SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Eria Wahyu Pratiwi NIM 12201244038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI
v
“Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah sampai
meninggal dunia.”
(H.R. Tirmidzi)
“Kemajuan bukanlah semata-mata perbaikan dari masa silam, kemajuan adalah
bergerak maju menuju masa depan.”
(Kahlil Gibran)
“Kemudahan mengajarkan syukur dan kesulitan mengajarkan sabar.”
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur atas rahmat, karunia, dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada saya,
teriring salam dan doa dengan segala kerendahan hati saya tulis dan
persembahkan karya ini untuk:
Bapak dan ibu saya tercinta, Bapak Anantaguna dan Ibu Yuliati
Almamater yang saya cintai dan banggakan, Universitas Negeri Yogyakarta
vii
Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap Cerpen Karya Cerpenis
Perempuan dan Cerpenis Laki-Laki untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh sarjana.
Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Maman Suryaman, M.Pd. selaku Wakil Dekan I Fakultas Bahasa dan Seni, Ibu Dr. Wiyatmi, M.Hum. selaku ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Ibu Esti Swatika Sari, M.Hum. selaku Kaprodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Ibu Kusmarwanti, M.Hum. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kemudahan kepada saya.
Saya menyampaikan rasa hormat, terima kasih, dan penghargaan kepada Bapak Prof. Dr. Suminto A. Sayuti selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Esti Swatika Sari, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing II yang telah sabar memberikan saya arahan, bimbingan, saran, dan masukan di sela-sela kesibukannya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Jaka Tumuruna, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian kepada saya. Bapak Susilo Eryono, S.Pd selaku guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 4 Yogyakarta yang telah bekerjasama dengan baik selama penelitian berlangsung. Siswa-siswi SMA Negeri 4 Yogyakarta, khususnya kelas XI IPA 4, XI IPS 1, dan XI IPS 3 (XI KKO) yang telah bekerja sama dengan baik dalam penelitian ini.
viii
dukungan. Keluarga besar di Batang dan Semarang yang telah memberi saya doa dan dukungan.
Terakhir, saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya kelas C 2012 yang telah memberikan saya doa, dukungan, inspirasi, dan pengalaman. Teman-teman se-FBS, teman-teman KKN dan PPL, sahabat dan teman-teman TK-SMA yang telah memberikan doa, dukungan, inspirasi, dan pengalaman. Almamater yang saya cintai dan banggakan, Universitas Negeri Yogyakarta, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Semoga Allah membalas semua kebaikan Bapak/Ibu/Saudara/i. Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis sendiri.
Yogyakarta, 10 November 2016 Penulis,
ix BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah... 7
C. Pembatasan Masalah... 8
D. Rumusan Masalah... BAB II KAJIAN TEORI... 11
A. Deskripsi Teori... 11 1. Hakikat Resepsi Sastra...
a. Pengertian Resepsi Sastra...
x b. Unsur Pembangun Cerpen... 18 3. Psikologi Pengarang...
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 32 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 32 B. Tempat dan Waktu Penelitian...
C. Populasi dan Sampel...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. Deskripsi Hasil Penelitian... 1. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan.
a. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis
Perempuan Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis...
40 41 41
xi
Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Laki-Laki... b. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis
Laki-Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Laki-Laki-Laki-Laki... 3. Perbedaan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis
Perempuan dengan Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki... B. Pembahasan Hasil Penelitian...
1. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan. a. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis
Perempuan Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... b. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis
Perempuan Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... 2. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki...
a. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... b. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... 3. Perbedaan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan dan Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki...
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1: Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 33 Tabel 2: Sampel Penelitian... 34 Tabel 3: Penskoran Angket Penelitian... 35 Tabel 4: Kategori Resepsi Siswa... Tabel 5: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan... Tabel 6: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa
terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan... Tabel 7: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa
Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Perempuan... Tabel 8: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Perempuan... Tabel 9: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Kecerdasan Emosional Cerpenis Perempuan.. Tabel 10: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Kecerdasan Intelektual Cerpenis Perempuan.. Tabel 11: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Religiusitas Cerpenis Perempuan... Tabel 12: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Kreativitas Cerpenis Perempuan... Tabel 13: Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... Tabel 14: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa
Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis Perempuan... Tabel 15: Konversi Rerata dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis Perempuan...
xiii
Tabel 18: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Pendidikan Cerpenis Perempuan... Tabel 19: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa
Dilihat dari Faktor Mata Pencaharian Cerpenis Perempuan... Tabel 20: Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... Tabel 21: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa
terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki... Tabel 22: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa
terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki... Tabel 23: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa
Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Laki-Laki... Tabel 24: Konversi Rerata dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Laki-Laki... Tabel 25: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Kecerdasan Emosional Cerpenis Laki-Laki.... Tabel 26: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Kecerdasan Intelektual Cerpenis Laki-Laki.... Tabel 27: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Religiusitas Cerpenis Laki-Laki... Tabel 28: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Kreativitas Cerpenis Laki-Laki... Tabel 29: Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... Tabel 30: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa
xiv
Tabel 31: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi dari Aspek Sosiologi Cerpenis Laki-Laki... Tabel 32: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa
Dilihat dari Faktor Kelas Sosial Cerpenis Laki-Laki... Tabel 33: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa
Dilihat dari Faktor Latar Belakang Budaya Cerpenis Laki-Laki... Tabel 34: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Pendidikan Cerpenis Laki-Laki... Tabel 35: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa
Dilihat dari Faktor Mata Pencaharian Cerpenis Laki-Laki... Tabel 36: Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... Tabel 37:Perbedaan Hasil Keseluruhan Resepsi Siswa terhadap Cerpen
Karya Cerpenis Perempuan dan Cerpenis Laki-Laki... Tabel 38:Perbedaan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis
Perempuan dan Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Tabel 39:Perbedaan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan dan Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Sosiologi
67
69
70
70
71
72
74
75
xv
terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan... Gambar 2: Histogram Kategori dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa
terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... Gambar 3: Pie Chart Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... Gambar 4: Histogram Kategori dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa
terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... Gambar 5: Pie Chart Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... Gambar 6: Histogram Kategori dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa
terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki... Gambar 7: Histogram Kategori dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa
Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Laki-Laki... Gambar 8: Pie Chart Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... Gambar 9: Histogram Kategori dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa
terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... Gambar 10: Pie Chart Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1: Cerpen “Pemanggil Bidadari” Karya Noviana
Kusumawardhani... Lampiran 2:Cerpen “Ayah Pulang” KaryaRatna Indraswari Ibrahim... Lampiran 3:Cerpen “Seragam” KaryaAris Kurniawan Basuki…... Lampiran 4: Cerpen “Kain Perca Ibu” Karya Andrei Aksana... Lampiran 5: Kisi-Kisi Angket Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya
Cerpenis Perempuan dan Cerpenis Laki-Laki untuk Uji Instrumen... Lampiran 6: Hasil Uji Validitas... Lampiran 7: Data Mentah Resepsi Siswa... 1. Data Mentah dari Angket Resepsi Siswa terhadap Cerpen
xvii
Psikologi Cerpenis... b. Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa terhadap Cerpen
xviii
RESEPSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA TERHADAP CERPEN KARYA CERPENIS PEREMPUAN DAN
CERPENIS LAKI-LAKI
Oleh Eria Wahyu Pratiwi NIM 12201244038
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dari aspek psikologi dan aspek sosiologi, (2) mendeskripsikan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki dari aspek psikologi dan aspek sosiologi, dan (3) mendeskripsikan perbedaan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA NEGERI 4 Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sample. Pemilihan kelas berdasarkan nilai dan perbedaan kelas jurusan. Kelas XI IPA 4, XI IPS 1, dan XI KKO ditetapkan sebagai kelas yang dijadikan sampel penelitian. Sampel penelitian berjumlah 96 terdiri dari 47 siswa laki-laki dan 49 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa angket pernyataan tertutup dan pertanyaan terbuka. Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk. Validitas konstruk dilakukan dengan carajudgement experts.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan termasuk kategori sedang dengan persentase 70,65%, resepsi siswa terhadap keterkaitan aspek psikologi dengan unsur pembangun cerpen termasuk kategori sedang dengan persentase 80,43%, dan keterkaitan aspek sosiologi dengan unsur pembangun cerpen termasuk kategori sedang dengan persentase 83,68%; (2) resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki termasuk kategori sedang dengan persentase 71,74%, resepsi siswa terhadap keterkaitan aspek psikologi cerpenis dengan unsur pembangun cerpen termasuk kategori sedang dengan persentase 47,83%, dan keterkaitan aspek sosiologi cerpenis dengan unsur pembangun cerpen termasuk kategori sedang dengan persentase 61,95%; dan (3) resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki lebih tinggi secara keseluruhan dan dilihat dari keterkaitan aspek psikologi dengan unsur pembangun cerpen.
