• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK BIOLOGI DAN HUBUNGAN KEKERABATAN PADI LOKAL (Oryza sativa L.) DI DESA WONGAYA GEDE KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN, BALI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ASPEK BIOLOGI DAN HUBUNGAN KEKERABATAN PADI LOKAL (Oryza sativa L.) DI DESA WONGAYA GEDE KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN, BALI."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

ASPEK BIOLOGI DAN HUBUNGAN KEKERABATAN

PADI LOKAL (Oryza sativa L.) DI DESA WONGAYA

GEDE KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN

TABANAN,BALI

GUSTI AYU NYOMAN BUDIWATI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

TESIS

ASPEK BIOLOGI DAN HUBUNGAN KEKERABATAN

PADI LOKAL (Oryza sativa L.) DI DESA WONGAYA

GEDE KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN

TABANAN,BALI

GUSTI AYU NYOMAN BUDIWATI NIM 1492261003

PROGAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOLOGI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 5 JULI 2016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Dra. Eniek Kriswiyanti, M.Si. Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D. NIP. 1957 1124 198403 2 004 NIP. 19680327 199302 2 00 1

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Ilmu Biologi Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana

Universitas Udayana, Universitas Udayana,

(4)

Tesis Ini Telah Diuji pada

Tanggal 24 Juni 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No. :2756 /UN14.4/HK/2016, Tanggal 14 Juni 2016

Ketua : Dr. Dra. Eniek Kriswiyanti, M. Si.

Anggota :

1. Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., PhD.

2. Drs. Pande Ketut Sutara, M. Si.

3. Dr. Ir. Made Ria Defiani, M. Sc.

(5)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Gusti Ayu Nyoman Budiwati

NIM : 1492261003

Program Studi : Magister Ilmu Biologi

Judul Tesis : Aspek Biologi dan Hubungan Kekerabatan Padi Lokal (Oryza sativa L.) di Desa Wongaya Gede Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali.

Dengan ini menyatakan bahwa tesis ini bebas plagiat.

Apabila kemudian hari terbukti plagiat dalam tulisan ini, maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No, 17 Tahun 2010 dan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 30 Juni 2016 Yang membuat pernyataan

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

hanya atas berkat, rahmat karunia dan penyertaan-Nya sehingga dapat

menyelesaikan tesis yang berjudul “Aspek Biologi dan Hubungan Kekerabatan

Padi Lokal (Oryza sativa L.) Di Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali.”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Dra. Eniek Kriswiyanti,

M.Si., selaku pembimbing pertama dan sebagai ketua panitia ujian tesis yang telah

memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan saran selama penulis

menyelesaikan tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan

kepada Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., PhD., selaku pembimbing kedua dan juga

sebagai sekretaris panitia ujian tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran

memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis.

Ucapan yang sama juga penulis tujukan kepada Rektor Universitas

Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp. PD-KEMD atas kesempatan dan

fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini

juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang

dijabat oleh Prof. Dr. Dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang

diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada

Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis juga menyampaikan rasa

terima kasih kepada Ketua Program Studi Magister Ilmu Biologi Ir. Ida Ayu

Astarini, M.Sc., Ph.D. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada

para penguji tesis, yaitu Drs. Pande Ketut Sutara, M.Si., Dr. Ir. Made Ria Defiani,

M.Sc. (Hons.) dan Dra. I. Gusti Ayu Sugi Wahyuni, M.Si., yang telah

memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat

terwujud seperti ini. Ucapan yang sama juga penulis tujukan kepada Dr. Dra.

Eniek Kriswiyanti, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan

(7)

Penulis juga mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan oleh

Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali, UPT. Dinas Pertanian dan

Tanaman Pangan Pegok Sesetan, Kantor Camat Tabanan, Kantor Camat Penebel,

Kepala Desa Wongaya Gede dan Pekaseh Desa Wongaya Gede.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih

kepada orangtua, Bapak Gusti Ketut Bajra dan Ibu Desak Nyoman Sunadi atas

doa dan perhatian yang selalu diberikan kepada penulis. Penulis juga

mengucapkan terimakasih kepada Komang Triwiyanto, Gusti Putu Ayu Leny,

Gusti Ngurah Putra, Putu Wina Andriani, Ni Made Dwi Sri Wulandari, A.A. Istri

Mas Padmiswari, Gede Surya Indrawan, Ida Ayu Nopiari, Ida Ayu Manik

Damayanti, Yuliana Anaawang serta seluruh teman-teman Program Studi

Magister Ilmu Biologi yang telah memberikan bantuan, dukungan dan semangat

kepada penulis.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada

semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian penulisan tesis

ini. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan

berguna bagi ilmu pengetahuan secara luas. Akhir kata penulis mengucapkan

terimakasih.

Denpasar, Mei 2016

(8)

ABSTRAK

ASPEK BIOLOGI DAN HUBUNGAN KEKERABATAN PADI LOKAL (Oryza sativa L.) DI DESA WONGAYA GEDE KECAMATAN PENEBEL,

KABUPATEN TABANAN, BALI

Penelitian bertujuan mengetahui karakteristik morfologi, jumlah padi varietas lokal, hubungan kekerabatan, jenis hama dan gulma yang mengganggu siklus hidup padi varietas lokal di Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Penelitian dilakukan di tiga subak (Piak, Keloncing dan Bedugul) yang terdapat di Desa Wongaya Gede dan di Laboratorium Struktur dan Perkembangan Tumbuhan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana pada bulan Agustus 2015 hingga Januari 2016. Penelitian di lapangan meliputi pengamatan karakteristik morfologi tanaman padi varietas lokal dari fase pembibitan hingga panen (85 karakter), inventarisasi hama dan gulma serta faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi varietas lokal. Penelitian di laboratorium yaitu uji viabilitas serbuk sari tanaman padi varietas lokal dengan uji warna 1 % aniline blue dalam laktofenol. Hasil penelitian menunjukan karakteristik padi varietas lokal di Desa Wongaya Gede dapat dilihat pada ciri morfologi batang, daun, bunga, gabah, beras, agronomi dan ciri anatomi, tipe bentuk dan viabilitas serbuk sari serta tipe endosperm. Terdapat 6 padi varietas lokal dan 1 padi varietas unggul di Desa Wongaya Gede yang terbagi menjadi dua golongan yaitu golongan Indica (Mansur dan Ketan Beton) dan Javanica (Merah Cendana, Injin, Putih Cempaka, Ketan Tahun dan Jaka Selem). Gulma yang mengganggu siklus hidup padi varietas lokal di Desa Wongaya Gede terbagi menjadi dua golongan yaitu golongan teki (sedges) dan golongan berdaun lebar (broad leaves). Hama yang mengganggu siklus hidup padi varietas lokal di Desa Wongaya Gede terbagi menjadi tiga golongan yaitu golongan mamalia (hewan menyusui), golongan aves

(burung) dan golongan insecta (serangga).

