• Tidak ada hasil yang ditemukan

26660633 Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "26660633 Identifikasi Permasalahan Fisik Di Permukiman DAS Brantas"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daerah Aliran Sungai

2.1.1 Pengertian Daerah Aliran Sungai

Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur sungai dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air didalamnya disebut sungai (Sosrodarsono, 1984:1).

Daerah dimana sungai memperoleh air merupakan daerah tangkapan air hujan yang biasanya disebut daerah aliran sungai. Dengan demikian, DAS dapat dipandang sebagai suatu unit kesatuan wilayah tempat air hujan mengumpul ke sungai menjadi aliran sungai. Garis batas antara DAS adalah punggung permukaan bumi yang dapat memisahkan dan membagi air hujan menjadi aliran permukaan di masing-masing DAS. Menutut Asdak (2002:4) daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (catchment area) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumber daya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumber daya manusia sebagai pemanfaat sumber daya alam.

2.1.2 Sempadan Sungai

Dalam mewujudkan pemanfaatan sungai serta mengendalikan daya rusak sungai, perlu ditentukan garis sempadan sungai yaitu garis batas perlindungan sungai. Garis sempadan sungai ini akan menjadi acuan pokok dalam kegiatan pemanfaatan dan perlindungan sungai serta pengembangan permukiman di wilayah sekitar sungai.

(2)

2. Aspek Teknis 3. Aspek Sosial

Dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dinyatakan bahwa sungai merupakan salah satu bentuk air permukaan yang harus dikelola secara menyeluruh, terpadu berwawasan lingkungan hidup dengan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian sungai harus dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya, dan dikendalikan daya rusaknya terhadap lingkungan.

Sedangkan dalam Permen No. 63/KPR/1993 ini dijelaskan tentang pengertian dan ketentuan garis sempadan sungai. Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai. Penetapan garis sempadan sungai dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan perlindungan, penggunaan dan pengendalian atas sumber daya yang ada pada sungai termasuk danau dan waduk dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya.

Kriteria penetapan garis sempadan sungai terdiri dari : 1. Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan.

(3)

Gambar 2.1.1 Potongan melintang

Sempadan Sungai Tidak Bertanggul

Gambar 2.1.2 Potongan melintang

(4)

Gambar 2. 2.3 Potongan melintang

Sempadan Sungai Tidak Bertanggul Tanpa Bantaran

Gambar 2. 3.4 Potongan melintang

Sempadan Sungai Bertanggul Tanpa Bantaran

(5)

Berdasarkan kriteria di atas penetapan garis sempadan sungai ditentukan sebagai berikut :

1. Penetapan garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan sebagai berikut : a. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan

ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

b. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

2. Penetapan garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan.

a. Sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas 500 (lima ratus) km2 atau lebih.

b. Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas kurang dari 500 (lima ratus) km2.

Pada Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan Kawasan Lindung disebutkan bahwa sempadan sungai adalah kawasan sempadan kiri kanan sungai, untuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang merupakan manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Adapun kriteria atau batasan sempadan sungai, antara lain:

1. Sekurang-kurangnya 100 m dikiri kanan sungai besar dan 50 m di kiri kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman.

2. Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan sungai yang diperkenankan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 – 15 m. Penetapan garis sempadan sungai berdasarkan Revisi RTRW Kota Malang Tahun 2001-2010 (VI:42-43) adalah sebagai berikut :

(6)

ditinggalkan penduduk harus segera diadakan penataan kembali sesuai dengan tata guna lahan yang baru. Adapun yang dapat dikembangkan menjadi :

a. Lokasi bekas permukiman tersebut dibersihkan dari bangunan-bangunan fisik, ditata kembali sebagai daerah hijau atau daerah konservasi sungai (hutan kota).

b. Lokasi bekas permukiman tersebut dikembangkan dengan daerah sekitarnya sebagai kawasan peremajaan kota (meningkatkan fitalitas yang ada).

c. Lokasi tersebut dikembangkan sebagai daerah rekreasi dan daerah hijau kota (taman kota), khususnya bagi daerah yang maksimal kelerengannya 30%.

2. Bagi kawasan permukiman yang berada diluar sempadan sungai lebih besar dari 15 meter (sesuai dengan peraturan yang berlaku) dengan kondisi lingkungan fisik yang belum baik dan teratur, tingkat kepadatan yang tinggi, prasarana yang kurang memadai dapat diterapkan konsep penataan lingkungan permukiman dengan pola membangun tanpa menggusur (sesuai INPRES No.5 Tahun 1990). Kriteria yang diterapkan dalam konsep peremajaan lingkungan ini adalah sebagai berikut :

a. Menata arah bukaan tiap-tiap unit rumah ke arah sungai agar memperoleh arah pandangan yang lebih baik, dan melengkapinya dengan prasarana jalan inspeksi yang membatasi lokasi bangunan rumah dengan daerah sempadan sungai.

b. Mengurangi/membatasi tingkat kepadatan bangunan rumah, agar diperoleh tingkat kepadatan bangunan yang ideal bagi lingkungan permukiman yang sehat, disamping juga mengupayakan peningkatan kualitas fisik bangunan rumahnya secara berangsur-angsur dengan sistem koperasi gotong-royong.

(7)

merupakan usaha untuk memperbaiki kualitas lingkungan yang secara simultan dapat memperkuat kegiatan masyarakat, interaksi sosial dan mendorong timbulnya industri kecil.

d. Seluruh rangkaian kegiatan peremajaan disarankan dilakukan dengan partisipasi masyarakat setempat sehingga masyarakat ikut membantu memelihara daerah pengaliran sungai serta melarang kebiasaan membuang kotoran dan sampah di sungai.

3. Bagi kawasan permukiman yang berada di luar dari sempadan sungai 15 meter dengan kondisi fisik lingkungan yang sudah baik, maka konsep yang diterapkan adalah untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dengan pola penghijauan kota dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan fungsi daerah pengaliran sungai sebagai daerah konservasi. Dalam hal ini penghijauan tetap dipilih sebagai entry point menuju kegiatan yang lebih luas dan kompleks, seperti manajemen sampah, sanitasi, perbaikan lingkungan, dan akhirnya pada pengembangan, pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan sungai (Program Prokasih).

4. Bagi daerah pengaliran sungai yang belum terjamah oleh kawasan permukiman sama sekali, sebaiknya juga segara ditata untuk pragram penghijauan kota disamping melindungi daerah tersebut dari kemungkinan berkembangnya permukiman liar dengan cara memberikan jalan inspeksi, juga memberikan rambu-rambu peringatan (misalnya : dilarang membuang dan membuang sampah di daerah ini).

2.4 Sarana

(8)

RW tingkat permukiman

area Luas

x area

Luas 100% 1%

menyukseskan pembangunan, tiap lembaga kehidupan sosial dan tiap sektor kehidupan ekonomi harus memperhatikan prasarananya. (Surjono:2009) 2.4.1 Fungsi sarana

Dari sisi fungsionalnya, dapat dikatakan sarana berfungsi bagi kebudayaan, baik dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan ekonomi. Kebudayaan yang dimaksud disini adalah kebudayaan dalam arti luas, yang mempunyai berbagai aspek. Dalam kegiatan sosial ekonomi terdapat suatu istilah, yaitu ambang (theshold) yang berarti jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk menunjang supaya suatu fungsi tertentu dapat berjalan lancar. Misalnya suatu macam sarana yang lebih tinggi fungsinya, atau diperlukan oleh jumlah penduduk yang besar jumlahnya (pasar, sekolah, puskesmas, dsb) harus terletak di wilayah yang jangkauan pelayanannya yang lebih luas, yaitu bukan di desa tetapi di kecamatan. (Surjono:2009)

2.4.2 Standar Sarana

Standar sarana menurut Surjono antara lain: 1. Sarana perdagangan dan jasa

A. Pertokoan

 Berfungsi untuk menjual barang-barang keperluan sehari-hari  Lokasi di pusat lingkungan yang mudah dicapai tanpa menyeberang  Minimum didukung oleh 2.500 penduduk

 Luas tanah yang dibutuhkan 100 m2 dengan Building Coverage 40%

 Prosentase area yang dilayani=

 Luas tanah  100% = 1%.

