BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.6. Stand-up Time
Stand-up time adalah kurva yang dapat menentukan kapan instalasi yang
tepat untuk penyangga, jarak antara penyangga dan lamanya batuan untuk bertahan. Lamanya batuan bertahan dapat diketahui dalam hari, minggu, bulan, atau tahun. Semua bisa ditentukan dengan nilai-nilai parameter dari massa batuan.
(Adinata & Murad, 2017)
Aplikasi Rock Mass Rating (RMR) untuk Stand-up time merupakan waktu yang diperlukan untuk menyangga dirinya (massa batuan) sebelum terjadinya keruntuhan. (Rai, 2011)
Dari grafik stand-up time dapat diperoleh nilai dari stand-up time dan juga kemajuan dari terowongan tersebut. Sehingga dapat diketahui berapa lama massa batuan untuk bertahan dengan kemajuan yang telah terlihat dalam juga di grafik stand-up time tersebut.
Cara memasukkan data RMR ke dalam grafik Stand-up time adalah sebagai berikut:
1. Tentukan posisi nilai RMR pada grafik (bagian yang melengkung) baik dari atas maupun bawah
2. Tarik garis lurus terhadap bidang melengkung (jika plot dari atas maka tarik ke bawah begitu pula sebaliknya)
3. Tandai (buat titik) pada tengah-tengah garis yang telah ditarik sebelumnya 4. Tarik garis lurus dari titik yang telah ditandai ke bawaha bawah ataupun
ke atas, maka di dapatkan stand-up time
5. Tarik dari titik tengah sebeumnya kea rah kiri untuk mendapatkan nilai kemajuan terowongan (roof span)
6. Berikut ini merupakan grafik untuk menentukan stand-up time terhadap kondisi massa batuan:
Sumber: Mekanika Batuan, Made Astawa Rai dkk, (2011)
Gambar 2.4 Hubungan Stand-up Time Terhadap Roof Span dan RMR 2.1.7. Faktor Keamanan Terowongan
Faktor kemanan terowongan pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak. Parameter-parameter yang digunakan dalam penentukan faktor keamanan adalah sebagai berikut: (Firaz dkk, 2015).
1. Sudut geser dalam (β ) 2. Kohesi (C)
3. Sigma 1 (π1) 4. Sigma 3 (π3)
Dari parameter-parameter di atas dapat ditentukan dengan melakukan pengujian uji kuat geser pada batuan contoh yang didapatkan dari lapangan.
2.2. Kerangka Konseptual
Pada penelitian ini dapat dilihat kerangka konseptualnya seperti dijelaskan pada gambar berikut:
Gambar 2.5 Kerangka Konseptual Data Primer:
1. Kuat tekan batuan 2. Kondisi kekar 3. Kondisi air tanah 4. Orientasi kekar 5. Dimensi terowongan Data Sekunder:
1. Peta Lokasi Kegiatan Penambangan CV. Bara Mitra Kencana 2. Peta Geologi CV. Bara Mitra Kencana
3. Peta layout CV. Bara Mitra Kencana 4. Alat dan Spesifikasi
1. Pengukuran kuat tekan batuan dengan alat Point Load Index 2. Perhitungan uji kuat geser batuan
3. Menentukan nilai RMR dari table pembobotan parameter 4. Menganalisis stand-up time menggunakan grafik stand-up time
terhadap roof span berdasarkan nilai RMR
5. Menentukan nilai faktor keamanan terowongan dengan menggunaan perangkat lunak
1. Mendapatkan stand-up time dari terowongan 2. Mendapatkan faktor keamanan dari terowongan
3. Sebagai pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan penggalian serta penyanggan lubang penambangan
INPUT
PROCES
OUTPUT
Dari kerangka konseptual di atas, dapat dijelaskan proses penyelesaian dalam penelitian ini dapat diselesaikan dalam 3 (tiga) tahap berikut ini:
1. Input, yaitu proses pengumpulan data, baik dari data lapangan sebagai data primer ataupun dari data perusahaan sebagai data sekunder.