(9)

ABSTRACT

BIOLOGICAL ASPECTS AND FAMILY RELATIONSHIPS OF LOCAL RICE (Oryza sativa L. ) IN WONGAYA GEDE VILLAGE, PENEBEL,

TABANAN REGENCY, BALI

The aim of this research is determine morphological characteristics, number of local rice varieties, family relationship and type of pests and weeds that disrupt the life cycle of local rice varieties in Wongaya Gede Village, Penebel, Tabanan Regency, Bali. Research was conducted in three Subak (Piak, Keloncing and Bedugul) located in Wongaya Gede Village; and Plant Structure and Development Laboratory, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Udayana University, August 2015 - January 2016. Observation in the field include morphological characteristics from seedlings to harvest phase (85 characters), identification of pests and weeds as well as the environmental factors that affect growth of local rice. Pollen viability was examined using 1% aniline blue in laktofenol. Result of the study revealed that local rice characteristics in Wongaya Gede Village can be observed on morphological stems, leaves, inflorescentia, grain, rice, agronomic and anatomical, shape type and viability of pollen and endosperm types. Six varieties of local rice in Wongaya Gede Village are Merah Cendana, Injin, Putih Cempaka, Ketan Beton, Ketan Tahun, Jaka Selem and one superior variety rice is Mansur. Fenogram shows local rice varieties are divided into two groups, namely Indica (Mansur and Ketan Tahun) and Javanica (Merah Cendana, Injin, Putih Cempaka, Ketan Tahun and Jaka Selem).Weeds that disrupt the life cycle of local rice in Wongaya Gede Village is divided into two groups, namely sedges and broad leaves group. Pests that disrupt the life cycle of local rice in Wongaya Gede Village were Mamalia

(mammals), Aves (birds) and Insecta (insects).

(10)

RINGKASAN

ASPEK BIOLOGI DAN HUBUNGAN KEKERABATAN PADI LOKAL (Oryza sativa L.) DI DESA WONGAYA GEDE KECAMATAN PENEBEL,

KABUPATEN TABANAN, BALI sehingga padi varietas lokal mulai ditinggalkan oleh para petani. Petani di daerah lainnya lebih memilih untuk menanam dan memelihara padi varietas unggul. Apabila hal ini berlangsung secara terus menerus maka dapat menyebabkan punahnya plasma nutfah padi varietas lokal.

Plasma nutfah padi varietas lokal sangat penting dijaga karena dapat digunakan sebagai tetua dalam persilangan untuk meningkatkan keragaman genetik varietas unggul. Penggunaan varietas lokal dalam program pemuliaan telah sering dianjurkan, dengan tujuan untuk memperluas latar belakang genetik varietas unggul yang akan dihasilkan.

Keragaman karakter morfologis tanaman dapat dimanfaatkan sebagai modal kerja dalam program pemuliaan. Karakter morfologi tanaman merupakan penciri yang paling mudah untuk mengidentifikasi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk menentukan hubungan kekerabatan antarspesies. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan langkah - langkah untuk melestarikan plasma nutfah padi varietas lokal dengan mengetahui karakteristik biologi padi varietas lokal. Dengan diketahuinya karakteristik biologi dan hubungan kekerabatannya maka dapat digunakan sebagai dasar untuk pemuliaan tanaman padi varietas lokal.

Tujuan penelitian adalah mengetahui karakteristik morfologi, jumlah varietas, hubungan kekerabatan, jenis hama dan gulma yang mengganggu siklus hidup padi varietas lokal di Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu penelitian di lapangan dan penelitian di laboratorium. Penelitian di lapangan meliputi pengamatan karakteristik morfologi tanaman padi varietas lokal dari fase pembibitan hingga panen (85 karakter), identifikasi hama dan gulma serta faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi varietas lokal. Penelitian di laboratorium yaitu uji viabilitas serbuk sari tanaman padi varietas lokal dengan uji warna 1 % aniline blue dalam laktofenol.

Karakteristik padi varietas lokal yang terdapat di Desa Wongaya Gede dapat dilihat pada ciri morfologi batang, daun, bunga, gabah, beras, agronomi dan ciri anatomi meliputi tipe bentuk dan viabilitas serbuk sari serta tipe endosperm. Terdapat tujuh padi varietas lokal di Desa Wongaya Gede yaitu golongan Indica

(11)

Ketan Tahun dan Jaka Selem). Terdapat 6 padi varietas lokal dan 1 padi varietas unggul di Desa Wongaya Gede yang terbagi menjadi dua sub spesies yaitu sub spesies Indica (Mansur dan Ketan Beton) dan Javanica (Merah Cendana, Injin, Putih Cempaka, Ketan Tahun dan Jaka Selem). Analisis fenetik menghasilkan fenogram yang membagi 7 varietas padi menjadi 2 cabang yaitu injin terpisah dengan enam varietas padi yang lain (Jaka Selem, Ketan Tahun, Putih Cempaka, Merah Cendana, Ketan Beton dan Mansur). Masing – masing varietas padi terpisah pada tingkat kemiripan 62,16 %.

Gulma yang mengganggu siklus hidup padi varietas lokal di Desa Wongaya Gede terbagi menjadi dua golongan yaitu golongan teki/sedges (Kambo mancik (Scirpus juncoides Roxb.), Adas – adasan (Fimbristylis miliacea (L.) Vahl.), Rumput Teki (Cyperus rotundus L.), Jeungan (Cyperus difformis L.) dan

(12)

DAFTAR ISI BAB III. KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ... 33

3.2 Konsep Penelitian ... 34

BAB IV. METODELOGI PENELITIAN ... 36

4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 36

(13)

4.3 Penentuan Sumber Data ... 36

4.4 Variabel Penelitian... 37

4.5 Bahan Penelitian ... 37

4.6 Instrumen Penelitian ... 37

4.7 Prosedur Penelitian ... 38

4.8 Analisis Data ... 40

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

5.1 Karakteristik Morfologi Padi Varietas Lokal Di Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. ... 41

5.2 Padi Varietas Lokal Di Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali ... 79

5.3 Hubungan Kekerabatan Padi Varietas Lokal Di Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali ... 84

5.4 Jenis Hama Dan Gulma Yang Mengganggu Siklus Hidup Padi Varietas Lokal Di Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali... 92

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 102

6.1 Simpulan ... 102

6.2 Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 5.1 Karakteristik Morfologi Batang Padi Varietas Lokal Di Desa

Wongaya Gede... 44 5.2 Karakteristik Morfologi Daun Padi Varietas Lokal Di Desa

Wongaya Gede... 47 5.3 Karakteristik Bunga Padi Varietas Lokal Di DesaWongaya

Gede ... 52 5.4 Karakteristik Morfologi Gabah Padi Varietas Lokal Di Desa

Wongaya Gede... 58 5.5 Karakteristik Morfologi Gabah dan Beras Padi Varietas Lokal Di Desa Wongaya Gede ... 64 5.6 Karakteristik Malai Padi Varietas Lokal Di Desa Wongaya

Gede ... 70 5.7 Karakteristik Agronomi Padi Varietas Lokal Di Desa Wongaya Gede ... 74

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam

keluarga Poaceae dan merupakan tanaman semusim (annual). Indonesia

merupakan negara yang memiliki padi liar dengan keragaman jenis yang tinggi

dan memiliki sekitar 17.000 aksesi plasma nutfah. Keragaman jenis ini merupakan

modal dasar yang sangat berharga untuk perakitan dan perbaikan varietas padi

(Suhartini, 2010).

Tanaman padi umumnya tumbuh di tempat basah atau rawa, namun ada

juga yang tumbuh di darat yaitu padi gogo (Steenis, 2005). Tanaman padi

menghasilkan beras yang dimanfaatkan sebagai makanan pokok. Beras

merupakan sumber utama karbohidrat, dimasak menjadi nasi dan dikonsumsi oleh

masyarakat (Astawan, 2004).

