• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Penerapan Standard Operasional Prosedur dengan Kinerja Pekerja Bagian Produksi PT Kimia Farma Tbk Plant Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Penerapan Standard Operasional Prosedur dengan Kinerja Pekerja Bagian Produksi PT Kimia Farma Tbk Plant Tahun 2014"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENERAPAN STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) DENGAN KINERJA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI

PT KIMIA FARMA Tbk PLANT MEDAN TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH :

DESSY NOER ASTRI PURBA NIM. 111021027

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

ABSTRAK

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor strategis perusahaan yang memberikan nilai tambah sebagai tolak ukur keberhasilan perusahaan. Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan perlu diadakan penilaian kinerja yang telah dicapai setiap pekerja dan ini dimaksudkan untuk mengukur hasil kerja masing-masing kegiatan dalam rangka mengembangkan hasil kualitas kerja mereka.Demikian juga

dalam mewujudkan pekerjaan yang profesional, efektif dan efisien adalah dengan menerapkan Standard Operasional Prosedur (SOP) di dalam bekerja.

Hal ini dinilai penting karena Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dari pekerja tersebut. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui hubungan penerapan Standard Operasional Prosedur dengan kinerja pekerja bagian produksi PT Kimia Farma tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional, besar sampel 23 orang (Total Sampling). Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan pekerja paling banyak berumur > 49 tahun sebanyak 13 orang(56.5%), didominasi oleh pekerja perempuan sebanyak 19 orang (82,6%) dan pendidikan terakhir paling banyak SMA/STM/SAA sebanyak 11 orang (47,8%). Hasil uji univariat diperoleh pekerja yang menyatakan menerapkan SOP dengan baik sebanyak 20 orang (87.0%) dan yang menyatakan tidak menerapkan SOP dengan baik sebanyak 3 orang (13.0%) sedangkan pekerja yang menyatakan menerapkan kinerja dengan baik sebanyak 19 orang (82,6%) dan kurang menerapkan kinerja dengan baik sebanyak 4 orang (17,4%). Hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara penerapan Standard Operasiona Prosedur dengan Kinerja pekerja (p value = 1,000). Saran untuk perusahaan agar tetap mempertahankan penerapan SOP dan kinerja pekerja sehingga dihasilkan produktifitas yang baik.

(4)

ABSTRACT

Human resources (HR) is one of the company's strategic factor that adds value as a measurement of the success of the company. In execution of a job, a company should perform assessment that has been achieved by each employee and is intended to measure the impact of each activity in order to develop the quality of the result of their work. Similarly, in creating professional job, effective, and efficient is by applying the Standard Operating Procedure (SOP) in the works.

This is important because Standard Operating Procedure is a guideline or reference to perform job duties in accordance with the function of the employee. The purpose of this research is to determine the relationship implementation of Standard Operating Procedures with the performance of production employee of PT Kimia Farma 2014. This research is an analytical study with cross-sectional design, 23 people as samples (total sampling). The analytical method used are univariate, bivariate using the chi-square test. The results showed most employees aged > 49 years old are 13 persons (56.5%), dominated by female employees 19 persons (82.6%), and the last education are SMA / STM / SAA 11 people (47.8% ). Univariate test result was obtained by employee who claimed SOP properly implemented are 20 people (87.0%) and who did not implement SOP well are 3 persons (13.0%), while employee who implement good performance are 19 people (82.6%) and lack of implement performance are 4 people (17.4%). The result of the chi square test showed no significant relationship between the implementation of the operational standard procedures with employee's performance (p value = 1.000). Suggestions for the company to retain SOP implementation and performance of employees to produce good productivity.

Keyword : Implementation of Standard Operating Procedures, performance

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : DESSY NOER ASTRI PURBA

Tempat/Tanggal Lahir : Pariksabungan, 27 Desember 1988

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Saudara : 2 (dua) orang

Alamat Rumah : JL. Handayani Gang Bersama No.7 Pematang

Siantar

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1994-2000 : SDN 121308 Pematang Siantar

Tahun 2000-2003 : SLTP Negeri 2 Pematang Siantar

Tahun 2003-2006 : SMA Negeri1 Raya

Tahun 2006-2009 : DIII Akademi Farmasi POLTEKKES

Tahun 2011-2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Penerapan Standard Operasional Prosedur dengan Kinerja Pekerja Bagian Produksi PT Kimia Farma Tbk Plant Tahun 2014” yang merupakan salah satu prasyarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu penulis hingga skripsi dapat terwujud, terutama kepada

Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kesselaku dosen pembimbing I dan Ibu Umi Salmah SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam mendidik, membimbing dan memberi masukan, saran serta

kritikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak, untuk itu kepada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

(7)

3. Ibu Arfah Mardiana Lubis, M.Psi selaku penguji ujian skripsi.

4. Ibu Isyatun Mardhiyah Syahri SKM, M.Kes selaku penguji ujian skripsi.

5. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, Msi selaku Dosen Penasehat Akademik.

6. Seluruh Dosen dan Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara khususnya di Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

7. Bapak Drs. Beben Budiman, Apt selaku Plant Manager bagian produksi di PT

Kimia Farma Tbk Plant Medan yang memberikan izin penulis untuk melakukan

penelitian.

8. Bapak Drs. H.Zulfadli, Apt selaku Assisten produksi di tempat saya melakukan

penelitian yang telah membantu dan membimbing selama dalam melakukan

penelitian dan juga kepada para pekerja yang membantu penulis dalam melakukan

penelitian.

9. Orang tua saya tercinta, Alm B.Purba dan R. Sinaga yang telah membesarkan,

membimbing dan mendidik penulis dengan kasih sayang serta memberikan

motivasi dan materil dalam menyelesaikan skripsi.

10.Abang dan kakak terkasih: Charis Martin H.Purba SP, Pdt. Sophia Eirene Purba

STh terima kasih atas perhatian, doa dan semangat yang telah diberikan sehingga

saya dapat menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini.

11.Kepada teman-teman seperjuangan stambuk 2011 serta teman-teman K3:Febry

Sihombing , Zuhdina Ulya, Parta, Ainal, Bang Cuan, Fauzy, Ari, Bang Fentra,

(8)

12.Hery Exaudi yang selalu mendukung penulis di dalam banyak hal dalam suka dan

duka serta senantiasa mendoakan penulis di dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Adik – adik kelompok kecil (nani, viona, ningsih, exori) dan pengurus KMS

GKPS Padang Bulan yang senantiasa mendoakan, mendukung saya di dalam

pengerjaan skripsi ini.

14. Kepada teman-teman di Persekutuan Pemuda-Pemudi GKPS Padang Bulan yang

senantiasa mendoakan, mendukung saya di dalam pengerjaan skripsi ini dan

masih banyak lagi yang telah memberikan doa dan motivasi kepada saya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh

karenanya penulis mengaharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan

dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, April 2014

(9)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK...ii

ABSTRACT... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... .... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... .... vi

DAFTAR LAMPIRAN... .... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah………... 8

1.3. Tujuan Penelitian... 8

1.4. Manfaat Penelitian... . 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja 2.1.1. Defenisi Kinerja………... 9

2.1.2. Faktor – Faktor Kinerja Karyawan……….. 11

2.1.3. Tujuan dan Sasaran Penilaian Kinerja……….. 13

2.1.4. Konsep Dasar Pengukuran Kinera………... 14

2.1.5 Sumber Kesalahan PenilaiaKinerja……….. 16

2.1.6 Faktor Penghambat Kinerja... 17

2.1.7 Standard Kinerja Karyawan... 18

2.1.8 Unsur – unsur Kinerja... 20

2.2. Standard Operasional Prosedur 2.2.1 Pengertian SOP... 22

2.2.2 Tujuan SOP... 23

2.2.3 Manfaat SOP... 25

2.2.4 SOP dan hasil yang diharapkan... 27

2.3. Kerangka konsep………... 29

2.4. Hipotesa... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian……… 30

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………. . 30

3.3. Populasi dan Sampel……….. . 31

(10)