1
Karya sastra merupakan hasil atau karya seseorang yang umumnya tertulis
atau tercetak. Karya sastra digunakan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Bahasa dan Sastra Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib
diberikan kepada siswa. Sekarang ini, dibeberapa sekolah masih menerapkan
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sebagai sistem pendidikan.
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan) masih menggunakan karya sastra sebagai salah satu teks yang
wajib dipelajari siswa walaupun dalam pelaksanaannya lebih dominan teks
nonsastra. Salah satu karya sastra yang digunakan dalam KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan) adalah cerpen.
Cerpen ditulis oleh seorang cerpenis sebagai sarana untuk mengungkapkan
gagasan yang dimiliki cerpenis itu sendiri. Gagasan tersebut dapat berasal dari
pengalaman cerpenis, pengalaman orang lain, dan imajinasi cerpenis. Indonesia
bangga memiliki cerpenis yang produktif dalam menulis karya sastra sehingga
penggemar cerpen tidak haus bacaan. Cerpenis Indonesia mengalami
perkembangan dari masa ke masa hingga sekarang. Cerpenis perempuan dan
cerpenis laki-laki semakin kreatif dan memiliki ciri khas dalam memproduksi
cerpen.
Ciri khas cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki dilatarbelakangi oleh
2
sendiri maupun dari luar diri cerpenis. Dalam diri cerpenis dapat dipengaruhi oleh
aspek psikologi, sedangkan dari luar diri cerpenis dapat dipengaruhi oleh aspek
sosiologi. Kedua aspek tersebut saling berkaitan dalam membentuk gaya atau ciri
khas cerpenis dalam mengarang. Aspek-aspek tersebut dapat mempengaruhi jalan
cerita dan pemilihan kata-kata yang digunakan dalam cerpen. Setiap cerpenis
dipengaruhi oleh aspek psikologi dan aspek sosiologi yang berbeda-beda.
Meskipun jumlah cerpenis perempuan lebih sedikit dibanding dengan
jumlah cerpenis laki-laki, namun mereka telah menerbitkan lebih dari satu buku
kumpulan cerpen atau antologi cerpen (Rampan, 2009: 172). Selain itu, cerpenis
perempuan lebih memfokuskan ceritanya pada lingkungan yang ada di sekitarnya,
yaitu kaum wanita (Rampan, 2009: 174). Tidak dipungkiri, memang banyak
ditemukan cerpen-cerpen yang menggunakan kaum wanita sebagai tokoh dan
cerpen tersebut umumnya ditulis oleh cerpenis perempuan. Cerpenis perempuan
menggunakan tokoh kaum wanita karena mereka lebih memahami cara
menggambarkan kaum wanita secara jelas dalam cerpen.
Memang belum banyak orang yang membahas keadaan cerpenis
perempuan dan cerpenis laki-laki di Indonesia pada abad 21 ini. Beberapa buku
lebih tertarik untuk membahas cerpenis perempuan Indonesia, tetapi umumnya
hanya cerpenis yang masih produktif. Cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki
dapat mempublikasikan karyanya tidak hanya dengan cara membukukan
cerpen-cerpennya, tetapi dapat juga melalui berbagai media, seperti majalah, koran, buku,
cyber, dan lain-lain.Salah satu koran yang mempublikasikan cerpen-cerpen karya
yang dimuat dalam Koran Kompas dan Cerpen Pilihan Kompasumumnya karya
cerpenis laki-laki. Sedangkan,cerpen-cerpen karya cerpenis perempuan umumnya
dimuat menjadi antologi cerpen yang disertai dengan analisis dari cerpen tersebut,
seperti antologi cerpenKembang MayangdanDunia Perempuan.
Cerpenis Indonesia baik perempuan maupun laki-laki memiliki tujuan
dalam menulis cerpen, yaitu agar menjadi bahan bacaan. Cerpenis juga memiliki
tujuan agar cerpennya dapat meninggalkan efek mendalam pada pikiran dan
perasaan pembaca (Tarigan, 2011: 180). Tidak hanya itu, cerpenis mengharapkan
pembaca tidak sekedar membaca cerpennya, tetapi juga memberikan tanggapan
atau resepsi mengenai cerpen tersebut. Pembaca juga memiliki tujuan membaca
cerpen yaitu untuk mendapatkan berbagai manfaat, seperti sarana hiburan,
mengetahui sejarah cerpen, memperoleh pengetahuan tentang kehidupan, dan
lain-lain.
Pada abad ke-20 ini peran pembaca sangat mendominasi dibandingkan
dengan peran penulis dan peran karya sastra (Ratna, 2004: 321). Hal ini
dikarenakan pembaca memberi pengaruh besar dalam dunia sastra. Seorang
penulis dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari karyanya melalui peran
pembaca. Oleh karena itu, cerpenis sangat membutuhkan pembaca sebagai
penghubung antara cerpenis dengan karyanya. Pembaca, karya sastra, dan
cerpenis saling menguntungkan satu sama lain.
Pembaca cerpen dapat berasal dari siswa. Siswa sebagai pembaca cerpen
tergolong dalam pembaca yangsophisticated reader(pembaca terpelajar) (Segers,
4
ahli layaknya seorang kritikus yang paham mengenai teori kritik. Siswa membaca
cerpen sesuai dengan daya imajinasinya tanpa ada pengaruh dari orang lain.
Cara menanggapi siswa yang berbeda-beda menjadi alasan bagi peneliti
untuk melakukan penelitian terhadap tanggapan siswa pada cerpen karya cerpenis
laki-laki dan cerpenis perempuan. Perbedaan cara menanggapi siswa menjadi hal
yang menarik untuk diketahui karena ada banyak faktor yang menentukan bagi
seseorang untuk membaca sebuah karya sastra sampai seseorang tersebut
memberikan tanggapan. Selain itu, cara menanggapi seorang pembaca juga dapat
menunjukkan pengalaman pembaca yang berkaitan dengan karya tersebut.
Objek penelitian ini adalah resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis
perempuan dan cerpenis laki-laki. Cerpen yang akan ditanggapi dalam penelitian
ini merupakan beberapa cerpen pilihan yang diambil dari buku Cerpen Pilihan
Kompasdanwebsiteresmi cerpen kompas. BukuCerpen Pilihan Kompastersebut
berjudul 20 Tahun Cerpen Pilihan Kompas: Dari Salawat Dedaunan sampai
Kunang-Kunang di Langit Jakarta. Cerpen yang diambil dari buku Cerpen
Pilihan Kompas adalah cerpen Kain Perca Ibu karya Andrei Aksana. Cerpen
Seragam karya Aris Kurniawan Basuki, Pemanggil Bidadari karya Noviana
Kusumawardhani dan Ayah Pulang karya Ratna Indraswari Ibrahim diambil dari
websiteresmi cerpen kompas.
