• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KERANGKA TEORI

4.1. Spesifikasi Model

Menurut Intriligator (1996), model merupakan suatu representasi dari fenomena aktual yang meliputi sistem atau proses yang riil. Menurut Koutsoyiannis (1977), model ekonometrik merupakan gabungan atau integrasi dari teori ekonomi, matematika ekonomi, dan statistik. Model ekonometrik, tidak seperti teori ekonomi dan matematika ekonomi, mempertimbangkan adanya pengaruh gangguan yang random sehingga menghasilkan suatu pola perilaku ekonomi yang tidak deterministik. Model ekonometrik dapat digunakan untuk: (1) alat analisis, seperti pengujian atas teori ekonomi, (2) penetapan kebijakan, yaitu menyediakan nilai estimasi parameter perilaku ekonomi, dan (3) peramalan dampak, yaitu menggunakan nilai estimasi tersebut untuk memprediksi kondisi ekonomi mendatang.

Model ekonometrik merupakan gambaran dari hubungan masing-masing variabel penjelas (explanatory variables) terhadap variabel endogen (endogenous variables). Model yang baik memenuhi kriteria ekonomi (theoritically meaningfull), khususnya menyangkut tanda dan besaran (magnitude and sign) estimasi dari parameter yang sesuai dengan harapan teoritis secara apriori. Kriteria statistik dilihat dari suatu derajat ketepatan (goodness of fit) dan secara statistik memuaskan (statistically satisfactory), sedangkan kriteria ekonometrik melihat apakah estimasi parameter memiliki sifat-sifat unbiasedness, efficiency, consistency, dan sufficiency.

Spesifikasi model dalam studi ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu membangun model untuk menganalisis dampak kebijakan subsidi BBM terhadap

kinerja perekonomian dan kemiskinan di Indonesia. Model ekonometrik yang dibangun diberi nama Model Subsidi Harga Bahan Bakar Minyak Indonesia, setelah mengalami beberapa kali respesifikasi, tercantum pada Lampiran 5.

Model operasional dirumuskan dalam bentuk umum sebagai berikut: t j t 6 j t 5 t 4 j t 3 t 2 * t 1 0 t α αY α X α X α Z α Z α Y u Y            dimana: t

Y = variabel endogen pada periode t *

t

Y = variabel endogen penjelas pada periode t t

X = variabel eksogen pada periode t j

t

X = variabel eksogen pada periode lag t-j t

Z = variabel kebijakan pada periode t j

t

Z = variabel kebijakan pada periode lag t-j j

t

Y = variabel endogen pada periode lag t-j t u = faktor pengganggu 0 α = konstanta 6 1...,α α = parameter

Model terdiri dari persamaan struktural dan identitas, yang dikelompokkan menjadi 8 blok persamaan, yaitu: (1) blok pasar BBM, (2) blok perdagangan BBM, (3) blok permintaan agregat, (4) blok fiskal, (5) blok moneter, (6) blok pasar tenaga kerja, (7) blok kinerja perekonomian, dan (8) blok kemiskinan. Keterkaitan antar blok dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Keterkaitan Antar Blok dalam Model Subsidi Harga Bahan Bakar Minyak Indonesia

PERMINTAAN BBM HARJA JUAL PENAWARAN BBM

ECERAN BBM

PERTUMBUHAN

EKONOMI NET EKSPOR

INFLASI PENGANGGURAN KONSUMSI PENGELUARAN PEMERINTAH INVESTASI GDP NASIONAL KEMISKINAN PERDESAAN SUBSIDI BBM HARGA MINYAK MENTAH DUNIA PENAWARAN TENAGA KERJA PERMINTAAN TENAGA KERJA UPAH MONEY SUPPLY MONEY DEMAND SUKU BUNGA BLOK PASAR BBM KINERJA PEREKONOMIAN

BLOK PERMINTAAN AGREGAT

BLOK MONETER B L O K P A S A R T E N A G A K E R J A BLOK FISKAL NILAI TUKAR KEMISKINAN PERKOTAAN BLOK KEMISKINAN IMPOR BLOK PERDAGANGAN BBM EKSPOR PENGELUARAN NON SUBSIDI BBM TAX REVENUE DOMESTIC REVENUE

Pada Tabel 16 diuraikan persamaan-persamaan yang menyusun Model Subsidi Harga Bahan Bakar Minyak Indonesia. Model terdiri dari 76 persamaan yang dikelompokkan menjadi 8 blok. Blok yang paling rinci adalah blok pasar BBM karena menguraikan permintaan dan penawaran BBM di 3 sektor pengguna. Pada blok perdagangan BBM tidak terdapat persamaan ekspor BBM, kecuali ekspor elpiji, karena tidak ada ekspor BBM pada periode tahun 1986-2006. Impor elpiji tidak dicantumkan karena impor elpiji baru dilaksanakan pada tahun 2003. Jumlah penduduk miskin dibedakan antara perkotaan dan perdesaan karena diduga adanya perbedaan perilaku konsumsi energi. Rumahtangga perdesaan lebih banyak mengkonsumsi kayu bakar sebagai sumber energi alternatif, dan rumahtangga perkotaan lebih banyak mengkonsumsi minyak tanah dan elpiji. Tabel 16. Persamaan-Persamaan yang Menyusun Model Subsidi Harga

