• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Standard Operasional Prosedur

Standard Operating Procedure (SOP) adalah sebuah panduan yang

dikemukakan secara jelas tentang apa yang diharapkan dan diisyaratkan dari semua

karyawan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari serta menggambarkan kinerja yang

diharapkan terhadap karyawan agar dapat mencapai tujuan organisasi. Artinya

karyawan membutuhkan persyaratan kinerja spesifik (Usmara, 2006).

SOP (Standard Operating procedure) atau dalam istilah Indonesia kita kenal

sebagai Prosedur Operasional Baku atau prosedur tetap adalah prosedur tertulis yang

harus diikuti oleh semua pegawai dalam pelaksanaan kegiatan organisasi secara rutin

sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya dan mengacu pada kegiatan

tersebut. SOP menjelaskan secara detail langkah-langkah operasi yang harus dilalui

dalam menyelesaikan suatu kegiatan (LAN RI, 2009).

Pada dasarnya SOP berlaku umum, artinya kegiatan yang sama dapat

diberlakukan di bidang manapun seperti kegiatan yang menyangkut pengelolaan

kepegawaian, pengadaan barang perlengkapan, pengelolaan persuratan, dan

pengelolaan keuangan. Namun demikian, spesifikasi setiap kegiatan seringkali hanya

dapat diberlakukan pada bidang tertentu. Di bidang pendidikan, kegiatan yang

pemberian materi pelajaran, dan evaluasi hasil belajar adalah contoh kegiatan yang

secara spesifik hanya berlaku secara khusus (LAN RI, 2009).

Dalam konteks organisasi dengan berbagai bidang dan sektor khususnya di

Indonesia, SOP disusun dalam sebuah organisasi untuk meningkatkan performansi

proses secara terus menerus sehingga mampu meningkatkan efisiensi waktu dan

biaya dan efektivitas hasil/produk dengan tetap menjaga kualitas. Karena proses

adalah sebuah integrasi sekuensial dari orang, material, metode, dan mesin atau

peralatan dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah output. Suatu

proses mengkonversi input terukur ke dalam output terukur melalui sejumlah langkah

sekuensial yang terorganisasi (LAN RI, 2009).

2.2.2 Tujuan SOP

SOP merupakan sebuah dokumen tertulis yang berisi langkah-langkah

pelaksanaan yang harus dilakukan dalam rangka penyelesaian pekerjaan berdasarkan

tugas dan fungsinya, maka secara lebih rinci lagi penyusunan SOP mempunyai tujuan

sebagai berikut.

1. Meningkatkan pelaksanaan tugas dan fungsi berjalan sesuai dengan tujuan

organisasi (visi dan misi).

2. Meningkatkan penerapan prosedur kerja lebih sistematik dan teratur sesuai

3. Meningkatkan target produk/hasil dan waktu yang dibutuhkan setiap langkah

pelaksanaan dapat tersusun dan terukur;

4. Meningkatkan kejelasan tanggung jawab terhadap setiap langkah pelaksanaan.

5. Meningkatkan pelaksanaan standardisasi semua prosedur yang berlaku di

organisasi.

6. Meningkatkan akuntabilitas publik dan citra organisasi yang lebih baik ditinjau

dari pihak pelanggan (LAN RI, 2009).

Dalam permenpan PER/21/M-PAN/11/2008 disebutkan bahwa penyusunan

SOP harus memenuhi prinsip-prinsip antara lain: kemudahan dan kejelasan, efisiensi

dan efektivitas, keselarasan, keterukuran, dimanis, berorientasi pada pengguna,

kepatuhan hukum, dan kepastian hukum. Demikian juga disebutkan bahwa

pelaksanaan SOP harus memenuhi prinsip-prinsip antara lain:

a. Konsisten. SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, oleh

siapapun, dan dalam kondisi apapun oleh seluruh jajaran organisasi pemerintahan.

b. Komitmen. SOP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh jajaran

organisasi, dari level yang paling rendah dan tertinggi.

c. Perbaikan berkelanjutan. Pelaksanaan SOP harus terbuka terhadap

penyempurnaan-penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benarbenar

efisien dan efektif.

d. Mengikat. SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan prosedur standar yang telah ditetapkan.

e. Seluruh unsur memiliki peran penting. Seluruh pegawai peran-peran tertentu

melaksanakan perannya dengan baik, maka akan mengganggu keseluruhan

proses, yang akhirnya juga berdampak pada proses penyelenggaraan

pemerintahan.

f. Terdokumentasl dengan baik. Seluruh prosedur yang telah distandarkan harus

didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat selalu dijadikan referensi bagi

setiap mereka yang memerlukan.

2.2.3 Manfaat Standard Operating Procedure

Standard Operating Procedure (SOP) dibuat dengan maksud dan tujuan

tertentu, sehingga memberikan manfaat bagi pihak yang bersangkutan.

