TELINGA Anatomi
B. Rongga Laring
5. stadium resolusi, bila pecahnya gendang telinga tidak parah mungkin terjadi proses penyembuhan, akan tetapi bila daya tahan tubuh kurang maka dapat berkembang menjadi
radang telinga supuratif kronik.
Gejala utama pada OMA biasanya rasa nyeri di telinga selain suhu tubuh yang tinggi, pendengaran yang berkurang atau rasa penuh di telinga. pada anak-anak dapat terlihat dari sikap yang gelisah, sulit tidur kejang-kejang, hilang kesembangan atau mungkin memegang telinga yang sakit.
Pengobatan pada OMA ini tergantung dari sradium penyakit pada saat itu. Pada stadium oklusi, pengobatan bertujuan untuk membuka tuba eustachius sehingga cairan yang ada dapat dialirkan ke rongga mulut. Obat yang diberikan berupa tetes hidung yang mengandung HCl efedrin. Obat diteteskan di hidung dengan posisi kepala menengadah agar obat dapat masuk liang tuba yang ada di pangkal hidung. Selain itu juga diberikan antibiotika untuk menghilangkan bakteri penyebab.
Pada stadium presupurasi diberikan antibiotika, obat tetes hidung dan analgesic untuk
menghilangkan nyeri. Bila gendang telinga tampak membengkak dan merah sebaiknya dilakukan miringotomi untuk mencegah pecahnya gendang telinga sehingga resiko tuli mengecil.
Pada stadium supurasi dilakukan pemberian antibiotika dan miringotomi selama gendang telinga masih utuh.
Pada stadium perforasi dilakukan pemberian obat cuci telinga dan antibiotika adekuat. Sehingga nanah berkurang dan diharapkan gendang telinga dapat menutup kembali.
Bila tidak terjadi resolusi pada gendang telinga, maka akan terjadi pengeluaran cairan / nanah secara terus menerus atau hilang timbul dari telinga tengah dan dapat terjadi gangguan
pendengaran / tuli. Kondisi ini bila berlangsung lebih dari 2 bulan akan disebut otitis media supuratif kronik.
Radang telinga supuratif kronik (otitis media supuratif kronik/ OMSK)
OMSK merupakan kelanjutan dari OMA yang tidak sembuh. OMSK adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi (berlubangnya) gendang telinga dan cairan yang keluar terus menerus atau hilang timbul. Cairan yang keluar dapat berupa encer, kental, bening atau nanah. Kondisi ini yang biasa disebut congek atau tuli pada masyarakat.
OMA dapat berkembang menjadi OMSK karena beberapa factor yaitu: 1. terapi yang terlambat diberikan
2. terapi yang tidak tepat 3. virulensi kuman yang tinggi
4. daya tahan tubuh pasien yang rendah 5. kebersihan buruk
Berdasarkan keganasannya, maka OMSK dapat dibagi menjadi :
1. OMSK tipe jinak dimana peradangan hanya terbatas pada mukosa saja dan tidak megenai tulang. Lubang perforasi berada di tengah gendang telinga. OMSK jenis ini tidak
menimbulkan komplikasi yang berbahaya
2. OMSK tipe ganas dimana peradangan mengenai tulang dan disertai koleastoma. Lubang perforasi terletak marginal/tepi atau atik. Ini OMSK yang berbahaya dan dapat
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Selain perforasi terdapat juga nanah pada belakang telinga, polip / jaringan granulasi pada telinga luar yang berasal dari telingan dalam, kolesteatom pada telinga tengah, dan cairan berbentuk nanah dan berbau khas. Terapi pada OMSK tipe jinak biasanya dengan obat-obatan, obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan miringoplasti (operasi penambalan gendang telinga yang berlubang) selain itu sumber infeksi harus dilenyapkan terlebih dahulu. Sedangkan untuk OMSK tipe ganas harus dilaksanakan pembedahan sesegera mungkin berupa mastoidektomi dengan atau tanpa miringoplasti.
