KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2004-2008
SKRIPSI
Oleh :
NIM. 041000080 SUKRESNA WIBOWO
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul :
KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2004-2008
yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :
NIM. 041000080 SUKRESNA WIBOWO
Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi pada Tanggal 24 Juli 2009 dan Dinyatakan
Telah Memenuhi Syarat untuk Diterima Ketua Penguji
Prof. dr. Nerseri Barus, MPH NIP. 19450817 197302 2 001
Penguji II
Penguji I
drh. Hiswani, M.Kes NIP. 19650112 199402 2 001
NIP. 19640404 199203 1 005 Drs. Jemadi, M.Kes
Penguji III
NIP. 19590818 198503 2 002 drh. Rasmaliah, M.Kes
Medan, September 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan
ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia karena hipertensi sering muncul tanpa gejala. Pada tahun 2007, prevalensi hipertensi di Indonesia sekitar 15-20%, tahun 2006 di Riau 0,28%.
Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, telah dilakukan penelitian yang bersifat dekskriptif dengan desain case series. Populasi data seluruh penderita hipertensi yang dirawat inap tahun 2004-2008, dengan jumlah sampel yang dibutuhkan 295.
Trend kunjungan berdasarkan data tahun 2004-2008 menurun menurut persamaan y = – 0,531 x + 7,959. Trend Case Fatality Rate berdasarkan data tahun 2004-2008 menurun menurut persamaan y = – 0,856 x + 8,332. Proporsi penderita tertinggi perempuan (59,3%), kelompok umur >60 tahun (51,2%), Islam (89,1%), Minang (37,9) SLTA (46,4%), ibu rumah tangga (29,8%), berstatus kawin (76,6%), Pekanbaru (83,7%), sakit kepala (100%), hipertensi derajat dua (52,5%), tidak mengalami komplikasi (54,2%), diabetes mellitus (25,1%), rata-rata lama rawatan 5,01 hari, Pulang Berobat Jalan (89,8%). CFR = 5,7%.
Proporsi penderita dengan hipertensi derajat 2 lebih tinggi mengalami komplikasi daripada derajat hipertensi lainnya (X2=41,737, p=0,000, 61,3% Vs 38,7%). Penderita dengan hipertensi derajat 2 lebih lama dirawat daripada derajat hipertensi lainnya (F=140,059, p=0,000, 7,4 hari Vs 2,6 hari Vs 1,4 hari).
Kepada RSUD Arifin Achmad agar terus meningkatkan pelayanan agar CFR akibat hipertensi di rumah sakit tiap tahun dapat menurun, dan melengkapi pencatatan diagnosa serta alasan rawatan inap penderita dengan derajat prehipertensi. Kepada pelajar yang menderita hipertensi agar rutin memeriksakan tekanan darahnya dan menjaga pola hidup yang sehat.
ABSTRACT
Hypertension is a degenerative disease and becoming a common problem found in the community. It mainly occurs frequently without symptom. In 2007, prevalence of hypertension in Indonesia was about 15-20%, in 2006 in Riau was 0,28%.
To know the characteristics of patients which are hospitalized at RSUD Arifin Achmad Pekanbaru from year 2004-2008, descriptive study has been done by using case series design and continued with the statistical analysis. The population of the research is all patient which are hospitalized from year 2004-2008 with sample needed 295 patients.
Trend of patients visit to hospital based of data from year 2004-2008 is descend with equation y = – 0,531 x + 7,959. Trend of Case Fatality Rate based of data from year 2004-2008 is descend with equation y = – 0,856 x + 8,332. The highest proportion of patients is female (59,3%), age group >60 years (51,2%), Moslem (89,1%), High School (46,4%), house wives (29,8%), married (76,6%), Pekanbaru (83,7), headache (100%), 2nd degree of hypertention (52,5%), without complication (54,2%), DM (25,1%), average length of stay 5,01 days and medically discharged and becoming out patient (89,8%). CFR = 5,7%.
Proportion patients with 2nd degree of hypertention is the most got complication than other degrees (X2=41,737, p=0,000, 61,3% Vs 38,7%). Patients with 2nd degree of hypertention is the longest hospitalized than other degrees (F=140,059, p=0,000, 7,4 days Vs 2,6 days Vs 1,5 days).
To RSUD Arifin Achmad Pekanbaru to increase health service to decrease CFR caused by hypertension every year, and to complete the notification of diagnose as well as reasons of hospitalized treatment for patients wih prehypertension degree. To students who got hypertension to check the blood pressure routinely and take healthy life style.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Sukresna Wibowo
Tempat/Tanggal Lahir : Taluk Kuantan, 16 September 1986
Agama : Islam
Jumlah Anggota Keluarga : 6 orang
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat Rumat : Jl. Palaraya – Pala 5 No. 555 Kel. Sidomulyo Timur,
Kec. Marpoyan Damai, Pekanbaru
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 002 Rengat, Riau Tahun 1992-1998
2. SLTP Negeri 1 Rengat, Riau Tahun 1998-2001
3. SMA Negeri 5 Pekanbaru, Riau Tahun 2001-2004
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur ke hadirat Allah Subhana wa Ta’ala atas berkah,
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Karakteristik Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan, bantuan
serta bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi sebagai Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara
2. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, MSi sebagai dosen pembimbing akademik,
3. Bapak Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH sebagai Kepala Departemen
Epidemiologi FKM USU,
4. Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan, masukan, saran dan meluangkan waktunya dalam
penyelesaian skripsi ini,
5. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan, masukan, saran dan meluangkan waktunya dalam
6. Ibu drh. Hiswani, M.Kes sebagai Dosen Penguji I yang telah memberikan
pengarahan, masukan, saran dan meluangkan waktunya dalam penyelesaian
skripsi ini,
7. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes sebagai Dosen Penguji II yang telah memberikan
pengarahan, masukan, saran dan meluangkan waktunya dalam penyelesaian
skripsi ini,
8. Semua dosen dan staff FKM USU yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah memberikan ilmu kepada penulis dan membantu dalam
penyelesaian skripsi ini,
9. Bapak Direktur, Direktur Umum, SDM dan Pendidikan, Kepala Instalasi
Rekam Medis, Kepala Ruangan Penyakit Dalam dan pegawai RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian dan turut membantu dalam proses pengumpulan data,
10.Skripsi ini dipersembahkan buat orang tua kandung tercinta Almarhum
Ayahanda Ir. Saniman dan Ibunda Hj. Sri Maharti yang telah membesarkan,
membimbing, dan mendidik dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan
yang tak ternilai harganya oleh materi apapun. Semoga Allah Subhana wa
Ta’ala membalas semuanya dengan kebahagian di dunia dan di akhirat dengan
berlipat ganda,
11.Saudara-saudariku yang tercinta Sari Maharani, Rahayu Dwi Muntari dan
Surya Buwono beserta Abang Iparku Budi Asrianto dan keponakanku
Muhammad Arkan Hawari yang telah memberikan semangat dan
12.Seluruh sanak keluarga yang ada di Sumatera Utara dan di Riau yang telah
membantu dan membimbing penulis selama kuliah di FKM USU, semoga
Allah Subhana wa Ta’ala membalas semua kebaikan yang telah diberikan,
13. Ayahanda Drs. H. Bangun Soaloon Pane sebagai orang tua asuh penulis
beserta keluarga yang turut andil dalam membimbing, mendidik, dan
mengajar penulis tanpa pamrih dan telah memberikan pengorbanan yang luar
biasa. Semoga Allah Subhana wa Ta’ala membalas Ayah dengan rahmat dan
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat yang berlipat ganda,
14.Sahabat-sahabat terbaikku Pondokan Arif 8 dan Arif 32 serta rekan-rekan
seperjuangan lainnya dalam aktifitas bersama yang tidak dapat disebutkan
satu persatu. Rekan-rekan Forsil USU, Politeknik, Unimed dan IAIN, terima
kasih atas kebersamaannya dan telah berbagi ilmunya kepada penulis.
