• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESEPSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA TERHADAP CERPEN KARYA CERPENIS PEREMPUAN DAN CERPENIS LAKI-LAKI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RESEPSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA TERHADAP CERPEN KARYA CERPENIS PEREMPUAN DAN CERPENIS LAKI-LAKI."

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

Eria Wahyu Pratiwi NIM 12201244038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)
(3)
(4)
(5)

v

“Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah sampai

meninggal dunia.”

(H.R. Tirmidzi)

“Kemajuan bukanlah semata-mata perbaikan dari masa silam, kemajuan adalah

bergerak maju menuju masa depan.”

(Kahlil Gibran)

“Kemudahan mengajarkan syukur dan kesulitan mengajarkan sabar.”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur atas rahmat, karunia, dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada saya,

teriring salam dan doa dengan segala kerendahan hati saya tulis dan

persembahkan karya ini untuk:

Bapak dan ibu saya tercinta, Bapak Anantaguna dan Ibu Yuliati

Almamater yang saya cintai dan banggakan, Universitas Negeri Yogyakarta

(7)

vii

Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap Cerpen Karya Cerpenis

Perempuan dan Cerpenis Laki-Laki untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh sarjana.

Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Maman Suryaman, M.Pd. selaku Wakil Dekan I Fakultas Bahasa dan Seni, Ibu Dr. Wiyatmi, M.Hum. selaku ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Ibu Esti Swatika Sari, M.Hum. selaku Kaprodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Ibu Kusmarwanti, M.Hum. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kemudahan kepada saya.

Saya menyampaikan rasa hormat, terima kasih, dan penghargaan kepada Bapak Prof. Dr. Suminto A. Sayuti selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Esti Swatika Sari, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing II yang telah sabar memberikan saya arahan, bimbingan, saran, dan masukan di sela-sela kesibukannya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Jaka Tumuruna, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian kepada saya. Bapak Susilo Eryono, S.Pd selaku guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 4 Yogyakarta yang telah bekerjasama dengan baik selama penelitian berlangsung. Siswa-siswi SMA Negeri 4 Yogyakarta, khususnya kelas XI IPA 4, XI IPS 1, dan XI IPS 3 (XI KKO) yang telah bekerja sama dengan baik dalam penelitian ini.

(8)

viii

dukungan. Keluarga besar di Batang dan Semarang yang telah memberi saya doa dan dukungan.

Terakhir, saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya kelas C 2012 yang telah memberikan saya doa, dukungan, inspirasi, dan pengalaman. Teman-teman se-FBS, teman-teman KKN dan PPL, sahabat dan teman-teman TK-SMA yang telah memberikan doa, dukungan, inspirasi, dan pengalaman. Almamater yang saya cintai dan banggakan, Universitas Negeri Yogyakarta, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Semoga Allah membalas semua kebaikan Bapak/Ibu/Saudara/i. Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis sendiri.

Yogyakarta, 10 November 2016 Penulis,

(9)

ix BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C. Pembatasan Masalah... 8

D. Rumusan Masalah... BAB II KAJIAN TEORI... 11

A. Deskripsi Teori... 11 1. Hakikat Resepsi Sastra...

a. Pengertian Resepsi Sastra...

(10)

x b. Unsur Pembangun Cerpen... 18 3. Psikologi Pengarang...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 32 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 32 B. Tempat dan Waktu Penelitian...

C. Populasi dan Sampel...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. Deskripsi Hasil Penelitian... 1. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan.

a. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis

Perempuan Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis...

40 41 41

(11)

xi

Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Laki-Laki... b. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis

Laki-Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Laki-Laki-Laki-Laki... 3. Perbedaan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis

Perempuan dengan Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki... B. Pembahasan Hasil Penelitian...

1. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan. a. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis

Perempuan Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... b. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis

Perempuan Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... 2. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki...

a. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... b. Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... 3. Perbedaan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan dan Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki...

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1: Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 33 Tabel 2: Sampel Penelitian... 34 Tabel 3: Penskoran Angket Penelitian... 35 Tabel 4: Kategori Resepsi Siswa... Tabel 5: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan... Tabel 6: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan... Tabel 7: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa

Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Perempuan... Tabel 8: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Perempuan... Tabel 9: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Kecerdasan Emosional Cerpenis Perempuan.. Tabel 10: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Kecerdasan Intelektual Cerpenis Perempuan.. Tabel 11: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Religiusitas Cerpenis Perempuan... Tabel 12: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Kreativitas Cerpenis Perempuan... Tabel 13: Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... Tabel 14: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa

Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis Perempuan... Tabel 15: Konversi Rerata dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis Perempuan...

(13)

xiii

Tabel 18: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Pendidikan Cerpenis Perempuan... Tabel 19: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

Dilihat dari Faktor Mata Pencaharian Cerpenis Perempuan... Tabel 20: Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... Tabel 21: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa

terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki... Tabel 22: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki... Tabel 23: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa

Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Laki-Laki... Tabel 24: Konversi Rerata dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Laki-Laki... Tabel 25: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Kecerdasan Emosional Cerpenis Laki-Laki.... Tabel 26: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Kecerdasan Intelektual Cerpenis Laki-Laki.... Tabel 27: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Religiusitas Cerpenis Laki-Laki... Tabel 28: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Kreativitas Cerpenis Laki-Laki... Tabel 29: Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... Tabel 30: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswa

(14)

xiv

Tabel 31: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi dari Aspek Sosiologi Cerpenis Laki-Laki... Tabel 32: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

Dilihat dari Faktor Kelas Sosial Cerpenis Laki-Laki... Tabel 33: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

Dilihat dari Faktor Latar Belakang Budaya Cerpenis Laki-Laki... Tabel 34: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa Dilihat dari Faktor Pendidikan Cerpenis Laki-Laki... Tabel 35: Konversi Rerata Skor dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

Dilihat dari Faktor Mata Pencaharian Cerpenis Laki-Laki... Tabel 36: Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... Tabel 37:Perbedaan Hasil Keseluruhan Resepsi Siswa terhadap Cerpen

Karya Cerpenis Perempuan dan Cerpenis Laki-Laki... Tabel 38:Perbedaan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis

Perempuan dan Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Tabel 39:Perbedaan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan dan Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Sosiologi

67

69

70

70

71

72

74

75

(15)

xv

terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan... Gambar 2: Histogram Kategori dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... Gambar 3: Pie Chart Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... Gambar 4: Histogram Kategori dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... Gambar 5: Pie Chart Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... Gambar 6: Histogram Kategori dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki... Gambar 7: Histogram Kategori dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis Laki-Laki... Gambar 8: Pie Chart Tingkat Kecenderungan Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Psikologi Cerpenis... Gambar 9: Histogram Kategori dan Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa

terhadap Cerpen Karya Cerpenis Laki-Laki Dilihat dari Aspek Sosiologi Cerpenis... Gambar 10: Pie Chart Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya Cerpenis

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1: Cerpen “Pemanggil Bidadari” Karya Noviana

Kusumawardhani... Lampiran 2:Cerpen “Ayah Pulang” KaryaRatna Indraswari Ibrahim... Lampiran 3:Cerpen “Seragam” KaryaAris Kurniawan Basuki…... Lampiran 4: Cerpen “Kain Perca Ibu” Karya Andrei Aksana... Lampiran 5: Kisi-Kisi Angket Resepsi Siswa terhadap Cerpen Karya

Cerpenis Perempuan dan Cerpenis Laki-Laki untuk Uji Instrumen... Lampiran 6: Hasil Uji Validitas... Lampiran 7: Data Mentah Resepsi Siswa... 1. Data Mentah dari Angket Resepsi Siswa terhadap Cerpen

(17)

xvii

Psikologi Cerpenis... b. Distribusi Frekuensi Resepsi Siswa terhadap Cerpen

(18)

xviii

RESEPSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA TERHADAP CERPEN KARYA CERPENIS PEREMPUAN DAN

CERPENIS LAKI-LAKI

Oleh Eria Wahyu Pratiwi NIM 12201244038

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dari aspek psikologi dan aspek sosiologi, (2) mendeskripsikan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki dari aspek psikologi dan aspek sosiologi, dan (3) mendeskripsikan perbedaan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA NEGERI 4 Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sample. Pemilihan kelas berdasarkan nilai dan perbedaan kelas jurusan. Kelas XI IPA 4, XI IPS 1, dan XI KKO ditetapkan sebagai kelas yang dijadikan sampel penelitian. Sampel penelitian berjumlah 96 terdiri dari 47 siswa laki-laki dan 49 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa angket pernyataan tertutup dan pertanyaan terbuka. Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk. Validitas konstruk dilakukan dengan carajudgement experts.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan termasuk kategori sedang dengan persentase 70,65%, resepsi siswa terhadap keterkaitan aspek psikologi dengan unsur pembangun cerpen termasuk kategori sedang dengan persentase 80,43%, dan keterkaitan aspek sosiologi dengan unsur pembangun cerpen termasuk kategori sedang dengan persentase 83,68%; (2) resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki termasuk kategori sedang dengan persentase 71,74%, resepsi siswa terhadap keterkaitan aspek psikologi cerpenis dengan unsur pembangun cerpen termasuk kategori sedang dengan persentase 47,83%, dan keterkaitan aspek sosiologi cerpenis dengan unsur pembangun cerpen termasuk kategori sedang dengan persentase 61,95%; dan (3) resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki lebih tinggi secara keseluruhan dan dilihat dari keterkaitan aspek psikologi dengan unsur pembangun cerpen.