3.5. Defenisi Operasional……… . . 32

3.6. Aspek Pengukuran... 33

3.7. Teknis Analisa Data... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan... 34

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan... 34

4.1.2 Letak dan Lokasi Perusahaan... 36

4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan... 37

4.1.4 Industri Farmasi... 37

4.1.5 Produksi... 39

4.2 Hasil Penelitian... 46

4.2.1 Analisis Univariat... 46

4.2.1.1 DistribusiResponden Berdasarkan Umur... 46

4.2.1.2 DistribusiResponden Berdasarkan Jenis Kelamin... 47

4.2.1.3 DistribusiResponden Berdasarkan Pendidikan akhir... 47

4.2.1.4 DistribusiResponden Berdasarkan penerapan SOP... 48

4.2.1.5 DistribusiResponden Berdasarkan Kinerja... 49

4.3 Analisis Bivariat... 50

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Penerapan SOP dengan Kinerja ... 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 57

6.2 Saran... 58

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Formulir kuesioner

Lampiran 2 : Master Data

Lampiran 3 : Hasil analisis univariat

Lampiran 4 : Hasil analisis bivariat

Lampiran 5 : Surat izin penelitian

Lampiran 6 : Surat selesai melakukan penelitian

(12)

ABSTRAK

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor strategis perusahaan yang memberikan nilai tambah sebagai tolak ukur keberhasilan perusahaan. Dalam pelaksanaan suatu pekerjaan perlu diadakan penilaian kinerja yang telah dicapai setiap pekerja dan ini dimaksudkan untuk mengukur hasil kerja masing-masing kegiatan dalam rangka mengembangkan hasil kualitas kerja mereka.Demikian juga

dalam mewujudkan pekerjaan yang profesional, efektif dan efisien adalah dengan menerapkan Standard Operasional Prosedur (SOP) di dalam bekerja.

Hal ini dinilai penting karena Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dari pekerja tersebut. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui hubungan penerapan Standard Operasional Prosedur dengan kinerja pekerja bagian produksi PT Kimia Farma tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional, besar sampel 23 orang (Total Sampling). Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan pekerja paling banyak berumur > 49 tahun sebanyak 13 orang(56.5%), didominasi oleh pekerja perempuan sebanyak 19 orang (82,6%) dan pendidikan terakhir paling banyak SMA/STM/SAA sebanyak 11 orang (47,8%). Hasil uji univariat diperoleh pekerja yang menyatakan menerapkan SOP dengan baik sebanyak 20 orang (87.0%) dan yang menyatakan tidak menerapkan SOP dengan baik sebanyak 3 orang (13.0%) sedangkan pekerja yang menyatakan menerapkan kinerja dengan baik sebanyak 19 orang (82,6%) dan kurang menerapkan kinerja dengan baik sebanyak 4 orang (17,4%). Hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara penerapan Standard Operasiona Prosedur dengan Kinerja pekerja (p value = 1,000). Saran untuk perusahaan agar tetap mempertahankan penerapan SOP dan kinerja pekerja sehingga dihasilkan produktifitas yang baik.

(13)

ABSTRACT

Human resources (HR) is one of the company's strategic factor that adds value as a measurement of the success of the company. In execution of a job, a company should perform assessment that has been achieved by each employee and is intended to measure the impact of each activity in order to develop the quality of the result of their work. Similarly, in creating professional job, effective, and efficient is by applying the Standard Operating Procedure (SOP) in the works.

This is important because Standard Operating Procedure is a guideline or reference to perform job duties in accordance with the function of the employee. The purpose of this research is to determine the relationship implementation of Standard Operating Procedures with the performance of production employee of PT Kimia Farma 2014. This research is an analytical study with cross-sectional design, 23 people as samples (total sampling). The analytical method used are univariate, bivariate using the chi-square test. The results showed most employees aged > 49 years old are 13 persons (56.5%), dominated by female employees 19 persons (82.6%), and the last education are SMA / STM / SAA 11 people (47.8% ). Univariate test result was obtained by employee who claimed SOP properly implemented are 20 people (87.0%) and who did not implement SOP well are 3 persons (13.0%), while employee who implement good performance are 19 people (82.6%) and lack of implement performance are 4 people (17.4%). The result of the chi square test showed no significant relationship between the implementation of the operational standard procedures with employee's performance (p value = 1.000). Suggestions for the company to retain SOP implementation and performance of employees to produce good productivity.

Keyword : Implementation of Standard Operating Procedures, performance

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan merupakan suatu sistem yang diadakan dan dirancang untuk

mencapai hal-hal yang tidak dapat dicapai individu secara sendiri-sendiri. Dalam

menghadapi persaingan bisnis perusahaan memerlukan tenaga yang terampil dan

berkompeten untuk mendukung usaha perusahaan dalam melaksanakan berbagai

tugas sehingga tercapai prestasi kerja yang tinggi dan memudahkan pencapaian

tujuan perusahaan. Struktur organisasi yang baik di dalam suatu organisasi berguna

untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dalam struktur organisasi terlihat

adanya tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing individu yang

berasal dari dalam suatu organisasi. Struktur organisasi menggambarkan pekerjaan

yang akan dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan organisasi (Juli, 2010).

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor strategis

perusahaan yang memberikan nilai tambah sebagai tolak ukur keberhasilan

perusahaan serta dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam organisasi.

Untuk dapat menjadi tiang utama pembentuk daya saing perlu dilakukan upaya

peningkatan kinerja sumber daya manusia. Ada 3 unsur yang terdapat pada manusia

cipta, rasa, dan karsa yang perlu untuk selalu dikembangkan dan dikelola (Ishak,

(15)

Perusahaan sangat membutuhkan karyawan yang memiliki prestasi kerja yang

tinggi dalam memberikan pelayanan kepada pelanggannya. Dalam pelaksanaan suatu

pekerjaan perlu diadakan penilaian kinerja yang telah dicapai pekerja. Kegiatan ini

dimaksudkan untuk mengukur hasil kerja masing-masing kegiatan dalam rangka

mengembangkan hasil kualitas kerja mereka. Keberhasilan perusahaan sangat

ditentukan oleh pekerja yang produktif dan berprestasi dalam bekerja. Prestasi kerja

pekerja berkaitan dengan adanya hasil optimal yang dapat dicapai dengan pekerjaan

yang harus dilakukan untuk menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki

(Mangkunegara, 2009).

Demikian juga dalam mewujudkan pekerjaan yang profesional, efektif dan

efisien adalah dengan menerapkan Standard Operasional Prosedur (SOP). Hal ini

dinilai penting karena Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan

untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan SOP juga merupakan

alat penilaian kinerja instansi pemerintah/perusahaan berdasarkan indikator teknis,

administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur dan sistem kerja pada

unit kerja yang bersangkutan. Dengan adanya Standard Operasional Prosedur,

penyelenggaraan administrasi pun dapat berjalan dengan pasti. Berbagai bentuk

penyimpangan dapat dihindari atau sekalipun terjadi penyimpangan di lingkungan

perusahaan, hal tersebut dapat ditemukan penyebabnya dan bisa diselesaikan dengan

cara yang tepat. Apabila semua kegiatan sudah sesuai dengan yang ditetapkan dalam

Standar Operasional Prosedur, maka secara bertahap kualitas pelayanan publik akan

(16)

Menurut Stup (2001), Standard Operating Procedure(SOP) merupakan suatu

rangkaian instruksi tertulis yang mendokumentasikan kegiatan atau proses rutin yang

terdapat pada suatu perusahaan. Pengembangan dan penerapan dari SOP merupakan

bagian penting dari keberhasilan sistem kualitas dimana SOP menyediakan informasi

untuk setiap individu dalam perusahaan untuk menjalankan suatu pekerjaan, dan

memberikan konsistensi pada kualitas dan integritas dari suatu produk atau hasil

akhir. Tujuan utama dari penerapan SOP adalah agar tidak terjadi kesalahan dalam

pengerjaan suatu proses kerja yang dirancang pada SOP. Pemaparan yang telah

dikemukakan, memberikan pengetahuan bahwa tujuan dari SOP adalah untuk

memudahkan dan menyamakan persepsi semua orang yang menggunakannya, dan

untuk lebih memahami setiap langkah kegiatan yang harus dilaksanakannya (Stup,

2001). Kesalahan prosedur dapat mengakibatkan hasil yang kurang baik bahkan dapat

menimbulkan kecelakaan atau kerusakan pada mesin perusahaan yang hal ini akan

dapat merugikan karyawan dan perusahaan itu sendiri. Sebaliknya implementasi SOP

yang baik, akan menunjukkan konsistensi hasil kinerja, hasil produk dan proses

pelayanan yang kesemuanya mengacu pada kemudahan karyawan dan kepuasan

pelanggan (Stup, 2001).

