• Tidak ada hasil yang ditemukan

∑ [Standardize Loading] + ∑εj

3.4.5. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk / faktor laten yang umum. Dengan kata lain bagaimana hal-hal yang spesifik saling membantu dengan menjelaskan sebuah fenomena yang umum. Coomposite Realibility diperoleh melalui rumus berikut (Ferdinand, 2002 : 62) :

( Std. loading)2 Construct Realibility =

Keterangan :

1. Standard loading diperoleh dari standardized loading untuk tiap-tiap indikator yang didapat dari hasil perhitungan komputer.

2. ∑εj adalah measurement error dari setiap indikator. Measurement error dapat diperoleh dari 1 – realibilitas indikator.

Tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah ≥ 0.7, walaupun angka itu bukanlah sebuah ukuran yang “mati”. Artinya bila penelitian yang dilakukan bersifat eksploratori maka nilai dibawah 0.7 pun masih dapat diterima sepanjang disertai dengan alasan-alasan yang empirik yang terlibat dalam proses eksplorasi.

3.4.6. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical Ratio) atau p (probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.

3.4.7. Pengujian Model dengan Two-Step Approach

Two-Step Approach digunakan untuk mengatasi masalah sampel data yang relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir instrumentasi yang digunakan [Hartline,1966], dan karena keakuratan reliabilitas indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two-step approach ini. Two-step approach bertujuan untuk menghindari interaksi antara model pengukuran dan model struktural pada One Step Approach [Hair, et.al.,1998].

Yang dilakukan dalam two-step approach to SEM adalah : estimasi terhadap measurement model dan estimasi terhadap structural model [Anderson dan Gerbing, 1998]. Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan two-step approach adalah sebagai berikut :

a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah indikator summed-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang berbeda setiap indikator tersebut distandarisasi [Z-scores] dengan mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut [Hair, et.al, 1998].

b. Menetapkan error [ε] dan lambda [λ] terms, error terms dapat dihitung dengan rumus 0,95 kali σ [Anderson dan Gerbing, 1998]. Perhitungan construct reliability [α] telah dijelaskan pada bagian sebelumnya dan deviasi standar [σ] dapat dihitung dengan bantuan program aplikasi statistik SPSS. Setelah error [ε] dan lambda [λ] terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis model pengukuran SEM.

3.4.8. Evaluasi Model

Didalam SEM peneliti dapat melakukan 3 kegiatan secara serempak, yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen, pengujian model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis jalur), dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk perkiraan (setara

dengan model struktural). Tahap yang ditempuh dalam pengolahan data dengan analisis ini adalah :

1. Mengembangkan path diagram.

Pada path diagram ditunjukkan hubugan kausal antar variabel yaitu antara variabel endogen dan eksogen. Hubungan antara variabel ini dinayatkan dengan anak panah. Anak panah lurus dengan satu ujung menunjukkan hubungan kausal yang langsung antara satu variabel lainnya. Sedangkan garis lengkung dengan dua ujung menunjukkan korelasi antar variabel. 2. Evaluasi atas asumsi SEM

Evaluasi asumsi ditujukan untuk mengetahui kecukupan dipenuhinya asumsi-asumsi yang ada dalam pemodelan SEM. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi normalitas data, evaluasi atas univariate outliers dan evaluasi atas multicolonieritas dan singularity.

3. Evaluasi kriteria Goodness-of-fit model penelitian

Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian (fit) dan model yang dikembangkan terhadap data penelitian. Ini penting dilakukan karena SEM tidak digunakan untuk menciptakan suatu model tapi lebih kepada mengkonfirmasi model. Artinya tanpa landasan teoritis yang kuat atas hubungan variabel yang dimodelkan maka analisis SEM ini tidak dapat digunakan. Ukuran Goodness of fit yang digunakan serta nilai cut-off-nya dapat dilihat pada tabel dibawah : (Ferdinand, 2002)

Goodness-of-fit index Cut-off-value

X2 – Chi Square Diharapkan kecil

Derajat bebas (DF) Positif

Signifikansi Probabilitas ≥ 0,10 GFI ≥ 0,90 AGFI ≥ 0,90 TLI ≥ 0,95 CFI ≥ 0,95 4. Intrepretasi hasil

Pada tahap ini hasil atau ouput pengujian dievaluasi untuk menentukan penerimaan atau penolakan terhadap kesesuain model dan hipotesis yang diajukan.

