• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPONS BERBAGAI VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP SERANGAN HAMA WERENG BATANG COKELAT (Nilaparvata lugens Stall.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPONS BERBAGAI VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP SERANGAN HAMA WERENG BATANG COKELAT (Nilaparvata lugens Stall.)"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh LIA SUSANTI

12110048 Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN DHARMA WACANA

METRO

(2)

RESPONS BERBAGAI VARIETAS PADI (Oriza sativaL.) TERHADAP SERANGAN HAMA

WERENG BATANG COKELAT (Nilaparvata lugensStall)

Oleh :

LIA SUSANTI

Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu sumber pangan utama bagi tiga milyar penduduk dunia dan produksi maupun produktivitas padi semakin meningkat seiring dengan penggunaan varietas unggul dan teknik budaya yang intensif. Penelitian mengenai serangan hama wereng batang cokelat pada tanaman padi bertujuan untuk mengetahui tingkat serangan hama wereng batang cokelat yang menyerang tanaman padi di lahan sawah, oleh karena itu perlu kajian lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons beberapa varietas tanaman padi terhadap serangan hama wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens

Stall.).

Penelitian dilaksanakan di Desa Tambah Luhur Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur, pada bulan Maret sampai Juni 2016. Metode yang digunakan adalah percobaan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Teracak Lengkap (RKTL) terdiri atas 3 perlakuan dan diulang 6 kali. Perlakuan terdiri atas: (A) Varietas Ciherang, (B) Varietas Ciliwung, dan (C) Varietas Hibrida Sembada 168..Data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) respons berbagai varietas padi yang diteliti memiliki tingkat kerentanan yang berbeda-beda dan (2) varietas Hibrida Sembada 168 memiliki tingkat kerentanan paling tinggi diikuti varietas Ciliwung dan varietas Ciherang.

(3)

Judul Proposal :

RESPONS BERBAGAI VARIETAS PADI

(

Oryza sativa

L.) TERHADAP SERANGAN

HAMA WERENG BATANG COKELAT

(

Nilaparvata lugens

Stall.)

Nama Mahasiwa : LIA SUSANTI No. Pokok Mahasiswa : 12110048

Jurusan : Agroteknologi

Program studi : Agroteknologi

MENYETUJUI :

1. KOMISI PEMBIMBING

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Prof. Dr. Ir. Soni Isnaini, M.P. Ir. Sutomo, M.P.

NIP.19650620 198903 1 002 NIP. 19540328 198202 1 001

2. KETUA JURUSAN AGROTEKNOLOGI

Ir. Syafiuddin, M.P. NIP. 19630339 198903 1 003

(4)

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Ir. Soni Isnaini, M.P. (...)

Penguji Utama : Ir. Yatmin, M.T.A. (...)

Anggota : Ir. Sutomo, M.P. (...)

2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Kota Metro

Ir. Rakhmiati, M.T.A. NIP. 19630408 198903 2 001

(5)

Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 14 Juni 1992. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Susanto dan Ibu Supiati. Tahun 1999 penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah TK PERTIWI Tambah Luhur Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. Pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Tambah Luhur Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur selesai tahun 2005. Sekolah Menengah Pertama diselesaikan pada tahun 2008 di SMP ISLAM Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas MA’ARIF NU 05 Purbolinggo diselesaikan pada tahun 2011. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro tahun 2012 dengan program studi Agroteknologi.

(6)

Penulis dilahirkan di Desa Taman Fajar Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 14 Juni 1992. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Susanto dan Ibu Supiati. Tahun 1999 penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah TK PERTIWI Tambah Luhur Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. Pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Tambah Luhur Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur selesai tahun 2005. Sekolah Menengah Pertama diselesaikan pada tahun 2008 di SMP ISLAM Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas MA’ARIF NU 05 Purbolinggo diselesaikan pada tahun 2011. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro tahun 2012 dengan program studi Agroteknologi.

(7)

“Ilmu tanpa adap seperti api tanpa kayu

dan adap tanpa ilmu seperti ruh tanpa jasad”

(Zakariya Al-Anbari)

ِﷲ ِﻞْﯿِﺒَﺳ ﻰﻓ َﻮُﮭَﻓ ِﻢْﻠِﻌْﻟا ِﺐَﻠَط ﻰِﻓ َج َﺮ َﺧ ْﻦَﻣ

“Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di

jalan Allah “

(HR.Turmudzi)

“Janganlah membuatmu putus asa dalam mengulang-ulang

do’a, ketika Allah menunda ijabah do’a itu, Dialah yang

menjamin ijabah do’a itu menurut pilihan-Nya padamu,

bukan menurut pilihan seleramu”

(Ibnu Atha ‘ilah)

(8)

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan Karya ini kepada:

Ayah dan ibu tercinta yang telah mendidik, membesarkan dan mendo’akan akan kesuksesanku

adikku tersayang sebagai sumber kebahagian dan semangatku. Dosen Program Studi Agroteknologi

Serta Segenap Dosen Dan Karyawan

Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro Almamaterku Tercinta.

(9)

viii Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi dapat penulis selesaikan dengan baik, sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Strata Satu (S1) program studi Agroteknologi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER)

Dharma Wacana Metro, yang berjudul “RESPONS BERBAGAI VARIETAS

PADI (Oryza sativa L.) TERHADAP SERANGAN WERENG COKLAT (Nilaparvata lugens Stall.)”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Rakhmiati, M.T.A. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro dalam memberikan arahan dan masukan serta evaluasi demi kesempurnaan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Soni Isnaini, M.P. selaku Pembimbing I dalam penulisan skripsi ini yang dengan penuh kesabaran dan tekun memberi bimbingan dalam menyusun skripsi ini hingga selesai.

3. Bapak Ir. Sutomo, M.P. selaku Pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang dengan sabar dan rela hati meluangkan waktu untuk membimbing sehingga skripsi ini dapat terwujud.

4. Bapak Ir. Yatmin, M.T.A. selaku Penelaah dalam penulisan skripsi ini yang dengan penuh kesabaran dan rela hati meluangkan waktu untuk membimbing sehingga skripsi ini dapat selesai.

(10)

ix memberikan masukan dalam pembuatan judul proposal penelitian.

6. Para Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan dukungan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro. 7. Ayah dan ibu tercinta serta adikku yang telah memberikan kasih sayang, do’a

dan dukungan baik materil maupun spiritual.

8. Sahabatku Eka Suryani, S.P., Devita Nur Anggraini, Yuliandawati, S.P., Dewi Novita Sari, S.P., Fandi Ilham Manik dan Fransiska Winda Cahyani, S.P. yang telah memberikan motivasi dan bantuan sehingga skripsi ini dapat selesai. 9. Teman-teman seperjuangan jurusan Agroteknologi dan Agribisnis yang telah

memberikan motivasi dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca pada umumnya.

Metro, 03 November 2016

(11)

x

Halaman

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 5

1.3. Dasar Pengajuan Hipotesis ... 5

1.4. Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Klasifikasi Tanaman Padi (Oryza sativa L) ... 10

2.1.1. Padi Varietas Ciliwung ... 11

2.1.2. Padi Varietas Ciherang ... 11

2.1.3. Padi Hibrida ... 11

2.2. Bioteknologi Wereng Batang Coklat ... 12

III. BAHAN DAN METODE ... 18

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

3.2. Bahan dan Alat ... 18

3.3. Metode Penelitian ... 18

3.4. Pelaksanaan Penelitian ... 19

3.4.1. Persemaian ... 19

3.4.2. Persiapan Media Tanam ... 19

3.4.3. Penanaman ... 19

3.4.4. Pemeliharaan ... 20

3.4.5. Pemupukan ... 20

3.4.6. Perbanyakan Wereng Coklat... 20

(12)

xi 4.1.1. Populasi Imago WBC per Plot minggu ke-8, minggu ke-9,.

dan minggu ke-10 ... 24

4.1.2. Intensitas Serangan WBC per Plot minggu ke-8, minggu ke-9, dan minggu ke-10 ... 26

4.1.3. Tinggi Tanaman 42 HST ... 28

4.1.4. Bobot Gabah per Rumpun per Plot ... 29

4.1.5. Bobot Gabah 1000 Butir ... 29

4.1.6. Hasil per Satuan Percobaan Per Plot ... 30

4.1.7. Jumlah Anakan Total ... 31

4.1.8. Jumlah Anakan Produktif ... 31

4.2. Pembahasan ... 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

DAFTAR PUSTAKA... 35-40

(13)

xii

Tabel Halaman

1. Data hasil produksi padi dalam Gabah Kering Giling dan impor

beras di Indonesia tahun 2010-2014 ... 2

2. Luas panen, produksi, dan produktivitas padi di Propinsi

Lampung tahun 2011-2015 ... 3

3. Nilai Skala Kerusakan ... 23

4. Populasi imago minggu ke-8, minggu ke-9, dan minggu ke-10

Berbabai varietas padi akibat serangan hama WBC ... 24

5. Intensitas serangan WBC minggu ke-8, minggu ke-9, dan minggu

ke-10 berbagai varietas padi terhadap serangan hama WBC ... 26

6. Tinggi tanaman berbagai varietas padi terhadap serangan hama

Wereng Batang Cokelat ... 28

7. Bobot gabah per plot berbagai varietas padi akibat serangan hama

Wereng Batang Cokelat ... 29

8. Bobot gabah 1000 butir berbagai varietas padi akibat serangan

hama Wereng Batang Cokelat ... 30

9. Hasil gabah per plot berbagai varietas padi akibat serangan hama

Wereng Batang Cokelat ... 30

10. Jumlah anakan total per plot berbagai varietas padi akibat serangan

hama Wereng Batang Cokelat ... 31

11. Jumlah anakan produktif per plot berbagai varietas padi akibat

(14)

xiii

Tabel Halaman

1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang ... 41

2. Deskripsi Padi Varietas Ciliwung ... 42

3. Deskripsi Padi Sembada 168 ... 43

4. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 44

5. Data Populasi Imago per Plot Berbagai Varietas Tanaman Padi terhadap Serangan Hama WBC Minggu Ke-8 ... 47

6. Analisis Ragam Populasi Imago WBC per Plot Berbagai Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC Minggu Ke-8 ... 47