Teman-teman kampus FKM USU, khususnya Stambuk 2004 dan spesialnya
peminatan Epidemiologi, terima kasih atas semangat dan kebersamaannya.
Penulis menyadari dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan yang
harus diperbaiki maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat.
Medan, Agustus 2009
DAFTAR ISI
2.2.3 Berdasarkan Gejala-gejala Klinik ... 11
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1 Model Kerangka Konsep ... 24
3.2 Defenisi Operasional ... 24
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 28
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31
5.1.1 Letak Geografis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru ... 31
5.3.2 Status Komplikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 40
5.3.3 Rata-rata Lama Rawatan Berdasarkan Derajat Hipertensi . 41
5.3.4 Proporsi Derajat Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 42
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Distribusi Penderita Hipertensi ... 43
6.1.1 Kecenderungan Penderita Hipertensi ... 43
6.1.2 Sosiodemografi ... 44
6.1.3 Keluhan Utama ... 52
6.1.4 Derajat Hipertensi ... 53
6.1.5 Status Komplikasi ... 54
6.1.7 Keadaan Sewaktu Pulang ... 56
6.2 Analisa Statistik …… ... 57
6.2.1 Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 57
6.2.2 Status Komplikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 58
6.2.3 Rata-rata Lama Rawatan Berdasarkan Derajat Hipertensi . 59
6.2.4 Derajat Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang 60
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.4 Kesimpulan ... 61
7.5 Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA …. ... xvi
LAMPIRAN ... xviii Lampiran 1 : Master Data
Lampiran 2 : Random Numbers Table Lampiran 3 : Spin Dial Direction Lampiran 4 : Hasil Pengolahan Data Lampiran 5 : Tabel lebih dari 1 keluhan Lampiran 6 : Tabel lebih dari 1 komplikasi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Tenaga Kerja di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru ... 33
Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008 ... 34
Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru Tahun 2004-2008 ... 35
Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Sosiodemografi lainnya yang Dirawat Inap di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008 ... 36
Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keluhan Yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun
2004-2008 ... 37
Tabel 5.6 Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi Yang dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin
Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008 ... 38
Tabel 5.7 Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Status Komplikasi yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun
2004-2008 ... 38
Tabel 5.8 Rata-rata Lama Rawatan Penderita Hipertensi Yang Dirawat
Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008 ... 39
Tabel 5.9 Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Tahun 2004-2008 ... 39
Tabel 5.10 Distribusi Proporsi Umur Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang dirawat inap di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru Tahun 2004-2008 ... 40
Tabel 5.11 Distribusi Proporsi Status Komplikasi Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang dirawat inap di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008 ... 41
Tabel 5.12 Rata-rata Lama Rawatan Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad
Tabel 5.13 Distribusi Proporsi Derajat Hipertensi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6.1 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008 ... 43
Gambar 6.2 Diagram Bar Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Umur yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun
2004-2008 ... 44
Gambar 6.3 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Agama yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Tahun 2004-2008 ... 46
Gambar 6.4 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Suku yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun
2004-2008 ... 47
Gambar 6.5 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan yang Dirawat Inap di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008 ... 48
Gambar 6.6 Diagram Bar Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Pekerjaan yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru Tahun 2004-2008 ... 49
Gambar 6.7 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Status Perkawinan yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru Tahun 2004-2008 ... 50
Gambar 6.8 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Tempat Tinggal yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru Tahun 2004-2008 ... 51
Gambar 6.9 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keluhan Utama yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru Tahun 2004-2008 ... 52
Gambar 6.10 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru Tahun 2004-2008 ... 53
Gambar 6.11 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Status Komplikasi yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad
Gambar 6.12 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008 ... 56
Gambar 6.13 Diagram Bar Proporsi Umur Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru Tahun 2004-2008 ... 57
Gambar 6.14 Diagram Bar Proporsi Status Komplikasi Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008 ... 58
Gambar 6.15 Diagram Bar Proporsi Rata-rata Lama Rawatan Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap
di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008 ... 59
Gambar 6.16 Diagram Bar Proporsi Derajat Hipertensi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di
ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia karena hipertensi sering muncul tanpa gejala. Pada tahun 2007, prevalensi hipertensi di Indonesia sekitar 15-20%, tahun 2006 di Riau 0,28%.
Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, telah dilakukan penelitian yang bersifat dekskriptif dengan desain case series. Populasi data seluruh penderita hipertensi yang dirawat inap tahun 2004-2008, dengan jumlah sampel yang dibutuhkan 295.
Trend kunjungan berdasarkan data tahun 2004-2008 menurun menurut persamaan y = – 0,531 x + 7,959. Trend Case Fatality Rate berdasarkan data tahun 2004-2008 menurun menurut persamaan y = – 0,856 x + 8,332. Proporsi penderita tertinggi perempuan (59,3%), kelompok umur >60 tahun (51,2%), Islam (89,1%), Minang (37,9) SLTA (46,4%), ibu rumah tangga (29,8%), berstatus kawin (76,6%), Pekanbaru (83,7%), sakit kepala (100%), hipertensi derajat dua (52,5%), tidak mengalami komplikasi (54,2%), diabetes mellitus (25,1%), rata-rata lama rawatan 5,01 hari, Pulang Berobat Jalan (89,8%). CFR = 5,7%.
Proporsi penderita dengan hipertensi derajat 2 lebih tinggi mengalami komplikasi daripada derajat hipertensi lainnya (X2=41,737, p=0,000, 61,3% Vs 38,7%). Penderita dengan hipertensi derajat 2 lebih lama dirawat daripada derajat hipertensi lainnya (F=140,059, p=0,000, 7,4 hari Vs 2,6 hari Vs 1,4 hari).
Kepada RSUD Arifin Achmad agar terus meningkatkan pelayanan agar CFR akibat hipertensi di rumah sakit tiap tahun dapat menurun, dan melengkapi pencatatan diagnosa serta alasan rawatan inap penderita dengan derajat prehipertensi. Kepada pelajar yang menderita hipertensi agar rutin memeriksakan tekanan darahnya dan menjaga pola hidup yang sehat.
ABSTRACT
Hypertension is a degenerative disease and becoming a common problem found in the community. It mainly occurs frequently without symptom. In 2007, prevalence of hypertension in Indonesia was about 15-20%, in 2006 in Riau was 0,28%.
To know the characteristics of patients which are hospitalized at RSUD Arifin Achmad Pekanbaru from year 2004-2008, descriptive study has been done by using case series design and continued with the statistical analysis. The population of the research is all patient which are hospitalized from year 2004-2008 with sample needed 295 patients.
Trend of patients visit to hospital based of data from year 2004-2008 is descend with equation y = – 0,531 x + 7,959. Trend of Case Fatality Rate based of data from year 2004-2008 is descend with equation y = – 0,856 x + 8,332. The highest proportion of patients is female (59,3%), age group >60 years (51,2%), Moslem (89,1%), High School (46,4%), house wives (29,8%), married (76,6%), Pekanbaru (83,7), headache (100%), 2nd degree of hypertention (52,5%), without complication (54,2%), DM (25,1%), average length of stay 5,01 days and medically discharged and becoming out patient (89,8%). CFR = 5,7%.