(19)

1

Karya sastra merupakan hasil atau karya seseorang yang umumnya tertulis

atau tercetak. Karya sastra digunakan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia. Bahasa dan Sastra Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib

diberikan kepada siswa. Sekarang ini, dibeberapa sekolah masih menerapkan

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sebagai sistem pendidikan.

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan KTSP (Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan) masih menggunakan karya sastra sebagai salah satu teks yang

wajib dipelajari siswa walaupun dalam pelaksanaannya lebih dominan teks

nonsastra. Salah satu karya sastra yang digunakan dalam KTSP (Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan) adalah cerpen.

Cerpen ditulis oleh seorang cerpenis sebagai sarana untuk mengungkapkan

gagasan yang dimiliki cerpenis itu sendiri. Gagasan tersebut dapat berasal dari

pengalaman cerpenis, pengalaman orang lain, dan imajinasi cerpenis. Indonesia

bangga memiliki cerpenis yang produktif dalam menulis karya sastra sehingga

penggemar cerpen tidak haus bacaan. Cerpenis Indonesia mengalami

perkembangan dari masa ke masa hingga sekarang. Cerpenis perempuan dan

cerpenis laki-laki semakin kreatif dan memiliki ciri khas dalam memproduksi

cerpen.

Ciri khas cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki dilatarbelakangi oleh

(20)

2

sendiri maupun dari luar diri cerpenis. Dalam diri cerpenis dapat dipengaruhi oleh

aspek psikologi, sedangkan dari luar diri cerpenis dapat dipengaruhi oleh aspek

sosiologi. Kedua aspek tersebut saling berkaitan dalam membentuk gaya atau ciri

khas cerpenis dalam mengarang. Aspek-aspek tersebut dapat mempengaruhi jalan

cerita dan pemilihan kata-kata yang digunakan dalam cerpen. Setiap cerpenis

dipengaruhi oleh aspek psikologi dan aspek sosiologi yang berbeda-beda.

Meskipun jumlah cerpenis perempuan lebih sedikit dibanding dengan

jumlah cerpenis laki-laki, namun mereka telah menerbitkan lebih dari satu buku

kumpulan cerpen atau antologi cerpen (Rampan, 2009: 172). Selain itu, cerpenis

perempuan lebih memfokuskan ceritanya pada lingkungan yang ada di sekitarnya,

yaitu kaum wanita (Rampan, 2009: 174). Tidak dipungkiri, memang banyak

ditemukan cerpen-cerpen yang menggunakan kaum wanita sebagai tokoh dan

cerpen tersebut umumnya ditulis oleh cerpenis perempuan. Cerpenis perempuan

menggunakan tokoh kaum wanita karena mereka lebih memahami cara

menggambarkan kaum wanita secara jelas dalam cerpen.

Memang belum banyak orang yang membahas keadaan cerpenis

perempuan dan cerpenis laki-laki di Indonesia pada abad 21 ini. Beberapa buku

lebih tertarik untuk membahas cerpenis perempuan Indonesia, tetapi umumnya

hanya cerpenis yang masih produktif. Cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki

dapat mempublikasikan karyanya tidak hanya dengan cara membukukan

cerpen-cerpennya, tetapi dapat juga melalui berbagai media, seperti majalah, koran, buku,

cyber, dan lain-lain.Salah satu koran yang mempublikasikan cerpen-cerpen karya

(21)

yang dimuat dalam Koran Kompas dan Cerpen Pilihan Kompasumumnya karya

cerpenis laki-laki. Sedangkan,cerpen-cerpen karya cerpenis perempuan umumnya

dimuat menjadi antologi cerpen yang disertai dengan analisis dari cerpen tersebut,

seperti antologi cerpenKembang MayangdanDunia Perempuan.

Cerpenis Indonesia baik perempuan maupun laki-laki memiliki tujuan

dalam menulis cerpen, yaitu agar menjadi bahan bacaan. Cerpenis juga memiliki

tujuan agar cerpennya dapat meninggalkan efek mendalam pada pikiran dan

perasaan pembaca (Tarigan, 2011: 180). Tidak hanya itu, cerpenis mengharapkan

pembaca tidak sekedar membaca cerpennya, tetapi juga memberikan tanggapan

atau resepsi mengenai cerpen tersebut. Pembaca juga memiliki tujuan membaca

cerpen yaitu untuk mendapatkan berbagai manfaat, seperti sarana hiburan,

mengetahui sejarah cerpen, memperoleh pengetahuan tentang kehidupan, dan

lain-lain.

Pada abad ke-20 ini peran pembaca sangat mendominasi dibandingkan

dengan peran penulis dan peran karya sastra (Ratna, 2004: 321). Hal ini

dikarenakan pembaca memberi pengaruh besar dalam dunia sastra. Seorang

penulis dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari karyanya melalui peran

pembaca. Oleh karena itu, cerpenis sangat membutuhkan pembaca sebagai

penghubung antara cerpenis dengan karyanya. Pembaca, karya sastra, dan

cerpenis saling menguntungkan satu sama lain.

Pembaca cerpen dapat berasal dari siswa. Siswa sebagai pembaca cerpen

tergolong dalam pembaca yangsophisticated reader(pembaca terpelajar) (Segers,

(22)

4

ahli layaknya seorang kritikus yang paham mengenai teori kritik. Siswa membaca

cerpen sesuai dengan daya imajinasinya tanpa ada pengaruh dari orang lain.

Cara menanggapi siswa yang berbeda-beda menjadi alasan bagi peneliti

untuk melakukan penelitian terhadap tanggapan siswa pada cerpen karya cerpenis

laki-laki dan cerpenis perempuan. Perbedaan cara menanggapi siswa menjadi hal

yang menarik untuk diketahui karena ada banyak faktor yang menentukan bagi

seseorang untuk membaca sebuah karya sastra sampai seseorang tersebut

memberikan tanggapan. Selain itu, cara menanggapi seorang pembaca juga dapat

menunjukkan pengalaman pembaca yang berkaitan dengan karya tersebut.

Objek penelitian ini adalah resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis

perempuan dan cerpenis laki-laki. Cerpen yang akan ditanggapi dalam penelitian

ini merupakan beberapa cerpen pilihan yang diambil dari buku Cerpen Pilihan

Kompasdanwebsiteresmi cerpen kompas. BukuCerpen Pilihan Kompastersebut

berjudul 20 Tahun Cerpen Pilihan Kompas: Dari Salawat Dedaunan sampai

Kunang-Kunang di Langit Jakarta. Cerpen yang diambil dari buku Cerpen

Pilihan Kompas adalah cerpen Kain Perca Ibu karya Andrei Aksana. Cerpen

Seragam karya Aris Kurniawan Basuki, Pemanggil Bidadari karya Noviana

Kusumawardhani dan Ayah Pulang karya Ratna Indraswari Ibrahim diambil dari

websiteresmi cerpen kompas.