Bahan Bakar Minyak Indonesia

No. Blok Persamaan

1. Pasar Bahan

Bakar Minyak

A. Penawaran Bahan Bakar Minyak

1. Jumlah Penawaran Premium

2. Jumlah Penawaran Minyak Solar

3. Jumlah Penawaran Minyak Tanah

4. Jumlah Penawaran Elpiji

5. Jumlah Penawaran Bahan Bakar Minyak

B. Permintaan Bahan Bakar Minyak

6. Jumlah Permintaan Premium Sektor Transportasi

7. Jumlah Permintaan Premium

8. Jumlah Permintaan Minyak Solar Sektor Transportasi

9. Jumlah Permintaan Minyak Solar Sektor Industri

10. Jumlah Permintaan Minyak Solar Sektor Rumahtangga dan Komersial

11. Jumlah Permintaan Minyak Solar

12. Jumlah Permintaan Minyak Tanah Sektor Transportasi

13. Jumlah Permintaan Minyak Tanah Sektor Industri

14. Jumlah Permintaan Minyak Tanah Sektor Rumahtangga dan Komersial

15. Jumlah Permintaan Minyak Tanah

16. Jumlah Permintaan Elpiji Sektor Industri

17. Jumlah Permintaan Elpiji Sektor Rumahtangga dan Komersial

18. Jumlah Permintaan Elpiji

19. Konsumsi Premium

20. Konsumsi Minyak Solar

21. Konsumsi Minyak Tanah

22. Konsumsi Elpiji

23. Konsumsi Bahan Bakar Minyak

C. Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak

24. Harga Jual Eceran Premium

25. Harga Jual Eceran Minyak Solar

26. Harga Jual Eceran Minyak Tanah

Tabel 16. Lanjutan

No. Blok Persamaan

2. Perdagangan Bahan Bakar Minyak

A. Impor Bahan Bakar Minyak

28. Jumlah Impor Premium

29. Jumlah Impor Minyak Solar

30. Jumlah Impor Minyak Tanah

31. Impor Premium

32. Impor Minyak Solar

33. Impor Minyak Tanah

34. Impor Bahan Bakar Minyak

B. Ekspor Bahan Bakar Minyak

35. Jumlah Ekspor Elpiji

36. Ekspor Elpiji

C. Ekspor Bersih Bahan Bakar Minyak

37. Ekspor Bersih BBM

3. Fiskal A. Subsidi Harga Bahan Bakar Minyak

38. Subsidi Harga Premium

39. Subsidi Harga Minyak Solar

40. Subsidi Harga Minyak Tanah

41. Subsidi Harga Elpiji

42. Subsidi Premium

43. Subsidi Minyak Solar

44. Subsidi Minyak Tanah

45. Subsidi Elpiji

46. Subsidi Bahan Bakar Minyak

B. Penerimaan Dalam Negeri Pemerintah

47. Penerimaan Pajak

48. Penerimaan Dalam Negeri Pemerintah

C. Gap Fiskal

49. Gap Fiskal

4. Permintaan Agregat

A. Konsumsi Nasional

50. Konsumsi Non-Bahan Bakar Minyak

51. Konsumsi Nasional

B. Investasi Nasional

52. Investasi Minyak dan Gas Bumi

53. Investasi Non-Minyak dan Gas Bumi

54. Investasi Nasional

C. Belanja Pemerintah

55. Belanja Pemerintah Non-Subsidi Bahan Bakar Minyak

56. Belanja Pemerintah

D. Impor Nasional

57. Impor Non-Bahan Bakar Minyak

58. Impor Nasional

E. Ekspor Nasional

59. Ekspor Non-Bahan Bakar Minyak

60. Ekspor Nasional

F. Gross Domestic Product (GDP) Nasional

61. Gross Domestic Product (GDP) Nasional

5. Moneter 62. Penawaran Uang

63. Permintaan Uang

64. Nilai Tukar Rupiah

65. Indeks Harga Konsumen

66. Tingkat Suku Bunga

6. Pasar Tenaga Kerja

67. Jumlah Penawaran Tenaga Kerja

68. Jumlah Permintaan Tenaga Kerja

69. Upah Tenaga Kerja

7. Kinerja

Perekonomian

70. Jumlah Pengangguran

71. Tingkat Inflasi Domestik

72. Ekspor Bersih Nasional

73. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

8. Kemiskinan 74. Jumlah Kemiskinan di Perdesaan

75. Jumlah Kemiskinan di Perkotaan

Pada Gambar 16 disajikan model Subsidi Harga Bahan Bakar Minyak Indonesia yang menunjukkan hubungan antar variabel, yaitu variabel endogen dan eksogen. Pada Gambar 16, variabel endogen ditunjukkan dengan bentuk segi empat dan variabel eksogen ditunjukkan dengan bentuk oval. Tanda panah mengindikasikan arah pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Garis panah yang menuju ke suatu variabel mengindikasikan variabel tersebut dipengaruhi variabel lainnya, sedangkan garis panah yang meninggalkan variabel menunjukkan variabel tersebut mempengaruhi variabel lainnya. Hubungan simultan terlihat ketika suatu variabel mempengaruhi dan sekaligus dipengaruhi oleh variabel lainnya.

