• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR

PASAL 1 URAIAN PEKERJAAN

1. Lingkup Pekerjaan.

Lingkup pekerjaan yang harus dikerjakan ialah PEMBANGUNAN PLAT DEUCER, DRAINASE, FINISHING PAGAR DAN PENGURUGAN HALAMAN RUMDIN KA/WAKA POLRES LOMBOK UTARA.

2. Lokasi Pekerjaan.

Terletak di Desa Genggelang Kec. Gangga Kab. Lombok Utara. 3. Jenis Pekerjaan.

PEMBANGUNAN PLAT DEUCER, DRAINASE, FINISHING PAGAR DAN PENGURUGAN HALAMAN RUMDIN KA/WAKA POLRES LOMBOK UTARA.

4. Sarana Bekerja.

Untuk kelancaran pekerjaan kontraktor harus menyediakan:

a. Tenaga kerja/Tenaga ahli yang cukup memadai sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan;

b. Alat-alat bantu, alat-alat pengangkut dan alat-alat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan;

c. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang akan dilaksanakan tepat pada waktunya. 5. Cara Pelaksanaan.

Pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Rencana Kerja & Syarat-syarat (RKS), Gambar Rencana, Berita Acara Penjelasaan serta mengukuti petunjuk Direksi.

PASAL 2

PERATURAN-PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN

1. Dalam melaksanakan pekerjaan kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan dibawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya.

a. Perpres No. 54 Tahun 2010 dengan lampiran-lampirannya;

b. Peraturan umum tentang pelaksanaan pembangunan di Indonesia atau Algemene voowaarden voor de uitvoering bij aanneming van openbore werken (AV)1941;

c. Keputusan-keputusan Majelis Indonesia untuk Arbitrasi Teknik dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI);

d. Peraturan dari Dinas Keselamatan Kerja dan Departemen Tenaga Kerja; e. Undang-Undang jasa konstruksi Tahun 2000;

f. Peraturaan/ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instasi Pemerintah setempat yang berkekuatan dengan permasalahan bangunan.

2. Untuk melaksanakan pekerjaan dalam butir 1 ayat 2 termasuk diatas berlaku dan mengikat pula:

a. Gambar Bestek yang dibuat oleh Konsultan Perencana yang sah disahkan oleh Pemberi Tugas termasuk Gambar-gambar Detail dan Perubahan yang disahkan oleh Direksi;

b. Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS);

c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing); d. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK);

e. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Direksi.

PASAL 3

PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

1. Kontraktor wajib meneliti semua Gambar-gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) termasuk tambahan-tambahan dan perubahan yang dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).

2. Bila Gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat adalah RKS. Bila suatu gambar tidak cocok dengan yang lain, maka gambar yang memakai skala lebih besar yang berlaku.

3. Bila perbedaan-perbedaan itu menimbulkan keraguan sehingga dalam pelaksanaan menimbulkan keresahan bagi kontraktor wajib menanyakan pada pengawas lapangan/Direksi dan kontraktor mengikuti keputusannya.

PASAL 4

PERSIAPAN DI LAPANGAN

1. Pemborong harus menyediakan dan membuat sebuah Direksikeet yang cukup untuk melaksanakan tugas pekerjaan administrasi lapangan bagi pengawas dan Direksi yang lengkap dengan alat-alat kerja minimal berupa:

a. 1 (satu) set kursi duduk yang memadai dan pantas; b. 1 (satu) meja tulis berikut kursinya;

c. 1 (satu) papan tulis (White board) serta perlengkapannya;

d. 1 (satu) lembar polywood dipasang pada dinding untuk memasang gambar; e. 1 (satu) rak untuk menyimpan arsip;

f. Perlengkapan PPPK yang dapat dipergunakan oleh semua pihak.

2. Pemborong harus menyediakan sarana alat tulis menulis seperti buku harian untuk catatan-catatan, teguran, saran dan petunjuk dalam pelaksanaan berupa buku tamu, buku Direksi/Pengawas.

Jenis laporan/catatan yang harus ada di Ruang Direksikeet adalah: a. Catatan kemajuan fisik setiap hari;

b. Catatan mengenai cuaca setiap hari;

c. Catatan bahan-bahan yang diterima maupun ditolak oleh Pengawas Lapangan; d. Catatan Sipil tenaga kerja yang masuk (bekerja) pada setiap hari;

e. Catatan-catatan mengenai kejadian-kejadian lainnya yang memerlukan pencatatan lebih lanjut;

f. Buku tamu atau Direksi; g. Buku pengawas lapangan.