7. Data Populasi Imago WBC per Plot Berbagai Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC Minggu Ke-9 ... 48

8. Analisis Ragam Populasi Imago WBC per Plot Berbagai Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC Minggu Ke-9 ... 48

9. Data Populasi Imago WBC Per Plot Berbagai Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC Minggu Ke-9 (Tranformasi √x) .... 49

10. Analisis Ragam populasi Imago WBC per Plot Berbagai Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC Minggu ke-9 (Tranformasi √x) ... 49

11. Data Populasi Imago per Plot Berbagai Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC Minggu ke-10 ... 49

12. Analisis Ragam Populasi Imago WBC per Plot Berbagai Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC Minggu ke-10 ... 50

13. Data Intensitas Serangan WBC per Plot Berbagai Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC Minggu ke-8 ... 50

14. Analisis Ragam Intensitas Serangan WBC per Plot Berbagai Varietas Padi terhadap Serangan WBC Minggu ke-8 ... 51

(15)

xiv 16. Analisis Ragam Intensitas Serangan WBC per Plot Berbagai

Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC Minggu ke-9

(Tranformasi √x) ... 52

17. Data Intensitas Serangan WBC per Plot Berbagai Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC Minggu ke-9

(Tranformasi √x+1/2)... 52

18. Analisis Ragam Intensitas Serangan WBC per Plot Berbagai Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC Minggu ke-9

(Tranformasi √x+1/2)... 52

19. Data Intensitas Serangan WBC per Plot Berbagai Varietas Padi

terhadap Serangan Hama WBC Minggu ke-10 ... 53

20. Analisis Ragam Intensitas Serangan WBC per Plot Berbagai

Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC Minggu ke-10 ... 53

21. Data Tinggi Tanaman Berbagai Varietas Padi Terhadap Serangan

Hama Wereng Batang Cokelat ... 54

22. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Berbagai Varietas Padi

terhadap Serangan Hama Wereng Batang Cokelat ... 54

23. Data Bobot Gabah per Rumpun per Plot Saat Panen Berbagai

Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC ... 55

24. Analisis Ragam Bobot Gabah per Plot Saat Panen Berbagai

Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC (Tranformasi √x) ... 55

25. Data Bobot Gabah per Rumpun per Plot Berbagai Varietas Padi

terhadap Serangan Hama WBC (Tranformasi log x) ... 55

26. Analisis Ragam Bobot Gabah per Rumpun per Plot Berbagai

Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC (Tranformasi log x) . 56

27. Data Bobot Gabah 1000 Butir Saat Panen Berbagai Varietas Padi

terhadap serangan Hama Wereng Batang Cokelat ... 56

28. Analisis Ragam Bobot 1000 Butir Saat Panen Berbagai Varietas

Padi terhadap Serangan Hama WBC (Tranformasi √x)... 57

29. Data Bobot Gabah 1000 Saat Panen Berbagai Varietas Padi

(16)

xv 31. Data Hasil per Satuan Percobaan per Plot Saat Panen Berbagai

Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC ... 58

32. Analisis Ragam Hasil per Satuan Percobaan per Plot Saat Panen Berbagai Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC (Tranformasi log x) ... 58

33. Data Hasil per Satuan Percobaan per Plot Saat Panen Berbagai Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC (Tranformasi log x) . 58 34. Analisis Ragam Hasil per Satuan Percobaan per Plot Saat Panen Berbagai Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC (Tranformasi log x) ... 59

35. Data Jumlah Anakan Total per Plot Berbagai Varietas Padi terhadap Serangan Hama Wereng Batang Cokelat ... 59

36. Analisis Ragam Jumlah Anakan Produktif per Plot Berbagai Varietas Padi terhadap Serangan Hama WBC ... 60

37. Data Jumlah Anakan Produktif per Plot Berbagai Varietas Padi terhadap Serangan Hama Wereng Batang Cokelat ... 60

38. Analisis Ragam Jumlah Anakan Produktif per Plot Berbagai Varietas Padi terhadap Serangan Wereng Batang Cokelat ... 61

Gambar 1. Siklus Hidup Hama Wereng Batang Cokelat ... 14

2. Padi Yang Terserang Hama Wereng Batang Cokelat ... 14

3. Mekanisme Serangan Hama Wereng Batang Cokelat ... 15

4. Tata Letak Penelitian ... 62

5. Tata Letak Tanaman Sample per Plot ... 63

6. Penyemaian Benih ... 64

7. Persiapan Penanaman ... 65

(17)

xvi

11. Jumlah Anakan Total ... 68

12. Jumlah Anakan Produktif ... 68

13. Penempatan Hama WBC Minggu Ke-7 ... 68

14. Pengamatan Hama WBC ... 68

15. Batang Padi Varietas Ciherang Tahan WBC ... 69

16. Batang Padi Varietas Ciliwung Kurang Tahan WBC ... 69

17. Batang Padi Sembada 168 Tidak Tahan WBC ... 70

18. Pengambilan Hama WBC Sebelum Padi di Panen ... 71

19. Panen ... 71

20. Perempelan Butir Gabah dari Malai ... 72

21. Perhitungan 1000 butir... 72

22. Penimbangan Berat 1000 butir ... 73

23. Penimbangan Berat Per Rumpun ... 73

(18)

xvii

Gambar Halaman

1. Kurva Populasi Imago WBC pada 3 Varietas Padi minggu ke-8,

minggu ke-9, dan minggu ke-10 ... 25

2. Kurva Intensitas Serangan WBC Pada 3 Varietas Padi

Minggu ke-8, minggu ke-9, dan minggu ke-10 ... 27 3. Kurva Tinggi Tanaman Berbagai Varietas Padi Akibat Serangan

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang dan Masalah

Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu sumber pangan utama bagi tiga milyar penduduk dunia dan mampu memenuhi 32% kebutuhan kalori (Sarwar dan Kanif, 2005 dan Bouman et al., 2007 dalam Tubur, 2012). Padi merupakan komoditas pangan utama di Indonesia, tingkat produksi maupun konsumsi padi selalu menempati urutan pertama diantara komoditas tanaman pangan lainnya. Konsumsi padi dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan penduduk. Demikian juga dengan produksi maupun produktivitas padi semakin meningkat seiring dengan penggunaan varietas unggul dan teknik budaya yang intensif. Pada tahun 2013 produksi padi nasional sebesar 71,27 juta ton sedangkan pada tahun 2014 turun menjadi 70,84 juta ton dengan produktivitas 51,52 ku/ha. Pada tahun 2015 produksi nasional mengalami peningkatan menjadi 74,99 juta ton (Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, 2015).

Padi merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia karena hampir 95 persen masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras. Tingginya kebutuhan konsumsi beras yang ada di Indonesia disebabkan anggapan sebagian besar masyarakat Indonesia bahwa beras merupakan bahan makanan yang belum dapat digantikan. Di sisi lain luas areal untuk menanam padi menurun akibat dialihfungsikan lahan tersebut menjadi pemukiman penduduk, tanaman

(20)

perkebunan, dan lain-lain, akan tetapi Indonesia masih dapat meningkatkan produksi beras dalam jumlah kecil meskipun luas areal menurun (Sumadiningrat, 2007).

Tabel 1. Data hasil produksi padi (Gabah Kering Giling) dan impor beras di Indonesia tahun 2010-2014

Tahun Produksi (ton) Impor beras (ton)

2010 2011 2012 2013 2014 66.469.394 65.756.904 69.056.126 71.279.709 70.846.465 687.581,50 2.750.476,20 1.810.372,30 472.664,70 844.163,70 Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)

Berdasarkan Tabel 1, produksi padi di Indonesia mengalami peningkatan yang fluktuatif setiap tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa produksi padi di Indonesia mengalami peningkatan ( Badan Pusat Statistik (Indonesia), 2014). Provinsi Lampung masih cukup berpotensi untuk menjadi penghasil padi di Indonesia dilihat dari luas panen dan produksi yang terus meningkat dari enam tahun terakhir. Produktivitas padi di Provinsi Lampung juga mengalami peningkatan dari tahun 2011 hingga tahun 2015. Pada tahun 2015 produktivitas padi di Provinsi Lampung sebesar 51,43 ku/ha meningkat dari tahun 2011 yaitu sebesar 48,45 ku/ha, tetapi pada tahun 2012 produktivitas padi Provinsi Lampung mengalami penurunan menjadi 48,32 ku/ha sedangkan luas panen meningkat. Perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas padi di Provinsi Lampung tahun 2011-2015 tertera pada Tabel 2.

