• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Vitamin A di Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Helvetia Medan Sumatera Utara Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Vitamin A di Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Helvetia Medan Sumatera Utara Tahun 2010"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Vitamin A di Posyandu di

Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Helvetia Medan

Sumatera Utara

Oleh:

ROSELINE A. SIREGAR

070100130

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Vitamin A di Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Helvetia Medan

Sumatera Utara

Karya Tulis Ilmiah

Oleh:

ROSELINE A. SIREGAR 070100130

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Vitamin A di Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Helvetia Medan Sumatera Utara Tahun 2010

Nama : Roseline A. Siregar NIM : 070100130

__________________________________________________________________

Pembimbing Penguji

(dr. Masitha Dewi, Sp. M) (dr. Lita Perawaty, M. Kes) NIP.197610242005012001 NIP. 1970020820011122001

(dr. Liberty Sirait, Sp. B) NIP.

Medan, 29 Nopember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera utara

(4)

KATA PENGANTAR

Sembah puji, hormat serta syukur penulis panjatkan kepada IAM yang Maha Besar dan Maha Mulia karena begitu besar kasihNya dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis diberikan kesempatan untuk boleh belajar dan menyelesaikan penelitian serta karya tulis ilmiah ini. Judul penelitian ini adalah “Gambaran Pengetahuan Ibu tentang vitamin A di Posyandu di Wilayah Kerja di Puskesmas Perumnas Helvetia Tahun 2010” dan ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima

kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini, di antaranya adalah:

1. Ibunda tercinta, Lucy Nora Pohan, yang mau berdoa dan memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis boleh semakin tergerak mengerjakan karya tulis ilmiah ini.

2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Masitha Dewi, Sp. M, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi arahan, masukan dan nasihat kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.

4. dr. Andrina Y. Rambe, Sp. THT, selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah membimbing penulis dalam mengikuti perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ini.

5. dr. Lita Perawaty, M. Kes dan dr. Liberty Sirait, Sp. B, selaku dosen penguji, yang telah melakukan pertimbangan dalam memberikan penilaian bahkan memberikan nasihat kepada penulis terhadap karya tulis

(5)

6. Ibu Dachria Salome Hutabarat, selaku Tata Usaha di Puskesmas Perumnas Kotamadya Tingkat II Helvetia yang telah membantu dalam pemberian izin untuk melakukan penelitian di beberapa posyandu di wilayah kerja Puskesmas Perumnas Helvetia Kotamadya Tingkat II Helvetia.

7. Semua saudara dan sahabat (Elvina Handayani, Novrida Nainggolan, Lely Ophine Sinulingga, Mia Endang Sopiana, Kak Indah, Artha, Merry, Kak Mei, Eva, Marisi, Rahila, Ahmad, Kak Hanna, adik-adik (Sonya, Lidia, Sindly), Kak Apni) penulis yang sudah mau berdoa, sharing dan

memberikan semangat dan nasihat untuk penulis sehingga penulis semakin termotivasi untuk mengerjakan penelitian ini.

8. Ibu Juliana, Ibu Siti Nurjayani, para Ibu-ibu Kader Posyandu baik Posyandu untuk uji validitas maupun penelitian (Posyandu Nusa Indah,

Posyandu Flamboyan, Posyandu Melati, Posyandu Gang Solo, Posyandu Pembanguan), yang sudah membantu penulis, penulis sangat berterima kasih untuk bantuannya.

9. Buat kakak dan adik-adik serta keluarga (Dona, Lita, Pande, Tante Juli, Nantulang Binsar).

Penulis juga menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan baik kritik ataupun saran yang membangun untuk menyempurnakan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih.

Medan, November 2010

(6)

ABSTRAK

Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar (esensial). Vitamin A berfungsi untuk meningkatkan fungsi penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit.

Jika balita atau anak tidak mendapatkan vitamin A dengan cukup maka akan berisiko mendapatkan penyakit kebutaan yang sebenarnya dapat dicegah dengan pemberian vitamin A yang baik. Asupan vitamin A yang kurang pada anak bisa disebabkan oleh banyak faktor, dan salah satu faktor terbesar adalah karena kurangnya pengetahuan dan kepercayaan ibu terhadap pentingnya fungsi dari vitamin A.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A di posyandu di wilayah kerja puskesmas Helvetia Sumatera Utara tahun 2010.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 96 orang dengan tingkat ketepatan (d) sebesar 0,1. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan metode cosecutive sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan secara merata. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa data dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.

Hasil uji tingkat pengetahuan masyarakat awam tentang vitamin A di posyandu di wilayah kerja puskesmas Helvetia Sumatera Utara sebesar 65,6% dikategorikan baik.

(7)

ABSTRACT

Vitamin A is one of the important nutrition that dissolved by fat and saved in lever, and can not made in body, so it should get from outside (essensial). The function of vitamin A is to increase our vision, growth and to develop our immune towards to disease.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Kata pengantar ... ii

Abstrak ... iii

Abstract ... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Singkatan ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...2

1.3. Tujuan Penelitian...3

1.4. Manfaat Penelitian ...3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...4

2.1.Pengetahuan ...4

2.2.Vitamin A ...5

2.2.1.Pengertian ...5

2.2.2.Manfaat Vitamin A ...5

2.3.Kekurangan Vitamin A ...6

2.3.1.Epidemiologi Kekurangan Vitamin A ...6

2.3.2.Penyebab Kekurangan Vitamin A ...7

2.3.3.Klasifikasi Kekurangan/ Defisiensi Vitamin A ...7

2.3.4.Tanda dan Gejala KVA (Kekurangan Vitamin A) ...8

2.3.5.Diagnosis dan Pemeriksaan Tambahan ...8

2.3.6.Pengobatan ...8

2.3.7.Jadwal Pemberian Vitamin A ...9

2.3.8.Pencegahan ...10

2.3.9.Kebutuhan akan Vitamin A ...12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ...14

3.1. Kerangka Konsep ...14

3.2. Defenisi Operasional ...14

BAB 4 METODE PENELITIAN ...16

4.1. Jenis Penelitian ...16

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...16

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ...16

4.3.1. Kriteria Inklusi...17

4.3.2. Kriteria Eksklusi ...17

(9)

4.4.1. Langkah-langkah Pengumpulan Data ...17

4.4.2. Uji Validitas ...18

4.4.3. Uji Reliabilitas ...18

4.5. Metode Analisis Data ...19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...20

5.1. Hasil Penelitian ...20

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ...20

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ...20

5.2. Hasil Analisis Data dan Pembahasan ...22

5.2.1. Hasil Analisis Data ...22

5.2.2. Pembahasan ...25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...27

6.1. Kesimpulan ...27

6.2. Saran ...28

DAFTAR PUSTAKA ...29

(10)

DAFTAR TABEL

2.1 Jadwal Pemberian Vitamin A 9

2.2 Bahan Makanan Sumber Vitamin A/ Karotin 11

2.3 RDA Vitamin untuk Indonesia 12

2.4 Angka Kecukupan Vitamin A 13

2.5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 18 2.6. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia 20