4.1.1. Blok Pasar Bahan Bakar Minyak 4.1.1.1. Penawaran Bahan Bakar Minyak

Penawaran BBM adalah penjumlahan dari produksi dan impor, dan dikurangi ekspor BBM. Untuk menjaga konsistensi, maka ditambahkan penawaran BBM lain (PNWJBLt). Stok atau inventory BBM diasumsikan konstan sepanjang tahun yaitu persediaan untuk 22 hari konsumsi, karena itu tidak perlu dimasukkan ke dalam persamaan. Jumlah produksi dan ekspor merupakan variabel eksogen. Persamaan jumlah penawaran premium (PNWJPRt), minyak solar (PNWJSLt), minyak tanah (PNWJKRt), dan elpiji (PNWJLGt) adalah persamaan identitas berikut ini:

PNWJPRt = PROJPRt + IMPJPRt - EKSJPRt ... (4.1) PNWJSLt = PROJSLt + IMPJSLt - EKSJSLt ... (4.2) PNWJKRt = PROJKRt + IMPJKRt - EKSJKRt ... (4.3) PNWJLGt = PROJLGt + IMPJLGt - EKSJLGt ... (4.4)

139 Gambar 16. Model Subsidi Harga Bahan Bakar Minyak Indonesia

KOSJPRT KOSJSLT KOSJKRT

KOSJLGI

HJECPR HJECSL HJECKR

HJECLG POVERT HJECPX KRODA4 KRODA2 POPNAS KNIAGA KOSJSLI KOSJSLK INTRIL LISTRK RTIKAN MTIKAN KOSJKRI KOSJKRK KOSJLGK

KOSJPR KOSJSL KOSJKR KOSJLG

KOSJPRL KOSJSLL KOSJKRL

KOSJLGL KOSCBM PNWJPR PNWJLG PNWJKR PNWJSL IMPJPR IMPJSL IMPJKR EKSJLG PROJPR PROJSL PROJKR PROJLG EKSJPR EKSJSL EKSJKR IMPJLG PNWJBM PNWJBL

SUBHPR SUBHSL SUBHKR

SUBHLG HDUSMB CPINDX NTUKRR HDUSLG INFLSI KOSNBM KOSNAS INVRMG FDINVS INVNMG INVEST EKSNBM INFLSS EKSPOR EKSRLG IMPNBM CPINDS IMPRSL IMPRPR IMPRKR IMPRLG IMPRBM IMPORT GOVEXP GDPNAS SUBHBL SUBBBM GOVENS REVNTX REVTAX MONEYD MONEYS BANKTL DEVISS FDINVS GROWTH NETEKS LABORS LABORD UMRNAS JOVDES JOVKOT UNEMPL HJECKB REVDDN BANKID Peubah Eksogen Peubah Endogen Keterangan:

Jumlah penawaran BBM tidak termasuk penawaran elpiji karena perbedaan satuan, yaitu elpiji menggunakan satuan berat (kilogram) dan BBM lainnya menggunakan satuan volume (liter). Persamaan jumlah penawaran BBM (PNWJBMt) menjadi:

PNWJBMt = PNWJPRt + PNWJSLt + PNWJKRt + PNWJBLt ... (4.5) 4.1.1.2. Permintaan Bahan Bakar Minyak

1. Permintaan Premium

Sebanyak 96.65 persen premium dikonsumsi di sektor transportasi, sehingga persamaan permintaan premium hanya diwakili oleh sektor transportasi. Permintaan premium diproksi dengan harga jual eceran premium, harga barang substitusi premium yaitu bensin pertamax, dan jumlah kendaraan bermotor roda-2 dan roda-4. Persamaan jumlah permintaan premium di sektor transportasi (KOSJPRTt) yaitu:

KOSJPRTt = a0 + a1HJECPRt + a2(HJECPXt/HJECPXt-1)

+ a3KRODA6t + a4KOSJPRTt-1 + u1 ... (4.6) Tanda yang diharapkan dari estimasi parameter: a1 < 0; a2, a3 > 0; dan 0 < a4 < 1.

Permintaan premium merupakan penjumlahan dari permintaan premium di sektor transportasi dengan permintaan premium di sektor lainnya.

