• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

J. Hasil Validasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan…

3. Spesifisitas metode uji an tioksidan…

Nilai RSD yang masih dapat diterima (%) >10 < 2 1-10 < 5 0, 1-1 < 10 <0, 1 < 20 3. Spesifisitas

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam sampel atau sering juga diartikan spesifisitas adalah kemampuan untuk mengukur yang dituju secara tepat dan spesifik dengan adaya

komponen-komponen lain. Dalam artian metode preparasi sampel tidak boleh hanya

membawa jumlah yang terukur dari sampel tetapi komponen yang bersama-sama

dengan analit tidak boleh mengganggu dalam analisis (Ohanesian et al, 2002).

H. Landasan Teori

Antioksidan merupakan sebutan untuk zat yang berfungsi melindungi tubuh

dari serangan radikal bebas. Yang termasuk ke dalam golongan zat ini antara lain

vitamin, polifenol, karotin dan mineral. Secara alami, zat ini sangat besar peranannya

pada manusia untuk mencegah terjadinya penyakit. Antioksidan melakukan semua ini

Pada tanaman trembesi mengandung flavonoid dan senyawa fenolik yang

kemampuan menangkap radikal bebas. Tanaman trembesi telah digunakan sebagai

pengobatan tradisional di Venezuala dan biji trembesi biasa digunakan sebagai tempe

untuk mengganti kedelai.

Kadar fenolik pada sampel ditentukan oleh kemampuan sampel mereduksi

reagen Folin-Ciocalteu yang mengandung senyawa asam fosfomolibdat-fosfotungstat

berwarna kuning yang akan membentuk senyawa kompleks berwarna biru. Warna ini

dapat diukur intesitasnya dengan spektrofotometri visible.

I. Hipotesis

Fraksi air ekstrak etanol biji trembesi memiliki kandungan senyawa fenolik

yang dinyatakan sebagai massa ekivalen asam galat pergram fraksi air ekstrak etanol

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk eksperimental dengan rancangan acak

sederhana karena subjek uji diberi perlakuan.

B.Variabel Penelitian

1. Variabel bebas berupa konsentrasi fraksi air ekstrak etanolik biji trembesi.

2. Variabel tergantung berupa aktivitas antioksidan fraksi air ekstrak etanolik biji

trembesi.

3. Variabel pengacau terkendali berupa tempat tumbuh tanaman, waktu pemanenan,

umur tanaman, dan cara panen.

4. Variabel pengacau tidak terkendali berupa cahaya matahari, iklim dan cuaca.

C.Definisi Operasional

1. Ekstrak etanolik biji trembesi adalah sari hasil proses maserasi biji trembesi

dengan penyari etanol 70 %.

2. Fraksi air adalah hasil fraksi ekstrak etanolik biji trembesi dengan menggunakan

air yang telah difraksinasi menggunakan washbensin dan etil asetat.

3. Persen inhibition concentration (%IC ) adalah persen yang menyatakan

kemampuan fraksi air ekstrak etanolik biji trembesi untuk menangkap radikal

4. Inhibition concentration 50 ( IC50) adalah nilai konsentrasi fraksi air ekstrak

etanolik biji trembesi yang menghasilkan penangkapan 50% radikal DPPH.

D. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: biji trembesi (Sa manea

saman (Jacq.) Merr ) yang terdapat di taman Universitas Sanata Dharma, kampus

III, Paingan (Yogyakarta); akuades (Laboratorium Kimia Analisis Instrumental

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma); bahan kualitas p.a. E. Merck, yaitu:

metanol, bahan kualitas p.a. Sigma Chem. Co., USA, yaitu: DPPH, reagen

Folin-Ciocalteu, asam galat, dan rutin; bahan kualitas teknis Brataco Chemica, yaitu:

wasbensin dan etil asetat; bahan kualitas teknis CV. General Laboratorium, yaitu:

etanol 70%; dan aluminium foil.

2. Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: neraca analitik (Scaltec SBC

22, BP 160P), vacuum rotary evaporator (Junke & Kunkel), waterbath (labo-tech,

Heraeus), vortex (Janke & Kunkel), spektrofotometer UV-Vis (Perkin Elmer Lamda

20), blender, corong Buchner, oven, mikropipet 10-1000 L; 1-10 mL (Acura 825, Socorex), tabung reaksi bertutup, dan alat-alat gelas yang lazim digunakan di

E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman trembesi dilakukan di Laboratorium Farmakognosi

Fitokimia, Fakultas Farmasi USD menurut Plantamor dan Ntbg (2013).

2. Pengumpulan bahan

Tanaman trembesi diperoleh dari koleksi tanaman milik Universitas Sanata

Dharma. Pengambilan biji dengan kriteria berwarna hitam.

3. Preparasi sampel

Buah trembesi dikupas dan biji dipisahkan dari daging buahnya kemudian bijinya

dibersihkan dengan air mengalir lalu dikeringkan di bawah sinar matahari dengan

ditutupi kain hitam. Sampel kemudian diblender untuk mengecilkan ukuran partikel.

4. Pembuatan fraksi air

Simplisia yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 30 g dan dituang

kedalam bejana maserasi, ditambah etanol sampai terendam sempurna, dan dicampur

homogen. Campuran dimaserasi pada suhu ruangan selama dua hari. Filtrat diperoleh

melalui penyaringan dengan corong Buchner. Ampas penyaringan diremaserasi

dengan etanol secukupnya selama 2 hari, kemudian disaring. Lalu filtrat diuapkan

pelarutnya hingga diperoleh ekstak etanol biji trembesi.

Ekstrak etanol biji trembesi ditambah 300 mL air hangat dan diekstraksi

cair-cair menggunakan wasbensin dengan perbandingan larutan ekstrak wasbensin (1:1

v/v), kemudian didiamkan hingga terpisah sempurna. Fase air akan berada pada

Dari hasil partisi diperoleh dua fraksi, yaitu fraksi wasbensin dan fraksi air.

Selanjutnya, fraksi air diekstraksi cair-cair lagi menggunakan etil asetat dengan

perbandingan larutan fraksi air-etil asetat (1:1 v/v) sehingga didapatkan fraksi air dan

etil asetat. Setelah dipisahkan fraksi air diuapkan dengan va cum rotary evaporator

hingga didapakan ekstrak kental. Lalu hasil fraksi tersebut digunakan analisis lebih

lanjut.

5. Pembuatan larutan DPPH,pembanding dan uji

a. Larutan uji untuk penentuan kandungan fenolik total

Sebanyak 10 mg fraksi air ditimbang, kemudian diencerkan dengan metanol p.a

sampai 10 ml sehingga didapatkan konsentrasi sebesar 1000 g/ml.

b. Pembuatan larutan asam galat

Sebanyak 25 mg asam galat ditimbang dan diencerkan dengan metanol p.a :

aquadest (1μ1) sampai 50 ml sehinggga didapatkan konsentrasi 500 g/ml. Diambil

sebanyak 2; 3; 4; 5; 6 ml larutan tersebut kemudian diencerkan dengan metanol p.a :

aquadest (1:1) hingga 25 ml kemudian akan diperoleh larutan asam galat dengan

konsentrasi 40; 60; 80; 100; 120 g/ml.

c. Pembuatan larutan DPPH

Sejumlah DPPH dilarutkan ke dalam metanol p.a sehingga diperoleh larutan

DPPH dengan konsentrasi 0,4 mM. Larutan tersebut ditutup dengan alumunium foil

dan dibuat selalu baru.

