• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standar dan Kriteria Kualitas Air

Menurut berbagai pihak yang berwenang masih banyak penyediaan air yang tidak dapat memenuhi standar yang berlaku, baik karena keterbatasan pengetahuan, teknologi, sosial ekonomi attaupun budaya.

Dengan berlakunya baku mutu air untuk badan air, air limbah dan air bersih, maka dapat dilkukan penilaian kualitas air untuk berbagai kebutuhan. Di Indonesia ketentuan mengenai standar kualitas air bersih mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 416 tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan 1990 Kriteria penentuan standar baku mutu air dibagi dalam tiga bagian yaitu:

1. Persyaratan kualitas air untuk air minum 2. Persyaratan kualitas air untuk air bersih

3. Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah beroperasi

Air murni adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna, dan bau yang merupakan ikatan dari Hidrogen dan Oksigen (H2O). Air bersifat

universal dalam pengertian bahwa air mampu melarutkan zat-zat yang alamiah atau buatan manusia. Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu :

1. Syarat fisik

a.Air harus bersih dan tidak keruh b.Tidak berwarna

c.Tidak berasa d.Tidak berbau

e.Suhu antara 10-25 C (sejuk) 2. Syarat kimiawi

a.Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun b.Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan

3. Syarat bakteriologi

Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkai I Jawa Timur No. 413 tahun 1987 untuk Daerah Jawa Timur, menurut peruntukkannya air digolongkan menjadi:

1. Golongan A, yaitu Merupakan air pada sumber air yang dapat digunakan sebagai air bersih secara langsung tanpa pengolahan lebih dahulu.

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah menjadi air bersih dan keperluan rumah tangga lainnya

3. Golongan C, merupakan air yang dapat digunakan untuk perikanan dan peternakan

4. Golongan D, merupakan air yang dapat difgunakan untuk keperluan pertanian, industri, listrik tenaga air dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan

5. Golongan E, merupakan air yang tidak dapat digunakan untuk keperluan tersebut pada peruntukkan pada golongan A, B, C dan D B. Sistem Penyediaan Air Bersih dan Air Minum

a.Sistem Penyediaan Air Minum

Sistem penyediaan air bersih/air minum dapat dilakukan dengan cara: 1. Penyediaan air bersih individual

Digunakan secara individu dengan pelayanan terbatas, maksudnya terbatas untuk suatu lingkungan atau komplek perumahan dan industri tertentu. Sistem yang digunakan adalah sistem sederhana, misalnya satu sumur untuk satu rumah tangga atau satu sumur untuk beberapa rumah tangga.

2. Penyediaan air minum komunitas / perkotaan

Idealnya pelayanan menyeluruh berikut keperluan domestik, perkotaan, industri. Sistem yang digunakan adalah sistem komplek dengan 3 komponen utama, yaitu :

Sistem pengambilan/ pengumpulan saja (collection works) atau ditambah dengan sistem pengolahan (purification / treatment works)

b.Sistem Transmisi

 Air baku, dari sistem pengumpulan sampai dengan bangunan pengolahan air minum, open channel, pipe lines.

 Air bersih, dari sumber yang sudah memenuhi syarat kualitas sampai reservoir distribusi, pipe lines u menghindari kontaminasi.

 Sistem ini pengangkutannya menggunakan cara gravitasi dan pemompaan.

c.Sistem Distribusi

 Reservoir (storage tank ), Fungsi reservoir adalah sebagai penyimpanan (storage)

 Melayani fluktuasi pemakaian per jam

 Cadangan air untuk pemadam kebakaran

 Pemerataan Aliran dan Tekanan (equalizing)

 Distributor, pusat / sumber pelayanan dalam daerah distribusi

 Pipa Distribusi (piping system), Yaitu sistem yang mampu membagikan air pada konsumen dalam bentuk :

 Sambungan langsung (house connection)

 Kran-kran umum (public tap) b. Sistem Penyediaan Air Bersih

Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok antara lain: unit sumber baku, unit produksi, unit transmisi, unit distribusi dan unit konsumsi.

1. Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yang mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air tanah, air permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan.

2. Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi kualitas air bersih/ minum, dengan pengolahan Fisika, Kimia, dan Bakteriologi , kualitas air baku yang semula belum

memenuhi syarat kesehatan akan berubah menjadi air bersih/minum yang aman bagi manusia.

3. Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang menentukan jumlah produksi air bersih/ minum yang layak didistribusikan ke beberapa tandon/reservoir dengan sistem pengaliran grafitasi atau pompanisasi.

4. Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber air menjadi air bersih. Teknologi pengolahan disesuaikan dengan sumber air yang ada (Tabel 6.4.).

Tabel 6.4. Jenis Sumber Air dengan Proses Pengolahan Jenis Sumber Proses Pengolahan

1. Mata Air Pengolahan tidak lengkap

Filtrasi, pembubuhan desinfektan 2. Sumur

Dangkal/Dalam

Pengolahan tidak lengkap hanya pengolahan Fe, Mn, dan pembubuhan desinfektan

Pengolahan lengkap

3. Sungai Pengolahan lengkap bila kekeruhannya tinggi > 50

4. Danau NTU(Nephelometric Turbidity Unit)

Pengolahan tidak lengkap, bila kekeruhan < 50 NTU

5. Unit transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang di produksi menuju ke beberapa tandon/reservoir melalui jaringan pipa.

6. Unit distribusi adalah merupakan jaringan pipa yang mengantarkan air bersih/minum dari tandon/reservoir menuju ke rumah-rumah konsumen dengan tekanan air yang cukup sesuai dengan yang diperlukan konsumen.

7. Unit konsumen adalah merupakan instalasi pipa konsumen yang telah disediakan alat pengukur jumlah air yang dikonsumsi pada setiap bulannya.

c. Pengolahan Air Bersih

Pengolaan air dimaksudkan untuk merubah kualitas air yang semula tidak memenuhi syarat kesehatan. Sebagaimana Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.416/Menkes/Per/IX/1990 tanggal 3 September 1990, air yang boleh dikonsumsi manusia harus memenuhi persyaratan fisik, kimia dan mikrobiologi dengan kadar parameter tertentu. Menurut kualitasnya air dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Air baku, yaitu air yang ada di alam (air laut, air atmosfer, air permukaan dan air tanah) yang kualitasnya mungkin belum memenuhi syarat kesehatan)

2. Air bersih, yaitu air yang biasa dipergunakan untuk keperluan rumah tangga yang kualitasnya hampir memenuhi syarata kesehatan dan apabila diminum harus dimasak terlebih dahulu.

3. Air minum, yaitu air bersih yang kualitasnya adalah memenuhi syarat kesehatan dan langsung diminum tanpa dimasak/olah terlebih dahulu. d. Distribusi Air Bersih

Di masa sekarang ini sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Sistem sambungan langsung

Dalam sistem ini pipa distribusi dalam bangunan langsung disambungkan dengan pipa utama penyediaan air bersih (mis: pipa dari PAM). Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil yang terletak di tempat yang lebih rendah daripada reservoir/tempat penampungan air bersih. Ukuran pipa cabang biasanya sudah diatur/ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum.

Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai terendah bangunan atau di bawah permukaan tanah), kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap/ lantai tertinggi bangunan.

3. Sistem tangki tekan 1. Sistem tangki tekan

Di Amerika Serikat dan Jepang sistem ini jarang diterapkan pada bangunan umum, melainkan cenderung untuk perumahan, dan hanya pada kasus yang istimewa pada bangunan pemakaian air besar (bangunan parkir bawah tanah, toserba, stadion, gedung olahraga, dll). Sedangkan di Eropa sistem ini banyak dipakai pada bangunan-bangunan umum selain perumahan. Hal ini bukan disebabkan oleh alasan teknis melainkan lebih karena pilihan para perancang instalasi plambingnya. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut. Air yang telah ditampung dalam tangki bawah (seperti halnya pada sistem tangki atap), dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air dari tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan. Pompa yang bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu detektor tekanan, yang menutup/membuka saklar motor listrik penggerak pompa: pompa berhenti bekerja kalau tekanan tangki telah mencapai suatu batas maksimum yang ditetapkan dan bekerja kembali setelah tekanan mencapai batas minimum yang telah ditetapkan pula.