KOSJPRt = KOSJPRTt + KOSJPRLt ... (4.7) 2. Permintaan Minyak Solar

Sebanyak 44.91 persen minyak solar dikonsumsi di sektor transportasi dan sebesar 38.61 persen dikonsumsi di sektor industri. Konsumsi minyak solar di masing-masing sektor dipengaruhi oleh harga jual eceran minyak solar. Konsumsi minyak solar di sektor transportasi diproksi oleh variabel jumlah kendaraan niaga

(KNIAGAt), konsumsi minyak solar di sektor industri diproksi oleh kapasitas listrik terpasang (LSTRIKt) sebagai variabel yang mewakili kapasitas kegiatan sektor industri, dan konsumsi minyak solar di sektor rumahtangga dan komersial didekati dengan jumlah rumahtangga nelayan (RTIKANt) yang menggunakan minyak solar untuk kapal motornya. Persamaan jumlah permintaan minyak solar di sektor transportasi (KOSJSLTt), industri (KOSJSLIt), rumahtangga dan komersial (KOSJSLKt), adalah:

KOSJSLTt = b0 + b1HJECSLt + b2KNIAGAt-1 + b3KRISIS

+ b4KOSJSLTt-1 + u2 ... (4.8) KOSJSLIt = c0 + c1(HJECSLt-HJECSLt-1) + c2LISTRKt

+ c3KRISIS + c4KOSJSLIt-1 + u3 ... (4.9) KOSJSLKt = d0 + d1HJECSLt + d2RTIKANt + d3KOSJSLKt-1 + u4 (4.10) Tanda yang diharapkan dari estimasi parameter: b1, c1, d1 < 0; b2, c2, d2 > 0; dan 0 < b3, c4, d3 < 1.

Permintaan minyak solar merupakan persamaan identitas dari penjumlahan minyak solar di sektor transportas, sektor industri, sektor rumahtangga dan

komersial, dan sektor lainnya.

KOSJSLt = KOSJSLTt + KOSJSLIt + KOSJSLKt + KOSJSLLt .. (4.11) 3. Permintaan Minyak Tanah

Sebanyak 92.52 persen minyak tanah dikonsumsi di sektor rumahtangga dan komersial. Konsumsi minyak tanah di masing-masing sektor dipengaruhi oleh harga jual eceran minyak tanah. Konsumsi minyak tanah di sektor transportasi didekati oleh variabel jumlah kapal motor nelayan (MTIKANt), yang menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakarnya. Jumlah industri yang

memerlukan minyak tanah diproksi oleh variabel jumlah kredit perbankan di sektor industri (BANKIDt), yang mewakili kapasitas kegiatan sektor industri. Konsumsi minyak tanah di sektor rumahtangga dan komersial dipengaruhi oleh jumlah penduduk (POPNASt) dan harga barang substitusinya, yaitu kayu bakar (HJECKBt) dan elpiji (HJECLGt). Persamaan jumlah permintaan minyak tanah di sektor transportasi (KOSJKRTt), industri (KOSJKRIt), dan rumahtangga dan komersial (KOSJKRKt) adalah:

KOSJKRTt = e0 +e1HJECKRt +e2MTIKANt-1 + e3KOSJKRTt-1 + u5 (4.12) KOSJKRIt = f0 +f1HJECKRt +f2BANKIDt-1 + f3KOSJKRIt-1 + u6 ...(4.13) KOSJKRKt = g0 + g1HJECKRt + g2(HJECKBt-HJECKBt-1)

+ g3(HJECLGt-1 / HJECKRt-1) + g4POPNASt

+ g5KOSJKRKt-1 + u7 ... (4.14) Tanda yang diharapkan dari estimasi parameter: e1, f1, g1 < 0; e2, f2, g2, g3, g4 > 0; dan 0 < e3, f3, g5 < 1.

Permintaan minyak tanah merupakan persamaan identitas dari penjumlahan permintaan minyak tanah di sektor transportasi, sektor industri, sektor rumahtangga dan komersial, dan sektor lainnya.

KOSJKRt = KOSJKRTt + KOSJKRIt + KOSJKRKt + KOSJKRLt (4.15) 4. Permintaan Elpiji

Konsumsi elpiji di masing-masing sektor dipengaruhi oleh harga jual ecerannya. Konsumsi elpiji di sektor industri dipengaruhi oleh besaran kegiatan industri yang diwakili oleh kapasitas listrik terpasang (LISTRKt), konsumsi elpiji di sektor rumahtangga dan komersial dipengaruhi oleh jumlah penduduk (POPNASt) dan harga barang substitusinya yaitu minyak tanah (HJECKRt).

Persamaan jumlah permintaan elpiji di sektor industri (KOSJLGIt) dan rumahtangga dan komersial (KOSJLGKt) adalah:

KOSJLGIt = h0 + h1HJECLGt-1 + h2LISTRKt + h3KRISIS

+ h4KOSJLGIt-1 + u8 ... (4.16) KOSJLGKt = i0 + i1HJECLGt-1 + i2(HJECKRt-HJECKRt-1)

+ i3POPNASt + i4KOSJLGKt-1 + u9 ... (4.17) Tanda yang diharapkan dari estimasi parameter: h1, i1 < 0; h2, i2, i3 > 0; dan 0 < h3, h4, i4 < 1.