3. Apabila diperlukan kontraktor harus membuat gudang/los kerja yang cukup untuk menyimpan bahan-bahan yang diperlukan dan tempat para pekerja.

PASAL 5

TENAGA KERJA KONTRAKTOR

Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja inti untuk dipekerjakan dilapangan sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

1. Tenaga Pelaksana teknis yang terampil dan berpengalaman dalam bidangnya dan pengawas mandor dan kepala tukang yang cakap dalam melakukan pengawasan yang tepat untuk pekerjaan yang memerlukan pengawasan mereka.

2. Tenaga kerja terampil, setengah terampil dan tidak terampil sesuai dengan keperluan untuk pelaksanaan. Penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang sesuai dan tepat pada waktunya.

3. Tenaga kerja inti yang ditugaskan dilapangan minimal terdiri dari: a. Kepala Pelaksana;

b. Pelaksana; c. Administrasi.

4. Mengeluarkan tenaga kerja kontraktor (pekerja, tukang, kepala tukang, mandor).

5. Direksi pekerjaan berhak menolak dan mewajibkan kontraktor memberhentikan seseorang yang dipekerjakan olek kontraktor pada atau sehubungan dengan pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan pekerjaan, yang menurut direksi pekerjaan berprilaku tidak senonoh, tiak cakap atau ceroboh dalam pelaksanaan tugasnya atau yang menurut pertimbangan Direksi pekerjaan orang tersebut tidak patut dipekerjakan dan orang tersebut tidak boleh dipekerjakan lagi tanpa izin tertulis dari Direksi Pekerjaan. Orang yang diberhentikan secara demikian dari pekerjaan harus diganti secepat mungkin dengan seorang pengganti yang cakap yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

PASAL 6

RENCANA KERJA (TIME SCHEDULE)

Time Schedule yang dimaksud adalah dibuat dalam bentuk kurva S , Barchad dan Network Planing yang memuat penjelasan tentang rencana kerja pelaksanaan pekerjaan an penyediaan bahan yang sesuai dengan persyaratan dalam Dokumen Lelang ini.

PASAL 7

KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN

1. Dilapangan pekerjaan, kontraktor wajib menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau biasa disebut Pelaksana yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan dilapangan dan mendapat kuasa penuh dari kontraktor.

2. Dengan adanya pelaksana, tidak berarti bahwa kontraktor lepas tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan.

3. Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada Pihak Pertama/ Pemilik Proyek dan Pengawas Lapangan, nama dan jabatan pelaksana untuk mendapatkan persetujuan.

4. Bila dikemudian hari menurut pendapat Pengelola Proyek dan Pengawas Lapangan, pelaksana kurang mampu/kurang cakap memimpin pekerjaan maka akan diberitahukan kepada kontraktor secara tertulis untuk mengganti pelaksana.

5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan pemberitahuan, kontraktor wajib sudah menunjuk pelaksana pengganti yang akan memimpin pelaksanaan atau kontraktor sendiri. (Penanggung Jawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.

PASAL 8

TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR DAN PELAKSANA

1. Untuk menjaga kemungkinan diperlukan dalam jam kerja apabila terjadi hal-hal yang mendesak, kontraktor dan pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis alamat dan nomor telepon di lokasi kepada Pengelola Proyek daan Pengawas Lapangan.

2. Alamat Kontraktor/Pelaksana diharapkaan tidak sering berubah-ubah selama pekerjaan.

PASAL 9

PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN

1. Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan dilapangan terhadap barang-barang milik proyek, Pengawas Lapangan dan pihak ketiga yang ada dilapangan.

2. Untuk maksud-maksud tersebut bila dianggap perlu kontraktor harus membuat pagar pengaman dari kayu atau bahan lain yang biayanya menjadi tanggungan kontraktor.

3. Jika terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui Pengawas Lapangan baik yang belum maupun yang telah terpasang tetap menjadi tanggung jawab pemborong (kontraktor) dan tidak diperhitungkan dalam pekerjaan (Biaya Pekerjaan Tambahan).

PASAL 10

JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA

1. Kontaktor diwajibkan menyediakan alat-alat Pengobatan (obat-obatan) menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan dilapangan untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi petugas dan pekerja dilapangan. 2. Kontaktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi syarat-syarat

kesehatan bagi semua petugas dan pekerja yang ada dibawah kekuasaan kontaktor.