 Luas tanah yang dibutuhkan adalah 1.200 m2

Sarana pendukung yang baik antara lain :

 Area parkir/ tempat parkir kendaraan umum yang dapat dipakai bersama kegiatan lain pada pusat lingkunan.

(9)

 Pos hansip (Surjono:2009) B. Warung

 Berfungsi untuk menjual barang kebutuhan masyarakat sehari-hari (sabun, gula, rempah-rempah, teh, kopi, dan lain-lain).

 Lokasi di pusat lingkungan yang mudah dicapai dengan radius maksimum 500 m

 Minimum didukung oleh 250 penduduk

 Luas lantai yang dibutuhkan  50 m2

 Luas tanah apabila tidak bersatu dengan rumah = 100 m2

(Surjono:2009)

 Pusat perbelanjaan kawasan 30.000 penduduk

 Berfungsi untuk menyadiakan barang-barang kebutuhan sehari-hari termasuk sayur, daging, ikan, buah-buahan, beras, pakaian, alat pendidikan (buku tulis, pensil, bolpoin, dan lain-lain), alat rumah tangga, barang-barang kelontong, dan lain-lain.

 Lokasi ini berada di jalan utama lingkungan dan berkelompok dengan pusat lingkungan

 Memiliki terminal kecil untuk pemberhentian kendaraan  Minimum didukung oleh 30.000 penduduk

 Luas tanah yang dibutuhkan 13.500 m2

 Prosentase terhadap area permukiman yang dilayani adalah 0.937% (0.9 – 1%)

 Terdiri dari pasar dan toko-toko lengkap dengan bengkel reparasi kecil seperti radio, kompor, sepeda, setrika dan motor.

(10)

 Pos pemadam kebakaran  Kantor pos pembantu  Tempat ibadah (Surjono:2009)

2. Sarana pemerintahan dan fasilitas umum

Fasilitas pelayanan umum yang diperlukan di kawasan perencanaan dikategorikan menjadi 2 jenis yaitu : fasilitas pelayanan tingkat lingkungan dan fasilitas pelayanan tingkat kawasan perencanaan.

 Fasilitas pelayanan umum tingkat lingkungan meliputi balai RW/balai pertemuan, pos hansip, pos polisi, kantor pos pembantu, pemadam kebakaran dan gedung serba guna lingkungan.

 Fasilitas pelayanan umum tingkat kawasan meliputi kantor cabang pos, kantor polisi, dan kantor pemadam kebakaran, kantor telkom. A. Balai RW/Balai pertemuan

Pada umumnya balai RW/balai pertemuan berfungsi sebagai tempat untuk mengadakan pertemuan-pertemuan/rapat maupun kegiatan lainnya pada tingkat unit lingkungan perumahan. Kriteria penyediaan fasilitas balai RW/Balai Pertemuan antara lain:

 Didukung jumlah penduduk minimum 2.500 orang.

 Luas lahan/persil/kavling sekitar 300 m2 pada umumnya di dalamnya

sudah termasuk pos hansip.

 Lokasi sebaiknya di tengah-tengah pemukiman dengan radius pencapaian sekitar 500 meter.

B. Gedung serba guna lingkungan

(11)

pemukiman. Kriteria penyediaan fasilitas gedung serba guna lingkungan antara lain:

a. Didukung jumlah penduduk minimum 30.000 orang.

b. Luas lahan/persil/kavling sekitar 1.000 m2 pada umumnya di

dalamnya sudah termasuk tempat parkir. C. Tempat parkir umum

 Tempat parkir umum berupa lahan terbuka untuk tempat kendaraan sementara yang terdiri dari tempat parkir umum lingkungan (unit lingkungan) penduduk pendukung minimal 2.500 orang dengan kebutuhan lahan 0,04 m2 per penduduk.

 Tempat parkir pusat lingkungan (unit distrik) penduduk pendukung minimal 30.000 orang dengan kebutuhan lahan 0,03 m2 per

penduduk.

 Tempat parkir pusat kawasan (unit pengembangan) penduduk pendukung minimal 120.000 orang dengan kebutuhan lahan 0,0012 m2 per penduduk.

 Kebutuhan-kebutuhan akan sarana tersebut untuk setiap tingkatan kelompok penduduk dan luas tanahnya adalah sebagai berikut: a. Kawasan 2.500 Penduduk (RW)

Kebutuhan akan sarana :

 Pos hansip dan balai pertemuan dan bis surat : 300 m2

 Parkir umum + MCK : 100 m2

400 m2

Perbandingan luas tanah yang dibutuhkan terhadap penduduk yang dilayani sebesar 0,16m2/ penduduk. (Surjono:2009)

b. Kawasan 30.000 penduduk (lingkungan)

(12)

 Kantor lingkungan : 500 m2

 Pos polisi : 200 m2

 Kantor pos pembantu : 100 m2

 Pos pemadam kebakaran : 200 m2

 Parkir umum : 1.000 m2

 Bioskop : 2.000 m2

4.000 m2

Perbandingan luas tanah yang dibutuhkan terhadap penduduk yang dilayani sebesar 0,13 m2/penduduk.

(Surjono:2009) D. Sarana pendidikan

Pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu dalam merencanakan sarana pendidikan harus senantiasa bertitik tolak dari tujuan-tujuan pendidikan yang akan dicapai. Maka dalam pengadaan sarana yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

a) Penetapan lokasi dan kebutuhan ruang

Ditentukan berdasarkan kebutuhan untuk memberi kesempatan belajar pada anak di usia sekolah.

b) Kebutuhan ruang belajar

Dalam menentukan kebutahan ruang perlu dihitung :

 Banyaknya anak usia sekolah yang ada dalam lingkungan permukiman  Banyaknya unit ruang belajar yang sudah tersedia dan daya tampung

yang dimiliki

 Proyeksi anak usia sekolah pada usia 5 tahun yang akan datang

(13)

Bentuk- bentuk sarana pendidikan antara lain : 1. TK (Taman Kanak-Kanak)

TK adalah sarana pendidikan yang diperuntukkan bagi anak-anak usia 5-6 tahun. Terdiri dari 2 ruang kelas yang dapat menampung 35-40 murid per kelas. Minimum penduduk dapat yang mendukung sarana ini adalah 1.000 penduduk. Lokasi di tengah-tengah aktivitas masyarakat perumahan. Luas tanah yang dibutuhkan 1.200 m2 dan luas lantai

adalah 252 m2, sedangkan radius pencapaian dari area yang dilayani

jangan lebih dari 500 m. 2. SD (Sekolah Dasar)

SD adalah sarana pendidikan yang diperuntukan bagi anak-anak usia antara 6-12 tahun yang terdiri dari 6 kelas masing-masing untuk 40 murid. Minimum didukung oleh 1.600 jiwa. Luas tanah yang dibutuhkan = 3.600m2 dan luas lantai = 400-600 m2 . Radius pencapaian dari area

yang dilayani maksimal 1.000 m2.

3. SMP (Sekolah Menengah Pertama)

SMP adalah sarana pendidikan yang diperuntukan bagi anak-anak lulusan SD. Terdiri dari 2 unit, jadi 6 kelas masing-masing untuk 30 murid. Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 4.800 jiwa. Lokasinya digabung dengan lapangan olahraga, dan sarana pendidikan lainnya, serta tidak harus di pusat lingkungan. Luas tanah yang digunakan adalah 2.700 m2 dan luas lantai adalah 1.514 m2 , sedangkan

untuk yang khusus membutuhkan luas tanah sebesar 5.000 m2 . Aktivitas

yang biasa dilakukan pada pagi dan sore hari. Memiliki sarana pelengkap seperti parkir, dan lapangan olahraga.

4. SMA ( Sekolah Menengah Umum )

(14)

tidak harus di pusat lingkungan. Luas tanah yang digunakan adalah 2.700 m2 dan luas lantai adalah 1.514 m2 .