Begitu juga halnya dengan kinerja yang berarti sebuah proses untuk

menetapkan apa yang harus dicapai dan pendekatannya untuk mengelola dan

pengembangan manusia melalui suatu cara yang dapat meningkatkan kemungkinan

bahwa sasaran akan dapat dicapai dalam suatu jangka waktu tertentu baik pendek

(17)

Konsep kinerja merupakan salah satu perkembangan yang penting dalam

lingkup manajemen. Adanya kinerja mulai terlihat bentuknya pada akhir tahun

1980-an, berkembang dari kesadaran diperlukannya suatu pendekatan yang lebih

berkesinambungan dan terpadu (Dharma, 2010).

Perubahan global sebagai akibat perubahan teknologi yang cepat dan terjadi

pada hampir semua aspek kehidupan manusia menimbulkan pergeseran dan

paradigma baru. Perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi , ekonomi,politik dan

sosial, nilai budaya, pasar dan lingkungan merupakan kekuatan pendorong

menciptakan persaingan yang semakin tajam. Kondisi ini mendorong setiap

organisasi dan para pelaku ekonomi untuk melakukan transformasi dalam setiap

kegiatan agar lebih efisien dan mampu bersaing. Mereka harus mengikuti dan

menyesuaikan dan memanfaatkan peluang dan tantangan yang timbul akibat

perubahan (Anita, 2001).

Industri obat - obatan (farmasi) merupakan salah satu industri yang sensitif

terhadap perubahan - perubahan tersebut. Pada awal keberadaanya, penyediaan obat

nasional bertumpu pada pabrik - pabrik obat bekas milik Belanda. Dengan

berjalannya waktu, industri farmasi nasional baik milik negara maupun swasta mulai

bermunculan. Perkembangan industri farmasi di Indonesia mendapat dukungan dari

pemerintah.Berbagai kebijakan dikeluarkan oleh pemerintah seperti penyediaan dan

sosialisasi obat generik, subsidi guna menjamin nilai tukar dolar untuk membeli

bahan baku obat generik bahkan penyediaan obat dan bahan obat tradisional (Anita,

(18)

Industri Kimia Farma merupakan salah satu realisasi untuk mencapai

kemandirian tersebut. Industri ini berfungsi memproduksi obat-obatan dengan mutu,

khasiat, serta keamanan yang terjamin untuk digunakan oleh masyarakat. Kimia

Farma berupaya menerapkan prinsip-prinsip Standard Operating Procedure melalui

dokumen Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dengan tujuan meningkatkan

kualitas, keefektifan dan keamanan obat yang diproduksi, meminimalkan terjadinya

kesalahan dan menjamin agar obat yang dihasilkan memenuhi persyaratan sesuai

dengan tujuan penggunaan sampai ditangan konsumen.

Menurut harian medan bisnis Tahun 2013 PT Kimia Farma Tbk meraih laba

senilai Rp 201,2 miliar per 31 Desember 2012 dari Rp 171,7 miliar pada 2011.Laba

tersebut berasal dari penjualan bersih Rp 3,7 triliun dari Rp 3,4 triliun.Terjadi

peningkatan penjualan yang signifikan (Inh, 2013).

CPOB merupakan suatu konsep dalam industri farmasi mengenai prosedur

atau langkah-langkah yang dilakukan dalam suatu industri farmasi untuk menjamin

mutu obat jadi, yang diproduksi dengan menerapkan “Good Manufacturing

Practices” dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi sehingga obat yang

dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan sesuai dengan

tujuan penggunaannya. CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

(19)

Sehubungan dengan hal ini pada penelitian sebelumnya oleh D.Asmara tahun

2012 di STPSS (Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta) mengemukakan bahwa

adanya hubungan SOP terhadap kinerja karyawan bahkan meningkatkan kualitas

pelayanan,serta pengembangan sikap pribadi karyawan tersebut. Dalam penelitian

Angih Wanabakti 2011 disebutkan bahwa pelaksanaan SOP berpengaruh positif dan

signifikan terhadap produktivitas di perusahaan teknisi.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan (Rizky, 2012) yaitu mengenai

hubungan kompetensi dan sistim prosedur kerja dengan kinerja pegawai. Hasil

pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa ada hubungan (korelasi) antara variabel

Kompetensi dengan variabel Kinerja Pegawai yaitu 0,301 pada tingkat signifikansi

5%. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan positif antara Kompetensi dengan

Kinerja Pegawai, dimana kompetensi memberi pengaruh sebesar 9,06 % terhadap

kinerja pegawai. Kompetensi mempunyai peranan yang sangat penting dalam

menjalankan suatu kegiatan organisasi, karena pegawai yang mempunyai kompetensi

dan sadar akan kompetensi yang dimilikinya diharapkan dapat menunjang pekerjaan

yang berkaitan dengan kinerja organisasi yang menuntut dikerjakan secara efektif dan

efisien.

Pada hasil penelitian (Pinem, 2010 ) menunjukkan bahwa variabel penerapan

SOP mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana RSU Mitra

Sejati dengan nilai p=0,000, dan dengan nilai B tertinggi yaitu sebesar 0,401 dan

variabel penerapan SOP merupakan variabel paling dominan memengaruhi kinerja

perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan keperawatan di ruang rawat inap

(20)

Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik penerapan SOP pelayanan keperawatan

maka semakin baik kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan

kepada pasien.

Berdasarkan survei awal ke PT Kimia Farma Tbk Plant Medan yang

merupakan perusahaan bidang farmasi yang memproduksi tablet, krim dan kapsul. Di

dalam melakukan pekerjaan ini semua pekerja diharapkan mencapai standard yang

telah ditentukan, walaupun tingkat pendidikan dan pemahaman setiap karyawan

berbeda – beda. Untuk itu setiap pekerja harus mengacu pada CPOB (Cara

Pembuatan Obat yang Baik). Karena di dalam peningkatan produktifitas diharapkan

adanya kinerja yang baik dan kesesuaian antara apa yang dikerjakan dengan pedoman

yang telah ditentukan. Karena penting maka perlu diadakan pelaksanaan evaluasi

kinerja tenaga kerja. Dengan adanya evaluasi kinerja ini pihak manajemen akan

mengetahui seberapa jauh efektif, efisien yang dicapai selama bekerja sesuai dengan

Standar Operasional Prosedur yang berlaku di PT Kimia Farma.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai

hubungan penerapan Standard Operasional Prosedur (SOP) dengan kinerja pekerja

bagian produksi PT Kimia Farma Tbk Plant Medan 2014.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

yang diteliti adalah hubungan penerapan SOP (Standard Operasional Prosedur)

(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan penerapan Standard Operasional Prosedur

dengan kinerja pekerja bagian produksi PT Kimia Farma tahun 2014.