Berikut beberapa manfaat dari SOP :

a. Menjelaskan secara detail semua kegiatan dari proses yang dijalankan.

b. Standarisasi semua aktifitas yang dilakukan pihak yang bersangkutan.

c. Membantu untuk menyederhanakan semua syarat yang diperlukan dalam proses

pengambilan keputusan.

d. Dapat mengurangi waktu pelatihan karena kerangka kerja sudah distandarkan.

e. Membantu menganalisa proses yang berlangsung dan memberikan feedback bagi

pengembangan SOP.

f. Dapat meningkatkan konsistensi pekerjaan karena sudah ada arah yang jelas.

g. Dapat meningkatkan komunikasi antar pihak-pihak yang terkait, terutama pekerja

Begitu juga halnya manfaat SOP dalam lingkup penyelenggaraan administrasi

pemerintahan sesuai Permenpan No.PER/21/M-PAN/11/2008 meliputi antara lain:

1. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan

pekerjaan yang menjadi tugasnya.

2. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan oleh

seorang pegawai dalam melaksanakan tugas.

3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggungjawab

individual pegawai dan organisasi secara keseluruhan.

4. Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi

manajemen, sehlngga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan

proses sehari-hari.

5. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas.

6. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai cara konkrit

untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang telah

dilakukan.

7. Memastikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung

dalam berbagai situasi.

8. Menjamin konsistensi pelayanan kepada masyarakat, baik dari sisi mutu, waktu

dan prosedur.

9. Memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus dikuasai oleh

10.Memberikan informasi bagi upaya peningkatan kompetensi pegawai.

11.Memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikul oleh seorang pegawai

dalam melaksanakan tugasnya.

12.Sebagai instrumen yang dapat melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan

hukum karena tuduhan melakukan penyimpangan.

13.Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas.

14.Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam

memberikan pelayanan.

15.Membantu memberikan informasi yang diperlukan dalam penyusunan standar

pelayanan, sehingga sekaligus dapat memberikan informasi bagi kinerja

pelayanan (LAN RI, 2009).

2.2.4 SOP dan Hasil yang Diharapkan

Sebuah SOP yang ditulis minimal mempunyai tujuan mewujudkan hasil atau

harapan (expectations) yang diinginkan, sebagai berikut.

1. Mekanisme kerja yang lebih baik, karena di dalam SOP telah termuat

langkah-langkah kerja yang teratur dan sistematik dari semua kegiatan yang ada pada

setiap tugas yang harus dilakukan oleh anggota organisasi sesuai dengan tugas

dan fungsinya yang merupakan mekanisme yang telah dianalisis berdasarkan hasil

kerja yang biasa dilakukan pada organisasi tersebut.

2. Hasil kerja yang lebih efektif dan efesiensi penggunaan sumber daya, karena

mekanisme kerja yang sistematik akan mempermudah pencapaian tujuan/ atau

Selanjutnya, dapat lebih efisien dalam penggunaan dana, sumber daya manusia,

dan waktu sebagai prinsip umum dari sebuah organisasi dalam rangka pencapaian

tujuan.

Di PT. Kimia Farma SOP yang dipakai adalah CPOB (Cara pembuatan obat

yang benar) yang merupakan suatu konsep dalam industri farmasi mengenai prosedur

atau langkah-langkah yang dilakukan dalam suatu industri farmasi untuk menjamin

mutu obat jadi, yang diproduksi dengan menerapkan “Good Manufacturing

Practices” dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi sehingga obat yang

dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan sesuai dengan

tujuan penggunaannya.

CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB

mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu (BPOM, 2006).

Ada 4 landasan umum dalam CPOB 2006 yaitu :

1. Pada pembuatan obat pengawasan secara menyeluruh adalah sangat essensial

untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi.

Pembuatan obat secara sembarangan tidak dibenarkan bagi obat yang akan

digunakan sebagai penyelamat jiwa atau memulihkan atau memelihara kesehatan.

2. Tidaklah cukup apabila obat jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian,

tetapi yang menjadi sangat penting adalah mutu harus dibentuk ke dalam produk.

Mutu obat tergantung pada bahan awal, proses pembuatan dan pengawasan mutu,

bangunan, peralatan yang dipakai dan personalia yang terlibat dalam pembuatan

3. Untuk menjamin mutu suatu obat jadi tidak boleh hanya mengandalkan pada

pengujian tertentu saja. Semua obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang

dikendalikan dan dipantau dengan cermat.

4. CPOB merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar sifat dan

mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan yang dikehendaki.

Ruang lingkup CPOB edisi 2006 meliputi Manajemen Mutu, Personalia,

Bangunan dan Fasilitas, Peralatan, Sanitasi dan Hygiene, Produksi, Pengawasan

Mutu, Inspeksi Diri dan Audit Mutu, Penanganan Keluhan terhadap Produk,

Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian, Dokumentasi, Pembuatan dan

Analisis Berdasarkan Kontrak, serta Kualifikasi dan Validasi.

Dokumen terkait