• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sub Instalasi Produksi

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 90-136)

BAB 4 PEMBAHASAN

4.7 Sub Instalasi Produksi

Sub Instalasi Produksi merupakan salah satu fasilitas kegiatan pengadaan perbekalan farmasi di RSCM. Sumber daya manusia yang terdapat di Sub Instalasi Produksi, terdiri dari 3 Apoteker, 24 asisten apoteker, dan 4 pekarya. Sub Instalasi Produksi melayani antara lain :

1. Produksi sediaan farmasi, dimana produksi sediaan farmasi yang dilakukan ini merupakan produksi lokal untuk keperluan RSCM sendiri. Produksi sediaan farmasi yang dilakukan di RSCM terdiri dari sediaan steril dan non-steril. Kriteria sediaan farmasi yang diproduksi antara lain:

a. Sediaan dengan formula khusus,

b. Sediaan dengan kemasan yang lebih kecil (repacking), c. Sediaan yang tidak ada di pasaran,

d. Sediaan dengan harga yang lebih murah, e. Produk yang harus selalu dibuat segar, dan f. Sediaan untuk keperluan penelitian.

2. Pelayanan aseptic dispensing, lokasi untuk pelayanan aseptic dispensing di RSCM, antara lain terdapat di :

a. Central Medical Unit (CMU) 2 lantai 3: melakukan pencampuran obat suntik (IV admixture), pencampuran obat kemoterapi, dan repacking sediaan serbuk steril.

b. Perinatologi : melakukan pencampuran obat suntik (IV admixture) dan TPN.

c. Gedung A lantai 8: melakukan pencampuran obat kemoterapi.

d. Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA): melakukan pencampuran obat kemoterapi.

Sub Instalasi Produksi dan Perinatologi beroperasi dalam 2 shift yaitu pada pukul 08.00 – 20.00 WIB dari hari Senin hingga Sabtu. Gedung A lantai 8 beroperasi dalam 2 shift yaitu pukul 08.00 - 19.30 WIB untuk hari senin hingga jumat sedangkan untuk hari sabtu dan minggu hanya 1 shift mulai pukul 09.00 – 15.00 WIB. Departemen IKA beroperasi hanya 1 shift pada pukul 08.00 – 15.30 WIB dari hari senin hingga jumat.

Universitas Indonesia

Sub Instalasi Produksi di gedung CMU 2 lantai 3 memiliki fasilitas untuk melaksanakan kegiatan produksi agar selalu sesuai standar dan terjamin mutunya. Fasilitas disesuaikan dengan kegiatan produksi yang dilakukan dalam ruangan tersebut. Terdapat beberapa ruangan di dalamnya, yaitu :

a. Ruang karantina sebagai tempat untuk menyimpan alat yang baru masuk sebelum digunakan pada proses produksi.

b. Ruang pencucian sebagai tempat untuk membersihkan alat dan kemasan yang akan digunakan dalam proses produksi.

c. Ruang bahan baku sebagai tempat penyimpanan bahan baku obat yang akan

digunakan dalam proses produksi. Penyimpanan bahan baku disimpan berdasarkan rute penggunaannya, yaitu bahan baku untuk sediaan oral dan obat luar.

d. Ruang peracikan sediaan farmasi non-steril yang terdiri dari ruangan tempat dilakukannya peracikan obat oral dan peracikan sediaan obat luar.

e. Ruang produksi steril sebagai tempat dilakukannya kegiatan produksi steril dan repacking.

f. Ruang uji mutu sebagai tempat dilakukannya kegiatan pengujian kualitas produk yang dihasilkan.

g. Ruang penyiapan aseptic, terdiri dari:

1) Ruang Sitostatika, merupakan ruangan tempat dilakukannya peracikan dan pencampuran (dispensing) obat-obat kemoterapi. Prinsip tekanan dalam ruangan ini adalah tekanan negatif sehingga tekanan di luar ruangan lebih besar dari tekanan di dalam ruangan. Dengan prinsip seperti ini, diharapkan zat-zat yang bersifat sitostatik tidak menyebar keluar ruangan sehingga petugas yang di luar ruang terhindar dari efek paparan obat sitostatika.