(21)

Tabel 2. Perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas padi di Provinsi Lampung tahun 2011-2015

Tahun Luas panen (ha) Produktivitas (ku/ha) Produksi (ton)

2011 606.973 48,45 2.940.795

2012 641.876 48,32 3.101.455

2013 638.090 50,26 3.207.002

2014 648.731 51,18 3.320.064

2015 708.064 51,43 3.641.767

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015

Tabel 2. menunjukkan bahwa perkembangan produksi padi di Provinsi Lampung meningkat selama periode tahun 2011-2015, kenaikan perkembangan produksi tersebut disebabkan karena meningkatnya luas panen dan produktivitas dari tahun ketahun selama periode tahun 2011-2015. Peningkatan produksi tertinggi pada tahun 2015 yaitu 3.641.767 ton, dengan luas panen 708,064 ha dan produktivitas 51,43 kuintal/ha.

Lampung Timur adalah salah satu sentra produsen bahan pangan di Provinsi Lampung. Sebagaimana daerah lainnya di Lampung, produksi padi di wilayah ini cenderung membaik dari waktu ke waktu. Produksi padi di Kabupaten Lampung Timur tahun 2010 yaitu 431.981 ton, dengan luas panen 83 834 ha dan produktivitas 51,53 kuintal/ha. Peningkatan produksi tertinggi pada tahun 2013 yaitu 509.949, dengan luas panen 95.383 ha dan produktivitas 53,46 kuintal/ha. Menurut Daiet al., (1989), lahan yang dominan digarap untuk usahatani di daerah Lampung Timur adalah lahan kering pada tanah yang bereaksi masam dan dapat dikategorikan sebagai lahan sub-optimal.

(22)

Upaya peningkatan produksi padi menghadapi tantangan yang makin berat, karena selain peningkatan kebutuhan akibat meningkatnya jumlah penduduk juga disebabkan makin menciutnya lahan sawah produktif karena alih fungsi lahan, terbatasnya lahan subur, ancaman iklim serta kasus-kasus serangan hama dan penyakit tanaman (Fagi dkk, 2002 dalam Jannah dkk . 2007).

Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens Stall.) merupakan hama penting tanaman padi. Hama ini termasuk jenis serangga yang mempunyai kemampuan berkembang biak dan menyebar dengan cepat. Dengan kerugian yang ditimbulkan sangat besar, sebagaimana pada tahun 1986, wereng menyerang daerah Jawa Tengah meliputi areal ± 75.000 ha (Oka, 1985dalam Rugaya dan Dahyar, 2013). Penelitian mengenai serangan hama wereng pada tanaman padi di sawah bertujuan untuk mengetahui tingkat serangan hama wereng batang cokelat yang menyerang tanaman padi di lahan sawah. Persentase serangan hama wereng batang cokelat yang terjadi pada pertanaman padi fase vegetatif lebih tinggi daripada fase generatif. Populasi hama wereng dalam jumlah yang cukup tinggi dapat menyebabkan tanaman padi mengalami kekeringan atau sering disebut dengan hopperburnyaitu tanaman padi menjadi kering kuning kemerahan seperti terbakar. Pada periode tahun 2000-2005, luas areal pertanaman padi yang terserang hama wereng batang cokelat mencapai 20.000 ha per tahun (Kartohardjono 2011). Serangan hama wereng batang cokelat mencapai 23.187 ha sampai bulan Juni 2010 (Badan penelitian tanaman padi 2011). Serangan hebat tersebut dikarenakan kemampuan hama wereng ini dalam beradaptasi dan dapat membentuk biotipe baru dengan sangat cepat serta mampu menularkan virus

(23)

kerdil rumput dan virus kerdil hampa yang dapat menyebabkan kerusakan tanaman padi menjadi lebih parah (Effendi, 2009).

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui respons beberapa varietas tanaman padi terhadap serangan hama wereng batang cokelat (Nilaparvata lugensStall.).

1.3. Dasar Pengajuan Hipotesis

Varietas merupakan salah satu komponen teknologi penting yang mempunyai kontribusi besar dalam meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani padi. Komponen teknologi ini sangat berperan dalam mengubah sistem usahatani padi, dari subsistem menjadi usahatani padi komersial. Berbagai varietas unggul padi tersedia dan dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah, preferensi petani, dan kebutuhan pasar.

Varietas dapat didefinisikan sebagai sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies tanaman yang memiliki karakteristik tertentu seperti bentuk, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, dan biji yang dapat membedakan dari jenis atau spesies tanaman lain, dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan. Jenis varietas menunjukan cara varietas tersebut dirakit dan metode perbanyakan benihnya, sehingga tersedia benih yang dapat ditanam oleh petani.

Dalam upaya peningkatan produksi beras, sering ditemui beberapa kendala. Salah satu kendala yang selalu mengancam produksi beras adalah hama wereng coklat. Hama ini merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi di Indonesia dan

(24)

telah banyak menimbulkan kerugian sejak tahun 1972. Wereng cokelat dapat menyerang tanaman padi pada semua fase pertumbuhan, mulai dari pembibitan sampai menjelang panen. Serangan yang berat dapat mengakibatkan puso (Hopperburn) dan menggagalkan panen. Disamping itu hama ini juga merupakan vektor penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa yang dapat menimbulkan banyak kerugian (Tirtowiryono et al. 1988dalam Rugaya dan Dahyar, 2013). Keganasan hama tersebut disebabkan oleh kemampuan hama beradaptasi dengan lingkungannya, termasuk mudah beradaptasi dengan varietas tahan wereng. Wereng batang cokelat merupakan hama r-strategik dengan ciri; 1) serangga kecil yang dapat menemukan habitatnya, 2) berkembang biak dengan cepat dan mampu mempergunakan sumber makanan dengan baik sebelum serangga lain ikut berkompetisi, 3) mempunyai sifat menyebar dengan cepat ke habitat baru sebelum habitat baru membentuk biotipe dan dapat dengan segera merusak tanaman padi yang dikatakan tahan (Beahaki 2007dalamRugaya dan Dahyar, 2013).

Padi Ciherang mempunyai ketahanan terhadap hama wereng batang cokelat biotipe 2 dan 3. Padi Ciherang juga memiliki ketahanan terhadap hawar daun bakteri, khususnya strain III dan IV (Balai Besar Penelitian Padi Subang, 2011). Hasil penelitian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nanggroe Aceh Darussalam, penggunaan varietas unggul Ciherang penanaman dengan pola pengelolaan tanaman terpadu memberikan hasil sampai 8 t ha-1(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NAD, 2007).

Hasil penelitian Balai Pengembangan Tanaman Pangan Bogor, penggunaan varietas Ciherang lebih tahan terhadap hama dibandingkan varietas tetuanya, yaitu

(25)

varietas IR64 (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2009 Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2007dalam Asmanina, 2011).

Menurut Rozakurniati (2010), varietas Ciherang memiliki tingkat kerontokan sedang sehingga relatif memudahkan petani dalam proses perontokan. Varietas Ciliwung tahan wereng dengan gen tahan Glh-6 (Fagi et al, 2002 dalam Bastian, 2011).

Padi hibrida lebih responsif terhadap perbaikan kondisi lingkungan dibandingkan dengan padi inhibrida. Ekspresi heterosis padi hibrida akan lebih baik pada kondisi lingkungan yang baik. Untuk memahami secara praktis lingkungan yang baik dan cocok untuk padi hibrida adalah dengan menggunakan tingkat produktivitas rata-rata hasil padi inbrida dan stabilitas produksi rata-rata dari waktu ke waktu, dari musim ke musim, dan dari tahun ke tahun. Semakin tinggi rata-rata hasil padi yang pernah dicapai dan semakin stabil produksi dari waktu ke waktu maka semakin baik peluang pengembangan padi hibrida di lokasi tersebut (Suwarno, 2002 dalam Imran dan Suriany, 2007).