Provinsi Bali memiliki 5 kabupaten penghasil padi yaitu Kabupaten

Tabanan, Badung, Gianyar, Karangasem dan Buleleng. Dari kelima kabupaten

tersebut, Kabupaten Tabanan merupakan kabupaten yang memiliki luas lahan

panen dan hasil produksi tertinggi pada tahun 2014 dengan luas lahan panen

36.892 ha dan hasil produksi 214.203 ton (Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan,

2014).

Desa Wongaya Gede adalah salah satu desa yang berada dalam wilayah

Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Desa tersebut memiliki luas lahan padi

(17)

2

petani, dengan mengelola tiga subak yang termasuk ke dalam WBD (Warisan

Budaya Dunia) yaitu Subak Piak, Keloncing dan Bedugul.

Petani di daerah tersebut berbeda dengan desa yang lainnya karena khusus

menanam dan memelihara padi varietas lokal yaitu padi mansur, beras merah,

putih, injin dan ketan putih. Padi varietas lokal dipertahankan di daerah tersebut

karena sudah merupakan tradisi dan diwariskan secara turun temurun. Padi

varietas lokal cocok tumbuh di daerah perbukitan dengan ketinggian ± 700 m dpl.

Padi lokal telah ditanam secara turun temurun sejak dahulu dan telah

beradaptasi pada berbagai kondisi lahan dan iklim. Selain itu, padi lokal secara

alami telah teruji ketahanannya terhadap berbagai tekanan lingkungan serta hama

dan penyakit, toleran terhadap cekaman abiotik, dan memiliki kualitas beras yang

baik sehingga disenangi oleh banyak konsumen di tiap lokasi tumbuh dan

berkembangnya (Sitaresmi et al., 2013). Selain itu khusus beras merah, harga di

pasaran dua kali lipat lebih mahal dibandingkan padi varietas unggul (Monografi

Desa, 2014).

Beras lokal memiliki berbagai manfaat dari segi kesehatan, contohnya

beras merah mengandung pigmen antosianin yang sangat bermanfaat bagi

kesehatan yaitu sebagai antioksidan, antikanker, mencegah penyakit jantung

koroner dengan cara mencegah penyempitan pembuluh arteri atau

antiatherogenik, serta menghambat pembentukan plak atau penyempitan

pembuluh darah (Xia et al. 2006). Antosianin dalam jumlah sedikit cukup efektif

dalam mencegah produksi lemak jahat LDL (Low Density Lipoprotein), menjaga

(18)

3

Kekurangan padi varietas lokal yaitu umur panen yang lebih lama dan

produksi yang lebih rendah dibandingkan varietas unggul. Umur panen padi lokal

dari mulai tanam hingga panen mencapai 5 bulan dengan produksi rata-rata 4 ton

per hektar, sedangkan varietas unggul umur panen hanya 3 bulan dengan produksi

mencapai 7 ton per hektar (Suwarno, 2001). Hal tersebut menyebabkan para

petani mulai meninggalkan padi lokal dan menanam padi varietas unggul. Apabila

hal tersebut berlangsung secara terus menerus maka lama kelamaan plasma nutfah

padi varietas lokal akan punah.

Penanaman padi varietas lokal telah terdesak ke dataran tinggi, lahan

kering dan sebagian lahan tadah hujan yang belum banyak menggunakan varietas

unggul. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya keragaman genetik apabila

tidak diambil langkah-langkah untuk melestarikan padi varietas lokal (Sitaresmi et

al., 2013).

Keragaman genetik suatu jenis tanaman dapat berkurang karena usaha

manusia untuk menanam atau memperluas jenis unggul baru sehingga

jenis-jenis lokal yang amat berguna akan terdesak bahkan dapat punah. Keadaan ini

merupakan masalah yang serius karena mengurangi keragaman genotipe yang

penting artinya bagi pemuliaan tanaman (Poespodarsono, 1988). Keragaman

karakter morfologis tanaman dapat dimanfaatkan sebagai modal kerja dalam

program pemuliaan. Karakter morfologi tanaman merupakan penciri yang paling

mudah untuk mengidentifikasi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk

menentukan hubungan kekerabatan antarspesies (Irawan et al., 2008). Hal ini

(19)

4

menunjukkan bahwa karakterisasi dan kekerabatan kultivar padi lokal di Desa

Rancakalong, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang telah dilakukan

berdasarkan karakter morfologi dan anatomi.

Berdasarkan banyaknya manfaat, kelebihan dan pentingnya menjaga

plasma nutfah padi varietas lokal maka diperlukan suatu usaha untuk

konservasinya dengan mengetahui karakteristik biologi padi varietas lokal.

Dengan diketahuinya karakteristik biologi dan hubungan kekerabatannya maka

dapat digunakan sebagai dasar untuk pemuliaan tanaman padi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari usulan penelitian ini, adalah :

1. Bagaimana karakteristik morfologi padi varietas lokal di Desa Wongaya Gede,

Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan ?

2. Ada berapa padi varietas lokal (Oryza sativa L.) di Desa Wongaya Gede

Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan ?

3. Bagaimana hubungan kekerabatan padi varietas lokal di Desa Wongaya Gede,

Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan?

4. Apa saja jenis hama dan gulma yang mengganggu siklus hidup padi varietas

lokal di Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan ?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dan manfaat usulan penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui karakteristik morfologi padi lokal di Desa Wongaya Gede,

(20)

5

2. Untuk mengetahui ada berapa padi varietas lokal (Oryza sativa L.) di Desa

Wongaya Gede Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.

3. Untuk mengetahui hubungan kekerabatan padi lokal di Desa Wongaya Gede,

Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.

4. Untuk mengetahui jenis hama dan gulma yang mengganggu siklus hidup padi

lokal di Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkanhasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai

biologi dan hubungan kekerabatan padi lokal di Desa Wongaya Gede, Kecamatan

Penebel, Kabupaten Tabanan, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk

pemuliaan tanaman padi dan dapat membantu dalam pelestarian plasma nutfah

(21)

2.1 Biologi Padi (Or

akan tanaman semusim (annual) berumur pend

rabut mencapai kedalaman 20-30 cm, tinggi

ng bulat dan berongga yang disebut jerami. He

kasar dan panjangnya 15 – 80 cm. Bunga p

pak bunga lemma (gabah padi yang besar), pa

kepala putik, tangkai sari, kepala sari, dan b

lus), i. tangkai bunga (pedicellus) (Keng, 1969)

eneratif, malai tumbuh ke atas dan ujungny

40 cm. Malai padi terdiri dari sekumpulan b

(22)

timbul dari buku pal

paling atas, berupa bulir yang beranekaragam

pendek atau panjang, licin atau kasar, berw

kelengkapan daunnya tanaman padi termas

ya terdiri atas helaian dan upih daun (Tjitros

gian daun padi, yaitu (Gambar 2.3):

mina)

n terletak pada batang padi serta berbentuk me

(23)

2) Upih/Pelepah daun

n merupakan bagian daun yang menyelubungi

beri dukungan pada bagian ruas yang jaringan

la)

terletak antara helaian (lamina) dan upih

n berbeda - beda, tergantung varietas padi

beda - beda, tergantung pada varietas (Hana, 20

Gambar 2.3

an – bagian daun tanaman padi (Oryza sativa L

laian daun (lamina), b. lidah daun (ligula), c. te

ah daun (vagina) (Dokumentasi Budiwati, 201

ertumbuhan tanaman padi

ertumbuhan tanaman padi adalah sebagai berik

sampai pembentukan malai); 2. Reprodukti

bungaan); dan 3. Pematangan (pembungaan

(24)

9

Menurut buku panduan Sistem Karakterisasi dan Evaluasi Tanaman Padi

Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Komisi

Nasional Plasma Nutfah (2003), pertumbuhan tanaman padi terbagi menjadi

sembilan fase : perkecambahan, bibit, anakan, pemanjangan batang, bunting,

pembungaan, pematangan susu, pengisian dan pematangan.