Proportion patients with 2nd degree of hypertention is the most got complication than other degrees (X2=41,737, p=0,000, 61,3% Vs 38,7%). Patients with 2nd degree of hypertention is the longest hospitalized than other degrees (F=140,059, p=0,000, 7,4 days Vs 2,6 days Vs 1,5 days).
To RSUD Arifin Achmad Pekanbaru to increase health service to decrease CFR caused by hypertension every year, and to complete the notification of diagnose as well as reasons of hospitalized treatment for patients wih prehypertension degree. To students who got hypertension to check the blood pressure routinely and take healthy life style.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam
pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan
prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi
(penyakit tidak menular) justru semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan
berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi dan meningkatnya umur harapan hidup yang
berarti meningkatnya pola risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit
jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, dan lain sebagainya.1
Menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2005, umur harapan hidup (UHH)
penduduk Indonesia pada tahun 2004 mencapai 67 tahun. Pada tahun 2002 provinsi
dengan UHH tertinggi adalah DI Yogyakarta (72,4 tahun), DKI Jakarta (72,3 tahun),
dan Sulawesi Utara (70,9 tahun). Sedangkan UHH terendah di Propinsi Banten (62,4
tahun), Kalimantan Selatan (61,3 tahun) dan Nusa Tenggara Barat (59,3 tahun).2
UHH berbeda antara perempuan dan laki-laki. Umumnya UHH perempuan
lebih tinggi dibanding laki-laki. Hal ini antara lain karena faktor genetis dan biologi
yang lebih menguntungkan perempuan. Pada tahun 2007 UHH perempuan Kalsel
mencapai 64 tahun sedangkan laki-laki mencapai 60 tahun. Pada tahun 2005 UHH
Propinsi NAD pada pria adalah 67 tahun, sedangkan pada wanita adalah 69 tahun. Di
Propinsi DIY, pada tahun 2006 UHH laki-laki adalah 66,38 tahun, sedangkan untuk
Menurut profil kesehatan propinsi Riau tahun 2006, umur harapan hidup
penduduk propinsi Riau mengalami peningkatan dari 67,9 pada tahun 2002 menjadi
70,07 pada tahun 2005.3
Salah satu penyakit degeneratif yang menjadi masalah kesehatan adalah
hipertensi yang merupakan faktor yang amat penting terhadap timbulnya berbagai
gangguan organ-organ vital tubuh. Gangguan ini sering menimbulkan komplikasi
seperti stroke, kelemahan jantung, penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal,
dan lain-lain yang berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak,
ginjal, dan jantung yang dapat berakibat kecacatan, bahkan kematian. 4
Hipertensi atau yang disebut the silent killer merupakan salah satu faktor
risiko paling berpengaruh sebagai penyebab penyakit jantung (kardiovaskular).
Penderita penyakit jantung kini mencapai lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia.
Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa di hampir semua negara mengalami penyakit
hipertensi, dan sekitar 50-60% penduduk dewasa adalah mayoritas utama yang status
kesehatannya akan menjadi lebih baik bila tekanan darahnya dapat dikontrol.5
Tahun 2008 terdapat lebih dari 1 miliar penderita hipertensi di seluruh dunia.
Artinya, satu dari empat orang dewasa hidup bersama hipertensi. Menjelang tahun
2025, jumlah itu diprediksi akan meningkat menjadi 1,6 miliar.
WHO mencatat dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta (proporsi 34,26%)
berada di negara maju dan 639 juta sisanya (proporsi 65,74%) berada di negara
Philipina pada tahun 1993 mencapai 22%, dan Singapura pada tahun 2004 mencapai
24,9%. Prevalensi hipertensi di Amerika Serikat pada tahun 2005 adalah 21,7%.7
Di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2001, data Pola Penyebab Kematian Umum di Indonesia, penyakit jantung dan
pembuluh darah dianggap sebagai penyakit pembunuh nomor satu di Indonesia.4
Gangguan jantung dan pembuluh darah seringkali bermula dari hipertensi, atau
tekanan darah tinggi. Selain itu, hipertensi yang merupakan suatu kelainan vaskuler
awal, dapat menyebabkan gangguan ginjal, merusak kerja mata, dan menimbulkan
kelainan atau gangguan kerja otak sehingga dapat menghambat pemanfaatan
kemampuan intelegensia secara maksimal.4
Menurut data Indonesian Society of Hypertention (InaSH) tahun 2007, secara
umum prevalensi hipertensi di Indonesia pada orang dewasa lebih dari 50 tahun
antara 15% dan 20%. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2001, proporsi kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia
sebesar 26,3%.8
Penyakit sistem sirkulasi dari hasil SKRT tahun 1992, 1995, dan 2001 selalu
menduduki peringkat pertama dengan prevalensi terus meningkat yaitu pada tahun
1992 sebesar 16,0%, pada tahun 1995 sebesar 18,9% dan pada tahun 2001 sebesar
26,4%.
Penelitian Anna pada tahun 2007 melihat faktor risiko kasus kardiovaskular
akibat hipertensi di Indonesia menunjukkan 8
bahwa tekanan darah < 120 mmHg risiko
relatif mortalitas akibat penyakit kardiovaskular hingga 6,1%, tekanan darah 120-139
relatif mortalitas hingga 22,7%, dan tekanan darah ≥ 160 mmHg risiko relatif
mortalitas hingga 49,2%. Proporsi penderita penyakit kardiovaskuler yang dirawat di
rumah sakit di Indonesia terus meningkat dari 2,1% di tahun 1990 menjadi 6,8% di
tahun 2001.6
Dari data rumah sakit, di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan jumlah
kasus penderita hipertensi pada tahun 1999 sebanyak 122 kasus dengan proporsi
0,8% dan tahun 2000 meningkat menjadi 215 kasus dengan proporsi 1,5%. Di RSUP
H. Adam Malik Medan dilaporkan adanya peningkatan jumlah kasus hipertensi rawat
inap pada tahun 1997-2001 yaitu tahun 1997 sebanyak 14 kasus (proporsi 0,8%),
tahun 1998 sebanyak 78 orang (proporsi 1,05%), tahun 1999 sebanyak 102 kasus
(proporsi 1,23%), tahun 2000 sebanyak 114 kasus (proporsi 1,56%) dan tahun 2001
sebanyak 128 kasus (proporsi 1,78%).9
Berdasarkan profil kesehatan propinsi Riau tahun 2006 menyebutkan bahwa
hipertensi menduduki peringkat pertama pada Pola Penyakit Tidak Menular (PTM)
menurut kabupaten/kota dengan jumlah 13.411 kasus dengan prevalensi 0,28%.
Berdasarkan laporan tahunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin
Achmad Kota Pekanbaru, proporsi penderita hipertensi yang dirawat inap pada tahun
2004 adalah sebesar 8,92% (265 orang dari 2.971 pasien penyakit dalam) dengan
Case Fatality Rate (CFR) 7,55% (20 orang), tahun 2005 sebesar 5,96% (229 orang
dari 3.843 pasien penyakit dalam) dengan CFR 6,11% (14 orang), tahun 2006 sebesar
5,85% (10 orang), dan tahun 2008 sebesar 6,85% (265 orang dari 3.870 pasien
penyakit dalam) dengan CFR 3,40% (9 orang).
1.2.Perumusan Masalah
10
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
karakteristik penderita hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Arifin Achmad Kota Pekanbaru tahun 2004-2008.