Padi hibrida mempunyai sifat genetik seperti batang kokoh, malai panjang dan lebat, umur pendek 110-145 hari, mempunyai jumlah anakan yang banyak, daun lebar berwarna hijau tua, produksi tinggi 6-12 ton ha-1 ( Berkelar, 2001 dalam

Syaiful dkk, 2012)

Secara umum permasalahan dalam pengembangan padi varietas unggul hibrida di Indonesia saat ini, antara lain: (1) produksi benih yang masih rendah di tingkat produsen yaitu hanya menghasilkan satu ton benih padi hibrida per hektar dan

(26)

sistem perbenihan belum berkembang, (2) varietas padi hibrida yang telah dilepas umumnya rentan terhadap hama penyakit utama seperti wereng coklat, hawar daun bakteri (HDB), dan virus tungro, (3) harapan petani sangat tinggi, (4) beberapa varietas padi hibrida mempunyai mutu beras kurang baik dibandingkan dengan beras terbaik di pasaran, (5) keragaan hasil yang tidak stabil yang disebabkan manajemen budidaya yang kurang cocok, (6) ketersediaan benih murni tetua dan F1 hibrida kurang memadai, (7) hasil belum stabil dan harga benih mahal, (8) kebiasaan petani untuk menggunakan benih mereka sendiri, (9) perencanaan yang kurang akurat untuk mencapai areal yang ditargetkan untuk ditanami padi hibrida, (10) kesepahaman antara pihak pemerintah dan swasta untuk menyebarluaskan teknologi padi hibrida kurang memadai (Satoto dan Suprihatno, 2008 dalamFirohmatillah dan Nirmala, 2012).

Menurut Rahmat (2005), varietas Sembada 168 tidak memiliki gen ketahanan sehingga varietas tersebut disukai oleh wereng batang cokelat. Tingginya intensitas serangan wereng cokelat banyak ditanam oleh petani sehingga varietas tersebut termasuk selalu ada dipertanaman setiap musim tanam pada skala luas sehingga menyediakan makanan dan habitat yang sesuai dan terus menerus bagi wereng cokelat. Konsekuensi introduksi padi varietas unggul ialah munculnya kecenderungan petani untuk menanam varietas favorit tersebut, sehingga dalam suatu kawasan persawahan hanya ada satu atau dua varietas yang ditanam sehingga keragaman genetik dikawasan itu sangat sempit. Selain itu ketahanan suatu varietas unggul umumnya dikendalikan oleh suatu gen tahan yang menghasilkan ketahanan vertikal atau ketahan spesifik. Sifat tahan seperti ini memiliki tekanan yang tinggi terhadap serangga hama namun mempunyai

(27)

dorongan yang kuat pada hama untuk mengadakan seleksi diri membentuk biotipe yang lebih ganas. Biotipe ini akhirnya membentuk populasi yang mampu menghancurkan varietas yang semula tahan (Suparyono dan Agus Setyono, 1997

dalamRugaya dan Dahyar, 2013).

Di Jepang, bila tanaman padi fase anakan terserang wereng coklat 10 ekor/rumpun selama seminggu maka daun bagian bawah menjadi kuning dan mati serta produksi menurun 10-40%. Bila tanaman padi saat fase pengisian bulir terserang wereng coklat 10-50 ekor selama 10-14 hari maka tanaman akan memperlihatkan puso dan produksi menurun 20-50% (Baehaki, 2011 ).

1.4. Hipotesis

1. Perbedaan varietas tanaman padi memberikan respons yang berbeda terhadap serangan hama wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens Stall.).

2. Varietas Ciherang memiliki tingkat kerentanan paling rendah dan varietas Sembada 168 memiliki tingkat kerentanan paling tinggi.

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Padi

Padi merupakan biota pokok di sawah yang dapat hidup di ekosistem darat dan ekosistem air. Padi juga dapat hidup baik di sawah dan di darat (tanpa air tergenang) atau di air (lahan beririgasi). Karena itulah berdasarkan tempat tumbuhnya, dikenal dua jenis padi yakni padi sawah dan padi gogo. Padi gogo merupakan suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah (Simanjuntak, 2010).

Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan ke dalam: Divisio Spermatophyta, Subdivisio Angiospermae, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Poales, Family Graminae, Genus Oryza linn, dan Species Oryza sativaL.

(Tjitrosoepomo, 2004).

Tanaman padi dapat hidup baik di daerah tropis. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun adalah 1500 - 2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 - 1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam

(29)

perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 - 22 cm dengan pH antara 4 -7 (Anonim, 2012).

2.1.1. Padi Varietas Ciliwung

Varietas Ciliwung merupakan salah satu varietas padi sawah yang berasal dari persilangan IR38//2*Pelita I-1/IR4744-128-4-1-2 dan mempunyai bentuk gabah pendek bulat, warna gabah kuning bersih dan memiliki tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 22% dan indeks glikemik 86 (Anonim, 2010).

2.1.2. Padi Ciherang

Varietas Ciherang merupakan salah satu varietas padi sawah yang berasal dari persilangan IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64 dan mempunyai bentuk gabah panjang ramping, warna gabah kuning bersih dan memiliki tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 23% dan indeks glikemik 54. Berbeda dengan varietas Ciliwung, varietas Ciherang tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 2 dan 3 serta tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain III dan IV (Anonim, 2010).

2.1.3. Padi Hibrida

Hibrida secara definitif berarti turunan pertama (F1) antara persilangan 2 varietas yang berbeda. Varietas hibrida mampu berproduksi lebih tinggi dibandingkan varietas inbrida karena adanya pengaruh heterosis yaitu kecenderungan F1 lebih

(30)

unggul dari kedua tetuanya. Kecenderungan ini muncul di semua tanaman, dan pada padi hibrida diharapkan dapat muncul pada potensi hasil.

Contohnya: Intani 1 dan 2, PP1, H1, Bernas Prima, Rokan, SL 8 dan 11 SHS, Segera Anak, SEMBADA B3, B5, B8, 168 dan B9, Hipa4, Hipa 5 Ceva, Hipa 6 Jete, Hipa 7, Hipa 8, Hipa 9, Hipa 10, Hipa 11, Long Ping (pusaka 1 dan 2), Adirasa-1, Adirasa-64, Hibrindo R-1, Hibrindo R-2, Manis-4 dan 5, MIKI-1,2,3, SL 8 SHS, SL 11 HSS, Maro, dan MAPAN 05.

2.2. Biologi Wereng Batang Coklat

Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens Stall.) merupakan hama penting tanaman padi, serangan wereng batang cokelat (WBC) mengakibatkan kerusakan lebih umum terjadi di daerah yang ditanami padi secara terus menerus, karena WBC mempunyai inang yang ada terus menerus. Wereng batang cokelat memiliki kemampuan untuk berkembang biak secara cepat sehingga pertumbuhan populasi sangat tinggi. Pertumbuhan populasi di daerah curah hujan tinggi mendukung terjadinya peningkatan populasi. Bagi yang persawahannya tergantung irigasi teknis, tanaman dapat dilakukan secara serempak, hal ini dapat menghambat perkembangan WBC menyelesaikan suatu siklus hidupnya.

Wereng batang cokelat mempunyai sistematika sebagai berikut: Phylum

Arthopoda, Klas Insecta, Ordo Homoptera, Sub Ordo Auchenorrhyncha, Infra Ordo Fulgoromarpha, Famili Delphacidae, Genus Nilaparvata, dan Spesies

(31)

Pada imago WBC terjadi dimorfisme yaitu terdapat dua bentuk imago; makroptera (bentuk yang bersayap panjang) dan brakhiptera (bentuk yang bersayap pendek). Makroptera berfungsi untuk melakukan penyebaran jika tanaman sudah tua sehingga sumber makanan tidak tersedia lagi. Panjang imago jantan 2-3 mm dan imago betina 3-4 mm. Imago betina memiliki abdomen yang lebih gemuk daripada imago jantan. Seekor imago betina dalam masa hidupnya selama 10-24 hari mampu meletakkan telur sebanyak 300-350 butir.

Wereng batang cokelat kesukaan hidupnya pada tempat dengan suasana lembab dan rindang/teduh. Wereng ini sering merusak tanaman padi karena tanaman padi umumnya berdaun lebat dan selalu hidup di tempat yang berair (memenuhi suasana lembab dan teduh di atas). Dan biasanya pula sambil menunggu adanya tanaman padi, wereng batang cokelat mampu bertahan pada rumput-rumputan atau tanaman-tanaman lembab lainnya, begitu para petani mengolah sawahnya segera melakukan invasi (Baehaki, 2007).

Dalam perkembangan hidupnya, wereng batang cokelat mempunyai tiga stadium pertumbuhan yaitu stadium telur, nimfa dan dewasa. Gambar berikut menjelaskan siklus hidup hama wereng batang coklat pada suatu daerah tertentu:

(32)

Gambar 1. Siklus Hidup Hama Wereng Batang Cokelat (WBC)

Serangan wereng batang cokelat yang berat disebut juga ledakan wereng batang cokelat, tidak terjadi sepanjang tahun, tetapi hanya pada waktu tahun-tahun tertentu, yaitu pada musim hujan dan musim kemarau yang banyak terjadi hujan (la nina).

