• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang imunisasi BCG pada bayi usia 0-2 bulan di 3 (tiga) Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang imunisasi BCG pada bayi usia 0-2 bulan di 3 (tiga) Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dunia telah bersepakat untuk melakukan upaya mensejahterakan masyarakatnya

bersama-sama. Kesepakatan tersebut tertuang dalam program Millenium Development Goals (MDGs) atau Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium pada Tahun 2015

dengan sasaran yaitu nomor empat, menurunkan angka kematian anak, dengan target

menurunkan angka kematian balita harus turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.

Didalam mencapai tujuan keempat MDGs, program vaksinasi menduduki peran yang

sangat penting dan strategis. Karena vaksinasi merupakan upaya paling ampuh dalam

mencegah penyebaran atau penularan penyakit infeksi yang ganas dan menular dari

orang ke orang lain (Ranuh dkk, 2011).

Untuk mencapai target kelengkapan setiap imunisasi khususnya BCG maka

WHO mencanangkan UCI (Universal Child Immunization) yang dilakukan dengan

Gerakan Akselerasi Imunisasi. Imunisasi BCG merupakan salah satu Program Imunisasi Nasional yang dikenal sebagai Pengembangan Program Imunisasi (PPI) atau Expanded Program on Immunization (EPI) yang telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1997.

Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang memberikan kekebalan aktif terhadap

penyakit tuberkulosis (TBC) yang mengandung bakteri bacillus calmette guerrin hidup

yang telah dilemahkan (Marimbi Hanum, 2010).

Sampai saat ini penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia.

Pada tahun 1993, World Health Organization (WHO) mencanangkan kedaruratan global

(2)

disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan, terutama penderita

menular BTA positif (Basil Tahan Asam). Berdasarkan perhitungan WHO pada tahun

1999 setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TBC dengan kematian karena TBC sekitar

140.000. Pada tahun 2000 kasus TBC meningkat menjadi 10,2 juta kematian (Depkes,

2002).

Sedangkan pada tahun 2012 WHO melaporkan bahwa setengah persen dari

penduduk dunia terserang penyakit TBC, sebagian besar berada di Negara berkembang

sekitar 75%, diantaranya di Indonesia setiap tahun ditemukan 539.000 kasus baru TB

BTA positif dengan kematian 101.000. Menurut Departemen Kesehatan sepertiga

penderita tersebut di temukan di RS dan sepertiga lagi di puskesmas, sisanya tidak

terdeteksi dengan baik (Depkes, 2013).

Pertama kali survey prevalensi TB di Indonesia dilakukan pada tahun 1964-1965

yaitu di pedesaan Jawa Timur. Dilaporkan angka prevalensi mencapai 11,7 persen

dengan risiko infeksi tahun 1,64 persen. Survey selanjutnya 1984-1986 dengan risiko

infeksi tahunan sebesar 2,3 persen. Pada tahun 1999 angka prevalensi diperoleh sebesar

786 per 100.000 penduduk, 44 persennya adalah tuberkulosis dengan BTA positif.

Kemudian pada tahun 2007 tuberkulosis paru dengan BTA positif menjadi 104 per

100.000 penduduk dengan rincian di Jawa dan Bali sekitar 59 per 100.000 penduduk, di

Sumatera 160 per 100.000 penduduk, untuk bagian Indonesia bagian timur mencapai

189 per 100.000 penduduk. Namun tahun 2010 prevalensi tuberkulosis mencapai 202

per 100.000 penduduk dengan angka resiko ketularan di Sumatera (Nizar, 2011).

Dalam mengatasi peningkatan penyakit Tuberkulosis maka sesuai dengan

(3)

negara- Negara dengan prevalensi Tuberkulosis yang tinggi, vaksin BCG hendaknya

diberikan kepada semua bayi pada usia 0-2 bulan tetapi dengan beberapa pengecualian

misalnya AIDS yang aktif, dengan dosis yang dianjurkan WHO yaitu 0,05 ml untuk

neonatus dan bayi dibawah 1 tahun dan 0,01 ml untuk anak yang lebih dari 1 tahun dan

orang dewasa. Vaksin BCG dapat merangsang kekebalan dan meningkatkan daya tahan

tubuh tubuh (Fred Miller dkk, 2002).

Percobaan terkontrol di beberapa negara Barat pada anak dengan gizi cukup,

menunjukkan bahwa vaksin BCG dapat memberikan perlindungan 80% perlindungan

terhadap Tuberkulosis selama 15 tahun bila diberikan sebelum infeksi pertama kali atau

kepada anak- anak dengan hasil tes tuberkulin yang negatif (Ranuh, dkk 2011).

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki kelembaban cukup tinggi,

sehingga sangat kondusif bagi perkembangan beberapa penyakit yang berkaitan dengan

alergi dan sistem pernapasan. Akibatnya anak sangat rentan terkena TBC yang sampai

saat ini masih menjadi perhatian badan kesehatan dunia (WHO). Kondisi ini disebabkan

oleh kurangnya tingkat kesadaran masyarakat dan pengetahuan yang kurang.

Berdasarkan data yang dilansir oleh WHO jumlah penderita Tuberkulosis di Indonesia

merupakan terbanyak ke tiga di dunia setelah India dan Cina, dengan jumlah penderita

pada tahun 2010 sekitar 539.000 kasus baru, dengan angka kematian mencapai 101.000

orang setiap tahun. Untuk itu cara yang paling mencegah terjangkitnya penyakit

Tuberkulosis pada anak, pencegahan sejak dini sangatlah penting dilakukan. Cara yang

paling mudah ialah imunisasi dengan vaksin BCG untuk mengendalikan penyebaran

penyakit Tuberkulosis pada anak. Vaksin ini akan memberikan kekebalan aktif pada

(4)

Di Indonesia imunisasi BCG merupakan imunisasi yang wajib diperoleh oleh

setiap bayi untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan yang tinggi, selain bisa

menimbulkan kecatatan. Pemerintah mewajibkan para ibu untuk melakukan imunisasi

bagi bayinya dengan tujuan mengurangi penyakit tertentu. Orang tua perlu diberitahu

bahwa setelah diimunisasi BCG dapat menimbulkan reaksi lokal ditempat penyuntikan

atau reaksi umum berupa keluhan atau gejala tertentu. Efek samping dari imunisasi

umumnya terjadi karena potensi dari vaksin itu sendiri (Ranuh, dkk 2011).