Peneliti memilih keempat judul cerpen tersebut dikarenakan cerpen yang

pertama mewakili cerpen karya cerpenis laki yang menggunakan tokoh

laki-laki, cerpen yang kedua mewakili cerpen karya cerpenis laki-laki yang

(23)

cerpenis perempuan yang menggunakan tokoh perempuan, dan cerpen yang

terakhir merupakan cerpen karya cerpenis perempuan yang menggunakan tokoh

laki-laki.

Cara pemilihan cerpen difokuskan dengan melihat keterkaitan antara

unsur-unsur pembangun cerpen dengan aspek psikologi dan aspek sosiologi

cerpenis. Unsur-unsur yang digunakan dibatasi pada unsur plot atau alur, tema,

penokohan atau perwatakan, serta gaya dan nada. Alur pada masing-masing

cerpen bervariasi, seperti alur atau plot progresif dan plot regresif. Tema yang

diangkat dalam cerpen-cerpen yang dipilih juga berbeda-beda sesuai dengan

imajinasi cerpenis.

Selain alur dan tema, watak tokoh dalam cerpen yang dipilih peneliti juga

bervariasi. Gaya dan nada yang digunakan masing-masing cerpenis tidak jauh

berbeda dengan unsur yang lain karena cerpenis-cerpenis tersebut memiliki ciri

khas masing-masing. Penggambaran watak tokohdalam cerpen-cerpen tersebut

masih secara umum dan tidak menggunakan kata-kata yang tabu. Penggunaan

bahasa pada cerpen tersebut juga mudah dipahami siswa kelas XI SMA.

Secara keseluruhan, cerpen-cerpen yang dipilih memiliki perbedaan pada

unsur-unsur pembangunnya. Hal ini dikarenakan, setiap cerpenis baik itu cerpenis

perempuan maupun laki-laki memiliki cara yang berbeda dalam menulis cerpen.

Ada cerpenis yang menonjolkan salah satu unsur pembangun cerpen, seperti

watak tokohnya. Ada pula cerpenis yang menonjolkan pada gaya dan nadanya

(24)

6

Peneliti memilih cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki

karena pemilihan cerpen didasari aspek-aspek yang mempengaruhi cerpenis

dalam mengarang sehingga cerpen tersebut dapat menunjukkan batas cerpen yang

dipilih. Cerpen-cerpen tersebut juga belum pernah digunakan sebagai bahan

penelitian yang sejenis. Di sisi lain, peneliti juga ingin mengenalkan beberapa

nama cerpenis Indonesia agar siswa mengetahui dunia cerpen Indonesia.

Selanjutnya, peneliti juga memilih untuk menggunakan pendekatan

apresiatif. Pendekatan apresiatif ini diterapkan dalam pembelajaran apresiasi

sastra. Pendekatan apresiatif dapat digunakan untuk mengapresiasi cerpen

sehingga siswa diharapkan dapat memberikan penilaian terhadap cerpen yang

telah dibacanya. Siswa harus memahami betul cerpen yang akan diberikan

penilaian. Penilaian yang diberikan siswa tersebut berupa tanggapan atau respon.

Tanggapan siswa dapat berupa segi kelebihan dan kekurangan dari karya sastra

yang telah dibacanya.

Peneliti memilih SMA Negeri 4 Yogyakarta sebagai tempat penelitian.

SMA Negeri 4 Yogyakarta dipilih karena sekolah tersebut termasuk sekolah yang

menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. SMA Negeri 4 Yogyakarta

dijadikan tempat penelitian karena di sekolah tersebut membuka kelas jurusan

nonbahasa. Selain kelas jurusan IPA dan IPS, SMA Negeri 4 Yogyakarta juga

membuka jurusan Olahraga. Di samping itu, SMA Negeri 4 Yogyakarta memiliki

keunggulan, yaitu berprestasi di bidang olahraga atau non akademik, sedangkan

SMA lain di Kota Yogyakarta umumnya lebih berprestasi di bidang akademik.

(25)

SMA yang lebih unggul di bidang olahraga atau non akademik. Oleh karena itu,

peneliti memilih SMA Negeri 4 Yogyakarta sebagai tempat penelitian dengan

judul Resepsi Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap Cerpen karya

Cerpenis Perempuan dan Cerpenis Laki-laki.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat

diidentifikasi permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut.

1. Belum diketahuinya tingkat resepsi siswa terhadap karya sastra yang telah

dibacanya.

2. Belum diketahuinya tingkat resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4

Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dilihat dari aspek

psikologi dan aspek sosiologi cerpenis.

3. Belum diketahuinya tingkat resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4

Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki dilihat dari aspek

psikologi dan aspek sosiologi cerpenis.

4. Belum diketahuinya perbedaan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4

Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dengan cerpenis

(26)

8

C. Pembatasan Masalah

Dari berbagai permasalahan yang terdapat pada identifikasi masalah, tidak

semua permasalahan akan diteliti. Permasalahan dalam penelitian ini hanya

dibatasi pada resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen

karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki.

D. Rumusan Masalah

Masalah umum yang dikaji adalah bagaimana resepsi siswa terhadap

cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki pada siswa kelas XI SMA

Negeri 4 Yogyakarta. Berdasarkan masalah umum ini, dapat dirumuskan beberapa

masalah khusus yang berkaitan dengan resepsi siswa terhadap cerpen karya

cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki pada siswa kelas XI SMA Negeri 4

Yogyakarta.

1. Bagaimana tingkat resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta

terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dilihat dari keterkaitan aspek

psikologi dan aspek sosiologicerpenis dengan unsur pembangun cerpen?

2. Bagaimana tingkat resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta

terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki dilihat dari keterkaitan aspek

psikologi dan aspek sosiologi cerpenis dengan unsur pembangun cerpen?

3. Bagaimana perbedaan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta

terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dengan cerpen karya cerpenis

(27)

E. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki

pada siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta dengan perincian sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui atau mendeskripsikan tingkat resepsi siswa kelas XI

SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan

dilihat dari keterkaitan aspek psikologi dan aspek sosiologi dengan unsur

pembangun cerpen.

2. Untuk mengetahui atau mendeskripsikan tingkat resepsi siswa kelas XI

SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis laki-laki dilihat

dari keterkaitan aspek psikologi dan aspek sosiologi dengan unsur

pembangun cerpen.

3. Untuk mengetahui atau mendeskripsikan perbedaan resepsi siswa kelas XI

SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan

dengan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen

karya cerpenis laki-laki.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini, dibagi dalam manfaat teoritis dan

manfaat praktis sebagai berikut.

1. Manfaat teoritis

(28)

10

b. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi kajian sastra,

khususnya kritik sastra dan resepsi sastra.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Guru

Dijadikan pertimbangan dasar dalam memilih materi dan bahan ajar.

b. Bagi Siswa

Memberikan motivasi terhadap siswa untuk membaca dan menulis

cerpen.

c. Bagi Peneliti

Suatu bentuk pengabdian dan penerapan ilmu yang telah diperoleh

selama menempuh jenjang pendidikan di perguruan tinggi.

G. Batasan Istilah

1. Resepsi sastraadalah tanggapan atau respon pembaca terhadap karya sastra

yang berupa tanggapan positif maupun tanggapan negatif.

2. Cerpenadalah salah satu karya sastra yang bisa selesai sekali baca, dua kali

baca atau tiga kali baca yang panjangnya berkisar 500-30.000 kata.

3. Cerpenisadalah penulis atau pengarang cerita pendek.

4. Psikologi pengarang adalahsalah satu kajian psikologi sastra yang melihat

aspek kepribadian pengarang dalam menciptakan karya sastra.

5. Sosiologi pengarangadalah salah satu kajian sosiologi sastra yang melihat

aspek sosiologi yang mempengaruhi pengarang dalam menciptakan karya

(29)

11

Deskripsi teori pada kajian teori ini akan memaparkan empat teori yang

mendukung penelitian ini. Keempat teori tersebut yaitu mengenai resepsi sastra,

cerpen, psikologi pengarang, dan sosiologi pengarang. Berikut ini pemaparan teori

mengenai resepsi sastra, cerpen,psikologi pengarang, dan sosiologi pengarang.