E. Sarana kesehatan

Macam dari fasilitas kesehatan yang ada antara lain : 1. Balai pengobatan (BP)

Fungsi sarana ini adalah memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang kesehatan yang titik beratnya adalah penyembuhan (currative) dan vaksinasi (preventif). Lokasinya haruslah terletak di tengah-tengah lingkungan keluarga (neighbourhood) dimana radius pencapaiannya tidak boleh lebih dari 1.000 m2. Minimum penduduk yang dapat mendukung

sarana ini adalah 3.000 jiwa (kira-kira 1 RW).

2. Balai kesehatan ibu dan anak dan rumah bersalin

Fungsi utama dari sarana ini untuk melayani ibu-ibu sebelum pada waktu dan sesudah melahirkan serta melayani anak-anak usia sampai dengan 6 tahun. Lokasinya harus terletak di tengah-tengah lingkungan keluarga dan diusahakan tidak menyeberang jalan-jalan lingkungan. Radius pencapaiannya maksimal kurang dari 2.000 m. Minimum penduduk yang mendukung sarana ini adalah 10.000 jiwa (4 RW). Sarana pendukung yang baik antara lain tempat parkir, pertokoan, taman kanak-kanak, balai pengobatan.

3. Tempat praktek dokter

Tempat praktek dokter ini sebaiknya juga merupakan salah satu sarana yang tidak dapat dipisahkan dari area perumahan dan didukung oleh 5.000 penduduk. Lokasi pencapain tempat praktek dokter ini 1.500m,yang berada di tengah-tengah kelompok keluarga. Luas tanah yang dibutuhkan dapat bersatu dengan rumah tinggal biasa.

(15)

Posyandu berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam hal penyembuhan (currative) tanpa pencegahan, pada waktu tertentu juga memberikan vaksinasi (preventive). Lokasinya harus berada di tengah-tengah pemukiman, dengan radius pencapaian tidak lebih dari 1.000 m dan minimum penduduk pendukung sarana ini adalah 2.000 jiwa. Karena posyandu mempunyai intensitas pelayanan yang rendah (berkala/tidak tiap hari), maka tidak memerlukan tempat permanen jadi dapat menggunakan fasilitas yang ada, seperti Balai RW, tempat tinggal dan lainnya.

5. Apotek

Fungsi dari sarana ini adalah untuk melayani penduduk dalam bidang obat-obatan. Lokasinya tersebar di antara kelompok keluarga dan terletak di pusat-pusat RW atau pusat lingkungan. Minimum penduduk yang dapat mendukung sarana ini adalah 10.000 jiwa dan luas tanah yang dibutuhkan adalah 350 m2. Dengan sarana pendukung yaitu tempat parkir.

F. Sarana peribadatan 1. Langgar/ Mushola

Langgar secara prinsip sebaiknya dihubungkan dengan fasilitas pejalan kaki. Langgar sebaiknya dipersiapkan di setiap 300 unit perumahan. Kelompok penduduk 2.500 (RW)

langgar : 300 m2

2. Masjid

Masjid secara prinsip sebaiknya dihubungkan dengan fasilitas pejalan kaki. Mesjid sebaiknya dipersiapkan di setiap 3000 unit perumahan.

 Kelompok penduduk 30.000 (lingkungan) 1 masjid lingkungan : 1.750 m2

 Kelompok penduduk 120.000 (kecamatan) 1 masjid kecamatan : 4.000 m2

(16)

Tergantung pada kebutuhan dan jumlah penduduk yang beragama

Pertokoan 2.500 - 1.300 Standar 0,52 m2/p

Warung 250 50 100 Radius maks. 500

Balai Pertemuan 2.500 - 300 Standar 0,12 m2/p

Kantor Kelurahan 30.000 - 500 Standar 0,02 m2/p

PENDIDIKAN

TK 1.000 252 1.200  2 ruang kelas

@ 35-40 murid

 Radius maks.

500 m

SD 1.600 400-600 3.600  6 ruang kelas

@ 40 murid

 Radius maks.

(17)

Jenis Sarana

SLTP 4.800 1.514 2.700  3 ruang kelas

@ 40 murid KESEHATAN

Bidan 10.000 - -

-Praktek Dokter 5.000 - - Radius maks.

1.500 m

Balai Pengobatan 3.000 150 300 Radius maks.

1.000 m

Posyandu 2.000 - - Radius maks.

1.000 m

Apotek 10.000 - 350 Radius maks.

1.500 m

(18)

rupa sehingga mampu berfungsi sebagai pembentuk ruang, pengendalian suhu udara,dan memperbaiki kondisi tanah.

2.4.3.1 Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi :

 bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung)

 bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman,

Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasi-fikasi menjadi :  bentuk RTH kawasan (areal, non linear)

 bentuk RTH jalur (koridor, linear)

Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi menjadi:

 RTH kawasan perdagangan  RTH kawasan perindustrian  RTH kawasan permukiman  RTH kawasan pertanian

 RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah.

Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi :

 RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh peme-rintah (pusat, daerah)

 RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat.

(19)

RTH, baik RTH publik maupun RTH privat, memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis, dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural, sosial, dan fungsi ekonomi. RTH berfungsi ekologis, yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat kehidupan liar. RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya suatu sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota.

Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), keinginan dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible) seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati.

2.4.3.3 Tujuan RTH

Tujuan RTH pada prinsipnya tidak berbeda dari tujuan umum rehabilitasi hutan dan konservasi tanah. Khusus untuk RTH, tujuan tersebut adalah:

(1) Menciptakan 'komunitas vegetasi hutan' dan/atau 'komunitas vegetasi yang berfungsi ekologis sebagai hutan' dalam satuan ruang Daerah Aliran Sungai (DAS).

(20)

 Pengendalian banjir, yakni mengurangi debit maksimum aliran sungai pada musim hujan dan meningkatkan debit minimum aliran sungai pada musim kemarau.

 Pencegahan tanah longsor, yakni memperkuat ikatan partikel tanah dan daya tampung tanah terhadap air (water holding capacity), sehingga ketika tanah dalam kondisi jenuh air pada musim hutan tidak akan longsor.

 Pengendalian erosi, yakni memperbaiki erosivitas tanah karena penutupan permukaan oleh vegetasi semakin baik, sehingga partikel tanah tidak mudah hanyut oleh air limpasan-atas permukaan (overland flow).

 Perbaikan dan pemeliharaan kesuburan tanah, yakni memperbaiki kesuburan tanah yang sempat merosot sejalan dengan proses perusakan hutan dan tanah selama ini, dan memelihara kesuburan tanah di masa-masa mendatang, sehingga produktivitas tanah hutan dan tanah pertanian tetap terpelihara guna mendukung budidaya tanaman hutan dan tanaman pertanian.

 Peningkatan potensi sumberdaya air, yakni meningkatkan kemampuan ekosistem DAS dalam penyediaan air alami sepanjang tahun, baik berupa mataair alami (natural spring), aliran sungai (river discharge), ataupun air bumi (groundwater), untuk keperluan irigasi, keperluan rumah tangga, dan keperluan industri.

2.5 Prasarana

Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

(21)

Berdasarkan Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1980 Tentang Jalan yang disebutkan bahwa jalan mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan sasaran pembangunan nasional, seperti pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadaan sosial bagi seluruh rakyat, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis, serta dalam jangka panjang terciptanya landasan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan, sendiri, menuju suatu masyarakat Indonesia yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, jalan didefinisikan sebagai prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Sementara itu, jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Jalan umum ini dikelompokkan dalam sistem jaringan jalan, fungsi jalan, status jalan, dan kelas jalan.

2.5.1.1 Sistem Jaringan Jalan

Pada sistem distribusi, sistem jaringan jalan memegang peranan penting, karena peningkatan pelayanan pemasaran tidak lain adalah peningkatan kepadatan jasa distribusi, yang menuntut pengembangan prasarana perhubungan antara lain jaringan jalan.

(22)

Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki. Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah dan dengan memperhatikan keterhubungan antarkawasan dan atau dalam kawasan perkotaan, dan kawasan pedesaan. Berdasarkan hierarkinya, pembagian sistem jaringan jalan yang dapat dibedakan sebagai sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder dan jalan yang terdapat dalam kawasan studi ini hanya memiliki sistem jaringan jalan sekunder.

Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil.

2.5.1.2 Fungsi Jalan

Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan, fungsi jalan dibedakan atas arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan. Masing-masing fungsi jalan terdapat pada sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Fungsi jalan pada sistem jaringan primer dibedakan atas arteri primer, kolektor primer, lokal primer, dan lingkungan primer sehingga dinyatakan sebagai jalan arteri primer, jalan kolektor primer, jalan lokal primer, jalan lingkungan primer.

Sementara itu, pada sistem jaringan jalan sekunder dibedakan atas arteri sekunder, kolektor sekunder, lokal sekunder, dan lingkungan sekunder sehingga dapat dinyatakan sebagai jalan arteri sekunder, jalan kolektor sekunder, jalan lokal sekunder, dan jalan lingkungan sekunder.

(23)

Tabel Jenis Jalan Sistem Jaringan Sekunder dan Kegunaannya

No. Jenis Jalan Kegunaan

1. Jalan arteri skunder Menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

2. Jalan kolektor sekunder Menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga

3. Jalan lokal sekunder Menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan

Sumber: PP No. 34 Tahun 2006 2.5.1.3 Persyaratan Teknis Jalan

Persyaratan teknis jalan meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan, kapasitas, jalan masuk, persimpangan sebidang, bangunan pelengkap, perlengkapan jalan, penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya, dan tidak terputus. Selain hal tersebut, persyaratan teknis jalan harus memenuhi ketentuan keamanan, keselamatan, dan lingkungan.

Sementara itu,sistem jaringan jalan sekunder jika dilihat berdasarkan fungsinya dan dikelompokkan berdasarkan ketentuan persyaratan teknis, maka dapat dijabarkan sebagai berikut.

Tabel 2.5.2

Tabel Persyaratan Teknis Jalan Berdasarkan Sistem Jaringan Jenis Jalan Primer

(24)

2. Lebar badan

3. Kapasitas Kapasitas jalan lebih besar

jalan Jalan dilengkapidengan bangunan

jalan Jalan dilengkapidengan perlengkapan

(25)

jalan sekunder, lalu

Sumber: PP No. 34 Tahun 2006 2.5.1.4 Jenis Jalan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 menyatakan bahwa jalan umum dibangun menjadi 5, yaitu:

a. Jalan Nasional, yang terdiri dari jalan arteri primer, jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, jalan tol, dan jalan strategis nasional.

b. Jalan Provinsi, yang terdiri atas jalan kolektor primer yang menghubungkan antaribukota kabupaten, jalan strategis provinsi, dan jalan di DKI Jakarta.

c. Jalan Kabupaten, yang terdiri atas jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan provinsi, jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antaribukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa, dan antardesa, serta jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan strategis kabupaten.

d. Jalan Kota, yang merupakan jalan umum pada jaringan jalan sekunder di dalam kota.

e. Jalan Desa, yang merupakan jalan lingkungan primer dan jalan lokal primer yang tidak termasuk jalan kabupaten di dalam kawasan perdesaan, dan merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam desa.

(26)

persyaratan jalan umum. Jalan khusus dapat digunakan untuk lalu lintas umum sepanjang tidak merugikan kepentingan penyelenggara jalan khusus berdasarkan persetujuan dari penyelenggara jalan khusus.

Penyelenggara jalan khusus dapat menyerahkan jalan khusus kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk dinyatakan sebagai jalan umum. Pemerintah kabupaten atau kota dapat mengambil alih suatu ruas jalan khusus tertentu untuk dijadikan jalan umum dengan pertimbangan:

a. Untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara;

b. Untuk kepentingan pembangunan ekonomi nasional dan perkembangan suatu daerah

c. Untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. 2.5.1.5 Kelas Jalan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, kelas jalan dikelompokkan berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, serta spesifikasi penyediaan prasarana jalan. Kelas jalan dibagi berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas serta jalan yang diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan.

Berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan, kelas jalan dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang, dan jalan kecil. Spesifikasi penyediaan prasarana jalan meliputi pengendalian jalan masuk, persimpangan sebidang, jumlah dan lebar lajur, ketersediaan median, serta pagar. Berikut disajikan tabel mengenai pengelompokkan penyediaan prasarana jalan berdasarkan ketentuannya.

Tabel 2.5.3

Tabel Ketentuan Jalan berdasarkan Klasifikasi Kelas Jalan

No. Klasifikasi Ketentuan

1. Jalan Bebas

Hambatan -- Pengendalian jalan masuk secara penuh.Tidak ada persimpangan sebidang.

(27)

- Dilengkapi pagar ruang milik jalan dan median jalan.

2. Jalan Raya - Jalan umum untuk lalu lintas secara menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas.

- Jumlah lajur paling sedikit adalah 2 buah untuk setiap arah dengan lebar lajur minimal 3,5 meter.

- Dilengkapi dengan median jalan.

- Jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan yang lain.

- Digunakan untuk kendaraan bermotor.

- Digunakan oleh masyarakat umum.

- Dibiayai oleh perusahaan negara.

- Penggunaannya diatur oleh undang-undang pengangkutan.

3. Jalan Sedang - Jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi.

- Memiliki lajur minimal 2 buah untuk 2 arah dengan lebar jalur minimal 7 meter.

4. Jalan Kecil - Jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat.

- Memiliki jumlah lajur minimal sebanyak dua buah untuk 2 arah dengan lebar jalur minimal 5,5 meter.

Sumber: PP No. 34 Tahun 2006 dan Wikipedia

Sementara itu berdasarkan Sunaryo dalam Permudah Akses Bagi Pengguna Jalan, menyatakan bahwa pada sistem penggolongan klas jalan dengan pembedaan klas fungsinya pada sistem jaringan jalan terpadu, antara jalan penghubung (rural road) dan jalan pengarah (collector road), sehingga diperoleh beberapa kelompok klas jalan:

a. Jalan bebas hambatan (jalan tol) diberi kode pengelompokan M (Motor way).

b. Jalan Penghubung Utama antar centra bisnis (kota) diberi kode pengelompokan A (arteri primer). Umumnya dapat disetarakan dengan Jalan Nasional.

(28)

d. Jalan Penghubung Tersier diberi kode pengelompokan C (arteri tersier). Umumnya disetara kan dengan Jalan Kabupaten atau Kotamadya.

e. Jalan Penghubung Kuarter diberi kode pengelompokan D (arteri kuarter). Umumnya dapat disetarakan dengan Jalan Kecamatan atau Desa.

f. Jalan Pengarah biasanya diberlakukan pada daerah perkotaan yang meliputi sentra industri/pasar atau perumahan dan pada umumnya diberlakukan dengan pemberian nama jalan.

2.5.1.6 Bagian Jalan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, bagian-bagian jalan dipisahkan berdasarkan pemanfaatanya menjadi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan.

a. Ruang Manfaat Jalan (Rumaja)

Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Ruang manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan berdasarkan pedoman yang telah ditetapkan. Peruntukkan ruang manfaat jalan adalah pada median jalan, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar bagi lalu lintas pejalan kaki, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya. Setiap orang dilarang memanfaatkan ruang manfaat jalan jika mengakibatkan terganggunya fungsi jalan.

Tabel 2.5.4

Tabel Ketentuan Ruang Manfaat Jalan Berdasarkan Klasifikasi

No. Ruang Manfaat Jalan

Ketentuan

1. Badan Jalan - Diperuntukkan bagi pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan.

- Dilengkapi dengan ruang bebas unutk menunjang pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan serta pengamanan konstruksi jalan.

(29)

kedalaman tertentu.

- Lebar ruang bebas harus sesuai dengan lebar badan jalan, sedangkan tinggi ruang bebas bagi jalan arteri dan jalan kolektor minimal 5 meter dan kedalaman ruang bebas bagi jalan arteri serta jalan kolektor minimal 1,5 meter dari permukaan jalan.