Radang telinga serosa akut (otitis media serose/barotrauma)
Otitia media serosa akut adalah keadaan terbentuknya cairan di telinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan gangguan pada fungsi tuba eustachius. Cairan yang terbentuk biasanya encer dan jernih. Barotrauma ini lebih sering terjadi pada dewasa. Hal ini dapat terjadi akibat ;
1. sumbatan tuba, dalam hal ini disebabkan perubahan tekanan yang tiba-tiba. 2. virus yang berasal dari infeksi saluran pernafasan atas
3. alergi yang biasanya berasal dari saluran pernafasan atas 4. idiopatik / tidak diketahui sebabnya
Gejala yang khas dan menonjol pada penyakit ini adalah pendengaran yang berkurang, selain itu juga adanya keluhan rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih keras dari suara luar pada telinga yang terkena. Karena penyebab radang telinga adalah virus maka tidak terdapat rasa nyeri pada telinga.
Pengobatan yang diberikan dapat berupa obat-obatan seperti vasokonstriktor local (tetes hidung), anti histamine dan perasat valsava atau miringotomi.
Radang telinga serosa kronik (otitis media serosa kronik/glue ear)
Glue ear adalah keadaan timbulnya cairan pada telinga tengah secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama. Glue ear lebih sering terjadi pada anak-anak terutama usia 5-8 tahun. Cairan yang terbentuk kental seperti lem. Biasanya terjadi akibat OMA yang tidak sembuh sempurna, infeksi virus, keadaan alergi atau gangguan mekanis pada tuba.
Gejala utama adalah tuli yang nyata karena secret yang kental. Gendang telinga terlihat utuh namun tertarik/retraksi, suram, kuning kemerahan, atau keabu-abuan.
Terapi yang harus diberikan adalah miringotomi dengan pemasangan pipa grommet untuk mengeluarkan secret. Selain itu juga diberikan dekongestan tetes hidung serta kombinasi anti-histamin- dekongestan per oral. Bial selama tiga bulan tidak terdapat hasil, dapat dilakukan tindakan pembedahan.
Terlepas dari apapun jenis radang telinga yang anda derita, deteksi dini dan pengobatan yang tepat dan efisien merupakan hal yang harus dilakukan demi mencegah komplikasi yang dapat timbul. Penanganan yang tepat terutama pada anak-anak dapat mencegah tuli permanent yang tentu mengganggu masa depan mereka.
OTALGIA
OTALGIA suatu gejala yang sangat lazim terjadi dan bisa dilukiskan sebagai rasa nyeri terbakar,berdenyut atau menusuk. Ia bisa ringan atau sangat hebat,atau konstan,intermiten atau sementara. Pada keadaan terakhir,biasanya sensasi ini dilukiskan sebagai nyeri tajam yang menusuk.Otalgia dapat primer maupun sekunder. Primer menggambarkan nyeri telinga akibat kelainan atau penyakit yang mengenai telinga,dan selalu disertai abnormalitas otoskopi.sekunder menggambarkan nyeri yang dialihkan ke telinga dan tidak disertai dengan abnormalitas otoskopi. Sedikitnya 50% dari semua nyeri yang dialami di telinga orang dewasa bersifat sekunder. Penilaian penomena ini mudah bila mengingat bahwa persarafan sensoris telinga terdiri dari saraf otak ke V,VII,IX,X dan pleksus servikalis (CI-3), ( Dr. Petns,adrianto penerbit buku kedokteran, penyakit telinga hidung dan tenggorokan)
OTALGIA adalah suatu peradangan yang menimbulkan nyeri pada telinga dapat dilihat dengan melakukan inspeksi telinga bagian luar dan gendang telinga (membran timpani). Cedera yang terjadi pada daun telinga (pinna/aurikula) yang disertai hematoma dapat diketahui dari riwayat penyakitnya. Perikondritis daun telinga merupakan komplikasi yang jarang terjadi dan disebabkan oleh trauma, biasanya disebabkan oleh pseudomonas aeruginosa ( dr.jonathan oswam, petunjuk penting pada penyakit telinga hidung dan tenggorok)
