• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

11. Bid ask spread

Menurut penelitian yang dilakukan Sri Dwi Ambarwati (2008), teori mengenai spread tidak terlepas oleh adanya aktivitas yang dilakukan oleh anggota bursa yang dapat mempengaruhi besarnya transaksi sekuritas di pasar modal. Berdasarkan Undang-undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 dan Peraturan Pemerintah RI No. 45 tahun 1995, perusahaan efek adalah pihak yang melaksanakan kegiatan adalah Penjamin Emisi Efek (PEE) dan Manajer Investasi (MI). Dengan demikian maka penelitian tentang spread lebih dihubungkan secara erat dengan PEE (dealer) daripada dengan perantara investasi (broker). Dealer adalah pihak yang dalam pelaksanaan transaksi jual beli sekuritas atau saham, mempunyai andil yang besar dalam pasar modal. Banyak hal yang telah dealer banyak lakukan agar proses transaksi dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Dalam perdagangan sekuritas investasi yang berkeinginan untuk membeli dan atau menjual sesuai dengan harga dan jumlah yang diinginkan tidaklah selalu memperoleh harapan tersebut secara simultan. Keinginan investor tersebut terealisir dalam waktu cukup lama pada harga pasar yang sebenarnya. Oleh karena itu, market maker baik dealer atau broker mengatasi adanya ketidaksamaan waktu tersebut terhadap order yang dihadapi investor. Dealer dan broker dapat dikatakan sebagai perantara perdagangan sekuritas yang dilakukan individu secara tidak langsung. Broker akan melakukan transaksi atas nama investor untuk mendapatkan komisi. Sedangkan dealer akan melaksanakan transaksi untuk memperoleh keuntungan sendiri. Market maker tersebut memperoleh kompensasi karena aktivitas membeli dilakukan pada saat harga beli (bid price) lebih rendah daripada true

price dan menjual saham pada saat harga jual (ask price) lebih tinggi dari pada true price. Perbedaan ini disebut bid ask spread. (Sri Dwi Ari Ambarwati, 2008).

Menurut Bodie (2006:363) spread merupakan kombinasi dari dua atau lebih opsi beli (atau dua atau lebih opsi jual) pada saham yang sama dengan harga eksekusi yang berbeda atau waktu hingga jatuh tempo yang berbeda. Beberapa opsi dibeli, sedangkan yang lainnya dijual, atau diterbitkan. Spread uang (money spread) melibatkan pembelian satu opsi dan secara bersamaan menjual yang lain dengan harga eksekusi yang berbeda.

Sebuah spread uang di mana satu opsi beli dibeli pada harga eksekusi X1, sedangkan opsi beli yang lain dengan tanggal kadaluarsa yang sama, tetapi dengan harga eksekusi yang lebih tinggi X2, diterbitkan. Pembayaran atas posisi ini adalah selisih nilai opsi yang dimiliki dengan nilai opsi yang diterbitkan.

Abdul dan Nasuhi (2000) mendefinisikan bid ask spread sebagai selisih harga beli tertinggi yang dealer bersedia membeli saham dengan harga jual terendah yang dealer bersedia menjual. Menurut Hamilyon (dalam Estheer, 1999 dalam Sri Dwi Ari Ambarwati, 2008) menyatakan ada dua model spread yaitu dealer spread dan market spread. Dealer spread merupakan selisih harga bid dan harga ask yang menyebabkan dealer ingin memperdagangkan sekuritas dengan aktivitas sendiri, sedangkan market spread adalah selisih highest bid dan lower ask yang terjadi pada saat tertentu. Oleh karena itu, kedua spread itu tidak dapat saling menggantikan. Spread yang diketahui ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah market spread. Hal ini disebabkan aktivitas BEI lebih bersifat competitive order matching market system atau dikenal dengan order-driven market system di mana investor hanya dapat diperbolehkan menyerahkan order jual beli dan melakukan transaksi melalui broker. Investor tidak bisa langsung bertransaksi di lantai bursa.

Bid ask spread merupakan faktor yang dipertimbangkan investor untuk mengambil keputusan apakah menahan atau menjual saham tersebut. Hal yang harus diperhatikan investor untuk memutuskan membeli atau menjual pada harga tertentu yaitu mengetahui

seberapa besar perbedaan (spread) antara harga permintaan beli (bid) dan penawaran jual (ask) (Chaerul D. Djakman, 1998 dalam Yenny Ayu Miapuspita, 2003).