Peneliti memilih keempat judul cerpen tersebut dikarenakan cerpen yang
pertama mewakili cerpen karya cerpenis laki yang menggunakan tokoh
laki-laki, cerpen yang kedua mewakili cerpen karya cerpenis laki-laki yang
cerpenis perempuan yang menggunakan tokoh perempuan, dan cerpen yang
terakhir merupakan cerpen karya cerpenis perempuan yang menggunakan tokoh
laki-laki.
Cara pemilihan cerpen difokuskan dengan melihat keterkaitan antara
unsur-unsur pembangun cerpen dengan aspek psikologi dan aspek sosiologi
cerpenis. Unsur-unsur yang digunakan dibatasi pada unsur plot atau alur, tema,
penokohan atau perwatakan, serta gaya dan nada. Alur pada masing-masing
cerpen bervariasi, seperti alur atau plot progresif dan plot regresif. Tema yang
diangkat dalam cerpen-cerpen yang dipilih juga berbeda-beda sesuai dengan
imajinasi cerpenis.
Selain alur dan tema, watak tokoh dalam cerpen yang dipilih peneliti juga
bervariasi. Gaya dan nada yang digunakan masing-masing cerpenis tidak jauh
berbeda dengan unsur yang lain karena cerpenis-cerpenis tersebut memiliki ciri
khas masing-masing. Penggambaran watak tokohdalam cerpen-cerpen tersebut
masih secara umum dan tidak menggunakan kata-kata yang tabu. Penggunaan
bahasa pada cerpen tersebut juga mudah dipahami siswa kelas XI SMA.
Secara keseluruhan, cerpen-cerpen yang dipilih memiliki perbedaan pada
unsur-unsur pembangunnya. Hal ini dikarenakan, setiap cerpenis baik itu cerpenis
perempuan maupun laki-laki memiliki cara yang berbeda dalam menulis cerpen.
Ada cerpenis yang menonjolkan salah satu unsur pembangun cerpen, seperti
watak tokohnya. Ada pula cerpenis yang menonjolkan pada gaya dan nadanya
6
Peneliti memilih cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki
karena pemilihan cerpen didasari aspek-aspek yang mempengaruhi cerpenis
dalam mengarang sehingga cerpen tersebut dapat menunjukkan batas cerpen yang
dipilih. Cerpen-cerpen tersebut juga belum pernah digunakan sebagai bahan
penelitian yang sejenis. Di sisi lain, peneliti juga ingin mengenalkan beberapa
nama cerpenis Indonesia agar siswa mengetahui dunia cerpen Indonesia.
Selanjutnya, peneliti juga memilih untuk menggunakan pendekatan
apresiatif. Pendekatan apresiatif ini diterapkan dalam pembelajaran apresiasi
sastra. Pendekatan apresiatif dapat digunakan untuk mengapresiasi cerpen
sehingga siswa diharapkan dapat memberikan penilaian terhadap cerpen yang
telah dibacanya. Siswa harus memahami betul cerpen yang akan diberikan
penilaian. Penilaian yang diberikan siswa tersebut berupa tanggapan atau respon.
Tanggapan siswa dapat berupa segi kelebihan dan kekurangan dari karya sastra
yang telah dibacanya.
Peneliti memilih SMA Negeri 4 Yogyakarta sebagai tempat penelitian.
SMA Negeri 4 Yogyakarta dipilih karena sekolah tersebut termasuk sekolah yang
menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. SMA Negeri 4 Yogyakarta
dijadikan tempat penelitian karena di sekolah tersebut membuka kelas jurusan
nonbahasa. Selain kelas jurusan IPA dan IPS, SMA Negeri 4 Yogyakarta juga
membuka jurusan Olahraga. Di samping itu, SMA Negeri 4 Yogyakarta memiliki
keunggulan, yaitu berprestasi di bidang olahraga atau non akademik, sedangkan
SMA lain di Kota Yogyakarta umumnya lebih berprestasi di bidang akademik.
SMA yang lebih unggul di bidang olahraga atau non akademik. Oleh karena itu,
peneliti memilih SMA Negeri 4 Yogyakarta sebagai tempat penelitian dengan
judul Resepsi Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap Cerpen karya
Cerpenis Perempuan dan Cerpenis Laki-laki.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat
diidentifikasi permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut.
1. Belum diketahuinya tingkat resepsi siswa terhadap karya sastra yang telah
dibacanya.
2. Belum diketahuinya tingkat resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4
Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dilihat dari aspek
psikologi dan aspek sosiologi cerpenis.
3. Belum diketahuinya tingkat resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4
Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki dilihat dari aspek
psikologi dan aspek sosiologi cerpenis.
4. Belum diketahuinya perbedaan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4
Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dengan cerpenis
8
C. Pembatasan Masalah
Dari berbagai permasalahan yang terdapat pada identifikasi masalah, tidak
semua permasalahan akan diteliti. Permasalahan dalam penelitian ini hanya
dibatasi pada resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen
karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki.
D. Rumusan Masalah
Masalah umum yang dikaji adalah bagaimana resepsi siswa terhadap
cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki pada siswa kelas XI SMA
Negeri 4 Yogyakarta. Berdasarkan masalah umum ini, dapat dirumuskan beberapa
masalah khusus yang berkaitan dengan resepsi siswa terhadap cerpen karya
cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki pada siswa kelas XI SMA Negeri 4
Yogyakarta.
1. Bagaimana tingkat resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta
terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dilihat dari keterkaitan aspek
psikologi dan aspek sosiologicerpenis dengan unsur pembangun cerpen?
2. Bagaimana tingkat resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta
terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki dilihat dari keterkaitan aspek
psikologi dan aspek sosiologi cerpenis dengan unsur pembangun cerpen?
3. Bagaimana perbedaan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta
terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dengan cerpen karya cerpenis
E. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki
pada siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta dengan perincian sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui atau mendeskripsikan tingkat resepsi siswa kelas XI
SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan
dilihat dari keterkaitan aspek psikologi dan aspek sosiologi dengan unsur
pembangun cerpen.
2. Untuk mengetahui atau mendeskripsikan tingkat resepsi siswa kelas XI
SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki dilihat
dari keterkaitan aspek psikologi dan aspek sosiologi dengan unsur
pembangun cerpen.
3. Untuk mengetahui atau mendeskripsikan perbedaan resepsi siswa kelas XI
SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan
dengan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen
karya cerpenis laki-laki.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini, dibagi dalam manfaat teoritis dan
manfaat praktis sebagai berikut.
1. Manfaat teoritis
10
b. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi kajian sastra,
khususnya kritik sastra dan resepsi sastra.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Guru
Dijadikan pertimbangan dasar dalam memilih materi dan bahan ajar.
b. Bagi Siswa
Memberikan motivasi terhadap siswa untuk membaca dan menulis
cerpen.
c. Bagi Peneliti
Suatu bentuk pengabdian dan penerapan ilmu yang telah diperoleh
selama menempuh jenjang pendidikan di perguruan tinggi.
G. Batasan Istilah
1. Resepsi sastraadalah tanggapan atau respon pembaca terhadap karya sastra
yang berupa tanggapan positif maupun tanggapan negatif.
2. Cerpenadalah salah satu karya sastra yang bisa selesai sekali baca, dua kali
baca atau tiga kali baca yang panjangnya berkisar 500-30.000 kata.
3. Cerpenisadalah penulis atau pengarang cerita pendek.
4. Psikologi pengarang adalahsalah satu kajian psikologi sastra yang melihat
aspek kepribadian pengarang dalam menciptakan karya sastra.
5. Sosiologi pengarangadalah salah satu kajian sosiologi sastra yang melihat
aspek sosiologi yang mempengaruhi pengarang dalam menciptakan karya
11
Deskripsi teori pada kajian teori ini akan memaparkan empat teori yang
mendukung penelitian ini. Keempat teori tersebut yaitu mengenai resepsi sastra,
cerpen, psikologi pengarang, dan sosiologi pengarang. Berikut ini pemaparan teori
mengenai resepsi sastra, cerpen,psikologi pengarang, dan sosiologi pengarang.