2.7. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat 21 pendidikan

2.8. Distribusi Frekue nsi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden 22 mengenai Vitamin A

2.9. Distribusi Jawaban Responden mengenai Vitamin A 22 2.10. Distribusi frekue nsi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan 23

kelompok usia

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR SINGKATAN

ASI Air Susu Ibu

BHBS Berprilaku Hidup Bersih dan Sehat Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional

Depkes RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia HKI Helen Keller International

IAPB International Agency for the Prevention of Blindness ISPA Infeksi Saluran Nafas bagian Atas

IVACG International Vitamin A Consultative Group KIA Kesehatan ibu dan Anak

KVA Kekurangan Vitamin A

LKMD Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa MOH Ministry of Health

Posyandu Pos Pelayanan Terpadu Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat RDA Recommended Daily Allowance

RE Retional Equivalent

RT/ RW Rukun Tetangga/ Rukun Warga

SD Sekolah Dasar

SI/ IU Satuan Internasional/ International Unit

SMA Sekolah Menengah Atas

SMP Sekolah Menengah Pertama

TV Televisi

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar riwayat hidup Lampiran 2. Kuesioner

Lampiran 3. Lembar penjelasan (Informed Consent) Lampiran 4. Data Induk (Master Data)

Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Lampiran 7. Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan dengan Usia dan Pendidikan Terakhir

(14)

ABSTRAK

Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar (esensial). Vitamin A berfungsi untuk meningkatkan fungsi penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit.

Jika balita atau anak tidak mendapatkan vitamin A dengan cukup maka akan berisiko mendapatkan penyakit kebutaan yang sebenarnya dapat dicegah dengan pemberian vitamin A yang baik. Asupan vitamin A yang kurang pada anak bisa disebabkan oleh banyak faktor, dan salah satu faktor terbesar adalah karena kurangnya pengetahuan dan kepercayaan ibu terhadap pentingnya fungsi dari vitamin A.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A di posyandu di wilayah kerja puskesmas Helvetia Sumatera Utara tahun 2010.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 96 orang dengan tingkat ketepatan (d) sebesar 0,1. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan metode cosecutive sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan secara merata. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa data dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.

Hasil uji tingkat pengetahuan masyarakat awam tentang vitamin A di posyandu di wilayah kerja puskesmas Helvetia Sumatera Utara sebesar 65,6% dikategorikan baik.

(15)

ABSTRACT

Vitamin A is one of the important nutrition that dissolved by fat and saved in lever, and can not made in body, so it should get from outside (essensial). The function of vitamin A is to increase our vision, growth and to develop our immune towards to disease.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar (esensial), berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit (Depkes RI, 2005).

Hasil kajian berbagai studi menyatakan bahwa vitamin A merupakan zat gizi yang esensial bagi manusia, karena zat gizi ini sangat penting dan konsumsi makanan kita cenderung belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar. Pada anak balita akibat KVA (Kekurangan Vitamin A) akan

meningkatkan kesakitan dan kematian, mudah terkena penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat lain yang berdampak sangat serius dari KVA adalah buta senja dan manifestasi lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea dan kebutaan (Sidarta, 2008)

Ibu yang sedang mengalami nifas yang cukup mendapat vitamin A akan meningkatkan kandungan vitamin A dalam air susu ibu (ASI), sehingga bayi yang disusui lebih kebal terhadap penyakit. Di samping itu kesehatan ibu lebih cepat pulih. Upaya perbaikan status vitamin A harus mulai sedini mungkin pada masa kanak-kanak terutama anak yang menderita KVA (Depkes RI, 2005).

Vitamin A esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup. Di seluruh dunia (WHO, 1991), di antara anak-anak pra sekolah diperkirakan terdapat sebanyak 6-7 juta kasus baru xeropthalmia tiap tahun, kurang lebih 10% diantaranya menderita kerusakan kornea. Di antara yang menderita kerusakan kornea ini 60% meninggal dalam waktu satu tahun, sedangkan diantara yang hidup 25% menjadi buta dan 50-60% setengah buta. Diperkirakan pada satu waktu sebanyak 3 juta anak-anak buta karena kekurangan

(17)

lebih ringan. Perbedaan angka kematian antara anak yang kekurangan dan tidak kekurangan vitamin A kurang lebih sebesar 30% (Almatsier, 2003).

Penelitian yang dilakukan World Health Organization (WHO) tahun 1992 menunjukkan dari 20 juta balita di Indonesia yang berumur enam bulan hingga lima tahun, setengahnya menderita kekurangan vitamin A. Sedangkan data WHO tahun 1995 menyebutkan Indonesia adalah salah satu negara di Asia yang tingkat pemenuhan terhadap vitamin A tergolong rendah.

WHO (2001) melaporkan bahwa setiap 1 menit, 12 orang anak di dunia menjadi buta, dan 4 di antaranya bermukim di Asia Tenggara (Arisman, 2005).

Sementara studi yang dilakukan Nutrition and Health Surveillance System (NHSS), dan Departemen Kesehatan (2001) menunjukkan sekitar 50% anak Indonesia usia 12-23 bulan tidak mengkonsumsi vitamin A dengan cukup dari makanan sehari-hari.

Pada tahun 1999, WHO dan IAPB (International Agency for the Prevention of Blindness) beserta dengan institusi kesehatan mata lainnya, menggalakan vision 2020, yang berisikan tentang harapan bangsa dan dunia untuk dapat menggalakan pencegahan kebutaan di tiap negara. Selama dua dekade itu diharapkan vision 2020 dapat menjadi harapan dunia untuk mencegah 100 juta orang untuk mendapatkan kebutaan (www.v2020.org

Departemen Kesehatan sendiri gencar melakukan program penanggulangan kekurangan vitamin A sejak tahun 1970-an. Menurut catatan Depkes, tahun 1992 bahaya kebutaan akibat kekurangan vitamin A mampu diturunkan secara signifikan. Angka kejadian penyakit kekurangan vitamin A dan kebutaan sebenarnya dapat dicegah dengan pemberian vitamin A yang cukup dan dengan melakukan promosi-promosi melalui posyandu ataupun puskesmas.

).

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: "Bagaimanakah

(18)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu tentang Vitamin A di Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Helvetia Medan Sumatera Utara Tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pengertian vitamin A. 2. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang manfaat vitamin A.

3. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang akibat kekurangan vitamin A.

4. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang jadwal pemberian vitamin A.

5. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang makanan yang mengandung sumber vitamin A.

6. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang vitamin A sesuai dengan karakteristik usia dan jenis kelamin.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi ibu-ibu di posyandu

Sebagai bahan masukan untuk ikut berperan serta dalam kegiatan pelaksanaan pemberian vitamin A bagi bayi dan balita.

1.4.2 Bagi Puskesmas Perumnas Helvetia Medan Sumatera Utara

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi puskesmas untuk dapat meningkatkan cakupan pemberian vitamin A. 1.4.3. Bagi Akademi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Diharapkan dapat menjadi masukan bagi Institusi sebagai data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya.

