• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Deskripsi Teori

4. Sosiologi Pengarang

Selain teori resepsi sastra dan psikologi sastra, penelitian ini juga

meminjam teori sastra lain, yaitu sosiologi sastra. Namun, penelitian ini tetap

fokus pada teori resepsi sastra khususnya resepsi siswa terhadap cerpen karya

cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki. Salah satu cabang teori sosiologi

sastra, yaitu sosiologi pengarang. Teori sosiologi pengarang digunakan dalam

penelitian ini memiliki tujuan yang sama dengan teori psikologi pengarang, yaitu

agar siswa lebih memahami cerpen dan mempelajari unsur ekstrinsik cerpen.

Berikut penjelasan mengenai teori sosiologi pengarang.

Sosiologi pengarang merupakan salah satu dari tiga paradigma sosiologi

sastra. Kurniawan (2012: 11) mengungkapkan bahwa inti dari analisis sosiologi

pengarang adalah memaknai pengarang sebagai bagian dari masyarakat yang

telah menciptakan karya sastra. Oleh sebab itu, perlu adanya pemahaman

terhadap pengarang yang dijadikan objek kajian.

Selain itu, sosiologi pengarang juga berkaitan dengan unsur pembangun

perhatian karena sesuai dengan kehidupan nyata. Tokoh sebagai gambaran

umummanusia. Latar sosial merupakan kondisi sosial karya sastra yang berkaitan

dengan fakta sosial, yaitu norma sosial, instuisi sosial, kelas sosial, dan lembaga

sosial. Alur berkaitan dengan waktu atau rangkaian peristiwa yang terbentuk

dalam karya sastra (Kurniawan, 2012: 13-14).

Lebih lanjut, Wellek dan Warren dalam bukunya Theory of Literature

(1995:109-133) mengatakan bahwa sosiologi pengarang sangat berhubungan

dengan profesi pengarang dan institusi sastra. Masalah-masalah yang dikaji

sosiologi pengarang antara lain, status sosial pengarang, ideologi sosial

pengarang, latar belakang sosial budaya pengarang, posisi sosial pengarang

dalam masyarakat, masyarakat pembaca yang dituju, mata pencaharian

pengarang, dan profesionalisme kepengarangan.

Kurniawan (2012: 11) menambahkan pendapat di atas bahwa analisis

sosial pengarang meliputi (1) proses pengarang mendapatkan mata pencaharian;

(2) profesionalisme dalam kepengarangan, yang mencakup sejauh mana

pengarang menganggap pekerjaan sebagai profesi; dan (3) masyarakat yang

dituju oleh pengarang. Namun, dalam penelitian ini hanya mengaitkan empat

wilayah kajian sosiologi pengarang dengan beberapa unsur pembangun cerpen.

Adapun, wilayah kajian sosiologi pengarang yang digunakan adalah status atau

kelas sosial, latar belakang budaya pengarang, mata pencaharian pengarang, dan

pendidikan pengarang. Berikut penjelasan mengenai wilayah kajian sosiologi

26

Kelas sosial atau status sosial pengarang termasuk wilayah kajian

sosiologi pengarang yang termasuk dalam latar sosial. Cara mengidentifikasi

ideologi kelas sosial pengarang, yaitu bisa dilakukan dengan dua cara (1) secara

langsung dengan wawancara observasi mengenai kehidupan, pandangan-

pandangan, ideologi, dan kelas sosial; dan (2) secara tidak langsung dengan kajian

pustaka. Fokus analisis pada kenyataan kelas sosial yang diduduki pengarang dan

ideologi-ideologi kelas sosialnya. Posisi kelas pengarang, baik dominan maupun

subordinat, dapat dilihat bersamaan dengan produksi kelas sosial yang

diperjuangkan oleh pengarang melalui sastra (Kurniawan, 2012: 51).

Selanjutnya, sastra secara kolektif adalah hasil budaya manusia yang

secara umum diwujudkan melalui sistem bahasa dan bahasa sendiri adalah unsur

kebudayaan (Kurniawan 2012: 2-3). Hubungan antara sastra dengan budaya yang

dimediasi dengan bahasa menunjukkan kekhasan sastra tersendiri. Alasan sastra

menjadi disiplin objek kajian karena sastra adalah sistem budaya sebagai

representasi pikiran manusia yang mewakili kolektivitasnya dalam kehidupan

sosial masyarakat. Teeuw (dalam Kurniawan, 2012: 3) menyebut kode budaya

sebagai suatu sistem yang harus didaku oleh pembaca dalam memahami sastra

karena dalam sastra ada budaya yang mempresentasikan kehidupan pengarangnya.

Secara tidak langsung, pendapat Kurniawan dan Teeuw mengatakan bahawa latar

belakang budaya seorang pengarang berkaitan dengan gaya bahasa dan pemilihan

kata dalam menciptakan karya sastra.

Selain itu, setiap pengarang memiliki profesi yang dilandasi oleh dorongan

profesional yang berasal dari pendidikan tinggi tentu berbeda dengan pengarang

otodidak. Profesi pengarang otodidak biasanya mendasarkan atas kerja kreatif

dengan membaca karya sastra. Sebelum pengarang otodidak menemukan gayanya

sendiri, ia akan meniru gaya dari sejumlah karya sastra yang sudah dibacanya.