3. Kontraktor wajib menyediakan air bersih kamar mandi, WC, yang layak dan bersih bagi semua petugas dan pekerja, membuat tempat penginapan dilapangan untuk pekerja (barak kerja).

4. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja wajib diberikan oleh kontaktor sesuai dengan peraturan perundangan yang ada.

PASAL 11

ALAT-ALAT PELAKSANAAN

Sebelum pekerjaan fisik dimulai, semua alat pelaksanaan pekerjaan harus disediakan oleh kontaktor, dan dalam keadaan baik dan siap pakai antara lain:

1. Truk/Dump Truk; 2. Beton Molen; 3. Mesin Pompa Air; 4. Vibrator;

5. Stamper;

6. Alat-alat Tukang Kayu, Batu, dan Besi.

Jumlah kapasitas maupun merk peralatan disesuaikan dengan aktivitas di lapangan yang di koordinasikan dengan Pengawas Lapangan/Direksi.

PASAL 12

PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Sebelum dilakukan penggalian, lokasi yang akan dibangun harus dibersihkan dahulu dari bekas akar-akar pohon maupun sampah-sampah yang dapat merusak konstruksi bangunan.

2. Bouwplank/Profil harus dibuat dengan bahan kayu yang kuat dan lurus selama pelaksanaan sedang berjalan. Bowplank/Profil yang rusak segera diperbaiki, serta permukaan papan Bowplank/Profil harus diketam agar permukaan menjadi lurus, dan tebal papan minimal 2,5 cm dan lebar 20 cm.

3. Penggalian pondasi dapat dilaksanakan setelah Bowplank penandan, ukuran-ukuran pada patok telah mendapat persetujuan dari Direksi Teknik.

PASAL 13

SYARAT-SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN

1. Semua bahan bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhui syarat-syarat yang ditentukan dalam Syarat-syarat Teknis ini.

2. Pengawas Lapangan berwenang menanyakan asal bahan dan kontraktor wajib memberitahukan. 3. Semua bahan bangunan yang akan digunakan harus diperiksa dahulu oleh Pengawas Lapangan

untuk mendapatkan persetujuan.

4. Bahan bangunan yang telah didatangkan ditempat pekerjaan tetapi ditolak pemakaiannya oleh Pengawas Lapangan harus dikeluarkan dari tempat pekerjaan selambat-lambatnya 2 x 24 jam sejak jam penolakan.

5. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan kontraktor tetapi telah ditolak Pengawas Lapangan, pekerjaan tersebut segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya kontrakror. 6. Apabila Pengawas Lapangan merasa perlu meneliti suatu bahan lebih lanjut, Pengawas Lapangan

berhak mengirim bahan-bahan tersebut ke laboratorium bidang pengujian Dinas Pekerjaan Umum atau laboratorium Perguruan Tinggi di Mataram. Biaya penelitian menjadi tanggung jawab kontraktor.

PASAL 14

PEMERIKSAAN PEKERJAAN

1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan telah selesai, akan tetapi belum diperiksa oleh Pengawas Lapangan, Kontraktor wajib meminta persetujuan kepada pengawas untuk menyetujui bagian pekerjaan tersebut dan meneruskan pekerjaan selanjutnya. 2. Bila permohonan pelaksanaan itu dalam waktu 24 jam (terhitung dari jam diterimanya surat

Permohonan Pemeriksaan, tidak terhitung hari libur/Hari Raya) tidak dipenuhi oleh Pengawas Lapangan, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaan dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah di setujui oleh Pengawas Lapangan. Hal ini kecuali bila Pengawas Lapangan minta perpanjangan waktu.

PASAL 15 GALIAN TANAH

1. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan sekecil mungkin terjadi gangguan terhadap bahan-bahan di bawah dan diluar batas galian yang ditentukan sebelumnya.

2. Bila bahan tersebut yang nampak keluar diatas garis formasi atau tanah dasar atau permukaan pondasi adalah lepas-lepas atau lunak atau secara lain tidak cocok dalam pendapat Direksi Teknik, bahan itu secara keseluruhan harus dipadatkan atau dibuang seluruhnya atau diganti dengan urugan yang cocok seperti diperintahkan Direksi Teknik.