1. Hakikat Resepsi Sastra
a. Pengertian Resepsi Sastra
Kata resepsi memiliki beberapa arti baik secara umum dan khusus. Secara
etimologi, kata resepsi sastra berasal dari katarecipere(Latin),reception(Inggris)
yang berarti penerimaan atau penyambutan dari pembaca. Secara luas diartikan
sebagai pengolahan teks. Pengolahan teks yang dimaksud adalah cara pemberian
makna-makna terhadap karya sastra sehingga memberikan respon positif maupun
negatif terhadap karya sastra tersebut (Ratna, 2004: 165).
Pendapat Ratna sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh ahli sastra
lain bahwa estetika resepsi atau resepsi sastra adalah salah satu cabang kritik
sastra yang berpandangan bahwa sebuah teks sastra seharusnya dipelajari
(terutama) dalam kaitannya dengan reaksi pembaca (Segers, 2000: 35). Pendapat
Segers ini menitikberatkan pada reaksi pembaca. Estetika resepsi ini digunakan
12
Lebih lanjut, estetika resepsi adalah ilmu keindahan atau ilmu estetika. Ilmu
keindahan tersebut berdasar pada estetika tanggapan-tanggapan atau
resepsi-resepsi pembaca terhadap karya sastra. Tanggapan tersebut dapat berupa
tanggapan positif maupun negatif dari pembaca (Pradopo, 2013: 206).
Berdasarkan pemaparan di atas mengenai pengertian resepsi sastra atau
estetika resepsi dapat disimpulkan bahwa resepsi sastra merupakan salah satu
cabang kritik sastra. Resepsi sastra menitikberatkan pada reaksi atau tanggapan
pembaca terhadap karya sastra. Tanggapan pembaca tersebut dapat berupa
tanggapan positif dan tanggapan negatif.
b. Konsep Resepsi Sastra
Konsep-konsep resepsi sastra yang paling penting adalah indeterminasi dan
cakrawala harapan. Walaupun kedua konsep tersebut mendapat kritikan dari
beberapa ahli, tetapi konsep tersebut tetap penting karena berpengaruh dan
bermanfaat bagi perkembangan studi sastra (Segers, 2000: 41).
1) Indeterminasi
Menurut Iser telah muncul sejumlah indeterminasi atau ruang kosong yang
bersifat khas bagi semua teks sastra. Indeterminasi muncul karena mereka tidak
mengizinkan acuan pada situasi kehidupan nyata yang identik. Namun,
indeterminasi inilah yang menyebabkan teks-teks tersebut mampu membentuk
berbagai situasi yang dilengkapi oleh pembaca dalam bacaan-bacaan pribadinya.
Indeterminasi bisa ditiadakan hanya dalam tindakan pembacaan. Indeterminasi
Cara Iser memperlakukan konsep mengenai indeterminasi atau ruang
kosong bertolakbelakang dengan cara Jauss. Jauss menganggap indeterminasi atau
ruang terbuka sebagai ciri khas sejarah bukan ciri khas teks (Fokkema, dkk.,
1998: 186). Indeterminasi atau ruang kosong yang ada pada karya sastra dapat
memunculkan interpretasi-interpretasi baru dari pembaca karya sastra tersebut.
Lebih lanjut, karya sastra memiliki bagian indeterminasi atau ruang
kosong di dalamnya yang mengharuskan para pembaca untuk mengisinya dengan
makna dari pemikiran mereka sendiri. Hal ini dikarenakan karya sastra memiliki
banyak tafsir yang bergantung pada kondisi pembacannya (Pradopo,2013: 208).
Sementara itu, karya sastra yang memiliki banyak indeterminasi atau tempat
terbuka termasuk dalam karya sastra yang bernilai, tetapi karya sastra yang terlalu
banyak indeterminasi atau ruang kosong juga tidak baik karena membingungkan
pembacanya (Segers, 2013: 209).
Dengan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu karya sastra
memiliki indeterminasi atau ruang kosong. Banyaknya indeterminasi atau ruang
kosong ikut menentukan nilai karya sastra karena indeterminasi mengharuskan
pembaca untuk mengisinya dengan makna.
2) Cakrawala harapan
Setiap pembaca memiliki cakrawala harapan yang berbeda satu sama lain.
Hal ini dikarenakan tiap periode pembaca berbeda dengan periode pembaca lain
dalam menanggapi sebuah karya sastra. Cakrawala harapan merupakan
harapan-harapan yang dimiliki oleh seorang pembaca sebelum membaca karya sastra.
14
pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan dalam menanggapi karya sastra
(Pradopo, 2013: 207-208).
Mandelkow membagi cakrawala harapan menjadi tiga jenis. Pertama,
cakrawala harapan berdasarkan periode penulisan karya sastra yang disebut
harapan periode. Kedua, cakrawala harapan berdasarkan teks khusus yang disebut
harapan teks. Ketiga, cakrawala harapan berdasarkan aspek spesifik kreativitas
pengarang yang disebut harapan pengarang (dalam Segers, 2000: 42).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
cakrawala harapan atau harapan-harapan pembaca dapat dipengaruhi oleh
pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan dalam menanggapi karya
sastra. Selain itu, cakrawala harapan terbagi menjadi tiga jenis, yakni harapan
periode, harapan teks, dan harapan pengarang.
c. Pembaca Resepsi Sastra
Resepsi sastra membutuhkan pembaca karena hakekat resepsi sastra
adalah penelitian yang menitikberatkan pada tanggapan pembaca terhadap karya
sastra. Kegiatan membaca karya sastra memiliki tujuan bagi pembaca seperti,
hiburan dan sumber informasi. Pembaca dalam praktik resepsi sastra terbagi
menjadi 3 kelompok pembaca (Segers, 2000: 47-50), yakni sebagai berikut.
(1) pembaca ideal, yaitu pembaca yang mengkonstruksi hipotesis seorang
teoritikus dalam proses interpretasi. Dengan kata lain, pembaca ideal adalah
pembaca yang serba tahu mengenai karya sastra, seperti seorang ahli atau
tanggapan positif maupun negatif terhadap karya sastra sehingga pengarang
tahu kekurangan dan kelebihan karyanya (Segers, 2000: 47).
(2) pembaca implisit, yaitu pembaca yang mampu mengetahui keseluruhan
susunan indikasi tekstual yang menginstruksikan cara pembaca riil membaca
(Segers, 2000: 47). Pembaca implisit dan pembaca ideal hampir mirip karena
keduanya merupakan pembaca yang dituju oleh pengarang. Lebih lanjut,
menurut Iser (dalam Ratna, 2004: 325), pembaca implisit merupakan konsep
pokok resepsi sastra, konsep yang memungkinkan bagi pembaca untuk
memahami karya sastra. Pembaca implisit dapat memaksimalkan fungsi karya
sastra yang ditulis oleh pengarang.
(3) pembaca riil, yaitu pembaca yang benar-benar terlibat langsung dalam
kegiatan pembacaan karya sastra. Pembaca riil termasuk dalam kategori real
reader. Pembaca riil merupakan pembaca yang paling penting dalam resepsi
sastra dibandingkan dengan pembaca ideal dan pembaca implisit. Hal ini
dikarenakan pembaca riil memberikan arti individual kepada struktur-struktur
yang digambarkan oleh pengarang (Segers, 2000: 49-50).
Penelitian ini menggunakan pembaca riil sebagai objek penelitian. Peneliti
memilih siswa sebagai objek penelitian karena siswa dapat memberikan arti
individual kepada struktur-struktur yang digambarkan dalam karya sastra oleh
pengarang. Selain itu, siswa juga ikut berperan dalam studi sastra sehingga siswa
16
d. Metode Penelitian Resepsi
Metode estetika resepsi atau resepsi sastra merupakan metode yang
berdasarkan teori bahwa karya sastra itu sejak terbitnya selalu mendapat resepsi
atau tanggapan para pembacanya (Pradopo, 2013: 209). Karya sastra yang telah
dibaca selalu mendapat resepsi atau tanggapan, entah itu tanggapan secara
langsung disampaikan kepada pengarangnya atau hanya sebatas tanggapan yang
disampaikan kepada sesama pembaca.