Beberapa pedagang saham mempunyai informasi lebih lengkap yang dapat mempengaruhi harga saham dibandingkan informasi yang dimiliki oleh pedagang lain. Perbedaan informasi yang dimiliki ini menunjukkan informasi tidak simetris (asimetris information) antara satu pedagang dan pedagang yang lain. Besarnya informasi tidak simetri ini tergantung pada pola kedatangan informasi. Sebelum diumumkannya informasi baru yang spesifik dari suatu perusahaan, tingkat informasi asimetri besar. Seperti pengumuman merjer, laba, dan pengumuman dividen. Secara khusus, dealer atau specialist, yang berhubungan dengan saham perusahaan ini dianggap sebagai pihak yang tidak mempunyai informasi (uninformed traders). Pihak-pihak yang tidak mempunyai informasi ini akan menderita kerugian yang besar karena mereka harus siap berdagang dengan informasi yang lebih sedikit. (Jogiyanto, 2005: 111). Beberapa peneliti, seperti Glosten dan Milgrom (1985) juga Vanketesh dan Chiang (1986) menunjukkan bahwa ketika dealer merasa tingkat informasi tidak simetri meningkat, mereka melebarkan bid-ask spread (sumber laba dari para dealer) untuk mengurangi kemungkinan kerugian dari pedagang yang mempunyai informasi (informed traders). Karena itu dapat diduga bahwa bid ask spread akan lebar sebelum pengumuman laba atau dividen.

Bid ask spread didasarkan pada antisipasi biaya yang akan ditanggung oleh dealer sebagai pedagang yang tidak mendapatkan informasi (uninformed traders). Biaya yang akan ditanggung oleh dealer ini dapat berupa biaya kerugian karena informasi (information trading cost) berhubunngan positif dengan tingkat informasi tidak simetris. Sebagai penjual saham, dealer harus menyimpan saham sebagai persediaannya. Risiko harga saham berfluktuasi dan biaya kesempatan dari modal yang tertanam di persediaan tersebut menimbulkan biaya persediaan (inventory cost atau holding cost).

Secara umum likuiditas dikaitkan dengan bid ask spread. Bid ask spread merupakan elemen penting dalam transaction cost yang terdiri dari bid price dan ask price. Bid ask spread merupakan selisih antara bid price dengan ask price. Bid price adalah harga tertinggi yang ditawarkan oleh dealer atau harga di mana spesialis atau dealer menawar untuk membeli saham-saham. Sedangkan ask price adalah harga terendah di mana dealer bersedia untuk menjual atau harga di mana spesialis atau dealer menawar untuk menjual saham-saham (Jones, 1996). Besarnya bid ask spread sebagai proksi tingkat likuiditas menunjukkan bahwa semakin tinggi spread maka likuiditas saham akan semakin kecil (Susanti: dkk, 2005:42).

Menurut Barbara Gunawan dan Yulia (2005) dalam Sri Dwi Ari Ambarwati (2008), menyatakan bahwa bid ask spread merupakan fungsi komponen biaya yang berasal dari Inventory Holding Cost, Order Processing Cost dan Adverse Information Cost. Biaya pemilikan sekuritas terdiri dari risiko harga dan opportunity cost yang dihubungkan dengan pemilikan saham. Biaya pemrosesan berhubungan dengan biaya untuk mengatur perdagangan, pencatatan transaksi, administrasi, telepon, dan sebagainya. Sedangkan biaya informasi adalah biaya timbul karena adanya informasi asimetri para pelaku pasar modal. Informasi asimetri timbul karena adanya informasi yang tidak dapat didistribusikan secara merata kepada semua pelaku di pasar modal. Dalam hal ini dealer sebagai partisipan pasar modal, besarnya ketidakseimbangan informasi yang dihadapi dealer akan tercermin pada spread. Oleh karena itu, dealer selalu berusaha menentukan spread secara wajar dengan mempertimbangkan kejadian tertentu atau kondisi informasi lainnya sehubungan dengan sekuritas yang dimiliki.

Abdul Halim dan Nasuhi (2000) menyatakan bahwa biaya pemilikan berpengaruh positif terhadap bid ask spread. Artinya semakin tinggi biaya pemilikan akan menyebabkan semakin lebar bid ask spread saham tersebut. Perdagangan surat berharga yang aktif yaitu dengan volume perdagangan yang besar, menunjukkan bahwa saham

tersebut digemari oleh para investor. Kondisi seperti itu akan mendorong dealer untuk tidak memiliki saham dalam jangka waktu lama sehingga akan menurunkan biaya pemilikan. Jadi semakin aktif perdagangan suatu saham atau semakin besar volume perdagangan saham maka dengan sendirinya akan makin rendah biaya pemilikan yang nantinya akan berdampak pada semakin kecilnya bid ask spread.