PENYEBAB
1. Lokal
(i) Telinga luar
a. Infeksi perikondritis Otitis eksterna
Herpes zoster otikus
b. Trauma hematoma subperikondrial Trauma oleh alat
c. Tumor tumor jinak – osteoma Tumor ganas – karsinoma
Sel skuamosa
d. Lain-lain serumen keras Keratosis obturans
(ii) Telinga tengah,mastoid dan tulang tmporal a. Infeksi sumbatan tuba eustachius
Otitis media supuratif akut Otitis media sekretoria Mastoiditis akut
Otitis media supuratif kronis b. Trauma barotrauma
Trauma kepala
c. Tumor tumor jinak - neuroma akustik tumor jinak – karsinoma sel skuamosa
d. Lain-lain bell’s palsy
2. Nyeri alih
(i) Rongga mulut dan nasofaring
Gigi – abses akar gigi
Lidah – karsinoma
Tonsil – tonsilitis akut (ii) Laring dan hipofaring
Karsinoma (iii) Leher
Artritis spina servikal
Limpadenitis postaurikular
(iv) Mediastinum – benda asing di esofagus (v) Lain-lain
Sinusitis
Disfungsi sendi temporomandibular DIAGNOSIS
1. Anamnesis (i) Mulai timbulnya (ii) Lama keluhan (iii) Keluhan bertambah
(iv) Keluar cairan dari telinga (otore) (v) Kurang dengar
(vi) Vertigo
(vii) Baru menderita infeksi saluran nafas atas (viii) Trauma
2. Pemeriksaan (i) Demam
(ii) Telinga (iii) Hidung
(v) Laring dan hipofaring (vi) Fungsi nervus fasial (vii) Leher
3. Pemeriksaan penunjang (i) Hematlogi
Jumlah leukosit dan laju endap darah Gula darah
(ii) Radiologi
Foto mastoid
Foto sinus paranasal
Foto vertebra servikal
Ortopantomogram
Foto sendi temporomandibular (iii) Bakteriologi – asupan mulut (iv) Audiometri
Audiometri nada murni
Timpanometri (v) Pembedahan – biopsi
Pemeriksaan penunjang dipilih sesuai dengan hasil pemeriksaan klinik (victoria moore-gillon nicholas stafford, segi praktis telinga hidung tenggorok)
1. OTITIS EKSTERNA AKUTA
Otitis eksterna akuta dapat berupa peradangan difus dan dapat pula merupakan sesuatu furunkel. Furunkel adalah suatu pembengkakan yang sangat sensitif dan nyeri didalam liang telinga (meatus) bagian luar ( diliang bagian meatus tulang yang tidak didapati folikel rambut). Gangguan pendengaran hanya terasa bila didapati sumbatan pada liang oleh adanya
pembengkakan atau cairan, dan demam baru terjadi jika infeksi telah menyebar sampai ke daerah didepan telinga,misalnya karena selulitis atau erisipelas. Kelenjar getah bening yang membesar dan nyeri teraba didaerah didepan atau dibelakang telinga,tetapi bersifat suporfisial, berbeda dengan otitis media akuta yang nyeri tekannya baru terasa pada penekanan kuat . daun telinga terasa nyeri bila digerakkan dan ini juga tidak didapati pada otitis media akuta. Cairan yang keluar kental dan jumlahnya sedikit,berbeda dengan otitis media akuta dimana cairannya bersifat mukoid.( harold ludman MB,FRCS, petunjuk penting pada penyakit telinga hidung dan tenggorokan)
Otitis eksterna bisa juga karena kelainan dermatologi, seperti dermatitis alergika atau seboreika dan psoriasis
Pada pemeriksaan fisik,meatus tampak hiperemi dan adematosa. Keselruhan panjang meatus bisa membengkak serta bisa tak mungkin memasang spekulum karena nyeri hebat. Membran timpani bisa tersembunyi dari pandangan karena edema yang jelas atau sekret yang banyak. Harus diusahakan mengaspirasinya,jika mungkin. Jika membran tympani tak dapat dilihat,maka pasien harus melakukan kunjungan ulang setelah terapi empiris, sehingga status membran dapat dievaluasi. Hanya dalam cara ini dapat dilakukan pembedaan eksterna dan otitis media. (SeTH R.thaller, Mark S. Granick penyakit telinga hidung tenggorok)