1.4.5. Bagi Peneliti

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan (Knowledge) adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan atau Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Menurut Rogers (1974) dalam Notoadmodjo (2007), apabila suatu pembuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan apabila manusia mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses sebagai berikut :

a. Awareness (kesadaran) di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tertentu di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, di mana subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

(20)

2.2. Vitamin A 2.2.1. Pengertian

Vitamin A vitamin yang larut dalam lemak, terdapat dalam minyak ikan, keju, kuning telur, sayuran berwarna hijau dan kemerah-merahan, seperti tomat dan wortel (Depdiknas, 2005).

Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan prekursor/ provitamin A/ karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol (Almatsier, 2003).

Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar (esensial). Vitamin A berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit (Depkes RI, 2005)

2.2.2. Manfaat Vitamin A

Fungsi vitamin A di dalam tubuh mencakup tiga golongan besar: 1. Fungsi vitamin A dalam proses melihat

Pada proses melihat vitamin A berperan sebagai retinal (retinete) yang merupakan komponen dari zat penglihat. Rhodopsin ini mempunyai bagian protein yang disebut opsin yang menjadi rhodopsin setelah bergabung dengan retinete. Rhodopsin merupakan zat yang dapat menerima rangsang cahaya dan mengubah energi cahaya menjadi energi biolistrik yang merangsang indera penglihatan. Selain itu vitamin A juga berperan menjaga agar kornea mata selalu sehat.

2. Fungsi dalam metabolisme umum

Fungsi ini tampaknya berkaitan erat dengan metabolisme protein a. Integritas epitel

b. Pertumbuhan

c. Permeabilitas membran

d. Pertumbuhan gigi

(21)

Fungsi vitamin A pada proses reproduksi ini tidak dapat dipenuhi oleh asam vitamin A (retinoic acid) (Sediaoetama, 2004).

2.3. Kekurangan Vitamin A

Kekurangan vitamin A ialah penyakit sistemik yang merusak sel dan organ tubuh dan menyebabkan metaplasia keratinisasi pada epitel saluran pernapasan, saluran kemih, dan saluran pencernaan. Perubahan pada ketiga saluran ini relatif awal terjadi karena kerusakan yang terdeteksi pada mata. Namun, karena hanya mata yang mudah diamati dan diperiksa, diagnosis klinis yang spesifik didasarkan

pada pemeriksaan mata (Arisman, 2009).

Kekurangan vitamin A dapat terjadi pada semua umur akan tetapi kekurangan yang disertai kelain pada mata umumnya terdapat pada anak berusia 6 bulan sampai 4 tahun (Sidarta, 2008).

Kekurangan vitamin A adalah suatu keadaan di mana simpanan vitamin A dalam tubuh berkurang. Pada tahap awal ditandai dengan gejala rabun senja, atau kurang dapat melihat pada malam hari. Nama penyakit tersebut adalah hemeralopia (rabun senja/ rabun ayam). Gejala tersebut juga ditandai dengan

menurunnya kadar serum retinol dalam darah (kurang dari 20 µg/dl). Pada tahap

selanjutnya terjadi kelainan jaringan epitel dari organ tubuh seperti paru-paru, usus, kulit dan mata. Gambaran yang khas dari kekurangan vitamin A dapat langsung terlihat pada mata (Depkes RI, 2005).

Penyakit mata lain yang dapat terjadi bila kekurangan vitamin A adalah seroftalmia (xeropthalmia). Seroftalmia adalah adalah keadaan bila orang mengalami kekurangan vitamin A, mula-mula konjungtiva mata mengalami keratinisasi kemudian korneanya juga terpengaruh. Bila tidak diobati, mata akan menjadi buta. (Kusharto, 1992)

2.3.1. Epidemiologi Kekurangan Vitamin A

(22)

pada anak balita 1,34%, dan pada tahun 1992 turun menjadi 0,35%. Angka tersebut masih di bawah kriteria yang ditetapkan WHO sebagai masalah kesehatan masyarakat (0,5%). Survei tersebut juga menemukan 50,2% anak balita mempunyai kadar serum vitamin A < 20 μg/dl, lebih tinggi dari batas ambang menurut IVACG sebesar 15%. Helen Keller International (HKI) (1999) melaporkan kejadian buta senja pada wanita usia subur di Propinsi Jawa Tengah sebesar 1-3,5%.

Sejak Survei Nasional Xeropthalmia tahun 1992 belum ada lagi data status vitamin A berbasis masyarakat (population based) yang dapat digunakan sebagai

dasar acuan untuk perencanaan program gizi mikro, meskipun distribusi kapsul vitamin A kepada anak balita sudah dimulai sejak tahun 1976 (Depkes RI, 2006).

2.3.2. Penyebab Kekurangan Vitamin A Penyebab kekurangan antara lain :

 Konsumsi vitamin A dalam makanan sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan tubuh dalam jangka waktu lama.

 Proses penyerapan makanan dalam tubuh terganggu karena infestasi cacing, diare, rendahnya konsumsi lemak, protein dan seng.

 Adanya penyakit ISPA, campak , dan diare (Depkes RI, 2005 dan Sidarta, 2008).

2.3.3. Klasifikasi Kekurangan/ Defisiensi Vitamin A

Dikenal beberapa klasifikasi defisiensi vitamin A di Indonesia, seperti klasifikasi Ten Doeschate, yaitu:

 X0 : Hemeralopia

 X1 : Hemeralopia dengan xerosis konjungtiva dan bitot  X2 : Xerosis kornea

 X3 : Keratomalasia

 X4 : Stafiloma, ftisis bulbi

(23)

2.3.4. Tanda dan Gejala KVA (Kekurangan Vitamin A)

 Buta senja ditandai dengan kesulitan melihat dalam cahaya remang atau senja hari.

 Kulit tampak kering dan bersisik seperti ikan terutama pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian belakang.

(Depkes RI, 2005).

 Pada keratinisasi didapatkan xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea, tukak kornea (Sidarta, 2008).

 Kornea tampak lunak dan nekrotik pada keratomalasia dan kadang juga terjadi perforasi (Vaughan dkk, 2008).

 Pada KVA yang lama dan berat dapat terjadi kekeringan pada konjungtiva dan kornea, ulcer juga skar (American Academy of Ophtalmology, 2007).

2.3.5. Diagnosis dan Pemeriksaan Tambahan

Karena hanya mata yang mudah diamati dan diperiksa, diagnosis klinis yang spesifik didasarkan pada pemeriksaan mata (Arisman, 2005)

Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan pada penderita dengan defisiensi vitamin A ialah:

 Tes adaptasi gelap

 Kadar vitamin A dalam darah ( kadar < 20 mcg/ 100 mL menunjukkan kekurangan asupan) (Sidarta, 2008).

2.3.6. Pengobatan

Secara umum, pengobatan KVA diarahkan pada upaya memperbaiki status vitamin A. Vitamin A dosis tinggi harus diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan. Pilihan pertama adalah preparat oral.

Menurut Sidarta (2000), pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam 1-2 minggu, berupa:

- Mikrovili kornea akan timbul kembali sesudah 1-7 hari.

- Keratinisasi yang terjadi menghilang.