Permintaan elpiji merupakan persamaan identitas dari penjumlahan permintaan elpiji di sektor industri, rumahtangga dan komersial, dan lainnya.

KOSJLGt = KOSJLGIt + KOSJLGKt + KOSJLGLt ... (4.18) 5. Permintaan Bahan Bakar Minyak

Permintaan BBM merupakan persamaan identitas berupa penjumlahan dari permintaan premium, minyak solar, minyak tanah, dan elpiji. Sebelum dilakukan penjumlahan, terlebih dahulu masing-masing permintaan jenis BBM dikalikan dengan harga jual ecerannya, sehingga diperoleh nilai permintaan (konsumsi) jenis BBM dalam satuan rupiah, berikut ini:

KOSCPRt = (KOSJPRt * HJECPRt) ... (4.19) KOSCSLt = (KOSJSLt * HJECSLt) ... (4.20) KOSCKRt = (KOSJKRt * HJECKRt) ... (4.21) KOSCLGt = (KOSJLGt * HJECLGt) ... (4.22) KOSCBMt = KOSCPRt + KOSCSLt + KOSCKRt +KOSCLGt

4.1.1.3. Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah subsidi harga BBM mempengaruhi harga jual eceran BBM, namun tidak sebaliknya. Harga jual eceran BBM adalah persamaan identitas, berupa pengurangan harga keekonomian BBM30 dengan subsidi harganya. Harga keekonomian BBM diperoleh dengan melakukan proksi harga dunia BBM dikalikan dengan faktor alpha. Harga dunia BBM adalah harga dunia minyak mentah dikalikan dengan nilai tukar rupiah (NTUKRRt), dikalikan dengan faktor konversi,31 dibagi dengan 159. Faktor konversi mencerminkan biaya rata-rata pengolahan minyak mentah menjadi BBM, yang berbeda-beda untuk setiap jenis BBM. Faktor alpha berlaku sama untuk semua jenis BBM, kecuali elpiji, sebesar 15 persen. Faktor alpha mencakup antara lain biaya pengangkutan impor ke pelabuhan di Indonesia, distribusi antar pulau, distribusi darat, margin usaha, dan penyusutan. Elpiji tidak mengenal faktor alpha karena sebagian biaya alpha ditanggung oleh PT Pertamina (persero) selaku distributor tunggal elpiji di Indonesia dan sebagian lagi dibebankan ke konsumen. Hal ini mengakibatkan harga elpiji di konsumen akhir menjadi beragam yang merupakan fungsi dari biaya transportasi dari agen elpiji ke konsumen akhir rumahtangga dan usaha kecil. Persamaan harga jual eceran premium (HJECPRt), minyak solar (HJECKRt), minyak tanah (HJECSLt), dan elpiji (HJECLGt) adalah:

30 Harga keekonomian BBM adalah harga dunia BBM pada titik konsumen akhir di dalam negeri.

Harga keekonomian BBM diperoleh dengan mengalikan harga dunia BBM dengan faktor alpha. Dalam penelitian ini, sesuai Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2005 dan juga untuk penyederhanaan, digunakan faktor alpha maksimal 15 persen.

31Untuk mengkaitkan harga dunia BBM dengan harga dunia minyak mentah, penulis menyusun

faktor konversi menggunakan data tahun 1986-2006. Rata-rata harga dunia BBM (data dari MOPS Singapura) dibagi dengan rata-rata harga dunia minyak mentah (data dari BPMIGAS) periode 1986-2006. Faktor konversi yang diperoleh adalah harga dunia premium 18 persen diatas harga dunia minyak mentah, minyak solar 24 persen, dan minyak tanah 31 persen. Harga dunia elpiji menggunakan data harga ekspor elpiji Indonesia, yang lazimnya bergerak mengikuti pergerakan harga dunia minyak mentah.

HJECPRt = ((HDUSMBt*1.18*1.15*NTUKRRt)/159) - SUBHPRt .... (4.24) HJECSLt = ((HDUSMBt*1.24*1.15*NTUKRRt)/159) - SUBHSLt .... (4.25) HJECKRt = ((HDUSMBt*1.31*1.15*NTUKRRt)/159) - SUBHKRt ... (4.26) HJECLGt = ((HDUSLGt*NTUKRRt)/1 000) - SUBHLGt ... (4.27) 4.1.2. Blok Perdagangan Bahan Bakar Minyak