Penyebab (i) Infeksi
Bakteri otitis eksterna difus Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel) Otitis eksterna malignaBeda
Beda furunkel dan mastoiditis akut
b.virus miringitis bulosa
herpes zoster otikus (sindrom ramsay hunt) herpes simpleks
c. jamur candida albicans aspergillus niger
(ii) Non – infeksi
a. Terlokalisasi alergi (terhadap antibiotik topikal) Iradiasi
b. Penyakit kulit yang menyeluruh Eksim
Psoriasis
Otitis eksterna seboroika
(victoria moore-gillon nicholas stafford, segi praktis telinga hidung tenggorok)
2. OTITIS EKSTERNA MALIGNA
Otitis eksterna maligna salah satu dari beberapa infeksi telinga yang mengancam nyawa. Ia disebabkan oleh pseudomonas aeruginosa. Otitis eksterna maligna tampak dimulai sebagai otitis eksterna. Khas ia timbul pada pasien yang mempunyai resistensi yang rendah, yaitu pasien diabetes tua dan terimunosupresi. Otitis eksterna maligna ditandai oleh nyeri hebat,tanda diagnostik paling jelas pada pemeriksaan fisik adalah jaringan granulasi yang
frunkel Mastoiditis akut
anamnesis Nyeri mendadak Tidak demam
Nyeri bertambah setelah menderita otitis media pemeriksaan Tidak ada keluhan sistemik
Membran timpani normal, Kalau dapat dilihat
Rasa nyeri maksimal Pada palpasi tragus
Tidak terdapat sulkus postaurikular
Demam
Badan merasa lemah
Membran timpani merupakan tanda otitis media
Rasa nyeri maksimal di segitiga MacEwen dan di sel udara mastoid ukus
Postaurikular utuh Pemeriksaan
penunjang
Jumlah leukosit normal Audiometri nada murni
Normal atau tuli konduktif 10-15 dB Foto mastoid lateral
Mungkin tampak sel mastoid berselubung karena edema jaringan lunak postaurikular tetapi pada foto sub-mentovertikal
Tampak sel udara mastoid normal
Jumlah leukosit meninggi Audiometri nada murni : tuli konduktif 30-40 dB
Foto mastoid : tampak
perselubungan seluruh mastoid, Atau sel udara mastoid tidak tampak
terapi Tampon gliserin/ichtyol Anti biotik sistemik Insisi dan drainase
Kadang-kadang diperlukan
Bila belum terbentuk Abses diberikan antibiotik perenteral selama 24 jam Mastoidektomi kortikal segera dilakukan bila terbentuk abses atau setelah 24 jamdiberi antibiotik tidak ada perbaikan
terletak pada sambungan meatus acusticus oxternus tulang dan tulang rawan. Sekitar 50% pasien yang menderita otitis eksterna maligna menderita keterlibatan nervus facialis. Penyakit ini berlanjut ke neuropati beberapa saraf otak. Akibat penyakit ini bisa fatal. (SeTH R.thaller, Mark S. Granick penyakit telinga hidung tenggorok)
1. Gambaran klinik
(i) Terdapat pada pasien tua dengan diabetes atau pasien dengan kelainan imunologik. (ii) Pada kebanyakan pasien ditemukan kuman pneusomonas pyocyaneus.
(iii) Otitis eksterna yang disebabkan oleh bakteri dengan adanya jaringan granulasi diliang telinga luar
(iv) Pad akeadaan lanjut terjadi perikondritis daun telinga dan osteitis dengan nekrosis didasar tengkorak
(v) Sebagai komplikasi dapat terjadi trombosis sinus lateralis, apesitis petrosus, meningitis, abses serebri dan ruptur arteri karotis
(vi) Pada keadaan lanjut biasa terdapat kelumpuhan saraf otak, misalnya saraf wajah ( nervus fasial), sindrom fosa jugulare, denagn kelumpuhan saraf otak yang multipel angka kematian 80%.