1. Hakikat Resepsi Sastra

a. Pengertian Resepsi Sastra

Kata resepsi memiliki beberapa arti baik secara umum dan khusus. Secara

etimologi, kata resepsi sastra berasal dari katarecipere(Latin),reception(Inggris)

yang berarti penerimaan atau penyambutan dari pembaca. Secara luas diartikan

sebagai pengolahan teks. Pengolahan teks yang dimaksud adalah cara pemberian

makna-makna terhadap karya sastra sehingga memberikan respon positif maupun

negatif terhadap karya sastra tersebut (Ratna, 2004: 165).

Pendapat Ratna sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh ahli sastra

lain bahwa estetika resepsi atau resepsi sastra adalah salah satu cabang kritik

sastra yang berpandangan bahwa sebuah teks sastra seharusnya dipelajari

(terutama) dalam kaitannya dengan reaksi pembaca (Segers, 2000: 35). Pendapat

Segers ini menitikberatkan pada reaksi pembaca. Estetika resepsi ini digunakan

(30)

12

Lebih lanjut, estetika resepsi adalah ilmu keindahan atau ilmu estetika. Ilmu

keindahan tersebut berdasar pada estetika tanggapan-tanggapan atau

resepsi-resepsi pembaca terhadap karya sastra. Tanggapan tersebut dapat berupa

tanggapan positif maupun negatif dari pembaca (Pradopo, 2013: 206).

Berdasarkan pemaparan di atas mengenai pengertian resepsi sastra atau

estetika resepsi dapat disimpulkan bahwa resepsi sastra merupakan salah satu

cabang kritik sastra. Resepsi sastra menitikberatkan pada reaksi atau tanggapan

pembaca terhadap karya sastra. Tanggapan pembaca tersebut dapat berupa

tanggapan positif dan tanggapan negatif.

b. Konsep Resepsi Sastra

Konsep-konsep resepsi sastra yang paling penting adalah indeterminasi dan

cakrawala harapan. Walaupun kedua konsep tersebut mendapat kritikan dari

beberapa ahli, tetapi konsep tersebut tetap penting karena berpengaruh dan

bermanfaat bagi perkembangan studi sastra (Segers, 2000: 41).

1) Indeterminasi

Menurut Iser telah muncul sejumlah indeterminasi atau ruang kosong yang

bersifat khas bagi semua teks sastra. Indeterminasi muncul karena mereka tidak

mengizinkan acuan pada situasi kehidupan nyata yang identik. Namun,

indeterminasi inilah yang menyebabkan teks-teks tersebut mampu membentuk

berbagai situasi yang dilengkapi oleh pembaca dalam bacaan-bacaan pribadinya.

Indeterminasi bisa ditiadakan hanya dalam tindakan pembacaan. Indeterminasi

(31)

Cara Iser memperlakukan konsep mengenai indeterminasi atau ruang

kosong bertolakbelakang dengan cara Jauss. Jauss menganggap indeterminasi atau

ruang terbuka sebagai ciri khas sejarah bukan ciri khas teks (Fokkema, dkk.,

1998: 186). Indeterminasi atau ruang kosong yang ada pada karya sastra dapat

memunculkan interpretasi-interpretasi baru dari pembaca karya sastra tersebut.

Lebih lanjut, karya sastra memiliki bagian indeterminasi atau ruang

kosong di dalamnya yang mengharuskan para pembaca untuk mengisinya dengan

makna dari pemikiran mereka sendiri. Hal ini dikarenakan karya sastra memiliki

banyak tafsir yang bergantung pada kondisi pembacannya (Pradopo,2013: 208).

Sementara itu, karya sastra yang memiliki banyak indeterminasi atau tempat

terbuka termasuk dalam karya sastra yang bernilai, tetapi karya sastra yang terlalu

banyak indeterminasi atau ruang kosong juga tidak baik karena membingungkan

pembacanya (Segers, 2013: 209).

Dengan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu karya sastra

memiliki indeterminasi atau ruang kosong. Banyaknya indeterminasi atau ruang

kosong ikut menentukan nilai karya sastra karena indeterminasi mengharuskan

pembaca untuk mengisinya dengan makna.

2) Cakrawala harapan

Setiap pembaca memiliki cakrawala harapan yang berbeda satu sama lain.

Hal ini dikarenakan tiap periode pembaca berbeda dengan periode pembaca lain

dalam menanggapi sebuah karya sastra. Cakrawala harapan merupakan

harapan-harapan yang dimiliki oleh seorang pembaca sebelum membaca karya sastra.

(32)

14

pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan dalam menanggapi karya sastra

(Pradopo, 2013: 207-208).

Mandelkow membagi cakrawala harapan menjadi tiga jenis. Pertama,

cakrawala harapan berdasarkan periode penulisan karya sastra yang disebut

harapan periode. Kedua, cakrawala harapan berdasarkan teks khusus yang disebut

harapan teks. Ketiga, cakrawala harapan berdasarkan aspek spesifik kreativitas

pengarang yang disebut harapan pengarang (dalam Segers, 2000: 42).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

cakrawala harapan atau harapan-harapan pembaca dapat dipengaruhi oleh

pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan dalam menanggapi karya

sastra. Selain itu, cakrawala harapan terbagi menjadi tiga jenis, yakni harapan

periode, harapan teks, dan harapan pengarang.

c. Pembaca Resepsi Sastra

Resepsi sastra membutuhkan pembaca karena hakekat resepsi sastra

adalah penelitian yang menitikberatkan pada tanggapan pembaca terhadap karya

sastra. Kegiatan membaca karya sastra memiliki tujuan bagi pembaca seperti,

hiburan dan sumber informasi. Pembaca dalam praktik resepsi sastra terbagi

menjadi 3 kelompok pembaca (Segers, 2000: 47-50), yakni sebagai berikut.

(1) pembaca ideal, yaitu pembaca yang mengkonstruksi hipotesis seorang

teoritikus dalam proses interpretasi. Dengan kata lain, pembaca ideal adalah

pembaca yang serba tahu mengenai karya sastra, seperti seorang ahli atau

(33)

tanggapan positif maupun negatif terhadap karya sastra sehingga pengarang

tahu kekurangan dan kelebihan karyanya (Segers, 2000: 47).

(2) pembaca implisit, yaitu pembaca yang mampu mengetahui keseluruhan

susunan indikasi tekstual yang menginstruksikan cara pembaca riil membaca

(Segers, 2000: 47). Pembaca implisit dan pembaca ideal hampir mirip karena

keduanya merupakan pembaca yang dituju oleh pengarang. Lebih lanjut,

menurut Iser (dalam Ratna, 2004: 325), pembaca implisit merupakan konsep

pokok resepsi sastra, konsep yang memungkinkan bagi pembaca untuk

memahami karya sastra. Pembaca implisit dapat memaksimalkan fungsi karya

sastra yang ditulis oleh pengarang.

(3) pembaca riil, yaitu pembaca yang benar-benar terlibat langsung dalam

kegiatan pembacaan karya sastra. Pembaca riil termasuk dalam kategori real

reader. Pembaca riil merupakan pembaca yang paling penting dalam resepsi

sastra dibandingkan dengan pembaca ideal dan pembaca implisit. Hal ini

dikarenakan pembaca riil memberikan arti individual kepada struktur-struktur

yang digambarkan oleh pengarang (Segers, 2000: 49-50).

Penelitian ini menggunakan pembaca riil sebagai objek penelitian. Peneliti

memilih siswa sebagai objek penelitian karena siswa dapat memberikan arti

individual kepada struktur-struktur yang digambarkan dalam karya sastra oleh

pengarang. Selain itu, siswa juga ikut berperan dalam studi sastra sehingga siswa

(34)

16

d. Metode Penelitian Resepsi

Metode estetika resepsi atau resepsi sastra merupakan metode yang

berdasarkan teori bahwa karya sastra itu sejak terbitnya selalu mendapat resepsi

atau tanggapan para pembacanya (Pradopo, 2013: 209). Karya sastra yang telah

dibaca selalu mendapat resepsi atau tanggapan, entah itu tanggapan secara

langsung disampaikan kepada pengarangnya atau hanya sebatas tanggapan yang

disampaikan kepada sesama pembaca.

Penelitian resepsi sastra membutuhkan suatu pendekatan agar

memudahkan peneliti untuk menentukan langkah-langkah dalam pelaksanaannya.

