• Tidak ada hasil yang ditemukan

Spesies, Subspesies, Varietas Padi ( Oryza sativa ) .1 Spesies Padi (Oryza sativa)

KAJIAN PUSTAKA

2.3 Spesies, Subspesies, Varietas Padi ( Oryza sativa ) .1 Spesies Padi (Oryza sativa)

2.3 Spesies, Subspesies, Varietas Padi (Oryza sativa) 2.3.1 Spesies Padi (Oryza sativa)

Tanaman padi yang umumnya dibudidayakan di dunia terdiri dari dua spesies yaitu O. sativa dan O. glaberrima. Tanaman padi O. sativa lebih banyak dibudidayakan dibandingkan O. glaberrima. Padi budidaya sendiri merupakan kelompok O. sativa yang mengalami seleksi baik secara alami mapun bantuan manusia. Ditinjau dari kegunaannya tanaman padi O. Sativa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Padi beras, jenis tanaman padi yang hasilnya untuk dijadikan makanan pokok sehari-hari. Beras sebagai hasil akhir tanaman padi dijadikan sumber utama karbohidrat, dimasak menjadi nasi dan dikonsumsi.

2. Padi ketan, jenis tanaman padi yang hasilnya bukan untuk dijadikan makanan pokok sehari-hari. Beras ketan umumnya dibuat tepung sebagai bahan pangan olahan. Dengan demikian padi ketan tidak dikonsumsi langsung sebagai makanan pokok sebagaimana padi beras

Perbedaan jenis padi pada umumnya terletak pada usia tanaman, hasil produksi, mutu beras, dan ketahanannya terhadap hama dan penyakit (Yandianto, 2003).

Menurut Sugeng (2001), tanaman padi dapat dibedakan dalam dua jenis berdasarkan cara bertanamnya yaitu :

a. Padi sawah, yaitu tanaman padi yang dalam pertumbuhannya memerlukan

air menggenang dan ditanam di tanah persawahan. Padi sawah ditanam di sawah, yaitu lahan yang cukup memperoleh air. Padi sawah pada

waktu-22

waktu tertentu memerlukan genangan air, terutama sejak musim tanam sampai mulai berbuah.

b. Padi kering, yaitu tanaman padi yang dalam pertumbuhannya tidak memerlukan air menggenang (dalam arti air genangan seperti sawah). Padi kering merupakan jenis padi yang tidak membutuhkan banyak air sebagaimana padi sawah. Bahkan padi kering ini dapat tumbuh hanya mengandalkan curah hujan. Padi kering ini pada umumnya ditanam di daerah-daerah yang kurang atau sedikit air. Padi kering dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Padi ladang, sejenis padi kering yang ditanam di wilayah hutan yang baru dibuka.

2. Padi tegalan, padi kering yang ditanam pada tanah tegalan atau disebut padi tegalan.

3. Padi gogo rancah, sejenis padi kering yang ditanam di tegalan pada saat musim hujan.

2.3.2 Subspesies Padi (Oryza sativa)

Menurut Chang (1988), spesies Oryza sativa berdasarkan perbedaan sifat morfologi tanaman dan wilayah adaptasi agroekosistem dibedakan menjadi tiga subspesies yaitu :

1. Subspesies Indica, umumnya tersebar di negara-negara beriklim tropis. 2. Subspesies Japonica, menyebar di negara-negara subtropis seperti Jepang,

23

Yugoslavia), Afrika (Mesir), Australia, Amerika Utara dan Amerika Selatan.

3. Subspesies Javanica menyebar di Jawa, Bali dan Lombok. Contoh

subspesies ini antara lain Pandanwangi (Cianjur), Rojolele (Klaten), Ketan Bulu Putih (Garut), Kewal (Banten).

Saat ini subspesies padi disebut dengan ras/golongan. Padi budidaya terbagi menjadi empat ras/golongan, yaitu (1) indica dengan ciri umumnya gabah ramping dan tidak berbulu, (2) javanica dengan ciri gabah besar dan berbulu, (3)

japonica dengan ciri gabah bulat, gundil dengan ukuran sedang, (4) intermediate atau hibrida (Badan Litbang Pertanian dan Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2003).