Kenyataannya di masyarakat masih banyak orang tua yang tidak melakukan

imunisasi BCG terhadap bayinya karena takut akan efek samping dari imunisasi

tersebut, kurangnya pengetahuan ibu tersebut terhadap pentingnya imunisasi BCG,

persepsi yang salah tentang kontraindikasi, serta kurangnya pengetahuan ibu terhadap

jadwal pemberian imunisasi BCG pada bayi. Maka pesan yang perlu disampaikan

kepada orang tua yaitu: manfaat dari vaksin yang diberikan, tanggal imunisasi dan

pentingnya Kartu Menuju Sehat (KMS) disimpan secara aman dan selalu dibawa pada

saat imunisasi. Akibat ringan yang dialami setelah diberi imunisasi dan cara mengatasi

serta orang tua tidak perlu khawatir (Nimah Nurida Ulin dkk, 2010).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nimah Nurida Ulin, dkk (2010)

mengenai “Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang efek samping imunisasi BCG

dengan sikap ibu tentang imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Ngesrep Semarang”

menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap efek samping

imunisasi BCG dengan sikap ibu tentang imunisasi dasar lengkap dan disarankan agar

ibu mengimunisasikan bayinya tepat pada waktunya serta tidak takut akan efek samping

(5)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Juwita Ratna (2013) mengenai

“Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap ibu mengenai kejadian pasca imunisasi

di wilayah kerja Puskesmas Belang Kuta Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya

Tahun 2013“ menunjukkan bahwa ada hubungan pendidikan, pengetahuan, dan

dukungan keluarga dengan sikap ibu mengenai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)

di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Kuta Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya.

Dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prayitno dan Dwiastuti mengenai

“Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi BCG di Wilayah

Puskesmas UPT Cimanggis Kota Depok 2012” menunjukkan bahwa imunisasi BCG

dipengaruhi oleh pengetahuan ibu, sikap ibu, pendidikan ibu, dukungan suami dan

dukungan tenaga kesehatan.

Total jumlah data dari Puskesmas Helvetia yang terdiri dari 55 posyandu tahun

2013 menunjukkan total jumlah bayi yang diimunisasi BCG sejumlah 2841 (80,4%). Ini

membuktikan bahwa target pencapaian UCI (Universal Child Immunization) atau target

seseorang anak telah menerima dosis penuh dari imunisasi BCG yang dianjurkan

sebelum usia 2 bulan yaitu 92% pada tahun 2013 belum tercapai. Dari 55 posyandu,

peneliti hanya menggunakan 3 posyandu yaitu Posyandu di Puskesmas Helvetia,

Posyandu Melati dan Posyandu Nusa Indah sebagai tempat penelitian.

Dari data diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

“Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Imunisasi BCG pada bayi 0-2 bulan di 3 (tiga)

(6)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah

bagaimana “Pengetahuan dan Sikap ibu tentang Imunisasi BCG pada bayi usia 0-2 bulan

di 3 (tiga) Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014”.

C. Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi BCG pada bayi

usia 0-2 bulan di 3 (tiga) Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi karakteristik demografi ibu yang memiliki bayi

usia 0-2 bulan tentang imunisasi BCG.

b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang imunisasi BCG pada bayi usia

0-2 bulan di 3 (tiga) Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

Tahun 2014.

c. Untuk mengetahui sikap ibu tentang imunisasi BCG pada bayi usia 0-2

bulan di 3 (tiga) Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

(7)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi

keluarga tentang manfaat pemberian imunisasi BCG pada bayi.

2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Bidan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dalam rangka

peningkatan mutu pelayanan kebidanan khususnya yang berhubungan dengan

manfaat pemberian imunisasi BCG pada bayi.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memberi pengalaman

nyata dalam melakukan penelitian di bidang kesehatan khususnya tentang

manfaat pemberian imunisasi BCG pada bayi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan masukan, perbandingan dan tambahan infomasi untuk

Referensi

Dokumen terkait

Pada penulisan ilmiah ini Penulis mencoba mengangkat masalah ini yaitu membuat suatu permainan sederhana yang dapat dimainkan oleh siapa saja Program aplikasi ini dibuat

BAB III Masalah status Pemerintah Koalisi Demokratik Kampuchea di Jnasyarakat internasional sesudah agresi Vietnam 1.. Alasan Masulcnya Vietnam ke Kampuchea

performance FPGA based digital hardware controller is used to implement the speed control of a permanent magnet synchronous motor.. FPGA is used for the torque

Disebabkan hak kekayaan intelektual merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspersikan dalam berbagai bentuk

Mahasiswa memiliki kemampuan untuk merencanakan jalan secara umum serta aspek-aspek perencanaan terutama yang berkaitan dengan perancangan alinemen horisontal

[r]

- White Board desain perkerasan lentur dengan metode MAK dan melakukan analisis perhitungan sesuai dengan parameter desain yang dipilih. Penutup

Di antara 7 stasiun kerja, hanya 1 stasiun kerja yang berkerja dengan posisi berdiri tetap selama bekerja (8 jam) dan tidak memiliki fasilitas kerja lain yang mendukung posisi