2) Ruang Obat Suntik dan Nutrisi Parenteral, merupakan ruangan tempat dilakukan peracikan dan pencampuran (dispensing) sediaan obat suntik atau nutrisi parenteral. Prinsip tekanan dalam ruangan adalah tekanan positif sehingga tekanan dalam ruangan lebih besar dibanding luar ruangan. Hal ini bertujuan agar ruangan dalam tidak terkontaminasi dari partikel yang terdapat di luar ruangan.

79

Universitas Indonesia

Produksi steril dan non-steril yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi menghasilkan sekitar 142 jenis sediaan dengan berbagai konsentarasi dan volume yang bermacam – macam yang terdiri dari obat dalam 29 item, obat luar 105 item dan obat steril 8 item. Produk steril yang diproduksi, antara lain sediaan salep kemicetin, kloramfenikol tulle, dan metilen blue. Sementara sediaan non-steril yang dihasilkan, yaitu sediaan obat oral seperti kapsul dan serbuk bungkus, sediaan obat luar, seperti salep dan salicyl talk, hand rub, alkohol 70%, dan povidone iodine.

PKPA yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi berlokasi di gedung CMU 2 lantai 3 dan berlangsung selama tiga hari. Beberapa kegiatan yang diamati dan diikuti mahasiswa, antara lain :

a. Mengamati kegiatan rekonstitusi obat sitostatika pasien rawat jalan

Alur pelayanan dispensing obat kemoterapi yang dilakukan di Sub Instalasi Produksi dimulai dari penerimaan resep berupa formulir pelayanan pencampuran obat sitostatika dari pihak satelit farmasi pusat oleh petugas rekonstitusi obat sitostatika. Untuk menghindari terjadinya kesalahan dispensing, formulir juga dilengkapi dengan salinan/copy protokol kemoterapi yang ditulis oleh dokter. Petugas yang akan melakukan rekonstitusi kemudian melakukan skrining resep dengan memeriksa kesesuaian pasien dan dosis obat untuk menjamin keamanan pasien. Petugas juga memeriksa obat-obatan yang diserahkan beserta cairan infus dan spuit yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah yang tertulis dalam formulir permintaan rekonstitusi. Apabila pasien tidak jadi atau berhalangan melakukan kemoterapi, maka obat disimpan di Depo Sitostatika sebagai obat titipan pasien.

Persiapan pencampuran obat sitostatika meliputi penyiapan cairan, obat sitostatika, dan spuit sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain itu, juga dilakukan pembuatan etiket yang berisi nama pasien, nomor rekam medik (NRM), jumlah obat yang dioplos beserta jumlah cairan pelarutnya, rute pemberian, tanggal dan waktu pembuatan, serta tanggal dan waktu kedaluwarsa. Seluruh obat, cairan, spuit, dan etiket yang diperlukan ditempatkan di dalam kotak obat dan didistribusikan melalui pass box yang terhubung ke dalam ruang steril tempat penyiapan obat secara aseptis. Sebelum masuk keruangan steril dan melakukan

Universitas Indonesia

rekonstitusi, petugas terlebih dahulu menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai ketentuan yang berlaku untuk keamanan bagi petugas sendiri dan menjamin sterilitas produk yang dihasilkan. Persiapan tersebut meliputi pemakaian gown dan APD lainnya, seperti penutup kepala, sarung tangan steril, masker N95, penutup mata (goggle), dan penutup kaki. Sarung tangan yang digunakan untuk prosedur aseptis pencampuran obat sitostatika adalah rangkap dua, sarung tangan pertama digunakan di ruang ganti (gowning), sarung tangan yang kedua digunakan petugas setelah masuk ke dalam ruang steril.