2. Procces, yaitu proses pengolahan data menggunakan rumus-rumus, perangkat lunak dan metode yang sesuai dengan masalah penelitian.
3. Output, yaitu hasil pengolahan data yang diharapkan dalam penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan aktivitas penambangaan.
33
Jenis metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian terapan (applied research) yaitu penelitian yang dilakukan secara teliti, hati-hati, sistematik, dan terus
menerus terhadap suatu masalah. Metode penelitian ini dipilih penulis untuk mengetahui stand-up time dan faktor keamanan suatu terowongan tambang.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Wilayah Izin Usaha Pertambangan CV. Bara Mitra Kencana secara geografis daerah penambangan tersebut terletak pada koordinat 100o 47β 18.39β- 100o 46β 48.10β Bujur Timur (BT) dan 00o37β08.22β- 00o36β58.36β Lintang Selatan (LS). Secara administratif terletak di Tanah Kuning Desa Batu Tanjung Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat.
Lokasi penambangan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua dari kota Padang dengan jarak tempuh Β±117 Km ke kota Sawahlunto (waktu tempuh normalΒ±3 jam) serta menuju ke lokasi tambang dengan jarak Β±3 Km.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Kesampain Daerah CV. Bara Mitra Kencana
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 Juni 2018 sampai tanggal 07 Juli 2018.
3.3. Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat, dimana variabel bebas merupakan sebab sedangkan variable terikat merupakan akibat. Penjelasan dari kedua variabel tersebut antara lain:
1. Variabel bebas
Kondisi alam dan kondisi batuan dapat mempengaruhi kekuatan suatu batuan dalam keamanan terowongan tambang.
2. Variabel terikat
Kondisi dimana batuan tersebut dapat mengatasi faktor-faktor yang dapat menurunkan keamanan serta dapat menentukan stand-up time lubang tambang yaitu suatu adaptasi terhadap pengaruh alam dan struktur dari batuan tersebut.
3.4. Data dan Sumber Data
Data dan sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.4.1. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu suatu data yang dapat diukur dan dihitung secara langsung, yang berupa informasi yang dinyatakan dalam bentuk bilangan atau angka-angka:
1. Data primer
Data primer merupakan data yang secara langsung didapatkan di lapangan melalui pengamatan dan pengujian di laboratorium, antara lain:
a. Data kekar disepanjang lubang tambang b. Jarak antar kekar
c. Kondisi air tanah di dalam lubang tambang d. Dimensi terowongan
e. Data uji kuat tekan yang didapat melalui uji PLI 2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari data yang sudah ada sebelumnya di perusahaan, antara lain:
a. Data geologi b. Data perusahaan
c. Data lokasi penambangan, serta data-data lain yang dapat mendukung penelitian.
3.4.2. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis mendapatkan data dari pengamatan langsung di lapangan, serta melakukan uji kuat tekan dan kuat geser pada contoh batuan yang nantinya dapat dijadikan sebagai data primer dalam penyelesaian penelitian.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengambilan Data Kekar
Pengambilan data kekar memiliki tahap-tahap yang harus dilakukan, antara lain:
a. Prosedur normal dalam pengambilan data kekar
Sebelum melakukan pemetaan bidang diskontinuitas atau kekar secara detail lakukan dahulu pengamatan massa batuan yang hendak dipetakan dari jarak dekat dan jauh beberapa kali sehingga diperoleh gambaran untuk menentukan cakupan daerah pemetaan dan pengukuran secra detail
Gambar 3.2 Proses Pembentangan Tali Ukur b. Kemiringan Kekar
Pengukuran jarak kekar dimulai dengan membentangkan tali sepanjang terowongan yang akan diukur. Tali ini diukur strike dan dip-nya memakai kompas kemudian juga dihitung strike dan dip-nya di dinding terowongan. Untuk mendapatkan arah kemiringan (dip direction), nilai strike ditambah 90o. dari data strike dan dip yang sudh didapatkan tadi maka selanjutnya dimasukkan kedalam diagram Rosette, berikut merupakan contoh diagram Rosette dapat dilihat dari Gambar 3.3.