Sebanyak 2,5 mg stok rutin ditimbang dan ditambah metanol p.a hingga 10

ml.

e. Pembuatan larutan seri

Diambil 0,5; 1,0; 1,5; 2, dan 2,5 larutan stok rutin dan diencerkan dengan

metanol p.a hingga 25 mL pada labu ukur, sehingga akan diperoleh larutan dengan

konsentrasi 5; 10; 15; 20; 25 g/ml.

f. Pembuatan larutan uji aktivitas antioksidan dari ekstrak biji trembesi

Sebanyak 25 mg ekstrak ditimbang dan dilarutkan dengan metanol p.a

sampai 25 ml dan didapatkan konsentrasi 1 mg /ml. Dari larutan tersebut diambil

sebanyak 1; 2; 3; 4 dan 5 ml lalu di add dengan metanol p.a hingga 10 ml sehingga

didapat konsentrasi 100; 200; 3000; 400; 500 g/ml.

6. Uji pendahuluan

a. Uji fenolik

Sejumlah 0,5 ml larutan uji 1000 g/ml dan larutan pembanding asam galat

120 g/ml dimasukkan masing-masing dalam tabung reaksi dan ditambah 2,5 ml larutan reagen Folin-Ciocalteu yang diencerkan dengan aquadest (1:10 v/v). Larutan

tersebut kemudian ditambah dengan 7,5 ml natrium bikarbonat 1 M. Setelah 10 menit

warna larutan diamati.

b. Uji pendahuluan aktvitas antioksidan

Sebanyak 1 ml larutan DPPH dimasukkan dalam masing-masing 3 tabung

reaksi. Pada masing-masing tabung reaksi kemudian ditambahakan dengan 1ml

larutan uji konsentrasi 120 µg/ml. Selanjutnya diencerkan dengan 3 ml metanol p.a.

Larutan tersebut divortex 30 detik. Setelah 30 menit diamati perubahan warna yang

terjadi.

7. Optimasi metode penentuan kandungan fenolik total

a. Penentuan OT (Operating Time)

Dibuat larutan baku asam galat konsentrasi 40; 80; dan 120 µg/ml dan

masing-masing larutan diambil 0,5 ml dan ditambah dengan 5 ml reagen

Folin-Ciocalteu yang diencerkan dengan aquadest (1:1). Kemudian larutan tersebut

ditambah dengan 4 mL larutan natrium bikarbonat 1 M. Absorbansinya diukur pada

panjang gelombang 750 nm selama 30 menit. Pengerjaan dilakukan 3 kali replikasi.

Operating time tercapai ketika absorbansi larutan telah stabil.

b. Penentuan panjang gelombang maksimum

Dibuat larutan baku asam galat dengan konsentrasi 40; 80; dan 120 µg/ml

dan masing-masing diambil sebanyak 0,5 ml dan ditambah dengan 5 ml reagen

Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan dengan air (1:1) kemudian larutan ditambah 4 ml

larutan natrium karbonat 1M. Didiamkan selama OT kemudian diukur absorbansinya

pada panjang gelombang 600-800 nm.

8. Penetapan kandungan fenolik total

a. Pembuatan kurva baku asam galat

Sebanyak 0,5 mL larutan asam galat 40; 60; 80; 100; dan 120 µg/ml

v/v). Larutan selanjutnya ditambah dengan 4,0 ml natrium bikarbonat1M. larutan

didiamkan selama OT, absorbansinya dibaca pada panjang gelombang maksimum

terhadap blanko yang terdiri atas akuades : metanol p.a. (1:1), reagen Folin-Ciocalteu,

dan larutan natrium bikarbonat 1M. Pengerjaan dilakukan 3 kali.

b. Validasi metode penetapan kandungan fenolik total

Hasil dari prosedur 10 a divalidasi berdasarkan parameter presisi (%CV),

linieritas (nilai r) serta spesifisitas (spektra kontrol).

c. Estimasi kandungan fenolik total larutan uji

Diambil 0,5 mL larutan uji 1000 µg/mL, lalu dimasukkan ke dalam labu

ukur 10 ml, dan dilanjutkan sebagaimana perlakuan pada pembuatan kurva baku

asam galat. Kandungan fenolik total dinyatakan sebagai massa ekivalen asam galat

(mg ekivalen asam galat per gram fraksi air). Dilakukan 3 kali replikasi.

9. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan

a. Penentuan panjang gelombang maksimum

Pada 3 labu ukur 10 mL, dimasukkan masing- masing 0,4; 1,2; dan 2 ml

larutan DPPH 0,4 mM. Tiap labu ukur tersebut ditambah metanol p.a hingga tanda

batas sehingga didapatkan konsentrasi DPPH sebesar0,016; 0,048; dan 0,080 mM.

Larutan tersebut divortex 30 detik. Larutan kemudian didiamkan selama 30 menit.

Lalu dilakukan pengukuran absorbansinya dengan spektrofotometer visible pada

panjang gelombang antara 400-600 nm.

Sejumlah larutan DPPH 0,4 mM dimasukkan ke dalam labu ukur sebanyak

3 buah berukuran 5 ml.Kemudian masing-masing labu ukur ditambahkan dengan 1

ml larutan pembanding rutin 5; 15; dan 25 µg/ml kemudian ditambah metanol p.a

hingga tanda batas. Larutan tersebut divortex selama 30 detik. Setelah itu dibaca

absorbansinya dengan spektrofotometri visible pada panjang gelombang hasil

pengukuran selama 1 jam. Perlakuan ini juga dilakukan untuk mencari OT dari

larutan uji fraksi fraksi air pada konsentrasi 100, 300, dan 500 µg/ml.

10. Pengujian aktivitas antioksidan

a. Pengukuran absorbansi larutan kontrol

Pada labu takar 5,0 ml, dimasukkan sebanyak 1,0 ml larutan DPPH 0,4 mM

kemudian ditambah metanol p.a hingga tanda batas. Larutan tersebut dibaca

absorbansinya pada saat OT dan panjang gelombang serapan maksimum. Pengerjaan

dilakukan sebanyak tiga kali. Larutan ini digunakan sebagai larutan kontrol untuk

menguji larutan pembanding dan larutan uji.

b. Pengukuran absorbansi larutan pembanding dan uji

Sebanyak 1,0 ml larutan DPPH 0,4 mM dimasukkan ke dalam

masing-masing labu ukur 5,0 ml kemudian ditambah dengan 1,0 ml larutan pembandingan 5;

10; 15; 20; 25 g/ml dan larutan uji 100; 200; 300; 400; 500 g/ml. Selanjutnya tambahkan metanol p.a hingga tanda batas. Larutan tersebut kemudian divortex

selama 30 detik dan diamkan selama OT. Larutan dibaca absorbansinya dengan

spektrofotometer visibel pada panjang gelombang maksimum. Pengerjaan dilakukan

c. Validasi metode uji aktivitas antioksidan

Hasil dari prosedur 7 a dan b divalidasi berdasarkan parameter presisi (%

RSD), linieritas (nilai r) serta spesifisitas (spektra kontrol).

d. Prosedur 8 a dan b kemudian dihitung % IC dan IC50 untuk rutin dan

fraksi air ekstrak etanol biji trembesi.

F. Analisis hasil

Kandungan fenolik total dalam fraksi air ekstrak etanol biji trembesi

dihitung sebagai massa ekivalen asam galat per gram fraksi air. Nilai absorbansi

larutan uji dimasukkan ke dalam persamaan kurva baku asam galat sehingga

diperoleh nilai ekivalensi larutan uji terhadap asam galat. Kemudian dilakukan

perhitungan lebih lanjut berdasarkan rumus di bawah.

Kandungan fenolik total =�

Aktivitas penangkapan radikal DPPH (% IC) dihitung dengan rumus :

% IC =

100%

Data aktivitas dianalisis dan dihitung nilai IC50 melalui persamaan

regresi linier dengan sumbu x adalah konsentrasi larutan uji maupun larutan

pembanding dan y adalah % IC. Untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan

bermakna antara IC50 antara larutan pembanding dan larutan uji kemudian dilakukan

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan bahwa tanaman yang

digunakan dalam penelitin sesuai dengan pustaka dan menghindari kekeliruan dalam

pengambilan bahan penelitian. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium

Farmakognosi Fitokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta,

pada tanggal 4 September 2013 berdasarkan acuan dari Plantamor dan Ntbg (2013).