Daerah fluktuasi tekanan ini biasanya ditetapkan antara 1,0 sampai 1,5 kg/cm2. Daerah yang makin lebar bisanya baik bagi

pompa karena memberikan waktu lebih lama untuk berhenti, tetapi seringkali memberikan efek yang negatif pada peralatan plambing. Dalam sistem ini udara yang terkompresi akan menekan air ke dalam sistem distribusi dan setelah berulangkali mengembang dan terkompresi lama-kelamaan akan berkurang, karena larut ke dalam air atau ikut terbawa air keluar tangki.

Sistem tangki tekan biasanya dirancang sedemikian agar volume udara tidak lebih dari 30% terhadap volume tangki dan 70% sisanya berisi air.

Kalau mula-mula seluruh tangki berisi udara pada tekanan atmosfer, dan kalau daerah fluktuasi tekanan antara 1,0 sampai 1,5 kg/cm2, maka sebenarnya volume air efektif yang akan mengalir

hanyalah sekitar 10% dari volume tangki. Untuk melayani kebutuhan air yang besar maka akan diperlukan tangki tekan yang besar. Untuk mengatasi hal ini maka tekanan awal udara dalam tangki dibuat lebih besar dari tekanan atmosfer (dengan memasukkan udara pompa ke dalam tangki).

Kelebihan-kelebihan sistem tangki tekan antara lain:

 Lebih menguntungkan dari segi estetik karena tidak terlalu menyolok dibanding dengan tangki atap.

 Mudah perawatannya karena dapat dipasang pada ruang mesin bersama pompa-pompa lainnya.

 Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di atas menara.

2. Variasi atas Sistem Tangki Tekan Terdapat dua sistem, yaitu:

 Sistem Hydrocel

Sistem ini menggunakan alat yang dinamakan “hydrocel”, ciptaan Jaccuzi Brothers Inc., sebuah perusahaan di Amerika Serikat, sekitar tahun 1980. Sebagai pengganti udara dalam tangki tekan, sistem ini menggunakan tabung-tabung berisi yang dibuat dari bahan karet khusus, yang akan mengerut dan mengembang sesuai dengan tekanan air dalam tangki. Dengan demikian akan mencegah kontak langsung antara udara dengan air sehingga selama pemakaian sistem ini tidak perlu ditambah udara setiap kali. Kelemahannya hanyalah bahwa volume air yang tersimpan sedikit.

 Sistem tangki tekan dengan diafram

Tangki pada sistem ini dilengkapi dengan diafram yang dibuat dari bahan karet khusus untuk memisahkan udara dengan air. Dengan demikian menghilang-kan kelemahan tangki tekan sehubungan dengan perlunya pengisisan udara secara periodik. Sesuai dengan konstruksinya, tangki hydrocel dan tangki diafram dapat berfungsi pula sebagai peredam pukulan-air, tetapi tidak boleh digunakan dalam fungsi ganda, yaitu sebagai penyimpan air dan peredam pukulan air. 4. Sistem tanpa tangki (booster system)

Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik bawah, tekan maupun atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama (misalnya, pipa utama PAM). Di USA dan Eropa cara ini dapat dilakukan kalau pipa masuk pompa diameternya 100 mm atau kurang. Sistem ini sebenarnya dilarang di Indonesia, baik oleh PAM maupun pada pipa-pipa utama dalam pemukiman khusus (tidak untuk umum).

1. Sistem kecepatan putaran konstan

Pada prinsipnya sistem ini menerapkan sambungan parallel beberapa pompa yang identik yang bekerja pada kecepatan putaran konstan. Satu buah pompa selalu dalam keadaan bekerja, sedang pompa-pompa lannya akan ikut bekerja yang diatur secara otomatis, oleh suatu alat yang mendeteksi tekanan atau laju air keluar dari sistem pompa ini.