3.4.9. Evaluasi Goodgness of Fit 1. X2- Chi Square Statistic

Alat uji yang paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likehood ratio chi-square statistic. Chi-square ini bersifat sangat sensitive terhadap besarnya sample yang digunakan karena itu bila jumlah sample adalah cukup besar yaitu lebih dari 200 sampel maka statistic chi-square ini harus didampingi oleh alat uji kainnya. Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai X2 semakin baik model itu. Dalam pengujian ini nilai X2 yang rendah yang mengahasilkan sebuah tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05 akan mengindikasikan tak adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diestimasi.

Adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasikan chi-square statistic dalam sample yang besar Nilai RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0.08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan Indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close-fit dari model ini berdasarkan degree of freedom.

3. GFI – Goodness of Fit Index

Indeks kesesuaian (fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sample yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi yang terestimasikan.

GFI adalah sebuah ukuran non-statistical yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit 0. nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.

4. AGFI Adjusted Goodness of fit indeks

Adalah analog dari R2 dalam regresi bergnda. Fit index ini dapat didjust terhadap degree of freedom yang tersedia untuk menguji diterima tidaknya model.Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bial AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0.90. perlu diketahui bahwa baik GFI maupun AGFI adalah criteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varias dalam sebuah matriks kovarians sampel.

5. CMIN / DF

The minimun sample discrepancy function (CMN) dibagi dengan degree of freedom-nya akan menghasilkan indeks CMIN/DF, yang umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu indicator untuk mengukur tingkat fit-nya sebuah model.

6. TLI – Tucker Lewis Index

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan ≥ 0,95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very good fit.

7. CFI : Comparative fit index

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1 mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi a very good fit. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,95.

4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian

Empat dasawarsa lalu, tepatnya 8 Juni 1967, PT Konimex Pharmaceutical Laboratories didirikan. Bidang usaha kami waktu itu adalah perdagangan obat-obatan, bahan kimia, alat laboratorium dan alat kedokteran. Hal ini tidak terjadi dengan serta-merta. Karena sesungguhnya usaha ”jual obat” telah kami rintis sejak tahun 1949.

Tahun 1971, berkat dukungan fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Konimex mulai memproduksi obat-obatan sendiri. Perkembangan usaha ini sangat menggembirakan, seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia. Memasuki usia kesepuluh, skala usaha kami yang semakin besar menuntut sistem pengelolaan yang lebih profesional.

Bekerja sama dengan para konsultan, tahun 1977 kami mulai melakukan pembenahan struktur dan sistem manajemen, melaksanakan program pelatihan, serta merekrut tenaga profesional.

Tahun 1979, kami membangun pabrik baru di Sanggrahan, sekitar lima kilometer barat daya Surakarta. Setahun kemudian, 1980, di kompleks baru ini kami mendirikan pabrik kembang gula Nimm’s. Ini merupakan awal diversifikasi Konimex ke industri makanan. Mengikuti peraturan pemerintah yang mengharuskan pemisahan antara produsen obat dengan distributornya, pada tahun 1980 kami mendirikan PT Sinar Intermark.

Kemudian, untuk memperluas jangkauan distribusi dan sejalan dengan semakin banyaknya produk yang dipasarkan, tahun 1986, kami mendirikan perusahaan distributor yang kedua, PT Marga Nusantara Jaya. Satu dasawarsa kemudian, tahun 1994, kami mendirikan pabrik biskuit Sobisco. Dan saat ini, untuk mengantisipasi kecenderungan masyarakat kembali ke alam, kami mulai mengembangkan produk-produk yang berbasiskan bahan-bahan alami.

Semua perkembangan yang sangat membesarkan hati ini tak lepas dari kerja keras, mau terus belajar dan selalu berpikir untuk maju. Nilai-nilai ini akan terus kami jaga, dalam melanjutkan perjalanan panjang menuju ”Hidup Bahagia.”

Pembangunan di berbagai sektor yang dilaksanakan pemerintah sejak tahun tujuh puluhan telah meningkatkan kesejahteraan. Meningkatnya kesejahteraan, menuntut peningkatan kualitas hidup. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi Konimex. Sehingga, di samping memperkuat industri farmasi, Konimex juga mulai memperluas usaha ke beberapa bidang lain yang masih dekat dengan usaha inti.