Hasil ( lampiran 1) determinasi menunjukkan bahwa memang benar tanaman yang

digunakan adalah Samanea saman (Jacq.) Merr.

B. Pengumpulan Bahan

Bahan biji trembesi diperoleh pada tanggal 23 November 2012 dari

tanaman inventaris milik Universitas Sanata Dharma, Kampus III, Paingan,

Yogyakarta. Tanaman yang digunakan merupakan tanaman yang sengaja ditanam

dilingkungan Kampus III, Universitas Sanata Dharma, Paingan, Yogyakarta yang

berfungsi sebagai penyerapan karbon dioksida, suasana menjadi teduh dan asri.

Pemilihan sumber tanaman dengan tumbuhan trembesi didalam lingkungan kampus

Universitas Sanata Dharma dan mudah ditemukan serta dirawat secara khusus

sebagai tanaman taman. Selain itu, spesies tanaman lebih mudah dipastikan karena

Waktu pemanenan yang tepat akan menghasilkan simplisia yang mengandung

bahan yang optimal. Kandungan kimia dalam tumbuhan tidak sama sepanjang waktu.

Kandungan kimia akan mencapai kadar optimum pada waktu tertentu. Ketentuan

pemanenan buah yang baik yakni pada saat buah telah matang. Buah telah matang

dipeti . Kemudian dikupas kulit buahnya dengan pisau kemudian biji dikumpulkan

dan dicuci.

Setelah dilakukan pencucian biji trembesi selanjutnya dilakukan proses

pengeringan. Pengeringan merupakan proses pengawetan simplisia sehingga

simplisia tahan lama dalam penyimpanan. Selain itu pengeringan akan menghindari

penguraian kandungan kimia karena pengaruh enzim. Pengeringan yang cukup akan

mencegah pertumbuhan mikroorganisme atau jamur (kapang). Proses pengeringan

dilakukan sampai diperoleh simplisia kering . Menurut persyaratan OT pengeringan

dilakukan sampai kadar air tidak lebih dari 10% (Agoes, 2007) .

Pengeringan untuk bahan yang akan terekstraksi harus dalam keadaan

terawasi untuk mencegah terjadinya perubahan kimia yang terlalu banyak. Bahan

harus dikeringkan secepat-cepatnya, tanpa menggunakan suhu tinggi, lebih baik

dalam aliran udara yang baik (Harborne,1987).

Biji trembesi yang sudah kering diserbuk halus penyerbukan bertujuan untuk

memperluas permukaan simplisia sehingga proses ekstrasi lebih efektif. Permukaan

yang luas memungkinkan interaksi yang lebih banyak antara simplisia dengan cairan

C.Hasil Ekstraksi

Ekstrak etanolik biji trembesi dibuat dari maserasi serbuk menggunakan

etanol 70% dalam bejana tertutup. Proses dianggap paling tepat karena simpilsia

yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam cairan penyari sampai

meresap dan melunakkan susunan sel. Hal ini memungkinkan zat-zat yang mudah

larut akan melarut .

Etanol digunakan sebagai cairan penyari karena berapa kelebihan antara lain

tidak beracun, netral dan merupakan pelarut universal artinya baik senyawa polar dan

non polar dapat tersari di dalamnya. Hal ini berkaitan dengan gugus fungsi yang

dimiliki etanol yaitu polar (gugus OH) dan non polar (gugus R), sehingga flavonoid

,saponin dan tannin berdasarkan sifat kepolaran masing-masing dapat tersari dalam

etanol 70%. Etanol 70 % sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang

optimal (Voigt, 1995).

Dalam biji trembesi terkandung berbagai macam senyawa yang beberapa

diantaranya dapat membantu kelarutan senyawa lain (bertindak sebagai co-solvent).