1.4 Tujuan Khusus Penelitian

a. Untuk mengetahui gambaran penerapan SOP (Standard Operasional Prosedur)

pekerja bagian produksi PT Kimia Farma Plant Medan Tahun 2014.

b. Untuk mengetahui gambaran kinerja pekerja bagian produksi PT Kimia Farma

Plant Medan Tahun 2014.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan untuk pekerja bagian produksi di dalam penerapan SOP

(Standard Operasional Prosedur) untuk peningkatan kinerja di PT Kimia Farma

2. Sebagai masukan bagi perusahaan untuk mengetahui hubungan penerapan SOP

(Standard Operasional Prosedur) dengan kinerja yang dilakukan pegawai bagian

produksi.

3. Sebagai bahan referensi untuk penulis lain yang ingin meneliti tentang hubungan

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinerja

2.1.1 Pengertian Kinerja

Landasan yang sesungguhnya dalam suatu organisasi adalah kinerja. Jika

tidak ada kinerja maka tujuan seluruh bagian organisasi tidak dapat tercapai.

Kinerja perlu dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pemimpin atau manajer.

Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan

tugas atau pekerjaan. Seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat

kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif

untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan

dikerjakan dan bagaimana mengerjakan. Kinerja merupakan perilaku nyata yang

ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh pegawai sesuai

dengan perannya dalam instansi. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat

penting dalam upaya instansi untuk mencapai tujuan (Mangkunegara, 2009).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip dan diterjemahkan

oleh Nawawi (2006) mengatakan bahwa“Kinerja adalah (a) sesuatu yang

dicapai, (b) prestasi yang diperlihatkan, (c) kemampuan kerja”. Definisi lain

mengenai kinerja menurut Nawawi (2006) adalah “Kinerja dikatakan tinggi apabila

suatu target kerja dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak

melampui batas waktu yang disediakan”. Kinerja menjadi rendah jika

diselesaikan melampui batas waktu yang disediakan atau sama sekali tidak

(23)

actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai

seseorang). Defenisi kinerja karyawan yang dikemukakan Kurisyanto (1991) adalah :

perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu

(lazimnya per jam). Selanjutnya defenisi kinerja karyawan menurut Mangkunegara

(2000) bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu disimpulkan bahwa

kinerja SDM adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun

kuantitas yang dicapai SDM persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas

kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara ,

2009).

Kinerja merupakan suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, misi, visi serta organisasi. Pada dasarnya pengertian kinerja berkaitan

dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalammenjalankan apa yang

menjadi wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Usmara,

2006).

Pengelolaan kinerja dapat dianggap sebagai sebuah kerangka kerja yang di

dalamnya terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi bagaimana proses manajemen

kinerja seharusnya dikembangkan, diperkenalkan, dan dievaluasi. Kerangka kerja

atau intisari kinerja diberikan oleh pengaturan – pengaturan bagi pencapaian

kesepakatan mengenai persyaratan dan pengharapan kinerja, persiapan rencana

(24)

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Menurut Hasibuan (2006) mengungkapkan bahwa “Kinerja merupakan

gabungan tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja,

kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran serta

tingkat motivasi pekerja”. Apabila kinerja tiap individu atau karyawan baik,

maka diharapkan kinerja perusahaan akan baik pula. Faktor penentu kinerja individu

dalam organisasi adalah faktor individu dan faktor lingkungan kerja organisasi.

a.Faktor individu

Secara psikologis individu yang normal adalah individu yang memiliki

integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisiknya. Dengan adanya integritas

yang tinggi anatara fungsi psikis dan fisik maka individu tersebut memiliki

konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama

individu manusia untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya

secara optimal dalam lam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari – hari

dalam mencapai tujuan organisasi (Mangkunegara, 2009).

Dengan kata lain tanpa adanya konsentrasi yang baik dari individu dalam

bekerja, maka mimpi pimpinan mengharapkan mereka dapat bekerja produktif dalam

mencapai tujuan organisasi. Konsentrasi individu sangat dipengaruhi oleh

kemampuan potensi, yaitu kecerdasan pikiran dan kecerdasan emosi. Pada umumnya

individu yang mampu bekerja dengan penuh konsentrasi apabila ia memiliki tingkat

intelengensia minimal normal (average, above average, superior, very superior dan

gifted) dengan tingkat kecerdasan emosi baik (tidak merasa bersalah yang berlebihan,

(25)

minder, tidak cemas, memilki pandangan dan pedoman hidup yang jelas berdasarkan

kitab sucinya) (Mangkunegara, 2009).

b.Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam

mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain

uraian jabatan yang jelas autoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola

komunikasi kerja efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis,

peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relatif memadai. Sekalipun jika faktor

lingkungan organisasi kurang menunjang maka bagi individu yang memiliki tingkat

kecerdasan pikiran memadai dengan tingkat kecerdasan emosi baik sebenarnya ia

tetap dapat berprestasi dalam bekerja. Hal ini bagi individu tersebut, lingkungan

organisasi itu dapat diubah dan bahkan dapat diciptakan oleh dirinya serta merupakan

pemacu (pemotivator) tantangan bagi dirinya dalam berprestasi (Mangkunegara,

2009).

Untuk konkritnya bagi pekerja bagian produksi PT Kimia Farma, dengan

adanya penerapan SOP maka faktor individu dan lingkungan berperan di dalam

peningkatan kinerja. Namun semua hal itu didasari terlebih dahulu melalui faktor

individu, ketika pekerja melakukan pekerjaan, tanpa melihat lingkungan tetap

mengerjakan sesuai pedoman yang berlaku, tanpa harus dipantau terus.

Budaya perusahaan jikalau disosialisasikan dengan baik dapat menentukan

kekuatan menyeluruh perusahaan, kinerja dan daya saing jangka panjang.

Menggambarkan hubungan antara komunikasi, budaya perusahaan yang berdampak

(26)

Berdasarkan diagram tersebut tampak bahwa

pembentukan kinerja yang baik dihasilkan jika terdapat komunikasi antara seluruh

karyawan sehingga membentuk internalisasi budaya perusahaan yang kuat dan

dipahami sesuai dengan nilai – nilai organisasi yang dapat menimbulkan persepsi

yang positif antara semua tingkatan karyawan untuk mendukung dan mempengaruhi

iklim kepuasan yang berdampak pada kinerja karyawan (Mangkunegara, 2010).

2.1.3 Tujuan Adanya Penilaian Kinerja.

Tujuan Evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja

organisasi melalui peningkatan kinerja SDM organisasi, dalam penilaian kinerja tidak

hanya semata – mata menilai hasil fisik tetapi pelaksanaan pekerja secara keseluruhan

yang menyangkut berbagai bidang seperti kemampuan, kerajinan, disiplin, hubungan

kerja atau hal – hal khusus sesuai dengan bidang dan tugasnya semuanya layak untuk

dinilai.

FAKTOR OBJEKTIF

Inovasi dan pengambilan

(27)

Tujuan penilaian kinerja yaitu untuk:

1. Memperoleh peningkatan kinerja yang berkelanjutan

2. Bertindak sebagai daya dongkrak untuk perubahan yang berorientasi

peningkatan kualitas

3. Meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan

4. Memungkinkan individu untuk mengembangkan kemampuan, meningkatkan

kepuasan kerja dan mencapai potensi pribadi yang bermanfaat bagi individu

dan organisasi

5. Mengembangkan hubungan yang terbuka dan konstruktif antara pekerja

dengan atasan dalam sebuah proses dialog yang berkesinambungan terkait

dengan pekerjaan.

6. Berdasarkan penilaian ini memungkinkan karyawan dan atasan mencapai

kesepakatan tentang rencana pengembangan dan metode pelaksanaanserta

mengkaji bersama.

7. Membantu perusahaan untuk mempertahankan karyawan – karyawan yang

berkualitas (Dharma, 2010).

2.1.4 Konsep Dasar Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk

meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja

digunakan untuk penilaian atas keberhasilan/kegagalan pelaksanaan

kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan

(28)

SOP sebagai alat yang dapat digunakan dalam menjalankan mekanisme kerja.