Belum diketahuinya karakteristik penderita hipertensi rawat inap di Rumah
Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru pada tahun 2004-2008
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi yang dirawat inap di
Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui trend kunjungan penderita hipertensi berdasarkan data
kunjungan tahun 2004-2008
b. Untuk mengetahui trend CFR penderita hipertensi berdasarkan data tahun
2004-2008
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan
sosiodemografi yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, dan tempat tinggal
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan derajat
hipertensi
f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan status
komplikasi
g. Untuk mengetahui distribusi penderita hipertensi berdasarkan rata-rata lama
rawatan
h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan
keadaan sewaktu pulang
i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur berdasarkan derajat hipertensi
j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi status komplikasi penderita hipertensi
berdasarkan derajat hipertensi
k. Untuk mengetahui rata-rata lama rawatan berdasarkan derajat hipertensi
l. Untuk mengetahui perbedaan proporsi derajat hipertensi berdasarkan keadaan
sewaktu pulang
1.4.Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak rumah sakit mengenai
karakteristik penderita hipertensi, sehingga dapat meningkatkan
b. Sebagai sarana meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam
menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM – USU) dan sebagai salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
c. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.1.1. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang memungkinkan darah mengalir dalam
pembuluh darah untuk beredar dalam seluruh tubuh. Darah berfungsi sebagai
pembawa oksigen serta zat-zat lain yang dibutuhkan oleh seluruh jaringan tubuh
supaya dapat hidup dan dapat melaksanakan masing-masing tugasnya.11
Tekanan Darah Sistolik (TDS) menunjukkan tekanan pada arteri bila jantung
berkontraksi (denyut jantung) atau tekanan maksimum dalam arteri pada suatu saat.
TDS dinyatakan oleh angka yang lebih besar jika dibaca pada alat pengukur tekanan
darah. TDS normal 90-120 mmHg. Tekanan Darah Diastolik (TDD) menunjukkan
tekanan darah dalam arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua
denyutan. TDD dinyatakan dengan angka yang lebih kecil jika dibaca pada alat
pengukur tekanan darah. TDD normal 60-80 mmHg. Tingginya TDS berhubungan
dengan curah jantung, sedangkan TDD berhubungan dengan besarnya resistensi
perifer.12
2.1.2. Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah darah yang berlebihan dan hampir konstan
pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah.12
b. Normal bila tekanan darah 120/80-130/85 mmHg,
c. Normal tinggi bila tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah
diastolik 85-89,
d. Hipertensi derajat 1 (ringan) bila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan
tekanan darah diastolik 90-99 mmHg,
e. Hipertensi derajat 2 (sedang) bila tekanan darah sistolik 160-179 mmHg dan
tekanan darah diastolik 100-109 mmHg,
f. Hipertensi derajat 3 (berat) bila tekanan darah ≥ 180/110,
g. Hipertensi sistolik (Isolated Systolic Hypertension) bila tekanan darah sistolik
≥ 140 dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.
Kaplan (1985) membedakan hipertensi berdasarkan usia dan jenis kelamin,
yaitu :
a. Laki-laki, usia ≤ 45 tahun dikatakan hipertensi apabila tekanan darah ≥ 130/90
mmHg 14
b. Laki-laki, usia > 45 tahun dikatakan hipertensi apabila tekanan darah ≥ 145/95
mmHg
c. Perempuan, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah ≥ 160/95 mmHg
Hipertensi adalah salah satu penyebab kematian nomor satu. Komplikasi
pembuluh darah yang disebabkan hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung
koroner, infark (penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan kerusakan
jaringan) jantung, stroke, dan gagal ginjal. Komplikasi pada organ tubuh
menyebabkan penderita, keluarga dan negara harus mengeluarkan lebih banyak biaya
pengobatan dan perawatan, tentu pula menurunkan kualitas hidup penderita.8
Prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti
merokok, obesitas, inaktivatas fisik, dan stres psikososial. Hipertensi merupakan
masalah kesehatan masyarakat (public health problem) dan akan menjadi masalah
yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini.8
2.2. Klasifikasi Hipertensi 2.2.1 Berdasarkan Penyebab
a. Hipertensi Primer (Hipertensi Esensial)
Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah suatu peningkatan persisten
tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik
normal tanpa penyebab sekunder yang jelas. Hipertensi essensial meliputi lebih
kurang 95% dari seluruh penderita hipertensi dan 5% sisanya disebabkan oleh
hipertensi sekunder.
Contoh kelainan yang menyebabkan hipertensi sekunder adalah sebagai hasil
dari salah satu atau kombinasi dari akibat stres yang parah, penyakit atau gangguan
ginjal, kehamilan dan pemakaian hormon pencegah kehamilan, pemakaian 15
b. Hipertensi Sekunder (Hipertensi non Esensial)
Hipertensi sekunder atau hipertensi non esensial adalah hipertensi yang dapat
diketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder meliputi lebih kurang 5% dari total
obatan seperti heroin, kokain, dan sebagainya, cedera di kepala atau perdarahan di
otak yang berat, dan tumor atau sebagai reaksi dari pembedahan.16
2.2.2 Berdasarkan TDS dan TDD
Menurut The Joint National Committee on Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure (JNC-7) tahun 2003 hipertensi dibedakan
berdasarkan Tekanan Darah Sistolik (TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD)
sebagai berikut :
a. Normal bila tekanan darah sistolik 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg 15
b. Prehypertension bila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan diastolik
80-89 mmHg
c. Hipertensi stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan diastolik
90-99 mmHg
d. Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥
100 mmHg
Bila tekanan darah penderita hipertensi berbeda dengan klasifikasi sebagai
contoh TDS 170 mmHg sedangkan TDD 90 mmHg maka derajat hipertensi
ditentukan dari tekanan sistolik (TDS) karena merupakan tekanan yang terjadi ketika
jantung berkontraksi memompakan darah.
Pada hipertensi benigna, tekanan darah sistolik maupun diastolik belum
begitu meningkat, bersifat ringan atau sedang dan belum tampak kelainan atau 15
kerusakan dari target organ seperti mata, otak, jantung, dan ginjal. Juga belum
nampak kelainan fungsi dari alat-alat tersebut yang sifatnya berbahaya.