Hal ini dapat menyebabkan hampir semua bahan dapat terekstraksi ke dalam etanol.

Penyari simplisia biji trembesi menggunakan metode maserasi karena metode

ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan metode ekstraksi yang lain. Metode

ini sangat sederhana, mudah dilakukan dan cepat pelaksanaannya. Maserasi

dilakukan dalam bejana tertutup agar etanol tidak menguap karena etanol mudah

menguap pada suhu kamar. Di samping itu, juga untuk mencegah masuknya

tertentu yang mudah teroksidasi oleh oksigen dari udara seperti fenol yang dapat

teroksidasi sehingga membentuk polimer.

Maserasi dilakukan dalam bejana tertutup dibungkus dengan alumunium foil

agar tidak kena cahaya dan terhindar dari paparan sinar matahari untuk menghindari

penguapan etanol dan menghindari oksidasi terhadap senyawa aktif. Pada penelitian

ini maserasi dilakukan pada serbuk biji trembesi dalam etanol 70% selama 2 hari,

sambil sekali diaduk setiap harinya. Pengadukan penting dilakukan agar sel yang

kontak dengan cairan penyari lebih banyak sehingga difusi senyawa cairan dalam

penyari juga banyak dan penyarian dapat berjalan optimal. Setelah 2 hari dilakukan

penyaringan dengan menggunakan vakum, kemudian dimaserasi kembali

menggunakan etanol 70 % lalu didiamkan selama 2 hari. Filtrat kemudian disaring

dan dicampurkan dengan filtrat sebelumnya.

Penyaringan dilakukan dengan bantuan pompa vakum karena jumlah bahan

yang banyak sehingga akan membutuhkan waktu yang lama jika disaring secara

biasa. Filtrat etanol dapat diendapkan dengan tujuan untuk mengendapkan zat-zat

yang tidak larut etanol, yang ikut lolos dalam proses penyaringan. Ada beberapa zat

tidak larut dalam etanol seperti amilum, lipid, organel-organel sel, zat tersebut dapat

menjadi senyawa pengganggu. Penelitian ini menggunakan serbuk simplisia kering.

Dalam proses penyerbukan kemungkinan dapat terjadi pemecahaan vakuola sel dan

Ekstrak etanol hasil pengendapan selanjut disaring dan maserat

diuapkan menggunakan vaccuum rotary evaporator. Dalam penguapan larutan penyari digunakan vaccuum rotary evaporator dengan tujuan untuk menghindari kontak dengan panas berlebihan yang dapat merusak sebagian komponen senyawa

kimia yang terkandung didalamnya. Tekanan rendah, etanol akan menguap pada suhu

dibawah titih didih normalnya. Penguapan dilakukan sampai tidak menetes lagi

pelarut etanol dalam vaccuum rotary evaporator, diperoleh ekstrak kental (diasumsikan tidak terdapat lagi pelarut etanol). Hasil dari penguapan ini diperoleh

ekstrak etanolik kental biji trembesi, kemudian dihitung persen rendemen. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui perbandingan berat ekstrak yang tersari dengan berat

bahan mula-mula. Hasil proses maserasi dari serbuk kering biji trembesi, diperoleh

rendemen ekstrak sebesar 13,9885 g.

D.Hasil Fraksinasi

Dari hasil ekstrak dilakukan partisi ekstrak etanol dengan beberapa pelarut.