Metode penelitian resepsi dapat dilakukan dengan tiga pendekatan (Teeuw, 2015:

160-164), yaitu sebagai berikut: (1) penelitian resepsi sastra secara eksperimental,

yaitu metode penelitian resepsi dengan cara memberi karya sastra dan pembaca

agar pembaca memberi tanggapan dan tanggapan pembaca dianalisis berdasarkan

faktor tertentu; (2) penelitian resepsi sastra secara kritik sastra, yaitu metode

penelitian yang dilakukan dalam periode tertentu oleh kritikus; dan (3) penelitian

resepsi sastra secara intertekstualitas, yaitu metode penelitian resepsi sastra yang

digunakan untuk mengetahui hubungan dua karya sastra atau lebih.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian resepsi sastra secara

eksperimental sehingga pembahasan akan dibatasi dalam metode tersebut. Peneliti

akan melihat resepsi siswa dengan melakukan survei. Survei dilakukan dengan

memberikan angket yang berupa pertanyaan-pertanyaan. Siswa yang disurvei

hanya mengisi angket dan peneliti merangkum jawaban-jawaban dalam bentuk

(35)

Selain metode resepsi sastra eksperimental, penelitian ini juga didukung

oleh pendekatan apresiatif. Pendekatan apresiatif merupakan pendekatan yang

dapat digunakan untuk mengapresiasi karya sastra dengan cara memberikan

penilaian terhadap karya sastra tersebut. Apresiasi sastra menekankan perilaku

pengindahan, penikmatan, dan penghargaan sastra. Resepsi sastra yang

merupakan salah satu jenis kritik sastra juga menekankan pada perilaku pencarian,

penilaian, dan penghakiman kebenaran nilai-nilai atau hal-hal yang ada dalam

sastra (Saryono, 2009: 44).

Perbedaan pembaca dalam memberikan makna tidak terlepas dari adanya

penilaian subjektif dan penilaian objektif terhadap karya sastra. Penilaian bersifat

subjektif merupakan penilaian yang sepenuhnya ditentukan oleh pembaca tanpa

harus mengaitkannya dengan karya sastra. Penilaian bersifat objektif bila

penilaian yang ditentukan oleh nilai yang ada dalam teks sastra, dan bukan nilai

yang ada dalam opini pembaca itu sendiri (Aminuddin, 1995: 54). Penelitian ini

menggunakan penilaian yang bersifat objektif karena penilaian karya sastra bukan

berasal dari opini pembaca.

2. Hakikat Cerpen

a. Pengertian Cerpen

Cerpen termasuk salah satu karya sastra yang berjenis cerita narasi. Cerpen

berisi cerita yang menggambarkan pengalaman atau imajinasi pengarangnya.

Sayuti berpendapat bahwa cerpen adalah karya sastra berupa prosa fiksi yang

(36)

18

dapat membangkitkan efek tertentu dalam diri pembaca (Sayuti, 2000: 9). Cerpen

menceritakan secara singkat konflik yang muncul sehingga pembaca lebih

menyukai cerpen karena ceritanya yang tidak berbelit-belit.

Cerpen merupakan cerita pendek. Namun, tidak setiap cerita pendek dapat

digolongkan ke dalam cerpen. Cerpen adalah cerita yang pendek dan di dalamnya

terdapat pergolakan jiwa pada diri pelakunya sehingga secara keseluruhan cerita

pada cerpen tersebut bisa menyentuh perasaan pembaca. Hal tersebut dapat

dikategorikan sebagai buah sastra dari cerpen (Nursisto, 2000: 165).

Mochtar Lubis (dalam Rampan, 2000: 1) mengatakan bahwa cerpen adalah

cerita yang bisa selesai sekali baca, dua kali baca, atau tiga kali baca. Jumlah

perkataan dalam cerpen berkisar 500-30.000 kata. Penentuan jumlah perkataan

dalam cerpen dapat menjadi acuan untuk membedakan cerpen karena cerita yang

pendek belum tentu dapat dikatakan cerpen.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa cerpen

merupakan cerita pendek yang selesai sekali baca, dua kali baca, atau tiga kali

baca. Isi cerita pada cerpen dapat memberikan efek tertentu pada pembaca. Selain

itu, jumlah perkataan dalam cerpen berkisar 500-30.000 kata. Oleh karena itu,

tidak semua cerita pendek dapat dikatakan cerpen.

b. Unsur Pembangun Cerpen

Unsur pembangun cerpen terdiri dari beberapa unsur. Menurut Stanton

(dalam Wiyatmi, 2009: 30) unsur pembangun cerita fiksi atau cerpen terbagi

menjadi tujuh unsur, yaitu tokoh, alur, latar, judul, sudut pandang, gaya dan nada,

(37)

perwatakan, sudut pandangan, latar, gaya, alinea awal alinea akhir (Rampan,

2009: 3-9). Unsur-unsur pembangun cerpen dan novel sama, seperti plot atau alur,

tema, penokohan, dan latar. Unsur-unsur yang telah disebutkan oleh para ahli

tersebut berkaitan satu sama lain untuk membentuk cerita secara utuh

(Nurgiyantoro, 2013: 14). Berikut penjelasan unsur pembangun cerpen yang

dilihat dari alur atau plot, tema, penokohan, serta gaya dan nada.

Alur atau plot merupakan bagian yang penting dalam cerpen. Menurut

Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2013: 167), plot atau alur merupakan bagian cerita

yang berisi urutan kejadian, namun setiap kejadian hanya dihubungkan secara

sebab akibat. Selanjutnya, kejelasan plot, kejelasan hubungan antar peristiwa yang

dikisahkan secara linear, akan mempermudah pemahaman pembaca terhadap

cerita (Nurgiyantoro, 2013: 164). Namun, plot cerpen yang rumit dan sulit

dikenali menyebabkan pembaca sulit memahami isi cerita.

Jakob Sumardjo (dalam Rampan, 2013: 3), berpendapat bahwa tema

adalah ide sebuah cerita. Pengarang, dalam menulis cerita, bukan sekedar

bercerita, tetapi mengatakan atau mengungkapkan sesuatu pada pembacanya.

Sesuatu yang dimaksud adalah suatu yang berasal dari masalah kehidupan,

pandangan hidup tentang kehidupan, atau komentar terhadap kehidupan. Lebih

lanjut, tema merupakan motif pengikat keseluruhan cerita yang umumnya tidak

ditunjukkan secara gamblang oleh pengarang. Pembaca harus memahami dan

menafsirkan cerita sehingga pembaca mampu mengetahui tema dari cerita tersebut

(38)

20

Penokohan atau perwatakan termasuk unsur pembangun cerpen yang

sangat penting. Menurut Anwar (dalam Jabrohim dkk., 2001: 107), penokohan

merupakan teknik atau cara pengarang memperkenalkan tokoh ceritanya kepada

pembaca atau teknik yang digunakan untuk memunculkan tokoh cerita. Lebih

lanjut, Jakob Sumardjo (dalam Rampan, 2009: 5), menambahkan cara

penggambaran watak dapat dilakukan dengan lima hal, yaitu (1) melalui

perbuatan atau tindakan tokoh, (2) melaui ucapan tokoh, (3) melalui

penggambaran fisik tokoh, (4) melalui pikiran tokoh, dan (5) melalui penerangan

langsung. Cara penggambaran watak juga menjadi ciri khas dari seorang

pengarang.

Gaya dan nada merupakan bagian dari sarana penceritaan dalam cerita

fiksi yang memiliki hubungan erat. Gaya sendiri berarti sarana, sedangkan nada

berarti tujuan. Kedua bagian ini dapat dijadikan sebagai cara pengungkapan tokoh

yang khas bagi pengarang. Dengan kata lain, gaya merupakan pemilihan bahasa

oleh pengarang yang menjadi ciri khasnya (Sayuti, 2000: 173). Lebih lanjut,

Sumardjo berpendapat bahwa gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang.

Cara seseorang memilih tema, persoalan, meninjau persoalan, dan

menceritakannya dalam sebuah cerpen. Bahasa sebagai alat komunikasi dan

ekspresi harus diolah secara kreatif sehingga dapat digunakan secara maksimum

untuk menyampaikan amanat yang ingin dicapai oleh pengarang (dalam Rampan,

2004: 8).