Sumber: Made Astawa Rai dkk, (2011)
Gambar 3.3 Diagram Rosette Hasil Pengukuran Kekar
2. Pengukuran dimensi terowongan
Data ini digunakan untuk pemodelan dimensi terowongan yang dimana parameter-parameter yang harus diketahui didapatkan melalui pengukuran langsung di lapangan, antara lain:
a. Lebar terowongan b. Tinggi terowongan c. Panjang Cap
3. Kondisi Bidang Diskontinuitas a. Kondisi Presistensi Kekar
Presistensi didefenisikan sifat kemenerusan dari bidang-bidang kekar yang didefenisikan sebagai panjang dari diskontinuitas pada massa batuan dan dapat diikur panjangnya. Presistensi ditentukan dengan mengamati dan mengukur panjang dari bidang kekar di massa batuan. Klasifikasi presisitensi kekar dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini: (Mekanika Batuan, Rai dkk,2011)
Tabel 3.1 Klasifikasi Presistensi (ISRM, 1981) Deskripsi Panjang Kekar Presistensi sangat rendah <1
Presistensi rendah 1-3
Presistensi menengah 3-10 Presistensi tinggi 10-20 Presistensi sangat tinggi >20
b. Kondisi Kekasaran Kekar (Joint Roughness)
Kondisi kekasaran kekar terdiri dari kekasaran permukaan ketidakmenerusan, pemisahan (jarak antar permukaan), panjang atau kesinambungan (presistensi), pelapukan batuan dinding dari bidang lemah, dan material pegisi. Kekasaran didefenisikan sebagai tingkat kekasaran dipermukaan bidang kekar yang berfungsi sebagai pengunci antar blok atau mencegah pergeseran sepanjang permukaan kekar.
c. Kondisi Bukaan Kekar (Aperture)
Pelapukan dinding batuan atau pada permukaan diskontinuitas yang terbentuk pada batuan oleh ISRM (1981) diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Tidak lapuk atau segar, tidak terlihat tanda-tanda pelapukan
2) Pelapukan ringan, ketidakmenerusan dapat terisi oleh isin tipis hasil dari alterasi material
3) Pelapukan sedang, lunturan meluas dari bidang ketidakmenerusan lebih besar dari 20% daripada spasi ketidakmenerusan.
4) Pelapukan kuat, lunturan luas melalui batuan dan terdapat bagian material batuan yang gembur
5) Sangat lapuk, batuan terdekomposisi seluruhnya, dan dalam kondisi gembur. Kenampakan luar adalah tanah
d. Kondisi luahan kekar
Suatu keadaan struktur yang stabil dalam keaddaan kering akan menjadi tidak stabil bila kandungan airnya meningkat. Pada terowongan atau lubang bukaan, kondisi kecepatan air tanah dalam liter per menit untuk setiap 10 meter penggalian perlu diketahui. Cara lain dalam mengetahui kondisi umum yang dapat dinyatakan sebagai kering, lembab, basah, menetes dan mengalir dapat dilihat dari tabel RMR.
3.6. Tenik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode rock mass rating dan finite element.
3.6.1. Rock Mass Rating (RMR)
Sistem Rock Mass Rating (RMR), atau sering juga dikenal sebagai Geomecchanics Classification telah dimodifikasi berulang kali begitu informassi baru
dari studi-studi kasus diperoleh dan menjadikannya sesuai dengan International Standard dan prosedur. RMR terdiri dari lima parameter utama dan satu parameter pengontrol untuk membagi massa batuan.