2. Pengobatan (i) Pada keadaan dini
Dirawat dirumahsakit
Pembersihan telinga berulang dan jaringan granulasi dikeluarkan
Diberi gentamisin topikal serta disuntik gentamicin dan carbenicilin
(ii) Pada keadan lanjut, apabila tidak tampak respon setelah pengobatan dengan antibiotik selama 72 jam
Eksisi luas pada tulang rawan, jaringan lunak dan tulang yang terinfeksi
Dilakukan mastoidektomi apabila pada pemeriksaan radiologik terdapat mastoiditis (iii) Pemberian antibiotik diteruskan sampai sekurang-kurangnya satu bulan.
3. Diagnosis banding dari granulasi yang berdarah diliang telinga luar (i) Otitis eksterna bakterial
(ii) Otitis eksterna maligna
(iii) Penyakit granulomatosis, seperti tuberkulosis,granuloma wegener (iv) Karsinoma sel skuamosa
(v) Tumor glomus
(victoria moore-gillon nicholas stafford, segi praktis telinga hidung tenggorok)
3. MASTOIDITIS AKUTA
Mastoiditis akuta disebabkan oleh hancurnya dinding tulang-tulang tipis diantara sel-sel udara mastoid (cellulae mastoidea), suatu proses yang membutuhkan waktu 2-3 minggu. Selama tengga waktu tersebut, sejak timbulnya otitis media akuta,terjadi pengeluaran cairan yang kontinyu dan yang semakin banyak melalui lubang perforasi gendang. Bila seorang pasien menderita nyeri beberapa hari setelah membran timpani secara meyakinkan menunjukan keadaan normal maka padanya tidak akan terjadi mastoiditis. Kesulitan timbul bila penderita otitis media akuta dianggap sudah sembuh padahal kondisinya masih belum memuaskan, kadang-kadang karena pemakaian anti biotik sistemik sangat minimal. Matoiditis harus dicurugai bila keluarnya cairan terus menerus berlangsung selama lebih dari 10 hari secara kontinyu, lebih-lebih bila si penderita selama ini merasa kurang sehat.
Radiografi mastoid kadang-kadang dapat membantu. Mastoiditis hanya dapat disingkirkan bila secara radiologi menunjukkan aerasi yang jernih dan normal pada sistem sel mastoid. Otitis eksterna dapat memberikan gambaran yang kabur apda sistem sel karena terjadinya edema pada jaringan lunak sekitar mastoid. Pembengkakkan klasik dibelakang telinga disertai pergeseran daun telinga kebawah menunjukkan suatu abses subperiosteal, yang lebih
cenderung dianggap sebagai komplikasi ketimbang tanda dari mastoiditis. Dengan
mengadakan erosi terhadap dinding atik bagian luar, abses subperiosteal akan menyebabkan pembengkakkan dibagian dalalm liang telinga. Kontras dengan suatu furunkel yang selalu timbul dibagian luar liang telinga. Apabila dengan pemeriksaaan radiologik mastoid masih meragukan, sebaiknya dipertimbangkan melakukan eksplorasi secara bedah. (Harold ludman MB,FRCS, petunjuk penting pada penyakit telinga hidung dan tenggorok)
A. Tes laboratorium
Contoh nanah harus diambil untuk pemeriksaan kultur dan sensitivitas antibiotika. Pemeriksaan audiometri akan menunjukan tuli konduktif; roentgenogram akan menunjukkan perkabutan difus sel-sel mastoid.
B. Terapi
Pasien dirumahsakitkan dan harus diberi infus IV untuk pemberian antibiotika penisilin dosis besar, karena organisme penyebabnya mungkin streptococcus β-hemoliticus atau
pneumococcus. H. Influenza harus juga dicakup sampai didapat hasil kultur. Terapi medis tambahan serupa untuk otitis media supurativa akuta.
