• Tidak ada hasil yang ditemukan

Spektroskopi Infra merah merupakan teknik analisis yang sangat popular untuk analisis berbagai jenis sampel, baik sampel produk farmasetik, makanan, cairan biologis, maupun sampel lingkungan. Instrument infra merah mulai tersedia dipasaran pada tahun 1940-an. Spektroskopi infra merah merupakan jenis spektroskopi yang bersifat: (1) spesifik terhadap suatu molekul; yang akan memberikan informasi yang menyatu (inheren) tentang gugus-gugus fungsional yang ada dalam molekul, termasuk macamnya, interaksi-interaksinya dan

orientasi-orientasinya; (2) selektif terhadap isomer, yang disebabkan oleh adanya kisaran daerah sidik jari (fingerprint); (3) bersifat kuantitatif dan non-destruktif (tidak merusak) bahkan terhadap senyawa-senyawa yang sangat labil dengan kisaran kerja yang utama antara 0,1-100% dan (4) bersifat universal, dalam persyaratan pengambilan sampelnya, baik sampel padat, cair, gas, sampel antara padat dan cair atau gas, sampel permukaan, maupun sampel ruahan (bulk) (Gandjar dan Rohman, 2012).

Tujuan analisis kuantitatif pada Spektorskopi Infra Merah adalah untuk menentukan konsentrasi analit dalam suatu sampel. Tinggi puncak atau luas puncak suatu spektrum IR dalam bentuk absorbansi secara langsung berhubungan dengan konsentrasinya. Analisis kuantitatif dilakukan dengan membuat rajah (plot) hubungan antara konsentrasi analit dengan absorbansinya yang disebut kalibrasi.

Untuk membuat hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi, spektra IR analit dengan konsentrasi tertentu yang telah diketahui, yang disebut dengan standar disiapkan (Gandjar dan Rohman, 2012)..

2.3.2 Klasifikasi Spektrofotometri a. Spektrofotometri UV-VIS

Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran bilangan gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum

ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada bilangan gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004)

b. Spektroskopi Infra Merah

Spektroskopi infra merah (infrared, untuk selanjutnya disingkat IR) merupakan spektroskopi vibrasional (getaran). Spektrum IR merupakan jenis spektrum yang bersifat: (1) spesifik terhadap suatu molekul; yang akan memberikan informasi yang menyatu (inheren) tentang gugus-gugus fungsional yang ada dalam molekul, termasuk jenis dan interaksi-interaksinya; (2) sidik jari (fingerprint); (3) bersifat kuantitatif, yang mana intensitas puncak berkorelasi dengan konsentrasi, (4) non-destruktif (tidak merusak), yang berarti bahwa pada jenis penanganan sampel tertentu seperti dengan attenuated total reflectance (ATR), sampel yang dianalisis dapat dianalisis dengan metode analisis yang lain, dan (5) bersifat universal, baik sampel padat, cair, gas, sampel antara padat dan cair atau gas (Rohman, 2014).

c. Spektrometer massa

Jika suatu benda yang bergerak lurus diberi tenaga dari luar, maka gerakannya tidak akan lurus lagi seperti biasanya karena akan terjadi defleksi atau perubahan arah. Besarnya perubahan arah ini tergantung dari massa benda yang bergerak itu. Jika kita mengetahui besar benda yang bergerak, kecepatannya, dan jumlah tenaga luar yang diberikan; maka kita bisa menghitung massa benda tersebut. Makin besar perubahan arah gerak, makin ringan benda tersebut. Prinsip ini bisa diaplikasikan dalam menentukan massa suatu molekul.

Gerakan suatu atom atau molekul bisa didefleksikan oleh medan magnet.

Agar bisa dipengaruhi oleh medan magnet maka atom atau molekul ini harus diubah menjadi bentuk ion. Partikel yang bermuatan dapat dipengaruhi oleh medan magnet sedangkan yang tidak bermuatan tidak dipengaruhi. Spektrometer massa pada umumnya digunakan untuk: 1. Menentukan massa suatu molekul. 2. Menentukan rumus molekul dengan menggunakan Spektrum Massa Beresolusi Tinggi (High Resolution Mass Spectra) 3. Mengetahui informasi dari struktur dengan melihat pola fragmentasinya (Dachriyanus, 2004).

d. Spektroskopi Resonansi Magnet Inti / Spektroskopi H1-NMR

Spektroskopi H1-NMR paling banyak digunakan oleh kimiawan organic.

Spektroskopi ini didasarkan pada kenyataan bahwa setiap kelompok proton (H) dalam molekul organic akan beresonansi pada frekwensi yang tidak identic atau beresonansi pada frekwensi yang spesifik. Hal ini disebabkan kelompok proton suatu molekul organic dikelilingi electron yang berbeda (lingkungan elektroniknya berbeda). Makin besar kerapatan electron yang mengelilingi inti maka makin besar pula medan magnet yang digunakan. Karena setiap atom H (proton) suatu molekul organic mempunyai lingkungan elektronik (kimia) yang berbeda maka akan menyebabkan frekwensi resonansi yang berbeda (Sitorus, 2017).

e. Spektroskoskopi Resonansi Inti Karbon 13C RMI

Seperti diketahui bahwa spektroskopi RMI tidak hanya terbatas terhadap inti hidrogen. Setiap inti yang memiliki jumlah proton dan atau neutron yang ganjil bisa diukur dengan spektroskopi RMI. Nukleus yang biasa dipakai adalah karbon.

Karena karbon memiliki nomor proton yang genap maka yang digunakan adalah isotopnya, yaitu karbon-13. Pada spektrum 1H RMI, sinyal yang dilihat berasal dari

hidrogen yang hadir pada karbon tertentu dan pola spin kopling tergantung pada atom hidrogen yang terletak pada karbon tetangga (H-C-C-H). Pada spektrum RMI karbon, sinyal karbon dapat dilihat secara langsung. Spektrometer resonansi magnet inti karbon pada umumnya digunakan untuk: 1. Menentukan jumlah karbon yang memiliki lingkungan kimia yang sama pada suatu senyawa organik 2. Mengetahui informasi mengenai struktur suatu senyawa organic (Dachriyanus, 2004).

f. Spektrofotometri emisi nyala dan spektrofotometri absorbsi atom

Spektroskopi serapan atom (SSA) dan spektroskopi emisi atom (SEA), disebut juga dengan fotometri nyala, merupakan 2 metode pengukuran analitik yang mendasarkan pada proses eksitasi dan emisi. Pada analisis kuantitatif, metode ini digunakan untuk mengukur kurang lebih 70 elemen (logam atau non-logam).

Dengan beberapa model instrumen fotometer nyala ini, dimungkinkan untuk melakukan pengukuran dengan kedua teknik ini (serapan atom dan emisi atom), meskipun prinsipnya berbeda. Dalam SSA, konsentrasi dapat diperoleh dari pengukuran serapan sinar oleh atom yang tertinggal dalam keadaan dasar ketika atom disinari dengan sumber sinar yang menyebabkan eksitasi yang sesuai. Dalam SEA, konsentrasi dapat diperoleh dari intensitas radiasi yang diemisikan oleh sebagian atom yang telah melewati keadaan tereksitasi (Gandjar dan Rohman, 2012)

Dokumen terkait