• Tidak ada hasil yang ditemukan

(jacq.) merr.) dan aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1 difenil 2 pikrilhidrazil (dpph)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "(jacq.) merr.) dan aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1 difenil 2 pikrilhidrazil (dpph)"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI AIR EKSTRAK ETANOLIK BIJI TREMBESI (Samanea saman (Jacq.) Merr.) DAN

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL (DPPH)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Ignasius Angrenaldo

NIM: 098114030

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI AIR EKSTRAK ETANOLIK BIJI TREMBESI (Samanea saman (Jacq.) Merr.) DAN

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL (DPPH)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Ignasius Angrenaldo

NIM: 098114030

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

SERVUS, SERVUORUM DEI

HAMBA BAGI PARA HAMBA

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Tuhanku Yesus Kristus atas segala berkat dan penyertaan-Nya

Bapak, Ibu dan adik-adikku atas kasih sayang

dan segala hal yang diberikan

(6)
(7)
(8)

vii PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan rahmat

serta karunia-nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi

yang berjudul ”PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI AIR EKSTRAK ETANOLIK BIJI TREMBESI (Samanea saman (Jacq.) Merr.) DAN

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL (DPPH)”.

Skripsi ini dibuat sebagai tugas akhir yang menjadi syarat kelulusan wajib

untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.). Penulis menyusun skripsi ini

dalam jangka waktu yang cukup panjang melalui penelitian dan pengamatan yang

dilakukan sendiri bersama teman-teman satu tim dan juga dibawah bimbingan dosen

pembimbing skripsi.

Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma.

2. Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan selama pengusulan skripsi, saat penelitian dan

selama penulisan skripsi dengan kesabaran dan penuh perhatian.

3. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku Dosen Penguji yang memberikan banyak

(9)

viii

4. Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan kritikan dan saran yang sangat bermanfaat bagi skripsi ini.

5. C. M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt. sebagai Kaprodi Fakultas Farmasi yang

telah memberi masukan dan saran yang baik selama penulis berkuliah.

6. Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si, Apt. sebagai Kepala Laboratorium Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Segenap laboran Laboratorium Farmakognosi Fitokimia (Mas Wagiran),

Laboratorium Farmasi Fisika (Mas Agung), Laboratorium Kimia Analisis

Instrumental (Mas Bimo) dan Laboratorium Kimia Organik (Pak Parlan) atas

segala bantuan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini

Keluarga yang senantiasa mendukung di rumah, papa, mama dan adik tercinta.

8. Teman seperjuanganku Fendy terima kasih atas kerjasamanya, kepercayaan,

kesabaran, canda, saling memberikan semangat serta suka maupun duka yang

telah kita lewati bersama. Tanpa adanya hal-hal tersebut skripsi ini tidak akan

berjalan dengan baik.

9. Teman-temanku Aldo Chritian, Willigis Danu, Anthony Felix, James Wekin, Jen

Wekin, Meli Sampe, Donna Daniel dan Widiya Palionan yang sudah menjadi

teman-teman ngobrol yang baik dan selalu berbagi cerita, canda dan tawa

bersama.

10.Teman- teman kelas 2009 A bantuannya yang tidak dapat penulis sebutkan satu

(10)

ix

11. Teman- teman anging mammiri dan K2KAMSY yang sering memberikan

dukungan dan semangat.

12.Semua pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari, masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam

penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan bantuan dan

masukkan untuk membuat laporan skripsi ini menjadi bermanfaat.

Yogyakarta, 30 Oktober 2013

Penulis

Ignasius Angrenaldo

(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…. ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.. ... ii

HALAMAN PENGESAHAN… ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN… ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.. ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA… ... vi

KATA PENGANTAR.. ... vii

DAFTAR ISI……….. ... x

DAFTAR TABEL…….. ... xiv

DAFTAR GAMBAR.. ... xv

DAFTAR LAMPIRAN.. ... xvi

INTISARI… ... xviii

ABSTRACT.. ... xix

BAB I. PENGANTAR….. ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan… ... 3

2. Keaslian penelitian….. ... 4

3. Manfaat penelitian……. ... 5

(12)

xi

BAB II. PENELAAH PUSTAKA……. ... 6

A. Uraian tanaman……….. ... 6

1. Nama tumbuhan (Plantamor , 2012)…..…. ... 6

2. Klasifikasi berdasarkan Plantamor (2012)….. ... 6

3. Morfologi trembesi… ... 7

4. Manfaat trembesi ... 7

B. Senyawa Fenolik Total ... 7

C. Antioksidan ... 10

D. Metode DPPH… ... 12

E. Spektofotometri… ... 14

F. Ekstraksi…... 15

G. Validasi Metode Analisis….. ... 16

H. Landasan teori…. ... 20

I. Hipotesis………. ... 21

BAB III. METODE PENELITIAN.. ... 22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian.. ... 22

B. Variabel Penelitian.. ... 22

1. Variabel bebas.. ... 22

2. Variabel tergantung.. ... 22

3. Variabel pengacau terkendali.. ... 22

4. Variabel pengacau tak terkendali.. ... 22

(13)

xii

D. Bahan dan Alat Penelitian… ... 23

1. Bahan penelitian… ... 23

2. Alat penelitian… ... 23

E. Tata Cara Penelitian.. ... 24

1. Determinasi biji trembesi… ... 24

2. Pengumpulan tanaman.. ... 24

3. Preparasi sampel… ... 24

4. Pembuatan fraksi air.. ... 24

5. Pembuatan larutan DPPH, pembanding dan uji.. ... 25

6. Uji pendahuluan…. ... 26

7. Optimasi metode penentuan kandungan fenolik total…… ... 27

8. Penetapan kandungan fenolik total… ... 27

9. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan.. ... 28

10.Pengujian antivitas antioksidan…. ... 29

F. Analisis Hasil… ... 30

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…… ... 31

A. Determinasi Tanaman… ... 31

B. Pengumpulan Bahan.. ... 31

C. Hasil Ekstraksi.. ... 33

D. Hasil Fraksinasi.. ... 35

E. Hasil Uji Pendahuluan.. ... 37

(14)

xiii

2. Hasil uji kualitatif antioksidan.. ... 39

F. Hasil Optimasi Metode Penetapan Kandungan Fenolik Total… ... 40

1. Penentuan operating time (OT).. ... 40

2. Penentuan panjang gelombang maksimum.. ... 41

G. Hasil Validasi Metode Penetapan Kandungan Fenolik Total… ... 43

1. Linearitas metode penetapan kandungan fenolik total.. ... 43

2. Presisi metode penetapan kandungan fenolik total.. ... 44

3. Spesifisitas metode penetapan kandungan fenolik total……... 45

H. Hasil Penetapan Kandungan Fenolik Total.. ... 45

I. Hasil Optimasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan… ... 49

1. Penentuan panjang gelombang maksimum…. ... 49

2. Penentuan operating time (OT).. ... 50

J. Hasil Validasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan…... 53

1. Linearitas metode uji antioksidan.. ... 53

2. Presisi metode uji antioksidan.. ... 55

3. Spesifisitas metode uji antioksidan…. ... 56

K. Hasil Pengukuran Aktivitas Antioksidan.. ... 57

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN… ... 64

DAFTAR PUSTAKA.. ... 65

LAMPIRAN… ... 71

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Nilai presisi yang dapat diterima menurut Kingston

(2004)..…… ...20

Tabel II. Hasil scanning panjang gelombang penetapan kandungan fenolik total ...42

Tabel III. Hasil CV kurva asam galat ...45

Tabel IV. Nilai r penetapan kandungan fenolik total ...47

Tabel V. Hasil Perhitungan kandungan fenolik total …. ...48

Tabel VI. Scanning panjang gelombang maksimum DPPH …. ...50

Tabel VII. Hasil CV dari sampel rutin ….. ...55

Tabel VIII. Hasil CV dari sampel fraksi air………. ...56

Tabel IX. Hasil aktivitas antioksidan rutin dengan menggunakan metode DPPH …. ...59

Tabel X. Hasil pengukuram IC50 Rutin ...59

Tabel XI. Hasil aktivitas antioksidan fraksi air ekstrak etanol dengan menggunakan metode DPPH …. ...59

Tabel XII. Hasil pengukuram IC50 fraksi air …. ...60

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Reaksi Antioksidan dengan DPPH (Kikukazaki ,2002)..…… ...13