2. Saluran Tepi Jalan - Diperuntukkan bagi penampungan dan penyaluran air agar badan jalan bebas dari pengaruh air.

- Ukuran saluran tepi jalan ditetapkan sesuai dengan lebar permukaan jalan dan keadaan lingkungan.

- Saluran tepi jalan dibangun dengan konstruksi yang mudah dipelihara secara rutin.

- Saluran tepi jalan dapat diperuntukkan sebagai saluran lingkungan dalam hal tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan.

3. Ambang Pengaman

Jalan - Berupa bidang tanah dan/atau konstruksi bangunanpengaman yang berada di antara tepi badan jalan dan batas ruang manfaat jalan yang hanya diperuntukkan bagi pengamanan konstruksi jalan.

Sumber: PP No. 34 Tahun 2006 b. Ruang Milik Jalan

Ruang milik jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan. Sejalur tanah tertentu tersebut dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai lansekap jalan. Ruang milik jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, kedalaman, dan tinggi tertentu. Ruang milik jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Ruang milik jalan memiliki lebar minimal sebagai berikut:

- Jalan Bebas Hambatan memiliki lebar ≥ 30 meter

- Jalan Raya memiliki lebar ≥ 25 meter

- Jalan Sedang memiliki lebar ≥ 15 meter

- Jalan Kecil memiliki lebar ≥ 11 meter

(30)

milik jalan, maka penyelenggara jalan wajib segera mengambil tindakan untuk kepentingan pengguna jalan.

c. Ruang Pengawasan Jalan

Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan. Selain itu, ruang pengawasan jalan ruang juga dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu. Ruang pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan. Lebar ruang pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan jalan dengan ukuran minimal sebagai berikut.

- Jalan Arteri Primer memiliki lebar 15 meter.

- Jalan Kolektor Primer memiliki lebar 10 meter.

- Jalan Lokal Primer memiliki lebar 7 meter.

- Jalan Lingkungan Primer memiliki lebar 5 meter.

- Jalan Arteri Sekunder memiliki lebar 15 meter.

- Jalan Kolektor Sekunder memiliki lebar 5 meter.

- Jalan Lokal Sekunder memiliki lebar 3 meter.

- Jalan Lingkungan Sekunder memiliki lebar 2 meter.

- Jembatan memiliki lebar 100 meter ke arah hilir dan hulu.

Dalam pengawasan penggunaan ruang pengawasan jalan, penyelenggara jalan yang bersangkutan bersama instansi terkait berwenang mengeluarkan larangan terhadap kegiatan tertentu yang dapat mengganggu pandangan bebas pengemudi dan konstruksi jalan, dan/atau berwenang melakukan perbuatan tertentu untuk menjamin peruntukan ruang pengawasan jalan.

2.5.1.6 Pemanfaatan Bagian Jalan

Peman faatan bagian-bagian jalan meliputi bangunan utilitas, penanaman pohon, dan prasarana moda transportasi lain.

(31)

Pada tempat tertentu di ruang manfaat jalan dan ruang milik jalan dapat dimanfaatkan untuk penempatan bangunan utilitas. Bangunan utilitas pada jaringan jalan di dalam kota dapat ditempatkan di dalam ruang manfaat jalan dengan ketentuan berada di atas tanah ditempatkan di luar jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau trotoar sehingga tidak menimbulkan hambatan samping bagi pemakai jalan atau berada di bawah tanah ditempatkan di luar jarak tertentu dari tepi paling luar bahu jalan atau trotoar sehingga tidak mengganggu keamanan konstruksi jalan. Bangunan utilitas pada jaringan jalan di luar kota, dapat ditempatkan di dalam ruang milik jalan pada sisi terluar. Penempatan, pembuatan, dan pemasangan bangunan utilitas harus direncanakan dan dikerjakan sesuai dengan persyaratan teknis jalan yang ditetapkan.

Dalam hal ruang manfaat jalan dan/atau ruang milik jalan bersilangan, berpotongan, berhimpit, melintas, atau di bawah bangunan utilitas maka persyaratan teknis dan pengaturan pelaksanaannya, ditetapkan bersama oleh penyelenggara jalan dan pemilik bangunan utilitas yang bersangkutan, dengan mengutamakan kepentingan umum.

- Penanaman Pohon

Pohon pada sistem jaringan jalan di luar kota harus ditanam di luar ruang manfaat jalan dan untuk penanaman pohon di dalam kota dapat dilakukan di batas ruang manfaat jalan, median, atau di jalur pemisah.

- Prasarana Moda Transportasi Lain

Dalam hal ruang milik jalan digunakan untuk prasarana moda transportasi lain, maka persyaratan teknis dan pengaturan pelaksanaannya ditetapkan bersama oleh penyelenggara jalan dan instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang prasarana moda transportasi yang bersangkutan dengan mengutamakan kepentingan umum.

2.5.1.7 Bagian-bagian jalan

(32)

a. Rumaja (Ruang Manfaat Jalan), yaitu daerah yang direncanakan sebagai tempat sirkulasi kendaraan bermotor dan termaksud pemanfaatan untuk sistem parkir on-street yang terdiri dari badan jalan dan bahu jalan. b. Rumija (Ruang Milik Jalan), yaitu daerah yang digunakan sebagai

media sirkulasi, parkir on-street, media untuk drainase, dan kegiatan pejalan kaki (pedestrian), batasannya sampai dengan pagar rumah kiri-kanan jalan.

c. Ruwasja (Ruang Pengawasan Jalan), yaitu daerah yang termaksud jangkauan pandangan pengguna jalan sehingga dengan adanya Ruwasja pengguna jalan tidak mengalami gangguan pandangan. Ruwasja diukur mulai dari tembok rumah sebelah kiri jalan dengan tembok rumah sebelah kanan jalan. Ruwasja untuk mempermudah pelebaran jalan.

Gambar 2.5.1 Penampang Geometrik Jalan

Bahu Jalan

(33)

biasanya diambil 2.50 meterdan untuk keperluan parkir 3.00 meter yang biasanya berupa bahu jalan diperkeras dan dilapis.

Median Jalan

Pemisahan antara arus lalu lintas yang berlawanan dengan arah median terbukti lebih efektif mengurangi jumlah kecelakaan. Median dengan berbagai bentuk merupakan persyaratan yang mutlak untuk jalan bebas hambatan. Pada persimpangan atau jalan kota yang penting, mdian jalan juga sangat diperlukan. Untuk ruas luar kota pada sistem antar kota dalam daerah datar atau perbukitan, lebar median minimum adalah 1.50 meter. Sedangkan pada jalan raya dalam kota, minimum lebar median yang dibutuhkan 1.50-2.00 meter.(Robert J. Kodoatie, Ph.D.; 2003 : 394-395).

2.5..1.7 Fasilitas Pelengkap Jalan

Secara umum jalan mempunyai fungsi sebagai prasarana sirkulasi (perjalanan) manusia, baik yang menggunakan kendaraan umum maupun tidak. Namun proses perjalanan, misalnya: kebutuhan penerangan, informasi, kejelasan dan lain-lain, oleh karena itu jalan harus dilengkapi dengan kelengkapan antara lain:

a. Lampu Penerangan

Lampu penerangan jalan yang bisa ditempatkan pada kiri-kanan jalan ataupun pada median jalan, sangat besar fungsinya karena selain untuk memperjelas pandangan pengendara kendaraan juga berpengaruh pada pembentukan karakteristik jalan tersebut baik dari segi sosial maupun keamanan.

b. Trotoar

(34)

c. Rambu Lalu Lintas

Sesuai dengan ketentuan yang ada pada peraturan lalu lintas yang penting adalah cara dan peletakan agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Rambu-rambu yang tertutup oleh rindangnya pepohonan di jalan akan dapat mengurangi kejelasannya.

d. Bak Sampah

Penempatan bak-bak sampah dimaksudkan untuk menjaga kebersihan di lingkungan jalan terutama dari sampah buangan manusia. Namun supaya tiak memberikan kesan "jalan penuh bak sampah", maka bak sampah yang di tempatkan tiap 50 m tersebut harus didesain ukuran bentuk dan warna yang menarik sehingga bak sampah tersebut bisa sebagai aksesoris jalan.

e. Papan Nama Jalan

Yang paling penting pada kelengkapan tersebut adalah penempatan ukuran warna dan tulisan yang jelas sehingga dapat terbaca oleh para pengendara kendaraan dan pejalan kaki. Jika papan nama jalan tersebut diberi sentuhan-sentuhan desain yang menarik maka akan dapat memberikan kesan tersendiri. Kesamaan desain papan nama pada kawasan jalan dengan kelompok jenis nama yang sama akan memberikan identitas tersendiri pada kawasan tersendiri

f. Parkir

Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu tertentu. Jenis fasilitas parkir jalan, yaitu:

(35)

 Parkir di luar badan jalan (off street parking), memiliki tempat parkir khusus sendiri.

