• Tidak ada hasil yang ditemukan

ST ELEVASI MIOKARD INFARK ICD 10, 1.28

Dalam dokumen PANDUAN PRAKTIK KLINIK (Halaman 50-56)

Pengertian (definisi)

Adalah rusaknya bagian otot jantung, secara permanen yang ditandai oleh keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada perneriksaan EKG. STEMI menandakan adanya pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total sehingga otot jantung yang diperdarahi tidak mendapat oksigen kemudian menjadi infark

Anamnesa Nyeri dada :

 Lokasi : substernal, retrosternal, dan prekordial

 Sifat nyeri : seperti ditekan rasa terbakar, ditindih Benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas dan dipelintir

 Penjalaran : biasanya ke lengan kirk ke leher, rahang bawah, gigi, punggung/interskapula, perut dapat juga ke lengan kanan

 Nyeri membaik atau hilang lengan istirahat atau obat nitrat

 Faktor pencetus : latihan fisik. stres, emosi, udara dingin dan sesudah makan

 Gejala penyerta : mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin, cemas, lemas Pemeriksaan

Fisik  Tanda vital : bradikardi dan/atau hipotensi, takikardi dan/atau hipotensi. Suhu dapat meningkat 380C

 Jantung : dapat ditemukan S4 dan S3 pada disfungsi ventrikular, penurunan intensitas SI dan split paradoksal S2, murmur midsistolik atau late sistolik apikal, pericardial friction rub

Pemeriksaan Penunjang

EKG

Adanya ST elevasi > 2mm minimal pada 2 sandapan prekordial yang berdampingan atau > 1mm pada 2 sandapan ekstremitas

Laboratoriurn

 CK

- Mmeningkat 3-8 jam setelah infark miokard - Mencapai puncak 10-36 jam

- Kembali normal dalam 3-4 hari

 CKMB

- Meningkat 3-4 jam setelah ada infark miokard - Mencapai puncak 10-24 jam

- Kembali normal dalam 2-4 hari

 Troponin T

- Meningkat 2 jam setelah ada infark - Mencapai puncak dalam 10-24 jam - Masih dapat terdeteksi setelah 5-14 hari

 LDH (Lactic Dehydrogenase)

- Mencapai puncak 3-6 hari - Kembali normal 8-14 hari Kriteria

Diagnosis  Anamnesis : nyeri dada yang khas

 EKG : adanya ST elevasi > 2mm, minimal pada 2 sandapan prekordial yang berdampingan atau > 1 mm pada 2 sandapan ekstremitas

 Laboratorium : peningkatan enzim jantung Klasifikasi Berdasarkan klasifikasi Killip

KELAS DEFINISI

I II III IV

Tak ada tanda gagal jantung kongestif

Gallop S3dan /atau ronkhi basah halus di separuh lapangan bawah paru Edema paru Syok kardiogenik Diagnosis STEMI Diagnosis Banding NSTEMI

Terapi Non Farmakologi

- Tirah baring di ruang ICCU

- O2 dimulai 2 1/menit 2-3jam, dilanjutkan bla saturasi oksigen arteri < 90% - Diet : puasa sampai bebas nyeri, lalu diet cair. Selanjutnya diet jantung - Pasang monitor EKG secara kontinyu

- Edukasi Farmakologi

- Pasang infus intravena dengan NaCl 0,9% atau D5% - Atasi nyeri :

- Nitrat sublingual /transdermal /nitrogliserin iv titrasi 3 kali dengan interval 3-5 menit (kontraindikasi bila TD < 90 mmHg), bradikardi (<3-50 kali/menit), takikardi. Atau

- Morfin 5 mg (2-4 mg) iv, dapat diulang tiap 5 menit sampai dosis total 20 mg, atau

- Petidin 25-50 mg iv, atau - Antitrombotik

- Antiagregasi trombotik : Aspirin (160-345 mg dikunyah. bila alergi atau intoleransi/tidak responsif diganti dengan tiklodipin atau Llopidogrel loading dose 300 mg dengan dosis pemeliharaan 75 mg

- Trombolitik : streptokinase 1,56 juta U dlam 1 jam, atau aktivator plasminogen jaringan (t-PA) bolus 15 mg dilanjutkan dengan 0,75 mg/kgBB (maksimal 50 mg) dalam 1 jam pertama dan 0,5 mg/kgBB (maksimal 35 mg) dalam I jam kedua.