Keseluruhan organ tanaman padi terdiri dari dua kelompok yaitu : organ

vegetatif dan generatif (reproduktif). Bagian-bagian vegetatif meliputi akar,

batang dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari malai, gabah dan bunga.

Dari berkecambah hingga panen, tanaman padi memerlukan waktu 3-6 bulan,

yang seluruhnya terdiri dari dua fase pertumbuhan, yakni vegetatif dan generatif.

Fase reproduktif meliputi pra-berbunga dan pasca-berbunga, periode-pasca

berbunga disebut juga sebagai periode pemasakan.

Fase reproduktif ditandai dengan memanjangnya ruas teratas pada batang,

yang sebelumnya tertumpuk rapat dekat permukaan tanah. Stadia reproduktif juga

ditandai dengan berkurangnya jumlah anakan (matinya anakan tidak produktif),

munculnya daun bendera, bunting dan pembungaan (heading). Inisiasi primordia

malai biasanya dimulai 30 hari sebelum pembungaan. Stadia inisiasi ini hampir

bersamaan dengan memanjangnya ruas-ruas yang terus berlanjut sampai

berbunga.

Fase reproduktif disebut juga stadia pemanjangan ruas-ruas. Pembungaan

(heading) adalah stadia keluarnya malai, sedangkan anthesis segera mulai setelah

heading. Dalam suatu komunitas tanaman, fase pembungaan memerlukan waktu

(25)

10

maupun antar anakan. Apabila 50% bunga telah mekar maka pertanaman tersebut

dianggap dalam fase pembungaan.

Anthesis telah mulai bila benang sari bunga yang paling ujung pada tiap

cabang malai telah tampak keluar dari bunga. Pada umumya anthesis berlangsung

antara jam 08.00 – 13.00 dan pembuahan akan selesai dalam 5-6 jam setelah

anthesis. Dalam suatu malai, semua bunga memerlukan 7-10 hari untuk anthesis,

tetapi pada umumnya hanya 7 hari. Anthesis terjadi 25 hari setelah bunting

(Arafah, 2009).

Komponen pertumbuhan dan hasil padi telah mencapai maksimal sebelum

bunga keluar dari pelepah daun bendera. Jumlah malai pada tiap satuan luas tidak

bertambah lagi 10 hari setelah jumlah anakan maksimal. Periode pemasakan bulir

terdiri dari 4 stadia masak dalam proses pemasakan bulir (Arafah, 2009).

1. Stadia masak susu

Tanaman padi masih berwarna hijau, tetapi malai-malainya sudah terkulai.

Ruas batang bawah kelihatan kuning. Gabah bila dipijit dengan kuku keluar cairan

seperti susu.

2. Stadia masak kuning

Seluruh tanaman tampak kuning, dari semua bagian tanaman, hanya

buku-buku sebelah atas yang masih hijau. Isi gabah sudah keras, tetapi mudah pecah

(26)

11

3. Stadia masak penuh

Buku-buku sebelah atas berwarna kuning, sedangkan batang-batang mulai

kering. Isi gabah sukar dipecahkan. Pada varietas-varietas yang mudah rontok,

stadia ini belum terjadi kerontokan.

4. Stadia masak mati

Isi gabah keras dan kering. Pada varietas yang mudah rontok pada stadia

ini sudah mulai rontok. Stadia masak mati terjadi setelah ± 6 hari setelah masak

penuh.

2.1.3 Syarat tumbuh tanaman padi

Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis/subtropis pada

45°LU sampai 45°LS, cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4

bulan. Curah hujan yang baik, rata-rata 200 mm per bulan atau 1.500 - 2.000

mm/tahun, dengan distribusi selama 4 bulan. Suhu optimum untuk pertumbuhan

tanaman padi adalah 23 °C dan ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman padi

berkisar antara 0–1500 m dpl.

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah

yang kandungan fraksi pasir, debu, lempung dalam perbandingan tertentu dan air

dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang

ketebalan lapisan atasnya antara 18–22 cm dengan pH antara 4–7 (Siswoputranto,

1976).

Dari segi fisiologis jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

produktivitas padi. Hasil penelitian Pratiwi et al. (2010) menyimpulkan bahwa

(27)

12

pertumbuhannya. Semakin rapat populasi tanaman, semakin sedikit jumlah

anakan dan jumlah panjang malai per rumpunnya. Pada populasi rendah (jarak

tanam lebar), pertumbuhan padi akan lebih baik, namun per luasannya hasil dan

komponen hasilnya lebih rendah dibandingkan jarak tanam yang lebih rapat.

Jarak tanam yang lebar akan meningkatkan penangkapan radiasi surya oleh tajuk

tanaman, sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti jumlah anakan

produktif, volume dan panjang akar total, meningkatkan bobot kering tanaman

dan bobot gabah per rumpun, tetapi tidak berpengaruh terhadap hasil per satuan

luas (Kurniasih et al., 2008, Lin et al., 2009, Hatta et al., 2012). Sebaliknya, pada

jarak tanam rapat jumlah malai per rumpun menurun, tetapi jumlah malai per m2

nyata meningkat (Mobasser et al., 2009).

Menurut Sohel et al. (2009), jarak tanam yang optimum akan memberikan

pertumbuhan bagian atas tanaman dan pertumbuhan bagian akar yang baik

sehingga dapat memanfaatkan lebih banyak cahaya matahari serta memanfaatkan

lebih banyak unsur hara. Sebaliknya, jarak tanam yang terlalu rapat akan

mengakibatkan terjadinya kompetisi antar tanaman yang sangat hebat dalam hal

cahaya matahari, air, dan unsur hara. Akibatnya, pertumbuhan tanaman terhambat

dan hasil tanaman rendah.

2.1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan padi

Secara umum faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi

yaitu faktor luar (eksternal) yang berupa faktor lingkungan dan faktor dalam

(internal) berupa faktor genetik dan hormonal. Faktor eksternal yang

(28)

13

1. Iklim

Iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Tanaman padi sangat

cocok tumbuh pada iklim tropis dan banyak mengandung uap air. Keadaan iklim

ini meliputi curah hujan, suhu, ketinggian tempat, sinar matahari, angin dan

musim (Hana, 2013).

a. Curah hujan

Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata – rata 200

mm/bulan atau 1.500-2.000 mm/tahun, dengan distribusi selama 4 bulan. Curah

hujan yang baik akan memberikan dampak yang baik dalam pengairan, sehingga

genangan air yang diperlukan tanaman padi di sawah dapat tercukupi (Hasanah,

2007).

b. Suhu

Tanaman padi secara umum membutuhkan suhu minimum 11°- 25°C

untuk perkecambahan, 22°- 23°C untuk pembungaan, dan 20°- 25°C untuk

pembentukan biji (AAK, 1990).

c. Ketinggian tempat

Tanaman padi dapat tumbuh baik dengan ketinggian berkisar antara 0 –

1500 m dpl (Surowinoto, 1982).

d. Intensitas cahaya matahari

Intensitas cahaya matahari yang relatif rendah merupakan salah satu

penyebab rendahnya produktivitas. Menurut Sasmita et al. (2006) intensitas

cahaya rendah mengakibatkan terganggunya laju fotosintesis dan sintesis

(29)

14

tanaman. Intensitas cahaya matahari yang tinggi selama periode pengisian bulir

dapat meningkatkan produksi biomass yang berakibat terhadap tingginya bulir

yang masak yang selanjutnya akan meningkatkan hasil tanaman padi (Takai et al.,

2006).

e. Angin

Angin memiliki peran yang penting terhadap pertumbuhan tanaman padi

yaitu membantu dalam proses penyerbukan dan pembuahan. Namun angin juga

memiliki peran negatif karena berbagai penyakit pada tanaman padi ditularkan

oleh angin. Selain itu angin juga menyebabkan buah menjadi hampa dan tanaman

roboh (Mubaroq, 2013).

f. Musim

Pertumbuhan tanaman padi sangat dipengaruhi musim. Indonesia memiliki

dua musim yaitu musim hujan dan kemarau. Penanaman tanaman padi pada

musim hujan dan kemarau memiliki dampak yang cukup besar terhadap kuantitas

dan kualitas tanaman padi. Penanaman tanaman padi akan lebih baik pada musim

kemarau dibandingkan musim hujan apabila dengan pengairan yang baik.