b. Hipertensi Maligna
Disebut juga accelerated hypertension, adalah hipertensi berat yang disertai
kelainan khas pada retina, ginjal, dan kelainan serebral. Pada retina terjadi kerusakan
sel endotelial yang akan menimbulkan obliterasi atau robeknya retina.17
Apabila diagnosis hipertensi maligna ditegakkan, pengobatan harus segera
dilakukan. Diupayakan tekanan darah sistolik mencapai 120-139 mmHg. Hal ini
perlu dilakukan karena insidensi terjadinya perdarahan otak atau payah jantung pada
hipertensi maligna sangat besar.14
c. Hipertensi ensefalopati
Merupakan komplikasi hipertensi maligna yang ditandai dengan gangguan
pada otak. Secara klinis bermanifestasi dengan sakit kepala yang hebat, nausea, dan
muntah. Tanda gangguan serebral seperti kejang ataupun koma, dapat terjadi apabila
tekanan darah tidak segera diturunkan. Keadaan ini biasanya timbul apabila tekanan
diastolik melebihi 140 mmHg. Hipertensi berat yang diikuti tanda-tanda payah
jantung, perdarahan otak, perdarahan pasca operasi merupakan keadaan kedaruratan
hipertensi yang memerlukan penanganan secara seksama.14
2.3 Gejala Klinis
Hipertensi seringkali muncul tanpa gejala hingga menimbulkan komplikasi
yaitu sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk, perasaan berputar
serasa ingin jatuh, berdebar atau detak jantung terasa cepat, dan telinga berdengung.14
Pada survei hipertensi di Indonesia oleh Sugiri, dkk (1995), tercatat
gejala-gejala sebagai berikut : pusing, mudah marah, telinga berdengung, sesak nafas, rasa
berat ditengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang serta sukar tidur
merupakan gejala yang banyak dijumpai. Gejala lain akibat komplikasi hipertensi,
seperti gangguan penglihatan, gangguan saraf (neurology), gejala gagal jantung, dan
gejala lain akibat gangguan fungsi ginjal sering dijumpai.13
2.4 Diagnosis
Seperti lazimnya pada penyakit lain, diagnosis hipertensi ditegakkan
berdasarkan data anamnese, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan laboratorium maupun
pemeriksaan penunjang. Pada 70-80% kasus hipertensi esensial didapatkan riwayat
hipertensi di dalam keluarga, walaupun hal ini belum dapat memastikan diagnosis
hipertensi esensial. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua maka
dugaan hipertensi esensial lebih besar.14
Pada wanita, keterangan mengenai hipertensi pada kehamilan, riwayat
persalinan, pengggunaan pil kontrasepsi, diperlukan dalam anamnesis. Selain itu, data
mengenai penyakit penyerta yang timbul bersamaan seperti diabetes melitus (kencing
manis), gangguan hyperthyroid, rematik, gangguan ginjal, serta faktor resiko
terjadinya hipertensi seperti rokok, alkohol, stres, dan data obesitas (kegemukan)
Pemeriksaan yang lebih teliti, perlu dilakukan pada organ target, untuk
menilai komplikasi hipertensi. Identifikasi pembesaran jantung, tanda payah jantung,
pemeriksaan funduskopi, tanda gangguan neurologi dapat membantu menegakkan
diagnosis komplikasi akibat hipertensi. Pemeriksaan fisik lain secara rutin perlu
dilakukan untuk mendapatkan tanda kelainan lain yang mungkin ada hubungan
dengan hipertensi. 13,14
2.5 Komplikasi
Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat apabila terjadinya
kenaikan tekanan darah yang mendadak tinggi. Beberapa negara mempunyai pola
komplikasi yang berbeda-beda. Di Jepang, gangguan serebrovaskular lebih mencolok
dibandingkan kelainan organ yang lain, sedangkan di Amerika dan Eropa komplikasi
jantung lebih banyak ditemukan. Di Indonesia belum terdapat data mengenai hal ini,
akan tetapi komplikasi serebrovaskular dan komplikasi jantung sering ditemukan.14
Alat tubuh yang sering terserang hipertensi adalah mata, ginjal, jantung, dan
otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan
kebutaan. Payah jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi
berat di samping kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan,
akibat pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan kematian. Kelainan yang
lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak
2.6. Epidemiologi Hipertensi
2.6.1. Distribusi dan Frekuensi Hipertensi a. Orang
Menurut Indonesian Society of Hypertension tahun 2007, secara umum
prevalensi hipertensi di Indonesia pada orang dewasa berumur lebih dari 50 tahun
adalah antara 15% dan 20%. Survei faktor resiko penyakit kardiovaskuler oleh WHO
di Jakarta menunjukkan di Indonesia prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin
dengan tekanan darah 160/90 masing-masing pada pria adalah pada tahun 1988
sebesar 13,6%, pada tahun 1993 sebesar 16,5%, dan pada tahun 2000 sebesar 12,1%.
Sedangkan pada wanita prevalensi pada tahun 1988 mencapai 16%, pada tahun 1993
sebesar 17%, dan pada tahun 2000 sebesar 12,2%.8
b. Tempat
Prevalensi terendah hipertensi adalah pada suku Asmat di Lembah Balim Jaya
(0,6%) kemungkinan karena suku Asmat tinggal di daerah pegunungan dan pola
hidup dan konsumsi pangan yang masih bersifat alami dan tertinggi pada suku Sunda
di Sukabumi, Jawa Barat kemungkinan karena pola hidup masyarakat yang banyak
mengonsumsi makanan cepat saji (fast food). Dikawasan Jawa Bali sedikit lebih
tinggi (17%) dibandingkan dengan sumatera dan kawasan timur Indonesia.
Menurut penelitian Susalit E. (1991) menunjukkan bahwa masyarakat
perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan.
kota Jakarta sebesar 14,2%, sedangkan prevalensi hipertensi di Sukabumi sebesar
28,6%.12
Penduduk yang tinggal di daerah pesisir lebih rentan terhadap penyakit
hipertensi karena tingkat mengonsumsi garam lebih tinggi dibandingkan daerah
pegunungan yang lebih banyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.16
c. Waktu
SKRT tahun 1995 mencatat prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8,3%.
SKRT tahun 2001 mencatat jumlah kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh
darah di Indonesia sebesar 26,3%.8
Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2001 mencatat proporsi hipertensi
pada pria sebesar 27% dan wanita sebesar 29%. Sedangkan hasil SKRT 2004
menunjukkan proporsi hipertensi pada pria sebesar 12,2% dan wanita 15,5%.8
2.6.2. Faktor Risiko Hipertensi
a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah 1. Umur
Penderita hipertensi esensial sebagian besar timbul pada usia 24-45 tahun
hanya 20% yang menimbulkan kenaikan tekanan darah di bawah usia 20 tahun dan di
atas 50 tahun. Menurut Kaplan (1991) prevalensi penderita hipertensi umumnya
paling tinggi dijumpai pada usia > 40 tahun. Penderita kemungkinan mendapat
komplikasi (kelainan) pembuluh darah otak 6-10 kali lebih besar pada usia 30-40
2. Jenis Kelamin
Prevalensi penderita hipertensi lebih sering ditemukan pada kaum pria
daripada kaum wanita, hal ini disebabkan secara hormonal laki-laki lebih berisiko
terjadi hipertensi. Pada saat mengatasi masalah pria cenderung emosi dan mencari
jalan pintas seperti merokok, mabuk minum-minuman alkohol, dan pola makan yang
tidak baik sehingga tekanan darahnya dapat meningkat. Sedangkan pada wanita
dalam mengatasi masalah atau stres, masih dapat mengatasinya dengan tenang dan
lebih stabil. Sugiri (1990) dalam penelitiannya menemukan di Sumatera Barat lebih
banyak penderita hipertensi pada pria (18,6%) daripada wanita (17,4%)11
Dari umur 55 s/d 74 tahun, perempuan lebih banyak menderita hipertensi
dibanding laki-laki. Tekanan darah cenderung meningkat pada wanita setelah
menopause daripada sebelum menopause, hal ini disebabkan oleh faktor psikologis
dan adanya perubahan dalam diri wanita tersebut.16
3. Genetika
Faktor-faktor genetika telah lama dikatakan penting dalam genesis dari
hipertensi. Salah satu tindakan penyelidikan yang dilakukan adalah menilai korelasi
tekanan darah dalam keluarga (familial aggregation) individu dengan orang tua yang
menderita hipertensi. Beevers dan O’Brien (1994) menyatakan bahwa faktor
keturunan akan menyumbang sebesar 60% untuk terjadinya hipertensi. Lebih jauh
diutarakan bahwa apabila salah satu saudaranya hipertensi maka resiko hipertensi
4. Ras atau suku bangsa
Orang berkulit hitam dari semua umur lebih besar peluang terjadi hipertensi
daripada orang berkulit putih. Perbedaan ini paling besar terjadi pada umur 55-64
tahun. Pada kelompok umur ini prevalensi dari hipertensi pada orang berkulit hitam
dua kali lebih besar daripada orang berkulit putih. Pada umur ≥ 75 tahun 54% orang
berkulit hitam terjadi hipertensi, berbeda halnya hanya 38% kejadian hipertensi pada
orang berkulit putih.18
b. Faktor Risiko Hipertensi yang Dapat Dihindarkan atau Diubah 1. Lemak dan kolesterol
Pola makan penduduk yang tinggal di kota-kota besar berubah dimana
fastfood dan makanan yang kaya kolesterol menjadi bagian yang dikonsumsi
sehari-hari. Mengurangi diet lemak dapat menurunkan tekanan darah 6/3 mmHg dan bila
dikombinasikan dengan meningkatkan konsumsi buah dan sayuran dapat menurunkan
tekanan darah sebesar 11/6 mmHg. Makan ikan secara teratur sebagai cara
mengurangi berat badan akan meningkatkan penurunan tekanan darah pada penderita
gemuk dan memperbaiki profil lemak.