4.1.2.1. Impor Bahan Bakar Minyak

Produksi BBM yang padat modal dan padat teknologi, merupakan fungsi penawaran yang dalam jangka pendek bersifat rigid (kaku) dan tidak dapat merespon perubahan pasar jangka pendek. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri yang semakin meningkat, pemerintah melakukan impor BBM (kecuali elpiji) yang saat ini meliputi sekitar 35 persen kebutuhan domestik. Produksi elpiji lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri, hanya sebagian kecil untuk konsumsi domestik. Dalam perkembangan selanjutnya, kebutuhan elpiji dalam negeri semakin meningkat sementara ekspor elpiji terikat kontrak jangka panjang. Hal ini mengharuskan pemerintah melakukan impor elpiji yang baru dimulai pada tahun 2003. Impor BBM dipengaruhi oleh harga keekonomian BBM, Indeks Harga Konsumen domestik (CPINDXt), konsumsi di dalam negeri (KNIAGAt dan POPNASt), dan nilai tukar rupiah (NTUKRRt). Persamaan jumlah impor premium (IMPJPRt), minyak solar (IMPJSLt), dan minyak tanah (IMPJKRt) adalah:

IMPJPRt = j0 + j1((HDUSMBt-1*1.18*1.15*NTUKRRt-1)/159)

+ j2CPINDXt + j3TRENDD + j4IMPJPRt-1 + u10 .. (4.28) IMPJSLt = k0 + k1((HDUSMBt*1.24*1.15*NTUKRRt)/159)

IMPJKRt = l0 + l1((HDUSMBt*1.31*1.15*NTUKRRt)/159)

+ l2POPNASt + l3KRISIP + l4IMPJKRt-1 + u12 .... (4.30) Tanda yang diharapkan dari estimasi parameter: j1, k1, l1 < 0; j2, k2, k3, l2 > 0; dan 0 < j4, k4, l4 < 1.

Persamaan impor masing-masing BBM merupakan persamaan identitas, yang diperoleh dari perkalian harga dunia minyak mentah dalam US$ per barrel dengan jumlah impor BBM, kemudian dikali faktor konversi yang berbeda-beda untuk setiap jenis BBM, dikali nilai tukar rupiah, dibagi dengan 159, dan dibagi satu juta. Persamaan impor masing-masing BBM adalah:

IMPRPRt = (IMPJPRt*1.18*HDUSMBt*NTUKRRt/159) / 1 000 000 ... (4.31)

IMPRSLt = (IMPJSLt*1.24*HDUSMBt*NTUKRRt/159) / 1 000 000 ... (4.32)

IMPRKRt = (IMPJKRt*1.31*HDUSMBt*NTUKRRt/159) / 1 000 000 ...(4.33) Persamaan impor BBM total (IMPBBMt) adalah persamaan identitas yang merupakan penjumlahan dari impor premium, minyak solar, minyak tanah, elpiji, dan BBM lain. Persamaan impor BBM (IMPBBMt) adalah:

IMPBBMt = IMPRPRt + IMPRKRt + IMPRSLt + (IMPJLGt*HDUSLGt *NTUKRRt) / 1 000 000 000 + IMPBBLt ... (4.34) 4.1.2.2. Ekspor Bahan Bakar Minyak

Selama periode pengamatan tahun 1986-2006, Indonesia tidak pernah mengekspor premium, minyak solar, dan minyak tanah. Sebaliknya untuk elpiji, sekitar 90 persen produksi elpiji diekspor ke luar negeri karena produksi elpiji tidak dapat diserap oleh pasar domestik pada masa itu. Karena itu, ekspor BBM hanya terdiri dari ekspor elpiji. Jumlah ekspor elpiji diproksi dengan jumlah

produksinya (PROJLGt) dan harga dunianya (HDUSLGt). Persamaan jumlah ekspor elpiji (EKSJLGt) adalah:

EKSJLGt = m0 + m1(HDUSLGt-1*NTUKRRt-1/1 000) + m2PROJLGt + m3TRENDD + m4KRISIP + m5EKSJLGt + u13 (4.35) Tanda yang diharapkan dari estimasi parameter: m1, m2 > 0 dan 0 < m5 < 1. Persamaan ekspor BBM, yang diwakili oleh ekspor elpiji (EKSRLGt), adalah:

EKSRLGt = EKSJLGt * HDUSLGt * NTUKRRt / 1 000 000 0000 .. (4.36) 4.1.2.3. Ekspor Bersih Bahan Bakar Minyak

Neraca perdagangan BBM atau ekspor bersih BBM adalah persamaan identitas yang diperoleh dari pengurangan antara ekspor BBM dengan impor BBM, yaitu:

BOTBBM = EKSRLG – IMPBBM ... (4.37) 4.1.3. Blok Fiskal

4.1.3.1. Subsidi Harga Bahan Bakar Minyak

Nilai subsidi harga BBM yang dipakai dalam penelitian ini adalah nilai prakiraan subsidi harga BBM. Nilai prakiraan subsidi diperoleh dengan menggunakan metode Price Gap Approach (Koplow, 2009), yaitu: Price Gap = Price Reference – End-User Internal Price. Jika diasumsikan bahwa Price Gap adalah subsidi harga BBM, Price Reference adalah harga keekonomian BBM, dan End-User Internal Price adalah harga jual eceran BBM, maka menggunakan analogi yang sama, subsidi harga BBM = harga keekonomian BBM – harga jual eceran BBM. Menggunakan metode tersebut, dapat diperoleh prakiraan subsidi harga premium, minyak solar, minyak tanah, dan elpiji.