1. Kuat Tekan Batuan Utuh (UCS) 2. Rock Quality Designation (RQD) 3. Jarak Diskontinu/Kekar
4. Kondisi Diskontinu/Kekar 5. Kondisi Air Tanah
6. Koreksi dapat dilakukan bila diperlukan untuk orientasi diskontinuitas/kekar Masing-masing dari setiap bobot parameter dapat ditentukan dari tabel pembobotan seperti yang terlihat pada tabel 2.2
Klasifikasi bidang kekar terdiri dari lima parameter yang mana parameter tersebut merupakan parameter penting dalam menentukan nilai dari RMR, antara lain:
1. Panjang kekar (Presistensi) 2. Pemisahan bukaan (Aperture) 3. Kekasaran (Roughness) 4. Isian (Gouge)
5. Pelapukan (Weather)
Panduan untuk klasifiksi bidang kekar sebagai penentuan bobot dari setiap parameter dapat dilihat dari tabel 2.3
3.6.2. Elemen Hingga (Finite Element)
Pada metode elemen-hingga domain dari daerah yang akan dianalisis dibagi kedalam sejumlah zona yang lebih kecil yang dinamakan elemen. Elemen-elemen tersebut dianggap saling berkaitan pada titik simpul. Perpindahan pada titik simpul dihitung terlebih dahulu, kemudian dengan sejumlah fungsi interpolasi yang diasumsikan, perpindahan pada titik-titik simpul. Selanjutnya regangan yang terjadi pada setiap elemen dihitung berdasarkan besarnya perpindahan pada masing-masing titik simpul.
Berdasarkan nilai regangan tersebut dapat dihitung tegangan yang bekerja pada setiap elemen (Arif, 2016).
Terdapat dua pendekatan yang umum digunakan dalam analisis factor keamanan dengan menggunakan emetode elemen-hingga, yaitu: (Arif, 2016).
1. Metode Pengurangan Kekuatan Geser (Strength Reduction Method) Prinsip metode ini ialah kekuatan geser material niainya dikurangi secara bertahap sampai terbentuk suatu mekanisme keruntuhan. Pengurangan parameter kohesi (c) dan sudut gesek (β ).
2. Metode Penambahan Gravitasi (Gravity Increase Method)
Prinsip dari metode penambahan gravitasi yaitu nilai gravitasi dinaikkan secara bertahap sampai terbentuk suatu bentuk mekanisme keruntuhan.
Berdasarkan metode yang di atas dalam penelitian ini menggunakan metode kuat geser yang dimana data-data tersebut didapatkan dari pengujian kuat geser batuan di laboratorium yang nantinya akan di masukkan ke dalam perangkat
lunak. Hasil dari data tersebut berupa total displacement dan faktor kemanan dari lubang tambang.
3.7 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Rock Mass Rating (RMR) dan metode Finite Element dengan menggunakan
perangkat lunak Phase2. Metode ini digunakan untuk menentukan Stand-up Time dan faktor keamanan pada lubang tambang.
1. Stand-up Time
Aplikasi Rock Mass Rating (RMR) untuk Stand-up Time merupakan waktu yang diperlukan untuk menyangga dirinya (massa batuan) sebelum terjadinya keruntuhan (Rai, 2011).
Grafik stand-up time digunakan dalam menentukan umur dari terowongan sehingga dapat dijadikan sebagai patokan dalam melakukan proses penambngaan ataupun penyanggan lubang tambang, grafik stand-up time dapat dilihat pada gambar 2.3.
Cara memasukkan data RMR ke dalam grafik Stand-up Time adalah sebagai berikut:
1. Tentukan posisi nilai RMR pada grafik (bagian yang melengkung) baik dari atas maupun bawah.
2. Tarik garis lurus terhadap bidang melengkung (jika plot dari atas maka tarik ke bawah begitu pula sebaliknya).
3. Tandai (buat titik) pada tengah-tengah garis yang telah ditarik sebelumnya.
4. Tarik garis lurus dari titik yang telah ditandai kebawah ataupun ke atas, maka di dapatkan stand-up time.
5. Tarik dari titik tengah sebeumnya ke arah kiri untuk mendapatkan nilai kemajuan terowongan (roof span).
Dari grafik stand up time dapat diperoleh nilai dari stand-up time dan juga kemajuan dari terowongan tersebut. Sehingga dapat diketahui berapa lama massa batuan untuk bertahan dengan kemajuan yang telah terlihat juga pada grafik tersebut.