Diet tinggi garam dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah dan
prevalensi hipertensi. Efek diperkuat dengan diet kalium yang rendah. Penurunan diet
natrium dari 180 mmol (10,5 gr) perhari menjadi 80-100 mmol (4,7-5,8 perhari)
menurunkan tekanan darah sistolik 4-6 mmHg. Tetapi pengaruh lebih kuat pada 13
orang kulit hitam, obesitas dan umur tua. WHO-ISH (1999) membuat tujuan diet
rendah natrium ialah sampai < 100 mmol (5,8 gr) perhari atau < 6 gr NaCl perhari. 13
3. Minuman beralkohol
Terdapat hubungan linier antara konsumsi alkohol, tingkat tekanan darah dan
prevalensi hipertensi pada masyarakat. Alkohol menurunkan efek obat antihipertensi,
tetapi efek presor ini menghilang dalam 1-2 minggu dengan mengurangi minum
alkohol sampai 80%. Pada penderita hipertensi konsumsi alkohol dibatasi 20-30 gr
etanol perhari untuk pria dan 10-20 gr etanol perhari pada wanita. 13
4. Kelebihan Berat Badan (Overweight)
Dari data observasional WHO tahun 1996, regresi multivariat dari tekanan
darah menunjukkan sebuah peningkatan 2-3 mmHg tekanan darah sistolik dan 1-3
mmHg tekanan darah diastolik pada setiap 10 kg kenaikan berat badan.Mereka yang
memiliki lemak yang bertumpuk di daerah sekitar pinggang dan perut (bentuk buah
apel) lebih mungkin terkena tekanan darah tinggi bila dibandingkan dengan mereka
yang memiliki kelebihan lemak di paha dan panggul.
)
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah kombinasi antara tinggi dan berat badan
untuk mengukur kadar kegemukan yang melibatkan seluruh berat badan.
Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Dimana dikatakan kurus bila IMT ≤ 20, berat badan sehat bila IMT 20 -25,
5. Rokok dan Kopi
Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat untuk
mencegah penyakit kardiovaskuler dan nonkardiovaskuler pada penderita hipertensi.
Merokok dapat menghapuskan efektifitas beberapa obat antihipertensi, misalnya
pengobatan hipertensi yang menggunakan terapi beta blocker dapat menurunkan
risiko penyakit jantung dan stroke hanya bila pemakainya tidak merokok.20
Kopi juga berakibat buruk pada jantung. Kopi mengandung kafein yang
meningkatkan debar jantung dan naiknya tekanan darah. Meminum kopi lebih dari
empat cangkir kopi sehari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sekitar 10
mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 8 mmHg.
6.Stres
21
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatik yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten. Apabila stres
menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menetap tinggi. Hal ini secara
pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan dibuktikan bahwa
pemaparan terhadap stres membuat binatang menjadi hipertensi.
7. Olahraga
20,23
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi karena
olahraga isotonik (seperti bersepeda, jogging, aerobik) yang teratur dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga
2.7. Pencegahan Hipertensi 2.7.1 Pencegahan Premordial16
Pencegahan premordial yaitu upaya pencegahan munculnya faktor
predisposisi terhadap hipertensi dimana belum tampak adanya faktor yang menjadi
risiko. Upaya ini dimaksudkan dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang
memungkinkan pencegahan terjadinya hipertensi mendapat dukungan dasar dari
kebiasaan, gaya hidup dan faktor lainnya, misalnya menciptakan kondisi sehingga
masyarakat merasa bahwa rokok itu suatu kebiasaan yang kurang baik dan
masyarakat mampu bersikap positif terhadap bukan perokok, merubah pola konsumsi
masyarakat yang sering mengonsumsi makanan cepat saji.
2.7.2 Pencegahan Primer19,20,24
Pencegahan primer dilakukan dengan pencegahan terhadap faktor risiko yang
tampak pada individu atau masyarakat. Sasaran pada orang sehat yang berisiko tinggi
dengan usaha peningkatan derajat kesehatan yakni meningkatkan peranan kesehatan
perorangan dan masyarakat secara optimal dan menghindari faktor resiko timbulnya
hipertensi.
Pencegahan primer penyebab hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Mengurangi/menghindari setiap perilaku yang memperbesar resiko, yaitu
menurunkan berat badan bagi yang kelebihan berat badan dan kegemukan,
menghindari meminum minuman beralkohol, mengurangi/membatasi asupan
natrium/garam, berhenti merokok bagi perokok, mengurangi/menghindari
b. Peningkatan ketahanan fisik dan perbaikan status gizi, yaitu melakukan olahraga
secara teratur dan terkontrol seperti senam aerobik, jalan kaki, berlari, naik
sepeda, berenang, dan lain-lain, diet rendah lemak dan memperbanyak
mengonsumsi buah-buahan dan sayuran, mengendalikan stres dan emosi
2.7.3 Pencegahan Sekunder
a. Pemeriksaan berkala
19,20,24
Sasaran utama adalah pada mereka terkena penyakit hipertensi melalui
diagnosis dini serta pengobatan yang tepat dengan tujuan mencegah proses penyakit
lebih lanjut dan timbulnya komplikasi.
Pencegahan bagi mereka yang terancam dan menderita hipertensi adalah
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah secara berkala oleh dokter secara
teratur merupakan cara untuk mengetahui apakah kita menderita hipertensi
atau tidak
2. Mengendalikan tensi secara teratur agar tetap stabil dengan atau tanpa
obat-obatan anti hipertensi
b. Pengobatan/perawatan
1. Pengobatan yang segera sangat penting dilakukan sehingga penyakit
hipertensi dapat segera dikendalikan
2. Menjaga agar tidak terjadi komplikasi akibat hiperkolesterolemia, diabetes
3. Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang wajar sehingga kualitas hidup
penderita tidak menurun
4. Memulihkan kerusakan organ dengan obat antihipertensi, baik tungggal
maupun majemuk
5. Memperkecil efek samping pengobatan
6. Menghindari faktor resiko penyebab hipertensi seperti yang disebutkan di atas
7. Mengobati penyakit penyerta seperti diabetes melitus, kelainan pada ginjal,
hipertiroid, dan sebagainya yang dapat memperberat kerusakan organ.
2.7.4 Pencegahan Tersier
Tujuan utama adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut dan mencegah
cacat/kelumpuhan dan kematian karena penyakit hipertensi.