Farmasi

Divisi farmasi yang menjadi tulang punggung kelompok usaha Konimex, saat ini telah memiliki lebih dari 121 merek produk. Hal ini sejalan dengan strategi pemasaran kami, yaitu membangun citra merek yang kuat, sejalan dengan visi korporat. Kalau pada mulanya hanya memproduksi obat-obat bebas (OTC), kini kami juga mengembangkan obat-obat dengan resep

dokter (Ethical) serta produk nonkuratif, antara lain vitamin. Dari sediaan semula hanya tablet, kini kami memiliki berbagai variasi sediaan, seperti sirup, salep, krim, kapsul serta tablet effervescent.

Dalam hal pengembangan kemasan, Konimex memelopori kemasan catch cover isi 4 yang praktis, disusul kemasan blister modern isi 4. Saat ini, Konimex juga merupakan perusahaan farmasi pertama di Indonesia yang memproduksi obat tetes mata kemasan sekali pakai dengan teknologi sterile closed system. Beberapa merek produk farmasi Konimex yang populer di masyarakat, antara lain Konidin, Neo Napacin, Inza, Inzana, Paramex, Termorex, Anakonidin, Feminax, Fungiderm, Siladex, Jesscool, Protecal, dan Braito.

Produk Alami

Semakin tingginya biaya kesehatan serta timbulnya kesadaran bahwa tidak semua penyakit dapat disembuhkan dengan pengobatan moderen, menumbuhkan kecenderungan di masyarakat untuk mencari pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif antara lain dengan memanfaatkan dan melestarikan apa yang telah disediakan oleh alam – going to nature.

Kecenderungan masyarakat tersebut mendorong kami untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk kesehatan yang berbasiskan bahan-bahan alami. Hingga kini sudah 23 produk berbasiskan bahan alami sudah dipasarkan antara lain Konicare Minyak Telon, Konicare Minyak Kayu Putih, Virugon, Herba Drink Sari Jahe, Sari Temulawak dan

Kunir Asam. Dengan demikian, usaha ”ikut menyehatkan bangsa” semakin mendekati kenyataan.

Sebelum sampai ke tangan konsumen, produk-produk Konimex telah melewati mata rantai pemasaran yang panjang. Sejak dari tahap produksi, distribusi hingga promosi, semuanya direncanakan secara terpadu. Semua unsur pemasaran tersebut mengacu pada falsafah usaha 3MU Konimex, yaitu menghasilkan produk-produk yang bermutu tinggi, mudah diperoleh, serta relatif murah harganya bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Mutu Produk

Kami memberikan priorotas pertama pada mutu produk. Karena mutu yang tinggi merupakan jaminan bagi konsumen untuk memperoleh produk yang aman, dapat dipercaya dan efektif. Untuk mendapatkan mutu yang memenuhi standar, kami menerapkan prosedur produksi sesuai pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang selalu disempurnakan. Konimex merupakan salah satu dari perusahaan farmasi di Indonesia yang telah mendapatkan sertifikasi CPOB dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Selanjutnya, menghadapi era pasar bebas di masa datang, kami mulai menetapkan manajemen mutu yang sesuai dengan tuntutan standar internasional ISO. Dengan demikian, produk-produk Konimex juga akan diterima naik di luar negeri. Mutu yang baik tak bisa dilepaskan dari pelaksanaan pengendalian mutu yang berdisiplin tinggi. Pengendalian mutu di konimex dilakukan pada setiap tahap proses produksi. Sejak kedatangan

bahan baku, proses seleksi, pencampuran, percetakan, hingga pengemasan produk jadi. Bahkan secara berkala, kami juga selalu memantau kestabilan mutu produk Konimex di pasar. Semua itu kami lakukan sebagai bagian dari komitmen kami mengenai mutu.

Mudah Diperoleh

Komitmen kami berikutnya adalah memberikan kemudahan bagi masyarakat seluas-luasnya untuk memperoleh produk-produk Konimex dimanapun mereka berada. Oleh karenanya, bagi Konimex, distribusi menjadi faktor sangat penting dan harus dapat diandalkan. Untuk menjamin kelancaran distribusi dan memperluas wilayah jangkauan, Konimex mendirikan dua perusahaan distributor khusus, yaitu PT Sinar Intermark dan PT Marga Nusantara Jaya. Kedua distributor ini memiliki jaringan cabang di hampir semua kota besar utama di Indonesia, serta dukungan oleh ratusan armada distribusi. Melalui mereka, semua produk Konimex didistribusikan ke grosir, pasar swalayan, hingga tingkat pengecer.