3. Dimana batu, lapisan keras atau bahan tidak dapat dihancurkan lainnya ditemukan berada di atas garis formasi atau pondasi, bahan tersebut harus digali terus sedalam 20 cm sampai suatu permukaan yang rata dan halus. Tidak ada runcingan-runcingan batu akan ditinggalkan menonjol dari permukaan yang nampak keluar dan semua bahan-bahan yang lepas-lepas harus dibuang. 4. Profil galian yang telah ditetapkan harus dikembalikan dengan pengurugan kembali dan harus

dipadatkan dengan bahan pilihan yang disetujui oleh Direksi Teknik.

5. Sejauh mungkin dan serta diperintahkan oleh Direksi Teknik, Kontraktor harus menjaga galian tersebut bebas air.

PASAL 16 URUGAN TANAH

1. Urugan tanah yang akan dilaksanakan yaitu urugan tanah untuk perataan site, urugan peninggian tanah halaman, urugan tanah bekas galian pondasi (sesuai Gambar Rencana/Gambar Kerja). 2. Urugan tanah harus menggunakan tanah urug yang baik dan harus dipadatkan dengan mengairi

sampai jenuh hingga mencapai kepadatan maksimal. Pelaksanaan Pekerjaan:

a. Penyiapan Lapangan.

 Sebelum menempatkan urugan diatas suatu lapangan, semua operasi pemotongan dan pembersihan termasuk pengisian lubang-lubang disebabkan pembongkaran akar-akar harus disesuaikan sesuai dengan spesifikasi, daan semua bahan-bahan yang tidak cocok harus dibuang dari batangan tersebut seperti diperintahkan Direksi Teknik;

 Bilamana tingginya timbunan adalah satu meter atau kurang, tempat pondasi timbunan harus dipadatkan secara menyeluruh (termasuk membuat lepas-lepas, mengeringkan atau membasahi jika diperlukan) sampai bagian puncak tanah setebal 15 cm, memenuhi persyaratan kepadatan yang ditetepkan untuk urugan yang ditetepkan disana.

b. Penimbunan Urugan.

 Urugan harus disisipkan sampai permukaan yang telah dibuat dan ditebarkan dalam lapisan-lapisan yang rata tidak melebihi ketebalan padat 20 cm;

 Urugan tanah harus diangkat secara langsung dari daerah galian bahan ketempat yang sudah disiapkan dan dihampar (dalam cuaca kering). Penumpukan tanah pada umumnya tidak diizinkan, khususnya selama musim hujan.

c. Pemadatan urugan.

 Segera setelah pemadatan dan penebaran urugan, masing-masing lapisan tanah harus dipadatkan menyeluruh dengan peralatan pemadatan yang cocok dan memadai sampai disetujui dan diterima oleh Direksi Teknik;

 Urugan timbunan harus dipadatkan dimulai pada ujung paling luar serta masuk ketengah dalam satu cara dimana masing-masing bagian menerima desakan pemadatan yang sama.

PASAL 17 URUGAN PASIR

1. Urugan Pasir yang akan dilaksanakan yaitu urugan pasir dibawah lantai serta urugan pasir dibawah pondasi (sesuai gambar rencana/gambar kerja).

2. Urugan pasir harus menggunakan pasir urug yang baik dan harus dipadatkan dengan mengairi sampai jenuh hingga mencapai kepadatan maksimal.

PASAL 18 PEKERJAAN PONDASI

1. Pondasi yang dipakai adalah Pondasi Lajur Batu Kali untuk Drainase/Saluran air. Pondasi Lajur Batu Kali, terdiri dari:

a. Alas pondasi dari pasir urug yang dipadatkan setebal 10 cm, ditimbris dan disiram air sampai kepadatan maksimum;

b. Material batu kali/belah yang keras, bermutu baik dan tidak cacat dan tidak retak.

Batu kapur, batu berpenampang bulat atau berpori besar dan terbungkus lumpur tidak diperkenankan dipakai;

c. Adukan yang dipakai untuk pasangan pondasi dan berapen adalah 1pc : 5ps;

d. Air yang digunakan harus bersih, tawar dan bebas dari bahan kimia yang dapat merusak pondasi, asam alkali atau bahan organik;

e. Pasir pasang harus bersih, tajam dan bebas lumpur tanah liat, kotoran organik dan bahan-bahan yang dapat merusak pasangan, untuk itu pasir yang akan dipakai terlebih dahulu diayak lewat ayakan dengan diameter lubang sebesar 10 mm.