Pencegahan tersier penyakit hipertensi adalah sebagai berikut : 19,20,24
a. Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang normal sehingga kualitas hidup
penderita tidak menurun
b. Mencegah memberatnya tekanan darah tinggi sehingga tidak menimbulkan
kerusakan pada jaringan organ otak yang mengakibatkan stroke dan kelumpuhan
anggota badan
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1. Model Kerangka Konsep
3.2. Defenisi Operasional
3.2.1.Penderita hipertensi adalah pasien yang dinyatakan hipertensi berdasarkan
diagnosa dokter sesuai tercatat pada kartu status dan dirawat inap di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru pada tahun 2004-2008
3.2.2.Sosiodemografi adalah keterangan yang menunjukkan spesifikasi pribadi
penderita hipertensi dan hubungan sosialnya di masyarakat meliputi umur, jenis
kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan tempat
tinggal, sesuai tercatat pada kartu status.
Karakteristik Penderita Hipertensi
1. CFR pertahun
2. Sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan dan tempat tinggal)
3. Keluhan
4. Derajat Hipertensi
5. Status Komplikasi
6. Lama Rawatan
3.2.3.Umur adalah usia penderita hipertensi sesuai tercatat pada kartu status.
Dikategorikan atas :
1. ≤ 20 tahun
14
2. 21-30 tahun 3. 31-40 tahun 4. 41-50 tahun 5. 51-60 tahun 6. > 60 tahun
Untuk uji statistik dengan kelompok umur :
1. ≤ 40 tahun 2. > 40 tahun
3.2.4.Jenis Kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita hipertensi
sesuai tercatat pada kartu status. Dikategorikan atas :
1. Laki-laki 2. Perempuan
3.2.5.Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita hipertensi sesuai tercatat
pada kartu status. Dikategorikan atas :
1. Islam
2. Kristen Protestan 3. Katholik
3.2.6.Suku adalah suatu istilah etnografi untuk suatu kebudayaan dengan corak khas
pada penderita hipertensi sesuai tercatat pada kartu status. Dikategorikan atas :
3.2.7.Pendidikan adalah pendidkan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan
berhasil diselesaikan penderita hipertensi sesuai tercatat pada kartu status.
Dikategorikan atas :
1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. Akademi/PT
3.2.8.Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan penderita hipertensi di luar atau di
dalam rumah sesuai tercatat pada kartu status. Dikategorikan atas :
1. Pegawai Negeri Sipil 2. Pegawai Swasta 3. Petani
4. Ibu Rumah Tangga 5. Pensiunan
6. Pelajar 7. Tidak tercatat
3.2.9.Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan
penderita hipertensi sesuai tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :
1. Kawin 2. Belum kawin 3. Janda
4. Duda
3.2.10.Tempat tinggal adalah alamat dimana penderita hipertensi tinggal sesuai
tercatat pada kartu status. Dikategorikan atas :
3.2.11.Keluhan utama adalah gangguan/keluhan fisik yang sering dirasakan oleh
penderita hipertensi kesehariannya, sesuai tercatat pada kartu status.
Dikategorikan atas :
1. Sakit kepala 23
2. Pegal pada tengkuk 3. Telinga berdenging 4. Jantung berdebar-debar 5. Sesak nafas
6. Mual 7. Muntah 8. Lemas 9. Pingsan
3.2.12.Derajat hipertensi adalah klasifikasi yang ditentukan menurut klasifikasi
JNC-VII :
1. Prehipertensi bila TDS 120-139 mmHg dan atau TDD 80-89 mmHg 24
2. Hipertensi derajat 1 bila TDS 140-159 mmHg dan atau TDD 90-99 mmHg 3. Hipertensi derajat 2 bila TDS ≥160 mmHg dan atau TDD ≥100 mmHg
3.2.13.Status komplikasi adalah gangguan fisiologis dan anatomis yang dirasakan
oleh penderita hipertensi sebagai dampak lanjut dari hipertensi sebagai
dampak lanjut dari hipertensi dan sifatnya memperberat penyakit tersebut,
sesuai tercatat pada kartu status. Dikategorikan atas :
1. Gagal Ginjal Kronis (GGK)
17
2. Penyakit Jantung Koroner (PJK) 3. Diabetes Mellitus (DM)
4. Stroke
3.2.14.Lama rawatan rata-rata adalah jumlah hari rata-rata penderita hipertensi
dirawat dari tanggal masuk sampai keluar (baik dengan izin dokter, atas
permintaan sendiri, maupun meninggal dunia) sesuai tercatat pada kartu
status.
3.2.15.Keadaan sewaktu pulang adalah keterangan tentang keadaan penderita
hipertensi ketika pulang sesuai tercatat di kartu status. Dikategorikan atas :
1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan Case Series.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin
Achmad Pekanbaru. Pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi
merupakan rumah sakit kelas B Pendidikan di Pekanbaru dan rujukan propinsi,
tersedianya data yang dibutuhkan dan belum pernah dilakukan penelitian.
4.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan mulai Oktober 2008 sampai dengan Juli 2009.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah data seluruh penderita hipertensi yang dirawat
inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pekanbaru tahun 2004-2008 yaitu 1.116
orang yang terdaftar pada bagian rekam medis.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sebagian dari data penderita hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit
Besar sampel yang diperlukan adalah berdasarkan perhitungan dengan rumus
d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05)
Maka :
Besar sampel yang diperlukan sebanyak 295 orang.
Cara pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling dengan
menggunakan bantuan spin dial pada C-Survey dan tabel angka acak pada website
http:
4.4. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status
sampel penderita hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008. Semua kartu status sampel
tersebut dikumpulkan kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan jenis variabel
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang terkumpul kemudian diolah dengan komputer dan dianalisa dengan
menggunakan uji Chi Square, Anova dan Kruskal Wallis, serta disajikan dalam
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1 Letak Geografis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad beralamat di Jl.
Diponegoro No. 2 Kecamatan Suma Hilang Kota Pekanbaru, Riau. RSUD Arifin
Achmad merupakan rumah sakit kelas B Pendidikan dengan luas tanah ± 8,5Ha dan
luas bangunan 50.289 m2. RSUD Arifin Achmad mulai dibangun tahun 1970 dan
mulai operasional tahun 1976. Gedung kelas utama VIP, kelas I, kelas II dan kelas
III dibangun tahun 1999-2000.
Pada tahun 1976 dengan SK Gubernur No. KPTS_70/V/1976 pada tangal 24
Mei 1976 dibentuk Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) dengan status rumah
sakit kelas C. Kemudian pada tahun 1993 melalui SK Gubernur No. KPTS_22/I/1993
RSUD Arifin Achmad berubah status menjadi kelas B Non Pendidikan dan
merupakan Top Refferal untuk daerah tingkat I Propinsi Riau. Pada tahun 1997
melalui persetujuan Mendagri No. 445/084/PUOD tanggal 13 Januari 1997
5.1.2 Visi dan Misi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Visi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru adalah menjadi rumah sakit pendidikan
mandiri dengan pelayanan paripurna yang memenuhi standar Internasional tahun
2010. Misi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru adalah :
a. Menyelenggarakan fungsi pelayanan kesehatan sesuai dengan standar
Internasional dan menjadi pusat rujukan bagi rumah sakit lainnya di Propinsi
Riau
b. Melaksanakan fungsi sebagai rumah sakit pendidikan kedokteran dan
pendidikan kesehatan lainnya
c. Melaksanakan fungsi administrasi secara profesional
5.1.3 Fasilitas RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Jenis kelompok peralatan yang dimiliki RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
adalah Medik 4 Dasar sebanyak 272 unit meliputi Bedah sebanyak 102 unit, Obsgyn
68 unit, Anak 70 unit dan Penyakit Dalam sebanyak 32 unit, dan Medik Penunjang
sebanyak 74 unit meliputi Radiologi sebanyak 17 unit, Lab sebanyak 33 unit dan
Anasthesi sebanyak 24 unit.