Pengarang dapat meniru gaya menulis pengarang lain dari segi gaya bahasa dan

tema ceritanya (Faruk, 2015: 119).

Tidak semua sastrawan bermata pencaharian dari aktivitas menulis

semata-mata. Dalam hubungannya dengan hal ini, Watt (dalam Damono, 1979:3)

mengemukakan cara seorang pengarang mendapatkan modal produksi. Mata

pencaharian seorang pengarang juga mempengaruhi produksi karyanya. Beberapa

pengarang di Indonesia umumnya memiliki pekerjaan rangkap. Pekerjaan rangkap

juga mempengaruhi hasil produksi karya sastra.Pengarang profesional memiliki

strata khusus dibanding pengarang-pengarang sambilan. Mata pencaharian atau

profesi pengarang juga ikut mempengaruhi tema dan bahasa yang digunakan pada

cerpen karena lingkungan sosial yang sering dihadapi pengarang ketika bekerja

(Faruk, 2015: 119).

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang

pengarang yang menciptakan karya sastra dapat dipengaruhi oleh aspek sosiologi

(unsur ekstrinsik cerpen). Sosiologi pengarang dapat dikaji dari berbagai sudut,

seperti status sosial atau kelas sosial pengarang, ideologi sosial pengarang, latar

belakang budaya pengarang, posisi sosial pengarang, pembaca yang dituju, mata

pencaharian pengarang, dan profesionalisme kepengarangan. Namun, penelitian

28

mata pencaharian pengarang, dan pendidikan pengarang yang dihubungkan

dengan unsur-unsur pembangun cerpen.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah pertama, penelitian

yang dilakukan oleh Aning Fiftiani dengan Resepsi Siswa Kelas VII SMP Negeri

di Kabupaten Banyumas Terhadap Cerpen Remaja “Maafkan Aku Ibu” Karya Herawati. Penelitian ini untuk mengetahui resepsi siswa kelas VII SMP Negeri

di Kabupaten Banyumas terhadap cerpen “Maafkan Aku Ibu” karya Herawati

dengan melihat tiga faktor, yakni faktor kebaruan cerita, faktor desain cerita, dan

faktor dampak yang ditimbulkan cerita terhadap pembaca. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa sebagian besar termasuk kategori “tinggi” yakni sebanyak

246 siswa (67,05%). Hal itu didukung dengan faktor kebaruan cerita yang tinggi

(sebesar 69,89%), faktor dampak yang ditimbulkan yang tinggi (57,37%) pula,

serta faktor desain cerita yang tinggi (sebesar 59,94%).

Penelitian kedua yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

berjudul Aspek Pragmatik Komunikasi Sastra (Studi Kasus terhadap Penilaian

Guru Bahasa Indonesia terhadap Dua Buah Cerpen Indonesia Modern) oleh

Suminto A. Sayuti. Penelitian ini difokuskan padaaspek pragmatik komunikasi

sastra dan mencoba melihat hubungan antara teks dan pembaca tertentu. Selain

itu, penelitian ini juga mencoba mengangkat penilaian pembaca sebagai sasaran

utama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (a) di kalangan guru Bahasa dan

konvensional yang coraknya seperti cerpen “Jodoh” secara keseluruhan lebih

disukai atau dinilai lebih baik daripada cerpen populer yang coraknya seperti

“Serpihan Masa Lalu”, dan (b) dalam kaitannya dengan cerpen konvensional,

penilaian keseluruhan yang diberikan oleh responden penelitian ini lebih

dirasionalisasikan oleh kriteria penggunaan bahasa, ironi, dan kepuasan pembaca,

sedangkan dalam kaitannya dengan cerpen populer, penilaian keseluruhan yang

diberikan oleh responden penelitian ini lebih dirasionalisasikan oleh kriteria

wholeness, tema, minat pembaca, dan plot.

Penelitian relevan yang lain adalah Resepsi Siswa Kelas VII SMP di

Kecamatan Patikraja Banyumas terhadap Kumpulan Puisi Aku Ini Binatang

Jalang Karya Chairil Anwar oleh Tita Purnama Wati. Penelitian ini untuk

mengetahui resepsi siswa dan cakrawala harapan siswa kelas VII SMP di

Kecamatan Patikraja Banyumas terhadap Kumpulan Puisi Aku Ini Binatang

Jalang karya Chairil Anwar. Penelitian ini menunjukkan sebanyak 138 siswa

(58,09%) mampu memaknai dan menanggapi kumpulan puisi tersebut dengan

baik dan sebanyak 117 siswa (49,30%) memiliki pengetahuan, pengalaman, dan

pemahaman yang lebih luas dari pada nilai-nilai yang ada dalam puisi Chairil

Anwar ini.

Penelitian-penelitian di atas relevan dengan penelitian ini karena

mempunyai kesamaan, yaitu jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan

menggunakan metode penelitian resepsi secara eksperimental. Selain itu,

pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner atau angket. Perbedaan

30

yang digunakan. Penelitian ini merupakan usaha untuk mengetahui resepsi siswa

kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan

dan cerpenis laki-laki.

Dokumen terkait