Suatu satuan kerja organisasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya SOP organisasi

dilakukan pengukuran kinerja. Karenanya, sudah merupakan suatu hal yang

mendesak untuk menciptakan system yang mampu untuk mengukur kinerja dan

keberhasilan organisasi, maka seluruh aktivitas organisasi tidak semata-mata kepada

input dari program organisasi, tetapi lebih ditekankan kepada output, proses, manfaat,

dan dampak program organisasi.

Pengukuran kinerja harus merupakan salah satu penjabaran kegiatan dalam

SOP. Pengukuran kinerja penting peranannya sebagai alat manajemen untuk:

a. Memastikan pemahaman pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk mencapai

kinerja.

b. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang disepakati.

c. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya

dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.

d. Memberi penghargaan dan hukuman yang obyektif atas kinerja pelaksana yang

telah diukur sesuai system pengukuran kinerja yang disepakati.

e. Menjadi alat komunikasi antar karyawan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki

kinerja organisasi.

f. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.

g. Membantu memahami proses kegiatan organisasi.

h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

i. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.

(29)

Sistem pengukuran kinerja membantu pimpinan dalam memantau

implementasi strategis kegiatan dengan cara membandingkan antara hasil aktual

dengan sasaran dan tujuan strategis. Sistem pengukuran kinerja biasanya terdiri dari

metode sistematis dalam penetapan sasaran dan tujuan dan pelaporan secara periodik

yang mengindikasikan realisasi atas pencapaian sasaran tujuan. Pengukuran kinerja

merupakan metode menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan

yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja tidak dimaksudkan berperan sebagai

mekanisme untuk memberikan penghargaan/hukuman, akan tetapi pengukuran

kinerja berperan sebagai alat komunikasi dan alat manajemen untuk memperbaiki

kinerja organisasi. Melalui pengukuran kinerja, focus laporan bergeser dari besarnya

jumlah sumber daya yang dialokasikan ke hasil yang dicapai dari penggunaan sumber

daya tersebut (LAN RI, 2009).

2.1.5 Sumber Kesalahan dalam Penilaian Kinerja.

Berdasarkan Rivai (2003) sumber kesalahan dari penilaian kinerja dibagi ke

dalam 4 (empat) macam kesalahan yaitu:

1. Bentuk penilaian kinerja yang dipakai.

2. Penilai (Penyelia). Dapat pula terjadi dalam bentuk penilaian kinerja ditemukan

aspek –aspek sebenarnya tidak ada sangkut pautnya dengan keberhasilan seorang

karyawan.Misalnya: ciri inisiatif, ternyata pekerjaannya dalam pelaksanaannya

(30)

3. Hal lain yang dapat timbul dalam penilaian kinerja adalah jika aspek yang dinilai

tidak jelas batasannya (definisinya) . Kesalahan – kesalahan yang ditimbulkan

karena penilaian dapat dibedakan menjadi:

a. Kesalahan hallo (hallo error); penilaian dalam asfek – asfek yang terdapat dalam formulir (barang) penilaian kinerja dipengaruhi oleh suatu asfek yang

dianggap menonjol dan yang telah dinilai oleh penilai.

b. Kesalahan konstan (costan error); kesalahan yang dilakukan oleh penilai secara konstan setiap kali menilai orang lain. Ada tiga macam kesalahan konstan.

1. Adanya kecenderungan untuk memberikan nilai yang terkumpul sekitar nilai

tengah.

2. Kecenderungan untuk memberikan nilai terlalu tinggi.

3. Kecenderungan memberikan

nilai terlalu rendah.

c. Berbagai prasangka, misalnya prasangka terhadap karyawan yang masa kerjanya telah lama, prasangka kesukuan, prasangka agama, jenis kelamin,

pendidikan, dan sebagainya.

2.1.6 Faktor Penghambat Kinerja

Selain pada sumber kesalahan dalam penilaian kinerja terdapat pula faktor

yang didefinisikan Rivai (2003) sebagai faktor yang dapat menghambat kinerja,

(31)

a. Kendala hukum/ legal

Penilaian kinerja harus bebas dari diskriminasi tidak sah atau tidak legal.

Apapun format penilaian kinerja yangdigunakan oleh departemen SDM harus sah dan

dapat dipercaya. Jika hal tersebut tidak dipenuhi, keputudan penempatan mungkin

ditentang melanggar hukum ketenagakerjaan atau hukum lainnya. Keputusan tidak

tepat mungkin dapat terjadi kasus pemecatan yang diakibatkan kepada kelalaian.

b. Bias oleh penilai (penyelia)

Setiap masalah yang didasarkan kepada ukuran subyektif adalah peluang terjadinya

bias. Bentuk –bentuk bias yang umumnya terjadi adalah:

a. Hallo effect terjadi ketika pendapat pribadi penilai mempengaruhi pengurukan

kinerja baik dalam arti positif dan kinerja jelek dalam arti negatif.

b. Kesalahan yang cenderung terpusat. Beberapa penilai tidak suka

menempatkan karyawan ke dalam posisi ekstrim dalam arti ada karyawan

yang dinilai sangat positif dan dinilai sangat negatif.

c. Bias terlalu lunak dan terlalu keras. Bias terlalu lunak terjadi ketika penilai

cenderung begitu mudah dlam mengevaluasi kinerja karyawan.

c. Mengurangi bias penilaian

Bias penilaian dapat dikurangi melalu standar penilaian dinyatakan secara jelas,

(32)

2.1.7 Standard Kinerja Karyawan

Menurut Timpe (1999), menyatakan bahwa standar kerja merupakan:Standar

kerja dianggap memuaskan bila pernyataannya menunjukkan beberapa bidang

pokok tanggung jawab karyawan, memuat bagaimana suatu kegiatan kerja akan

dilakukan, dan mengarahkan perhatian kepada mekanisme kuantitif bagaimana

hasil-hasil kinerja diukur. Menurut Wirawan (2009) “Standar kinerja adalah

target, sasaran, tujuan upaya kerja karyawan dalam kurun waktu tertentu. Dalam

melaksanakan pekerjaannya, karyawan harus mengarahkan semua tenaga, pikiran,

ketrampilan, pengetahuan, dan waktu kerjanya untuk mencapai apa yang ditentukan

oleh standar kinerja”. Menurut Notoatmodjo (2003) “Untuk mencapai tujuan

kinerja karyawan maka dapat dinilai dari tiga hal, meliputi: penilaian harus

mempunyai hubungan dengan pekerjaan, adanya standar pelaksanaan kerja,

praktis (mudah dipahami atau dimengerti karyawan atau penilai”(Mangkunegara,

2009).

Seringkali diasumsikan bahwa standard kinerja kualitatif sulit untuk

ditentukan. Tetapi semua perusahaan membuat penilaian tentang standar kinerja yang

mereka harapkan dan mereka dapatkan dari staf mereka. Suatu ketentuan standard

kinerja hendaknya berbentuk suatu pernyataan bahwa kinerja akan memenuhi

standard apabila suatu hasil yang diinginkan, tertentu dan dapat diamati telah terjadi.

(33)

1. Pencapaian dari norma operasional yang telah ditentukan bagi bidang – bidang

seperti prosedur administratif, praktik – praktik perburuhan yang baik, kepuasan

konsumen atau klien dan citra di masyarakat.

2. Pencapaian standar service delivery (penyampaian pelayanan) yang telah

ditetapkan.

3. Proporsi dari dipakainya suatu layanan atau fasilitas

4. Perubahan dalam perilaku karyawan, konsumen, klien atau orang – orang penting

lainnya dalam organisasi.

5. Reaksi dari klien, konsumen (internal maupn eksternal) dari pihak luar terhadap

layanan yang diberikan.