Di masa mendatang, jumlah cabang akan ditambah, agar dapat menjangkau daerah pemasaran yang lebih luas, supaya produk-produk Konimex dari Sanggrahan akan semakin mudah diperoleh para konsumen di berbagai pelosok Indonesia. Sedangkan untuk keperluan ekspor, kami merintis jalur distribusi Asia Pasifik dengan menunjuk distributor di masing-masing wilayah, seperti Singapura, Malaysia, Myanmar, Kamboja, Vietnam dan Saudi Arabia.

Murah Harganya

Komitmen ketiga dari formula 3MU adalah kebijakan harga. Sesuai falsafah dasarnya, produk-produk Konimex memang tidak dibuat sebagai barang eksklusif. Semakin luas masyarakat pengguna produksi Konimex, semakin berhasil misi ”ikut menyehatkan bangsa”. Itu sebabnya, sekalipun dalam hal mutu produk Konimex berstandar internasional, namun dalam kebijakan harga tetap mempertimbangkan kemampuan lokal. Kebijakan ini dimungkinkan karena Konimex selalu mengendalikan efisiensi produksi yang diimbangi dengan volume penjualan yang tinggi. Dengan demikian, maka produk-produk Konimex yang bermutu akan semakin mudah dijangkau oleh konsumennya.

Memasuki persaingan di era pasar bebas, kualitas sumber daya manusia memiliki peran sangat strategis. Mengantisipasi hal tersebut, Konimex berusaha memberdayakan setiap karyawan agar terus mengembangkan potensinya secara optimal melalui berbagai program pengembangan. Di masa persaingan mendatang, karyawan yang berkualitas, berdisplin tinggi, serta memiliki kemampuan bekerja sama dalam kelompok, akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan.

Oleh karenanya, tanpa terkecuali, mulai dari tingkat pelaksana di lini terdepan, penyelia, pengatur, hingga tingkat pengarah, semua wajib mengikuti program pelatihan sesuai kebutuhan masing-masing. Untuk memperkuat orientasi pada perbaikan mutu, Konimex menyelenggarakan Continuous Improvement Program yang mencakup Gugus Kendali Mutu,

Tim CI (Continuous Improvement) dan Sistem Saran. Fasilitas dan jaminan kesejahteraan diberikan kepada seluruh karyawan dalam bentuk Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), Jamsostek, serta Dana Pensiun. Bagi karyawan yang telah memenuhi persyaratan, perusahaan juga memberikan pinjaman untuk pembelian mobil dinas dan rumah. Fasilitas umum seperti poliklinik dan tempat ibadah juga kami sediakan.

Di bidang keorganisasian, kami mendukung inisitaif karyawan, antara lain pembentukan Paguyuban Keluarga Berencana (PKB), Unit Kerja Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) dan Koperasi Karyawan Mandiri ”SEHAT.” Dari segi jumlah, pada tahun 1967 kami memiliki 70 karyawan, sedangkan kini 2010 telah berkembang menjadi 1650 karyawan. Hal ini merupakan indikasi yang menggembirakan bagi perkembangaan usaha. Namun sekaligus juga merupakan tantangan besar bagi kami untuk mengelolanya secara baik. Kami menyadari, untuk membina sumber daya manusia Konimex yang unggul, tidak ada cara lain kecuali kami harus melakukan berbagai pelatihan secara konsisten. Di samping itu, kami juga akan terus mengembangkan berbagai konsep baru pembinaan SDM, termasuk cara-cara pemeliharan tingkat kualifikasi yang telah berhasil dicapai. Dengan demikian, keunggulan Konimex di bidang SDM ini juga akan menjadi daya tarik yang kuat dalam perekrutan calon-calon staf baru yang berkualitas.

4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian 4.2.1. Ketidakpuasan Konsumen (X1)

Ketidakpuasan konsumen, terjadi apabila produsen melebih-lebihkan manfaat dari suatu produk tetapi manfaat tersebut tidak sesuai dengan harapan yang diterima konsumen. Menurut Anwar (2007:72) ketidakpuasan konsumen dapat diukur melalui indikator berikut ini :

X1.1. Nilai : Ketidakpuasan atas kualitas pada merek.

X1.2. Manfaat : Manfaat tersebut tidak sesuai dengan harapan yang diterima konsumen.