Selanjutnya, petugas masuk ke dalam ruang steril tempat pencampuran yang di dalamnya terdapat Biological Safety Cabinet (BSC) yang merupakan

Laminar Air Flow (LAF) dengan aliran udara vertikal. Sebelum proses

rekonstitusi, perlu dilakukan pembersihan area kerja agar tercipta lingkungan yang aseptik dengan cara mengelap bagian dalam BSC dengan alcohol 70% dan gerakan yang searah, serta mengelap kemasan obat, cairan, dan spuit yang akan dimasukkan ke dalam BSC dengan mengunakan alcohol 70%. Perlu disiapkan juga tempat pembuangan khusus limbah sitostatika dan peralatan lain yang dibutuhkan, seperti beaker glass. Adapun rekonstitusi obat sitostatika yang telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dimana dilakukan di ruang steril dalam BSC serta dikerjakan dengan hati-hati dan teliti.

Setelah selesai direkonstitusi, sediaan sitostatika ditempeli etiket dan label obat sitostatika. Pelabelan dan pemberian etiket juga dilakukan di dalam ruang steril. Khusus obat yang tidak tahan cahaya, obat dikemas menggunakan aluminium foil. Sediaan akhir yang selesai dikerjakan kemudian dikeluarkan dari ruang steril melalui pass box dan dikemas ke dalam plastik klip per pasien.

b. Mengamati proses aseptic dispensing

Mahasiswa mengamati kegiatan aseptic dispensing sediaan parenteral berupa KCl premix dan kegiatan repacking sediaan serbuk steril. Alur yang dilakukan pada aseptic dispensing adalah pengecekan permintaan yang dilakukan secara online. Jika terdapat permintaan, akan dilakukan pengisian form permintaan yang telah disediakan. Kemudian, disiapkan bahan-bahan lain yang akan digunakan. Proses dispensing dilakukan di ruang aseptic dengan tekanan udara positif, menggunakan APD lengkap serta pembersihan area kerja dengan

81

Universitas Indonesia alcohol 70%. Dalam ruangan tersebut, dilakukan pengemasan dan pemberian

etiket pada sediaan yang telah siap. Obat yang telah siap akan diantarkan oleh pekarya ke satelit atau unit kerja yang memesan sediaan tersebut.

c. Pembuatan Hand Rub

Hand Rub yang dibuat ini adalah contoh sediaan yang dibuat dengan

forumula khusus, dimana formula yang digunakan hanya diketahui oleh bagian produksi. Pada pembuatan hand rub dilakukan proses quality control (QC) untuk mengontrol mutu sediaan produk agar sesuai dengan standar dan pengerjaan sesuai Standar Prosedur Operasional (SOP). Adapun proses pembuatan hand rub yang teramati telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. d. Repacking pembuatan sediaan povidone iodine

Proses repacking dilakukan untuk mengemas kembali sediaan menjadi kemasan yang lebih kecil dan ekonomis, meliputi kemsan 10 cc, 30 cc, dan 60 cc. e. Pembuatan sirup omeprazole

Sirup omeprazole merupakan sediaan sirup yang tidak tersedia di pasaran sehingga produksi sirup omeprazole ini dapat memenuhi kebutuhan di RSCM. Umumnya, produksi sirup ini tidak banyak dan hanya diproduksi sesuai dengan permintaan agar kestabilan obat tetap terjaga.

f. Pengisian kapsul

Pengisian kapsul yang dilakukan adalah pengisian kapsul NaCl. Sebelum pengerjaan dilakukan, area kerja dan peralatan yang akan digunakan dibersihkan menggunakan alkohol. Proses pengisian kapsul dilakukan dengan menggunakan alat. Setelahnya, kapsul dimasukkan ke dalam wadah dan diberi etiket berisi nama obat, jumlah sediaan, tanggal pembuatan, dan tanggal kedaluwarsa.

g. Mengemas serbuk KCl

Serbuk KCl dikemas menggunakan kertas perkamen khusus yang nantinya akan ditutup dengan menggunakan mesin press. Dalam proses pengemasan, harus diperhatikan kebersihan tempat, peralatan, dan tangan petugas pengemas. Proses pembagian serbuk dilakukan secara manual dan sesuai perkiraan sehingga dituntut ketelitian dan ketepatan dalam pelaksanaannya. Setelah pengemasan selesai, sediaan dimasukkan ke dalam plastik dan diberi etiket.