Penelitian resepsi sastra membutuhkan suatu pendekatan agar
memudahkan peneliti untuk menentukan langkah-langkah dalam pelaksanaannya.
Metode penelitian resepsi dapat dilakukan dengan tiga pendekatan (Teeuw, 2015:
160-164), yaitu sebagai berikut: (1) penelitian resepsi sastra secara eksperimental,
yaitu metode penelitian resepsi dengan cara memberi karya sastra dan pembaca
agar pembaca memberi tanggapan dan tanggapan pembaca dianalisis berdasarkan
faktor tertentu; (2) penelitian resepsi sastra secara kritik sastra, yaitu metode
penelitian yang dilakukan dalam periode tertentu oleh kritikus; dan (3) penelitian
resepsi sastra secara intertekstualitas, yaitu metode penelitian resepsi sastra yang
digunakan untuk mengetahui hubungan dua karya sastra atau lebih.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian resepsi sastra secara
eksperimental sehingga pembahasan akan dibatasi dalam metode tersebut. Peneliti
akan melihat resepsi siswa dengan melakukan survei. Survei dilakukan dengan
memberikan angket yang berupa pertanyaan-pertanyaan. Siswa yang disurvei
hanya mengisi angket dan peneliti merangkum jawaban-jawaban dalam bentuk
Selain metode resepsi sastra eksperimental, penelitian ini juga didukung
oleh pendekatan apresiatif. Pendekatan apresiatif merupakan pendekatan yang
dapat digunakan untuk mengapresiasi karya sastra dengan cara memberikan
penilaian terhadap karya sastra tersebut. Apresiasi sastra menekankan perilaku
pengindahan, penikmatan, dan penghargaan sastra. Resepsi sastra yang
merupakan salah satu jenis kritik sastra juga menekankan pada perilaku pencarian,
penilaian, dan penghakiman kebenaran nilai-nilai atau hal-hal yang ada dalam
sastra (Saryono, 2009: 44).
Perbedaan pembaca dalam memberikan makna tidak terlepas dari adanya
penilaian subjektif dan penilaian objektif terhadap karya sastra. Penilaian bersifat
subjektif merupakan penilaian yang sepenuhnya ditentukan oleh pembaca tanpa
harus mengaitkannya dengan karya sastra. Penilaian bersifat objektif bila
penilaian yang ditentukan oleh nilai yang ada dalam teks sastra, dan bukan nilai
yang ada dalam opini pembaca itu sendiri (Aminuddin, 1995: 54). Penelitian ini
menggunakan penilaian yang bersifat objektif karena penilaian karya sastra bukan
berasal dari opini pembaca.
2. Hakikat Cerpen
a. Pengertian Cerpen
Cerpen termasuk salah satu karya sastra yang berjenis cerita narasi. Cerpen
berisi cerita yang menggambarkan pengalaman atau imajinasi pengarangnya.
Sayuti berpendapat bahwa cerpen adalah karya sastra berupa prosa fiksi yang
18
dapat membangkitkan efek tertentu dalam diri pembaca (Sayuti, 2000: 9). Cerpen
menceritakan secara singkat konflik yang muncul sehingga pembaca lebih
menyukai cerpen karena ceritanya yang tidak berbelit-belit.
Cerpen merupakan cerita pendek. Namun, tidak setiap cerita pendek dapat
digolongkan ke dalam cerpen. Cerpen adalah cerita yang pendek dan di dalamnya
terdapat pergolakan jiwa pada diri pelakunya sehingga secara keseluruhan cerita
pada cerpen tersebut bisa menyentuh perasaan pembaca. Hal tersebut dapat
dikategorikan sebagai buah sastra dari cerpen (Nursisto, 2000: 165).
Mochtar Lubis (dalam Rampan, 2000: 1) mengatakan bahwa cerpen adalah
cerita yang bisa selesai sekali baca, dua kali baca, atau tiga kali baca. Jumlah
perkataan dalam cerpen berkisar 500-30.000 kata. Penentuan jumlah perkataan
dalam cerpen dapat menjadi acuan untuk membedakan cerpen karena cerita yang
pendek belum tentu dapat dikatakan cerpen.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa cerpen
merupakan cerita pendek yang selesai sekali baca, dua kali baca, atau tiga kali
baca. Isi cerita pada cerpen dapat memberikan efek tertentu pada pembaca. Selain
itu, jumlah perkataan dalam cerpen berkisar 500-30.000 kata. Oleh karena itu,
tidak semua cerita pendek dapat dikatakan cerpen.
b. Unsur Pembangun Cerpen
Unsur pembangun cerpen terdiri dari beberapa unsur. Menurut Stanton
(dalam Wiyatmi, 2009: 30) unsur pembangun cerita fiksi atau cerpen terbagi
menjadi tujuh unsur, yaitu tokoh, alur, latar, judul, sudut pandang, gaya dan nada,
perwatakan, sudut pandangan, latar, gaya, alinea awal alinea akhir (Rampan,
2009: 3-9). Unsur-unsur pembangun cerpen dan novel sama, seperti plot atau alur,
tema, penokohan, dan latar. Unsur-unsur yang telah disebutkan oleh para ahli
tersebut berkaitan satu sama lain untuk membentuk cerita secara utuh
(Nurgiyantoro, 2013: 14). Berikut penjelasan unsur pembangun cerpen yang
dilihat dari alur atau plot, tema, penokohan, serta gaya dan nada.
Alur atau plot merupakan bagian yang penting dalam cerpen. Menurut
Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2013: 167), plot atau alur merupakan bagian cerita
yang berisi urutan kejadian, namun setiap kejadian hanya dihubungkan secara
sebab akibat. Selanjutnya, kejelasan plot, kejelasan hubungan antar peristiwa yang
dikisahkan secara linear, akan mempermudah pemahaman pembaca terhadap
cerita (Nurgiyantoro, 2013: 164). Namun, plot cerpen yang rumit dan sulit
dikenali menyebabkan pembaca sulit memahami isi cerita.
Jakob Sumardjo (dalam Rampan, 2013: 3), berpendapat bahwa tema
adalah ide sebuah cerita. Pengarang, dalam menulis cerita, bukan sekedar
bercerita, tetapi mengatakan atau mengungkapkan sesuatu pada pembacanya.
Sesuatu yang dimaksud adalah suatu yang berasal dari masalah kehidupan,
pandangan hidup tentang kehidupan, atau komentar terhadap kehidupan. Lebih
lanjut, tema merupakan motif pengikat keseluruhan cerita yang umumnya tidak
ditunjukkan secara gamblang oleh pengarang. Pembaca harus memahami dan
menafsirkan cerita sehingga pembaca mampu mengetahui tema dari cerita tersebut
20
Penokohan atau perwatakan termasuk unsur pembangun cerpen yang
sangat penting. Menurut Anwar (dalam Jabrohim dkk., 2001: 107), penokohan
merupakan teknik atau cara pengarang memperkenalkan tokoh ceritanya kepada
pembaca atau teknik yang digunakan untuk memunculkan tokoh cerita. Lebih
lanjut, Jakob Sumardjo (dalam Rampan, 2009: 5), menambahkan cara
penggambaran watak dapat dilakukan dengan lima hal, yaitu (1) melalui
perbuatan atau tindakan tokoh, (2) melaui ucapan tokoh, (3) melalui
penggambaran fisik tokoh, (4) melalui pikiran tokoh, dan (5) melalui penerangan
langsung. Cara penggambaran watak juga menjadi ciri khas dari seorang
pengarang.