2. Faktor Keamanan
Faktor kemanan terowongan pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak. Yang dimana parameter-parameter yang digunakan dalam penentukan faktor keamanan adalah sebagai berikut: (Muh.
Fathin Firaz dkk, 2015).
1. Sudut geser dalam ( ) 2. Kohesi (C)
3. Sigma 1 (π1) 4. Sigma 3 (π3)
Dari parameter-parameter di atas dapat ditentukan dengan melakukan pengujian uji kuat geser pada batuan contoh yang didapatkan dari lapangan atau dapat melakukan pendekatan dengan nilai RMR. Parameter-parameter yang sudah diketahui dapat dijadikan sebagai data input kedalam perangkat lunak yang nantinya output dari perangkat lunak tersebut dapat menentukan maksimum
displacement, minimum displacement, total displacement dan faktor keamanan
lubang tambang itu sendiri.
3.2 Kerangka Metodologi
Tahapan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
ANALISIS STAND UP TIME MENGGUNAKAN METODE ROCK MASS RATING DAN ANALISIS FAKTOR KEAMANAN
MENGGUNAKAN METODE FINITE ELEMENT DI LUBANG TC 01 TAMBANG BATUBARA CV. TAHITI COAL KOTA
SAWAHLUNTO, PROVINSI SUMATERA BARAT
Identifikasi Masalah
1. Belum adanya metode empiris untuk mengetahui stand-up time dan faktor keamanan pada lubang tambang BMK 14 CV. Bara Mitra Kencana
2. Terdapatnya rekahan-rekahan disekitar lubang tambang BMK 14 CV.
Bara Mitra kencana
3. Terdapat jatuhan batuan di dalam lubang tambang BMK 14 CV. Bara Mitra Kencana
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis stand-up time dan faktor keamanan lubang tambang BMK 14 CV. Bara Mitra Kencana
2. Menganalisis hubungan hasil dari metode rock mass rating dengan finite element dalam menentukan stand-up time dan faktor keamanan lubang tambang BMK 14 CV. Bara Mitra Kencana
A
Gambar 3.4 Kerangka Metodologi
A
Pengolahan Data
1. Pengambilan data kekar secara langsung (panjang kekar, lebar kekar) serta melakukan pengamatan terhadap kondisi kekar dan kondisi air tanah
2. Pengambilan data dimensi terowongan (tinggi, lebar dan panjang) 3. Menghitung nilai RMR dari parameter-parameternya
4. Mengitung nilai FK dengan menggunakan data-data uji kuat geser 5. Pengambilan sampel untuk uji Point Load Index di laboratorium
Analisis Data
Analisis data menggunakan metode Rock Mass Rating (Bieniawski,1989) dan Finite Element menggunakan perangkat lunak Phase2
Hasil
1. Stand-up Time lubang tambang 2. Kekuatan batuan
3. Faktor Keamanan lubang tambang
(Sebagai pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan penambangan dan pemasangan penyangga)
BAB IV
DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Primer
4.1.1. Data Lapangan
Data yang dikumpulkan melalui pengukuran di lapangan berupa data kekar yang diukur pada scanline sepanjang 10 meter dan data dimensi terowongan terdiri dari:
1. Panjang kekar (persistensi), 2. Bukaan kekar (aperture) 3. Jarak antar kekar
4. Isian kekar dan 5. Strike dan dip
6. Dimensi terowongan
Scanline ini dibentangkan sebanyak 2 kali 10 meter, yaitu 10 meter pertama untuk batu lanau, dan 10 meter berikutnya untuk batubara. Pengukuran data kekar di dalam lubang BMK 14 sangat terbatas karena dipengaruhi oleh kondisi di dalam lubang BMK 14 yang gelap dan telah dipasangi penyangga.