(24)

- Tukak kornea memperlihatkan perbaikan, sehingga dapat direncanakan keratoplasti.

Dianjurkan bila diagnosis defisiensi vitamin A dibuat maka diberikan vitamin A 200.000 IU per oral dan pada hari kesatu dan kedua (Sidarta, 2008).

2.3.7. Jadwal Pemberian Vitamin A

Menurut Prof. Dr. Azrul Azwar, untuk menanggulangi KVA di Indonesia khususnya pada Balita (6-59 bulan) Departemen Kesehatan RI telah bekerja sama dengan Helen Keller Indonesia (HKI) dengan pemberian kapsul vitamin A dosis

tinggi pada bayi, balita dan ibu nifas. Kapsul Vitamin A ini diberikan secara gratis di posyandu dan puskesmas seluruh Indonesia (Depkes RI, 2004).

Tabel 2.1

Jadwal Pemberian Vitamin A

Bulan Dosis Pemberian

Februari 100.000 IU

(Kapsul Biru)

Untuk bayi (6-11 bulan)

Agustus 200.000 IU

(Kapsul Merah)

Untuk anak (12-59 bulan)

Pada tahun 1990, pabrik-pabrik farmasi di seluruh dunia mulai membuat

kode warna pada kapsul vitamin A untuk dosis yang berbeda. Pada banyak

negara, isi dosis dari kapsul vitamin A sekarang dapat diidentifikasi dari warna

kapsul, yaitu: 200,000 IU (merah) dan 100,000 IU (biru) (Dini Latief, 2000).

Pemberian kapsul vitamin A 200.000 SI diberikan kepada anak balita secara periodik, yaitu enam bulan sekali, dan secara serempak dalam bulan Februari dan Agustus. Pemberian secara serempak dalam bulan Februari dan Agustus mempunyai beberapa keuntungan :

(25)

 Memudahkan dalam upaya penggerakan masyarakat, karena kampanye dapat dilakukan secara nasional di samping secara spesifik daerah.

 Memudahkan dalam pembuatan materi-materi penyuluhan (spot TV, spot radio, barang-barang cetak, dan lain-lain) terutama yang dikembangkan, diproduksi dan disebarluaskan oleh tingkat pusat.

 Dalam rangka Hari Proklamasi RI (Agustus) biasanya banyak kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan untuk mempromosikan vitamin A, termasuk pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.

 Bulan Maret merupakan bulan bakti LKMD. Bulan ini sangat baik digunakan untuk memonitor hasil pemberian kapsul bulan Februari, dan dapat digunakan untuk mencapai balita yang belum menerima kapsul dalam bulan Februari. (Depkes RI, 1996)

Kapsul vitamin A dapat diperoleh di posyandu, polindes, puskesmas

pembantu, puskesmas induk, praktik swasta (bidan, rumah bersalin, klinik bersalin, dan lain-lain), dan kelompok KIA. Pemberian kapsul vitamin A dilakukan oleh petugas kesehatan, bidan desa, tokoh masyarakat, kepala desa, ketua RT/ RW, kader, orang tua/ keluarga (Depkes RI, 2005).

2.3.8. Pencegahan

Telah terbukti bahwa bayi baru lahir, terutama di negara sedang berkembang yang kasus defisiensi vitamin A-nya bersifat endemis, memiliki cadangan vitamin A yang sangat rendah. Pasokan vitamin A di awal kehidupan akan tercukup melalui air susu ibu (ASI), asalkan ibu memiliki status vitamin A yang baik (John Palmer, 2004).

(26)

Tabel 2.2

Bahan Makanan Sumber Vitamin A/ Karotin

Bahan Makanan SI/100g Bahan Makanan SI/100g

Bahan Makanan Bahan Makanan

Nabati: Hewani:

Jagung muda, kuning, biji 117 Ayam 810

Jagung kuning panen baru,

biji 440

Hati sapi

43900

Jagung kuning, panen lama,

biji 510

Daun melinjo 10000 Belimbing 170

Daun singkong 11000 Mangga, matang di pohon 6350

Genjer 3800 Apel 90

Kangkung 6300 Jambu biji 25

Sumber: Daftar Analisa Bahan Makanan Depkes RI, 1964 dalam Sediaoetama, 2004.

Menurut Depkes RI (2005), pencegahan KVA dapat dilakukan dengan

cara :

 Memberikan ASI Eksklusif kepada bayi sampai berumur 6 bulan dan ASI hingga berumur 2 tahun disertai dengan pemberian makanan pendamping ASI yang cukup dan berkualitas.

 Konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan kaya vitamin A dalam menu makanan sehari-hari.

(27)

 Konsumsi kapsul vitamin A sesuai kebutuhan sasaran.

Melakukan promosi-promosi tentang vitamin A juga merupakan upaya yang dilakukan organisasi HKI dalam rangka pencegahan KVA. Pada tahun 2001, HKI bekerjasama dengan MOH, Koalisi Untuk Indonesia Sehat, dan iklan-iklan lokal juga media-media massa mendisain dan menggalakkan promosi-promosi tentang vitamin A melalui kampanye nasional. Bahkan membuat “vitamin A radio jingle lyrics”, yaitu “Dua mata saya, yang sehat selalu, karena vitamin A, sehat kuat tubuhku…” (Dini Latief, 2001).

2.3.9. Kebutuhan akan Vitamin A

Kebutuhan tubuh akan vitamin A masih dinyatakan dalam Satuan Internasional (SI), untuk memudahkan penilaian aktivitas. Vitamin ini di dalam bahan makanan, agar mencakup preformed vitamin A dan provitaminnya. Satu SI

vitamin A setara dengan kegiatan 0,300 µg retinol atau 0,6 µg all trans beta carotene atau 1,0 mg karotin total (campuran) di dalam bahan makanan nabati.

Kebutuhan akan vitamin A menurut daftar RDA untuk Indonesia adalah sebagai berikut:

(28)

10 – 12 tahun

3450 3400

13 – dst 4000 3500

Wanita hamil tambahan

500

Wanita menyusukan

2500

Sumber: Widya Karya Nasional Pangan & Gizi, Bogor 1978 dalam Sediaoetama, 2004.

Angka kecukupan vitamin A rata-rata yang dianjurkan per orang per hari :

Tabel 2.4 Angka Kecukupan Vitamin A

Golongan Umur Angka Kecukupan vitamin A yang Dianjurkan

(RE) (SI)

Anak

0-6 bulan 375 1237,5

7-36 bulan 400 1320

4-6 tahun 450 1485

7-9 tahun 500 1650

Wanita

10-18 tahun 600 1980

19-65+ tahun 500 1650

Ibu hamil 800 2640

Ibu Nifas/ ibu menyusui 850 2805

Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan gizi VIII Tahun 2004 (Depkes RI, 2005)

Ket :

RE : Retional Equivalent

(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka kerangka konsep yang digunakan sebagai berikut, (Notoatmodjo, 2007).

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan (Notoatmodjo, 2007).