Gaya dan nada merupakan bagian dari sarana penceritaan dalam cerita
fiksi yang memiliki hubungan erat. Gaya sendiri berarti sarana, sedangkan nada
berarti tujuan. Kedua bagian ini dapat dijadikan sebagai cara pengungkapan tokoh
yang khas bagi pengarang. Dengan kata lain, gaya merupakan pemilihan bahasa
oleh pengarang yang menjadi ciri khasnya (Sayuti, 2000: 173). Lebih lanjut,
Sumardjo berpendapat bahwa gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang.
Cara seseorang memilih tema, persoalan, meninjau persoalan, dan
menceritakannya dalam sebuah cerpen. Bahasa sebagai alat komunikasi dan
ekspresi harus diolah secara kreatif sehingga dapat digunakan secara maksimum
untuk menyampaikan amanat yang ingin dicapai oleh pengarang (dalam Rampan,
2004: 8).
Berdasarkan pembahasan di atas mengenai unsur pembangun cerpen,
penokohan atau perwatakan, serta gaya dan nada. Alur merupakan bagian cerita
yang berisi urutan kejadian yang diurutkan secara sebab akibat. Tema merupakan
ide sebuah cerita. Penokohan atau perwatakan merupakan merupakan teknik atau
cara pengarang memperkenalkan tokoh ceritanya kepada pembaca. Gaya dan nada
salah satu bagian dari sarana penceritaan dalam cerita fiksi yang memiliki
hubungan erat.
3. Psikologi Pengarang
Dalam penelitian ini, digunakan juga teori sastra lain, yaitu salah satu
cabang teori psikologi sastra. Namun, penelitian ini tetap fokus pada resepsi siswa
terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki. Teori psikologi
pengarang digunakanuntuk membantu siswa dalam memberi tanggapan
cerpen-cerpen yang digunakan dalam penilitian. Selain itu, teori psikologi pengarang
digunakan dalam penelitian ini agar siswa bisa dapat mempelajari unsur ekstrinsik
cerpenjuga dengan cara mengaitkan pengetahuan mereka mengenai unsur-unsur
pembangun cerpen (unsur intrinsik) dengan psikologi cerpenis (unsur ekstrinsik).
Berikut penjelasan mengenai teori psikologi pengarang.
Sudah sejak dahulu dikenal bahwa karya sastra selalu berkaitan dengan
penciptanya atau pengarangnya. Selain itu, karya sastra juga terkait dengan
biografi pengarangnya. Belakangan karya sastra juga dikenal sebagai gambaran
atau cerminan perasaan, pikiran dari penciptanya (Minderop, 2013: 61).
Selanjutnya, menurut Christoper Marlowe terdapat faktor-faktor yang perlu
22
faktor-faktor yang perlu diperhatikan, antara lain (1) suatu karya harus
merefleksikan kekuatan, kekaryaan, dan kepakaran penciptanya; (2) karya sastra
harus memiliki keistimewaan dalam hal gaya dan masalah bahasa sebagai alat
untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang; dan (3) masalah gaya,
struktur, dan tema karya sastra harus saling terkait dengan elemen-elemen yang
mencerminkan pikiran serta perasaan individu (Minderop, 2013: 61-62).
Pendapat yang diungkapkan oleh Christoper Marlowe sejalan dengan
pendapat Edmund Wilson. Edmund Wilson mengatakan bahwa elemen paling
penting dari karya fiksi adalah elemen-elemen yang mencakup kepribadian
pengarang. Elemen tersebut dapat berwujud daya imajinasi pengarang yang
mampu menampilkan citra melalui watak tokoh, situasi, dan adegan konflik yang
dialami si tokoh (dalam Minderop, 2013: 62).
KatareligiusitydalamThe World Book Dictionaryberartireligious feeling
or sentiment, atau perasaan keagamaan. Religi memiliki arti yang lebih luas
dibanding agama. Perasaan keagamaan adalah segala perasaan batin yang
berhubungan dengan Tuhan, seperti perasaan dosa, takut, dan kebesaran Tuhan
(Atmosuwito, 1989: 123-124). Sebagai contoh cerpen Anjing karangan
Kuntowijoyo yang memiliki nilai-nilai religius.
Seorang pengarang dapat dikatakan kreatif apabila pengarang tersebut
mampu menggambarkan watak tokoh yang ada dalam cerpennya dengan jelas.
Semakin banyak watak tokoh yang digambarkan dan watak setiap tokoh yang
diungkapkan berbeda-beda, maka semakin tidak jelas sosok pengarang cerpen
tokoh sangat diperlukan oleh pembaca, sebab pembaca juga perlu memahami
karakter tokoh dan ciri khas pengarang dalam menggambarkan watak tokoh.
Di samping itu, seorang pengarang yang cerdas mampu menuangkan
emosinya sebagai tema karyanya (Wellek dan Warren, 1995: 104). Emosi yang
dituangkan ke dalam cerpen merupakan emosi yang paling mendasar (primary
emotions), seperti kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan kesedihan. Emosi
yang telah dituangkan ke dalam cerpen dapat menunjukkan emosi pengarangnya,
apabila emosi tersebut ditunjukkan secara jelas(Minderop, 2013: 39).
Bakat seorang pengarang naratif yang paling disorot adalah kemampuan
membuat penokohan dan struktur plot serta ceritanya. Bakat yang sudah dimiliki
cerpenis juga perlu diimbangi dengan pengetahuan yang luas sehingga cerpen
yang ditulis menjadi lebih menarik untuk dibaca. Pengetahuan mengenai
penokohan dan struktur plot juga penting dimiliki pengarang sebab pengarang
yang baik akan mampu memilih watak dan struktur plot yang sesuai untuk
cerpennya (Wellek dan Warren, 1995: 101-103).
Selanjutnya, seorang pengarang yang menggunakan gaya bahasa sebagai
pemaparan imajinatif akan menghasilkan karya yang lebih segar dan berkesan
bagi pembaca (Minderop, 2013: 82). Gaya bahasa yang dapat digunakan antara
lain metafor, simile, antitesis, hiperbola, dan paradoks. Gaya bahasa digunakan
pengarang untuk menggambarkan karakteristik tokohnya. Pemilihan kata juga
dapat menggambarkan ciri khas pengarang cerpen.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang
24
psikologi. Aspek psikologi pengarang (unsur ekstrinsik cerpen) dapat
mempengaruhi unsur-unsur pembangun cerpen (unsur instrinsik cerpen). Dalam
aspek psikologi pengarang terdapat faktor-faktor, seperti kreativitas, emosi,
religiusitasdan intelektual. Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan unsur-unsur
pembangun, seperti penokohan atau perwatakan, alur atau plot, tema, serta gaya
dan nada.
4. Sosiologi Pengarang
Selain teori resepsi sastra dan psikologi sastra, penelitian ini juga
meminjam teori sastra lain, yaitu sosiologi sastra. Namun, penelitian ini tetap
fokus pada teori resepsi sastra khususnya resepsi siswa terhadap cerpen karya
cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki. Salah satu cabang teori sosiologi
sastra, yaitu sosiologi pengarang. Teori sosiologi pengarang digunakan dalam
penelitian ini memiliki tujuan yang sama dengan teori psikologi pengarang, yaitu
agar siswa lebih memahami cerpen dan mempelajari unsur ekstrinsik cerpen.
Berikut penjelasan mengenai teori sosiologi pengarang.
Sosiologi pengarang merupakan salah satu dari tiga paradigma sosiologi
sastra. Kurniawan (2012: 11) mengungkapkan bahwa inti dari analisis sosiologi
pengarang adalah memaknai pengarang sebagai bagian dari masyarakat yang
telah menciptakan karya sastra. Oleh sebab itu, perlu adanya pemahaman
terhadap pengarang yang dijadikan objek kajian.
Selain itu, sosiologi pengarang juga berkaitan dengan unsur pembangun
perhatian karena sesuai dengan kehidupan nyata. Tokoh sebagai gambaran
umummanusia. Latar sosial merupakan kondisi sosial karya sastra yang berkaitan
dengan fakta sosial, yaitu norma sosial, instuisi sosial, kelas sosial, dan lembaga
sosial. Alur berkaitan dengan waktu atau rangkaian peristiwa yang terbentuk
dalam karya sastra (Kurniawan, 2012: 13-14).