2. Sistem kecepatan putaran variabel

Pada sistem ini laju aliran air yang dihasilkan oleh pompa diatur dengan mengubah kecepatan putaran pompa secara otomatis, oleh suatu alat yang mendeteksi tekanan atau laju aliran air keluar dari pompa ini.

Di Eropa dan USA, sistem sambungan langsung dapat digunakan bahkan untuk bangunan bertingkat, karena tekanan air dalam pipa utama cukup tinggi. Untuk menguatkan pompa dipasanglah pipa parallel yang dihubungkan dengan pompa penguat tekanan air.

 Mengurangi kemungkinan pencemaran air minum karena menghilangkan tangki bawah maupun tangki atas.

 Mengurangi kemungkinan terjadinya karat karena kontak air dengan udara relatif singkat.

 Kalau cara ini diterapkan pada bangunan pencakar langit akan mengurangi beban struktur bangunan.

 Untuk kompleks perumahan dapat menggantikan menara air.

 Penyediaan air sepenuhnya bergantung pada sumber daya.

 Pemakaian daya besar dibandingkan dengan sistem tangki atap.

 Harga awal lebih tinggi 2. Proyeksi Kebutuhan Air

Dalam memproyeksikan kebutuhan air bersih pada suatu kota, maka faktor-faktor yang mmpengaruhi penggunaan air harus diketahui terlebih dahulu. Faktor-faktor tersebut antara lain : (Linsley dan Franzani, 1986. Teknik Sumber Daya Air)

1. Iklim

Pada saat iklim panas kebutuhan akan air minum, mandi, menyiram tanaman, dan air untuk pendingin lebih banyak dari pada saat musim dingin atau hujan. 2. Ciri-ciri penduduk

Ciri-ciri penduduk ini antara lain menyangkut tentang status ekonomi yaitu pada daerah kaya akan membutuhkan air perkapita lebih besar dari daerah miskin.

3. Masalah lingkungan hidup

Dengan makin besarnya perhartian masyarakat terhadap meningkatnya pemakaian sumber daya air menyebabkan tumbuhnya alat-alat yang dapat dipakai untuk mengurangi jumlah pemakaian air di daerah permukiman. 4. Industri dan perdagangan

Kebutuhan air bersih pada daerah industri tergantung pada besar dan jenis industri. Dengan penempatan jenis lokasi perindustrian di daeah tertentu dapat menghindari bahaya pencemaran. Aktivitas perdagangan dan sejumlah perkantoran juga mempengaruhi jumlah kebutuhan air bersih.

Dengan adanya kewajiban membayar pemakaian air, maka pelanggan cenderung untuk berhemat dan mengendalikan diri dalam pemakaian air. 6. Ukuran kota

Dengan adanya kewajiban membayar pemakaian air yang meliputi rumah tangga, perdagangan maupun industri juga makin banyak (Tabel 6.6.).

Tabel 6.6. Standar Kebutuhan Air Bersih

No. Kategori Kota Keterangan Jumlah

Penduduk

Kebutuhan Air (l/o/h)

1. Kategori I Metropolitan > 1 juta 120

2. Kategori II Besar 500.000 – 1 juta 100

3. Kategori III Sedang 100.000 –

500.000

90

4. Kategori IV Kecil 20.000 – 100.000 60

5. Kategori V Desa 10.000 – 20.000 60

6. Kategori VI Desa Kecil 3000 – 10.000 45

3. Penentuan Kemampuan Layanan ( KL )

Kemampuan layanan sangat dipengaruhi oleh jumlah pasokan air dari tinggi tekan yang harus disediakan karena faktor-faktor tersebut merupakan suatu persyaratan agar sejumlah air yang dialirkan dari sumber dapat diterima pelanggan pada titik terjauh dari sumber.