- Antikoagulan, pada STEMI 12 .jam, heparin bolus 5000U iv ciilanjutkan dengan infus selama 5 hari, dengan target aPTT 1.5-2 kali control, atau - LMWH (Low Molecular Weight Heparin) selama 5 hari :

ü Enoxafarin 2 x 0,6 ml

ü Fondaparinux I x 2,5 mg s.c

Penanganan di IGD

 Manajernen, terrnasuk diagnosis dan tatalaksana dimulai pada saat kontak pertama kali dengan petugas kesehatan (First Medical Contact / FMC)

 Cek tanda vital, evaluasi saturasi oksigen

 Segera berikan oksigen 41/menit via nasal kanul, pertahankan saturasi oksigen > 90%

 Berikan nitrogliserin sublingual samapi 3 kali dengan interval 3-5 menit. Kontraindikasi : hemodinamik tidak stabil ( TD < 90 mmHg atau > 30 mmHg lebih rendah dari pemeriksaan TD awal, bradikardia < 50x/menit atau takikardia > 100x/menit tanpa ada gagal jantung dan adanya infark vebtrikel kanan

 Pasang jalur intra ivena

 Morfin iv jika nyeri tidak berkurang dengan nitrogliserin

 Clopidogrel (antiagregasi platelet). Loading dose 300mg, dosis rumatan 75 mg/hari.. untuk persiapan terapi invasif diberikan dosis 600 mg

 ECG 12 lead harus dilakukan secepatnya dengan target kurang dari 10 mend

 EKG monitoring halals dilakukan segera pada semua pasien dengan kecurigaan STEM!

 Pasien dengan gejala dan tanda dalam serangan iskemik miokard walaupun gambaran EKG tidak khas juga memerlukan penanganan yang sama seperti pasien STEMI

 Penanganan pre-hospital pada pasien STEMI harus berdasarkan kepada sistem rujukan regional untuk mendapat terapi reperfusi secara cepat dan efektif dan mengupayakan untuk dapat dilakukan primary PCI kesetiap pasien bila memungkinkan

 Pusat pelayanan PCI harus siap melayani 24 jam dan melakukan primary PCI secepat mungkin dalam 60 menit dari informasi awal.

 Setiap rumah sakit dan seluruh EMS yang berpatisipasi dalam pelayanan pasien dengan STEMI harus mencatat dan memantan waktu untuk menjaga dan mendapatkan hasil yang diinginkan, yaitu :

First medical contact dengan EKG pertama kali ≤ 10 menit

First medical contact kali dengan terapi reperfusi : Fibrinolisis ≤ 30 menit

Primary PCI <90 menit (<60 menit jika pasien menunjukkan 120 menit gejala dari onset atau lanasung menuju rumah sakit yang dapat melakukan PCI) Terapi Reperfusi

 Terapi reperfusi diindakasikan kepada semua pasien dengan gejala durasi < 12 jam dan gambaran EKG persisten ST Elevasi atau LBBB yang barn

 Terapi reperfusi diindikasikan bila bila terdapat ongoing iskemik, walaupun gejala mungkin barn dimulai > 12 jam atau jika nyeri dan perubahan EKG

Primary PCI

 Primary PCI adalah reperfusi terapi yang lebih direkomendasikan dibandingkan dengan fibrinolosis jika dilakukan oleh tim yang berpengalaman dalam 120 menit setelah serangan

 Primary PCI diindikasikan bagi pasien dengan gagal jantung akut yang berat atau syok kardiogenik, pasien STEMI usia > 75 tahun, Pasien dengan kontraindikasi

 Stenting direkomendasikan pada primary PCI

TERAPI FIBRINOLISIS TERAPI INVASIF (PCI)

 Onset < 3 jam

 Terapi invasif bukan pilihan (tidak ada akses ke fasilitas PCI atau akses vaskular sulit) atau akan menimbulkan penundaan:

Kontak medik-balloon atau door

 Onset < 3 jam

 Tersedia ahli PCI

Kontak medik-balloon atau door balloon < 90 menit

(door balloon) minus (door niddle) < 1 jam

balloon > 90 menit

(door balloon) minus (door niddle) lebih dari 1 jam

 Tidak terdapat kontradikasi fibrinolisis

 Kontraindikasi fibrinosis, termasuk risiko perdarahan dan perdarahan intraserebral

 STEMI risiko tinggi (CHF, killip ≥ 3)

 Diagnosis STEMI diragukan

 Terapi dual antiplatelet yaitu aspirin dan ADP receptor blocker yang direkomendasikan adalah :

- Prasugel, bila ada riwayat stroke TIA dan usia < 75 tahun - Ticagrelor

- Atau clopidogrel bila prasugrel atau ticagrelor tidak tersedia atau kontraindikasi Antikoagulan

 Antikoagulan direkomendasikan pada pasien STEMI yang mendapat pengobatan dengan lytics hingga tercapai revaskularisasi atau bila lama tinggal dirurnah sakit sarnpai 8 hari. Antikoagulan dapat berupa :

- Enoxaparin i.v dilanjutkan dengan s.c

- Unfractionated heparin diberikan berdasarkan berat badan secara i.v bolus dan infus