(33)

Gambar 3. Mekanisme Serangan Hama Wereng Batang Cokelat Semenjak telur hingga matinya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Telur

Masa prapenelurannya 3-4 hari untuk brakiptera (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera (bersayap panjang). Telur biasanya diletakkan pada pangkal pelepah daun. Tetapi, kalau populasinya tinggi, telur diletakkan di ujung pelepah daun dan tulang daun. Telur diletakkan berkelompok, satu kelompok telur terdiri atas 3-21 butir. Satu ekor betina mampu meletakkan telur 100-500 butir. Bentuk telur wereng cokelat lonjong agak melengkung berdiameter 0,067-0,133 milimeter dengan panjang antara 0,830-1,000 milimeter. Dalam waktu sekitar 9 hari telur mulai menetas. Wereng betina tidak meletakkan telur hanya pada satu rumpun padi, tetapi pada beberapa rumpun dan berpindah-pindah, dengan demikian nimfa tersebar pada beberapa rumpun (Admin, 2012).

(34)

b. Nimfa

Telur wereng batang cokelat menetas menjadi nimfa, metamorfosisnya sederhana atau disebut hemimetabola. Nimfa mengalami lima instar dan rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan stadium nimfa beragam, bergantung dari bentuk dewasa yang muncul.

Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa bentuk pertama adalah makroptera yaitu wereng batang cokelat yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang secara normal. Bentuk kedua adalah brakiptera yaitu wereng cokelat dewasa yang sayap belakang rudiamental, wereng batang cokelat mulai bersayap dalam umur sekitar 13 hari. Umumnya wereng brakiptera bertubuh lebih besar, mempunyai tungkai dan peletak telur lebih panjang. Hasil kopulasi antar jantan brakiptera dengan betina brakiptera, atau betina makroptera pada generasi ke-1 menghasilkan jantan makroptera dan brakiptera dari kedua jenis kelamin. Menurut (Beahaki, 2007) melaporkan bahwa tingkat perkembangan wereng batang coklat brakiptera dapat dibagi menjadi masa prapeneluran 2-8 hari, masa bertelur 9-20 hari, dan masa pasca peneluran beberapa jam sampai 3 hari sedangkan pradewasa adalah 19-23 hari. Selain dipengaruhi oleh kepadatan populasi munculnya wereng makroptera juga dipengaruhi oleh umur tanaman dan kurangnya makanan. Pemunculan makroptera juga lebih banyak pada tanaman tua daripada tanaman muda dan pada tanaman setengah rusak (partially hopperburn) dibanding dengan tanaman sehat. Alelokemik tanaman merupakan faktor yang langsung mempengaruhi bentuk sayap. Perubahan bentuk sayap ini sangat penting ditinjau dari tersedianya makanan pokok di lapang. Pada lahan tanaman yang sudah dipanen makanan wereng menjadi berkurang. Sebelum menjadi bencana

(35)

tersebut wereng batang cokelat merubah posisi menjadi wereng makroptera, lalu bermigrasi mencari tempat baru yang cocok untuk perkembangbiakan, kemudian akan mulai bertelur kembali setelah mencapai umur sekitar 2 minggu. Jumlah yang besar, umur kematiannya yaitu setelah mencapai sekitar 40-41 hari, tetapi keturunannya dalam jumlah banyak, sehingga dalam umur maksimumnya wereng cokelat bertelur sampai 3 kali dan tiap kali mencapai ratusan telur.

(36)

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Tambah Luhur, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai Maret sampai Juni 2016.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi varietas Ciherang, varietas Ciliwung, dan varietas Hibrida “Sembada 168” (Deskripsi terlampir kecil pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3; Lampiran), dan imago wereng batang coklat (Dewasa). Alat yang digunakan karung, cangkul, bak plastik,sweep net, alat tulis, kamera, bambu, ember, dan kain kasa.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode percobaan dengan perlakuan satu faktor menggunakan Rancangan Kelompok Teracak Lengkap (RKTL) terdiri atas 3 perlakuan dan diulang 6 kali. Perlakuan terdiri atas: (A) varietas Ciherang, (B) varietas Ciliwung, dan (C) varietas Hibrida Sembada 168. Data yang diperoleh dianalisis ragam, kesamaan ragam diuji dengan uji Bartlett dan ketidakaditifan data antar lingkungan dan perlakuan diuji dengan uji Tuckey kemudian dianalisis

(37)

dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%.

3.4. Pelaksanaan Penelitian 3.4.1. Persemaian

Perlakuan sebagai upaya persiapan benih, benih terlebih dahulu direndam dalam air selama 48 jam kemudian ditiriskan dan anginkan, setelah diangin-anginkan lalu didiamkan 24 jam, lalu benih diperam.

Pembuatan persemaian dilaksanakan 2 minggu sebelum tanam dan kebutuhan benih sebanyak 5 kg ha-1. Persemaian menggunakan bak plastik yang diberi tanah dan digenangi air kemudian persemaian disungkup dengan sweep net agar terhindar dari musuh alami. Setelah selesai penaburan benih lalu dibenamkan, pada tahap pertumbuhan awal pengairan cukup macak-macak.

3.4.2. Persiapan media tanam

Bak penelitian yang digunakan dalam penelitian diberi media tanam berupa tanah sawah dengan cara mencangkul tanah sawah kemudian dimasukkan dalam bak penelitian. Bak yang digunakan dalam penelitian ini berdiameter 45 cm. Selanjutnya tanah diberi air lalu dihancurkan sampai menjadi lumpur.

3.4.3. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan langsung menanam bibit padi dengan kedalaman 5 cm. Bibit yang digunakan sudah berumur 15 hari dengan jarak tanam (20 cm x 20 cm), jumlah bibit per lubang tanam 2 batang.

(38)

3.4.4. Pemeliharaan

Dalam pengairan pada mulanya dikeringkan selama 2-3 hari dengan cara air dalam bak penelitian dikurangi sedikit demi sedikit agar akar tanaman padi yang baru ditanam dapat melekat pada tanah, kemudian sedikit demi sedikit dialiri air. Bibit tanaman padi yang telah ditanam di bak penelitian diamati, tanaman yang mati diganti dengan kultivar yang sama/penyulaman, penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 5 hst dengan cara mengganti tanaman yang mati dengan tanaman baru, umurnya sama yang terdapat pada pembibitan tanaman. Pengendalian gulma cukup dicabuti dengan tangan pada saat tanaman umur 20 hst.

3.4.5. Pemupukan

Pemupukan diberikan dengan dosis sebagai berikut: Urea 200 kg ha-1atau 3,178 g per bak, pemberikan dilaksanakan sebanyak 3 kali masing-masing 1/3 bagian yaitu: (7, 20, 35) hst. Pupuk SP-36 diberikan dengan dosis 200 kg ha-1 atau 3,178 g per bak, dan pupuk KCl 100 kg ha-1atau 1,589 g per bak, kedua pupuk tersebut diberikan pada saat pemupukan pertama (7 hst).

3.4.6. Perbanyakan wereng batang cokelat

Sebelum melakukan pengamatan pada tanaman padi, hama wereng generasi berikutnya diletakkan pada tanaman padi umur 7 hst, yang sebelumnya telah dibudidayakan dengan mencari wereng batang cokelat di daerah persawahan. Imago wereng batang cokelat diletakkan pada persemaian padi, setelah itu disungkup menggunakan sweep net agar wereng batang cokelat tersebut bebas

(39)

dari musuh alami, hingga wereng batang cokelat tersebut menjadi dewasa (imago) yaitu imago wereng batang coklat generasi berikutnya untuk diletakkan pada tanaman sampel penelitian. Tanaman padi yang akan dijadikan sampel pengamatan diberi wereng cokelat 3 ekor/rumpun ( 2 ekor betina dan 1 jantan) saat tanaman padi berumur 7 mst.

3.4.7. Pengamatan

Pengamatan pada setiap rumpun sampel dilakukan secara visual di lapangan yang diambil secara acak pada satuan petak percobaan yang meliputi:

1. Populasi wereng batang cokelat

Populasi WBC dengan menghitung banyaknya WBC, pengamatan tersebut dilakukan satu minggu sekali selama 3 kali pengamatan pada saat tanaman padi umur 8 mst yang dinyatakan dalam satuan ekor/rumpun (masing-masing diberi wereng batang cokelat dewasa).

2. Intensitas Serangan

Gejala serangan dengan menentukan skor (1-9) pada saat pengamatan tanaman padi berumur 8 mst sampai 10 mst.

3. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diukur dalam satuan sentimeter (cm) dari permukaan tanah sampai ujung daun tanaman yang tertinggi. Pengukuran dilakukan 1 kali dalam seminggu mulai dari 1 mst, 2 mst, 3 mst, 4 mst, 5 mst, dan 6 mst (Gambar 3).

(40)

4. Bobot gabah per rumpun

Bobot gabah per rumpun diamati dengan cara menimbang semua hasil gabah per rumpun pada saat panen.

5. Bobot 1000 butir

Bobot 1000 butir diamati dengan cara menimbang 1000 gabah pada setiap satuan percobaan pada saat panen.

6. Hasil per satuan percobaan

Hasil diperoleh dengan cara menimbang semua gabah pada setiap satuan percobaan pada saat panen.