Proses penyerbukan dan pembuahan padi pada musim kemarau tidak akan

terganggu oleh hujan sehingga padi yang dihasilkan lebih banyak. Akan tetapi

padi yang ditanam pada musim hujan, proses penyerbukan dan pembuahannya

terganggu oleh hujan. Akibatnya banyak biji padi yang hampa (Mubaroq, 2013).

g. Air

Kebutuhan air pada budidaya tanaman padi secara umum dipengaruhi oleh

(30)

15

(2009) menambahkan bahwa untuk menghasilkan 1 kg gabah, tanaman padi

membutuhkan 2.500 liter air yang berasal dari hujan atau irigasi. Stress atau

cekaman air dapat berarti kelebihan atau kekurangan air. Kelebihan air berupa

cekaman banjir sedangkan kekurangan air berupa cekaman kekeringan. Padi

merupakan tanaman yang sangat sensitif terhadap cekaman kekeringan. Tanda

awal penurunan air tanah adalah penggulungan daun yang pada akhirnya

mengurangi radiasi surya pada daun. Penggulungan daun merupakan ekspresi

sederhana kehilangan turgor pada daun (Fischer and Fukai, 2003).

Kekeringan mempengaruhi morfologi dan fisiologi pada tanaman padi

seperti tertundanya pembungaan, mengurangi distribusi dan alokasi bahan kering,

mengurangi kapasitas fotosintesis sebagai akibat dari menutupnya stomata

(Farooq et al., 2009).

h. Unsur hara/nutrisi

Nitrogen merupakan unsur hara utama yang diperlukan dalam jumlah yang

banyak pada budidaya padi sawah. Penggunaannya yang tidak tepat akan

mencemari lingkungan terutama air. Tanaman padi memerlukan N pada fase

pembentukan primordial bunga dan pada fase awal generatif, pemberian N dapat

menambah jumlah anakan dan ukuran gabah tiap malai.

Pertanian padi sawah sangat tergantung pada ketersediaan N dalam tanah.

Sepanjang periode pertumbuhan, tanaman memerlukan unsur N, namun yang

paling banyak diperlukan antara awal sampai pertengahan pembentukan anakan

(midtillering) dan tahap awal pembentukan malai. Suplai nitrogen selama proses

(31)

16

selama pengisian biji dan meningkatkan kadar protein dalam biji (Dobermann and

white, 1999). Pupuk N memegang peranan penting dalam peningkatan produksi

padi sawah, sedangkan sumber pupuk N yang utama adalah urea. Namun,

tanaman menyerap hanya 30% dari pupuk N yang diberikan (Dobermann and

Fairhurst, 2000).

Di lain pihak laju serapan hara dan keefisienan tanaman untuk

memanfaatkan hara dari pupuk bersifat spesifik dan terbatas untuk setiap varietas.

Selain itu, unsur hara N bersifat mudah larut, sangat mudah berpindah dan juga

mudah menguap. Umumnya petani memberikan pupuk dengan takaran tinggi,

melebihi kebutuhan tanaman, sehingga menyebabkan pemborosan dan

pencemaran lingkungan (Siregar dan Marzuki, 2011).

Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi antara

lain:

1. Hormon pertumbuhan seperti : auksin, giberelin, sitokinin dan asam absisat.

Hormon Auksin

Hormon Auksin adalah hormon tumbuhan yang berfungsi untuk memacu

proses pemanjangan sel. Hormon ini dihasilkan pada bagian koleoptil (titik

tumbuh) pucuk tumbuhan, yaitu ujung akar dan batang. Peran auksin pertama kali

ditemukan oleh ilmuwan Belanda bernama Fritz Went (1903-1990). Cara kerja

hormon auksin dipengaruhi oleh cahaya. Hormon auksin akan aktif bila tidak

terkena cahaya. Apabila tumbuhan terkena cahaya, maka hormon auksin tidak

aktif sehingga proses pemanjangan terhambat. Hal ini dapat mengakibatkan

(32)

17

dimana sisi yang tidak terkena cahaya lebih panjang daripada yang terkena cahaya

sehingga batang menjadi bengkok ke arah sisi batang yang terkena cahaya.

Hormon auksin bekerja sinergis dengan hormon giberelin. Auksin

berpengaruh pada pemanjangan, pembelahan dan diferensiasi sel tumbuhan.

Auksin yang dihasilkan pada tunas apikal (ujung) batang dapat menghambat

tumbuhnya tunas lateral (samping) tumbuhan (Wattimena, 1987). Fungsi dari

hormon auksin adalah :

a. Membantu proses pertumbuhan akar dan batang

b. Mempercepat perkecambahan

c. Membantu proses pembelahan sel

d. Merangsang kambium untuk membentuk xilem dan floem

e. Memelihara elastisitas dinding sel

f. Membentuk dinding sel primer

g. Mempercepat pemasakan buah

h. Mengurangi jumlah biji dalam buah

i. Menghambat rontoknya buah dan gugurnya daun

j. Membantu proses partenokarpi (pembuahan tanpa penyerbukan).

Hormon Giberelin

Hormon Giberelin adalah hormon tumbuhan yang berperan dalam proses

perkembangan dan perkecambahan. Giberelin akan merangsang pembentukan

enzim amilase yang berfungsi untuk memecah senyawa amilum yang terdapat di

endosperm (cadangan makanan) menjadi senyawa glukosa. Glukosa tersebut

(33)

18

seorang ilmuwan Jepang bernama Eiichi Kurosawa pada tahun 1926 yang

meneliti penyakit padi "bakanae". Hormon ini pertama kali diisolasi oleh Teijiro

Yabuta dari jamur Giberella fujikuroi pada tahun 1935 (Wattimena, 1987).

Fungsi dari hormon giberelin adalah :

a. Mempengaruhi pemanjangan dan pembelahan sel

b. Mempengaruhi perkembangan embrio dan kecambah

c. Menghambat pembentukan biji

d. Mempengaruhi pemanjangan batang

e. Mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar, daun, bunga, dan

buah

Hormon Sitokinin

Hormon sitokinin adalah hormon tumbuhan yang berperan dalam

pembelahan sel (sitokinesis). Senyawa sitokinin pertama kali ditemukan pada

tanaman tembakau dan disebut kinetin. Hormon sitokinin dibentuk pada bagian

akar dan ditransportasikan ke seluruh bagian sel tanaman tembakau. Senyawa

sitokinin juga terdapat pada tanaman jagung dan disebut zeatin (Wattimena,

1987). Adapun fungsi hormon sitokinin adalah:

a. Mengatur pembentukan bunga dan buah

b. Mengatur pertumbuhan daun dan pucuk

c. Memperbesar daun muda

d. Merangsang pembentukan akar dan batang serta pembentukan cabang akar

(34)

19

e. Menghambat proses penuaan dengan cara merangsang proses serta

transportasi garam-garam mineral dan asam amino ke daun.