2.5.7 Drainase

Drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. (Suripin, 2004)

Bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima (receiving water).

Fungsi drainase adalah sebagai berikut:

a. Membebaskan suatu wilayah (terutama yang padat permukiman) dari genangan air, erosi, dan banjir.

b. Karena aliran lancar maka drainase juga berfungsi memperkecil resiko kesehatan lingkungan (bebas dari malaria (nyamuk) dan penyakit lainnya).

c. Kegunaan tanah permukiman padat akan menjadi lebih karena terhindar dari kelembapan.

d. Dengan sistem yang baik, tata guna lahan dapat dioptimalkan dan juga memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah untuk jalan atau bangunan-bangunan lainnya.

A. Standar atau sistem penyediaan drainase kota

(36)

- 20 meter untuk sungai-sungai tersebut dalam daftar 1 dari verordening ini.

- 5 meter untuk sungai-sungai tersebut dalam daftar 2 dari verordening ini, demikian juga untuk saluran pengaliran dan pembuangan dengan kemampuan (kapasitas) 4 m3/detik atau lebih.

- 3 meter untuk saluran-saluran pengairan, pengambilan dan pembuangan kemampuan normal 1-4 m3/detik.

- 2 meter untuk saluran-saluran pengairan, pengambilan dan pembuangan kemampuan normal kurang dari 1 m3/detik.

Sistem jaringan drainase perkotaan umumnya dibagi menjadi dua: 1. Sistem Drainase Makro

Sistem drainase makro yaitu sistem saluran atau badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area). Umumnya, disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama atau drainase primer. Sistem ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode antara 5-10 tahun.

2. Sistem Drainase Mikro

Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran atau selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya, drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2,5 atau 10 tahun tergantung tata guna lahan yang ada.

B. Sistem penyediaan jaringan drainase terdiri dari 4 macam: 1. Sistem Drainase Utama

(37)

2. Sistem Drainase Lokal

Sistem drainase perkotaan yang melayani sebagian kecil warga masyarakat kota

3. Sistem Drainase Terpisah

Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan terpisah untuk air permukaan atau air limpasan

4. Sistem Gabungan

Sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang sama baik untuk air genangan maupun air limpasan yang telah diolah.

Sistem jaringan drainase terdiri dari:

1. Jaringan primer: saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai. 2. Jaringan sekunder: saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan

saluran primer (dibangun dengan beton atau plesteran semen).

3. Jaringan tersier: saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder berupa plesteran, pipa, dan tanah.

Berdasarkan fungsinya, drainase dibedakan menjadi drainase permukaan dan drainase bawah permukaan.

1. Drainase permukaan ditujukan untuk menghilangkan air hujan dari permukaan jalan sehingga lalu lintas dapat melaju dengan aman dan efisien. Selain itu, untuk meminimalkan penetrasi air hujan ke dalam struktur jalan. Sistem drainase permukaan pada jalan raya mempunyai tiga fungsi utama:

a. Membawa air hujan dari permukaan jalan ke pembuangan air.

b. Menampung air tanah (dari subdrain) dan air permukaan yang mengalir menuju jalan.

c. Membawa air menyeberang alinement jalan secara terkendali.

(38)

Berdasarkan fungsinya, saluran terbuka di tepi jalan dibedakan menjadi: - Parit atau selokan (ditchs) adalah saluran yang disediakan untuk membuang

aliran air dari perkerasan jalan, bahu jalan, dan slope galian dan timbunan. Kedalamannya harus cukup untuk membuang air tanpa resiko menjenuhkan tanah dasar (subgrade) perkerasan. Biasanya dilapisi pasangan untuk menghindari erosi. Bagi saluran yang tidak dilapisi pasangan kemiringan diddingnya tidak boleh lebih dari 1 (vertikal):4 (horizontal).

- Talang (gutters) adalah saluran pada tepi perkerasan atau bahu jalan yang dibentuk oleh curb atau oleh depresi dangkal. Dapat dilapisi beton, batu bara, batu kali, atau material lainnya.

- Saluran menikung keluar (turnouts) adalah saluran pendek yang menikung keluar dari tepi jalan yang berfungsi membuang air dari saluran atau talang tepi jalan. Selain itu, turnouts mengurangi ukuran parit tepi jalan dan meminimalkan kecepatan aliran sehingga mengurangi bahaya erosi.

- Saluran curam (chutes) adalah saluran terbuka berlining atau pipa yang berfungsi untuk membawa air dari parit atau talang tepi jalan menuruni lereng urugan atau dari intercepting ditchs menuruni lereng galian . untuk lereng yang panjang disarankan untuk menggunakan saluran yang tertutup.

- Parit intersepsi (intercepting ditchs) terletak di lahan alamiah di dekat ujung lereng galian atau sepanjang tepi jalan untuk menampung aliran dari bukit sebelum mencapai jalan. Intersepsi aliran permukaan mengurangi erosi pada lereng galian dan parit tepi jalan, mengurangi endapan sedimen dan infiltrasi pada dasar jalan, dan menurunkan kemungkinan genangan pada jalan.

2. Drainase bawah permukaan berfungsi untuk mencegah masuknya air dalam struktur jalan dan/atau menangkap dan mengeluarkan air dari struktur jalan.

Jenis-jenis drainase berdasarkan sejarah terbentuknya:

1. Drainase alamiah (natural drainage), yaitu sistem drainase yang terbentuk secara alami dan tidak ada unsur campur tangan manusia.

2. Drainase buatan, yaitu sistem drainase yang dibentuk berdasarkan analisis ilmu drainase, untuk menentukan debit akibat hujan, dan dimensi saluran.

(39)

1. Saluran terbuka, yaitu sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya untuk menampung dan mengalirkan air hujan (sistem terpisah) namu, kebanyakan sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada pinggiran kota, saluran terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan pelindung). Akan tetapi, saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining denga beton, pasangan batu (masonry) ataupun dengan pasangan bata.

2. Saluran tertutup, yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan. sistem ini cukup bagus untuk diterapkan di daerah perkotaan terutama dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi seperti kota metropolitan dan kota-kota besar lainnya.

Jenis-jenis drainase berdasarkan fungsinya:

1. Single purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan saja.

2. Multy purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis buangan, baik secara bercampur maupun bergantian.

Macam saluran pembuangan air menurut De Chaira dan Koppelmen (1994: 74):

1. Saluran Air Tertutup

a. Drainase bawah tanah tertutup, yaitu saluran yang menerima air limpasan dari daerah yang diperkeras maupun daerah yang tidak diperkeras dan membawanya ke sebuah pipa keluar di sisi tapak (saluran permukaan atau sungai) ke sistem drainase kota.

b. Drainase bawah tanah tertutup dengan tempat penampungan pada tapak, dimana drainase ini mampu menampung air limpasan dengan volume dan kecepatan yang meningkat tanpa menyebabkan erosi dan kerusakan pada tapak.

2. Saluran Air Terbuka (Chow, 1989: 17)

Merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas, jika ada sampah yang menyumbat dapat mudah dibersihkan, namun bau yang ditimbulkan dapat mengganggu kenyamanan.

3. Saluran Air Kombinasi

(40)

Pola jaringan drainase menurut Sidharta Karrmawan (1997: 1-8) terdiri dari enam macam:

1. Pola Siku, digunakan pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi daripada sungai. Sungai sebagai saluran pembuangan akhir berada di tengah kota.