7. Jumlah anakan total

Jumlah anakan dilakukan dengan menghitung jumlah tanaman padi pada saat tanaman berumur 40 hari setelah tanam.

8. Jumlah anakan produktif

Jumlah anakan produktif dilakukan dengan menghitung anakan tanaman yang menghasilkan malai pada akhir fase generatif.

(41)

Tabel 3. Nilai skala kerusakan

Nilai skala kerusakan tersebut meliputi:

Organisme Pengganggu Skala Kerusakan

Wereng Cokelat (Nilaparvata lugens

Stall. 1. Rumpun padi yang tidak ditempatiwereng/tidak ditemukan wereng pada rumpun tersebut.

2. Sebagian daun pertama menguning; belun terjadi kelayuan tanaman; telah ditemukan populasi; ada sedikit embun jelaga.

3. Sebagian daun pertama dan kedua menguning; daun agak layu; banyak ditemukan embun jelaga. 5. Sebagian besar daun menguning;

daun bagian bawah layu; tanaman agak kerdil; embun jelaga sangat banyak.

7. Daun mengeriting dan hampir semua layu; tanaman sangat kerdil.

9. Layu sempurna; tanaman mati. Setelah skor varietas didapatkan maka dibuat pembatasan ukuran ketahanan yaitu ST = sangat tahan (Skor <3); T = tahan (skor 3); AT = agak tahan (skor >3-5); AR = agak rentan (skor >5-7); dan SR = sangat rentan (skor>7-9).

(42)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Populasi imago WBC per plot minggu ke-8, ke-9, dan ke-10

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berbagai varietas padi terhadap serangan hama wereng batang cokelat berpengaruh nyata terhadap populasi wereng batang cokelat (Tabel 5, Lampiran; Tabel 7, Lampiran; Tabel 11, Lampiran).

Tabel 4. Populasi imago WBC minggu ke-8, ke-9, dan ke 10 berbagai varietas padi

Varietas Padi minggu ke-8Populasi Imago Per Plot (minggu)minggu ke-9 minggu ke-10

... ekor ...

Ciherang 5,17 a 7,33 a 7,33 a

Ciliwung 9,83 b 22,83 b 33,50 b

Sembada 168 11,83 c 28,17 b 39,00 b

BNT (0,05) = 1,17 6,14 6,12

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%

Uji BNT (Tabel 4) pada minggu ke-8 menunjukkan bahwa varietas Sembada 168 menghasilkan populasi imago wereng batang cokelat lebih tinggi 128,82 % dan 20,34 % dibandingkan varietas Ciherang dan varietas Ciliwung. Varietas Ciliwung menghasilkan populasi imago wereng batang cokelat lebih tinggi 90,13 % dibandingkan varietas Ciherang.

(43)

Pada minggu ke-9 menunjukkan bahwa varietas Sembada 168 menghasilkan populasi imago wereng batang cokelat lebih tinggi 23,39 % dan 284,31 % dibandingkan varietas Ciliwung dan varietas Ciherang. Varietas Ciliwung menghasilkan populasi imago wereng batang cokelat lebih tinggi 211,46 % dibandingkan varietas Ciherang.

Pada minggu ke-10 menunjukkan bahwa varietas Sembada 168 menghasilkan populasi imago wereng batang cokelat lebih tinggi 16,42 % dan 432,06 % dibandingkan varietas Ciliwung dan varietas Ciherang. Varietas Ciliwung menghasilkan populasi imago wereng batang cokelat lebih tinggi 357,02 % dibandingkan varietas Ciherang.

Gambar 1. Kurva populasi imago WBC pada 3 varietas padi minggu ke-8, minggu ke-9, dan minggu ke-10

Gambar 1 memperlihatkan bahwa setiap sampel varietas tanaman memiliki populasi imago WBC yang berbeda, pertumbuhan jumlah imago setiap minggu

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Minggu Ke-8 Minggu Ke-9 Minggu Ke-10

P op u la si I m ag o W B C ( ek or ) Ciherang Ciliwung Sembada 168

(44)

relatif sama untuk varietas Ciherang, tetapi untuk varietas Ciliwung dan Sembada 169 pertumbuhan imago WBC selalu meningkat.

4.1.2. Intensitas serangan WBC per plot minggu Ke-8, ke-9, dan ke-10

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berbagai varietas padi terhadap serangan hama wereng batang cokelat berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan wereng batang cokelat (Tabel 13, Lampiran; Tabel 15, Lampiran; Tabel 19, Lampiran).

Tabel 5. Intensitas serangan WBC minggu ke-8, ke-9, dan ke-10 berbagai varietas padi

Varietas Padi Intensitas Serangan WBC Per Plot (minggu) minggu ke-8 minggu ke-9 minggu ke-10

... skor ...

Ciherang 1,67 a 2,17 a 2,67 a

Ciliwung 3,00 b 5,33 b 6,00 b

Sembada 168 3,67 c 6,17 b 8,33 c

BNT (0,05) = 0,51 1,14 1,10

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%

Uji BNT (Tabel 5) pada minggu ke-8 menunjukkan bahwa varietas Sembada 168 menghasilkan intensitas serangan wereng batang cokelat lebih tinggi 22,33 % dan 119,76 % dibandingkan varietas Ciliwung dan varietas Ciherang. Varietas Ciliwung menghasilkan intensitas serangan wereng batang cokelat lebih tinggi 79,64 % dibandingkan varietas Ciherang.

Pada minggu ke-9 menunjukkan bahwa varietas Sembada 168 menghasilkan intensitas serangan wereng batang cokelat lebih tinggi 15,76 % dan 184,33 % dibandingkan varietas Ciliwung dan varietas Ciherang. Varietas Ciliwung

(45)

menghasilkan intensitas serangan wereng batang cokelat lebih tinggi 145,62 % dibandingkan varietas Ciherang.

Pada minggu ke-10 menunjukkan bahwa varietas Sembada 168 menghasilkan intensitas serangan wereng batang cokelat lebih tinggi 38,33 % dan 211,98 dibandingkan varietas Ciliwung dan varietas Ciherang. Varietas Ciliwung menghasilkan intensitas serangan wereng batang cokelat lebih tinggi 124,72 % dibandingkan varietas Ciherang.

Gambar 2. Kurva Intensitas Serangan WBC pada 3 varietas padi minggu ke-8, minggu ke-9, dan minggu ke-10

Gambar 2 memperlihatkan bahwa setiap sampel varietas tanaman memiliki intensitas serangan WBC yang berbeda, peningkatan intensitas serangan WBC setiap minggu relatif meningkat. Pada varietas ciherang peningkatan intensitas serangan WBC tidak memberikan dampak negatif pada tanaman. Sedangkan peningkatan intensitas serangan WBC pada varietas ciliwung dan sembada 168 memberikan dampak negatif pada pertumbuhan tanaman.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Minggu Ke-8 Minggu Ke-9 Minggu Ke-10

In te n si ta s S er an ga n W B C (s k or ) Ciherang Ciliwung Sembada 168

(46)

4.1.3. Tinggi tanaman 6 MST

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa serangan hama wereng batang cokelat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman berbagai varietas padi (Tabel 21 dan 22, Lampiran).

Tabel 6. Tinggi tanaman berbagai varietas padi akibat serangan hama wereng batang cokelat

Varietas Padi Jumlah Anakan

... cm ...

Ciherang 111,92 b

Ciliwung 100,98 a

Sembada 168 111,45 b

BNT (0,05) = 3,17

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%

Uji BNT (Tabel 6) menunjukkan bahwa varietas Ciherang dan varietas Sembada 168 menghasilkan tinggi tanaman lebih tinggi 10,83 % dan 10,43 % dibandingkan varietas Ciliwung. Varietas Ciherang dan varietas Sembada 168 memiliki tinggi tanaman yang tidak berbeda

Gambar 3. Kurva tinggi tanaman berbagai varietas padi akibat serangan hama wereng batang cokelat.

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 1 2 3 4 5 6

T

in

gg

i T

an

am

an

(

cm

)

Hari Pengamatan (minggu)

Ciherang Ciliwung Sembada 168

(47)

Gambar 3 memperlihatkan bahwa setiap sampel varietas tanaman memiliki tinggi tanaman yang berbeda yang dipengaruhi berbagai varietas padi, pertumbuhan tinggi tanaman relatif berbeda per minggunya.

4.1.4. Bobot gabah per plot

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa serangan hama wereng batang cokelat berpengaruh nyata terhadap bobot gabah per plot (Tabel 23 dan 24, Lampiran ). Tabel 7. Bobot gabah per plot berbagai varietas padi akibat serangan hama wereng

batang cokelat

Varietas Padi Bobot Gabah Per Rumpun

... gram ...

Ciherang 169,88 c

Ciliwung 101,96 b

Sembada 168 68,97 a

BNT (0,05) = 38,73

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%

Uji BNT (Tabel 7) menunjukkan bahwa varietas Ciherang menghasilkan bobot gabah per plot lebih tinggi 66,60 % dan 146,31 % dibandingkan varietas Ciliwung, dan varietas Sembada 168. Varietas Ciliwung menghasilkan lebih tinggi 47,85 % dibandingkan varietas Sembada 168.