Bila perforasi membran timpani kecil dan drainase tidak tampak adekuat atau pada pasien yang jarang dengan membrana timpani yang utuh dan menonjol, harus dilakukan insisi miringotomi yang besar pada membran timpani. Bila terjadi abses subperiosteal yang segera tidak
menyembuh, ia harus diinsisi dan didrainase. Biasanya mastoiditis akan sembuh total dengan terapi medis atau dengan tindakan bedah minor yang disebutkan, dan hanya kadang-kadang diperlukan mastoidektomi. ( Dr. Petns,adrianto penerbit buku kedokteran, penyakit telinga hidung dan tenggorokan)
4. OTITIS MEDIA SEKRETORIA
Nyeri sementara merupakan ciri khas Glue Ear.karena adanya efusi, membran timpani tampak abnormal. Secara klasik dijumpai injeksi dengan pembuluh-pembuluh darah radial yang
jelas,yang kalau kurang teliti dapat didiagnosis secara salah sebagai otitis media. Warnanya dapat kekuning-kuningan, atau kadang-kadang biru. Anak tampak sehat dan afebris, tetapi biasanya disertai gangguan pendengaran selama beberapa waktu. (Harold ludman MB,FRCS, petunjuk penting pada penyakit telinga hidung dan tenggorok)
5. BAROTRAUMA OTITIK (AEROTITIS)
Barotrauma atau aerotitis media merupakan perdarahan akut atau efusi serosa ke dalam ruangan telinga tengah sekunder terhadap perubahan akut dalam tekanan atmosfir. Hal ini bisa karena perjalanan dengan pesawat udara atau penyelaman ‘scuba’. Secara spesifik aerotitis menunjukan fenomena yang timbul bila ada efusi akut cairan serosa atau benar-benar pecahnya pembuluh darah kecil (hemotimpanum) didalam ruangan telinga tengah, akibat perubahan tekanan mendadak didalam kabin pesawat udara bertekanan. Telinga tak berhasil menyesuaikan diri dengan relatif hampa udara yang tercipta didalam ruangan telinga tengah oleh perubahan tekanan ini. Pasien hampir selalu mempunyai riwayat infeksi saluran
pernafasan atas yang berhubungan.
Nyeri yang timbul dengan barotrauma biasanya digambarkan cepat dan menyiksa. Pasien juga mengeluh sensasi tekanan yang jelas. Mungkin ada tuli konduktif yang menyertai. Pada
pemeriksaan, mungkin ada perubahan warna membran timpani akibat efusi serosa atau perdarahan kecil serta pembuluh darah terdistensi yang menunjukkan hemotimpanum. (SeTH R.thaller, Mark S. Granick penyakit telinga hidung tenggorok)
Tekanan atmosfer yang meningkat dengan tiba-tiba dapat menyebabkan berbagai kelainan pada telinga
Perforasi membran timpani
Tulang pendengaran pecah(rusak)
Ruptur membran labirin
Tuli sensorineural
Disfungsi vestibular
(victoria moore-gillon nicholas stafford, segi praktis telinga hidung tenggorok)
6. MIRINGITIS BULOSA
Miringitis bulosa terdiri dari nyeri telinga serta gelembung hemoragik dikulit meatus akustikus eksternus dan pada membran timpani. Terdapat bukti bahwa miringitis bulosa dapat
disebabkan oleh berbagai agen, seperti mycomplasma pneumoniae dan berbagai virus yang berhubungan dengan ‘ coomon cold’, influenza dan morbili. Penyakit ini sembuh sendiri dengan nyeri yang mereda serta gelembung mengering dan menghilang setelah beberapa hari. Tidak terdapat demam, eksudat purulen atau tuli tanpa infeksi bakteri sekunder.
a. terapi
kecuali terjadi infeksi bakteri sekunder, tidak diindikasikan pemberian antibiotika. Umumnya pemecahan bullae tidak menghilangkan nyeri. Dapat diberikan analgesik sesuai kebutuhan. ( Dr. Petns,adrianto penerbit buku kedokteran, penyakit telinga hidung dan tenggorokan)
Gambaran klinik
(i) sering bersama dengan epidemi influensa (ii) anak dan dewasa muda yang terkena
(iii) nyeri telinga hebat dan terdapat bula yang hemoragik dimembran timpani
(iv) bila bula pecah terdapat sekret serosa yang berdarah (serosanguineus) diliang telinga (v) tuli hanya terjadi apabila terbentuk efusi ditelinga tengah (10%)
(vi) dapat terjadi infeksi sekunder oleh bakteri pada bula.
