BAB III. SEMANGAT PELAYANAN KATEKIS BAGI KAUM MISKIN
B. Spiritualitas Katekis
Seorang katekis adalah pewarta Kabar Gembira Allah bagi semua orang, teristimewa bagi kaum miskin, oleh karena itu seorang katekis harus mempunyai aneka semangat hidup yang mewarnai isi pewartaannya. Di mana adanya keadaan yang senantiasa mendorong, menyemangati, dan memotivasi katekis. Ada empat macam ciri spiritualitas katekis (Komkat KWI, 1997: 23-30) yaitu keterbukaan terhadap Sabda, keutuhan dan keaslian hidup, semangat misioner dan devosi kepada Bunda Maria.
1. Keterbukaan terhadap Sabda
Seorang katekis memiliki tugas yang paling utama yaitu mewartakan Kabar Gembira bagi semua orang, oleh karena itu sikap rohani yang paling mendasar yang perlu dimiliki oleh katekis adalah keterbukaan terhadap sabda Tuhan. Keterbukaan terhadap sabda Tuhan berarti terbuka terhadap peyelenggalaraan Allah dalam hidupnya sehingga dalam menjalani hidupnya sehari-hari di tengah-tengah Gereja, masyarakat dan dunia katekis mampu merasakan kehadiran Bapa dalam hatinya. Sehingga dia mampu membiarkan dirinya untuk mendengarkan apa yang di sabdakan oleh Allah dan menyimpanya di dalam hatinya yang paling dalam dan dia wujudkan melalui sikap dan perbuatan di dalam kehidupan sehari-hari (KomKat KWI, 1997: 23). Dengan demikian semangat pelayanan katekis harus berakar pada sabda Tuhan dan pada akhirnya katekis
mampu mewujudkan apa yang diharapkan oleh Bapa yaitu membawa semua orang pada kebenaran dan keselamatan. Katekis harus percaya pada penyertaan Bapa dalam hidupnya sehingga dia bersedia untuk dituntun oleh Roh Kudus dan mampu menjadi pewarta sabda yang cemerlang.
Apa yang menjadi tugas Gereja secara tidak langsung itu menjadi tugas katekis, karena katekis adalah bagian yang tak terpisahkan dari Gereja dan katekis memiliki peran penting dalam tugas pelayanan Gereja. Katekis sebagai anggota Gereja memperoleh amanat untuk mewartakan Kabar Gembira Allah bagi semua orang. Jadi pelayanan katekis merupakan pelayanan gerejawi oleh karena itu kehadiran katekis harus menjadi tanda yang kelihatan dalam masyarakat. Para katekis harus ikut serta bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi di sekitarnya. Hendaklah katekis memperhatikan pewartaan misteri Kristus kepada umat beriman, kepada mereka yang tidak percaya dan bukan Kristiani (KomKat KWI, 1997: 23).
Katekis juga harus memiliki kesadaran akan misinya di tengah dunia untuk mempersatukan seluruh umat manusia, katekis harus benar-benar menyadari bahwa dia dipanggil untuk mewartakan Kabar Gembira Allah bagi dunia. Oleh karena itu kehadiran katekis harus nampak dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat yang memiliki berbagai macam keadaan dan kenyataan. Katekis harus tetap teguh dan yakin pada penyelenggaraan Allah dalam hidupnya sehingga dia tetap mampu berdiri tegak meskipun keadaanya tidak seperti yang diharapkan. Berpegang teguh pada Allah merupakan alat utama untuk tetap maju dalam pelayanan, sehingga pada akhirnya harapan katekis untuk menyampaikan kabar keselamatan Allah bagi semua orang dapat terlaksana (KomKat KWI, 1997: 23).
2. Keutuhan dan Keaslian Hidup
Sebagai seseorang yang mewartakan Kabar Gembira Allah bagi semua orang katekis harus memiliki keutuhan dan keaslian hidup yang benar-benar mengutamakan Allah dalam hidupnya. Setiap gerak langkahnya terlihat bahwa Allah yang berkarya dalam hidupnya serta karya Allah itu benar-benar dia resapi sehingga semua orang dapat melihatnya dari perilaku dan perbuatan katekis di tengah-tengah masyarakat. Sebelum katekis mewartakan Sabda Alah terlebih dahulu dia harus menanamkan Sabda itu dalam hidupnya sehingga pada saat dia mewartakanya pada orang lain sabda itu bukan hanya sebagai bagian dari hidupnya tetapi sungguh-sungguh menjadi miliknya. Sebagai seorang pewarta, katekis perlu berkembang secara rohani dan memiliki sikap berani. Sehingga mampu membawa orang-orang menjadi semakin beriman dan percaya akan penyertaan Allah dalam hidup mereka (KomKat KWI, 1997: 26).