Universitas Indonesia

Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan PKPA di Sub Instalasi Produksi, kegiatan produksi yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi telah sesuai dengan prosedur dan telah memanfaatkan sumber daya yang ada dengan maksimal. Hanya saja, terdapat beberapa masalah yang ditemukan, antara lain :

1. Pada proses pembuatan hand rub pengisian cairan ke dalam botol hand rub dilakukan secara manual menggunakan keran, dimana dapat menyebabkan pengisian volume yang tidak sama antara botol hand rub dan resiko terjadinya tumpahan juga besar.

2. Terjadinya kekosongan bahan baku yang menyebabkan kegiatan produksi tidak berjalan dengan baik.

83 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

a. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan apoteker di rumah sakit mencakup kegiatan manajemen terkait pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit dan pelayanan farmasi klinik untuk menjamin bahwa terapi yang diterima oleh pasien rasional. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sudah memenuhi persyaratan pelayanan kefarmasian dari Kementerian Kesehatan RI dan standar akreditasi internasional dari JCI (Joint Commission International). Akan tetapi, masih ditemui adanya aspek pelayanan yang belum dilakukan secara maksimal karena faktor keterbatasan jumlah SDM dan beberapa fasilitas penunjang.

b. Apoteker di rumah sakit berperan sebagai pelaksana pelayanan kefarmasian. Dari segi manajemen, apoteker bertugas untuk memastikan bahwa perbekalan farmasi yang memenuhi persyaratan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan di rumah sakit selalu tersedia. Dari segi klinis, apoteker bertugas untuk memantau pengobatan pasien serta memberikan informasi yang diperlukan demi tercapainya tujuan pengobatan pasien dengan mengutamakan patient

safety. Selain itu, Apoteker juga berperan sebagai seorang manajer yang

bertugas melakukan pengelolaan sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana, serta berkontribusi dalam upaya peningkatan pendapatan rumah sakit.

5.2 Saran

Berdasarkan pengamatan selama PKPA di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, berikut adalah beberapa saran yang dapat kami sampaikan: 5.2.1 Instalasi Gawat Darurat (IGD)

a. Dilakukan pengecekan/koreksi jumlah obat dan alat kesehatan yang datang saat defekta sebelum dimasukkan ke dalam kartu stok dan stok IT.

b. Pengadaan print label etiket agar dapat mempercepat dan mempermudah petugas dalam proses dispensing obat sehingga pelayanan obat ke pasien akan lebih cepat.

Universitas Indonesia

c. Mengadakan pelatihan dan motivasi untuk petugas satelit farmasi di IGD.

5.2.2 Satelit Farmasi Pusat

a. Dilakukan sistem penyusunan obat secara bertingkat pada rak penyimpanan di satelit, sehingga kotak obat tidak saling menghalangi satu sama lain.

b. Dilakukan sistem penyimpanan kartu stok yang baik sehingga mempermudah pada saat penulusuran akibat terjadinya selisish stok.

c. Penerapan resep elektronik (EHR) diharapkan dapat segera diaplikasikan di seluruh unit kerja, khususnya Satelit Farmasi Pusat.

d. Pengadaan printer etiket di seluruh unit kerja dapat membantu mempercepat proses pelayanan resep yang dilakukan pihak Satelit Farmasi Pusat.