2. Pola Paralel, saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Apabila terjadi perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri. 3. Pola Grid Iron, digunakan untuk daerah dengan sungai yang terletak di

pinggir kota sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan dahulu pada saluran pengumpul.

4. Pola Alamiah, sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola ini lebih besar.

5. Pola Radial, digunakan untuk daerah berbukit sehingga pola saluran memencar ke segala arah.

6. Pola Jaring-Jaring, mempunyai saluran-saluran pembuangan yang mengikuti arah jalan raya dan cocok untuk daerah dengan topografi datar. Pola ini dibagi lagi menjadi empat jenis (Modul Perkuliahan Drainase Perkotaan, Jurusan Pengairan, FT UB, 2004):

a. Pola Perpendicular, pola jaringan penyaluran air buangan yang dapat digunakan untuk sistem terpisah dan tercampur sehingga banyak diperlukan bangunan pengolahan.

b. Pola Interceptor dan Pola Zone, pola jaringan yang digunakan untuk sistem tercampur.

c. Pola Fan, pola jaringan dengan dua sambungan saluran/cabang yang dapat lebih dari dua saluran menjadi satu menuju ke suatu bangunan pengolahan. Biasanya digunakan untuk sistem terpisah.

d. Pola Radial, pola jaringan yang pengalirannya menuju ke segala arah dimulai dari tengah kota sehingga ada kemungkinan diperlukan banyak bangunan pengolahan.

Bangunan-bangunan sistem drainase dan pelengkapnya: 1. Bangunan-bangunan sistem saluran drainase

Terdiri dari bangunan struktur dan nonstruktur.

a. Bangunan struktur, bangunan pasangan disertai dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu, contoh:

(41)

- Bangunan tembok penahan tanah - Bangunan terjunan yang cukup tinggi - Jembatan

b. Bangunan nonstruktur, bangunan pasangan atau tanpa pasangan, tidak disertai dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu yang biasanya berbentuk siap pasang, contoh:

- Pasangan: saluran cecil tertutup, tembok talud saluran, bak kontrol, street inlet.

- Tanpa pasangan: saluran tanah dan saluran tanah berlapis rumput. 2. Bangunan pelengkap saluran drainase

Diperlukan untuk melengkapi suatu sistem saluran untuk fungsi-fungsi tertentu. Adapun bangunan pelengkap sistem drainase antara lain:

a. Catch basin, bangunan dimana air masuk ke dalam sistem saluran tertutup dan air mengalir bebas di atas permukaan tanah menuju match basin. Catch basin dibuat pada tiap persimpangan jalan, pada tempat-tempat yang rendah.

b. Inlet, apabila terdapat saluran terbuka dimana pembuangannya akan dimasukkan ke dalam saluran tertutup yang lebih besar, maka dibuat suatu konstruksi khusus inlet. Inlet harus diberi saringan agar sampah tidak masuk ke dalam saluran tertutup.

c. Headwall, konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan ujung gorong-gorong yang dimaksudkan untuk melindungi dari longsor dan erosi.

d. Shipon, dibuat bilamana ada persilangan dengan sungai, dibangun bawah dari penampang sungai, karena tertanam dalam tanah maka pada waktu pembuangannya harus dibuat secara kuat sehingga tidak terjadi keretakan ataupun kerusakan konstruksi. Sebaiknya dalam merencanakan drainase dihindarkan perencanaan dengan menggunakan shipon, dan sebaiknya saluran yang debitnya lebih tinggi tetap untuk dibuat shipon dan saluran drainasenya dibuat saluran terbuka atau gorong-gorong.

(42)

f. Gorong-gorong (culvert), saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya.

g. Bangunan terjun, selokan yang curam, dimana perubahan tinggi air terjadi dalam jangka pendek.

h. Bangunan got miring

Bentuk-bentuk umum saluran terbuka dan fungsinya:

No. Bentuk Fungsi Sifat Aliran

1. Trapesium Menampung dan

menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang besar

Terus menerus dengan fluktuasi kecil, biasanya digunakan pada daerah yang

menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang

menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang

menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang

Sama dengan bentuk 2 dan 3 Digunakan pada lokasi jalur saluran yang tidak

Umumnya digunakan untuk saluran-saluran ruah penduduk dan pada sisi jalan perumahan padat

(43)

2.7.1 Sampah

Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume serta jenis sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang digunakan sehari-hari. Menurut UU no 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.

Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat. Limbah sendiri atau bahan buangan dapat terdiri dari tiga bentuk keadaan, yakni limbah padat, limbah cair, limbah gas. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.

Sedangkan menurut SK SNI T-13-1990-F: 1 sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.

A. Penggolongan sampah Berdasarkan Sumbernya: a. Sampah alam

Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.

b. Sampah manusia

(44)

dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higienis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.

c. Sampah konsumsi

Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.

Berdasarkan Sifatnya:

1. Sampah Anorganik/kering – tidak dapat diurai (undegradable)

Contoh: logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dan lain-lain yang tidak dapat mengalami pembususkan secara alami.

2. Sampah organik/basah - dapat terurai (degradable)

Contoh: sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah atau sisa buah dan lain-lain yang dapat mengalami pembusukan secara alami.

3. Sampah berbahaya

Contoh: baterei, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas dan lain-lain. Pembagian berdasarkan istilah teknis menghasilkan adanya enam jenis sampah, yakni:

(45)

2. Sampah organic yang sukar terurai karena mempunyai rantaian ikatan yang panjang, misalnya plastik, kaca atau selulosa.

3. Sampah berupa abu yang dihasilkan pada proses pembakaran. Secara kuantitatif sampah jenis ini sedikit, tetapi pengaruhnya bagi kesehatan sangat besar.

4. Sampah berupa jasad hewan mati, misalnya bangkai tikus, ayam, anjing, ikan dan burung.

5. Sampah jalanan, yakni semua sampah yang dapat dikumpulkan secara penyapuan dijalan-jalan, misalnya daun-daunan, kantong plastik, kertas, dan lain-lain.

6. Sampah industri, yakni sampah yang berasal dari kegiatan produksi di industri. Secara kuantitatif jenis limbah ini banyak, tetapi ragamnya tergantung pada jenis industri tersebut.

(Sumber: E Gumbira Said, 1987:12)

Berdasarkan sumbernya minimal ada empat macam yakni: 1. Sampah domestik

Sesuai dengan asal katanya, maka sampah ini berasal dari lingkungan perumahan atau pemukiman, baik di daerah perkotaan maupun perdesaaan. Ragam sampah di daerah perkotaan biasanya lebih banyak serta sampah organiknya secara kuantitatif dan kualitatif lebih kompleks. Sampah di pedesaan umumnya lebih berupa bahan-bahan organik sisa produk pertanian, sedangkan sampah anorganiknya lebih sedikit.

2. Sampah komersial

(46)

sampahnya sangat tinggi, dan dapat berupa bahan organik ataupun anorganik.

3. Sampah industri

Seperti yang telah disebutkan di muka. Sampah ini merupakan hasil samping dari kegiatan industri, yang jenisnya sangat tergantung pada jenis kegiatan industri itu sendiri.

4. Sampah alami dan lain-lain

Sampah jenis ini dapat berupa dedaunan, sisa bencana alam dan lain-lain. Selain itu juga dapat merupakan sampah-sampah yang dihasilkan oleh taman, tempat-rempat rekreasi, kendaraan umum, terminal, pelabuhan udara dan lain-lain.

(Sumber: E Gumbira Said, 1987 : 13) B. Tata cara pengumpulan sampah

1. Sampah rumah tangga

Sampah rumah tangga biasanya banyak berasal dari sisa sayuran, buah-buahan, ikan atau daging serta sisa makanan basi. Selain itu juga dapat terdiri dari plastik pembungkus, kertas, karton, logam, dan sebagainya.

Untuk jumlah yang sedikit khususnya sampah organik sisa kegiatan dapur dan ruang makan, sebaiknya sampah tersebut dimasukan ke dalam kantong plastik. Untuk sampah yang kering dapat disimpan dalam tong. Sampah jenis ini sebaiknya digolongkan lagi atas yang mudah terbakar dengan yang tidak mudah terbakar.