Gambar 2. Hasil uji kualitatif fenolik total..…… ...37

Gambar 3. Hasil uji kualitatif antioksidan..…… ...39

Gambar 4. Operating Time Asam galat..…… ...41

Gambar 5. Scanning asam galat 40 g/ml..…… ...42

Gambar 6. Scanning asam galat 80 g/ml..…… ...42

Gambar 7. Scanning asam galat 120 g/ml..…… ...43

Gambar 8. Kurva seri asam galat..…… ...44

Gambar 9. Kurva persamaan regresi linier asam galat (replikasi 2)..…… ...47

Gambar 10. Scanning rutin 0,016 mM..…… ...50

Gambar 11. Scanning rutin 0,048 mM..…… ...51

Gambar 12. Scanning rutin 0,080 mM..…… ...51

Gambar 13. Operating time dari baku rutin..…… ...52

Gambar 14. Operating time dari fraksi air..…… ...52

Gambar 15. Kurva Seri Baku Rutin..…… ...54

Gambar 16. Kurva Seri Baku Fraksi Air..…… ...54

Gambar 17. Reaksi Antioksidan dengan DPPH (Nishiza wa ,2005)..…… ...57

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Determinasi..…… ...71

Lampiran 2. Gambar daun trembesi..…… ...72

Lampiran 3. Gambar biji dan buah trembesi..…… ...72

Lampiran 4. Data penimbangan rendemen..…… ...73

Lampiran 5. Penimbangan uji kandungan fenolik total..…… ...74

Lampiran 6. Scanning kontrol asam galat..…… ...75

Lampiran 7. Optimasi Penentuan kandungan fenolik total..…… ...75

Lampiran 8. Penentuan kandungan fenolik………... 78

Lampiran 9. Data penimbangan untuk pengujian aktivitas antioksidan (DPPH) ..…… ...83

Lampiran 10. Data Konsentrasi bahan untuk pengujian aktivitas antioksidan..…… ...84

Lampiran 11. Scanning Larutan Untuk Pengujian Aktivitas Antioksidan..…… ... 87 Lampiran 12. Penentuan Operating Time (OT) dan maksimum..…… ...91

Lampiran 13. Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal DPPH..…… ...96

(18)

xvii

Lampiran 15. Perhitungan uji stastistik dengan menggunakan program

(19)

xviii

INTISARI

Trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr.) adalah salah satu jenis dari famili Fabaceae yang banyak ditemukan tumbuh di daerah tropis. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kadar senyawa fenolik total dan aktivitas antioksidan fraksi air ekstrak etanol biji trembesi. Ekstrak tanaman diperoleh dengan metode maserasi menggunakan etanol 70%. Ekstrak selanjutnya difraksinasi dengan cara ekstraksi cair-cair sehingga menghasilkan fraksi air. Kadar fenolik total ditetapkan menggunakan metode spektrofotometri visibel dengan pereaksi Folin-Ciocalteau.

Penentuan fenolik total menunjukkan jumlah senyawa fenolik yang mempengaruhi aktivitas antioksidan yang dinyatakan dengan nilai massa ekuivalen asam galat per massa fraksi (mg ekuivalen asam galat per g fraksi air esktrak etanol). Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) berdasarkan nilai IC50nya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan fenolik total fraksi air ekstrak etanolik biji trembesi adalah 44,67±0,53 mg ekivalen asam galat per gram fraksi air ekstrak etanolik biji trembesi. Nilai IC50 rutin adalah 19,05±0,23 µg/mL dan IC50 fraksi air ekstrak etanolik adalah 411,9 ± 13,02 µg/mL.

(20)

xix

ABSTRACT

Rain tree (Samanea saman (Jacq.) Merr) is a member of Fabaceae family which is found in the tropics. The purpose of this study was to determine total phenolic compounds and antioxidant activity of the water fraction from rain tree

seeds ethanol extract. The plant extract with maceration method using 70% ethanol, then the extract was fractionated by liquid-liquid extraction to obtain water fraction. Total phenol level was determined using visible spectrophotometry with Folin-Ciocalteau reagent. Determination of total phenol was showed total phenolic compound which is affected antioxidant activity. It was showed by gallic acid equivalent per mass fraction (mg gallic acid equivalents per g of ethanol extracts water fraction). The determination of antioxidant activity described use DPPH method based on the value of IC50. The result showed that total phenolic which is

contained in the water fraction from ethanolic extracts of rain tree seeds was 42.93±4.21 mg gallic acid equivalents per gram water fraction from ethanolic extract of rain tree seeds. The IC50 value of rutin was 19.05±0.23 µg/mL and the IC50 value

of the water fraction from rain tree seeds ethanol extract was 411.9 ± 13.02 µg/mL.

(21)

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Akhir-akhir ini radikal bebas dan antioksidan menjadi perhatian dunia medis

karena radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan sel dan mendasari berbagai

macam keaadan patologis seperti penyakit jantung, inflamasi dan kanker (Caillet, Cote, Doyon, Sylvian, Lacroix, 2011). Pola hidup terutama dalam pola makan, radiasi, polusi udara akibat perkembangan industri, asap kendaraan bermotor ataupun

asap rokok yang menyebabkan manusia semakin sering terpapar dengan berbagai

sumber radikal bebas. Tubuh sebenarnya memiliki mekanisme pertahanan

antioksidan dalam bentuk enzim antioksidan untuk menetralisir radikal bebas. Tetapi

bila radikal bebas berlebih dalam tubuh, maka antioksidan tubuh tidak dapat melawan

radikal bebas sepenuhnya karena itu dibutuhkan tambahan antioksidan

(Chanwitheesuk, Teerawutgulrag, Rakariyatham, 2004; Silalahi, 2000).

Antioksidan merupakan suatu zat kimia yang mencegah oksidasi zat kimia

lain. Pada sistem biologis, proses oksidasi dapat menghasilkan radikal bebas yang

reaktif sehingga dengan adanya antioksidan diharapakan dapat menghambat aktivitas

radikal bebas yang pada akhirnya dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit yang

dipicu oleh radikal bebas (Molyneux, 2004). Sumber-sumber antioksidan dapat

(22)

tokoferol, katekin dan asam askorbat merupakan contoh antioksidan alami.

Antioksidan sintetik antara lain Butylated Hydroxytoluena (BHT), (Butylated

Hydroxyanisol (BHA), Propil Galat (PG ), dan etoksiquin (Cahyadi, 2006). Namun

penggunaan antioksidan sintetik ini mulai dibatasi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa antioksidan sintetik seperti BHT dan BHA bukan merupakan antioksidan yang

baik karena dapat meracuni binatang percobaan dan pada pemaparan yang lama dapat

meningkatkan resiko karsinogenesis (Hosseinimehr and Shahabimajd, 2006).

Adanya kekhawatiran terhadap efek samping antioksidan sintetik menyebabkan

antioksidan alami menjadi alternatif pilihan (Rohdiana, 2001).

Penelitian yang dilakukan lebih mengarah kepada konsep antioksidan alami

karena senyawa antioksidan sintesik ternyata dapat menyebabkan pembengkakan

hati (Windono, 2001). Terlebih lagi Indonesia merupakan salah satu pusat

keanekaragaman hayati dunia sangat kaya akan tumbuhan obat dan masih kurang di

manfaatkan termasuk familia Fabaceae. Padahal berdasarkan data yang ada pada

kebun raya Purwodadi yang memiliki koleksi sekitar 10.605 spesies dan sebanyak di

antara 3 spesies anggota familia Fabaceae yakni Acacia auriculiformis, Albizia

saman and Milletia xycarpa (Rindyastuti and Darmayanti, 2010).

Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Samanea sama n

(Jacq.) Merr. karena berdasarkan penelusuran literatur, tumbuhan jenis Samanea

saman (Jacq.) Merr. tersebut belum banyak diteliti. Padahal tanaman biji trembesi

(23)

sebagai obat tambahan saat mandi air hangat untuk mencegah kanker (Hartwell,

1971). Daun trembesi dapat digunakan untuk obat tradisional antara lain demam,

diare, sakit kepala dan sakit perut (Duke,1983). Ekstrak daun trembesi memiliki

kandungan antimikroba terhadap Escherichia coli, Staphyloccus aureus, Candida

albican dan Xanthomonas. Dari hasil penelitian sebelumnya diperoleh data bahwa trembesi mengandung tannin, flavonoid, saponin dan terpenoid (Prasad,

Viswanathan, Nayak, Swetha, Archna, Parathasarathy and Rajkumar, 2008 ;

Raghavendra, Satish and Raveesha, 2008). Pada penelitian ini yang diuji adalah biji,

karena jumlahnya yang tersedia relatif banyak, mudah diperoleh dan dapat dimakan

khusus dibuat tempe sebagai pengganti kedelai (Solikhah, 2009). Oleh karena itu

penulis merasa perlu untuk melakukan pengukuran fenolik total dari ekstrak etanol

fraksi air dari biji trembesi dan aktivitas antioksidan. Sebab fenolik total memiliki

korelasi yang baik dengan aktivitas antioksidan sehingga dapat dilakukan penelitian

terhadap keduanya.