2.3.3 Varietas Padi

Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu spesies yang ditandai oleh bentuk dan pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji dan ekspresi karakter atau kombinasi genotype yang dapat membedakan dengan spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami pertumbuhan (BB Padi, 2015).

Secara botani, varietas adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan ciri berbeda yang jelas. Penulisan namanya dicetak miring (atau digaris bawah jika tulisan tangan) dan didahului dengan singkatan "var." Contoh: Oryza sativa var. indica. Terdapat 3 varietas padi yaitu :

24

1. Varietas padi hibrida

Padi hibrida merupakan turunan pertama (F1) hasil persilangan antara dua tetua galur homozygot yang berbeda sifat. Melalui perkawinan itulah terkumpul gen-gen yang keberadaannya secara bersamaan memberikan efek heterosis, yaitu fenomena dimana tanaman yang tumbuh dari benih hasil persilangan dua genotipe yang berbeda (disebut generasi F1) memiliki sifat lebih baik dari tetuanya (Kustera, 2008).

Menurut Wibowo (2010) varietas padi hibrida adalah produk persilangan antara dua tetua padi yang berbeda secara genetik. Apabila tetua - tetua diseleksi secara tepat maka hibrida turunannya akan memiliki vigor dan daya hasil yang lebih tinggi daripada kedua tetua tersebut. Keunggulan dari varietas padi hibrida adalah hasil produksi yang lebih tinggi 15 – 20 % dibandingkan varietas padi unggul dan lokal, vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma. Keunggulan dari aspek fisiologi yaitu aktivitas perakaran yang lebih luas, area fotosintesis yang lebih luas, intensitas respirasi yang lebih rendah dan translokasi asimilat yang lebih tinggi. Keunggulan pada beberapa karakteristik morfologi seperti sistem perakaran lebih kuat, anakan lebih banyak, jumlah gabah per malai lebih banyak dan bobot 1000 butir gabah isi yang lebih tinggi (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015).

Kelemahan dari varietas padi hibrida adalah hasil panennya tidak dapat dijadikan benih kembali, harga benih mahal, tidak tahan terhadap serangan penyakit, rawan terhadap serangan hama wereng, sundep/ beluk dan ulat, membutuhkan pupuk yang lebih banyak dibandingkan padi varietas lokal

25

sehingga dapat menambah biaya produksi, memiliki adaptasi lingkungan yang rendah sehingga hanya cocok tumbuh pada lokasi tertentu saja. Varietas padi hibrida ada yang dilepas pemerintah, ada juga yang didatangkan (import) dari negara lain. Contoh Padi hibrida: Intani 1 dan 2; PP1; H1; Bernas Prima; Rokan; SL : 8 dan 11 SHS; Segera Anak; Sembada : B3, B5, B8 dan B9; Hipa : 4, 5 Ceva, 6 Jete, 7, 8, 9, 10, 11; Long Ping (pusaka 1 dan 2); Adirasa-1 dan -64; Hibrindo R-1 dan R-2; Manis -4 dan 5; MIKI-1,2 dan 3; SL 8 SHS dan 11 HSS (Kustera, 2008).

2. Varietas padi unggul

Varietas padi unggul adalah varietas yang dilepas oleh pemerintah dengan SK Menteri Pertanian. Varietas ini sebelum dilepas telah melewati berbagai uji coba. Kelebihan dari padi varietas unggul adalah hasil produksi tinggi (5–8 t/Ha), hasil panen dari padi varietas unggul dapat dijadikan benih kembali, tanaman pendek, tanaman tahan rebah, jumlah anakan produktif sedang – banyak (14-20), umur panen yang lebih pendek (genjah, 105 – 125 hari), rasa nasi sedang – enak, ada yang beraroma.

Kelemahan dari varietas padi unggul adalah memiliki diversitas genetik yang sempit, mudah terserang penyakit dan memiliki adaptasi lingkungan yang rendah sehingga hanya cocok tumbuh pada lokasi tertentu saja (Sitaresmi et al., 2013). Contoh dari varietas ini yang banyak ditanam petani adalah ‘Ciherang’ (bisa mencapai 47 % dari total varietas yang ditanam), ‘IR-64’, ‘Mekongga’, ‘Cimelati’, ‘Cibogo’, ‘Cisadane’, ‘Situ Patenggang’, ‘Cigeulis’, ‘Ciliwung’,

Dokumen terkait