Jumlah fasilitas tempat tidur RSUD Arifin Achmad Pekanbaru sebanyak 370
buah meliputi 29 buah pada kelas utama VIP, 57 buah pada kelas I, 114 buah pada
kelas II, dan 170 buah pada kelas III. Fasilitas pendukung rumah sakit berupa
prasarana air yaitu dari PAM dan sumur, tenaga listrik PLN daya terpasang 1700KW,
1 unit tenaga listrik diesel/genset dengan daya 850KVA, dan 2 unit UPS dengan daya
Kendaraan operasional yang dimiliki RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
adalah ambulance sebanyak 7 unit, dan mobil jenazah sebanyak 2 unit. Kendaraan
roda empat yang dimiliki sebanyak 9 unit dan kendaraan roda dua sebanyak 1 unit.
5.1.4 Tenaga Kerja di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Jumlah tenaga kerja RSUD Arifin Achmad Pekanbaru adalah sebanyak 894
orang dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 5.1 Distribusi Tenaga Kerja di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
No Kategori Tenaga f %
1 Dokter Spesialis lain 34 3,80
2 Dokter Spesialis 4 dasar 36 4,03
3 Dokter Spesialis Penunjang 10 1,12
4 Dokter Umum 42 4,70
5 Dokter Gigi 6 0,67
6 Sarjana Kesehatan Lain 15 1,68
7 Perawat 420 46,98
8 Paramedis Non perawat 103 11,52
9 Non Medis 228 25,50
Total 894 100
Sumber : Laporan Tahunan RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2008
5.2 Penderita Hipertensi
5.2.1 Tahun Kunjungan 2004-2008
Distribusi proporsi penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUD Arifin
Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008
No Tahun Hipertensi Penyakit Dalam Meninggal
f (%) f % f CFR (%)
1 2004 265 8,92 2.971 100 20 7,55
2 2005 229 5,96 3.843 100 14 6,11
3 2006 186 5,31 3.503 100 11 5,91
4 2007 171 4,79 3.573 100 10 5,85
5 2008 265 6,85 3.870 100 9 3,40
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa proporsi penderita hipertensi yang dirawat
inap dari seluruh pasien rawat inap penyakit dalam di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru tahun 2004-2008 tertinggi tahun 2004 yaitu 8,92% dan terendah tahun
2007 yaitu 4,79%. CFR tertinggi tahun 2004 yaitu 7,55% dan terendah tahun 2008
sebesar 3,40%. CFR tahun 2004-2008 yaitu 5,7%.
5.2.2 Sosiodemografi
Hasil penelitian penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008 berdasarkan sosiodemografi yaitu menurut
umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan
Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008
No Umur
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki Perempuan
f % F % f %
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa proporsi penderita hipertensi berjenis kelamin
laki-laki tertinggi adalah pada kelompok umur > 60 tahun 20,0%. Proporsi penderita
hipertensi berjenis kelamin perempuan tertinggi pada kelompok umur > 60 tahun
Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Sosiodemografi Lainnya yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008
No Sosiodemografi f Proporsi (%)
1 Agama 1. Islam
2. Kristen Protestan 3. Katholik
1. Pegawai Negeri Sipil 2. Pegawai Swasta 3. Petani
4. Ibu Rumah Tangga 5. Pensiunan
6. Pelajar 7. Tidak tercatat
34
5 Status Perkawinan 1. Kawin 2. Luar Pekanbaru
247 48
83,7 16,3
Tabel 5.4 menunjukkan proporsi penderita berdasarkan agama tertinggi Islam
89,1% dan terendah Katholik 4,1%. Berdasarkan suku tertinggi Minang 37,9% dan
terendah suku lainnya (Tionghoa, Banjar) 2,4% yaitu 4 orang Tionghoa dan 3 orang
Banjar. Berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi SLTA 46,4% dan terendah
Akademi/PT 5,8%. Berdasarkan pekerjaan tertinggi Ibu Rumah Tangga (IRT) 29,8%
dan terendah tidak tercatat 0,3%. Berdasarkan status perkawinan tertinggi kawin
sebesar 76,6% dan terendah belum kawin 1,4%. Berdasarkan tempat tinggal tertinggi
berada di Pekanbaru 83,7%.
5.2.3 Keluhan Utama
Proporsi penderita hipertensi berdasarkan keluhan utama yang dirawat inap di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008 dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keluhan yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008
No Keluhan (n = 295) f Proporsi (%)
Pegal pada tengkuk Mual
Tabel 5.5 menunjukkan proporsi keluhan tertinggi sakit kepala 100% dan
5.2.4 Derajat Hipertensi
Proporsi penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi yang dirawat inap
di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 5.6 Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi Yang dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008
No Derajat Hipertensi f Proporsi (%)
1 2 3
Prehipertensi Hipertensi Derajat 1 Hipertensi Derajat 2
25
Tabel 5.6 menunjukkan proporsi derajat hipertensi penderita tertinggi
hipertensi derajat 2 sebesar 52,5% dan terendah prehipertensi 8,5%.
5.2.5 Status Komplikasi
Proporsi penderita hipertensi berdasarkan status komplikasi yang dirawat inap
di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 5.7 Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Status Komplikasi yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008
No Status Komplikasi (n = 295) f Proporsi (%)
Penyakit Jantung Koroner Gagal Ginjal Kronis Stroke
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa penderita hipertensi berdasarkan status
tertinggi adalah tidak komplikasi 54,2% dan terendah mengalami komplikasi stroke
5,4%. Tabel 5.7 distribusi frekuensi > 1 komplikasi dapat dilihat pada lampiran 6.
5.2.6 Rata-rata Lama Rawatan
Lama rawatan penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008 dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Tabel 5.8 Rata-rata Lama Rawatan Penderita Hipertensi Yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008
Lama Rawatan (hari) Mean
Standar Deviasi
95% Confidence Interval Minimum
Tabel 5.8 menunjukkan rata-rata lama rawatan penderita 5,01 hari. Lama
rawatan tersingkat 1 hari dan terlama 21 hari.
5.2.7 Keadaan Sewaktu Pulang
Proporsi penderita hipertensi yang dirawat inap di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru tahun 2004-2008 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 5.9 Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008
No Keadaan Sewaktu Pulang f Proporsi (%)
1 2 3
Pulang Berobat Jalan
Pulang atas permintaan sendiri Meninggal dunia
5.3 Analisa Statistik
5.3.1 Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi
Distribusi proporsi umur penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi
yang dirawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008 dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.10 Distribusi Proporsi Umur Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang dirawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2004-2008
No Derajat Hipertensi
Umur (tahun) Hipertensi Derajat 1 Hipertensi Derajat 2
7
Tabel 5.10 menunjukkan proporsi umur penderita dengan prehipertensi
tertinggi umur > 40 tahun 72,0%. Dengan hipertensi derajat 1 seluruh penderita umur
> 40 tahun. Dengan hipertensi derajat 2 seluruh penderita umur > 40 tahun.
Analisa uji statistik dengan uji chi-square tidak dapat dilakukan karena
terdapat 3 sel (50,0%) yang expected count-nya kurang dari 5.
5.3.2 Status Komplikasi Berdasarkan Derajat Hipertensi
Distribusi proporsi status komplikasi penderita hipertensi berdasarkan derajat
hipertensi yang dirawat inap di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008