1. Permasalahan

a. Berapakah nilai kadar fenolik total berdasarkan nilai ekivalen asam galat dari

fraksi air ekstrak etanol biji trembesi ?

b. Berapakah nilai aktivitas antioksidan dari fraksi air ekstrak etanol biji

(24)

2. Keaslian penelitian

Penelitian mengenai tanaman trembesi telah beberapa kali ditemukan

diantaranya:

“Compartive Phytochemical and Antimicrobial Screening of Some Solvent

Extracts of Samanea saman (fabaceae or mimosaceae) pods (Obasi , Egbuonu,

Ukoha, and Ejikeme, 2010)”. Penelitian ini dilakukan dengan cara skrinning fitokimia dan antimikrobia.

“Invitro Antioxidant Testing of The Extracts of Samanea saman (Jacq.)

Merr” (Arulpriy, Latith, and Hemalatha, 2010). Penelitian ini dilakukan dengan cara

uji invitro antioksidan ekstrak Samanea saman (Jacq.) Merr tapi yang diteliti akar,

kulit dan daunnya.

“Evaluation of Antioxidant Activity of Ethyl Acetate of Samanea saman

(Jacq.) Merr by Cyclic Voltammetry (Arulpriya et al, 2010). Penelitian ini

dilakukan dengan cara evaluasi aktivitas antioksidan dengan etil asetat dengan

menggunakan voltametri.

Penelitian ini berbeda karena menggunakan uji antioksidan metode radikal

scavenger DPPH dan sampel yang digunakan dari ekstrak etanol fraksi air biji

trembesi yang diambil dari taman Universitas Sanata Dharma. Berdasarkan

penelusuran yang telah dilakukan penelitian: “Penetapan Kandungan Fenolik Total

Ekstrak Etanol Fraksi Air Biji Trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr.) dan

Aktivitas Antioksidan dengan Menggunakan Radikal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil

(25)

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat metodologis

Memperoleh metode pengukuran kadar fenolik total serta aktivitas

antioksidan dari fraksi air ekstrak etanol yang murah dan praktis.

b. Manfaat teoritis

Mendapatkan kadar fenolik total dan nilai IC50 atau aktivitas antioksidan

dari biji trembesi.

c. Manfaat praktis

Dapat memberikan informasi tentang aktivitas antioksidan biji trembesi

sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan kesehatan manusia dan

dapat untuk membuat suatu produk kesehatan.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui nilai kadar fenolik total fraksi air ekstrak etanol biji

trembesi berdasarkan nilai ekivalen asam galat.

(26)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Nama tumbuhan (Plantamor, 2012)

Nama latin : Samanea saman (Jacq.) Merr

Nama Indonesia : saman, trembesi, munggur,

Nama Inggris : rain tree, monkey pod,saman

Nama Filipina : Acacia

2. Klasifikasi berdasarkan Plantamor (2012)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)

Genus : Samanea

(27)

3. Morfologi trembesi

Trembesi dapat mencapai tinggi maksimum 15-25 m dan diameter mencapai

1-2 m. Pohon trembesi dapat berbunga sepanjang tahun. Bunga berbentuk umbel

(12-25 perkelompok) berwarna pink dengan stamen panjang dalam dua warna (putih

dibagian bawah dan kemerahan dibagian atas) yang berserbuk. Penyerbukan

dilakukan oleh serangga pada umumnya hanya satu bunga perkelompok yang

dibuahi. Biji dalam polong terbentuk dalam 6-8 bulan dan setelah tua akan segera

jatuh. Polong berukuran 15-20 cm berisi 5-20 biji. Biji berwarna coklat kemerahan.

Biji memiliki cangkang yang keras (Staples and Elevitch, 2006).

4. Manfaat trembesi

Trembesi merupakan jenis pohon yang memiliki kemampuan menyerap

karbondioksida dari udara yang sangat besar. Pohon ini mampu menyerap 28.488,39

kg CO2/ pohon setiap tahunnnya . Berdasarkan penelitian (1967-1971) di Venezuela,

akar trembesi dapat digunakan sebagai obat tambahan saat mandi air hangat. Fungsi

untuk mencegah kanker. Ekstrak daun trembesi memiliki kandungan antimikroba

terhadap Escherichia coli, Staphyloccus aureus, Candida albican dan Xanthomonas.

Dari hasil penelitian sebelumnya diperoleh data bahwa trembesi mengandung tannin,

flavonoid, saponin dan terpenoid (Prasad et al, 2008 ; Raghavendra et al, 2008).

B. Senyawa Fenolik

Senyawa fenolik umumnya ditemukan pada tanaman, baik yang dapat

dimakan ataupun yang tidak dapat di makan dan dilaporkan mempunyai sejumlah

(28)

memproduksi efek yang menguntungkan sebagai penangkap radikal. Telah banyak

senyawa fenolik mempunyai aktivitas antioksidan dan dapat melindungi sel dari

kerusakan oksidatif akibat radikal bebas ( Wada and Ou 2002; Chun and Lee, 2003).

Ekstrak buah, sayuran dan bahan-bahan lain yang kaya senyawa fenolik menarik bagi

kalangan industri makanan karena ekstrak ini mampu menunda kerusakan oksidatif

senyawa-senyawa lemak dan mampu meningkatkan nilai nutrisi suatu makanan

(Khakonen, Hopia, Vourela, Raula, Pihlaja, kujala, and Heinonen, 1999 ).

Senyawa fenolik atau polifenol merupakan metabolit sekunder yang

mempunyai cincin aromatik yang terikat dengan satu atau lebih substituent gugus

hidroksi (OH) yang berasal dari jalur metabolisme asam sikimat. Termasuk dalam

kelompok senyawa fenolik atau polifenol adalah fenol sederhana, kumarin, tannin

dan flavonoat. Dalam tanaman senyawa ini biasa dalam bentuk glikosida atau ester

(Proestos, 2003). Senyawa fenolik tanaman paling banyak terdapat dalam bentuk

aglikon, glikosida atau ester dan biasanya terdapat dalam vakuola sel (Harborne,

1987).

Metode penetapan fenolik total dengan pereaksi Folin-Ciocalteu ini pertama

kali dikembangkan pada tahun 1927 untuk analisis asam amino tirosin. Metode ini

berdasarkan prinsip redoks dalam suasana basa yakni adanya senyawa fenolik akan

dioksidasi oleh reagen asam fosfomolibdat-tungstat menghasilkan senyawa berwarna

yang dapat diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimal 745 sampai 750

nm. Metode penambahan natriun karbonat pada metode Folin-Ciocalteu ini

(29)

golongan fenolik yang terdapat dalam sampel. Kandungan fenoliknya dapat

distandarisasi antara lain dengan asam galat, katekin, asam tanat dan asam kafeat

(Prior, Ronald, Wu and Scharch, 2005).

Senyawa-senyawa flavonoid merupakan senyawa alami dengan berbagai

macam struktur fenolik lebih dari 4.000 telah diindetifikasi dan kelompokkan sesuai

struktur molekulnya (Wilmsen, Spada, and Salvador, 2005). Klasifikasi flavonoid

ditemukan oleh pola substitusi dan hidroksi pada atom C3. Klasifikasi tersebut

meliputi flavon, flavanon, flavonol, flavonolol, isoflavon aouron dan khalkon

(Robinson, 1995). Senyawa polifenol banyak dijumpai hampir semua tanaman mulai

dari fungi sampai angiospermae dan terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk

daun, akar, kayu, kulit bunga, buah dan biji (Markham, 1970). Aktivitas senyawa

flavonoid yang bermanfaat untuk kesehatan antara lain efek antioksidan,

antikarsinogenik, antiproliferatif, antiangoiogenik, antiinflamasi dan antiestrogenik.

Berdasarkan sifat di atas banyak suplemen makanan atau produk herbal yang

mengandung flavonoid dapat diterima secara komersial pada saat ini (Zhang and

Morris, 2003).

Sifat digunakan untuk menggambarkan flavonoid, salah satunya adalah

kemampuan flavonoid untuk beraksi sebagai antioksidan dengan menangkap radikal

bebas dan spesies oksigen reaktif lainnya. Aktivitas antioksidan dimiliki oleh

sebagian besar flavonoid disebabkan oleh adanya gugus hidroksil fenolik dalam

struktur molekulnya. Ketika senyawa-senyawa ini bereaksi dengan radikal bebas,

(30)

Dengan demikian fase profagasi yang meliputi reaksi radikal berantai dapat dihambat

(Wilmsen et al, 2005). Selain itu, flavonoid dapat berfungsi sebagai penangkap

radikal hidroksil yang merupakan radikal yang paling reaktif. Flavonoid dapat

beraksi sebagai antioksidan dengan menangkap radikal bebas melalui pemberian

atom hidrogen pada radikal tersebut. Kemampuan flavonoid untuk menangkap

radikal DPPH (Pokorny, Yanishlieva, and Gordon, 2001).