5.2.3 Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A)

a. Dilakukan perbaikan ruangan yang bocor di Gudang Farmasi Basement Gedung A sebelum kerusakan menjadi semakin parah.

b. Meningkatkan kedisplinan tenaga farmasi dalam melakukan pekerjaan terutama pada saat meletakkan kartu stok dan lembar MSDS.

c. Meningkatkan kesadaran petugas farmasi akan pentingnya briefing di pagi hari.

d. Pada saat memberikan konseling, apoteker meminta pasien untuk mengulang kembali informasi yang telah dijelaskan, untuk memastikan informasi yang diberikan sudah tepat.

e. Apoteker perlu mengikuti visite bersama sehingga akan lebih dikenal oleh tenaga kesehatan lain.

f. Kegiatan PIO (Pelayanan Informasi Obat) yang dilakukan di Gedung A RSCM sudah berjalan dengan baik, tetapi perlu dikembangkan menjadi PIO formal sehingga dapat menjadi PIO sentral bagi seluruh departemen di RSCM 5.2.4 Satelit Intensive Care Unit (ICU)

a. Penerapan sistem peresepan online karena dengan sistem tersebut, data administratif pasien pada resep dapat dilengkapi secara otomatis, mencegah terjadinya medication error serta mempercepat pelayanan.

b. Pengadaan printer etiket agar mempercepat pelayanan kefarmasian dan data pada etiket dapat terisi dengan lengkap dan jelas.

85

Universitas Indonesia

c. Penambahan fasilitas tangga lipat diperlukan untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja.

d. Pengadaan alat pengeras suara untuk memudahkan petugas dalam melakukan pemanggilan keluarga pasien.

e. Penambahan wadah obat atau pemberian sekat pada wadah untuk membatasi

penyimpanan antara satu produk obat dengan produk obat lain dengan pemantauan rutin dilakukan setiap harinya agar produk obat disimpan sesuai dengan letak penyimpanannya.

f. Asisten Apoteker sebaiknya memeriksa jumlah dan jenis obat langsung dihadapan perawat saat melakukan retur sehingga apabila terdapat hal yang tidak sesuai dapat langsung dikonfirmasi kepada perawat tersebut.

g. Apabila apoteker tidak dapat memberikan konseling, formulir informasi obat sebaiknya diisi dengan lengkap dan mendelegasikan kepada asisten apoteker untuk memberikan penjelasan mengenai obat.

h. Penambahan tenaga kasir untuk mempermudah kegiatan pelayanan keuangan

di Satelit ICU.

5.2.5 Satelit Kirana

a. Menempatkan penanggung jawab di Satelit Kirana lantai 3 untuk

memudahkan koordinasi antar satelit lantai 1 dan 3.

b. Kegiatan briefing setiap pagi perlu dilakukan untuk membahas masalah yang ada dan mencari solusinya sehingga terjalin kerjasama yang baik antara apoteker, asisten apoteker, dan pekarya.

c. Dilakukan evaluasi paket bedah mata dengan melibatkan petugas farmasi, perawat dan dokter untuk mengurangi retur barang, karena retur menambah beban kerja. Selain itu dapat merugikan RSCM karena jika retur terlambat maka perputaran uang juga akan terganggu yang mengakibatkan penurunan omset RSCM.

d. Dibuat loket untuk pengambilan obat dan alat operasi, sehingga hanya petugas farmasi yang berhak masuk ke dalam satelit lantai 3, yang bertujuan untuk mencegah kehilangan perbekalan farmasi.

Universitas Indonesia

e. Kartu stok sebaiknya dikerjakan oleh asisten apoteker yang pada dasarnya lebih mengerti tentang perbekalan farmasi. Tugas menyiapkan paket dapat digantikan oleh pekarya karena relatif lebih mudah dilakukan.

5.2.6 Gudang Perbekalan Farmasi Pusat

a. Membuat daftar nama obat-obat yang terdapat di dalam masing-masing lemari pendingin dan menempelkannya pada pintu lemari pendingin yang sesuai. Daftar tersebut juga perlu diperiksa dan diperbaharui secara berkala sehingga data yang tersedia selalu ter-update sesuai dengan persediaan yang terdapat di dalamnya.

b. Dilakukan pengecekan kembali saat melakukan penyimpanan perbekalan farmasi agar penyimpanannya tepat dan memudahkan petugas dalam pelayanan terutama pada obat-obat tergolong LASA.