4.1.5. Bobot gabah 1000 butir

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa serangan hama wereng batang cokelat tidak berpengaruh nyata terhadap bobot gabah 1000 butir (Tabel 27 dan 28, Lampiran).

(48)

Tabel 8. Bobot gabah 1000 butir berbagai varietas padi akibat serangan hama wereng batang cokelat

Varietas Padi Bobot 1000 Butir

... gram ...

Ciherang 28,87 a

Ciliwung 27,00 a

Sembada 168 29,75 a

BNT (0,05) = 3,38

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%

4.1.6. Hasil gabah per plot

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa serangan hama wereng batang cokelat berpengaruh nyata terhadap bobot gabah per plot (Tabel 31 dan 32, Lampiran). Tabel 9. Hasil gabah per plot berbagai varietas padi akibat serangan hama wereng

batang cokelat

Varietas Padi Hasil Per Satuan Percobaan

... gram ...

Ciherang 180,03 c

Ciliwung 110,41 b

Sembada 168 75,79 a

BNT (0,05) = 34,37

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%

Uji BNT (Tabel 9) menunjukkan bahwa hasil gabah per plot varietas Ciherang menghasilkan lebih tinggi 137,51 % dan 63,04 % dibandingkan sembada 168 dan varietas Ciliwung. Varietas Ciliwung menghasilkan lebih tinggi 45,67 % dibandingkan varietas Sembada 168.

(49)

4.1.7. Jumlah anakan total

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa serangan hama wereng batang cokelat tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan total (Tabel 35 dan 36, Lampiran).

Tabel 10. Jumlah anakan total per plot berbagai varietas padi akibat serangan hama wereng batang cokelat

Varietas Padi Jumlah Anakan Total

Ciherang 16,00 a

Ciliwung 15,83 a

Sembada 168 16,83 a

BNT (0,05) = 2,34

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%

4.1.8. Jumlah anakan produktif

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa serangan hama wereng batang cokelat tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif (Tabel 37 dan 38, Lampiran).

Tabel 11. Jumlah anakan produktif per plot berbagai varietas padi akibat serangan hama wereng batang cokelat

Varietas Padi Jumlah Anakan Produktif

Ciherang 14,00 a

Ciliwung 12,83 a

Sembada 168 14,83 a

BNT (0,05) = 1,59

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%

(50)

4.2. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons berbagai varietas padi terhadap serangan hama wereng batang cokelat memberikan pengaruh nyata terhadap populasi imago, intensitas serangan hama wereng batang cokelat, tinggi tanaman, bobot gabah per rumpun, dan hasil per satuan.

Jumlah populasi imago wereng batang cokelat berbeda pada 3 varietas padi. Jumlah imago terbanyak ditemukan pada Sembada 168 dan jumlah imago terendah ditemukan pada varietas Ciherang. Hal ini diduga erat hubungannya dengan jumlah imago yang dihasilkan serta faktor ketahanan tanaman.

Sodiq (2009 dalam Martika, 2006) menunjukkan bahwa varietas yang tidak memiliki antibiosis, wereng batang coklat dapat berkembangbiak dengan cepat. Apabila tanaman mendukung jumlah populasi yang relatif banyak, tetapi tanaman tetap tumbuh baik, maka memiliki mekanisme toleransi. Jika sebaliknya bila tanaman tidak mampu mendukung populasi yang sangat banyak dan ditandai dengan matinya tanaman tersebut, menunjukkan tidak adanya mekanisme antibiosis dan toleransi.

Alfitra (2011 dalam Meksy dan Endjang, 2015) menyatakan bahwa faktor utama yang berkontribusi terhadap meningkatnya populasi dan serangan WBC adalah potensi biotik WBC yang tinggi, faktor abiotik, dan sistem budi daya padi yang mendukung berkembangnya populasi wereng batang cokelat. Faktor yang optimum berkembangnya populasi WBC adalah jarak tanam yang rapat untuk varietas padi yang memiliki anakan banyak sehingga tercipta iklim mikro yang sesuai untuk perkembangan populasinya, pemberian pupuk N yang berlebihan,

(51)

kondisi suhu lingkungan 18-30ºC, kelembaban relatif antara 70-85%, dan penggunaan insektisida yang tidak tepat menyebabkan terbunuhnya musuh alami dan menimbulkan resistensi serta resurjensi pada populasi hama WBC.

Manwan (1997 dalam Yuherwandi dkk. 2009) menunjukkan bahwa wereng batang cokelat yang hidup pada varietas padi yang tahan terhadap hama mengalami kematian yang tinggi, peletakan telurnya rendah karena adanya reaksi biofisik dan biokimia alami yang dapat menimbulkan efek non preferensi, antibiotis, dan toleran.

Tinggi tanaman, bobot gabah dan hasil gabah yang tahan terhadap serangan hama wereng batang cokelat memberikan pengaruh nyata sehingga menghasilkan bobot gabah dan hasil gabah yang tinggi, ditinjau dari segi morfologis varietas tahan dan agak tahan memiliki batang yang keras dan permukaan daun yang agak kasar. Menurut Qomaroodin (2006), hal demikian kurang disukai oleh wereng batang cokelat. Batang yang keras dan daun yang kasar diduga dapat menyulitkan wereng batang cokelat saat menusukkan alat pada mulutnya untuk mengisap cairan tanaman dan dapat menyebabkan kematian pada nimfa karena tidak dapat makan. Hal ini karena wereng dapat merusak langsung tanaman padi dengan mengisap cairal sel tanaman dan berperan sebagai vektor virus penyebab penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa (Baehaki, 2012a). Virus yang dibawa oleh wereng batang cokelat dapat masuk dengan mudah ke dalam jaringan kutikula yang impermiabel yang menutupi epidermis tanaman dan secara langsung masuk ke dalam jaringan atau sitoplasma (Zhang et al., 2010 dalam Dianawati dan Sujidno, 2015)

(52)

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Respons berbagai varietas padi yang diteliti memiliki tingkat kerentanan yang berbeda-beda.

2. Varietas Hibrida Sembada 168 memiliki tingkat kerentanan paling tinggi diikuti varietas Ciliwung dan varietas Ciherang.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan perlakuan berbagai varietas padi yang lain dan mengganti varietas yang tidak tahan terhadap wereng batang cokelat.

2. Perlu dilakukan penelitian respons padi terhadap WBC dengan perlakuan kontrol (tanpa wereng batang cokelat).

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Teknik Budidaya Tanaman Pangan.

http://125.163.203.113/buku/budidaya%tanaman%202/bab%208.pdf. Diakses tanggal 3 November 2015

Anonim, 2010. Beras Organik. http://bumiganesa.com/?tag=beras-organik-ciherang. Diakses tanggal 6 November 2015

Anonim. 2012. Budidaya Padi. http://warintek.bantulkab.go.id/web.php?mod =basisdata&kat=1&sub=2&file=34. Diakses tanggal 3 november 2015 Admin, 2012. Mengenal Wereng Batang Coklat. Jawa Tengah.

http://grobogan.go.id/info/artikel/576-mengenal-wereng-batang-coklat-wbc diakses pada tanggal 17 Desember 2015

Asmanina , M.A . 2011. Pengaruh Pemberian Strain Nostoc CPG8, CPG24, DAN CIM7 Terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ciherang.

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284575-S808-Pengaruh%20pemberian.pdf diakses pada tanggal 16 Oktober 2015. Badan Pusat Statistik Indonesia. 2014. Produksi Padi dalam Gabah Kering Giling

dan Impor Beras. http://www.bps.go.id/index.php/publikasi/1045 diakses tanggal 16 Oktober 2015.

Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung.2015.

http://lampung.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Produksi-Tanaman-Pangan-Palawija-Provinsi-Lampung-2011-2015 diakses tanggal 16 oktober 2015.

Balai Penelitian Tanaman Padi. 2011. Deskripsi Padi. Balai Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. Subang.

http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=download&sub=Down loadFile&act=view&typ=html&id=67872&ftyp=potongan&potongan =S1-2014-269807-bibliography.pdf diakses pada 18 Oktober 2015. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NAD. 2007. Teknologi pengendalian

Wereng Coklat. http://www.puslittan.Aceh.go.id/ diakses tanggal 16 Oktober 2015.

Bastian, A.P.H.OR dan M. Yasin. 2011. Pengendalian penyakit tungro dalam tanaman terpadu dan penggunaan insektisida yang tepat.

(54)

https://uwityangyoyo.wordpress.com/2012/10/02/pertumbuhan-varietas-padi-sawah-pada-berbagai-umur-pindah-tanam/ diakses tanggal 18 Oktober 2015.

Baehaki, S.E. 2007. Dinamika Populasi Wereng Coklat Nilaparvata lugens Stall. Dalam Wereng Coklat.

http://www.litbang.pertanian.go.id/special/padi/bbpadi_2009_itp_13.p df diakses tanggal 17 Desember 2015

Baehaki, S.E. 2011. Strategi Fundamental Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat Dalam Pengamanan Produksi Padi Nasional. Pengembangan Inovasi Pertanian 4(1), 2011 : 63-75. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/publikasi/ip041115.pdf diakses tanggal 03 Desember 2015.