6. Kecepatan aktifitas dan tanggapan terhadap permintaan.

7. Di bawah ini ada beberapa contoh dari standar kinerja kualitatif :

8. Kinerja akan dianggap memenuhi standar apabila para penelepon ditangani

dengan ramah tamah setiap waktunya meskipun pada saat mereka dirasakan

menyusahklan atau tidak sopan

9. Kinerja akan dianggap memenuhi standar apabila hubungan yang kooperatif dan

produkrif dapat dijaga diantara sesama anggota lain

10.Kinerja akan dianggap memenuhi standar apabila terdapat bukti tentang adanya

dorongan yang terus menerus untuk meningkatkan standar kualitas

11.Kinerja akan dianggap memenuhi standar apabila dapat didemonstrasikan bahwa

kebijakan dan program untuk peningkatan yang berkesinambungan telah

(34)

2.1.8 Unsur – Unsur Kinerja a. Masukan (Input)

Masukan (inputs) adalah seluruh sumber daya organisasi ang dibutuhkan agar

pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan

output. Sumber daya organisasi mencakup sumber daya manusia, dana, material,

waktu, teknologi, dan sebagainya.

b. Manfaat (Benefit)

Manfaat (benefit) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang dirasakan

langsung oleh masyarakat. Berupa tersedianya fasilitas yang dapat diakses oleh

publik.

c. Keluaran (Output)

Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan/atau

non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program

berdasarkan masukan yang digunakan”.

d. Hasil (Outcomes)

Hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya

keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes merupakan ukuran seberapa

jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat

(35)

Dampak (Impact) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi,

lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap

indikator dalam suatu kegiatan”(LAN RI, 2009).

2.2 Standard Operasional Prosedur (SOP) 2.2.1 Pengertian SOP

Standard Operating Procedure (SOP) adalah sebuah panduan yang

dikemukakan secara jelas tentang apa yang diharapkan dan diisyaratkan dari semua

karyawan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari serta menggambarkan kinerja yang

diharapkan terhadap karyawan agar dapat mencapai tujuan organisasi. Artinya

karyawan membutuhkan persyaratan kinerja spesifik (Usmara, 2006).

SOP (Standard Operating procedure) atau dalam istilah Indonesia kita kenal

sebagai Prosedur Operasional Baku atau prosedur tetap adalah prosedur tertulis yang

harus diikuti oleh semua pegawai dalam pelaksanaan kegiatan organisasi secara rutin

sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya dan mengacu pada kegiatan

tersebut. SOP menjelaskan secara detail langkah-langkah operasi yang harus dilalui

dalam menyelesaikan suatu kegiatan (LAN RI, 2009).

Pada dasarnya SOP berlaku umum, artinya kegiatan yang sama dapat

diberlakukan di bidang manapun seperti kegiatan yang menyangkut pengelolaan

kepegawaian, pengadaan barang perlengkapan, pengelolaan persuratan, dan

pengelolaan keuangan. Namun demikian, spesifikasi setiap kegiatan seringkali hanya

dapat diberlakukan pada bidang tertentu. Di bidang pendidikan, kegiatan yang

(36)

pemberian materi pelajaran, dan evaluasi hasil belajar adalah contoh kegiatan yang

secara spesifik hanya berlaku secara khusus (LAN RI, 2009).

Dalam konteks organisasi dengan berbagai bidang dan sektor khususnya di

Indonesia, SOP disusun dalam sebuah organisasi untuk meningkatkan performansi

proses secara terus menerus sehingga mampu meningkatkan efisiensi waktu dan

biaya dan efektivitas hasil/produk dengan tetap menjaga kualitas. Karena proses

adalah sebuah integrasi sekuensial dari orang, material, metode, dan mesin atau

peralatan dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah output. Suatu

proses mengkonversi input terukur ke dalam output terukur melalui sejumlah langkah

sekuensial yang terorganisasi (LAN RI, 2009).

2.2.2 Tujuan SOP

SOP merupakan sebuah dokumen tertulis yang berisi langkah-langkah

pelaksanaan yang harus dilakukan dalam rangka penyelesaian pekerjaan berdasarkan

tugas dan fungsinya, maka secara lebih rinci lagi penyusunan SOP mempunyai tujuan

sebagai berikut.

1. Meningkatkan pelaksanaan tugas dan fungsi berjalan sesuai dengan tujuan

organisasi (visi dan misi).

2. Meningkatkan penerapan prosedur kerja lebih sistematik dan teratur sesuai

(37)

3. Meningkatkan target produk/hasil dan waktu yang dibutuhkan setiap langkah

pelaksanaan dapat tersusun dan terukur;

4. Meningkatkan kejelasan tanggung jawab terhadap setiap langkah pelaksanaan.

5. Meningkatkan pelaksanaan standardisasi semua prosedur yang berlaku di

organisasi.

6. Meningkatkan akuntabilitas publik dan citra organisasi yang lebih baik ditinjau

dari pihak pelanggan (LAN RI, 2009).

Dalam permenpan PER/21/M-PAN/11/2008 disebutkan bahwa penyusunan

SOP harus memenuhi prinsip-prinsip antara lain: kemudahan dan kejelasan, efisiensi

dan efektivitas, keselarasan, keterukuran, dimanis, berorientasi pada pengguna,

kepatuhan hukum, dan kepastian hukum. Demikian juga disebutkan bahwa

pelaksanaan SOP harus memenuhi prinsip-prinsip antara lain:

a. Konsisten. SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, oleh

siapapun, dan dalam kondisi apapun oleh seluruh jajaran organisasi pemerintahan.

b. Komitmen. SOP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh jajaran

organisasi, dari level yang paling rendah dan tertinggi.

c. Perbaikan berkelanjutan. Pelaksanaan SOP harus terbuka terhadap

penyempurnaan-penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benarbenar

efisien dan efektif.

d. Mengikat. SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan prosedur standar yang telah ditetapkan.

e. Seluruh unsur memiliki peran penting. Seluruh pegawai peran-peran tertentu

(38)

melaksanakan perannya dengan baik, maka akan mengganggu keseluruhan

proses, yang akhirnya juga berdampak pada proses penyelenggaraan

pemerintahan.

f. Terdokumentasl dengan baik. Seluruh prosedur yang telah distandarkan harus

didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat selalu dijadikan referensi bagi

setiap mereka yang memerlukan.

2.2.3 Manfaat Standard Operating Procedure

Standard Operating Procedure (SOP) dibuat dengan maksud dan tujuan

tertentu, sehingga memberikan manfaat bagi pihak yang bersangkutan.

Berikut beberapa manfaat dari SOP :

a. Menjelaskan secara detail semua kegiatan dari proses yang dijalankan.

b. Standarisasi semua aktifitas yang dilakukan pihak yang bersangkutan.

c. Membantu untuk menyederhanakan semua syarat yang diperlukan dalam proses

pengambilan keputusan.

d. Dapat mengurangi waktu pelatihan karena kerangka kerja sudah distandarkan.

e. Membantu menganalisa proses yang berlangsung dan memberikan feedback bagi

pengembangan SOP.

f. Dapat meningkatkan konsistensi pekerjaan karena sudah ada arah yang jelas.

g. Dapat meningkatkan komunikasi antar pihak-pihak yang terkait, terutama pekerja

(39)

Begitu juga halnya manfaat SOP dalam lingkup penyelenggaraan administrasi

pemerintahan sesuai Permenpan No.PER/21/M-PAN/11/2008 meliputi antara lain:

1. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan

pekerjaan yang menjadi tugasnya.

2. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan oleh

seorang pegawai dalam melaksanakan tugas.

3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggungjawab

individual pegawai dan organisasi secara keseluruhan.

4. Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi

manajemen, sehlngga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan

proses sehari-hari.

5. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas.

6. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai cara konkrit

untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang telah

dilakukan.

7. Memastikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung

dalam berbagai situasi.

8. Menjamin konsistensi pelayanan kepada masyarakat, baik dari sisi mutu, waktu

dan prosedur.

9. Memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus dikuasai oleh

(40)

10.Memberikan informasi bagi upaya peningkatan kompetensi pegawai.