Beberapa panduan praktis untuk pengumpulan sampah rumah tangga dikemukakan di bawah ini.

a. Kantong plastik

(47)

mudah dan dapat dilakukan setiap hari, serta dapat diikat secara rapat agar tidak menimbulkan bau.

Di negara-negara maju ukuran kantong plastik yang digunakan telah standar, karena telah dikombinasikan dengan kaki logam yang dapat menopang kantong plastik untuk berdiri, dengan mulut kantong yang terbuka lebar. Ukuran kantong tersebut kira-kira panjang 70 cm, lebar 50 cm dan dapat menampung sampah 20-30 kg. Kantong plastik ini cukup kuat, umumnya berwarna gelap.

b. Keranjang sampah plastik

Wadah ini sebetulnya bersifat praktis, akan tetapi hanya dapat berfungsi baik untuk mengumpulkan bahan kering seperti kertas, kaca, gelas, kayu dan sebagainya. Seandainya juga akan digunakan untuk tempat mengumpulkan sampah basah (organik), maka bagian dalamnya dialasi kantong plastik. Sampah dengan demikian masuk dalam kantong plastik, tanpa mengotori keranjang plastiknya. Kantong plastik tersebut kemudian diikat dan diangkut ketempat penampunagn sampah sementara.

c. Tong sampah

Wadah ini mempunyai sifat tahan lama, namun kurang praktis, berat dan biasa bersifat stasioner karena ditanam ke tanah. Tong sampah biasanya terbuat dari potongan bekas drum. Sebaiknya sampah yang dibuang di sini adalah kertas dan kartun yang dapat dibakar, karena tong kuat dari api. Tetapi bila tong disimpan dalam rumah, maka sebaiknya tidak dilakukan proses pembakaran, karena asap dan debunya sangat mengganggu.

Hal lain lagi, sebaiknya tong tidak ditempatkan secara terbuka, karena akan mudah terkena hujan dan bau buasuk yang menyebar, selain itu akan dikerubuti lalat, anjing dan kucing.

(48)

Wadah ini bersifat sangat tahan lama, tahan api, dapat dirancang bangun sebaik mungkin, akan tetapi stasioner. Hampir sama fungsinya dengan tong samaph, harus ditutup dan sebaiknya tidak ditempatkan di atas parit depan rumah untuk menghindari banjir.

Untuk perumahan dengan luas pekarangan yang sempit dan padat penduduknya, wadah ini sifatnya kurang tepat. Untuk keluarga dengan jumlah anggota yang banyak harus diusahakan membuang sampah di luar rumah. Sampah juga tidak boleh dibuang tanpa bungkus karena akan menyulitkan pembuangannya.

2. Sampah permukiman

Sampah permukiman bersal dari sampah rumah tangga di area RT atau RW. Wadah yang dapat digunakan adalah bak penampungan sementara, yang dapat terbuat dari semen atau besi. Volume bak penampungan ini harus besar untuk menmpung sampah dari warga.

Bak penampungan sampah permukiman harus ditempatkan di dekat jalan umum, untuk mempermudah dinas kebersihan kota mengambilnya dari gang-gang di antara perumahan jaraknya diusahakan tidak terlalu jauh, sehingga gerobak sampah bisa menjangkaunya.

Mengingat sampah pemukiman merupakan tanggung jawab masyarakat setempat, maka pengelolaaannya harus ditangani oleh aparat desa setempat. Dana operasionalnya untuk kegiatan ini tentunya dapat diatur bersama dengan dana Siskamling dan dana kemasyarakatanlainya. 3. Sampah perkantoran dan sekolahan

Sampah perkantoran dan sekolahan umumnya berbentuk kertas dan karton, oleh karena itu dapat dikumpulkan dalam karung-karung goni untuk dijual pada pabrik kertas kembali guna dibuat bubur kertas. Bagi kertas yang bersifat rahasia dapat dikumpulkan secara terpisah dan dibakar di bak semen.

(49)

Sampah jalanan biasanya terdiri dari kertas, plastik dan dedaunan. Pengumpulanya dilakukan oleh dinas kebersihan kota melalui cara penyapuan, kemudian diangkut oleh gerobak atau truk. Sampah jalanan, terutama di daerah protokol harus dibersihkan setiap hari. Penyapuan jalan harus dilakukan pada jam-jam kegiatan yang tidak terlalu sibuk, sehingga tidak mengganggu lalu lintas. Pada umumnya penyapuan jalan dapat dilakukan pada malam hari. Terdapat tiga periode waktu yang cukup aman bagi penyapuan jalan, yakni:

1. Periode pagi hari, yakni antara pukul 05.00-07.00 2. Periode siang hari, yakni antara pukul 11.00-15.00 3. Malam hari, yakni antara pukul 19.00-23.00 5. Sampah lainnya

(50)

D. Tata cara pengangkutan sampah 1. Pengangkutan sampah a. Sampah rumah tangga

Sampah dari tempat penampungan sementara yang letaknya di daerah pemukiman biasanya mempunyai volume harian sekitar 50 m3.

Kapasitas ini sudah dapat memadai dari status kelurahan dengan penduduk 300-500 kepala keluarga. Seperti yang telah disebutkan, pengangkutan sampah dari perumahan dan lingkungan sekitarnya menggunakan gerobak sampah, atau penduduk sendiri yang mengantar ke tempat pembuangan sampah. Bila volume sampah tidak terlalu besar, misalnya untuk sejumlah warga dalam lingkungan RT yang sama, maka tempat penampungan sampah dapat berupa gerobak atau tong sampah. Jenis truk yang dapat digunakan untuk mengangkut sampah ke tempat penampungan akhir adalah truk yang dapat mengangkut 10 m3 sampah per satu kali trayek.

b. Sampah perkantoran dan toko-toko

Mengingat jumlah sampahnya cukup banyak, maka sampah dapat langsung diangkut dengan menggunakan truk kapasitas 10 m3 dari

sumbernya. Seyogyanya kegiatan ini dapat dilakukan setiap hari. Namun demikian, bila biaya operasionalnya terlalu besar, maka pengangkutannya dapat dilakukan 2 atau 3 hari sekali.

c. Sampah jalanan

Sampah jalanan yang telah terkumpul di gerobak sampah di pinggir jalan, kemudian diambil dan diangkut dengan truk container yang beroperasi di beberapa ruas jalan.

2. Peralatan

Alat angkut yang dapat digunakan adalah truk dengan berbagai kapasitas. Truk besar ada yang memuat 12 m3 per satu kali trayek, truk sedang 10 m3

Gambar

Gambar 2.1.2 Potongan melintang
Gambar 2. 2.3 Potongan melintang
Tabel 2.4.2
Tabel 2.5.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

It would need the appropriate algorithm to search the optimal route, therefore, the purpose of this research is to explore what a good routing algorithm by comparing the

Proyek Akhir Arsitektur 71 Semester Genap Tahun Ajaran 2016/ 2017 Program Studi.. Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Universitas Katolik

struktur yang paling cocok dengan sumber daya internal dan lingkungan eksternal (SWOT: look in,..

Suprihatin, D0107095, Strategi Dinas Pengelolaan Pasar Dalam Pengelolaan Pasar Panggungrejo Kota Surakarta, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan

Dan kegiatan yang lain adalah pengumpulan laptop milik masing- masing sekolah untuk diinstal aplikasi SIMDA-BMD (Sistem Informasi Daerah – Barang Milik Daerah) dan

Peserta didik melakukan percobaan mengenai identifikasi sifat larutan asam dan basa dengan menggunakan indikator, serta penentuan bahan alam yang

Jadi jelaslah mengapa di laboratorium tidur, ditemukan gambaran hipnogram yang “acak-acakan” atau iregular dari perpindahan satu stadium ke stadium yang lain pada penderita

7 persen dari kasus spondilitis tuberkulosis mempunyai skipped lesion pada kolom vertebra dan 12% melibatkan tulang lain dan persendian (kecuali spinal), 20% dari kasus