2. Penggalian pondasi lajur batu kali dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan lay out, titik as pondasi tersebut dan ditentukan dengan teliti sesuai gambar dan disetujui Direksi.

3. Pemeriksaan tiap galian pondasi dilaksanakan terhadap kebenaran penempatannya, kedalaman, besaran, lebar, letak dan kondisi dasar galian. Sebelum pemasangan pondasi dimulai izin dari Direksi mengenai hal tersebut harus didapat secara tertulis.

4. Pemborong harus memperhatikan adanya stek tulangan kolom, stek tulangan ke sloof dan sparing pipa plumbing yang menembus pondasi.

5. Karena adanya cut and fill, pemborong harus memperhatikan kedalaman pondasi terhadap tanah dasar/keras.

PASAL 19

PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI

1. Perekat yang dipergunakan untuk pasangan batu kali adalah campuran 1 PC : 5 Ps. 2. Ukuran minimal batu adalah tebal minimum 15 cm.

3. Ukuran batu maksimum akan ditentukan oleh Direksi Teknik dengan memperhitungkan jenis, struktur, lokasi batu dalam stuktur dan persyaratan umum stabilitas dan saling mengunci.

4. Batu yang dipilih harus bersih, keras tanpa lapisan yang lemah atau retak dan harus memiliki satu daya tahan (awet).

5. Batu-batu tersebut harus berbentuk datar, biji ataupun datar dan harus dapat dilapisi seperlunya untuk menjamin saling mengunci yang rapat bila dipasang bersama-sama.

6. Semua galian harus selalu bebas air dan kontraktor harus melengkapi semua bahan-bahan yang diperlukan, peralatan dan tenaga untuk membuang atau mengalirkan air, termasuk saluran-saluran sementara pengaliran lintasan air.

7. Batu harus bersih dan dibasahi sepenuhnya sebelum dipasang, diberikan waktu untuk penyerapan air.

8. Tebal atas adonan untuk masing-masing lapisan pekerjaan batu adalah dalam batas-batas 2 5 cm, tetapi harus dipertahankan sampai keperluan minimum untuk menjamin bahwa semua rongga diantara batu yang telah dipasang telah diisi sepenuhnya.

9. Batu harus diletakan dengan permukaan yang paling panjang mendatar dan permukaan menonjol masing-masing batu harus diatur sejajar dengan permukaan dinding yang sedang dibangun.

PASAL 20

PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA

1. Batu yang dipakai pada pekerjaan ini, menggunakan bata yang berkualitas baik, utuh dan tidak cacat serta bata yang dipakai harus dengan ukuran yang sama.

2. Bata merah sebelum dipasang harus direndam dahulu dalam bak atau drum air, sampai jenuh yang harus disiapkan dilapangan.

3. Pasangan dinding bata merah/Kanstin dipasang sesuai dengan Gambar Kerja yang sudah ada dan untuk pasangan tembok bata menggunakan pasangan setengah bata.

4. Perekat yang dipergunakan untuk pasangan bata adalah sebagai berikut: a. Untuk pasangan tembok bata biasa menggunakan campuraan 1 Pc : 5Ps;

b. Untuk pasangan tembok trasram menggunakan campuran 1 Pc : 3 Ps dipasang pada tempat-tempat yang ditentukan sesuai dengan Gambar Kerja dan Detail.

5. Bata yang mentah, retak/tidak memenuhi syarat dan tetap terpasang agar dibongkar dan segera diganti dengan bata yang memenuhi syarat tersebut.

PASAL 21

PEKERJAAN BETON DAN BETON BERTULANG 1. Syarat-syarat Umum dan Peraturan.

a. Persyaratan-persyaratan konstuksi beton, istilah-istilah teknik serta syarat-syarat pelaksanaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam bagian dokumen ini;

b. Kecuali tercantum lain dalam spesifikasi teknis ini maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan standar dibawah ini:

 SNI No. 03-2847-1992;

 Peraturan Muatan Indonesia (PMI 1970);

c. Semua material yang dipergunakan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi sebelum dipergunakan dalam proyek ini, kemudian semua material yang akan dipergunakan harus sesuai dengan persyaratan yang ada dalam RKS ini.