Proses partisi sangat diperlukan mengingat senyawa aktif dalam tanaman sangat

bervariasi struktur sesuai dengan golongan dan subsituennya. Perbedaan golongan

dan subsituen inilah yang menyebabkan perbedaan polaritas. Akibatnya kelarutan

senyawa aktif dalam tanaman sulit ditentukan kelarutannya secara umum dan

diperlukaan pelarut bertingkat polaritasnya untuk menekstrasksi senyawa aktif dalam

tanaman. Partisi bertingkat akan memisahkan komponen aktif ke dalam fraksi non

Dalam penelitian ini, fraksi yang diteliti adalah fraksi air. Sebelum fraksi,

ekstrak etanol kental dilarutkan dengan air hangat agar mudah difraksi. Fraksi diawali

dengan pencucian ekstrak dengan washbensin 1:1 untuk mengekstraksi senyawa non

polar seperti lemak, minyak, vitamin dan aglikon flavonoid yang non polar misalnya

aglikon isofalvon dan termetoksilasi (Harborne,1987). Kemudian wasbensin dan

ekstrak menggunakan prinsip ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair prinsip like

dissolve like sehingga zat yang nonpolar akan terbawa dalam pelarut nonpolar dan

pelarut polar akan terbawa dalam pelarut polar. Fraksi air dan fraksi washbensin

akan terpisah dalam corong pisah itu terjadi karena perbedaan berat jenis antar

cairan. Dimana washbensin memiliki berat jenis lebih kecil dibandingkan air,

sehingga akan berada diatas permukaan air. Fase air kemudian diambil dan fase

washbensin dibuang, dan fase air siap difraksi dengan etil asetat.

Dengan menggunakan proses yang sama seperti pada proses diatas

kemudian difraksinasi kembali dengan etil asetat. Fraksi air dan etil asetat dicampur

dengan corong pisah. Etil asetat berada diatas permukaan air karena berat jenis yang

lebih kecil. Senyawa polar yang larut air seperti antosianin, fenolik dan glikosida

akan terbawa dalam fase air sedangkan senyawa yang semipolar larut dalam etil

asetat seperti isoflavon, flavonon dan flonol. Fraksi air yang dihasilkan berupa

cairan. .Fraksi air yang diperoleh diuapkan dengan vacuum rotary evaporator. Fraksi

E.Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan bertujuan untuk menentukan ada tidaknya keberadaan suatu

aktivitas antioksidan dan senyawa fenolik dalam fraksi air dengan mereaksikan suatu

sampel uji dengan reaktan tertentu sehingga menunjukkan sifat fisik berupa warna

tertentu sebagai indikator. Uji pendahuluan yang dilakukan disebut juga uji tabung

karena uji kualitatif dilakukan dengan tabung reaksi.

1. Hasil uji kualitatif fenolik

Gambar 2 . Uji kualitatif fenolik. A= asam galat, B= blanko, C= fraksi uji

Uji kualitatif fenolik bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa fenolik

dalam fraksi air ekstrak etanol biji trembesi. Pengujian kualitatif sangat penting

untuk menentukan langkah selanjutnya, yakni uji kuantitatif kandungan senyawa

dengan fraksi air biji trembesi maka akan terjadi perubahan warna menjadi biru.

Intensitas warna biru ditentukan dengan banyaknya kandungan fenolik dalam fraksi

air biji termbesi. Semakin banyak konsentrasi senyawa fenolik dalam fraksi air biji

trembesi maka akan semakin biru yang terlihat. Menurut Singleton dan Rossi

(1965), warna biru yang teramati berbanding lurus dengan konsentrasi ion fenolat

yang terbentuk. Semakin besar konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak

fenolat yang terbentuk sehingga warna biru yang dihasilkan semakin pekat. Fenolat

hanya terdapat dalam larutan basa, tetapi dengan pereaksi Folin-Ciocalteu dan produk

tidak stabil pada kondisi basa. Penambahan natrium karbonat pada uji fenolik

bertujuan untuk membentuk suasana basa agar terjadi reaksi reduksi Folin-Ciocalteu

oleh gugus hidroksi dari fenolik di dalam fraksi air biji trembesi.

Pengujian ini menggunakan pembanding berupa asam galat dan metanol.

metanol sebagai kontrol negatif dan asam galat sebagai kontrol positif. Hasil yang

diperoleh dari uji kualitatif menunjukkan terjadi perubahan warna menjadi biru tua

dalam fraksi air biji trembesi, setelah ditambahkan reagen Folin Ciocalteu dan

Dokumen terkait