11.Memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikul oleh seorang pegawai

dalam melaksanakan tugasnya.

12.Sebagai instrumen yang dapat melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan

hukum karena tuduhan melakukan penyimpangan.

13.Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas.

14.Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam

memberikan pelayanan.

15.Membantu memberikan informasi yang diperlukan dalam penyusunan standar

pelayanan, sehingga sekaligus dapat memberikan informasi bagi kinerja

pelayanan (LAN RI, 2009).

2.2.4 SOP dan Hasil yang Diharapkan

Sebuah SOP yang ditulis minimal mempunyai tujuan mewujudkan hasil atau

harapan (expectations) yang diinginkan, sebagai berikut.

1. Mekanisme kerja yang lebih baik, karena di dalam SOP telah termuat

langkah-langkah kerja yang teratur dan sistematik dari semua kegiatan yang ada pada

setiap tugas yang harus dilakukan oleh anggota organisasi sesuai dengan tugas

dan fungsinya yang merupakan mekanisme yang telah dianalisis berdasarkan hasil

kerja yang biasa dilakukan pada organisasi tersebut.

2. Hasil kerja yang lebih efektif dan efesiensi penggunaan sumber daya, karena

mekanisme kerja yang sistematik akan mempermudah pencapaian tujuan/ atau

(41)

Selanjutnya, dapat lebih efisien dalam penggunaan dana, sumber daya manusia,

dan waktu sebagai prinsip umum dari sebuah organisasi dalam rangka pencapaian

tujuan.

Di PT. Kimia Farma SOP yang dipakai adalah CPOB (Cara pembuatan obat

yang benar) yang merupakan suatu konsep dalam industri farmasi mengenai prosedur

atau langkah-langkah yang dilakukan dalam suatu industri farmasi untuk menjamin

mutu obat jadi, yang diproduksi dengan menerapkan “Good Manufacturing

Practices” dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi sehingga obat yang

dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan sesuai dengan

tujuan penggunaannya.

CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB

mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu (BPOM, 2006).

Ada 4 landasan umum dalam CPOB 2006 yaitu :

1. Pada pembuatan obat pengawasan secara menyeluruh adalah sangat essensial

untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi.

Pembuatan obat secara sembarangan tidak dibenarkan bagi obat yang akan

digunakan sebagai penyelamat jiwa atau memulihkan atau memelihara kesehatan.

2. Tidaklah cukup apabila obat jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian,

tetapi yang menjadi sangat penting adalah mutu harus dibentuk ke dalam produk.

Mutu obat tergantung pada bahan awal, proses pembuatan dan pengawasan mutu,

bangunan, peralatan yang dipakai dan personalia yang terlibat dalam pembuatan

(42)

3. Untuk menjamin mutu suatu obat jadi tidak boleh hanya mengandalkan pada

pengujian tertentu saja. Semua obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang

dikendalikan dan dipantau dengan cermat.

4. CPOB merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar sifat dan

mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan yang dikehendaki.

Ruang lingkup CPOB edisi 2006 meliputi Manajemen Mutu, Personalia,

Bangunan dan Fasilitas, Peralatan, Sanitasi dan Hygiene, Produksi, Pengawasan

Mutu, Inspeksi Diri dan Audit Mutu, Penanganan Keluhan terhadap Produk,

Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian, Dokumentasi, Pembuatan dan

Analisis Berdasarkan Kontrak, serta Kualifikasi dan Validasi.

2.3 Kerangka Konsep

2.4 Hipotesa Penelitian

Ho : Tidak ada hubungan penerapan Standard Operasional Prosedur (SOP) dengan

kinerja pekerja bagian produksi PT Kimia Farma Plant Medan Tahun 2014.

Ha : Ada hubungan penerapan Standard Operasional Prosedur (SOP) dengan

kinerja pekerja bagian produksi PT Kimia Farma Plant Medan Tahun 2014. Standard Operasional

Prosedur bagian produksi (X)

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan cross sectional yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan penerapan Standard Operational Prosedur

dengan kinerja pekerja bagian produksi PT.Kimia Farma Tbk Plant Medan tahun

2014.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Penelitian dilakukan di PT Kimia Farma Tbk Plant Medan dengan alasan:

1. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang telah

melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Perusahaan ini tergolong perusahaan yang telah memiliki

standard di dalam melakukan pekerjaan khususnya bagian produksi

3.2.2 Waktu Penelitian

Adapun penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari - April 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja pada bagian produksi di PT Kimia

(44)

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi yang berjumlah 23 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara kepada pekerja

bagian produksi PT Kimia Farma Tbk Plant Medan dengan menggunakan kuesioner

yang berisi daftar pertanyaan dan pilihan jawaban tentang penerapan Standard

Operasional Prosedur dengan kinerja karyawan bagian produksi dilakukan oleh

peneliti.

3.4.2 Data Sekunder

Menurut Effendy (1995) Data Sekunder adalah data yang diperoleh dalam

bentuk yang sudah jadi, dikumpulkan, dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah

dalam bentuk publikasi. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari PT Kimia

Farma Tbk Plant yaitu terdiri dari data gambaran umum perusahaan dan data pekerja

bagian produksi pada bagian personalia. Teknis penilaian untuk kuesioner kinerja

dilakukan oleh manajer produksi.

3.5 Definisi Operasional

1. Penerapan Standard Operasional Prosedur adalah tindakan,

aplikasi dari pedoman, langkah yang dipakai pekerja ketika mengerjakan

(45)

2. Kinerja Karyawan adalah hasil kerja seorang karyawan

selama periode tertentu yang dinilai dengan serangkaian tolak ukur yang

berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta kriteria yang ditetapkan oleh PT

Kimia Farma.

3.6 Aspek Pengukuran

3.6.1 Pengukuran Kinerja

Pengukuran variabel penilaian kinerja yang telah ditetapkan didasarkan dari

10 pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan skala ordinal , setiap jawaban

diberi skor dengan ketentuan

1. Skor 5 (lima) : diberikan untuk jawaban “Sangat Baik”

2. Skor 4 (empat) :

diberikan untuk jawaban “Baik”

3. Skor 3 (tiga) :

diberikan untuk jawaban “Cukup”

4. Skor 2 (dua) :

diberikan untuk jawaban “Kurang”

5. Skor 1 (satu) :

diberikan untuk jawaban “Sangat Kurang”

Semakin tinggi skor makan semakin tinggi hasil kinerja seorang pekerja bagian

produksi. Berdasarkan skor yang diperoleh diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu :

1. Kurang Baik,jika ” 50% dari total skor

(46)

3.6.2 Pengukuran SOP

SOP sering juga disebut sebagai manual SOP yang digunakan sebagai pedoman

untuk mengarahkan dan mengevaluasi suatu pekerjaan (Aries,2007).Pelaksanaan SOP

yang baik akan menunjukkan konsistensi hasil kinerja, hasil produk dan proses

pelayanan yang kesemuanya mengacu pada kemudahan karyawan dan kepuasan

pelanggan(Aries, 2007). Sedangkan menurut Darmono ,SOP menjadi penting karena

dapat membantu dalam memberikan peyanan secara baik,konsisten,efektif dan

efisien.Adapun tujuan umumdari SOP adalah agar berbagai proses kerja rutin

terlaksana dengan efisien, efektif, konsisten/uniform dan aman, dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan melaluipemenuhan standar yang berlaku. Sedangkan

menurut Nico (2001), tujuan umum SOP adalah agar berbagai proses kerja rutin

terlaksana dengan efisien, efektif,konsisten/uniform dan aman.