Sama seperti para kudus yang mewartakan hidup Yesus Kristus di dalam hidup mereka, katekis juga mewartakan hidup Yesus Kristus di dalam hidupnya. Itu berarti bahwa pewartaan katekis bukan hanya melalui ucapan kata saja, melainkan juga melalui tindakanya dan seluruh aspek kehidupannya. Hendaknya apa yang diajarkan oleh katekis sesuai dengan apa yang dipraktekkan dalam kehidupan yang katekis jalani. Bukan sebaliknya, kesaksian hidup seorang katekis menjadi batu sandungan bagi umat beriman atau bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Karena itu, seorang katekis sebaiknya memiliki spiritualitas yang utuh dan dewasa sehingga mampu menjadi seorang gembala yang dapat mengayomi umat ataupun orang-orang yang ada di sekitarnya. Katekis juga harus memiliki daya keteladanan dan daya juang yang tinggi, dimana seorang katekis tidak hanya berbicara saja tetapi apa yang
dia ajarkan atau katakan dapat dia lakukan melalui tindakannya, sehingga semangat hidupnya dapat menjadi inspirasi bagi umat dan masyarakat. Menjadi saksi Kristus bukanlah tugas yang mudah karena katekis harus menyampaikan atau menunjukkan apa yang dialami dan diketahui tentang Kristus kepada orang lain. Gereja juga mewartakan Injil kepada dunia dengan kesaksian hidup yang setia pada Tuhan Yesus. Menjadi saksi Kristus dapat menuai banyak resiko. Dengan demikian dalam situasi apapun katekis harus tetap berpegang pada Kristus sehingga pada akhirnya nanti ketika katekis mendapat banyak ujian yang sulit untuk mereka pahami mereka tetap yakin bahwa berpegang pada Kristus adalah cara terbaik untuk mengatasi semua masalah (KomKat KWI, 1997: 27).
3. Semangat Misioner
Katekis tidak bisa tidak harus memiliki semangat kerasulan yang tinggi, dan hanya ingin mengetahui dan mewartakan kasih akan Kristus kepada semua orang tanpa pandang bulu. Katekis harus benar-benar mewartakan Kabar Gembira Allah kepada semua orang tak terkecuali mereka yang belum mengenal Kristus. Katekis harus mengingat bahwa lambang kemurnian semangat misioner adalah salib. Kristus yang diwartakan ketekis adalah Kristus yang tersalib. Maka katekis harus menyiapkan diri untuk tetap mencintai tugasnya sebagai panggilan khusus, memiliki kegembiraan di tengah kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan panggilan dan perutusannya, mereka harus tetap mengikuti Yesus meskipun dijalan yang sulit. Karena menjadi pengikut Kristus bukanlah hal yang mudah katekis harus siap ikut ambil bagian dalam tugas Kristus dalam memikul salib. Semangat misioner seorang katekis adalah mewartakan Kerajaan Allah kepada seluruh umat manusia
baik kristiani maupun yang bukan kristiani, katekis harus menjadi hamba yang sanggup melayani dunia demi terwujudnya Kerajaan Allah. Katekis sebagai seorang awam lebih memiliki kebebasan mewartakan Kerajaan Allah di tengah-tengah masyarakat dibandingkan dengan para imam karena katekis hidup bersama di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian harapan akan terwujudnya Kerajaan Allah akan semakin nyata, karena Kerajaan Allah itu adalah Kerajaan cinta kasih, keadilan dan keselamatan. Dimana di situ hanya ada kedamaian dan keteduhan hati, inilah yang harus dihadirkan oleh katekis dalam melaksanakan tugas misionernya (Komkat KWI, 1997: 27-29).
4. Devosi kepada Bunda Maria
Sikap menyerah pada penyelenggaraan Allah menuntunnya pada misteri penyelamatan, ketulusan hati Bunda Maria menjadikannya Ibu dari seorang penyelamat. Sikap pasrah Bunda Maria kepada penyelenggaraan yang Illahi membuat Bunda Maria teguh dalam iman. Bunda Maria mampu mengosongkan diri dan melepaskan keinginan pribadinya supaya Allah berkarya dalam dirinya. Dengan rendah hati Bunda Maria menyatakan diri sebagai hamba yang siap melaksanakan kehendak Allah. Bunda Maria begitu pasrah dan tetap berpegang teguh pada kehendak Allah, sikap pasrahnya kepada rencana Allah inilah yang membuatnya mampu tetap setia meskipun banyak rintangan yang dia hadapi bahkan dia merelakan putranya untuk menderita sengsara demi keselamatan dan perdamain umat manusia. Melalui Devosi kepada Bunda Maria diharapkan mampu membawa katekis kepada sikap pasrah kepada rencana Allah dalam menjalani setiap tugas pewartaannya (KomKat KWI, 1997: 29-30).