Berikut ini rekapitulasi jawaban responden pada variabel ketidakpuasan konsumen (X1)

Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Pada Variabel Ketidakpuasan Konsumen

Skor Total 1 2 3 4 5 6 7 X1.1 F 0 0 0 12 31 48 19 110 % 0.00 0.00 0.00 10.91 28.18 43.64 17.27 100 X1.2 F 0 0 8 22 58 20 2 110 % 0.00 0.00 7.27 20.00 52.73 18.18 1.82 100 Mean 0.00 0.00 3.64 15.45 40.45 30.91 9.55 Sumber : Lampiran 2

Penjelasan dari tabel 4.1 di atas adalah : 1. Indikator X1.1

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 5 – 7 yaitu sebanyak 89,09%. Hal ini berarti 89,09% responden menyetujui bahwa kualitas Minyak Kayu Putih Konicare sangat bagus.

2. Indikator X1.2

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 5 – 7 yaitu sebanyak 72,73%. Hal ini berarti 72,73% responden menyetujui bahwa manfaat yang diperoleh dari Minyak Kayu Putih Konicare sangat tinggi.

Berdasarkan nilai rata-rata kedua indikator menyatakan bahwa sebagian besar responden yaitu (40,45 + 30.91 + 9,55 = 80,91) menjawab skor 5-7 yang berisi sebagian bear responden tidak puas terhadap produk minyak kayuh putih Conicare

4.2.2. Kebutuhan Mencar i Var iasi (X2)

Kebutuhan mencari variasi yaitu pembelian yang dilakukan ketika konsumen melakukan pembelian secara spontan dan bertujuan mencoba merek baru dari suatu produk. Kebutuhan Mencari Variasi diukur dengan indikator Haryono (2009: 14) :

X.2.1 : Adanya rasa bosan terhadap merek X.2.2 : Banyaknya merek

X.2.3 : Tidak khawatir dalam mencoba merek yang berbeda

Berikut ini rekapitulasi jawaban responden pada variabel kebutuhan mencari variasi (X2)

Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Pada Variabel Kebutuhan Mencari Variasi

Skor Total 1 2 3 4 5 6 7 X2.1 F 0 0 6 23 58 22 1 110 % 0.00 0.00 5.45 20.91 52.73 20.00 0.91 100 X2.2 F 0 0 4 32 51 22 1 110 % 0.00 0.00 3.64 29.09 46.36 20.00 0.91 100 X2.3 F 0 0 0 5 41 37 27 110 % 0.00 0.00 0.00 4.55 37.27 33.64 24.55 100 Mean 0.00 0.00 3.03 18.18 45.45 24.55 8.79 Sumber : Lampiran 2

Penjelasan dari tabel 4.2 di atas adalah : 1. Indikator X2.1

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 5 – 7 yaitu sebanyak 73,64%. Hal ini berarti 73,64% responden menyetujui bahwa responden akan pindah dari Minyak Kayu Putih Konicare ke merek lain karena adanya rasa bosan terhadap merek tersebut.

2. Indikator X2.2

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 5 – 7 yaitu sebanyak 67,27%. Hal ini berarti 67,27% responden menyetujui bahwa banyaknya merek Minyak Kayu Putih membuat responden ingin mencoba merek lain.

3. Indikator X2.3

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 5 – 7 yaitu sebanyak 95,46%. Hal ini berarti 95,46% responden menyetujui bahwa responden tidak khawatir dalam mencoba merek yang berbeda.

Berdasarkan nilai rata-rata kedua indikator menyatakan bahwa sebagian besar responden yaitu (45,45 + 24.55 + 8,79 = 78,79) menjawab skor 5-7 yang artinya sebagian besar responden masih ingin mencoba-coba merek lain dan banyaknya variasi prodak sejenis.

4.2.3. Minat Per pindahan Mer ek (Y)

Minat perpindahan merek yaitu merupakan gambaran dari beralihnya pengkonsumsian konsumen atas suatu produk ke produk lain, menurut Junaidi dan Krisna (2009:183) dengan indikator :

Y1 Marketing Capabilities : merupakan macam kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaan dalam usahanya untuk memasarkan produk, dengan indikator :

Y1.1. Kreativitas iklan Y1.2. Variasi promosi Y1.3. Intensitas iklan

Y2. Brand recognation : meliputi seberapa jauh konsumen mengetahui, mengenal dan member tanggapan terhadap merek dari produk, dengan indikator :

Y.2.1. Popularitas merek Y.2.2.Penghargaan atas merek Y.2.3.Reputasi merek

Berikut ini rekapitulasi jawaban responden pada variabel keputusan perpindahan merek (Y) :

Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Pada Variabel Keputusan Perpindahan Merek Skor Total 1 2 3 4 5 6 7 Y1.1 F 0 0 14 22 45 23 6 110 % 0.00 0.00 12.73 20.00 40.91 20.91 5.45 100 Y1.2 F 0 0 1 30 60 19 0 110 % 0.00 0.00 0.91 27.27 54.55 17.27 0.00 100 Y1.3 F 0 3 25 53 21 8 0 110 % 0.00 2.73 22.73 48.18 19.09 7.27 0.00 100 Y2.1 F 0 0 7 36 37 22 8 110 % 0.00 0.00 6.36 32.73 33.64 20.00 7.27 100 Y2.2 F 0 6 28 47 16 13 0 110 % 0.00 0.00 2.00 34.00 52.00 18.00 4.00 110 Y2.3 F 0 0 0 5 41 37 27 110 % 0.00 0.00 0.00 4.55 37.27 33.64 24.55 100 Mean 0.00 0.45 7.45 27.79 39.58 19.52 6.88 Sumber : Lampiran 2

Penjelasan dari tabel 4.3 di atas adalah : 1. Indikator Y1.1

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 5 – 7 yaitu sebanyak 67,27%. Hal ini berarti 67,27% responden menyetujui bahwa iklan Minyak Kayu Putih Konicare sangat menarik.

2. Indikator Y1.2

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 5 – 7 yaitu sebanyak 71,82%. Hal ini berarti 71,82% responden menyetujui bahwa variasi promosi yang dilakukan Minyak Kayu Putih Konicare sangat banyak.

3. Indikator Y1.3

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 4 yaitu sebanyak 48,18%. Hal ini berarti 48,18% responden menyatakan intensitas iklan minyak kayu putih Konicare sedang-sedang saja.

4. Indikator Y2.1

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 5 – 7 yaitu sebanyak 60,91%. Hal ini berarti 60,91% responden menyetujui bahwa popularitas Minyak Kayu Putih Konicare sangat tinggi.

5. Indikator Y2.2

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 5 – 7 yaitu sebanyak 74%. Hal ini berarti 74% responden menyetujui bahwa penghargaan atas merek Minyak Kayu Putih Konicare sangat tinggi.

6. Indikator Y2.3

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 5 – 7 yaitu sebanyak 95,46%. Hal ini berarti 95,46% responden menyetujui bahwa citra Minyak Kayu Putih Konicare sangat tinggi.

Berdasarkan nilai rata-rata dari ketiga indikator menyatakan bahwa sebagian besar responden yaitu (39,58 + 19.52 + 6,88 = 65,98) yang berarti sebagai besar responden tidak berminat untuk berpindah merek.

4.3. Asumsi Structural Equation Modeling 4.3.1. Evaluasi Reliabilitas

Reliabilitas dapat didefiniskan konsisten dari test, hal ini mempunyai arti sebagai ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang ditunjukan oleh instrumen pengukuran. Istilah lainnya adalah data yang dihasilkan dari penelitian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau dapat dipercaya. Berdasarkan uji reliabilitas terhadap variabel penelitian ini, dapat dilihat sebagaimana tabel berikut :

Tabel 4.4 : Hasil Evaluasi Reliabilitas Data Konstrak Indikator Item to Total

Correlation Koefisien Cronbach’s Alpha Ketidakpuasan konsumen (X1) X1.1 0,816 0,468 X1.2 0,800 Kebutuhan mencari variasi (X2) X2.1 0,725 0,545 X2.2 0,793 X2.3 0,658 Marketing Capabilities (Y1) Y1.1 0,828 0,763 Y1.2 0,778 Y1.3 0,889

(Y2) Y2.2 0,848

Y2.3 0,661

Sumber : Lampiran 3

Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada indikator yang nilainya < 0,50. Berdasarkan tabel di atas, ternyata indikator penelitian ini tidak dieliminasi karena nilai item to total correlation yang dihasilkan lebih dari 0,50.

Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi. Menurut Santoso (2002 :277) dasar pengambilan keputusan dalam uji validitas adalah jika r Alpha positif dan r Alpha > r tabel, maka butir atau variabel tersebut reliable. Cara menghitung rtabel adalah dengan melihar r tabel baris n – 2 = 110 – 2 = 108 untuk taraf signifikan 5% maka besarnya r tabel = 0,189. Nilai cronbach's alpha pada variabel ketidakpuasan konsumen (X1), kebutuhan mencari variasi (X2), Marketing Capabilities (Y1) dan Brand Recognition (Y2) lebih dari rtabel (0,189) maka variabel penelitian ini adalah

Dokumen terkait