Ekstraksi flavonoid dari dalam simplisia tumbuhan dapat dilakukan dngan

menggunakan pelarut polar, semi polar maupun non polar sesuai dengan kelarutan

flavonoid yang diekstraksi. Kelarutan flavonoid berbeda sesuai dengan golongan dan

subsitusinya (Robinson, 1995). Pelarut kurang polar digunakan untuk mengekstraksi

aglikon flavonoid, sedangkan pelarut yang lebih polar digunakan untuk flavonoid

atau antosianin. Flavonoid merupakan senyawa polar karena mempunyai gugus

hidroksi yang tidak tersubstitusi atau suatu gula. Oleh karena itu, umumnya flavonoid

cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton dan air

(Markham, 1970).

C. Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menghambat oksidasi molekul

lain. Senyawa antioksidan ini akan menyerahkan satu atau lebih elektronnya kepada

radikal bebas sehingga dapat menghentikan kerusakan yang disebabkan oleh radikal

bebas. Di dalam tubuh terdapat mekanisme antioksidan endogenik. Tetapi bila jumlah

radikal bebas dalam tubuh berlebih maka dibutuhkan antioksidan yang berasal dari

(31)

berfungsi sebagai penangkal radikal bebas dalam tubuh kita. Berdasarkan sumbernya

antioksidan dibagi dalam dua kelompok, yaitu (Droge, 2002):

(1). Antioksidan alami adalah antioksidan dapat diperoleh dari hasil ekstraksi bahan

alam yang diisolasi dari tumbuhan. Antioksidan alami tersebar pada bagian kayu,

kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari. Antioksidan alami umumnya

merupakan senyawa fenolik/polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid,

turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asam-asam organik polifungsional.

Golongan flavonoid yang memiliki efek antioksidan meliputi flavon, flavonol,

flavanon, isoflavon, katekin dan kalkon.

(2). Antioksidan sintetik adalah antioksidan ini merupakan antioksidan buatan dari

sintetis reaksi kimia. Senyawa-senyawa yang termasuk antioksidan sintetik yaitu

butylhidroksianisol (BHA), butylhidroksitoluene (BHT), propil galat, ter-butyl

hidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol.

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan dibagi menjadi antioksidan

primer, sekunder dan tersier (Droge, 2002):

a. Antioksidan primer

Antioksidan yang bekerja untuk mencegah terbentuknya senyawa radikal

bebas yang baru dengan mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang

efek radikalnya berkurang sebelum radikal bebas ini bereaksi. Contoh antioksidan

primer adalah Superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase dan protein

pengikat logam. Kerja dari antioksidan ini membutuhkan bantuan zat mineral seperti

(32)

b. Antioksidan sekunder

Antioksidan yang bekerja dengan pemutus rantai, berfungsi menangkap

radikal bebas dan mencegah reaksi berantai. Contoh dari antioksidan golongan

sekunder adalah Vitamin C, Tokoferol, Betakaroten, golongan fenol, amin aromatik,

asam urat, bilirubin dan albumin.

c. Antioksidan tersier

Antioksidan golongan tersier memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan

(biomolekular) yang disebabkan radikal bebas. Contoh dari antioksidan tersier yaitu

enzim metionin sulfoksida reduktase.

D. Metode 1,1-difenil 2 pikrilhidrazil (DPPH)

Metode yang umum digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan suatu

bahan adalah dengan menggunakan radikal bebas DPPH (1,1-difenil 2 pikrilhidrazil),

DPPH adalah radikal bebas yang bersifat stabil dan beraktivitas dengan cara

mendelokasi elektron bebas pada suatu molekul, sehingga molekul tersebut tidak

reaktif sebagaimana radikal bebas yang lain. Proses delokalisasi ini ditunjukkan

dengan adanya warna ungu pekat yang dapat dikaraterisasi pada absorbansi

(Molyneux, 2004).

Metode DPPH (1,1-difenil 2 pikrilhidrazil) memberikan informasi reaktivitas

senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil. Uji peredaman radikal DPPH

merupakan uji dekolorisasi untuk mengukur kemampuan antioksidan yang secara

langsung bereaksi dengan (meredam) radikal DPPH dengan memantau absorbansi

(33)

merupakan radikal bebas dengan pusat nitrogen organik yang stabil berwarna ungu

tua yang ketika tereduksi menjadi bentuk non radikal oleh antioksidan menjadi tidak

berwarna (Sashikumar, Maheshu, and Jayadev, 2009).

Metode DPPH merupakan sederhana dan hanya membutuhkan

spektrofotometer UV-Vis. Adanya hidrogen /elektron donor (antioksidan penangkap

radikal ) membuat intensitas absorpsi menurun dan larutan radikal kehilangan warna

yang sebanding dengan jumlah elektron yang berhasil ditangkap. Mekanisme

penangkapan radikal oleh DPPH sebagai berikut:

Gambar I. Reaksi antioksidan dengan DPPH (Kikuzaki, Hisamoto, Hirose, Akiyama, and

Taniguchi, 2002,)

Metode penangkapan radikal DPPH memiliki beberapa keuntungan

diantaranya dapat bereaksi dengan banyak sampel dengan waktu yang cukup

memungkinkan DPPH dapat bereaksi dengan lambat bahkan dengan antioksidan

(34)

dan dapat digunakan untuk menguji antioksidan hidrofilik maupun lipofilik (Kedare

and Singh, 2011).

Uji penangkapan radikal DPPH mempunyai beberapa keterbatasan antaranya,

radikal DPPH dapat berinteraksi dengan radikal lain dan kurva respons untuk

mencapai kondisi tidak linier dengan rasio antioksidan/DPPH yang berbeda. Selain

itu DPPH sensitif terhadap basa lewis dan solven seperti oksigen. Absorbansi DPPH

dalam metanol dan aseton menurun dibawah sinar matahari. DPPH juga memiliki

keterbatasan dalam hal merefleksikan antioksidan dalam sistem emulsi dan tidak

bermanfaat untuk mengukur antioksidan (Kedare and Singh, 2011).

E. Spektrofotometri

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan

panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya

yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk

mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan atau direflesikan

sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2002).

Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,

monokromator, sel pengabsorsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk

mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding

(35)

F. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses penarikan komponen atau zat aktif suatu simplisia

dengan dengan pelarut tertentu. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih

metode esktraksi adalah sifat jaringan tanaman, sifat kandungan zat aktif serta

kelarutan zat aktif dalam pelarut yang digunakan. Secara umum, ekstraksi secara

berturut-turut mulai dari dengan pelarut non polar , kepolarannya menegah kemudian

pelarut polar (Depkes RI, 2000). Pada saat ekstraksi terjadi perpisahan massa

komponen atau zat aktif dalam tanaman dari dalam sel kemudian ditarik oleh cairan

penyari sehingga terlarut dalam cairan penyari tersebut. Pada umumnya penyarian

akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuh dengan penyari

semakin luas (Harborne, 1987).

Perbedaan stuktur kimia dari bahan akan mempengaruhi kelarutan serta

stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat

dan derajat keasaman. Pengetahuan mengenai kandungan senyawa aktif dalam

simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi secara tepat

(Depkes RI, 2000). Pelarut yang baik mempunyai persyaratan antara lain murah, non

toksik, tidak mudah terbakar, tidak bereaksi dengan zat yang disari, tidak bercampur

dengan air dan mudah didapatkan.

Ekstraksi digolongkan menjadi ke dalam macam berdasarkan fase yang

ekstraksi, yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi cair-padat (Snyder and Kirkldan,

1997). Ekstraksi terdiri dari beberapa metode yakni maserasi, perkolasi dan ekstraksi

(36)

penyarian dengan alat yang sering digunakan . Metode ekstraksi dingin dapat

dilakukan dengan cara maserasi atau perkolasi karena tanpa disertai pemanasan

sedangkan soxhletasi merupakan metode ekstraksi panas karena dalam proses disertai

pemanasan (Depkes RI, 2000).

Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan

beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature kamar. Maserasi

termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada

kesetimbangan. Keuntungan metode ini adalah lebih mudah dan untuk senyawa yang

bersifat termolabil. Kelemahan maserasi adalah jika konsentrasi senyawa aktif pada

cari penyari telah jenuh maka senyawa zat aktif di dalam simplisia tidak dapat

terekstraksi seluruhnya sehingga perlu diganti penyari baru (Depkes RI, 2000).