Pengukuran variabel standard operational procedure didasarkan dari 29 pertanyaan

yang diajukan dengan alternatif jawaban “ya” diberi skor 1 dan “tidak” diberi skor 0,

kemudian variabel standard operating procedure dikategorikan menjadi :

1. Diterapkan dengan baik , jika responden memperoleh skor > 50 %

2. Tidak diterapkan dengan baik , jika responden memperoleh skor ” 50 %

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini mencakup :

1. Analisis Univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara

(47)

2. Analisis Bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat

hubungan variabel independen (SOP) dengan dependen (kinerja pekerja)

menggunakan Uji Chi-Square ( p < 0,05) dikarenakan variabel dependen data

kategorik dan variabel independen data kategorik (Budiarto, 2002).

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus 1971. Adapun

sejarah P.T. Kimia Farma (Persero ) Tbk adalah sebagai berikut.

I.PERIODE I (1957 – 1959)

Nasionalisasi perusahaan Farmasi milik bangsa Belanda yang ada di Indonesia yang

terdiri dari :

1) NV. Rathkamp di Jakarta

2) NV. Bavosta di Jakarta

3) NV Bandoengsche kinine Fabriek di bandung

4) NV Onderneming Jodium Watudakon di Mojokerto

5) CV. Apotik Malang

6) Drogistery Van Bellem

7) NV. Saridele di Jogyakarta

(48)

Perusahaan Farmasi milik Belanda yang telah dinasionalisasikan sebelumnya

dibentuk menjadi Perusahaan Negara Farmasi (PNF) dibawah Koordinasi Badan

Pimpinan Umum ( BPU ) Farmasi Negara menjadi :

1) PNF Radja Farma

2) PNF Nurani Farma

3) PNF Nakula Farma

4) PNF Bhinneka Kina Farma

5) PN Sari Husada

III.PERIODE III (1969 – 1970)

Melebur Perusahaan Negara Farmasi (PNF) milik Negara menjadi :

1) Perusahaan Negara Farmasi dan Alkes Bhinneka Kimia Farma.

2) PNF Kasa Husada di Surabaya menjadi Perusahaan Umum dan Perusahaan

Daerah

3) PN. Sari Husada di Yogyakarta akhirnya berdiri sendiri sebagai anak

perusahaan.

IV.PERIODE IV (1971 – Juni 2001)

Berdasarkan PP No. 16 Tahun 1971 yang berlaku 19 Maret 1971 PNF dan Alkes

Bhinneka Kimia Farma berganti nama menjadi PT Kimia Farma (Persero) yang

dikukuhkan pada 16 Agustus 1971.

V.PERIODE V

(49)

PT. Kimia Farma (Persero) pada 28 Juni 2001 Go Publik menjadi P.T. KF

(Persero) Tbk dan kemudian membentuk anak perusahan :

1) P.T. APOTEK Kimia Farma

2) P.T. Trading and Distribution (PBF)

4.1.2 Letak dan Lokasi Perusahaan

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.Plant Medan terletak di Jalan Raya

Medan Tanjung Morawa Km 9 No. 59, Kotamadya Medan, Propinsi Sumatera

Utara, Indonesia. Perusahaan ini berdiri di atas lahan dengan luas 20.269 m2

yang terdiri dari :

a. Ruang perkantoran.

b. Ruang laboratorium Pemastian Mutu & PPPI.

c. Ruang produksi.

d. Ruang produksi / salep.

e. Ruang penimbangan sentral.

f. Gudang bahan baku.

g. Gudang bahan kemas.

h. Gudang etiket.

i. Gudang obat jadi.

j. Bangunan penunjang seperti tempat pencucian, dapur, mushola, dan tempat

(50)

Prasarana transportasi yang tersedia di lokasi ini dapat dikatakan sangat

baik, yakni dengan adanya fasilitas jalan tol yang terletak cukup dekat dengan

lokasi pabrik (kurang dari 1 km) dan dengan tersedianya angkutan umum yang

cukup banyak bagi karyawan. Kebutuhan listrik pabrik disuplai oleh PLN,

kebutuhan air disuplai oleh PDAM Tirtanadi, dan layanan jaringan telekomunikasi

dari Telkom.

4.1.3 VISI DAN MISI PERUSAHAAN Visi

Komitmen pada peningkatan kualitas kehidupan, kesehatan dan lingkungan.

Misi

1. Mengembangkan industri kimia dan farmasi dengan melakukan penelitian dan

pengembangan produk yang inovatif.

2. Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu yang berbasis jaringan

distribusi dan jaringan apotek.

3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengembangkan sistem

informasi perusahaan.

4.1.4 Industri Farmasi

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.

245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian

Izin Usaha Industri Farmasi. Industri Farmasi adalah Industri Obat Jadi dan Industri

Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu sediaan atau paduan bahan-bahan yang

(51)

patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,

peningkatan kesehatan dan kontrasepsi. Sedangkan yang dimaksud dengan bahan

baku obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat yang

digunakan dalam pengolahan obat dengan standar mutu sebagai bahan farmasi. Ada

lima fasilitas produksi yang tersebar di Indonesia yang merupakan tulang punggung

dari industri yaitu: Plant Jakarta, Plant Bandung, Plant Watudakon, Plant Semarang

dan Plant Medan.

Plant Jakarta memproduksi sediaan tablet, tablet salut, kapsul, sirup kering,

suspensi/sirup, tetes mata, krim, antibiotika dan injeksi. Unit ini merupakan

satu-satunya pabrik obat di Indonesia yang mendapat tugas dari pemerintah untuk

memproduksi obat golongan narkotika. Industri formulasi ini telah memperoleh

sertifikat, yaitu: Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan ISO-9001.

Plant Bandung memproduksi bahan baku kina dan turunan-turunannya,

rifampisin, obat asli indonesia dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Unit

produksi ini telah mendapat US-FDA Approval. Selain itu, Plant Bandung juga

memproduksi tablet, sirup, serbuk, dan produk kontrasepsi Pil Keluarga Berencana.

Unit produksi ini telah menerima sertifikat CPOB dan ISO-9002.

Plant Semarang mengkhususkan diri pada minyak jarak, minyak nabati

(bedak). Untuk menjamin kualitas produksi, unit ini secara konsisten menerapkan

sistem manajemen mutu ISO-9001 serta telah memperoleh sertifikat CPOB dan

US-FDA Approval.

Plant Watudakon di Jawa Timur merupakan satu-satunya pabrik yang

(52)

Gambar

Tabel 4.2. Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur pada Pekerja Bagian Produksi PT
Tabel 4.3. Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin pada Pekerja Bagian Produksi PT
Tabel 4.4. Distribusi Responden berdasarkan Kelompok pendidikan terakhir pada Pekerja Bagian Produksi PT
Tabel 4.5. Distribusi Responden berdasarkan Penerapan SOP  pada Pekerja Bagian Produksi PT
+2

Referensi

Dokumen terkait

PT Kalbe Farma Tbk dan PT Kimia Farma Tbk menerapkan strategi komunikasi yang sama, namun perolehan laba yang dihasilkan oleh kedua perusahaan sangat berbeda perlu adanya

Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Watudakon Jombang. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada instalasi pengolahan air limbah PT. Kimia Farma Plant Watudakon Jombang

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN STANDARD KOMPETENSI JABATAN BAGI PENELITI YANG BERKINERJA SUPERIOR (STUDI DI UNIT R&amp;D PT KIMIA FARMA (PERSERO)

mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Perencanaan Keuangan Sebagai dasar Penetapan Kebutuhan Dana Pada PT Kimia Farma, Tbk Periode 2010 - 2014”.. Sholawat

Tugas Akhir dengan judul Analisis Komparasi Kinerja Keuangan PT Kalbe Farma Tbk Dan PT Kimia Farma Tbk Periode 2011-2015 telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk

Perhitungan Rasio Keuangan pada PT Kimia Farma (Persero)

Pada tahap evaluasi pemenuhan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya terkait K3 di PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Jakarta terdapat 28 peraturan perundang-undangan

17 Prosedur Operasional Dan Produktivitas Produksi Batching Plant Secara Keseluruhan Pt Pionirbeton Industri Plant Pulogadung M MISBAKHUS SHOBIRIN, Teguh Sudibyo, ST., MT.,Ph.D