Lebih lanjut, Wellek dan Warren dalam bukunya Theory of Literature
(1995:109-133) mengatakan bahwa sosiologi pengarang sangat berhubungan
dengan profesi pengarang dan institusi sastra. Masalah-masalah yang dikaji
sosiologi pengarang antara lain, status sosial pengarang, ideologi sosial
pengarang, latar belakang sosial budaya pengarang, posisi sosial pengarang
dalam masyarakat, masyarakat pembaca yang dituju, mata pencaharian
pengarang, dan profesionalisme kepengarangan.
Kurniawan (2012: 11) menambahkan pendapat di atas bahwa analisis
sosial pengarang meliputi (1) proses pengarang mendapatkan mata pencaharian;
(2) profesionalisme dalam kepengarangan, yang mencakup sejauh mana
pengarang menganggap pekerjaan sebagai profesi; dan (3) masyarakat yang
dituju oleh pengarang. Namun, dalam penelitian ini hanya mengaitkan empat
wilayah kajian sosiologi pengarang dengan beberapa unsur pembangun cerpen.
Adapun, wilayah kajian sosiologi pengarang yang digunakan adalah status atau
kelas sosial, latar belakang budaya pengarang, mata pencaharian pengarang, dan
pendidikan pengarang. Berikut penjelasan mengenai wilayah kajian sosiologi
26
Kelas sosial atau status sosial pengarang termasuk wilayah kajian
sosiologi pengarang yang termasuk dalam latar sosial. Cara mengidentifikasi
ideologi kelas sosial pengarang, yaitu bisa dilakukan dengan dua cara (1) secara
langsung dengan wawancara observasi mengenai kehidupan,
pandangan-pandangan, ideologi, dan kelas sosial; dan (2) secara tidak langsung dengan kajian
pustaka. Fokus analisis pada kenyataan kelas sosial yang diduduki pengarang dan
ideologi-ideologi kelas sosialnya. Posisi kelas pengarang, baik dominan maupun
subordinat, dapat dilihat bersamaan dengan produksi kelas sosial yang
diperjuangkan oleh pengarang melalui sastra (Kurniawan, 2012: 51).
Selanjutnya, sastra secara kolektif adalah hasil budaya manusia yang
secara umum diwujudkan melalui sistem bahasa dan bahasa sendiri adalah unsur
kebudayaan (Kurniawan 2012: 2-3). Hubungan antara sastra dengan budaya yang
dimediasi dengan bahasa menunjukkan kekhasan sastra tersendiri. Alasan sastra
menjadi disiplin objek kajian karena sastra adalah sistem budaya sebagai
representasi pikiran manusia yang mewakili kolektivitasnya dalam kehidupan
sosial masyarakat. Teeuw (dalam Kurniawan, 2012: 3) menyebut kode budaya
sebagai suatu sistem yang harus didaku oleh pembaca dalam memahami sastra
karena dalam sastra ada budaya yang mempresentasikan kehidupan pengarangnya.
Secara tidak langsung, pendapat Kurniawan dan Teeuw mengatakan bahawa latar
belakang budaya seorang pengarang berkaitan dengan gaya bahasa dan pemilihan
kata dalam menciptakan karya sastra.
Selain itu, setiap pengarang memiliki profesi yang dilandasi oleh dorongan
profesional yang berasal dari pendidikan tinggi tentu berbeda dengan pengarang
otodidak. Profesi pengarang otodidak biasanya mendasarkan atas kerja kreatif
dengan membaca karya sastra. Sebelum pengarang otodidak menemukan gayanya
sendiri, ia akan meniru gaya dari sejumlah karya sastra yang sudah dibacanya.
Pengarang dapat meniru gaya menulis pengarang lain dari segi gaya bahasa dan
tema ceritanya (Faruk, 2015: 119).
Tidak semua sastrawan bermata pencaharian dari aktivitas menulis
semata-mata. Dalam hubungannya dengan hal ini, Watt (dalam Damono, 1979:3)
mengemukakan cara seorang pengarang mendapatkan modal produksi. Mata
pencaharian seorang pengarang juga mempengaruhi produksi karyanya. Beberapa
pengarang di Indonesia umumnya memiliki pekerjaan rangkap. Pekerjaan rangkap
juga mempengaruhi hasil produksi karya sastra.Pengarang profesional memiliki
strata khusus dibanding pengarang-pengarang sambilan. Mata pencaharian atau
profesi pengarang juga ikut mempengaruhi tema dan bahasa yang digunakan pada
cerpen karena lingkungan sosial yang sering dihadapi pengarang ketika bekerja
(Faruk, 2015: 119).
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang
pengarang yang menciptakan karya sastra dapat dipengaruhi oleh aspek sosiologi
(unsur ekstrinsik cerpen). Sosiologi pengarang dapat dikaji dari berbagai sudut,
seperti status sosial atau kelas sosial pengarang, ideologi sosial pengarang, latar
belakang budaya pengarang, posisi sosial pengarang, pembaca yang dituju, mata
pencaharian pengarang, dan profesionalisme kepengarangan. Namun, penelitian
28
mata pencaharian pengarang, dan pendidikan pengarang yang dihubungkan
dengan unsur-unsur pembangun cerpen.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah pertama, penelitian
yang dilakukan oleh Aning Fiftiani dengan Resepsi Siswa Kelas VII SMP Negeri
di Kabupaten Banyumas Terhadap Cerpen Remaja “Maafkan Aku Ibu” Karya
Herawati. Penelitian ini untuk mengetahui resepsi siswa kelas VII SMP Negeri
di Kabupaten Banyumas terhadap cerpen “Maafkan Aku Ibu” karya Herawati
dengan melihat tiga faktor, yakni faktor kebaruan cerita, faktor desain cerita, dan
faktor dampak yang ditimbulkan cerita terhadap pembaca. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar termasuk kategori “tinggi” yakni sebanyak
246 siswa (67,05%). Hal itu didukung dengan faktor kebaruan cerita yang tinggi
(sebesar 69,89%), faktor dampak yang ditimbulkan yang tinggi (57,37%) pula,
serta faktor desain cerita yang tinggi (sebesar 59,94%).
Penelitian kedua yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
berjudul Aspek Pragmatik Komunikasi Sastra (Studi Kasus terhadap Penilaian
Guru Bahasa Indonesia terhadap Dua Buah Cerpen Indonesia Modern) oleh
Suminto A. Sayuti. Penelitian ini difokuskan padaaspek pragmatik komunikasi
sastra dan mencoba melihat hubungan antara teks dan pembaca tertentu. Selain
itu, penelitian ini juga mencoba mengangkat penilaian pembaca sebagai sasaran
utama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (a) di kalangan guru Bahasa dan
konvensional yang coraknya seperti cerpen “Jodoh” secara keseluruhan lebih
disukai atau dinilai lebih baik daripada cerpen populer yang coraknya seperti
“Serpihan Masa Lalu”, dan (b) dalam kaitannya dengan cerpen konvensional,
penilaian keseluruhan yang diberikan oleh responden penelitian ini lebih
dirasionalisasikan oleh kriteria penggunaan bahasa, ironi, dan kepuasan pembaca,
sedangkan dalam kaitannya dengan cerpen populer, penilaian keseluruhan yang
diberikan oleh responden penelitian ini lebih dirasionalisasikan oleh kriteria
wholeness, tema, minat pembaca, dan plot.