5.2.7 Sub Instalasi Produksi

a. Pengadaan mesin otomatis filling liquid untuk meminimalisir volume yang tidak sama antara botol hand rub dan meminimalisir terjadinya tumpahan. b. Instalasi Administrasi dan Logistik harus memperhatikan ketersediaan bahan

87 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di

Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197/

Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan. (2005). Permenkes RI No. 1672/Menkes/Per/XII/2005 tanggal

27 Desember 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Republik Indonesia. (1996). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32

Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta : Sekretariat Negara

Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang

Kesehatan. Jakarta : Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah

Sakit. Jakarta : Sekretariat Negara.

Siregar, Lia Amalia. 2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

88

Lampiran 1. Timeline kegiatan PKPA

Jadwal Hari 1 Kuliah + Diskusi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Jam 08.00-09.00 Pengarahan Ka.Inst.Diklat jam 09.10-10.00 Pengarahan Ka.Inst.Farmasi jam 10.00 -11.00

Pengarahan KaSub Farklindiklitbang jam 11.00 - 12.00 Pengarahan PJ Diklitbang jam 13.00-selesai Orientasi Ke Lapangan

PIC Satelit

CMU Produksi Farmasi C C C D D D

Satelit Pusat D D D C C C Satelit IGD C C Satelit Kirana D D Satelit Gedung A (Managemen) Gudang Pusat CSSD Perencanaan IPD Lt7 Gd A (Farklin) D D D C C C Lt 1 Gd A (Farklin) D D D C C C

R Apoteker Klinik (PIO)

Geriatri Gd A D D D C C C

Satelit ICU (Farklin) C C C D D D

HCU Lt6 Paediatri (bu Rina M)

S A B T U M I N G G U O R I E N T A S I P K P A U I Sep-13 S A B T U M I N G G U S A B T U M I N G G U S A B T U M I N G G U

Jadwal Hari 1 Kuliah + Diskusi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Jam 08.00-09.00 Pengarahan Ka.Inst.Diklat

jam 09.10-10.00 Pengarahan Ka.Inst.Farmasi

jam 10.00 -11.00

Pengarahan KaSub Farklindiklitbang

jam 11.00 - 12.00 Pengarahan PJ Diklitbang jam 13.00-selesai Orientasi Ke Lapangan

PIC Satelit

CMU Produksi Farmasi Satelit Pusat Satelit IGD C D D D Satelit Kirana D C C C Satelit Gedung A (Managemen) D D D C C C Gudang Pusat D D D C C C CSSD D D C C C D Perencanaan C D IPD Lt7 Gd A (Farklin) Lt 1 Gd A (Farklin)

R Apoteker Klinik (PIO) D D D C C C

Geriatri Gd A Satelit ICU (Farklin) HCU Lt6

Paediatri (bu Rina M)

C Beta, Jaka, Kaniya D Irvan, Meilina Oktober 2013 M I N G G U M I N G G U I D U L A D H A M I N G G U S A B T U S A B T U S A B T U C U T I B E R S A M A M I N G G U S A B T U P E R S I A P A N P R E S E N T A S I P R E S E N T A S I P K P A U I

Lampiran 2. Struktur organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

[sumber : Permenkes RI No. 1672/Menkes/Per/XII/2005 tanggal 27 Desember 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, telah diolah kembali]

Direktur Utama Direktur Medik dan Keperawatan Departemen

Instalasi

Farmasi

UPT Direktur Pengembangan dan Pemasaran Instalasi promkes UPJM Direktur Keuangan Bagian Anggaran Bagian Perbendaharaan Bagian Akuntansi Direktur SDM dan Pendidikan Bagian Diklat Bagian SDM Bagian Hukor Instalasi Pendidikan Direktur Umum dan Operasional Bagian Administrasi