Berdasarkan pembahasan di atas mengenai unsur pembangun cerpen,

(39)

penokohan atau perwatakan, serta gaya dan nada. Alur merupakan bagian cerita

yang berisi urutan kejadian yang diurutkan secara sebab akibat. Tema merupakan

ide sebuah cerita. Penokohan atau perwatakan merupakan merupakan teknik atau

cara pengarang memperkenalkan tokoh ceritanya kepada pembaca. Gaya dan nada

salah satu bagian dari sarana penceritaan dalam cerita fiksi yang memiliki

hubungan erat.

3. Psikologi Pengarang

Dalam penelitian ini, digunakan juga teori sastra lain, yaitu salah satu

cabang teori psikologi sastra. Namun, penelitian ini tetap fokus pada resepsi siswa

terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki. Teori psikologi

pengarang digunakanuntuk membantu siswa dalam memberi tanggapan

cerpen-cerpen yang digunakan dalam penilitian. Selain itu, teori psikologi pengarang

digunakan dalam penelitian ini agar siswa bisa dapat mempelajari unsur ekstrinsik

cerpenjuga dengan cara mengaitkan pengetahuan mereka mengenai unsur-unsur

pembangun cerpen (unsur intrinsik) dengan psikologi cerpenis (unsur ekstrinsik).

Berikut penjelasan mengenai teori psikologi pengarang.

Sudah sejak dahulu dikenal bahwa karya sastra selalu berkaitan dengan

penciptanya atau pengarangnya. Selain itu, karya sastra juga terkait dengan

biografi pengarangnya. Belakangan karya sastra juga dikenal sebagai gambaran

atau cerminan perasaan, pikiran dari penciptanya (Minderop, 2013: 61).

Selanjutnya, menurut Christoper Marlowe terdapat faktor-faktor yang perlu

(40)

22

faktor-faktor yang perlu diperhatikan, antara lain (1) suatu karya harus

merefleksikan kekuatan, kekaryaan, dan kepakaran penciptanya; (2) karya sastra

harus memiliki keistimewaan dalam hal gaya dan masalah bahasa sebagai alat

untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang; dan (3) masalah gaya,

struktur, dan tema karya sastra harus saling terkait dengan elemen-elemen yang

mencerminkan pikiran serta perasaan individu (Minderop, 2013: 61-62).

Pendapat yang diungkapkan oleh Christoper Marlowe sejalan dengan

pendapat Edmund Wilson. Edmund Wilson mengatakan bahwa elemen paling

penting dari karya fiksi adalah elemen-elemen yang mencakup kepribadian

pengarang. Elemen tersebut dapat berwujud daya imajinasi pengarang yang

mampu menampilkan citra melalui watak tokoh, situasi, dan adegan konflik yang

dialami si tokoh (dalam Minderop, 2013: 62).

KatareligiusitydalamThe World Book Dictionaryberartireligious feeling

or sentiment, atau perasaan keagamaan. Religi memiliki arti yang lebih luas

dibanding agama. Perasaan keagamaan adalah segala perasaan batin yang

berhubungan dengan Tuhan, seperti perasaan dosa, takut, dan kebesaran Tuhan

(Atmosuwito, 1989: 123-124). Sebagai contoh cerpen Anjing karangan

Kuntowijoyo yang memiliki nilai-nilai religius.

Seorang pengarang dapat dikatakan kreatif apabila pengarang tersebut

mampu menggambarkan watak tokoh yang ada dalam cerpennya dengan jelas.

Semakin banyak watak tokoh yang digambarkan dan watak setiap tokoh yang

diungkapkan berbeda-beda, maka semakin tidak jelas sosok pengarang cerpen

(41)

tokoh sangat diperlukan oleh pembaca, sebab pembaca juga perlu memahami

karakter tokoh dan ciri khas pengarang dalam menggambarkan watak tokoh.

Di samping itu, seorang pengarang yang cerdas mampu menuangkan

emosinya sebagai tema karyanya (Wellek dan Warren, 1995: 104). Emosi yang

dituangkan ke dalam cerpen merupakan emosi yang paling mendasar (primary

emotions), seperti kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan kesedihan. Emosi

yang telah dituangkan ke dalam cerpen dapat menunjukkan emosi pengarangnya,

apabila emosi tersebut ditunjukkan secara jelas(Minderop, 2013: 39).

Bakat seorang pengarang naratif yang paling disorot adalah kemampuan

membuat penokohan dan struktur plot serta ceritanya. Bakat yang sudah dimiliki

cerpenis juga perlu diimbangi dengan pengetahuan yang luas sehingga cerpen

yang ditulis menjadi lebih menarik untuk dibaca. Pengetahuan mengenai

penokohan dan struktur plot juga penting dimiliki pengarang sebab pengarang

yang baik akan mampu memilih watak dan struktur plot yang sesuai untuk

cerpennya (Wellek dan Warren, 1995: 101-103).

Selanjutnya, seorang pengarang yang menggunakan gaya bahasa sebagai

pemaparan imajinatif akan menghasilkan karya yang lebih segar dan berkesan

bagi pembaca (Minderop, 2013: 82). Gaya bahasa yang dapat digunakan antara

lain metafor, simile, antitesis, hiperbola, dan paradoks. Gaya bahasa digunakan

pengarang untuk menggambarkan karakteristik tokohnya. Pemilihan kata juga

dapat menggambarkan ciri khas pengarang cerpen.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang

(42)

24

psikologi. Aspek psikologi pengarang (unsur ekstrinsik cerpen) dapat

mempengaruhi unsur-unsur pembangun cerpen (unsur instrinsik cerpen). Dalam

aspek psikologi pengarang terdapat faktor-faktor, seperti kreativitas, emosi,

religiusitasdan intelektual. Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan unsur-unsur

pembangun, seperti penokohan atau perwatakan, alur atau plot, tema, serta gaya

dan nada.

4. Sosiologi Pengarang

Selain teori resepsi sastra dan psikologi sastra, penelitian ini juga

meminjam teori sastra lain, yaitu sosiologi sastra. Namun, penelitian ini tetap

fokus pada teori resepsi sastra khususnya resepsi siswa terhadap cerpen karya

cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki. Salah satu cabang teori sosiologi

sastra, yaitu sosiologi pengarang. Teori sosiologi pengarang digunakan dalam

penelitian ini memiliki tujuan yang sama dengan teori psikologi pengarang, yaitu

agar siswa lebih memahami cerpen dan mempelajari unsur ekstrinsik cerpen.

Berikut penjelasan mengenai teori sosiologi pengarang.

Sosiologi pengarang merupakan salah satu dari tiga paradigma sosiologi

sastra. Kurniawan (2012: 11) mengungkapkan bahwa inti dari analisis sosiologi

pengarang adalah memaknai pengarang sebagai bagian dari masyarakat yang

telah menciptakan karya sastra. Oleh sebab itu, perlu adanya pemahaman

terhadap pengarang yang dijadikan objek kajian.

Selain itu, sosiologi pengarang juga berkaitan dengan unsur pembangun

(43)

perhatian karena sesuai dengan kehidupan nyata. Tokoh sebagai gambaran

umummanusia. Latar sosial merupakan kondisi sosial karya sastra yang berkaitan

dengan fakta sosial, yaitu norma sosial, instuisi sosial, kelas sosial, dan lembaga

sosial. Alur berkaitan dengan waktu atau rangkaian peristiwa yang terbentuk

dalam karya sastra (Kurniawan, 2012: 13-14).

Lebih lanjut, Wellek dan Warren dalam bukunya Theory of Literature

(1995:109-133) mengatakan bahwa sosiologi pengarang sangat berhubungan

dengan profesi pengarang dan institusi sastra. Masalah-masalah yang dikaji

sosiologi pengarang antara lain, status sosial pengarang, ideologi sosial

pengarang, latar belakang sosial budaya pengarang, posisi sosial pengarang

dalam masyarakat, masyarakat pembaca yang dituju, mata pencaharian

pengarang, dan profesionalisme kepengarangan.

Kurniawan (2012: 11) menambahkan pendapat di atas bahwa analisis

sosial pengarang meliputi (1) proses pengarang mendapatkan mata pencaharian;

(2) profesionalisme dalam kepengarangan, yang mencakup sejauh mana

pengarang menganggap pekerjaan sebagai profesi; dan (3) masyarakat yang

dituju oleh pengarang. Namun, dalam penelitian ini hanya mengaitkan empat

wilayah kajian sosiologi pengarang dengan beberapa unsur pembangun cerpen.