Penelitian relevan yang lain adalah Resepsi Siswa Kelas VII SMP di
Kecamatan Patikraja Banyumas terhadap Kumpulan Puisi Aku Ini Binatang
Jalang Karya Chairil Anwar oleh Tita Purnama Wati. Penelitian ini untuk
mengetahui resepsi siswa dan cakrawala harapan siswa kelas VII SMP di
Kecamatan Patikraja Banyumas terhadap Kumpulan Puisi Aku Ini Binatang
Jalang karya Chairil Anwar. Penelitian ini menunjukkan sebanyak 138 siswa
(58,09%) mampu memaknai dan menanggapi kumpulan puisi tersebut dengan
baik dan sebanyak 117 siswa (49,30%) memiliki pengetahuan, pengalaman, dan
pemahaman yang lebih luas dari pada nilai-nilai yang ada dalam puisi Chairil
Anwar ini.
Penelitian-penelitian di atas relevan dengan penelitian ini karena
mempunyai kesamaan, yaitu jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan metode penelitian resepsi secara eksperimental. Selain itu,
pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner atau angket. Perbedaan
30
yang digunakan. Penelitian ini merupakan usaha untuk mengetahui resepsi siswa
kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan
dan cerpenis laki-laki.
C. Kerangka Pikir
Bahasa dan Sastra Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib dipelajari
siswa mulai dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Pada
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Kurikulum Satuan Tingkat
Pendidikan masih menerapkan karya sastra berupa cerpen sebagai teks yang perlu
dipelajari. Cerpen tidak hanya menjadi bacaan bagi siswa tetapi terdapat amanat
atau pesan moral yang dapat diteladani oleh siswa. Siswa sebagai pembaca
memiliki perbedaan dalam menanggapi cerpen yang telah dibaca. Siswa dapat
memberikan tanggapan positif dan tanggapan negatif terhadap cerpen yang telah
dibaca.
Cerpen yang dipilih berasal dari cerpen Adapun cerpen-cerpen tersebut
adalah Seragam karya Aris Kurniawan Basuki, Kain Perca Ibu karya Andrei
Aksana, Pemanggil Bidadari karya Noviana Kusumawardhani dan Ayah Pulang
karya Ratna Indraswari Ibrahim. Cerpen-cerpen tersebut dipilih sebab sesuai
dengan kriteria bahwa cerpen yang pertama merupakan karya cerpenis laki-laki
yang menggambarkan kehidupan tokoh laki-laki, cerpen yang kedua merupakan
karya cerpenis laki-laki yang menggambarkan kehidupan tokoh perempuan,
kehidupan tokoh perempuan, dan cerpen yang keempat merupakan cerpen karya
cerpenis perempuan yang menggambarkan kehidupan tokoh laki-laki.
Cerpen-cerpen yang dipilih menggambarkan ciri khas yang dimiliki
masing-masing pengarangnya. Disamping itu, cerpen-cerpen yang dipilih sebagai
objek penelitian menggunakan bahasa sehari-hari sehingga mudah dipahami
siswa. Keempat cerpen tersebut tidak menggunakan bahasa yang terlalu berani
atau kasar sehingga cocok untuk digunakan bahan penelitian resepsi siswa. Selain
dari segi gaya bahasa, cerpen-cerpen tersebut dipilih untuk dijadikan objek
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena data yang
diperoleh berupa data kuantitatif atau data yang berupa angka-angka. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4
Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki.
Penelitian ini akan memaparkan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4
Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki.
Penelitian ini menempuh dua langkah, yakni: (1) kepada siswa disajikan cerpen
kemudian mereka diminta untuk mengisi angket dengan pertanyaan tertutup.
Jawaban dari pertanyaan tertutup tersebut ditabulasikan; dan (2) siswa diminta
mengisi angket dengan pertanyaan terbuka. Jawaban dari pertanyaan terbuka dan
tertutup dianalisis secara kualitatif. Pelaksanaan penelitian ini bersifat
eksperimental dan sinkronis. Hal ini dikarenakan penelitian dilakukan pada
pembaca yang sezaman.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 4 Yogyakarta yang beralamatkan di
Jalan Magelang, Karangwaru Lor, Tegalrejo, Yogyakarta. Peneliti mengambil
sekolah ini sebagai tempat penelitian dengan alasan, SMA Negeri 4 Yogyakarta
IPA, IPS, dan Kelas Khusus Olahraga. Selain itu, yang menjadi pertimbangan
peneliti adalah di SMA Negeri 4 Yogyakarta belum pernah digunakan untuk
penelitian yang sejenis.
Pelaksanaan observasi dan wawancara terhadap guru bahasa Indonesia kelas
XI di SMA Negeri 4 Yogyakarta dilaksanakan pada tanggal 29 Februari 2016.
Kemudian uji instrumen dilaksanakan bulan Mei dan pelaksanaan penelitian
dilakukan pada bulan Mei dengan 6 kali pertemuan. Berikut jadwal penelitian.
Tabel 1:Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No. Kelas Waktu
1. XI IPA 4
Selasa, 17 Mei 2016 Jam pelajaran ke 4-5 Kamis, 19 Mei 2016 Jam pelajaran ke 3-4
2. XI IPS 3 atau XI KKO (Kelas Khusus Olahraga)
Rabu, 18 Mei 2016 Jam pelajaran ke 5-6
Sabtu, 21 Mei 2016 Jam pelajaran ke 6-7
3. XI IPS 1
Kamis, 19 Mei 2016 Jam pelajaran ke 1-2 Sabtu, 21 Mei 2016 Jam pelajaran ke 1-2
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 4
Yogyakarta sebanyak 260 siswa pada tahun pelajaran 2015/2016, yang tersebar
pada 8 kelas di SMA Negeri 4 Yogyakarta.
2. Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknikpurposive sampleatausampel bertujuan.
34
mengetahui kemampuan apresiasi siswa terhadap cerpen dari kelas-kelas dengan
jurusan yang berbeda. Penelitian ini mengambil sampel dari kelas yang memiliki
nilai kognitif dan psikomotor berkisar 80-89 serta nilai afektif dan narasi A-B.
Sampel responden yang diambil adalah 1 kelas jurusan IPA, 1 kelas jurusan IPS,
dan 1 kelas jurusan Olahraga.
Siswa kelas XI di SMA Negeri 4 Yogyakarta memperoleh porsi jam
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sebanyak 4 jam pelajaran setiap
minggunya. Kelas jurusan IPA, IPS, dan Khusus Olahraga memperoleh porsi
yang sama 2 kali pertemuan dengan rincian 2 x 45 menit per pertemuannya.
Tabel 2:Sampel Penelitian
No. Kelas Jumlah Siswa Keterangan
1. XI IPA 4 34 L= 16, P= 18
2. XI IPS 1 32 L= 12, P= 20
3. XI KKO (Kelas Khusus Olahraga) 30 L= 19, P= 11
Total 96 L= 47, P= 49
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik angket sebagai alat pengumpul data.
Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa. Angket berisi daftar
pernyataan tertutup dan pertanyaan terbuka yang harus diisi atau diberi tanda oleh
responden. Pernyataan tertutup berjumlah 72 butir dengan rincian 32 butir
pernyataan pada angket resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan
dan 32 butir pernyataan pada angket resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis
pembangun cerpen yang digunakan dalam penelitian dan pengalaman siswa dalam
membaca cerpen.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan tipe pertanyaan atau pernyataan
rating scale (skala bertingkat) dan pertanyaan terbuka yang diberikan secara
langsung kepada siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta. Tipe pernyataan
rating scale dipilih karena sesuai untuk memperoleh data yang bertingkat.
Pertanyaan terbuka ini digunakan untuk menguatkan data dalam pembahasan.
Penskoran angket yang digunakan untuk resepsi siswa kelas XI SMA
Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis
laki-laki menggunakan skala Likert. Selain itu, penelitian ini menggunakan empat
jawaban alternatif, yakni sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan
sangat tidak setuju (STS). Adapun penskoran angket penelitian adalah sebagai
berikut.
Tabel 3:Penskoran Angket Penelitian
Pernyataan (+) (-)
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Penelitian ini menggunakan angket yang berisi pernyataan untuk
mendapatkan data resepsi sastra siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta.
Peneliti meminta kepada siswa untuk memberikan tanggapan atau respon terhadap