Bagian Aset dan Inventaris Bagian Teknik Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Instalasi Medik ULP Unit Utilitas Komite Medik, Komite Etik, PPIRS, Komite Mutu

90

Lampiran 3. Struktur organisasi instalasi farmasi

Direktorat Medik dan Keperawatan Kepala Instalasi Farmasi Koordinator Administrasi dan Keuangan Koordinator Produksi dan Ditlitbang Koordinator Pelayanan Farmasi

Lampiran 4. Struktur organisasi koordinator administrasi dan keuangan

Kepala Instalasi Farmasi

Koordinator

Administrasi dan Keuangan

Penanggung Jawab Keuangan Penanggung Jawab Akuntansi dan IT Penanggung Jawab SDM dan Administrasi

92

Lampiran 5. Struktur organisasi koordinator produksi dan diklitbang

Kepala Instalasi Farmasi

Koordinator Produksi dan Diklitbang

Penanggung Jawab Produksi Sediaan Farmasi Pelaksana Produksi Non Steril Pelaksana Repacking Sediaan Injeksi Serbuk Penanggung Jawab Aseptik Dispensing Pelaksana Pencampuran Obat Sitostatika Pelaksana Pencampuran Obat Suntik Pelaksana Repacking Sediaan Injeksi Cair Penanggung Jawab Diklitbang

Lampiran 6. Struktur organisasi ooordinator pelayanan farmasi Kepala Instalasi Farmasi Koordinator Pelayanan Farmasi Penanggung Jawab Perencanaan Perbekalan Farmasi Penanggung Jawab Pelayanan Farmasi Penanggung Jawab Satelit Satelit IGD Satelit ICU Satelit Pusat Satelit Kirana Satelit Gedung A Satelit Poli di URJT Satelit Radio terapi Satelit ULB Satelit PJT Satelit IBP Penanggung Jawab Farmasi Klinis

94

96

Lampiran 9. Contoh stiker obat

Stiker High Alert Stiker LASA

Stiker Obat Termolabil Stiker Obat Sitostatika

98

100

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN)

DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

PERIODE 02 SEPTEMBER – 28 OKTOBER 2013

Evaluasi Paket Bedah Vaskuler di Instalasi Bedah Pusat

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN)

Dr. Cipto Mangunkusumo

BETA ZUDIA FERTAVENI, S.Farm.

1206329410

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR GAMBAR ... iii DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 2.1 Definisi Perbekalan Farmasi ... 3 2.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit ... 3 2.3 Jenis-jenis Tindakan Bedah ... 6 2.4 Monitoring dan Evaluasi ... 9 BAB 3 METODE PENGKAJIAN ... 10

3.1 Metode Pengkajian ... 10 3.2 Tempat dan Waktu ... 10 3.3 Sampel ... 10 3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 10 3.5 Langkah-langkah Pengkajian ... 10 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12 4.1 Hasil ... 12 4.2 Pembahasan ... 14 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 17 5.1 Kesimpulan ... 17 5.2 Saran ... 17 DAFTAR ACUAN ... 18

iii

Gambar 4.1 Diagram persentase ketidaksesuaian perbekalan farmasi yang digunakan pasien dengan paket bedah vaskuler ... 13

iv (lanjutan)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jenis tindakan dengan kesesuaian rata-rata pemakaian perbekalan farmasi paket bedah vaskuler bulan Januari 2013 ... 12 Tabel 4.2 Ketidaksesuaian pemakaian perbekalan farmasi paket bedah

v

Lampiran 1 Formulir Pemakaian Barang Departemen Bedah Vaskuler

dan Usulan Pemakaian Perbekalan Farmasi Tindakan

Debridement ... 19 Lampiran 2 Formulir Pemakaian Barang Departemen Bedah Vaskuler

dan Usulan Pemakaian Perbekalan Farmasi Tindakan

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 90-136)

Dokumen terkait