Persamaan subsidi harga BBM merupakan persamaan pokok dalam penelitian ini, yang besarannya dipengaruhi oleh harga dunia BBM dalam satuan

US$ per barrel atau per ton, nilai tukar rupiah (NTUKRRt), dan penerimaan dalam negeri pemerintah (REVDDNt). Variabel REVDDNt merupakan proksi dari kemampuan pendanaan dalam negeri untuk membiayai belanja negara tanpa hibah atau bantuan luar negeri. Persamaan subsidi harga premium (SUBHPRt), subsidi harga minyak solar (SUBHSLt), subsidi harga minyak tanah (SUBHKRt), dan subsidi harga elpiji (SUBHLGt), adalah:

SUBHPRt = s0 + s1(HDUSMBt*1.18) + s2NTUKRRt

+ s3REVDDNt + s4SUBHPRt-1 + u19 ... (4.38) SUBHSLt = t0 + t1(HDUSMBt*1.24) + t2NTUKRRt

+t3(REVDDNt-REVDDNt-1)+t4SUBHSLt-1 +u20 ... (4.39)

SUBHKRt = u0 + u1(HDUSMBt*1.31) + u2NTUKRRt

+ u3REVDDNt + u4SUBHKRt-1 + u21 ... (4.40) SUBHLGt = v0 + v1HDUSLGt + v2NTUKRRt+ v3(REVDDNt/ REVDDNt-1)

+ v4SUBHLGt-1 + u22 ... (4.41) Tanda yang diharapkan dari estimasi parameter: s1, s2, s3, t1, t2, t3, u1, u2, u3, v1, v2, v3 > 0 dan 0 < s4, t4, u4, v4 < 1.

Nilai subsidi BBM diperoleh dari hasil perkalian antara subsidi harga dengan jumlah konsumsinya masing-masing. Persamaan subsidi premium (SUBRPRt), minyak solar (SUBRSLt), minyak tanah (SUBRKRt), elpiji (SUBRLGt), dan subsidi BBM (SUBBBMt) adalah:

SUBRPRt = SUBHPRt * KOSJPRt / 1 000 000 ... (4.42) SUBRSLt = SUBHSLt * KOSJSLt / 1 000 000 ... (4.43) SUBRKRt = SUBHKRt * KOSJKRt / 1 000 000 ... (4.44)

SUBRLGt = SUBHLGt * KOSJLGt / 1 000 000 ... (4.45) Persamaan subsidi BBM total (SUBBBMt) adalah:

SUBBBMt = SUBRPRt + SUBRSLt + SUBRKRt + SUBRLGt

+ SUBBBLt ... (4.46) 4.1.3.2. Penerimaan Dalam Negeri Pemerintah

Penerimaan dalam negeri pemerintah (REVDDNt) adalah persamaan identitas yang merupakan penjumlahan dari penerimaan pajak (REVTAXt) dan penerimaan diluar pajak (REVNTXt). Persamaan penerimaan pajak (REVTAXt), yang merupakan persamaan struktural, adalah:

REVTAXt = w0 +w1GDPNASt-1 +w2KRISIP + w3REVTAXt-1 + u23 ... (4.47) Tanda yang diharapkan dari estimasi parameter: w1 > 0 dan 0 < w3 < 1.

Persamaan penerimaan dalam negeri pemerintah (REVDDNt) adalah: REVDDNt = REVTAXt + REVNTXt ... (4.48) 4.1.3.3. Gap Fiskal

Gap fiskal (lihat Alesina, 2000 dan Alvarado, et.al, 2004) adalah persamaan identitas yaitu pengurangan dari penerimaan dalam negeri (REVDDNt) dengan belanja pemerintah atau anggaran belanja negara (GOVEXPt):

FISCGPt = REVDDNt - GOVEXPt ... (4.49) 4.1.4. Blok Permintaan Agregat

4.1.4.1. Konsumsi Nasional

Besaran konsumsi non-BBM dipengaruhi oleh tingkat inflasi domestik (INFLSIt), tingkat suku bunga domestik (INTRILt), dan jumlah penduduk (POPNASt). Persamaan nilai konsumsi non-BBM (KOSNBMt) adalah:

KOSNBMt = o0 + o1INFLSIt + o2INTRILt + o3POPNASt

+ o4KRISIS + o5KOSNBMt-1 + u15 ... (4.50) Tanda yang diharapkan dari estimasi parameter: o1, o2, < 0; o3 > 0; dan 0 < o5 < 1.