Asam Absisat

Asam absisat adalah hormon tumbuhan yang berperan dalam proses

penuaan dan gugurnya daun. Asam absisat (ABA) juga berperan penting dalam

tahap inisiasi dormansi biji, maturasi biji dan menjaga biji agar berkecambah di

musim yang diinginkan. Selain itu Asam Absisat (ABA) juga berfungsi untuk

mempertahankan tumbuhan dari tekanan lingkungan, seperti kekurangan air,

kekeringan, musim dingin, dan kadar garam (salinitas) tinggi. Asam Absisat

mencegah kekurangan air saat kekeringan dengan cara merangsang penutupan

stomata pada epidermis daun sehingga transpirasi melalui stomata tidak terjadi

(Wattimena, 1987).

Asam Absisat (ABA) juga dapat membentuk lapisan epikutikula atau

lapisan lilin untuk mencegah kehilangan air. Dalam menghadapi musim dingin,

Asam Absisat (ABA) akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder.

Hormon Asam Absisat yang dihasilkan pada tunas terminal ini memperlambat

pertumbuhan dan memicu perkembangan primordia daun menjadi sisik untuk

melindungi tunas dorman selama musim dingin. Asam Absisat (ABA) termasuk

senyawa inhibitor (penghambat) dan bekerja antagonis (berlawanan) dengan

hormon auksin dan hormon giberelin (Dewi, 2008).

2. Faktor genetik atau faktor keturunan (Gardner et al., 1991).

Gen merupakan unit pewarisan sifat bagi mahluk hidup. Bentuk fisiknya

(35)

20

memiliki fungsi bagi organisme yang memilikinya. Gen mengontrol setiap

pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

2.2 Klasifikasi Tanaman Padi

Tanaman padi termasuk ke dalam divisi Spermatophyta karena merupakan

tanaman yang menghasilkan biji. Spermatophyta berasal dari bahasa Yunani,

sperma berarti biji dan phyta berarti tumbuhan. Umumnya memiliki kotiledon

tunggal/berkeping satu sehingga termasuk ke dalam kelas Monocotyledoneae dan

merupakan tanaman herba semusim, batang berbuku – buku dan daun dengan

pertulangan daun sejajar serta merupakan daun berupih yang terdiri atas upih dan

helaian daun sehingga termasuk ke dalam bangsa Poales dan suku Gramineae.

Pada daun juga terdapat alat tambahan yaitu lidah daun (ligula). Fungsi lidah daun

adalah mencegah masuknya air hujan di antara batang dan pelepah daun serta

mencegah infeksi penyakit, sebab media air memudahkan penyebaran penyakit.

Tanaman padi termasuk ke dalam marga Oryza, dengan nama jenis Oryza sativa

L. dengan klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Bangsa : Poales

Suku : Gramineae

Marga : Oryza

(36)

21

2.3 Spesies, Subspesies, Varietas Padi (Oryza sativa) 2.3.1 Spesies Padi (Oryza sativa)

Tanaman padi yang umumnya dibudidayakan di dunia terdiri dari dua

spesies yaitu O. sativa dan O. glaberrima. Tanaman padi O. sativa lebih banyak

dibudidayakan dibandingkan O. glaberrima. Padi budidaya sendiri merupakan

kelompok O. sativa yang mengalami seleksi baik secara alami mapun bantuan

manusia. Ditinjau dari kegunaannya tanaman padi O. Sativa dapat dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu :

1. Padi beras, jenis tanaman padi yang hasilnya untuk dijadikan makanan

pokok sehari-hari. Beras sebagai hasil akhir tanaman padi dijadikan

sumber utama karbohidrat, dimasak menjadi nasi dan dikonsumsi.

2. Padi ketan, jenis tanaman padi yang hasilnya bukan untuk dijadikan

makanan pokok sehari-hari. Beras ketan umumnya dibuat tepung sebagai

bahan pangan olahan. Dengan demikian padi ketan tidak dikonsumsi

langsung sebagai makanan pokok sebagaimana padi beras

Perbedaan jenis padi pada umumnya terletak pada usia tanaman, hasil

produksi, mutu beras, dan ketahanannya terhadap hama dan penyakit (Yandianto,

2003).

Menurut Sugeng (2001), tanaman padi dapat dibedakan dalam dua jenis

berdasarkan cara bertanamnya yaitu :

a. Padi sawah, yaitu tanaman padi yang dalam pertumbuhannya memerlukan

air menggenang dan ditanam di tanah persawahan. Padi sawah ditanam di

(37)

waktu-22

waktu tertentu memerlukan genangan air, terutama sejak musim tanam

sampai mulai berbuah.

b. Padi kering, yaitu tanaman padi yang dalam pertumbuhannya tidak

memerlukan air menggenang (dalam arti air genangan seperti sawah).

Padi kering merupakan jenis padi yang tidak membutuhkan banyak air

sebagaimana padi sawah. Bahkan padi kering ini dapat tumbuh hanya

mengandalkan curah hujan. Padi kering ini pada umumnya ditanam di

daerah-daerah yang kurang atau sedikit air. Padi kering dapat dibedakan

menjadi tiga macam, yaitu :

1. Padi ladang, sejenis padi kering yang ditanam di wilayah hutan yang

baru dibuka.

2. Padi tegalan, padi kering yang ditanam pada tanah tegalan atau disebut

padi tegalan.

3. Padi gogo rancah, sejenis padi kering yang ditanam di tegalan pada

saat musim hujan.

2.3.2 Subspesies Padi (Oryza sativa)

Menurut Chang (1988), spesies Oryza sativa berdasarkan perbedaan sifat

morfologi tanaman dan wilayah adaptasi agroekosistem dibedakan menjadi tiga

subspesies yaitu :

1. Subspesies Indica, umumnya tersebar di negara-negara beriklim tropis.

2. Subspesies Japonica, menyebar di negara-negara subtropis seperti Jepang,

(38)

23

Yugoslavia), Afrika (Mesir), Australia, Amerika Utara dan Amerika

Selatan.

3. Subspesies Javanica menyebar di Jawa, Bali dan Lombok. Contoh

subspesies ini antara lain Pandanwangi (Cianjur), Rojolele (Klaten), Ketan

Bulu Putih (Garut), Kewal (Banten).

Saat ini subspesies padi disebut dengan ras/golongan. Padi budidaya

terbagi menjadi empat ras/golongan, yaitu (1) indica dengan ciri umumnya gabah

ramping dan tidak berbulu, (2) javanica dengan ciri gabah besar dan berbulu, (3)

japonica dengan ciri gabah bulat, gundil dengan ukuran sedang, (4) intermediate

atau hibrida (Badan Litbang Pertanian dan Komisi Nasional Plasma Nutfah,

2003).

2.3.3 Varietas Padi

Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu spesies yang ditandai oleh

bentuk dan pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji dan ekspresi karakter

atau kombinasi genotype yang dapat membedakan dengan spesies yang sama oleh

sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak

mengalami pertumbuhan (BB Padi, 2015).