Pengukuran gambaran pengetahuan ibu tentang vitamin A dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrument yang digunakan berupa angket dengan jumlah pertanyaan 10 pertanyaan. Apabila jawaban responden benar, akan diberi nilai 1, dan bila jawaban salah diberi nilai 0. Pengukuran tingkat pengetahuan responden dilakukan dengan menggunakan sistem skoring (Arikunto, 2007), yakni dengan skala ordinal sebagai berikut:

a. Tingkat pengetahuan baik, apabila jawaban responden > 75% dari nilai

tertinggi

Pengetahuan Ibu Vitamin A

(30)

b. Tingkat pengetahuan cukup, apabila jawaban responden 56-75% dari nilai tertinggi

c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila jawaban responden benar antara 40-55% dari nilai tertinggi

d. Tingkat pengetahuan buruk, apabila jawaban responden benar < 40% dari nilai tertinggi.

Penilaian terhadap pengetahuan responden mengenai vitamin A yang dinilai dari 10 pertanyaan adalah sebagai berikut:

a. Skor 8-10 : baik

b. Skor 6-7 : cukup c. Skor 4-5 : kurang d. Skor 0-3 : buruk

Pengetahuan ibu tentang vitamin A juga bisa didapati perbedaan

pemahaman baik dilihat dari segi usia, pendidikan dan lingkungan tempat tinggalnya.

Pendidikan adalah tingkat atau jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh dan berhasil diselesaikan oleh seseorang, yang di mana dalam penelitian ini ibu yang membawa balitanya ke posyandu, tingkat pendidikan yang ingin diteliti, dikategorikan atas: SD, SMP, SMA, Akademi/ Diploma, Sarjana.

Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi:

a. Rendah : apabila responden tidak sekolah sampai tamat SD sederajat b. Sedang : apabila responden tamat SMP sederajat

c. Tinggi : apabila responden tamat SMA sederajat dan Perguruan Tinggi. Usia adalah umur dari ibu yang mempunyai balita yang datang bersama bayinya ke posyandu.

(31)

BAB 4

METODOLOGI PENELITlAN

4.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2007), yang dalam penelitian ini bermaksud untuk mendapatkan informasi mengenai

pengetahuan ibu tentang vitamin A di Posyandu di wilayah kerja di Puskesmas Perumnas Helvetia.

Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study di mana data dikumpulkan pada satu waktu tertentu.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Perumnas Helvetia, provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dikerjakan selama 2 bulan, yaitu bulan Oktober dan November 2010.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah semua ibu yang memiliki balita yang mendapatkan vitamin A di Posyandu di wilayah kerja di Puskesmas Perumnas Helvetia Kotamadya tingkat II Medan. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari seluruh ibu yang memiliki balita yang mendapatkan vitamin A di Posyandu di wilayah kerja di Puskesmas Perumnas Helvetia Kotamadya tingkat II Medan. Dalam menentukan besarnya sampel, dilakukan perhitungan sampel dengan menggunakan rumus (Sudigdo, 2008).

(32)

n : Besar Sampel

Zα : Tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti (peneliti menetapkan α = 0,05 dan Zα penelitian ini sebesar 1,96)

P : Proporsi kategori (0.5) Q : 1- P = 1 - 0.5 = 0,5

d : Tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki 10% atau 0,1

Dari perhitungan rumus diatas maka didapat jumlah sampel yang akan diambil adalah 96 sampel. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah consecutive sampling, semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria

pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.

4.3.1. Kriteria Inklusi

Ibu-ibu yang mempunyai balita yang datang ke posyandu. 4.3.2. Kriteria Eksklusi

Ibu-ibu yang tidak mempunyai balita yang datang ke posyandu.

4.4. Pengumpulan Data

Pada penelitian digunakan kuesioner yang meliputi pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Alat yang digunakan adalah lembar kuesioner yang diperoleh dari data tentang gambaran pengetahuan Ibu tentang Vitamin A.

4.4.1. Langkah-langkah Pengumpulan Data

Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data meliputi: 1. Langkah Persiapan

a. Mengurus perizinan kepada pemimpin wilayah setempat dan pimpinan institusi tempat penelitian.

(33)

c. Menyusun kuesioner penelitian yang akan digunakan pada penelitian. 2. Langkah Pelaksanaan

a. Menyerahkan surat izin untuk mengadakan penelitian di posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Helvetia, Provinsi Sumatera Utara b. Menetapkan sampel penelitian.

c. Penyebaran Kuesioner.

d. Memproses dan menganalisis data-data yang terkumpul. e. Menyusun Ethical Clearance.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas dilakukan dengan metode Pearson atau metode Product Moment, yaitu mengkorelasikan skor butir pada kuesioner dengan skor totalnya. Uji validitas ini menggunakan bantuan program SPSS 17,0 for windows. Metode

yang digunakan pada uji reliabilitas adalah metode Cronbach’s Alpha. Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakteristik yang sama dengan sampel dalam penelitian. Sampel untuk ujia validitas ini diambil dari 2 posyandu yaitu posyandu yang berada di Gang Maju Padang Bulan dan Jalan Air Bersih Simpang Limun. Jumlah sampel dalam uji validitas dan reliabilitas ini adalah 23 orang. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel Nomor

pertanyaan

Total pearson correlation

Status Alpha Status Pengetahuan 1

2

(34)

4.5. Metode Analisis Data

(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi lokasi penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di posyandu-posyandu di wilayah kerja di Puskesmas Perumnas Helvetia Kotamadya tingkat II Medan. Ada 5 posyandu yang dilibatkan dalam penelitian ini yaitu posyandu nusa indah, posyandu

Flamboyan, posyandu gang solo, posyandu lingkungan 12, posyandu jalan pembangunan gang melati. Total ibu-ibu dalam 5 posyandu ini adalah sebanyak 205 jiwa.

Berdasarkan luas geografisnya, kecamatan Medan Helvetia memiliki luas

wilayah sebesar 13,16 km², Kecamatan Medan Helvetia berbatasan dengan Kotamadya Tingkat II Medan.

5.1.2. Deskripsi karakteristik responden

Terdapat 96 responden/ ibu-ibu yang ikut serta dalam penelitian ini. Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik yang diamati meliputi usia dan tingkat pendidikan.

(36)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok usia terbesar berada pada usia

31 tahun, yaitu sebanyak 12 orang (12,5 %) dan terendah pada usia 23 tahun, yaitu sebanyak 1orang (1 %).

Sedangkan distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan, dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Dari tabel 5.2 terlihat bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden tergolong pada kelompok yang memiliki tamatan SMA yaitu sebanyak 60 orang

(62,5%). Dan tingkat pendidikan terakhir yang paling rendah adalah SD yaitu sebanyak 2 orang 92,1%).

(37)

5.3. Hasil Analisis Data dan Pembahasan 5.3.1. Hasil Analisis Data

Hasil uji terhadap pengetahuan ibu di posyandu di wilayah kerja Puskesmas Perumnas Helvetia di Kotamadya tingkat II Medan mengenai vitamin A yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Responden mengenai Vitamin A

Variabel Kategori N %

Pengetahuan Baik Cukup Kurang Buruk

63 14 11 8

65,6 14,6 11,5 8,3

Total 96 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori baik memiliki persentase paling besar yaitu sebanyak 63 orang (65,6%), tingkat pengetahuan yang dikategorikan cukup sebanyak 14 orang (14,6%), sedangkan tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang sebanyak 11 orang (11,5%) dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan buruk sebanyak 8 orang (8,3%).