2. Pekerjaan beton bertulang pada pekerjaan ini disyaratkan menggunakan mutu beton Karakteristik (K) 175.

3. Untuk bidang-bidang yang vertikal, ketinggian pengecoran beton yang akan dicor maksimum 150 cm.

4. Cetakan Beton.

a. Cetakan yang dipakai dibuat sedemikiaan rupa sehingga menghasilkan permukaan beton yang rata dan halus. Untuk itu dipergunakan papan Tripleks dengan ketebalan tidak boleh kurang dari 6 mm;

b. Sebelum beton dituang, terlebih dahulu konstruksi cetakan beton diperiksa untuk memastikan kebenaran perletakannya, kokoh, rapat serta bersih dari segala kotoran permukaan cetakan harus diberi minyak (Form Oil) untuk mencegah melekatnya beton pada cetakannya.Permukaan cetakan harus dibasahi sehingga tidak terjadi penyerapan air beton yang baru dituangkan. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan direksi.

5. Sambungan Beton.

a. Pemborong harus membuat schedule tentang letak sambungan cor beton (Construction Joint); b. Dalam keadaan mendesak Direksi dapat merubah letak sambungan beton tersebut;

c. Permukaan sambungan beton harus dikasarkan dengan cara mengupas seluruh permukaan sampai didapatkan permukaan beton yang padat dengan menyemprotkan air kepermukaan sesudah 2 x 24 jam sejak beton dituangkan atau boleh menggunakan cara lain yang disetujui direksi;

d. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan diberi lapisan grount sebelum beton dituang. Grount terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir;

e. Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain yang ditentukan dalam gambar, bentuk sambungan untuk tulangan dinding tegak (vertikal) dan kolom sedikitnya harus sudah 30 kali diameter batangan dan harus mendapat persetujuan dari direksi.

6. Pembesian.

a. Bahan material dan ukuran batang semua baja tulangan harus baru dengan mutu baja U24 untuk besi tulangan yang polos dan U32 untuk besi tulangan ulir sesuai dengan SNI untuk beton dan harus disetujui oleh Direksi. Diameter tulangan baja beton harus sesuai dengan gambar dan bila kemudian karena keadaan lapangan harus diadakan penggantian/penyesuaian diameter terlebih dahulu harus disetujui Direksi;

b. Baja tulangan beton sebelum dipasang harus dibersihkan dari serpih-serpih, karat, minyak, gemuk dan pelapisan yang akan merusak atau mengurangi daya rekatnya;

c. Baja tulangan harus dibengkokkan/dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk dan ukuran yang tertera pada konstruksi yang diberikan kepada kontraktor, baja tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokan kembali dengan cara merusak bahannya;

d. Baja tulangan dengan bengkokan yang tidak ditunjukan dalam gambar tidak boleh dipakai, semua batangan harus dibengkokan dalam keadaan dingin, Pemasangan dari besi beton hanya dapat diperkenankan bila seluruh cara-cara pengerjaannya disetujui oleh direksi;

e. Sistim pemasangan, penggunaan besi beton, ketepatan diameter dalam pembesian ini agar tetap mengikuti gambar yang ada, seperti pembesian : Plat Beton, Rabat Beton dll.

7. Pengecoran Beton.

a. Semua penulangan harus dimatikan pada kedudukan dan diperiksa terlebih dahulu oleh Direksi Teknik/Pengawas Lapangan sebelum pengecoran dilakukan;

b. Direksi Teknik/Pengawas Lapangan harus menerima pemberitahuan minimal 2 x 24 jam sebelum pengecoran dilakukan agar pemeriksaan dan persetujuan dapat diberikan pada waktunya;

c. Beton yang tidak dapat dipakai yang sudah mengeras, kotoran-kotoran dan benda-benda yang tidak berguna harus dikeluarkan dalam begesting;

d. Pada saat pengecoraan lapisan-lapisan beton ini, secara bersamaan juga dilaksanakan pemadatan;

e. Sebelum pengecoran dilakukan, semua penulangan, pembesian yang telah terpasang harus dimintakan persetujuan Direksi.

8. Adukan/Campuran.

Adukan yang dipakai untuk beton ini adalah 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr. 9. Beton Cor.

Beton tidak bertulang dengan adukan 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr dengan ukuran sesuai dengan gambar digunakan untuk:

a. Neut beton;

PASAL 22

PEKERJAAN PLESTERAN ACIAN 1. Yang termasuk lingkup pekerjaan ini adalah:

- Plesteran dinding bata/Kanstin; - Plesteran Siaran dan Kop Drainase;

- Plesteran/aferking permukaan beton (Plat Deucer).

Dokumen terkait