Kemampuan Layanan pada sistem penyediaan air bersih merupakan angka perbandingan dari debit tersedia pada sumber (Q sedia) dengan debit kebutuhan air bersih (Q kebutuhan). Penentuan Kemampuan Layanan dapat dihitung dengan rumus :

a. Standar Kebutuhan Air dan Perhitungan Penyediaan Air Bersih Pada Suatu Kota

1. Kebutuhan Domestik

Kebutuhan domestik meliputi kebutuhan sambungan untuk rumah-rumah dan kran-kran umum. Besarnya kenutuhan domestik yang diperlukan dihitung dari rerata kebutuhan air per orang per hari. Kebutuhan per orang per hari disesuaikan dengan standar yang biasanya digunakan serta kriteria pelayanan berdasarkan kategorinya.

2. Kebutuhan Non Domestik

Kebutuhan non domestik meliputi kebutuhan yang termasuk kebuthan air untuk kegiatan masyarakat dalam bidang-bidang usaha komersial atau industri. Besarnya diambil dari jumlah dan tingkat kebutuhan airnya. Banyaknya hotel-hotel, rumah makan, restoran serta sarana akomodasi yang lain merupakan penentu. Maka faktor penunjang serta kecenderungan juga turut menentukan jumlah kebutuhan air bersih. Pertumbuhan tiap tahunnya dianggap sebanding dengan pertumbuhan kebutuhan domestik yaitu 15% atau 20% dari kebutuhan domestik.

3. Kebutuhan Sosial

Kebutuhan sosial adalah kebutuhan keperluan sekolah-sekolah, kantor pemerintahan, tempat-tempat ibadah, kran umum, terminal air dan kegiatan sosial lainnya. Prosentase pelayanan direncanakan sekitar 10% dari kebutuhan domestik.

4. Kebutuhan Kebocoran (Kodoatie, Robert J. 2003. Manajemen Dan Rekayasa Infrastruktur. hal 300-303)

Kebocoran air dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara jumlah air yang diproduksi oleh Produsen-air dan jumlah air yang terjual kepada konsumen (Unaccounted for Water) sesuai dengan yang tercatat di meter-meter air pelanggan.

Kebocoran mungkin diperkirakan sebesar 25% dari kebutuhan total dapat terjadi pada saat pendistribusian air pada konsumen. Hal ini mungkin sekali disebabkan oleh kondisi pipa yang bertambah tua atau juga karena pencurian

dari pihak-pihak konsumen. Kehilangan air dapat terjadi akibat faktor-faktor: (Dedik Suwandrianto. 2001. hal 6)

1. Faktor Teknis

o Ada lubang/celah pada pipa dan sambungannya o Pipa pada jaringan bersih pecah

o Meter yang dipasang pada pipa konsumen kurang baik o Pemasangan perpipaan di rumah konsumen kurang baik 2. Faktor Non Teknis

o Kesalahan membaca meter air dan pencatatan hasil pembacaan meter air

o Kesalahan pembuatan atau pemindahan rekening air

o Angka yang ditunjukkan oleh meter air berkurang akibat adanya aliran udara dari rumah konsumen ke pipa distribusi melalui meter air.

Terdapat dua jenis kehilangan air, yaitu: 1. Kebocoran Fisik

Yaitu kehilangan air yang disebabkan dari kebocoran pipa, reservoir yang melimpas keluar, penguapan, pemadam kebakaran, pencuci jalan, pembilas pipa/saluran, dan pelayanan air tanpa meter air kadang-kadang terjadi sambungan yang tidak tercatat.

2. Kebocoran Administrasi

Yaitu kehilanngan air yang disebabkan terutama karena meter air tanpa registrasi, juga termasuk kesalahan di dalam system pembacaan, pengumpulan dan pembuatan rekening begitu juga kasus-kasus (kolusi, korupsi, dan nepotisme) yang berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehilangan air. Besarnya potensi jumlah air yang tidak tercatat dapat diambil sebagai patokan dari tingkat kemampuan system pengadaan air bersih yang ada. Sistem-sistem yang mempunyai 10%-15% kebocoran total, dianggap berkemapuan sangat bagus, dan system dengan kebocoran total antara 10%-20% masih dianggap pantas.

Dokumen terkait