(38)

Tabel 5.4 Distribusi Jawaban Responden mengenai Vitamin A

Pertanyaan

Benar Salah

N % N %

Pengertian Vitamin A

Sumber yang kaya Vitamin A Peran Vitamin A

Jadwal pemberian Vitamin A (tiap berapa bulan) Jadwal pemberian Vitamin A (bulan berapa saja) Warna kapsul Vitamin A (bayi umur 6-11 bulan) Warna kapsul Vitamin A (bayi umur 12-59 bulan) Cara memperoleh kapsul vitamin A

Penyakit bila bayi/anak tidak mendapatkan Vitamin A dengan cukup

Gejala Khas rabun senja

20

Dari tabel 5.4 terlihat bahwa 20,8% responden mengetahui pengertian vitamin A dan 91,7% yang mengetahui sumber yang kaya akan vitamin A. Ada 87,5% yang mengetahui peran vitamin A dalam tubuh. Namun, hanya 83,3% yang mengtahui setiap berapa bulan jadwal pemberian vitamin A, dan 82,3% yang tahu bulan berapa saja pemberian kapsul vitamin A. Kemudian bisa dilihat ada sebanyak 56,3% responden yang mengetahui warna kapsul vitamin A untuk bayi berumur 6-11 bulan dan 68,8% responden yang mengetahui warna kapsul vitamin A untuk bayi 12-59 bulan. Hanya 70,8% rsponden yang mengetahui bahaya bila

bayi tidak mendapatkan vitamin A dengan cukup, dan sebanyak 81,3% responden menegtahui gejala khas dari rabun senja.

Ditribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A di posyandu di wilayah kerja Puskesmas Perumnas Helvetia di Kotamadya tingkat II Medan

(39)

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan

Dari tabel di atas terlihat bahwa proporsi terbesar, yaitu 24 (38,1%) responden yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai Vitamin A memiliki usia dalam rentang 26-30 tahun. Sementara untuk tingkat pengetahuan yang cukup mayoritas 6 responden berusia 26-30 tahun, yaitu sebesar 42,9%. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan yang kurang dan buruk punya

proporsi terendah yang sama yaitu sebanyak 1 responden tiap kelompok berasal dari kelompok usia 36-40 tahun dan 41-45 tahun, yaitu sebesar 9,1%.

(40)

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang pengetahuan baik mengenai vitamin A memiliki tingkat pendidikan SMA, yaitu sebanyak 61,9%. Sementara proporsi terbesar responden yang berpengetahuan cukup berasal dari tingkat pendidikan SMA juga yakni sebesar 71,4%. Sedangkan proporsi terendah responden yang memiliki pengetahuan yang kurang berasal dari yang tingkat pendidikannya Akademi, yakni sebesar 0%. Dan responden yang memiliki pengetahuan yang buruk berasal dari 3 tingkat pendidikan yang SD, SMP, dan Akademi yakni sebesar 0%.

5.3.2. Pembahasan

Dari hasil uji statistik diperoleh karakteristik ibu yang mempunyai balita berdasarkan umur sebagian besar responden berumur antara 26-30 tahun sebanyak 35 orang (36,5%). Menurut data yang diperoleh peneliti, masih terdapat ibu-ibu

(41)

muda, hal ini sesuai dengan Notoadmojo (2007) yaitu semakin bertambahnya usia seseorang maka semakin sering seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan akan suatu hal/ objek.

Berdasarkan pendidikan terakhir didapati yang tingkat pengetahuannya yang buruk adalah dari SD dan SMP yaitu sebanya 0 orang. Dari poin tersebut dapat dikatakan bahwa orang yang tamatan SMA lebih baik pendidikannya dari pada yang tamatan SD.

Penelitian ini memperlihatkan tingkat pengetahuan responden tentang vitamin A yang masih belum cukup baik. Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, yaitu dengan indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia didapatkan dengan melihat dan mendengar (Notoatmodjo, 2007). Kurangnya informasi responden tentang vitamin A dapat disebabkan karena responden kurang antusias untuk melihat dan mendengar informasi mengenai vitamin A.

Selain kuesioner yang peneliti berikan kepada responden, peneliti sempat bertanya kepada beberapa responden di saat ada waktu sisa, dan peneliti mendapatkan bahwa memang penyuluhan mengenai vitamin A belum pernah atau kurang diberikan sehingga mereka kurang mendapatkan informasi mengenai vitamin A. Padahal dari pengertiannya penyuluhan kesehatan sama dengan pendidikan kesehatan, karena keduanya berorientasi kepada perubahan perilaku. Kegiatan penyuluhan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melaksanakan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Hasil yang diharapkan dari penyuluhan kesehatan adalah terjadinya perubahan sikap dan perilaku individu, keluarga dan masyarakat untuk dapat menanamkan prinsip-prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari untuk

(42)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan ibu mengenai vitamin A di posyandu di wilayah kerja Puskesmas Perumnas Helvetia sebanyak 63 orang (65,6%) dikatakan baik, 14 orang (14,6%) dikategorikan cukup, 11 orang (11,5%) dikategorikan kurang, dan 8 orang (8,3%) dikategorikan buruk.

2. Berdasarkan karakteristik usia, 24 orang (38,1%) ibu di posyandu di wilayah kerja Puskesmas Perumnas Helvetia yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai vitamin A secara umum berusia 26-30 tahun. Sementara 6 orang (42,9%) ibu yang memiliki pengetahuan

cukup berasal dari kelompok usia 28-30 tahun. Dan 1 orang (9,1%) ibu memiliki pengetahuan kurang berasal dari kelompok usia 36-40 tahun. dan 1 orang (9,1%) ibu yang memiliki pengetahuan yang buruk berasal dari kelompok usia 41-45 tahun.

(43)

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan ibu di posyandu di wilayah kerja di Puskesmas Perumnas Helvetia Kotamadya Tingkat II Helvetia mengenai vitamin A. hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan arus informasi baik lewat posyandu, puskesmas, dokter layanan primer ataupun melalui penyuluhan-penyuluhan.

2. Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan memperluas variabel-variabel lainnya. Dan peneliti juga sangat mengharapkan penelitian ini dapat

(44)

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Ophtalmology., 2007. Disease and Cornea Section 8. San Fransisco: American Academy of Ophtalmology.

Almatsier, S., 2003. Vitamin A. In: Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto, S, 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arisman., 2005. Vitamin A. In: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC.

Arisman, 2009. Kekurangan Vitamin A. In: Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC, 146-153.

Budianto, A. K., 2009. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press.

Departemen Kesehahatan Republik Indonesia. 2005. Widyakarya Nasional Pangan dan gizi VIII Tahun 2004.

Latief, D. et al., 1999. Why and How to Prevent Deficiency in Times of Crisis.