Pemisah senyawa aktif dalam ekstrak dapat dilakukan dengan partisi. Proses

partisi sangat tergantung pada daya larut solut dalam dalam pelarut (solven yang

tidak saling campur dan berbeda polaritasnya). Prinsip partisi adalah melarutkan

senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar larut dalam senyawa non

polar. Senyawa aktif tersebut terpisah berdasarkan kelarutannya dalam dua macam

pelarut yang tidak saling campur dan berbeda polaritasnya berdasarkan prinsip like

dissolves like (Snyder and Kirkldan, 1997).

G.Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis merupakan penilaian terhadap metode tertentu secara

laboratorium untuk membuktikan bahwa metode tersebut memenuhi persyaratan

(37)

menvalidasi metode adalah linieritas, ketepatan (a ccurary ) dan ketelitian (precision)

(Harmita, 2004). Tujuan akhir validasi metode analisis adalah untuk memastikan

bahwa pengukuran dalam analisis yang akan dilakukan dapat memberikan hasil yang

mendekati accepted true value untuk tiap penetapan analisis dalam sampel.

Kesalahan dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara hasil pengukuran (nilai

perhitungan) dengan nilai sebenarnya. Namun pada dasarnya nilai kuantitas dari suatu

pengukuran tidak dapat diketahui secara pasti (Rohman, 2007).

Validasi metode analisis digunakan untuk membuktikan bahwa metode

analisis memenuhi spesifikasi kualitas data yang ditentukan dan kesalahan (error)

berada dalam batas yang diijinkan. Pada dasarnya kesalahan dalam analisis terbagi

menjadi tiga, yaitu:

1. Kesalahan nyata (gross error)

Kesalahan nyata merupakan yang jelas dilakukan dan melibatkan kesalahan

yang besar. Kesalahan ini tidak dapat ditolerir sehinnga untuk mengatasinya adalah

dengan mengulang kembali percobaan yang dilakukan. Contoh kesalahan nyata

adalah sampel tumpah, larutan pereaksi salah dan salah mengambil sampel (Rohman,

2007).

2. Kesalahan sistemik (Systematic error)

Kesalahan sistematik merupakan kesalahan dengan nilai definitif (nilai

tertentu), di mana hasil analisis yang mengandung kesalahan dapat mengarah ke arah

yang lebih kecil atau ke arah yang lebih besar dari rata-rata (Rohman, 2007).

(38)

diprediksi. Kesalahan sistematik tidak tergantung pada jumlah pengukuran sehingga

dapat dikurangi dengan memperbanyak jumlah pengukuran. Kesalahan sistemik

dinyatakan dengan nilai fungsi perolehan kembali (recovery function). Kesalahan ini

masih diperbolehkan apabila memenuhi syarat yang ditentukan.

3. Kesalahan acak (random error)

Kesalahan acak disebut juga kesalahan yang tidak tergantung (intermediate

error) yang tidak dapat diprediksi sehingga nilainya fluktuatif (Rohman, 2007).

Kesalahan ini kesalahan berhubungan dengan ketelitian yang berasal dari sumber

yang tidak dapat diprediksi. Kesalahan acak berhubungan dengan nilai presisi dari

suatu metode di mana dalam parameter koefisien variasi (CV) atau simpangan baku

relatif (RSD). Kesalahan ini masih diterima apabila nilai koefisien variasi atau

simpangan baku masih di bawah batas yang diijinkan.

Parameter untuk validasi sebagai berikut :

1. Linieritas

Linieritas merupakan kemampuan suatu metode analisis untuk membuktikan

bahwa metode korelasi yang baik dan proporsional terhadap respon instrument dan

konsentrasi dalam sampel (Harmita, 2004), lininearitas dapat ditentukan dengan

melakukan pengukuran pada beberapa analit. Nilai slope atau kemiringan (b),

intersep (a) dan kofisien korelasi dengan nilai mendekati 1 menunjukkan korelasi

yang baik antara konsentrasi analit dan respon (Harmita, 2004). Menurut Kingston

(2004) suatu analisis dikatakan memiliki korelasi yang baik jika baik jika koefisien

(39)

2. Presisi

Presisi adalah kedekatan hasil uji dengan memperoleh pengukuran dari

berbagai contoh dalam kondisi normal. Presisi menunjukkan ukuran derajat

kesesuaian antara hasil uji yang diukur melalui hasil penyebaran hasil uji rata-rata

yang ditetapkan secara berulang pada sampel yang diambil dari campuran yang

homogen. Presisi dapat didapat tiga tingkatan, yaitu keterulangan (repeatability),

intermediate precision, dan reproducibility (Ermer and Miller, 2005).

Pada umumnya nilai presisi dihitung menggunakan standar deviasi (SD)

untuk menghasilkan Relative Standard Deviasion (RSD atau Coeficient Variation

(CV). Presisi yang baik dinyatakan dengan semakin kecil persen RSD maka nilai

presisi yang didapatkan semakin bagus

SD = − 2

�−1

x = nilai dari masing-masing pengukuran

x mean = rata-rata (mean) dari pengukuran

N = frekuensi penetapan

N-1 = derajat kebebasan

RSD = SD

x mean x100%

RSD = Standar deviasi relatif (%)

SD = Standar deviasi

(40)

Tabel I. Nilai presisi yang dapat diterima menurut Kingston (2004)

Kadar zat aktif (%)

Nilai RSD yang masih dapat diterima (%)

>10 < 2

1-10 < 5

0, 1-1 < 10

<0, 1 < 20

3. Spesifisitas

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya

mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain

yang mungkin ada dalam sampel atau sering juga diartikan spesifisitas adalah

kemampuan untuk mengukur yang dituju secara tepat dan spesifik dengan adaya

komponen-komponen lain. Dalam artian metode preparasi sampel tidak boleh hanya

membawa jumlah yang terukur dari sampel tetapi komponen yang bersama-sama

dengan analit tidak boleh mengganggu dalam analisis (Ohanesian et al, 2002).

H. Landasan Teori

Antioksidan merupakan sebutan untuk zat yang berfungsi melindungi tubuh

dari serangan radikal bebas. Yang termasuk ke dalam golongan zat ini antara lain

vitamin, polifenol, karotin dan mineral. Secara alami, zat ini sangat besar peranannya

pada manusia untuk mencegah terjadinya penyakit. Antioksidan melakukan semua ini

(41)

Pada tanaman trembesi mengandung flavonoid dan senyawa fenolik yang

kemampuan menangkap radikal bebas. Tanaman trembesi telah digunakan sebagai

pengobatan tradisional di Venezuala dan biji trembesi biasa digunakan sebagai tempe

untuk mengganti kedelai.

Kadar fenolik pada sampel ditentukan oleh kemampuan sampel mereduksi

reagen Folin-Ciocalteu yang mengandung senyawa asam fosfomolibdat-fosfotungstat

berwarna kuning yang akan membentuk senyawa kompleks berwarna biru. Warna ini

dapat diukur intesitasnya dengan spektrofotometri visible.

I. Hipotesis

Fraksi air ekstrak etanol biji trembesi memiliki kandungan senyawa fenolik

yang dinyatakan sebagai massa ekivalen asam galat pergram fraksi air ekstrak etanol

(42)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk eksperimental dengan rancangan acak

sederhana karena subjek uji diberi perlakuan.

B.Variabel Penelitian

1. Variabel bebas berupa konsentrasi fraksi air ekstrak etanolik biji trembesi.

2. Variabel tergantung berupa aktivitas antioksidan fraksi air ekstrak etanolik biji

trembesi.

3. Variabel pengacau terkendali berupa tempat tumbuh tanaman, waktu pemanenan,

umur tanaman, dan cara panen.

4. Variabel pengacau tidak terkendali berupa cahaya matahari, iklim dan cuaca.

C.Definisi Operasional

1. Ekstrak etanolik biji trembesi adalah sari hasil proses maserasi biji trembesi

dengan penyari etanol 70 %.

2. Fraksi air adalah hasil fraksi ekstrak etanolik biji trembesi dengan menggunakan

air yang telah difraksinasi menggunakan washbensin dan etil asetat.

3. Persen inhibition concentration (%IC ) adalah persen yang menyatakan

kemampuan fraksi air ekstrak etanolik biji trembesi untuk menangkap radikal

(43)

4. Inhibition concentration 50 ( IC50) adalah nilai konsentrasi fraksi air ekstrak

etanolik biji trembesi yang menghasilkan penangkapan 50% radikal DPPH.

D. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: biji trembesi (Sa manea

saman (Jacq.) Merr ) yang terdapat di taman Universitas Sanata Dharma, kampus

III, Paingan (Yogyakarta); akuades (Laboratorium Kimia Analisis Instrumental

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma); bahan kualitas p.a. E. Merck, yaitu:

metanol, bahan kualitas p.a. Sigma Chem. Co., USA, yaitu: DPPH, reagen

Folin-Ciocalteu, asam galat, dan rutin; bahan kualitas teknis Brataco Chemica, yaitu:

wasbensin dan etil asetat; bahan kualitas teknis CV. General Laboratorium, yaitu:

etanol 70%; dan aluminium foil.

2. Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: neraca analitik (Scaltec SBC

22, BP 160P), vacuum rotary evaporator (Junke & Kunkel), waterbath (labo-tech,

Heraeus), vortex (Janke & Kunkel), spektrofotometer UV-Vis (Perkin Elmer Lamda

20), blender, corong Buchner, oven, mikropipet 10-1000 L; 1-10 mL (Acura 825, Socorex), tabung reaksi bertutup, dan alat-alat gelas yang lazim digunakan di

(44)

E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman trembesi dilakukan di Laboratorium Farmakognosi

Fitokimia, Fakultas Farmasi USD menurut Plantamor dan Ntbg (2013).

2. Pengumpulan bahan

Tanaman trembesi diperoleh dari koleksi tanaman milik Universitas Sanata

Dharma. Pengambilan biji dengan kriteria berwarna hitam.

3. Preparasi sampel

Buah trembesi dikupas dan biji dipisahkan dari daging buahnya kemudian bijinya

dibersihkan dengan air mengalir lalu dikeringkan di bawah sinar matahari dengan

ditutupi kain hitam. Sampel kemudian diblender untuk mengecilkan ukuran partikel.

4. Pembuatan fraksi air

Simplisia yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 30 g dan dituang

kedalam bejana maserasi, ditambah etanol sampai terendam sempurna, dan dicampur

homogen. Campuran dimaserasi pada suhu ruangan selama dua hari. Filtrat diperoleh

melalui penyaringan dengan corong Buchner. Ampas penyaringan diremaserasi

dengan etanol secukupnya selama 2 hari, kemudian disaring. Lalu filtrat diuapkan

pelarutnya hingga diperoleh ekstak etanol biji trembesi.

Ekstrak etanol biji trembesi ditambah 300 mL air hangat dan diekstraksi

cair-cair menggunakan wasbensin dengan perbandingan larutan ekstrak wasbensin (1:1

v/v), kemudian didiamkan hingga terpisah sempurna. Fase air akan berada pada

(45)

Dari hasil partisi diperoleh dua fraksi, yaitu fraksi wasbensin dan fraksi air.

Selanjutnya, fraksi air diekstraksi cair-cair lagi menggunakan etil asetat dengan

perbandingan larutan fraksi air-etil asetat (1:1 v/v) sehingga didapatkan fraksi air dan

etil asetat. Setelah dipisahkan fraksi air diuapkan dengan va cum rotary evaporator

hingga didapakan ekstrak kental. Lalu hasil fraksi tersebut digunakan analisis lebih

lanjut.

5. Pembuatan larutan DPPH,pembanding dan uji

a. Larutan uji untuk penentuan kandungan fenolik total

Sebanyak 10 mg fraksi air ditimbang, kemudian diencerkan dengan metanol p.a

sampai 10 ml sehingga didapatkan konsentrasi sebesar 1000 g/ml. b. Pembuatan larutan asam galat

Sebanyak 25 mg asam galat ditimbang dan diencerkan dengan metanol p.a :

aquadest (1μ1) sampai 50 ml sehinggga didapatkan konsentrasi 500 g/ml. Diambil

sebanyak 2; 3; 4; 5; 6 ml larutan tersebut kemudian diencerkan dengan metanol p.a :

aquadest (1:1) hingga 25 ml kemudian akan diperoleh larutan asam galat dengan

konsentrasi 40; 60; 80; 100; 120 g/ml.

c. Pembuatan larutan DPPH

Sejumlah DPPH dilarutkan ke dalam metanol p.a sehingga diperoleh larutan

DPPH dengan konsentrasi 0,4 mM. Larutan tersebut ditutup dengan alumunium foil

dan dibuat selalu baru.

(46)

Sebanyak 2,5 mg stok rutin ditimbang dan ditambah metanol p.a hingga 10

ml.

e. Pembuatan larutan seri

Diambil 0,5; 1,0; 1,5; 2, dan 2,5 larutan stok rutin dan diencerkan dengan

metanol p.a hingga 25 mL pada labu ukur, sehingga akan diperoleh larutan dengan

konsentrasi 5; 10; 15; 20; 25 g/ml.

f. Pembuatan larutan uji aktivitas antioksidan dari ekstrak biji trembesi

Sebanyak 25 mg ekstrak ditimbang dan dilarutkan dengan metanol p.a

sampai 25 ml dan didapatkan konsentrasi 1 mg /ml. Dari larutan tersebut diambil

sebanyak 1; 2; 3; 4 dan 5 ml lalu di add dengan metanol p.a hingga 10 ml sehingga

didapat konsentrasi 100; 200; 3000; 400; 500 g/ml.

6. Uji pendahuluan

a. Uji fenolik

Sejumlah 0,5 ml larutan uji 1000 g/ml dan larutan pembanding asam galat

120 g/ml dimasukkan masing-masing dalam tabung reaksi dan ditambah 2,5 ml

larutan reagen Folin-Ciocalteu yang diencerkan dengan aquadest (1:10 v/v). Larutan

tersebut kemudian ditambah dengan 7,5 ml natrium bikarbonat 1 M. Setelah 10 menit

warna larutan diamati.

b. Uji pendahuluan aktvitas antioksidan

Sebanyak 1 ml larutan DPPH dimasukkan dalam masing-masing 3 tabung

reaksi. Pada masing-masing tabung reaksi kemudian ditambahakan dengan 1ml

(47)

larutan uji konsentrasi 120 µg/ml. Selanjutnya diencerkan dengan 3 ml metanol p.a.

Larutan tersebut divortex 30 detik. Setelah 30 menit diamati perubahan warna yang

terjadi.

7. Optimasi metode penentuan kandungan fenolik total

a. Penentuan OT (Operating Time)

Dibuat larutan baku asam galat konsentrasi 40; 80; dan 120 µg/ml dan

masing-masing larutan diambil 0,5 ml dan ditambah dengan 5 ml reagen

Folin-Ciocalteu yang diencerkan dengan aquadest (1:1). Kemudian larutan tersebut

ditambah dengan 4 mL larutan natrium bikarbonat 1 M. Absorbansinya diukur pada

panjang gelombang 750 nm selama 30 menit. Pengerjaan dilakukan 3 kali replikasi.

Operating time tercapai ketika absorbansi larutan telah stabil.

b. Penentuan panjang gelombang maksimum

Dibuat larutan baku asam galat dengan konsentrasi 40; 80; dan 120 µg/ml

dan masing-masing diambil sebanyak 0,5 ml dan ditambah dengan 5 ml reagen

Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan dengan air (1:1) kemudian larutan ditambah 4 ml

larutan natrium karbonat 1M. Didiamkan selama OT kemudian diukur absorbansinya

pada panjang gelombang 600-800 nm.

8. Penetapan kandungan fenolik total

a. Pembuatan kurva baku asam galat

Sebanyak 0,5 mL larutan asam galat 40; 60; 80; 100; dan 120 µg/ml

(48)

v/v). Larutan selanjutnya ditambah dengan 4,0 ml natrium bikarbonat1M. larutan

didiamkan selama OT, absorbansinya dibaca pada panjang gelombang maksimum

terhadap blanko yang terdiri atas akuades : metanol p.a. (1:1), reagen Folin-Ciocalteu,

dan larutan natrium bikarbonat 1M. Pengerjaan dilakukan 3 kali.

b. Validasi metode penetapan kandungan fenolik total

Hasil dari prosedur 10 a divalidasi berdasarkan parameter presisi (%CV),

linieritas (nilai r) serta spesifisitas (spektra kontrol).

c. Estimasi kandungan fenolik total larutan uji

Diambil 0,5 mL larutan uji 1000 µg/mL, lalu dimasukkan ke dalam labu

ukur 10 ml, dan dilanjutkan sebagaimana perlakuan pada pembuatan kurva baku

asam galat. Kandungan fenolik total dinyatakan sebagai massa ekivalen asam galat

(mg ekivalen asam galat per gram fraksi air). Dilakukan 3 kali replikasi.

9. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan

a. Penentuan panjang gelombang maksimum

Pada 3 labu ukur 10 mL, dimasukkan masing- masing 0,4; 1,2; dan 2 ml

larutan DPPH 0,4 mM. Tiap labu ukur tersebut ditambah metanol p.a hingga tanda

batas sehingga didapatkan konsentrasi DPPH sebesar0,016; 0,048; dan 0,080 mM.

Larutan tersebut divortex 30 detik. Larutan kemudian didiamkan selama 30 menit.

Lalu dilakukan pengukuran absorbansinya dengan spektrofotometer visible pada

panjang gelombang antara 400-600 nm.

(49)

Sejumlah larutan DPPH 0,4 mM dimasukkan ke dalam labu ukur sebanyak

3 buah berukuran 5 ml.Kemudian masing-masing labu ukur ditambahkan dengan 1

ml larutan pembanding rutin 5; 15; dan 25 µg/ml kemudian ditambah metanol p.a

hingga tanda batas. Larutan tersebut divortex selama 30 detik. Setelah itu dibaca

absorbansinya dengan spektrofotometri visible pada panjang gelombang hasil

pengukuran selama 1 jam. Perlakuan ini juga dilakukan untuk mencari OT dari

larutan uji fraksi fraksi air pada konsentrasi 100, 300, dan 500 µg/ml.

10. Pengujian aktivitas antioksidan

a. Pengukuran absorbansi larutan kontrol

Pada labu takar 5,0 ml, dimasukkan sebanyak 1,0 ml larutan DPPH 0,4 mM

kemudian ditambah metanol p.a hingga tanda batas. Larutan tersebut dibaca

absorbansinya pada saat OT dan panjang gelombang serapan maksimum. Pengerjaan

dilakukan sebanyak tiga kali. Larutan ini digunakan sebagai larutan kontrol untuk

menguji larutan pembanding dan larutan uji.

b. Pengukuran absorbansi larutan pembanding dan uji

Sebanyak 1,0 ml larutan DPPH 0,4 mM dimasukkan ke dalam

masing-masing labu ukur 5,0 ml kemudian ditambah dengan 1,0 ml larutan pembandingan 5;

10; 15; 20; 25 g/ml dan larutan uji 100; 200; 300; 400; 500 g/ml. Selanjutnya

tambahkan metanol p.a hingga tanda batas. Larutan tersebut kemudian divortex

selama 30 detik dan diamkan selama OT. Larutan dibaca absorbansinya dengan

spektrofotometer visibel pada panjang gelombang maksimum. Pengerjaan dilakukan

(50)

c. Validasi metode uji aktivitas antioksidan

Hasil dari prosedur 7 a dan b divalidasi berdasarkan parameter presisi (%

RSD), linieritas (nilai r) serta spesifisitas (spektra kontrol).

d. Prosedur 8 a dan b kemudian dihitung % IC dan IC50 untuk rutin dan

fraksi air ekstrak etanol biji trembesi.

F. Analisis hasil

Kandungan fenolik total dalam fraksi air ekstrak etanol biji trembesi

dihitung sebagai massa ekivalen asam galat per gram fraksi air. Nilai absorbansi

larutan uji dimasukkan ke dalam persamaan kurva baku asam galat sehingga

diperoleh nilai ekivalensi larutan uji terhadap asam galat. Kemudian dilakukan

perhitungan lebih lanjut berdasarkan rumus di bawah.

Kandungan fenolik total =� �

Aktivitas penangkapan radikal DPPH (% IC) dihitung dengan rumus :

% IC = − 100%

Data aktivitas dianalisis dan dihitung nilai IC50 melalui persamaan

regresi linier dengan sumbu x adalah konsentrasi larutan uji maupun larutan

pembanding dan y adalah % IC. Untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan

bermakna antara IC50 antara larutan pembanding dan larutan uji kemudian dilakukan

(51)

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan bahwa tanaman yang

digunakan dalam penelitin sesuai dengan pustaka dan menghindari kekeliruan dalam

pengambilan bahan penelitian. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium

Farmakognosi Fitokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta,

pada tanggal 4 September 2013 berdasarkan acuan dari Plantamor dan Ntbg (2013).

Hasil ( lampiran 1) determinasi menunjukkan bahwa memang benar tanaman yang

digunakan adalah Samanea saman (Jacq.) Merr.

B. Pengumpulan Bahan

Bahan biji trembesi diperoleh pada tanggal 23 November 2012 dari

tanaman inventaris milik Universitas Sanata Dharma, Kampus III, Paingan,

Yogyakarta. Tanaman yang digunakan merupakan tanaman yang sengaja ditanam

dilingkungan Kampus III, Universitas Sanata Dharma, Paingan, Yogyakarta yang

berfungsi sebagai penyerapan karbon dioksida, suasana menjadi teduh dan asri.

Pemilihan sumber tanaman dengan tumbuhan trembesi didalam lingkungan kampus

Universitas Sanata Dharma dan mudah ditemukan serta dirawat secara khusus

sebagai tanaman taman. Selain itu, spesies tanaman lebih mudah dipastikan karena

(52)

Waktu pemanenan yang tepat akan menghasilkan simplisia yang mengandung

bahan yang optimal. Kandungan kimia dalam tumbuhan tidak sama sepanjang waktu.

Kandungan kimia akan mencapai kadar optimum pada waktu tertentu. Ketentuan

pemanenan buah yang baik yakni pada saat buah telah matang. Buah telah matang

dipeti . Kemudian dikupas kulit buahnya dengan pisau kemudian biji dikumpulkan

dan dicuci.

Setelah dilakukan pencucian biji trembesi selanjutnya dilakukan proses

pengeringan. Pengeringan merupakan proses pengawetan simplisia sehingga

simplisia tahan lama dalam penyimpanan. Selain itu pengeringan akan menghindari

penguraian kandungan kimia karena pengaruh enzim. Pengeringan yang cukup akan

mencegah pertumbuhan mikroorganisme atau jamur (kapang). Proses pengeringan

dilakukan sampai diperoleh simplisia kering . Menurut persyaratan OT pengeringan

dilakukan sampai kadar air tidak lebih dari 10% (Agoes, 2007) .

Pengeringan untuk bahan yang akan terekstraksi harus dalam keadaan

terawasi untuk mencegah terjadinya perubahan kimia yang terlalu banyak. Bahan

harus dikeringkan secepat-cepatnya, tanpa menggunakan suhu tinggi, lebih baik

dalam aliran udara yang baik (Harborne,1987).

Biji trembesi yang sudah kering diserbuk halus penyerbukan bertujuan untuk

memperluas permukaan simplisia sehingga proses ekstrasi lebih efektif. Permukaan

yang luas memungkinkan interaksi yang lebih banyak antara simplisia dengan cairan

(53)

C.Hasil Ekstraksi

Ekstrak etanolik biji trembesi dibuat dari maserasi serbuk menggunakan

etanol 70% dalam bejana tertutup. Proses dianggap paling tepat karena simpilsia

yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam cairan penyari sampai

meresap dan melunakkan susunan sel. Hal ini memungkinkan zat-zat yang mudah

larut akan melarut .

Etanol digunakan sebagai cairan penyari karena berapa kelebihan antara lain

tidak beracun, netral dan merupakan pelarut universal artinya baik senyawa polar dan

non polar dapat tersari di dalamnya. Hal ini berkaitan dengan gugus fungsi yang

dimiliki etanol yaitu polar (gugus OH) dan non polar (gugus R), sehingga flavonoid

,saponin dan tannin berdasarkan sifat kepolaran masing-masing dapat tersari dalam

etanol 70%. Etanol 70 % sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang

optimal (Voigt, 1995).

Dalam biji trembesi terkandung berbagai macam senyawa yang beberapa

diantaranya dapat membantu kelarutan senyawa lain (bertindak sebagai co-solvent).

Hal ini dapat menyebabkan hampir semua bahan dapat terekstraksi ke dalam etanol.

Penyari simplisia biji trembesi menggunakan metode maserasi karena metode

ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan metode ekstraksi yang lain. Metode

ini sangat sederhana, mudah dilakukan dan cepat pelaksanaannya. Maserasi

dilakukan dalam bejana tertutup agar etanol tidak menguap karena etanol mudah

menguap pada suhu kamar. Di samping itu, juga untuk mencegah masuknya

(54)

tertentu yang mudah teroksidasi oleh oksigen dari udara seperti fenol yang dapat

teroksidasi sehingga membentuk polimer.