Secara botani, varietas adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies

yang menunjukkan ciri berbeda yang jelas. Penulisan namanya dicetak miring

(atau digaris bawah jika tulisan tangan) dan didahului dengan singkatan "var."

(39)

24

1. Varietas padi hibrida

Padi hibrida merupakan turunan pertama (F1) hasil persilangan antara dua

tetua galur homozygot yang berbeda sifat. Melalui perkawinan itulah terkumpul

gen-gen yang keberadaannya secara bersamaan memberikan efek heterosis, yaitu

fenomena dimana tanaman yang tumbuh dari benih hasil persilangan dua genotipe

yang berbeda (disebut generasi F1) memiliki sifat lebih baik dari tetuanya

(Kustera, 2008).

Menurut Wibowo (2010) varietas padi hibrida adalah produk persilangan

antara dua tetua padi yang berbeda secara genetik. Apabila tetua - tetua diseleksi

secara tepat maka hibrida turunannya akan memiliki vigor dan daya hasil yang

lebih tinggi daripada kedua tetua tersebut. Keunggulan dari varietas padi hibrida

adalah hasil produksi yang lebih tinggi 15 – 20 % dibandingkan varietas padi

unggul dan lokal, vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma.

Keunggulan dari aspek fisiologi yaitu aktivitas perakaran yang lebih luas, area

fotosintesis yang lebih luas, intensitas respirasi yang lebih rendah dan translokasi

asimilat yang lebih tinggi. Keunggulan pada beberapa karakteristik morfologi

seperti sistem perakaran lebih kuat, anakan lebih banyak, jumlah gabah per malai

lebih banyak dan bobot 1000 butir gabah isi yang lebih tinggi (Balai Besar

Penelitian Tanaman Padi, 2015).

Kelemahan dari varietas padi hibrida adalah hasil panennya tidak dapat

dijadikan benih kembali, harga benih mahal, tidak tahan terhadap serangan

penyakit, rawan terhadap serangan hama wereng, sundep/ beluk dan ulat,

(40)

25

sehingga dapat menambah biaya produksi, memiliki adaptasi lingkungan yang

rendah sehingga hanya cocok tumbuh pada lokasi tertentu saja. Varietas padi

hibrida ada yang dilepas pemerintah, ada juga yang didatangkan (import) dari

negara lain. Contoh Padi hibrida: Intani 1 dan 2; PP1; H1; Bernas Prima; Rokan;

SL : 8 dan 11 SHS; Segera Anak; Sembada : B3, B5, B8 dan B9; Hipa : 4, 5

Ceva, 6 Jete, 7, 8, 9, 10, 11; Long Ping (pusaka 1 dan 2); Adirasa-1 dan -64;

Hibrindo R-1 dan R-2; Manis -4 dan 5; MIKI-1,2 dan 3; SL 8 SHS dan 11 HSS

(Kustera, 2008).

2. Varietas padi unggul

Varietas padi unggul adalah varietas yang dilepas oleh pemerintah dengan

SK Menteri Pertanian. Varietas ini sebelum dilepas telah melewati berbagai uji

coba. Kelebihan dari padi varietas unggul adalah hasil produksi tinggi (5–8 t/Ha),

hasil panen dari padi varietas unggul dapat dijadikan benih kembali, tanaman

pendek, tanaman tahan rebah, jumlah anakan produktif sedang – banyak (14-20),

umur panen yang lebih pendek (genjah, 105 – 125 hari), rasa nasi sedang – enak,

ada yang beraroma.

Kelemahan dari varietas padi unggul adalah memiliki diversitas genetik

yang sempit, mudah terserang penyakit dan memiliki adaptasi lingkungan yang

rendah sehingga hanya cocok tumbuh pada lokasi tertentu saja (Sitaresmi et al.,

2013). Contoh dari varietas ini yang banyak ditanam petani adalah ‘Ciherang’

(bisa mencapai 47 % dari total varietas yang ditanam), ‘IR-64’, ‘Mekongga’,

(41)

26

‘Membramo’, ‘Sintanur’, ‘Jati luhur’, ‘Fatmawati’, ‘Situbagendit’ (Purnomo,

2013).

3. Varietas padi lokal

Varietas padi lokal adalah varietas padi yang sudah lama beradaptasi di

daerah tertentu. Varietas ini mempunyai karakteristik spesifik lokasi di daerah

tersebut. Kelemahan dari varietas padi lokal adalah umur panen yang lebih lama

(150 - 180 hari) dan hasil produksi (3 - 5 t/Ha) yang lebih rendah dibandingkan

varietas padi hibrida dan unggul, jumlah anakan produktif sedikit (5 - 10) dan

tanaman mudah rebah. Kelebihan dari varietas padi lokal adalah memiliki daya

adaptasi yang baik terhadap lingkungan, kurang tanggap terhadap pemupukan

(memerlukan sedikit pupuk), memiliki kualitas beras yang baik, rasa nasi enak

dan beraroma (Irawan dan Kartika, 2008). Contoh varietas lokal di daerah lain

yaitu varietas Kebo, Dharma Ayu, Pemuda Idaman (Indramayu), Gropak, Ketan

tawon, Gundelan (Malang), Merong (Pasuruan), Simenep, Srimulih, Andel Jaran,

Ketan Lusi, Ekor Kuda, hingga Gropak (Kulon Progo-Jogja), Angkong,

Bengawan, Engseng, Melati, Markoti, Longong, Rejung Kuning, Umbul-umbul,

Tunjung, Rijal, Sri Kuning, Untup, Tumpang Karyo, Rangka Madu, Sawah Kelai,

Tembaga dan Tjina (Sitaresmi et al., 2013).

2.4 Hama dan Gulma yang Menyerang Tanaman Padi

2.4.1 Hama yang menyerang tanaman padi

1. Wereng coklat (Nilaparvata lugens)

Wereng coklat merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi,

(42)

27

2. Wereng hijau (Siphanta acuta)

Wereng hijau merupakan hama dari kelompok Hemiptera. Ada empat jenis

hama wereng hijau yang biasa menyerang padi yaitu :

a. Nephotettix virescens

b. N. nigropictus

c. N. cincticeps

d. N. malayanus

3. Tikus sawah (Rattus argentiventer)

Tikus adalah hama yang sangat merugikan pada banyak jenis tanaman

pangan. Sangat adaptif pada berbagai lingkungan pada berbagai lingkungan.

Habitatnya di tempat gelap dan semak-semak sekitar sumber pakannya.

4. Kepinding tanah (Scotinophara coarctata)

Hama ini menimbulkan masalah karena menyerang tanaman padi dari fase

pembibitan hingga dewasa. Siklus hidupnya berkisar antara 28 – 35 hari.

5. Walang sangit (Leptocorisa acuta)

Walang sangit adalah hama yg merusak bulir padi pada fase pemasakan.

Apabila ada gangguan akan mengeluarkan bau untuk mempertahankan diri dan

menarik sesamanya.

6. Hama pelipat daun (Cnaphalocrosis medinalis)

Disebut hama pelipat daun karena ulat-ulat yang baru menetas

mengeluarkan benang untuk melipat daun. Ulat hidup dalam lipatan daun dan

makan bagian dalam lipatan. Bila populasi ulat tinggi maka akan terjadi kerusakan

(43)

28

7. Hama putih (Nymphula depunctalis)

Hama putih adalah penggulung daun (leaf roll = case worm). Gulungan

daun yang berisi larva hama putih mengapung di atas permukaan air.