Dalam: The Indonesia Health & Nutrition Bulletin year 1, Issue 6.

Available from:

pdf. [Accessed 30 April 2010].

Latief, D. et al., 2000. Vitamin A Capsules: Red and Blue. Dalam: The Indonesia

Health & Nutrition Bulletin year 2, Issue 5. Available from:

(45)

Latief, D. et al.,, 2001. National Vitamin A Supplementation Campaign Activities: August 2001. Dalam: The Indonesia Health & Nutrition Bulletin year

3, Issue 2. Available from:

pdf. [Accessed 30 April 2010].

Hellen Keller Asia Pacific, 2000. Sumber dan Informasi nutrient vitamin a terbaik. Available from:

[Accessed 30 April 2010].

Helen Keller International/ Indonesia, 2000. Nutrition Surveillance: How does it

work?. HKI Technical Programs Series. Indonesia Crisis Bulletin. Year 2, Issue 2. Available from:

[Accessed 30 April 2010].

Helen Keller International/ Indonesia, 2000. Vitamin A. Available from:

http://www.hki-indo.org/vitamina/downloads.html. [Accessed 30 April 2010].

Ilyas, S., 2000. Kedaruratan dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ilyas, S., 2008. Defisiensi Vitamin A. In: Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 141-143.

(46)

Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Palmer, J. et al., 2004. Postpartum Vitamin A Capsule Distribution Needs to be Improved for the Benefit of Mothers and Infants. Dalam: The

Indonesia Health & Nutrition Bulletin year 6, Issue 1. Available from:

Sastroasmoro, S. & Ismail, S., 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.

Sediaoetama, A. D., 2004. Vitamin A. In: Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat, 225-248

Vaughan, D. & Asbury, T., 2008. General Ophtalmology 17th edition. California:

Lange Medical Publication.

Vaughan, D. & Asbury, T., 1980. Vitamins & Eye Disease. In: General

Ophtalmology 9th edition. California: Lange Medical Publication,

264-265

Vision 2020 The Right to Sight, 2009. What is Vision 2020?. Available from:

World Health Organization. Global prevalence of vitamin A deficiency in population at risk 1995-2005, WHO Global Database on Vitamin A

(47)

Lampiran 1: Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Roseline Agustriyanti Siregar Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 3 Agustus 1988

Agama : Kristen

Alamat : Jalan dr. Mansur No. 34, Padang Bulan, Medan Nama Orang Tua : (Alm.) Perancis One Siregar

Lucy Nora Pohan

Riwayat Pendidikan : 1. TK Dasana Indah Tangerang 2. SD Dasana Indah Tangerang 3. SMP Dasana Indah Tangerang

4. SMA Markus Tangerang

Riwayat Pelatihan : Peserta Pra Olimpiade Sains Kimia SMA se-Kota Tangerang 2005

Riwayat Organisasi : 1. Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Kristen FK USU 2008, 2009, 2010

2. Panitia Natal FK USU tahun 2009 sebagai Koordinator Seksi Acara

3. Pengurus UKM KMK USU periode 2010 4. Panitia PMB FK USU 2010 sebagai Kakak

(48)

Lampiran 1: Kuesioner

1. Data diri

Nama :

Usia : tahun

Tempat tinggal :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir : SD/ SMP/ SMA/ Akademi/ Diploma/ Sarjana* (*) coret yang tidak perlu

2. Karakteristik yang diamati a. Vitamin A

1. Menurut Anda, apakah pengertian vitamin A?

a. salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak

b. salah satu mineral yang diperlukan tubuh dan organ-organ dalam tubuh

c. salah satu zat gizi penting yang tidak larut dalam lemak

2. Sumber yang kaya akan vitamin A yang Anda ketahui contohnya adalah…

a. Kelapa dan kacang kedelai

b. minyak ikan, sayuran kehijauan dan kemerah-merahan c. kol, ikan teri dan rumput laut

3. Vitamin A berperan di tubuh untuk…

a. Mencegah sariawan dan mempercepat penyembuhan luka

b. Meningkatkan fungsi penglihatan, pertumbuhan dan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit

c. Meningkatkan pertumbuhan tulang dan gigi

4. Setiap berapa bulan jadwal pemberian kapsul vitamin A kepada anak balita?

a. 2 bulan sekali

(49)

5. Kapan sajakah jadwal pemberian kapsul vitamin A kepada anak balita? a. Maret

b. Februari dan Agustus

c. Januari, Maret dan September

6. Kapsul vitamin A berwarna apa yang diberikan untuk bayi berumur 6-11 bulan?

a. Merah b. Biru c. Kuning

7. Kapsul vitamin A berwarna apa yang diberikan pada bayi berumur 12-59 bulan (1-5 tahun)….

a. Merah b. Biru

c. Kuning

8. Bagaimana cara memperoleh kapsul vitamin A? a. Dapat diperoleh di kantor polisi dan supermarket

b. Dapat diperoleh di posyandu, puskesmas, klinik bersalin c. Dapat diperoleh di balai desa, kantor lurah

9. Apakah contoh penyakit yang didapat bila anak atau balita tidak mendapatkan vitamin A dengan cukup?

a. Buta Warna b. Rabun senja c. Cacingan

(50)

Lampiran 3: Informed Consent

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

Dengan hormat,

Saya yang bernama Roseline A. Siregar/ NIM 070100130 adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Vitamin A di Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Helvetia Medan Sumatera Utara Tahun 2010”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan

dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada Blok Community Research Programme.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu tentang vitamin A di posyandu di wilayah kerja Puskesmas Perumnas Helvetia Medan,

Sumatera Utara. Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan Ibu untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika Ibu bersedia silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Ibu.

Saya berharap Ibu bersedia mengikuti penelitian ini dan bila terdapat hal yang kurang dipahami, Ibu dapat bertanya langsung kepada peneliti. Atas perhatian dan kesediaan Ibu menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya sampaikan terima kasih.

Medan, ______________2010

Partisipan Penelti,

(51)

Lampiran 4: Data Induk

Data Induk Uji Validitas Dan Reliabilitas

No Nama Usia Pendidikan terakhir P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Total

1 BBY 29 SMA 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 3

2 MSD 32 Diploma 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8

3 NAS 42 Akademi 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 5

4 EVI 29 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7

5 WNI 31 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9

6 LVY 29 SMA 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8

7 STD 25 SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

8 YNT 30 SMA 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 5

9 IBA 29 SMA 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 6

10 NGD 38 SMA 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8

11 KRY 30 SMA 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 5

12 DEW 32 Diploma 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

13 DRT 30 SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

14 LMS 39 SMA 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7

15 MSM 39 SMA 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7

16 DBM 38 SMA 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 6

17 HLS 45 SMA 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 6

18 BSR 34 SMA 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 6

19 ISS 24 SMA 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8

20 ERS 33 Diploma 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

21 DSS 42 SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

22 MRT 43 SMA 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 3

(52)