Maserasi dilakukan dalam bejana tertutup dibungkus dengan alumunium foil

agar tidak kena cahaya dan terhindar dari paparan sinar matahari untuk menghindari

penguapan etanol dan menghindari oksidasi terhadap senyawa aktif. Pada penelitian

ini maserasi dilakukan pada serbuk biji trembesi dalam etanol 70% selama 2 hari,

sambil sekali diaduk setiap harinya. Pengadukan penting dilakukan agar sel yang

kontak dengan cairan penyari lebih banyak sehingga difusi senyawa cairan dalam

penyari juga banyak dan penyarian dapat berjalan optimal. Setelah 2 hari dilakukan

penyaringan dengan menggunakan vakum, kemudian dimaserasi kembali

menggunakan etanol 70 % lalu didiamkan selama 2 hari. Filtrat kemudian disaring

dan dicampurkan dengan filtrat sebelumnya.

Penyaringan dilakukan dengan bantuan pompa vakum karena jumlah bahan

yang banyak sehingga akan membutuhkan waktu yang lama jika disaring secara

biasa. Filtrat etanol dapat diendapkan dengan tujuan untuk mengendapkan zat-zat

yang tidak larut etanol, yang ikut lolos dalam proses penyaringan. Ada beberapa zat

tidak larut dalam etanol seperti amilum, lipid, organel-organel sel, zat tersebut dapat

menjadi senyawa pengganggu. Penelitian ini menggunakan serbuk simplisia kering.

Dalam proses penyerbukan kemungkinan dapat terjadi pemecahaan vakuola sel dan

(55)

Ekstrak etanol hasil pengendapan selanjut disaring dan maserat

diuapkan menggunakan vaccuum rotary evaporator. Dalam penguapan larutan penyari digunakan vaccuum rotary evaporator dengan tujuan untuk menghindari kontak dengan panas berlebihan yang dapat merusak sebagian komponen senyawa

kimia yang terkandung didalamnya. Tekanan rendah, etanol akan menguap pada suhu

dibawah titih didih normalnya. Penguapan dilakukan sampai tidak menetes lagi

pelarut etanol dalam vaccuum rotary evaporator, diperoleh ekstrak kental (diasumsikan tidak terdapat lagi pelarut etanol). Hasil dari penguapan ini diperoleh

ekstrak etanolik kental biji trembesi, kemudian dihitung persen rendemen. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui perbandingan berat ekstrak yang tersari dengan berat

bahan mula-mula. Hasil proses maserasi dari serbuk kering biji trembesi, diperoleh

rendemen ekstrak sebesar 13,9885 g.

D.Hasil Fraksinasi

Dari hasil ekstrak dilakukan partisi ekstrak etanol dengan beberapa pelarut.

Proses partisi sangat diperlukan mengingat senyawa aktif dalam tanaman sangat

bervariasi struktur sesuai dengan golongan dan subsituennya. Perbedaan golongan

dan subsituen inilah yang menyebabkan perbedaan polaritas. Akibatnya kelarutan

senyawa aktif dalam tanaman sulit ditentukan kelarutannya secara umum dan

diperlukaan pelarut bertingkat polaritasnya untuk menekstrasksi senyawa aktif dalam

tanaman. Partisi bertingkat akan memisahkan komponen aktif ke dalam fraksi non

(56)

Dalam penelitian ini, fraksi yang diteliti adalah fraksi air. Sebelum fraksi,

ekstrak etanol kental dilarutkan dengan air hangat agar mudah difraksi. Fraksi diawali

dengan pencucian ekstrak dengan washbensin 1:1 untuk mengekstraksi senyawa non

polar seperti lemak, minyak, vitamin dan aglikon flavonoid yang non polar misalnya

aglikon isofalvon dan termetoksilasi (Harborne,1987). Kemudian wasbensin dan

ekstrak menggunakan prinsip ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair prinsip like

dissolve like sehingga zat yang nonpolar akan terbawa dalam pelarut nonpolar dan

pelarut polar akan terbawa dalam pelarut polar. Fraksi air dan fraksi washbensin

akan terpisah dalam corong pisah itu terjadi karena perbedaan berat jenis antar

cairan. Dimana washbensin memiliki berat jenis lebih kecil dibandingkan air,

sehingga akan berada diatas permukaan air. Fase air kemudian diambil dan fase

washbensin dibuang, dan fase air siap difraksi dengan etil asetat.

Dengan menggunakan proses yang sama seperti pada proses diatas

kemudian difraksinasi kembali dengan etil asetat. Fraksi air dan etil asetat dicampur

dengan corong pisah. Etil asetat berada diatas permukaan air karena berat jenis yang

lebih kecil. Senyawa polar yang larut air seperti antosianin, fenolik dan glikosida

akan terbawa dalam fase air sedangkan senyawa yang semipolar larut dalam etil

asetat seperti isoflavon, flavonon dan flonol. Fraksi air yang dihasilkan berupa

cairan. .Fraksi air yang diperoleh diuapkan dengan vacuum rotary evaporator. Fraksi

(57)

E.Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan bertujuan untuk menentukan ada tidaknya keberadaan suatu

aktivitas antioksidan dan senyawa fenolik dalam fraksi air dengan mereaksikan suatu

sampel uji dengan reaktan tertentu sehingga menunjukkan sifat fisik berupa warna

tertentu sebagai indikator. Uji pendahuluan yang dilakukan disebut juga uji tabung

karena uji kualitatif dilakukan dengan tabung reaksi.

1. Hasil uji kualitatif fenolik

Gambar 2 . Uji kualitatif fenolik. A= asam galat, B= blanko, C= fraksi uji

Uji kualitatif fenolik bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa fenolik

dalam fraksi air ekstrak etanol biji trembesi. Pengujian kualitatif sangat penting

untuk menentukan langkah selanjutnya, yakni uji kuantitatif kandungan senyawa

(58)

dengan fraksi air biji trembesi maka akan terjadi perubahan warna menjadi biru.

Intensitas warna biru ditentukan dengan banyaknya kandungan fenolik dalam fraksi

air biji termbesi. Semakin banyak konsentrasi senyawa fenolik dalam fraksi air biji

trembesi maka akan semakin biru yang terlihat. Menurut Singleton dan Rossi

(1965), warna biru yang teramati berbanding lurus dengan konsentrasi ion fenolat

yang terbentuk. Semakin besar konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak

fenolat yang terbentuk sehingga warna biru yang dihasilkan semakin pekat. Fenolat

hanya terdapat dalam larutan basa, tetapi dengan pereaksi Folin-Ciocalteu dan produk

tidak stabil pada kondisi basa. Penambahan natrium karbonat pada uji fenolik

bertujuan untuk membentuk suasana basa agar terjadi reaksi reduksi Folin-Ciocalteu

oleh gugus hidroksi dari fenolik di dalam fraksi air biji trembesi.

Pengujian ini menggunakan pembanding berupa asam galat dan metanol.

metanol sebagai kontrol negatif dan asam galat sebagai kontrol positif. Hasil yang

diperoleh dari uji kualitatif menunjukkan terjadi perubahan warna menjadi biru tua

dalam fraksi air biji trembesi, setelah ditambahkan reagen Folin Ciocalteu dan

natrium karbonat, perubahan yang sama juga terjadi pada kontrol positif asam galat,

dan pada metanol tidak terjadi perubahan warna. Dari uji kualitatif yang telah

dilakukan disimpulkan bahwa fraksi air ekstrak etanol biji trembesi memiliki

Gambar

Gambar daun trembesi..…… ................................................................72
Gambar  I. Reaksi antioksidan dengan DPPH (Kikuzaki, Hisamoto, Hirose,  Akiyama, and
Tabel I. Nilai presisi yang dapat diterima menurut Kingston (2004)
Gambar  2 . Uji kualitatif fenolik. A= asam galat, B= blanko, C= fraksi uji
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada pembelajaran membaca cerpen melalui pendekatan

Perilaku Konsumen adalah tindakan-tindakan, proses, dan hubungan sosial yang dilakukan oleh individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu

Universitas Surabaya merupakan institusi pendidikan di Surabaya yang dalam perkembangannya mengambil ャ。ョァセ。ィ@ kerja-sama dalam bidang jasa pemesinan

[9] yang merupakan penghasil arus yang andingkan dengan koil standar, sehingga akan diperoleh suhu bunga api busi yang tinggi yang dapat membantu proses pembakaran dalam

Adapun solusi yang dapat diberikan sebagai pendamping adalah memberikan motivasi kepada Ibu Siti dan keluarga untuk tetap semangat menjalani hidup dan juga

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sistem yang dapat mempercepat proses pemeriksaan kesamaan kode program komputer dengan pengembangan model Abstract Syntax

Perbedaan dalam Game Meong-meong pada Platform Android adalah pengahalang yang digunakan labirin, pemain diarahkan untuk mengumpulkan makanan dan menghindari kucing