Baehaki. 2012a. Perkembangan Biotipe Hama Wereng Cokelat Pada Tanaman Padi. Iptek Tanaman Pangan 7 (1): 8-17.

http://staff.iptek.ac.id/hamim/files/2015/04/Hama-Wereng-dan-Cara-Pengendaliannya-Baehaki.pdf diakses tanggal 25 Agustus 2016

Dewi, I.S, A. Apriana, A. Sisharmini, dan I.H. Somantri. 2007. Evaluasi Ketahanan Tanaman Padi Haploid Ganda Calon Tetua Padi Hibrida Terhadap Wereng Batang Coklat Dan Hawar Daun Bakteri.

Resistance Evaluation of Doubled Haploid Plants Potential as Hybrid Rice Parental Line to Brown Plant Hopper and Bacterial Leaf Blight.

Bul. Agron. (35) (1) 15-21 (2007).

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=34111&val=56& title= diakses tanggal 18 Oktober 2015.

Dianawati, M, dan E. Sujidno. 2015. Kajian Bergagai Varietas Unggul Terhadap Serangan Wereng Batang Cokelat Dan Produksi Padi Di Lahan Sawah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Assessment Of Many New Varietes On Brown Plonthopper Nilaparvata Lugens Attack And Wetland Rice Production Of Garut District, West Java. PROS SEM MASY BIODIV INDON. Volume 1, Nomor 4, July 2015. Halaman: 868-873. ISSN:2407-8050. DOI: 10.13057/psnmbi/m010437.

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25007/5/Chapter%20I.pdf diakses tanggal 18 Maret 2016.

Direktorat Jendral Tanaman Pangan, Kementrian pertanian. 2010. Pedoman Teknis Pengelolaan Produksi Padi.

http://ntb.litbang.pertanian.go.id/ind/pu/ptt/mentekkd.pdf. diakses pada 18 Oktober 2015.

Direktorat Perlindungan Tanaman. 2015. Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan. Jakarta . Hal 39.

(55)

Effendi, T.A. 2009. Jenis Arthopoda Predator Penghuni Tajuk dan Permukaan Tanah di Ekosistem tanaman Padi, M23, 1-7. http://www.pur-plso-unsri.org/dokumen/1_septiana-anggraini_red1.pdf diakses pada 18 Oktober 2015.

Fitringtyas W. 2012. Perkembangan Populasi dan Pembentukan Makroptera Tiga Biotipe Wereng Batang Cokelat Nilaparvata lugens Stall Pada Sembilan Varietas Padi. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Firohmatillah, R.A dan Nirmala, R. 2012. Pengembangan Padi Varietas Unggul

Hibrida : Pendekatan Metode Quality Function Development and Sensitivity Price Analisis. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 1, Juni 2012, hlm.29-45. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. http://journals.ums.ac.id/index.php/JEP/article/viewFile/181/168 diakses tanggal 22 Oktober 2015.

Imran, A dan Suriany. 2007. Penampilan dan Produktivitas Padi Hibrida S1-8-SHS di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. http://indoplasma.or.id/publikasi/buletin_pn/pdf/buletin_pn_15_2_200 9_2-Ali%20Imran.pdf diakses tanggal 20 Oktober 2015.

Jannah A, Rahayu Y.R dan Sulanjari K. 2007. Respons Pertumbuhan dan Produksi Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ciherang Pada Pemberian Kombinasi Dosis Pupuk Anorganik dan Pupuk Kandang Ayam.

http://digilib.unsika.ac.id/sites/default/files/File%20Solusi/Respon%2 0Pertumbuhan%20dan%20Produksi%20Padi..%20(Asmanur%20J,%2 0Yayu%20S%20R,%20Kuswarini%20S).pdf diakses tanggal 16 Oktober 2015.

Kartohardjono. 2011. Penggunaan Musuh Alami Sebagai Komponen Pengendalian Hama Padi Berbasis Ekologi. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian,4(1): 29-46.

Lestari, A.P, Aswidinnoor, H, dan Suwarno. 2007. Uji Daya Hasil Pendahuluan dan Mutu Beras 21 Padi Hibrida Harapan. Preliminary Yield Trial and Gran Quality of 21 promising Hybrid Rice. Bul Agron. (35) (1) 1-7 (2007).

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=84111&val=194 &title= diakses tanggal 18 Oktober 2015.

Mahmud, Y dan S.S. Purnomo. 2014. Keragaman Agronomis Beberapa Varietas Unggul Baru Tanaman Padi (Oryza sativaL) Pada Model Pengelolaan Tanaman Terpadu. Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 1 Januari-Maret 2014 : 1-10. Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi Universitas Singaperbangsa Karawang.

(56)

http://digilib.unsika.ac.id/sites/default/files/File%20Solusi/Respon%2 0Pertumbuhan%20dan%20Produksi%20Padi..%20(Asmanur%20J,%2 0Yayu%20S%20R,%20Kuswarini%20S).pdf diakses tanggal 17 Oktober 2015.

Mardotillah. 2011. Pengaruh Pemberian Strain Nostoc CPG8, CPG24, dan CIM7 Terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Varietas Ciherang.

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284575-S808-Pengaruh%20pemberian.pdf diakses pada tanggal 18 Oktober 2015. Martika, H. 2006. Pengujian Ketahanan Beberapa Kultivar Padi Beras Merah dan

Hitam Terhadap Wereng Batang Coklat Nilaparvata Lugens Stall (Homoptera : Delphacidae).

http://repository.unand.ac.id/17431/1/JURNAL.pdf diakses pada tanggal 26 Desember 2016.

Meksy, D dan S. Endjang. 2015. Kajian Berbagai Varietas Unggul Terhadap Serangan Wereng Batang Cokelat Dan Produksi Padi Di Lahan Sawah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Assessment Of Many New Varieties On Brown Planthopper Nilaparvata Lugens Attack And Wetland Rice Production Of Garut District, West Java. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON. Volume 1, Nomor 4, Juli 2015 ISSN: 2407-8050. Halaman: 868-873 DOI: 10.13057/psnmbi/m010437. http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/M/M0104/M010437.pdf. diakses pada tanggal 26 Desember 2016.

Oka. 1985. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 255 hal.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1116/1/hpt-lahmuddin2.pdf diakses tanggal 27 Desember 2015

Pramono, E. 2004. Perkembangan Populasi Wereng Coklat (Nilaparvata luges

Stall.) Akibat Penggunaan Insektisida dan Beberapa Kultivar Padi. Sarjana Pertanian Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro. (Skripsi)

Qomaroodin, 2006. Teknik Uji Ketahanan Varietas/Galur Harapan Padi Pasang Surut Terhadap Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stall.)

Dalam Buletin Teknik Pertanian 11 (2): 115-124. http:// jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Agrotekbis/article/viewFile/5165/3938 diakses pada tanggal 29 April 2016.

Rahmat. 2005. Tingkat Kerusakan Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) Akibat Serangan Wereng Cokelat (Niparvata lugens Stall.)Koloni Takalar. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Hasanuddin. Hal 49.

http://download.portalgaruda.org/article=jurnalagronomi/view/2165/3 479 diakses tanggal 19 April 2016

Gambar

Tabel 1. Data hasil produksi padi (Gabah Kering Giling) dan impor beras  di Indonesia tahun 2010-2014
Tabel 2. Perkembangan luas panen, produksi, dan  produktivitas padi di  Provinsi  Lampung tahun 2011-2015
Gambar 3. Mekanisme Serangan Hama Wereng Batang Cokelat Semenjak telur hingga matinya dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabel  4.  Populasi  imago WBC minggu  ke-8,  ke-9,  dan  ke  10  berbagai  varietas  padi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, upaya-upaya untuk terus mengembangkan profesi pendidik (guru) menjadi suatu syarat mutlak bagi kemajuan suatu bangsa, meningkatnya kualitas pendidik akan

mengevaluasi pembelajarn, (11) memberikan bimbingan, berinteraksi dengan sejawat dan bertanggung jawab konstituen serta, (12) mampu melaksanakan penelitian. Secara spesifik

Berdasarkan kesimpulan data semiotik dalam pemecahan masalah program linier, diketahui bahwa siswa dengan kemampuan bahasa rendah kesulitan dalam melakukan proses

Dengan menggunakan metode penelitian sejarah, observasi langsung dan wawancara mendalam dengan pemilik dan pelanggan serta masyarakat sekitar warung kopi, penelitian ini

Kendala-kendala yang di hadapi selama memberikan proses pelayanan kepada masyarakat di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Kediri adalah adanya

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

dan kendala apa yang dihadapi dalam pengembangan Gua Tembus dan bagaimana usaha pengembangannya, sedangkan tujuan dari penulis Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel budaya organisasi, gaya kepemimpinan transformasional dan kepribadian secara simultan berpengaruh positif dan signifikan