(victoria moore-gillon nicholas stafford, segi praktis telinga hidung tenggorok)
ASUHAN KEPERAWATAN OTALGIA A. PENGKAJIAN
a. Identitas klien Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh adanya nyeri hebat, apalagi jika daun telinga disentuh. Adanya sekret yang keluar dari telinga, kadang-kadang disertai bau yang tidak sedap. Terjadi pembengkakan pada liang telinga. Terjadi gangguan pendengaran dan kadang-kadang disertai demam. Telinga juga terasa gatal.
b. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-lahan, sejauh mana keluhan dirasakan, apa yang memperberat dan memperingan keluhan dan apa usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi keluhan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada klien dan keluarganya ;
apakah klien dahulu pernah menderita sakit seperti ini ?
apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi, kejang ?, apakah klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga terjadi trauma ?,
apakah klien sering berenang ?
Apakah klien saat dilahirkan cukup bulan, BBLR, apakah ibu saat hamil mengalami infeksi, dll .d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada diantara anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti klien saat ini dan apakah keluarga pernah menderita penyakit DM.
B. PEMERIKSAAN FISIK a. Inspeksi
Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada MAE, warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor.
Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membran timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat.
b. Palpasi
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien, maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta.
C. DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF 1. Data subjektif
a. Klien mengeluh pendengarannya berkurang, sering keluar sekret yang berbau. b. Klien mengeluh telinganya sakit/nyeri atau terasa gatal.
c. Klien mengatakan terjadi trauma pada telinganya (karena jatuh, berolahraga, dll). d. Klien sering berenang dan mengorek telinganya.
2. Data objektif
Klien berespons kesakitan saat daun telinganya disentuh.
Klien tampak menggaruk-garuk telinganya atau meringis kesakitan.
Klien sering mendekatkan telinganya kepada perawat saat perawat berbicara.
Tampak sekret yang berbau.
Adanya benjolan atau furunkel pada telinga atau filamen jamur yang berwarna keputih- putihan.
Liang telinga tampak sempit, hyperemesis dan edema tanpa batas yang jelas. D. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
Nyeri (akut/kronis) b/d trauma, infeksi atau demam sekunder terhadap kecelakaan, infeksi oleh jamur / virus / bakteri , ditandai dengan :
(i) Klien mengeluh telinganya sakit/ nyeri,gatal.
(ii) Klien tampak menggaruk-garuk telinganya,meringis kesakitan. (iii) Klien berespon kesakitan saat telinganya disentuh.
(i) Terdapat benjolan,edema,furunkel,filamen jamur pada telinga. (v) Klien demam ( pada OED ).
Intervensi keperawatan:
(i) Kaji tingkat nyeri klien / demam klien.
(ii) Lakukan pembersihan telinga secara teratur dan hati-hati.
(iii) Beri penyuluhan kepada klien tentang penyebab nyeri dan penyakit yang dideritanya / demamnya.
(iv) Lakukan aspirasi secara steril (bila terjadi abses) untuk mengeluarkan nanahnya, jika dinding furunkelnya tebal, dilakukan insisi kemudian dipasang drainage untuk mengalirkan nanah. (v) Berikan kompres dingin bila demam.
(vi) Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik dan antibiotik dosis tinggi (pada OEM).
Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kesukaran memahami orang lain (kurangnya pendengaran), sekunder terhadap penumpukkan serumen/sekret pada liang telinga, jaringan granulasi yang subur, edema pada liang telinga, ditandai dengan :
Klien mengeluh pendengarannya berkurang. Intervensi Keperawatan :
a. Identifikasi metode alternatif dan efektif untuk berkomunikasi, menggunakan tulisan atau