46
Tabel 4.1 Kondisi Kekar Batulanau
Tabel 4.2 Kondisi Kekar Batubara
Meteran 1
No. Stike Dip Aperture Panjang Kekar Jarak antar kekar
1. 117o 70o 3 mm 28 cm
Gambar 4.1 Kondisi Batubara di Dalam Lubang Tambang BMK 14 4.1.2. Data Laboratorium
Data yang didapatkan dari pengujian laboratorium adalah data uji kuat tekan batuan menggunakan alat pengujian Point Load Index (PLI). Sampel yang digunakan berupa sampel batuan yang diambil dari 3 (tiga) jenis batuan yaitu batubara, batulanau, dan batupasir, setiap sampel terdiri dari 4 (empat) sampel batuan. Sampel batubara diambil di dalam lubang tambang batubara BMK 14 sedangkan batulanau dan batupasir diambil dilereng sekitar lubang tambang bawah tanah BMK 14 sehingga sampel yang digunakan berjumlah 12 (Duabelas) sampel untuk tiga jenis batuan.
Masing- masing sampel dipotong dan dirapikan secara manual menggunakan gergaji besi, kecuali sampel batulanau yang dipotong menggunakan gerinda listrik. Sehingga dihasilkanlah sampel batuan dengan ukuran yang tidak teratur (irregular). Berikut adalah gambar proses pengujian kuat tekan menggunakan alat uji Point Load Index (PLI).
Gambar 4.2 Alat Uji Point Load Index (PLI)
Gambar 4.3 Sampel Batuan
Gambar 4.4 Pengujian Sifat Fisik Batuan
Gambar 4.5 Pengujian Kuat Tekan Batuan
4.2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literature berdasarkan dokumen perusahaan, buku dan jurnal sebagai beriku:
1. Peta geologi penambangan (Lampiran III) 2. Peta lokasi penambangan (Lampiran IV)
3. Peta layout penambangan lubang tambang (Lampiran VIII) 4.3. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan klasifikasi massa batuan dari Bieniawski yang dikenal dengan Rock Mass Rating System (RMR) ataupun Geomechanics Classification dan metode Finite Element atau metode elemen hingga dengan bantuan software Phase2.
4.3.1. Rock Mass Rating System (RMR)
4.3.1.1. Uji Kuat Tekan Batuan Point Load Index (PLI)
Uji kuat tekan batuan dilakukan menggunakan alat point load index, pengujian kuat tekan batuan dibutuhkan untuk menentukan kualitas dari massa batuan. Dalam pengujian ini disediakan 3 (tiga) jenis sampel berupa batulanau, batupasir dan batubara masing-masing sebanyak 3 (tiga) sampel untuk setiap jenis batuan, untuk daftar sampel beserta ukurannya dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Sampel Batuan Beserta Ukurannya adalah jarak antara konus atas dank onus bawah pada alat PLI.
Untuk menentukan faktor koreksi (F) digunakan persamaan Greminger (1982) seperti terlihat pada rumus 2.6, setelah nilai factor koreksi didapatkan , masukkan nilai factor koreksi ke persamaan point load index menggunakan rumus 2.4. Dari nilai PLI yang teah didapatkan, maka dapat dicari nilai kuat tekan batuan berdasarkan nilai Unconfined Compressive Strength (UCS), dengan persamaan 2.3 (Lampiran II).
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, nilai UCS rata-rata dari ke 3 jenis sampel batuan sebagai berikut:
Tabel 4.2 Nilai UCS Sampel Batuan No Sampel Faktor
Dari nilai rata-rata UCS yang sudah didapatkan, nilai UCS dari batubara sebesar 6,187 Kg/cm2 atau sebesar 0,607 MPa, batupasir sebesar 6,393 Kg/cm2 atau 0,627 MPa, batulanau sebesar 10,205 Kg/cm2 atau 1,000 MPa. Berdasarkan tabel pembobotan RMR, nilai UCS untuk batubara dan batupasir mempunyai bobot 0 (nol) dengan deskripsi batuan sangat lemah sekali (extremelyweak), sedangkan untuk batulanau mempunyai bobot 1 (satu) dengan deskripsi batuan sangat lemah (very weak seperti yang ditunjukkan tabel pembobotan RMR 2.2.