Pengertian likuiditas adalah kemampuan untuk melakukan transaksi tanpa mengeluarkan biaya yang signifikan. Engle dan Lange (1997) dalam Siera Juwenda (2007) membagi likuiditas menjadi 3 komponen:

1. Kerapatan (tightness)

Kerapatan mengacu pada perbedaan harga transaksi dari harga efisien, yakni harga yang seharusnya terjadi dalam kondisi ekuilibrium. Pedagang efek sering kali menetapkan harga bid dan ask sedikit di atas dan di bawah penilaian asset ekuilibrium. Suatu pasar yang mempunyai likuiditas yang sempurna berkaitan dengan kerapatan hanya akan terjadi bila spread antara bid dan ask yang ditetapkan adalah nol, sehingga pedagang dapat membeli dan menjual pada harga yang sama. Komponen kerapatan ini disebut dengan bid ask spread.

2. Kedalaman (depth)

Komponen kedua dari likuiditas adalah kedalaman (depth) yaitu volume yang diperdagangkan pada tingkat harga yang terjadi. Secara teknis, bid depth adalah jumlah saham yang akan dibeli oleh spesialis atau dealer pada current bid price, sedangkan ask depth adalah jumlah saham yang akan dijual oleh spesialis atau dealer pada current ask price. Berdasarkan perspektif likuiditas pasar, depth menunjukkan jumlah saham yang dapat diperdagangkan dengan tidak berpengaruh terhadap harga pasar.

3. Resiliensi

Komponen likuiditas yang ketiga adalah resiliensi. Resiliensi adalah kecepatan suatu harga untuk kembali ke harga efisien atau ekuilibrium setelah terjadi

penyimpangan atau lompatan harga. Dalam pasar yang sangat likuid, maka harga akan segera kembali ketingkat yang efisien setelah terjadi lompatan harga yang tidak mempengaruhi nilai saham. Namun komponen ini sangat sulit diukur mengingat arus informasi yang berkelanjutan masuk ke dalam pasar sehingga sulit untuk informasi tertentu. Dengan kata lain sulit untuk mengontrol faktor-faktor lain yang masuk ke dalam pasar.

Pengaruh harga saham terhadap bid ask spread

Pergerakan harga saham senantiasa cenderung naik dalam tiap transaksinya berarti akan menghasilkan return saham yang tinggi, hal ini mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan, dan dengan keadaan ini menunjukkan bahwa saham tersebut digemari oleh para investor. Keadaaan ini juga senantiasa membuat dealer tidak langsung melepas saham tetapi saham tersebut ditahan terlebih dahulu sampai pada waktu tertentu, sehingga semakin lama saham tersebut berada ditangan dealer maka akan menimbulkan adanya bid ask spread saham yang lebih besar karena akan menyerap lebih banyak biaya kepemilikan saham yang ditanggung oleh dealer. Hal ini terjadi karena dealer menganut motif jangka panjang dalam berinvestasi, dengan maksud yaitu untuk dapat menutup biaya transaksi yang terjadi untuk membeli saham tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa harga saham berpengaruh positif terhadap bid ask spread. (Sri Dwi Ari Ambarwati, 2008).

Harga saham yang tinggi mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Apabila suatu saham aktif diperdagangkan, maka dealer tidak akan lama menyimpan saham tersebut sebelum diperdagangkan. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya biaya pemilikan dan pada akhirnya menurunkan tingkat bid ask spread. Argumen ini didukung oleh hasil penelitian Branch dan Freed (1997), Stoll (1987) dan Zaki Mubarak (2002) dalam Magdalena Nany (2004), yang menunjukkan bahwa harga saham berpengaruh negatif terhadap bid ask spread.

Pengaruh volume perdagangan saham terhadap bid ask spread

Volume perdagangan diartikan sebagai jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada hari tertentu (Abdul dan Nasuhi, 2000) dalam Sri Dwi Ari Ambarwati, 2008. Perdagangan suatu saham yang aktif, yaitu dengan volume perdagangan yang besar, menunjukkan bahwa saham tersebut digemari oleh para investor yang berarti saham tersebut cepat diperdagangkan. Ada kemungkinan dealer akan mengubah posisi kepemilikan sahamnya pada saat perdagangan saham semakin tinggi atau dealer tidak perlu memegang saham dalam jumlah terlalu lama. Volume perdagangan akan menurunkan kos pemilikan saham sehingga menurunkan spread. Dengan demikian semakin aktif perdagangan suatu saham atau semakin besar volume perdagangan suatu saham, maka semakin rendah biaya pemilikan saham tersebut yang berarti akan mempersempit bid ask spread saham tersebut.

