• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 33-38)

BAB 2 TINJAUAN UMUM

2.6 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit

2.6.1 Pengkajian Resep

Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari skrining resep meliputi persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Persyaratan administrasi meliputi :

a. Nama, tanggal lahir, nomor rekam medis, jenis kelamin, dan berat badan pasien;

b. Nama, nomor ijin, alamat, dan paraf dokter; c. Tanggal resep; dan

d. Ruangan atau unit asal resep.

Kesesuaian farmasetik meliputi : a. Bentuk dan kekuatan sediaan; b. Dosis dan jumlah obat;

c. Stabilitas dan ketersediaan; dan d. Aturan, cara, dan teknik penggunaan. Pertimbangan klinis meliputi :

a. Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat; b. Duplikasi pengobatan;

c. Alergi, interaksi, dan efek samping obat; d. Kontraindikasi; dan

e. Efek aditif.

2.6.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

PIO merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini kepada tenaga kesehatan dan pasien. Tujuan PIO meliputi :

21

Universitas Indonesia

1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan dilingkungan rumah sakit;

2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi (PFT);

3. Meningkatkan profesionalisme Apoteker; dan 4. Menunjang terapi obat yang rasional.

Kegiatan yang termasuk dalam PIO meliputi :

1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan

pasif;

2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat, atau tatap muka;

3. Membuat buletin, leaflet, dan label obat;

4. Menyediakan informasi bagi PFT sehubungan dengan penyusunan

formularium rumah sakit;

5. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatan lainnya; dan

6. Mengoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.

2.6.3 Pemantauan dan pelaporan Efek Samping Obat (ESO)

Pemantauan dan pelaporan ESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi. Tujuan monitoring ESO yakni menemukan ESO sedini mungkin (terutama yang berat, tidak dikenal, atau frekuensinya jarang), menentukan frekuensi dan insiden ESO, dan mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan atau mempengaruhi timbulnya ESO. Kegiatan monitoring efek samping obat meliputi:

1. Menganalisa laporan ESO;

2. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami ESO;

Universitas Indonesia

4. Melaporkan ke Panitia ESO Nasional.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam monitoring ESO yakni kerjasama dengan PFT dan ruang rawat serta ketersediaan formulir monitoring ESO. Apoteker yang ingin memulai atau menerapkan program tersebut, dapat mengusulkan beberapa metode kepada PFT. Usulan ini mencakup pelaporan sukarela oleh praktisi individu, mengaji kartu pengobatan pasien, surveilans obat individu, dan surveilans unit pasien.

2.6.4 Pengkajian Penggunaan Obat (Drug Use Review)

Pengkajian penggunaan obat adalah alat untuk mengidentifikasi permasalahan terkait penggunaan obat seperti dosis yang tidak benar, reaksi efek samping yang bisa dihindari, pemilihan obat yang tidak tepat, dan kesalahan dalam penyiapan dan pemberian obat. Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien. Tujuan dari pengkajian penggunaan obat adalah:

1. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter tertentu;

2. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter satu dengan yang lain;

3. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik; dan 4. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat. Alat yang digunakan dalam pengkajian penggunaan obat adalah

1. Indikator peresepan, yang mencakup parameter inti sebagai berikut : a. Rata-rata jumlah obat per pasien;

b. Persentase obat yang diresepkan menggunakan nama generik; c. Persentase pasien yang diresepkan antibiotik;

d. Persentase pasien yang diresepkan injeksi; dan

e. Persentase obat yang diresepkan dari daftar obat esensial.

2. Indikator pelayanan pasien, yang mencakup parameter inti sebagai berikut : a. Rata-rata waktu konsultasi;

23

Universitas Indonesia

c. Persentase obat aktual yang disiapkan; d. Persentase pelabelan yang benar; dan

e. Persentase pasien yang memiliki pemahaman yang benar tentang obat. 3. Indikator fasilitas, yang mencakup parameter inti sebagai berikut :

a. Ketersediaan daftar obat-obat esensial b. Ketersediaan obat-obat esensial.

2.6.5 Konseling

Konseling merupakan suatu proses sistematik untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien terkait penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat inap. Konseling bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat, dan interaksi dengan penggunaan obat-obat lain. Konseling dapat dilakukan untuk pasien dengan kriteria sebagai berikut :

1. Pasien rujukan dokter,

2. Pasien dengan penyakit kronis,

3. Pasien dengan obat yang berindeks terapi sempit dan polifarmasi, 4. Pasien geriatrik, dan

5. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.

Konseling terdiri dari beberapa kegiatan, di antaranya : 1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.

2. Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien dengan metode open-ended question, mencakup:

a. Apa yang dikatakan dokter mengenai obat b. Bagaimana cara pemakaiannya

c. Efek yang diharapkan dari obat tersebut

3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.

4. Melakukan verifikasi akhir yaitu mengecek pemahaman pasien,

mengidentifikasi, dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.

Universitas Indonesia

2.6.6 Ronde/visite pasien

Ronde merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang bertujuan untuk :

1. Pemilihan obat,

2. Menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapeutik, 3. Menilai kemajuan pasien, dan

4. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain.

Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan ronde adalah sebagai berikut : 1. Apoteker harus memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan

tersebut kepada pasien;

2. Untuk pasien yang baru dirawat, apoteker harus menanyakan terapi obat terdahulu dan memperkirakan masalah yang mungkin terjadi;

3. Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin penggunaan obat yang benar; dan

4. Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat, yang akan berguna untuk pemberian obat.

Setelah kunjungan, apoteker membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah dalam buku yang digunakan bersama antara apoteker sehingga dapat menghindari pengulangan kunjungan.

25 Universitas Indonesia

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 33-38)

Dokumen terkait