- Pada pasien yang diterapi dengan streptokinase, Fondaparinux i.v bolus dilanjutkan dengan s.c 24 jam kemudian

 Antikoagulan injeksi diberikan

- Bivalirudin lebih disarankan daripada heparin dan GPIlbillla blocker

- Enoxaparin dapat disarankan dibanding unfractionated heparin -Unfractionated heparin dapat diberikan pada pasien yang tidak mendapat bivalirudin dan enoxaparin

Terapi Fibrinolitik

 Terapi fibrinolitik direkomendasikan dalam 12 jam setelah gejala timbul pada pasien tanpa kontraindikasi apabila primary PCI tidak dapat dilakukan oleh tim yang berpengalaman dalam 120 menit setelah first medical contact (FMS)

 Pada pasien dengan waktu < 2 jam setelah timbul gejala memiliki infark yang luas dan resiko perdarahan yang rendah, fibrinolisis dapat dipertimbangkan bila waktu dari first medical contact ke infalasi balon > 90 menit

 Bila memungkinkan fihronolisis dapat dilakukan pada saat persiapan ke rumah sakit

 Agen fibrin spesilik (tenecteplase, alteplase, reteplase, streptokinase) lebih direkomendasikan dibandingkan dengan agen non fibrin spesifik

 Dosis streptokinase 1,5 juta U dilarutkan dalam 100 cc NaCl 0,9% atau dextrose 5 % diberikan secara infus selama 30-60 menit.

 Fibrinolitik diberikan pada pasien : ST Elevasi, LBBB baru, infark miokard luas, usia muda.

 Kontraindikasi absolut : perdarahan intrakranial, stroke iskemik 3 jam – 3 bulan, diseksi aorta, tumor intrakranial, perdarahan internal aktif atau gangguan pembekuan darah, cedera kepala tertutup 3 bulan terakhir.

 Kontraindikasi relatif : TD tidak terkontrol (sistolik >180minHg, diastolik > 110 mmHg), riwayat stroke iskemik > 3 bulan, demensia, trauma atau RJP lama (> 10

menit), operasi besar < 3 bulan. Perdarahan internal 2-4 minggu. ruptur pembuluh darah yang sulit dilakukan penekanan, riwayat mendapat streptokinase > 5 hari yang lalu, alergi terhadap streptokinase, hamil, ulkus peptikum aktif, mendapat antikoagulan dengan INR tinggi

 Merujuk ke pusat pelayanan PCI diindikasikan bagi semua pasien yang mendapat fibrinolisis

 Rescue PCI diindakasikan segera apabila fibrinolisis gagal (ST segment <50% dalam 60 menit)

 Emergency PCI diindikasikan pada kasus iskemik yang rekuren atau reeklusi setelah pemberian awal fibrinolitik

 Emergency angiography diindikasikan pada pasien dengan gagal jantung /syok setelah pemberian awal fibrinolitik

 Angiography diindikasikan setelah n brinol it ik berhasil

 Waktu optimal angiography pada pasien stable setelah lysis adalah 3-24 jam Terapi Jangka Panjang

 Kontrol faktor resiko, terutama merokok harus dihentikan

 Antiplatelet diberikan tanpa Batas waktu

 Dual antiplatelet diberikan sampai 12 bulan

 Pengobatan oral dengan beta blocker diindikasikan bagi pasien dengan gagal jantung atau left ventricular dysfunction

 Target profit lipid harus tercapai pada semua pasien

 Statin dosis tinggi sebaiknya dimulai sejak awal pada semua pasien tanpa kontraindikasi atau riwayat intolerasi

 ACE inhibitors diindikasikan pada pasien dengan gagal jantung, LV systolic dysfunction, diabetes atau infark anterior

 ARB dapat diberikan sebagai alternatif dari ACE inhibitor

 Antagonis aldosteron diindikasikan bila EF < 40% atau gagal jantung atau diabetes apabila tidak terdapat gagal ginjal atau hiperkalemia

Prognosis Dubia, tergantung luasnya infark

Kepustakaan 1. Alwi 1, infark Miokard Akut Dengan Elevasi ST, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014. p. 1457-1464

2. Setyohadi B, Arsana PM, Suryanto A, Soeroto A, Abdullah M, In : EIMED PAPDI Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014. p. 372-384

3. ESC Acute Myocardial Infarction Guidelines 2013 4. AHA Guidelines for CPR and ECC. 2010

Mengetahui/Menyetujui Palembang, Maret 2015 Ka. Departemen Penyakit Dalam Ka. Divisi Kardiologi

Dr. H.A. Fuad Bakry, SpPD, K-GEH Prof. Dr. Ali Ghanie, SpPD, K-KV

BAB IV DOKUMENTASI

PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK) DEPARTEMEN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

MITRAL STENOSIS

Dalam dokumen PANDUAN PRAKTIK KLINIK (Halaman 50-56)

Dokumen terkait