Persamaan konsumsi nasional adalah:

KOSNASt = KOSCBMt + KOSNBMt ... (4.51) 4.1.4.2. Investasi Nasional

Investasi di sektor minyak dan gas bumi (INVRMGt) dipengaruhi oleh nilai penanaman modal langsung (FDINVSt), jumlah penduduk (POPNASt), dan tingkat suku bunga domestik (INTRILt). Investasi di sektor migas cenderung dilakukan dalam satuan mata uang asing, sehingga variabel nilai tukar rupiah (NTUKRRt) diabaikan. Persamaan nilai investasi migas (INVRMGt) adalah:

INVRMGt = p0 + p1(INTRILt-INTRILt-1) + p2(FDINVSt/FDINVSt-1) + p3POPNASt + p4KRISIS + p5TRENDD

+ p6INVRMGt-1 + u16 ... (4.52) Tanda yang diharapkan estimasi parameter: p1 < 0; p2, p3 > 0; dan 0 < p6 < 1.

Investasi non-migas (INVRMGt) seperti pertanian, otomotif, jasa keuangan, dan konstruksi lazimnya dilakukan oleh pengusaha dalam negeri dengan lokasi usaha di dalam negeri, sehingga nilai tukar rupiah menjadi salah satu faktor penting selain tingkat suku bunga domestik (INTRILt). Persamaan nilai investasi non-migas (INVNMGt) adalah:

INVNMGt = q0 + q1INTRILt-1 + q2NTUKRRt-1 + q3TRENDD

+ q4KRISIS + q5INVNMGt-1 + u17 ... (4.53) Tanda yang diharapkan dari estimasi parameter: q1, q2 < 0 dan 0 < q5 < 1.

INVESTt = INVRMGt + INVNMGt... (4.54) 4.1.4.3. Belanja Pemerintah

Belanja pemerintah atau anggaran belanja negara (GOVEXPt) adalah persamaan identitas yang merupakan penjumlahan dari belanja pemerintah diluar subsidi BBM (GOVENSt) dengan pengeluaran untuk subsidi BBM (SUBBBMt). Pengeluaran untuk subsidi BBM merupakan persamaan identitas. Belanja pemerintah diluar subsidi BBM (GOVENSt), yang merupakan persamaan struktural, dipengaruhi oleh penerimaan dalam negeri pemerintah (REVDDNt) dan tingkat inflasi domestik (INFLSIt), dengan rincian:

GOVENSt = x0 + x1REVDDNt + x2INFLSIt + x3TRENDD

+ x4GOVENSt-1 + u24 ... (4.55) Tanda yang diharapkan dari estimasi parameter: x1, x2 > 0 dan 0 < x4 < 1.

Persamaan belanja pemerintah atau anggaran belanja negara (GOVEXPt) adalah:

GOVEXPt = GOVENSt + SUBBBMt ... (4.56) 4.1.4.4. Ekspor Nasional

Ekspor non-BBM dipengaruhi oleh tingkat inflasi dunia (INFLSSt) yang diproksi dengan tingkat inflasi di Amerika Serikat, Indeks Harga Konsumen domestik (CPINDXt), nilai tukar riil rupiah (NTUKRRt), dan jumlah penawaran BBM (PNWJBMt). Persamaan nilai ekspor non-BBM adalah:

EKSNBMt = r0 + r1INFLSSt + r2CPINDXt + r3(NTUKRRt-NTUKRRt-1) + r4PNWJBMt + r5EKSNBMt-1 + u18 ... (4.57) Tanda diharapkan dari estimasi parameter: q2 < 0; q1, q3, q4 > 0; dan 0 < q5 < 1.

Persamaan ekspor nasional (EKSPORt) adalah:

4.1.4.5. Impor Nasional

Impor non-BBM (IMPNBMt) dipengaruhi oleh tingkat inflasi domestik (INFLSIt), nilai tukar rupiah (NTUKRRt), jumlah penduduk (POPNASt), dan Indeks Harga Konsumen dunia yang diwakili oleh IHK Amerika Serikat (CPINDSt), yaitu:

IMPNBMt = n0 + n1CPINDSt + n2INFLSIt + n3NTUKRRt-1

+ n4POPNASt + n5KRISIS + n6IMPBBMt-1 + u14 ... (4.59) Tanda yang diharapkan dari estimasi parameter adalah n1, n3 < 0; n2, n4 > 0; dan 0 < n6 < 1.

Persamaan impor nasional (IMPORTt) adalah:

IMPORTt = IMPBBMt + IMPNBMt ... (4.60) 4.1.4.6. Gross Domestic Product (GDP) Nasional

Persamaan Gross Domestic Product Nasional (GDPNASt) adalah:

GDPNASt = KOSNASt + INVESTt + GOVEXPt + NETEKSt ... (4.61) 4.1.5. Blok Moneter

Blok moneter terdiri dari beberapa persamaan yang menggambarkan hubungan antara penawaran uang (MONEYSt), permintaan uang (MONEYDt), tingkat inflasi domestik (INFLSIt), nilai tukar rupiah (NTUKRRt), dan tingkat

Dokumen terkait