Pengaruh frekuensi perdagangan saham terhadap bid ask spread

Frekuensi perdagangan saham adalah berapa kali transaksi jual beli terjadi pada saham yang bersangkutan pada waktu tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar frekuensi perdagangan saham maka semakin tinggi pula volume perdagangan yang dihasilkan. Sehingga dapat dikatakan bahwa saham tersebut digemari oleh para investor. Ada kemungkinan dealer akan mengubah posisi kepemilikan sahamnya pada saat perdagangan saham semakin tinggi atau dealer tidak perlu memegang saham dalam jumlah terlalu lama. Volume perdagangan akan menurunkan cost pemilikan saham sehingga menurunkan spread. Dengan demikian semakin aktif perdagangan suatu saham atau semakin besar frekuensi perdagangan suatu saham, maka semakin rendah biaya pemilikan saham tersebut yang berarti akan mempersempit bid ask spread saham tersebut. (Sri Dwi Ari Ambarwati, 2008). Pengaruh return saham terhadap bid ask spread

Semakin besar risiko suatu sekuritas, semakin besar return yang diharapkan. Sebaliknya juga semakin kecil return yang diharapkan, semakin kecil pula risiko yang harus ditanggung. Hubungan positif ini hanya berlaku untuk return ekspektasi atau ex-ante return (before the fact), yaitu untuk return yang belum terjadi. Untuk return realisasi (yang sudah terjadi) hubungan positif ini tidak dapat terjadi.

Demets (1968, dalam Marwan Asri) dalam Sri Dwi Ari Ambarwati, 2008) berpendapat bahwa dealer memperoleh kompensasi dengan membeli saham pada harga beli (Pb) yang umumnya lebih rendah dari harga sebenarnya dan menjual pada harga jual (Pj) diatas harga sebenarnya, Pt (true price). Spread yang diperoleh untuk menutup cost yang terjadi. Menurut Soll (1978) dalam Sri Dwi Ari Ambarwati (2008) spread dapat dihitung dengan (Pj-Pb)/Pt. Dengan demikian spread akan semakin rendah bila harga saham (return) tinggi, atau dengan kata lain return berpengaruh negatif terhadap spread.

Pengaruh volatilitas harga saham terhadap bid ask spread.

Menurut penelitian Susanti, 2005 volatilitas harga saham tidak berpengaruh signifikan terhadap spread.

/ / / / 0 +$ $ % ,& + 1 0 # -# - 1 0 / 0 0 ( 2 / + 3 4 5 / ) 5 + ' - 3 6 # ' # ' ' 6 +

+ ( 4 5 ) 5# $ # ' # ' ( - ' ( ( ( 4 5 ) 5 0 ' ' ( ( ( 4 5 ) 5 0 ' +$ % !& / 7 ( ' ' * 0 87 $ 5 9 : ' $ $ ( # ' # ' 9 ( ( ( ( ( ( " ' # ( $ ( ( ( / ' ' ' (( / ( ' (( $ ( ( ' ' ' ( ( ; ( ) 3 $ 8 " < 8 % =& + 0 0 # > # 0 8( * + ' ' 6 # ' # ' # +0 ' 6 1 ' 0 %10& +/10 %+ / 1 '

0 & + $ ? $ ( # ( 0 # ( # ( ? $ # ( @ $ ' 0 # ># :: 3 1 0 $ % 5& + ? # -# - ? 0 0 2 0 0 + ' - 6 # ' ' -6 + 0 / / + ( # ' # ' / - # '

( + ' ' ( 5 $ 9 $ % 5& + -@ 0 # ' 0 # 0 0 0 0 0 + ' 6 ' # ' ' + 0 / / 9 7 0 1 / + 0 1 -%01-& / / - ' %/- & / = A % & + ? 0 # 1 0 # - 1 0 # 8 - 0 / 0 0 0 @ %0 8 0 4 5 + 8( * & + ' ' 6 # # ' # # ' '

0 / / + ( $ ? ' ( $ / $ $ ! 9 0 % & $ ' ( ( ' ( A # ( ' ' (

. . . . @@@@

Perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek

Indonesia (2004-2008)

Variabel dependen: Bid ask spread sebelum dan sesudah

stock split

Variabel Independen:

1 Harga saham

2 Volume perdagangan saham

3 Frekuensi perdagangan saham

4 Return saham

+ + + + ????

1 Ho : i = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen harga saham, volume perdagangan saham, frekuensi perdagangan saham, return saham, dan volatilitas harga saham secara parsial atau individu dan simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen bid ask spread.

H1 : i 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen harga saham, volume perdagangan saham, frekuensi perdagangan saham, return saham, dan volatilitas harga saham secara parsial atau individu dan simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen bid ask spread.

2 Ho : µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan antara bid ask spread sebelum dan sesudah stock split.

BAB III

Dokumen terkait