Data Induk Hasil Penelitian

No Nama Usia Pendidikan

terakhir P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Total

Tingkat Pengetahuan

Rentang Usia

1 MWT 29 Akademi 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8 Baik 26-30

2 EM 40 SMA 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2 Buruk 36-40

3 EVN 36 Akademi 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8 Baik 36-40

4 NV 21 SMA 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 5 Kurang 21-25

5 DN 23 Sarjana 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik 21-25

6 VS 38 SMA 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2 Buruk 36-40

7 EST 31 SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik 31-35

8 YST 25 SMA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Buruk 21-25

9 LS 38 Diploma 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Buruk 36-40

10 SBR 38 SMA 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 6 Cukup 36-40

11 AY 32 SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik 31-35

12 SR 24 SMA 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 6 Cukup 21-25

13 EYN 31 SMA 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 Baik 31-35

14 LN 29 SMA 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Baik 26-30

15 SRS 26 Diploma 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 26-30

16 RNW 38 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 36-40

17 YT 30 Sarjana 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8 Baik 26-30

18 PL 33 SMA 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8 Baik 31-35

23 JUS 30 SMP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

(53)

19 ZRD 40 SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 Baik 36-40

20 DS 28 SMA 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 7 Cukup 26-30

21 RN 28 Sarjana 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 5 Kurang 26-30

22 TR 30 SD 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 5 Kurang 26-30

23 PDS 33 SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik 31-35

24 MRY 31 Sarjana 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 6 Cukup 31-35

25 SRI 29 SD 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik 26-30

26 EK 24 SMP 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 5 Kurang 21-25

27 IDP 28 Diploma 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Buruk 26-30

28 KRM 31 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 31-35

29 HS 28 Sarjana 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 26-30

30 SS 34 SMP 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 31-35

31 ES 29 SMA 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 4 Kurang 26-30

32 ML 31 SMA 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 3 Buruk 31-35

33 SY 35 Sarjana 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Buruk 31-35

34 SNW 25 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 21-25

35 MSY 33 Akademi 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 7 Cukup 31-35

36 KMW 26 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 26-30

37 IIW 24 SMA 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 7 Cukup 21-25

38 RP 29 Diploma 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 7 Cukup 26-30

39 MS 24 SMA 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 5 Kurang 21-25

40 MRN 31 SMA 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 6 Cukup 31-35

41 IV 27 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 26-30

42 ATM 42 SMA 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Baik 41-45

43 JLN 27 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 26-30

44 WWK 25 SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 Baik 21-25

(54)

45 SS 29 SMA 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 6 Cukup 26-30

46 PJ 25 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 21-25

47 DN 21 SMA 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 Buruk 21-25

48 EVA 27 Akademi 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Baik 26-30

49 MRD 29 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 26-30

50 JL 28 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 Baik 26-30

51 ST 30 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 26-30

52 WHD 31 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 31-35

53 PAN 27 Sarjana 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 26-30

54 LE 31 Akademi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik 31-35

55 NTM 31 Akademi 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8 Baik 31-35

56 PSR 28 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 26-30

57 YA 26 SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik 26-30

58 WIS 25 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 21-25

59 PS 31 Sarjana 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 31-35

60 AN 29 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 26-30

61 SI 33 SMA 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7 Cukup 31-35

62 SH 35 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 31-35

63 RTN 29 SMA 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7 Cukup 26-30

64 JNT 28 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 26-30

65 DR 27 Sarjana 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 26-30

66 IT 25 SMP 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 21-25

67 SSI 30 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 26-30

68 NMW 35 SMA 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 5 Kurang 31-35

69 RMW 31 SMA 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik 31-35

70 HI 30 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 26-30

(55)

71 EKA 38 Sarjana 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 5 Kurang 36-40

72 SST 25 SMA 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 7 Cukup 21-25

73 EP 40 SMA 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Baik 36-40

74 ISM 37 Diploma 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Baik 36-40

75 SKR 35 SMA 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Baik 31-35

76 DI 38 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 36-40

77 SD 30 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 26-30

78 JLN 32 SMP 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 31-35

79 SG 35 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 31-35

80 SLW 37 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 36-40

81 SA 27 SMP 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 26-30

82 JLA 30 Akademi 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 26-30

83 HMT 40 SMP 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 36-40

84 JR 35 Akademi 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 31-35

85 SNL 34 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 31-35

86 KNH 42 SMP 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 Baik 41-45

87 SGW 34 SMA 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik 31-35

88 JDH 35 SMA 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Baik 31-35

89 RSK 36 Diploma 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 Baik 36-40

90 YL 28 Diploma 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 4 Kurang 26-30

91 KD 31 SMA 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 5 Kurang 31-35

92 MS 42 SMA 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 4 Kurang 41-45

93 SYN 33 SMA 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 8 Baik 31-35

94 PRK 29 Diploma 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 6 Cukup 26-30

95 SGT 34 Sarjana 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Baik 31-35

96 SAR 26 SMA 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7 Cukup 26-30

(56)
(57)
(58)

p10 Pearson

total Pearson Correlation

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 23 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 23 100,0

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

,759 10

(59)

Lampiran 6: Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Pendidikan Terakhir

Frequency Percent

Valid

Std. Deviation 1,014

Minimum 1

Maximum 5

umur

Frequency Percent

(60)

Median 4,00

Mode 4

Std. Deviation ,987

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent

Valid

Frequency Percent

(61)

P3

Frequency Percent

Valid

Frequency Percent

Valid

Frequency Percent

Valid

Frequency Percent

Valid

Frequency Percent

Valid

Frequency Percent

(62)

Total 96 100,0 100,0

P9

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 28 29,2 29,2 29,2

1 68 70,8 70,8 100,0

Total 96 100,0 100,0

P10

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 18 18,8 18,8 18,8

1 78 81,3 81,3 100,0

(63)

Lampiran 7: Tabulasi Silang Tingkat pengetahuan denga Usia dan Pendidikan

Terakhir

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

tingkat pengetahuan * umur Crosstabulation

(64)

Case Processing Summary tingkat pengetahuan * Pendidikan Terakhir Crosstabulation

(65)

Gambar

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Vitamin A
Tabel 2.2
Tabel 2.3 RDA Vitamin untuk Indonesia
Tabel 2.4  Angka Kecukupan Vitamin A
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui hubungan Hubungan Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita dengan Partisipasi Ibu dalam Membawa Balita ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas

Tujuan Penelitian : Untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi BCG pada bayi usia 0-2 bulan di Posyandu Melati, Posyandu Helvetia dan Posyandu Nusa Indah

Adapun judul skripsi penelitian ini adalah “Pengetahuan Ibu Hamil tentang Asupan Zat Gizi Mikro selama Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan” di

Untuk mengetahui apakah ada Pengaruh Sosio-Ekonomi, Pengetahuan, dan Sikap Ibu Terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Kecamatan

Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Manfaat Vitamin A bagi Kesehatan Mata di Posyandu Wilayah Kerja

Metode deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu balita di Posyandu tentang Kartu Menuju Sehat Wilayah kerja Puskesmas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Ratu Agung Kota

Judul : Faktor- faktor Perilaku Kunjungan Ibu Bayi dan Balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor Kelurahan Pangkalan Masyhur.. Nama Mahasiswa :