Adapun, wilayah kajian sosiologi pengarang yang digunakan adalah status atau

kelas sosial, latar belakang budaya pengarang, mata pencaharian pengarang, dan

pendidikan pengarang. Berikut penjelasan mengenai wilayah kajian sosiologi

(44)

26

Kelas sosial atau status sosial pengarang termasuk wilayah kajian

sosiologi pengarang yang termasuk dalam latar sosial. Cara mengidentifikasi

ideologi kelas sosial pengarang, yaitu bisa dilakukan dengan dua cara (1) secara

langsung dengan wawancara observasi mengenai kehidupan,

pandangan-pandangan, ideologi, dan kelas sosial; dan (2) secara tidak langsung dengan kajian

pustaka. Fokus analisis pada kenyataan kelas sosial yang diduduki pengarang dan

ideologi-ideologi kelas sosialnya. Posisi kelas pengarang, baik dominan maupun

subordinat, dapat dilihat bersamaan dengan produksi kelas sosial yang

diperjuangkan oleh pengarang melalui sastra (Kurniawan, 2012: 51).

Selanjutnya, sastra secara kolektif adalah hasil budaya manusia yang

secara umum diwujudkan melalui sistem bahasa dan bahasa sendiri adalah unsur

kebudayaan (Kurniawan 2012: 2-3). Hubungan antara sastra dengan budaya yang

dimediasi dengan bahasa menunjukkan kekhasan sastra tersendiri. Alasan sastra

menjadi disiplin objek kajian karena sastra adalah sistem budaya sebagai

representasi pikiran manusia yang mewakili kolektivitasnya dalam kehidupan

sosial masyarakat. Teeuw (dalam Kurniawan, 2012: 3) menyebut kode budaya

sebagai suatu sistem yang harus didaku oleh pembaca dalam memahami sastra

karena dalam sastra ada budaya yang mempresentasikan kehidupan pengarangnya.

Secara tidak langsung, pendapat Kurniawan dan Teeuw mengatakan bahawa latar

belakang budaya seorang pengarang berkaitan dengan gaya bahasa dan pemilihan

kata dalam menciptakan karya sastra.

Selain itu, setiap pengarang memiliki profesi yang dilandasi oleh dorongan

(45)

profesional yang berasal dari pendidikan tinggi tentu berbeda dengan pengarang

otodidak. Profesi pengarang otodidak biasanya mendasarkan atas kerja kreatif

dengan membaca karya sastra. Sebelum pengarang otodidak menemukan gayanya

sendiri, ia akan meniru gaya dari sejumlah karya sastra yang sudah dibacanya.

Pengarang dapat meniru gaya menulis pengarang lain dari segi gaya bahasa dan

tema ceritanya (Faruk, 2015: 119).

Tidak semua sastrawan bermata pencaharian dari aktivitas menulis

semata-mata. Dalam hubungannya dengan hal ini, Watt (dalam Damono, 1979:3)

mengemukakan cara seorang pengarang mendapatkan modal produksi. Mata

pencaharian seorang pengarang juga mempengaruhi produksi karyanya. Beberapa

pengarang di Indonesia umumnya memiliki pekerjaan rangkap. Pekerjaan rangkap

juga mempengaruhi hasil produksi karya sastra.Pengarang profesional memiliki

strata khusus dibanding pengarang-pengarang sambilan. Mata pencaharian atau

profesi pengarang juga ikut mempengaruhi tema dan bahasa yang digunakan pada

cerpen karena lingkungan sosial yang sering dihadapi pengarang ketika bekerja

(Faruk, 2015: 119).

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang

pengarang yang menciptakan karya sastra dapat dipengaruhi oleh aspek sosiologi

(unsur ekstrinsik cerpen). Sosiologi pengarang dapat dikaji dari berbagai sudut,

seperti status sosial atau kelas sosial pengarang, ideologi sosial pengarang, latar

belakang budaya pengarang, posisi sosial pengarang, pembaca yang dituju, mata

pencaharian pengarang, dan profesionalisme kepengarangan. Namun, penelitian

(46)

28

mata pencaharian pengarang, dan pendidikan pengarang yang dihubungkan

dengan unsur-unsur pembangun cerpen.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah pertama, penelitian

yang dilakukan oleh Aning Fiftiani dengan Resepsi Siswa Kelas VII SMP Negeri

di Kabupaten Banyumas Terhadap Cerpen Remaja “Maafkan Aku Ibu” Karya

Herawati. Penelitian ini untuk mengetahui resepsi siswa kelas VII SMP Negeri

di Kabupaten Banyumas terhadap cerpen “Maafkan Aku Ibu” karya Herawati

dengan melihat tiga faktor, yakni faktor kebaruan cerita, faktor desain cerita, dan

faktor dampak yang ditimbulkan cerita terhadap pembaca. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa sebagian besar termasuk kategori “tinggi” yakni sebanyak

246 siswa (67,05%). Hal itu didukung dengan faktor kebaruan cerita yang tinggi

(sebesar 69,89%), faktor dampak yang ditimbulkan yang tinggi (57,37%) pula,

serta faktor desain cerita yang tinggi (sebesar 59,94%).

Penelitian kedua yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

berjudul Aspek Pragmatik Komunikasi Sastra (Studi Kasus terhadap Penilaian

Guru Bahasa Indonesia terhadap Dua Buah Cerpen Indonesia Modern) oleh

Suminto A. Sayuti. Penelitian ini difokuskan padaaspek pragmatik komunikasi

sastra dan mencoba melihat hubungan antara teks dan pembaca tertentu. Selain

itu, penelitian ini juga mencoba mengangkat penilaian pembaca sebagai sasaran

utama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (a) di kalangan guru Bahasa dan

(47)

konvensional yang coraknya seperti cerpen “Jodoh” secara keseluruhan lebih

disukai atau dinilai lebih baik daripada cerpen populer yang coraknya seperti

“Serpihan Masa Lalu”, dan (b) dalam kaitannya dengan cerpen konvensional,

penilaian keseluruhan yang diberikan oleh responden penelitian ini lebih

dirasionalisasikan oleh kriteria penggunaan bahasa, ironi, dan kepuasan pembaca,

sedangkan dalam kaitannya dengan cerpen populer, penilaian keseluruhan yang

diberikan oleh responden penelitian ini lebih dirasionalisasikan oleh kriteria

wholeness, tema, minat pembaca, dan plot.

Penelitian relevan yang lain adalah Resepsi Siswa Kelas VII SMP di

Kecamatan Patikraja Banyumas terhadap Kumpulan Puisi Aku Ini Binatang

Jalang Karya Chairil Anwar oleh Tita Purnama Wati. Penelitian ini untuk

mengetahui resepsi siswa dan cakrawala harapan siswa kelas VII SMP di

Kecamatan Patikraja Banyumas terhadap Kumpulan Puisi Aku Ini Binatang

Jalang karya Chairil Anwar. Penelitian ini menunjukkan sebanyak 138 siswa

(58,09%) mampu memaknai dan menanggapi kumpulan puisi tersebut dengan

baik dan sebanyak 117 siswa (49,30%) memiliki pengetahuan, pengalaman, dan

pemahaman yang lebih luas dari pada nilai-nilai yang ada dalam puisi Chairil

Anwar ini.

Penelitian-penelitian di atas relevan dengan penelitian ini karena

mempunyai kesamaan, yaitu jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan

menggunakan metode penelitian resepsi secara eksperimental. Selain itu,

pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner atau angket. Perbedaan

(48)

30

yang digunakan. Penelitian ini merupakan usaha untuk mengetahui resepsi siswa

kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan

dan cerpenis laki-laki.

C. Kerangka Pikir

Bahasa dan Sastra Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib dipelajari

siswa mulai dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Pada

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Kurikulum Satuan Tingkat

Pendidikan masih menerapkan karya sastra berupa cerpen sebagai teks yang perlu

dipelajari. Cerpen tidak hanya menjadi bacaan bagi siswa tetapi terdapat amanat

atau pesan moral yang dapat diteladani oleh siswa. Siswa sebagai pembaca

memiliki perbedaan dalam menanggapi cerpen yang telah dibaca. Siswa dapat

memberikan tanggapan positif dan tanggapan negatif terhadap cerpen yang telah

dibaca.