Tabel 4.3 Kekuatan Material Batuan Utuh
Deskripsi kualitatif UCS (Mpa) PLI (MPa) Bobot Sangat Kuat Sekali
Sumber: Made Astawa Rai dkk, 2011
4.3.1.2. Rock Quality Designation (RQD)
Rock Quality Designation (RQD) adalah parameter yang dapat
menunjukkan kualitas massa batuan sebelum dilakukan penggalian. Parameter ini dikembangkan oleh Deree (1964), yang datanya diperoleh dari pengeboran eksplorasi dalam bentuk inti bor yang merupakan wakil massa batuan berbentuk silinder.
Bila inti bor tidak tersedia, RQD dapat dihitung secara tidak langsung dengan melakukan pengukuran data kekar baik presistensi, aperture, jarak antar kekar pada singkapan batuan dengan membuat suatu garis yang dibentangkan (scaneline). Dalam menentukan nilai RQD berdasarkan data kekar sepanjang scanline yang sudah ditentukan dapat digunakan persamaan Priest & Hudson (1976) seperti terlihat pada rumus 2.11.
Scanline pada penelitian ini sepanjang 10 meter untuk tiap jenis batuan yang dibentangkan pada lubang tambang BMK 14 dan sekitar lubang tambang BMK 14. Berikut adalah tabel hasil perhitungan nilai RQD pada lubang tambang BMK 14 (Lampiran II):
Tabel 4.4 Kualitas dan Bobot Batuan Berdasarkan Nilai RQD Meteran Jenis Batuan Jumlah
Kekar
1. Rock Quality Designation (RQD) untuk Batubara
Untuk bobot RQD batubara dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.5 Kualitas dan Bobot Batubara Berdasarkan Nilai RQD
RQD (%) Kualitas Batuan Bobot
< 25 Sangat Jelek (Very Poor) 3
25 β 50 Jelek (Poor) 8
50 β 75 Sedang (Fair) 13
75 β 90 Baik (Good) 17
90 β 100 Sangat Baik (Excellent) 20
2. Rock Quality Designation (RQD) Batulanau
Untuk bobot RQD batubara dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Kualitas dan Bobot Batulanau Berdasarkan Nilai RQD
RQD (%) Kualitas Batuan Bobot
< 25 Sangat Jelek (Very Poor) 3
25 β 50 Jelek (Poor) 8
50 β 75 Sedang (Fair) 13
75 β 90 Baik (Good) 17
90 β 100 Sangat Baik (Excellent) 20
Nilai RQD menentukan kualitas dari massa batuan yang dilihat dari banyaknya diskontinuitas pada tiap satu meter dari sacanline. Semakin tinggi kualitas massa batuan maka semakin baik kualitas massa batuannya.
4.3.1.3. Jarak Diskontinuitas
Spasi bidang diskontinuitas atau kekar adalah jarak tegak lurus antar kekar yang dapat dihitung secara langsung di lapangan. Berdasarkan pengukuran di lapangan menggunakan alat ukur berupa meteran, didapatkan data jarak kekar seperti tabel berikut ini:
1. Jarak Kekar Untuk Batubara
Tabel 4.7 Jarak Kekar Untuk Batubara
No Kekar Jarak (cm) Rata-rata (cm)
1. 1 ke 2 5 cm
22,11
2. 2 ke 3 20 cm
3. 3 ke 4 26 cm
4. 4 ke 5 75 cm
5. 5 ke 6 43 cm
6. 6 ke 7 6,2 cm
7. 7 ke 8 7,5 cm
8. 8 ke 9 9,3 cm
9. 9 ke 10 7 cm
Tabel 4.8 Bobot Jarak Antar Kekar Deskripsi Spasi Kekar (m) Bobot Sangat lebar (very
2. Jarak Kekar Untuk Batulanau
Tabel 4.9 Jarak Kekar Untuk Batulanau
Tabel 4.9 Jarak Kekar Untuk Batulanau