 99,5%.

g. Tempat Tinggal 31

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan tempat tinggal yang dirawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008 dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 6.8 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Tempat Tinggal yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008

Gambar 6.8 menunjukkan tempat tinggal penderita tertinggi adalah berada di Pekanbaru 83,7%. Hasil penelitian ini lebih banyak tinggal di Pekanbaru karena sebagian besar pasien yang berobat berasal dari Kota Pekanbaru.

Dokumen terkait