Cerpen yang dipilih berasal dari cerpen Adapun cerpen-cerpen tersebut

adalah Seragam karya Aris Kurniawan Basuki, Kain Perca Ibu karya Andrei

Aksana, Pemanggil Bidadari karya Noviana Kusumawardhani dan Ayah Pulang

karya Ratna Indraswari Ibrahim. Cerpen-cerpen tersebut dipilih sebab sesuai

dengan kriteria bahwa cerpen yang pertama merupakan karya cerpenis laki-laki

yang menggambarkan kehidupan tokoh laki-laki, cerpen yang kedua merupakan

karya cerpenis laki-laki yang menggambarkan kehidupan tokoh perempuan,

(49)

kehidupan tokoh perempuan, dan cerpen yang keempat merupakan cerpen karya

cerpenis perempuan yang menggambarkan kehidupan tokoh laki-laki.

Cerpen-cerpen yang dipilih menggambarkan ciri khas yang dimiliki

masing-masing pengarangnya. Disamping itu, cerpen-cerpen yang dipilih sebagai

objek penelitian menggunakan bahasa sehari-hari sehingga mudah dipahami

siswa. Keempat cerpen tersebut tidak menggunakan bahasa yang terlalu berani

atau kasar sehingga cocok untuk digunakan bahan penelitian resepsi siswa. Selain

dari segi gaya bahasa, cerpen-cerpen tersebut dipilih untuk dijadikan objek

(50)

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena data yang

diperoleh berupa data kuantitatif atau data yang berupa angka-angka. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4

Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki.

Penelitian ini akan memaparkan resepsi siswa kelas XI SMA Negeri 4

Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis laki-laki.

Penelitian ini menempuh dua langkah, yakni: (1) kepada siswa disajikan cerpen

kemudian mereka diminta untuk mengisi angket dengan pertanyaan tertutup.

Jawaban dari pertanyaan tertutup tersebut ditabulasikan; dan (2) siswa diminta

mengisi angket dengan pertanyaan terbuka. Jawaban dari pertanyaan terbuka dan

tertutup dianalisis secara kualitatif. Pelaksanaan penelitian ini bersifat

eksperimental dan sinkronis. Hal ini dikarenakan penelitian dilakukan pada

pembaca yang sezaman.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 4 Yogyakarta yang beralamatkan di

Jalan Magelang, Karangwaru Lor, Tegalrejo, Yogyakarta. Peneliti mengambil

sekolah ini sebagai tempat penelitian dengan alasan, SMA Negeri 4 Yogyakarta

(51)

IPA, IPS, dan Kelas Khusus Olahraga. Selain itu, yang menjadi pertimbangan

peneliti adalah di SMA Negeri 4 Yogyakarta belum pernah digunakan untuk

penelitian yang sejenis.

Pelaksanaan observasi dan wawancara terhadap guru bahasa Indonesia kelas

XI di SMA Negeri 4 Yogyakarta dilaksanakan pada tanggal 29 Februari 2016.

Kemudian uji instrumen dilaksanakan bulan Mei dan pelaksanaan penelitian

dilakukan pada bulan Mei dengan 6 kali pertemuan. Berikut jadwal penelitian.

Tabel 1:Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No. Kelas Waktu

1. XI IPA 4

Selasa, 17 Mei 2016 Jam pelajaran ke 4-5 Kamis, 19 Mei 2016 Jam pelajaran ke 3-4

2. XI IPS 3 atau XI KKO (Kelas Khusus Olahraga)

Rabu, 18 Mei 2016 Jam pelajaran ke 5-6

Sabtu, 21 Mei 2016 Jam pelajaran ke 6-7

3. XI IPS 1

Kamis, 19 Mei 2016 Jam pelajaran ke 1-2 Sabtu, 21 Mei 2016 Jam pelajaran ke 1-2

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 4

Yogyakarta sebanyak 260 siswa pada tahun pelajaran 2015/2016, yang tersebar

pada 8 kelas di SMA Negeri 4 Yogyakarta.

2. Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknikpurposive sampleatausampel bertujuan.

(52)

34

mengetahui kemampuan apresiasi siswa terhadap cerpen dari kelas-kelas dengan

jurusan yang berbeda. Penelitian ini mengambil sampel dari kelas yang memiliki

nilai kognitif dan psikomotor berkisar 80-89 serta nilai afektif dan narasi A-B.

Sampel responden yang diambil adalah 1 kelas jurusan IPA, 1 kelas jurusan IPS,

dan 1 kelas jurusan Olahraga.

Siswa kelas XI di SMA Negeri 4 Yogyakarta memperoleh porsi jam

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sebanyak 4 jam pelajaran setiap

minggunya. Kelas jurusan IPA, IPS, dan Khusus Olahraga memperoleh porsi

yang sama 2 kali pertemuan dengan rincian 2 x 45 menit per pertemuannya.

Tabel 2:Sampel Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa Keterangan

1. XI IPA 4 34 L= 16, P= 18

2. XI IPS 1 32 L= 12, P= 20

3. XI KKO (Kelas Khusus Olahraga) 30 L= 19, P= 11

Total 96 L= 47, P= 49

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik angket sebagai alat pengumpul data.

Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa. Angket berisi daftar

pernyataan tertutup dan pertanyaan terbuka yang harus diisi atau diberi tanda oleh

responden. Pernyataan tertutup berjumlah 72 butir dengan rincian 32 butir

pernyataan pada angket resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis perempuan

dan 32 butir pernyataan pada angket resepsi siswa terhadap cerpen karya cerpenis

(53)

pembangun cerpen yang digunakan dalam penelitian dan pengalaman siswa dalam

membaca cerpen.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan tipe pertanyaan atau pernyataan

rating scale (skala bertingkat) dan pertanyaan terbuka yang diberikan secara

langsung kepada siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta. Tipe pernyataan

rating scale dipilih karena sesuai untuk memperoleh data yang bertingkat.

Pertanyaan terbuka ini digunakan untuk menguatkan data dalam pembahasan.

Penskoran angket yang digunakan untuk resepsi siswa kelas XI SMA

Negeri 4 Yogyakarta terhadap cerpen karya cerpenis perempuan dan cerpenis

laki-laki menggunakan skala Likert. Selain itu, penelitian ini menggunakan empat

jawaban alternatif, yakni sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan

sangat tidak setuju (STS). Adapun penskoran angket penelitian adalah sebagai

berikut.

Tabel 3:Penskoran Angket Penelitian

Pernyataan (+) (-)

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Penelitian ini menggunakan angket yang berisi pernyataan untuk

mendapatkan data resepsi sastra siswa kelas XI SMA Negeri 4 Yogyakarta.

Peneliti meminta kepada siswa untuk memberikan tanggapan atau respon terhadap

Gambar

Tabel 1: Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 2: Sampel Penelitian
Tabel 3: Penskoran Angket Penelitian
Tabel 5: Hasil Penghitungan Statistik Deskriptif Angket Resepsi Siswaterhadap Cerpen Karya Cerpenis Perempuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

diperoleh motivasi belajar matematika siswa laki-laki 91,65 kategori.. tinggi sedangkan motivasi belajar matematika siswa

Hasil penelitian menunjukkan kemampuan siswa dalam menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning termasuk

HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA CERPEN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA KELAS X.. SMA NEGERI

Kabupaten Sleman jika dilihat dari kategori sekolah tinggi, sedang, dan rendah. 4) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kebiasaan membaca cerpen dengan

Peneliti meneliti perbedaan tingkat kemampuan siswa Kelas XI Multimedia dan siswa Kelas XI Tekstil dalam menyimak rekaman cerpen “Satu Kecupan”. Penelitian ini termasuk

Dari hasil analisis data dengan distribusi frekuensi, dapat diketahui kemampuan rata-rata siswa laki-laki dalam menyimak unsur intrinsik film masuk dalam kategori hampir

Dilihat dari aspek keterbacaan yang berkaitan dengan tingkat pemahaman dan pengetahuan bahasa yang siswa miliki kalimat yang digunakan dalam cerpen MBSM memiliki

Berikut ini akan dibahas kemampuan menulis resensi cerpen siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bengkunat Lampung Barat tahun pelajaran 2012/2013 untuk masing-masing indikator,