8. Ulat grayak (Spodoptera litura)

Ulat grayak menyerang tanaman pada malam hari secara tiba-tiba, bersifat

polypag, menyerang pucuk dan daun tanaman serta pada serangan berat dapat

menimbulkan puso.

9. Keong mas (Pomacea canaliculata L.)

Keong mas merupakan salah satu hama tanaman yang sering menimbulkan

kerugian pada tanaman padi, karena hama ini menyerang tanaman muda dengan

cara memotong daun dan batang tanaman yang dapat menyebabkan kematian.

10. Burung

Burung juga merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi

karena pada serangan berat dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar

bahkan gagal panen. Burung menyerang tanaman padi yang sudah dalam fase

matang susu sampai pemasakan biji (sebelum panen). Beberapa jenis burung yang

umumnya menyerang tanaman padi yaitu : burung Pipit/Bondol jawa (Lonchura

leucogastroides), Bondol haji (Lonchura maja), Bondol peking (Petingan)

(Lonchura punctulata), Bondol hitam (Lonchura ferruginosa), Manyar padi

(Ploceus manyar), burung Gereja (Passer montanus), Gelatik jawa (Padda

(44)

11. Anjing tanah (Gry

surut apabila tidak ada genangan air. Di bawah

enis hama yang umumnya menyerang tanama

Gambar 2.4

yang menyerang tanaman padi (Oryza sativa L

a. Wereng coklat, b. Wereng hijau, c. Kepindi

arctata), d. Hama pelipat daun (Cnaphalocros

(45)

30

2.4.2 Gulma yang menyerang tanaman padi

1. Golongan rumput (grasses)

Rumput pada umumnya memiliki daun berbentuk pita dengan

pertulangan daun sejajar, bangun garis, batang bulat dan berongga.

Beberapa spesies tanaman yang termasuk golongan rumput yaitu

: Echinochloa colonum (L) Link. Jejagoan leutik (Sunda), Tuton (Jawa),

Echinochloa erusgalli (P) Beauv., Jajagoan, Gagajahan (Sunda), Jawan

(Jawa).

2. Golongan teki (sedges)

Perbedaan tumbuhan ini dengan rumput adalah daunnya berjajar

tiga, batang berbentuk segitiga serta tidak berongga. Mempunyai rhizoma

(akar tinggal), dengan bentuk berbeda sesuai dengan fungsinya, yakni

untuk penyimpanan makanan dan untuk perkembangbiakan. Contohnya

yaitu : Cyperus difformis L., Jakut papayungan (Sunda), Welut (Jawa),

Fimbristylis miliaecae Wahl (F. littoralis Gaudich) dan Tumbaran (Jawa ).

3. Golongan berdaun lebar (broad leaves)

Tumbuhan ini pada umumnya berdaun lebar, contohnya : Marsilea

crenata Prest. Semanggi (Sunda), Semanggen (Jawa), Monochoria

vaginalis (Burm .f ) Presl. Enceng lembut (Sunda), Bengok (Jawa). Di

bawah ini merupakan gambar beberapa jenis gulma yang umumnya

(46)

31

Gambar 2.5

Gulma yang menyerang tanaman padi (Oryza sativa L.)

Keterangan : a. Echinochloa colonum (L) Link., b. Cyperus difformis L.,

c. Marsilea crenata Prest. (Caton et al., 2010)

2.5 Analisis Kekerabatan

Setiap mahluk hidup memiliki persamaan dan perbedaan satu sama

lainnya. Setiap persamaan maupun perbedaan tersebut dijadikan dasar klasifikasi

makhluk hidup. Klasifikasi adalah suatu cara pengelompokan mahluk berdasarkan

pada ciri-ciri tertentu yang dimiliki setiap mahluk hidup. Ilmu yang mempelajari

pengelompokan mahluk hidup disebut dengan Taksonomi. Pengelompokan

mahluk hidup tersebut berdasarkan adanya persamaan maupun perbedaan antar

mahluk hidup. Semakin banyak persamaan antar mahluk hidup menunjukkan

semakin dekat hubungan kekerabatannya sedangkan apabila semakin banyak

perbedaan antara mahluk hidup maka semakin jauh hubungan kekerabatannya.

Kekerabatan dalam sistematik tanaman dapat diartikan sebagai pola

hubungan atau total kesamaan antara kelompok tanaman berdasarkan sifat atau

a b

(47)

32

ciri tertentu dari masing-masing kelompok tanaman tersebut. Berdasarkan jenis

data yang digunakan untuk menentukan jauh dekatnya kekerabatan antara dua

kelompok tanaman, maka kekerabatan dapat dibedakan atas kekerabatan fenetik

dan kekerabatan filogenetik (filetik) (Martasari et al., 2009).

Fenetik dan filogenetik

Kekerabatan fenetik didasarkan pada persamaan sifat-sifat yang dimiliki

masing - masing kelompok tanaman tanpa memperhatikan sejarah keturunannya,

sedangkan kekerabatan filogenetik didasarkan pada asumsi-asumsi evolusi

sebagai acuan utama (Stuessy, 1990). Metode fenetik didasarkan pada kesamaan

karakter secara fenotip (morfologi, anatomi, embriologi, fitokimia) dimana hasil

klasifikasi ditampilkan dalam bentuk fenogram, sedangkan metode filogenetik

lebih didasarkan pada nilai evolusi dari masing - masing karakter dimana hasil

klasifikasi dalam bentuk kladogram (Radford, 1986). Salah satu cara untuk

mengetahui hubungan kekerabatan antar jenis yang satu dengan yang lainnya

adalah dengan melihat kemiripan karakter morfologinya. Penggunaan karakter

morfologi merupakan metode yang paling mudah dan cepat untuk menentukan

hubungan kekerabatan antarspesies (Irawan et al. 2008).

Analisis cluster

Analisis cluster merupakan teknik multivariat yang mempunyai tujuan

utama untuk mengelompokkan objek-objek berdasarkan karakteristik yang

dimilikinya. Analisis cluster mengklasifikasikan objek sehingga setiap objek yang

paling dekat kesamaannya dengan objek lain berada dalam cluster yang sama

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mengisolasi DNA total tanaman pada tiga padi lokal Riau yang umum ditanam pada lahan pasang surut Bengkalis dengan varietas padi rawa unggul tahan

Analisis Ragam populasi Imago WBC per Plot Berbagai Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC Minggu ke-9 (Tranformasi √x) .... Data Populasi Imago per Plot Berbagai Varietas

Sebanyak 25 kultivar padi lokal berhasil dieksplorasi yang terdiri dari padi pulut dan padi biasa dengan keragaman genetik padi lokal yang dimiliki meliputi karakter bentuk

Benih padi yang digunakan oleh petani pada usahatani padi lokal di Kecamatan Tamban Catur adalah menggunakan Varitas padi jenis Karangdukuh, dengan rata-rata biaya

Benih padi yang digunakan oleh petani pada usahatani padi lokal di Kecamatan Tamban Catur adalah menggunakan Varitas padi jenis Karangdukuh, dengan rata-rata biaya

Karakteristik morfologi 21 varietas padi aromatik menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap varibael tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, umur berbunga,

Karakter morfologi yang sering digunakan sebagai pembeda varietas padi lokal adalah karakter batang (jumlah anakan, tinggi, tipe permukaan, warna permukaan, jumlah nodus, dan

Di sisi lain, beberapa varietas padi kurus dapat berkecambah bahkan pada kedalaman 13 cm di bawah tanah, yang menunjukkan bahwa toleransi terhadap kedalaman tanam yang lebih besar