• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KETIDAKPUASAN KONSUMEN DAN VARIASI PRODUK TERHADAP MINAT BERPINDAH MEREK MINYAK KAYU PUTIH KONICARE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KETIDAKPUASAN KONSUMEN DAN VARIASI PRODUK TERHADAP MINAT BERPINDAH MEREK MINYAK KAYU PUTIH KONICARE."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KETIDAKPUASAN KONSUMEN DAN

VARIASI PRODUK TERHADAP MINAT

BERPINDAH MEREK MINYAK

KAYU PUTIH KONICARE

USULAN PENELITIAN

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Univer sita s Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur Untuk Menyusun Sk r ipsi S-1 J ur usan Manajemen

Oleh : NOVA ARIANTO

0812010259 / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

USULAN PENELITIAN

PENGARUH KETIDAKPUASAN KONSUMEN DAN

VARIASI PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN

PERPINDAHAN MEREK MINYAK

KAYU PUTIH KONICARE

Yang diajukan

NOVA ARIANTO 0812010259 / EM

Telah disetujui untuk mengikuti seminar

Pembimbing Utama

Dr a. Ec. Malicha

Tanggal………

Mengetahui

Ketua Progr am Studi

Manajemen

(3)
(4)

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengar uh Ketidakpuasan konsumen dan Var iasi Pr oduk ter hadap Keputusan Per pindahan Merek Minyak kayu putih Konicar e di Super indo Sur abaya” dapat diselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Progdi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(5)

ilmunya kepada penulis.

6. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak..

Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Juni 2012

(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori... 9

2.2.1. Pengertian Pemasaran. ... 9

2.2.2. Konsep Pemasaran ... 11

2.2.3. Merek ... 14

2.2.4. Perpindahan Merek ... 18

2.2.5. Kebutuhan Mencari Variasi Kepuasan Konsumen ... 20

(7)

2.3 Kerangka Model Penelitian ... 27

2.4. Hipotesis... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 30

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 43

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 50

4.2.1. Ketidakpuasan Konsumen (X1) ... 50

4.2.2. Kebutuhan Mencari Variasi (X2) ... 51

4.2.3. Keputusan Perpindahan Merek (Y) ... 52

4.3. Asumsi Structural Equation Modeling ... 55

4.3.1. Evaluasi Reliabilitas ... 55

4.3.2. Multivariate Outlier ... 56

4.3.3. Uji Normalitas ... 57

4.3.4. Evaluasi Construct Reliability dan Variance Extracted .... 58

4.4. Structural Equation Modeling (SEM) ... 60

(8)

4.5. Pembahasan ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 68 5.2. Saran ... 68

(9)

Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Pada Variabel Ketidakpuasan Konsumen 50

Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Pada Variabel Kebutuhan Mencari Variasi ... 51

Tabel4.3: Distribusi Frekuensi Pada Variabel Keputusan Perpindahan Merek ... 53

Tabel 4.4 : Hasil Evaluasi Reliabilitas Data ... 55

Tabel 4.5 : Hasil Uji Outlier Multivariate ... 57

Tabel 4.6 : Hasil Uji Normalitas Data ... 58

Tabel 4.7 : Hasil Uji Construct Reliability dan Variance Extracted ... 59

Tabel 4.8 : Hasil Uji Unidimensionalitas ... 60

Tabel 4.9 : Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step Approach – Base Model ... 61

Tabel 4.10 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step Approach – Modifikasi ... 62

(10)

Gambar 4.1. Model Pengukuran & Struktural Citra Toko dan Loyalitas

Pelanggan, Model: One Step Approach – Base Model ... 62 Gambar 4.2. Model Pengukuran & Struktural Citra Toko dan Loyalitas

(11)

BERPINDAH MEREK MINYAK

Suatu merek tertentu dapat dibeli karena kenyamanan, ketersediaan, atau harga. Bila salah satu dari factor ini berubah, maka para konsumen dengan cepat mungkin berlih ke merek lainnya. Hal tersebut dapat diartikan bahwa perubahan harga dapat memberikan dampak bagi konsumen untuk berpindah ke merek lainnya. Tetapi empat tahun belakangan ini minyak kayu putih Konicare mengalami penurunan nilai Top Brand Index yang diakibatkan dari penurunan jumlah pelanggan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketidakpuasan konsumen dan variasi produk terhadap keputusan perpindahan merek minyak kayu putih Konicare di Superindo Surabaya

Populasi dalam penelitian ini adalah pembeli dan pengguna Minyak kayu putih Konicare.di Surabaya. Metode pengambilan sampel dengan metode non probability sampling dengan teknik Purposive Sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti dengan jumlah 110 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah SEM (Struktural Equation Model).

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan SEM (Stuctural Equation Modeling) dan pembahasan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal untuk menjawab permasalahan sebagai berikut : Hasil pengujian hipotesis 1 mendapatkan bahwa variabel Ketidakpuasan Konsumen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Keputusan Perpindahan Merek. Hal ini berarti bahwa responden akan melakukan Keputusan Perpindahan Merek apabila responden merasa tidak puas dengan kualitas produk tersebut. Pengujian hipotesis 2 menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan pada variabel Kebutuhan Mencari Variasi Produk terhadap Perpindahan Merek. Kebutuhan mencari variasi adalah sebuah komitmen kognitif untuk membeli merek yang berbeda karena berbagai alasan yang berbeda, keinginan baru atau timbulnya rasa bosan pada sesuatu yang telah lama dikonsumsi.

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Sebuah merek dapat memiliki beberapa asosiasi, satu atau lebih diantaranya dapat mendominasi (Rosinta, 1996). Merek dapat menjadi sarana atau wahana untuk bertemu dengan orang lain, membangun relationships, dan menemukan orang-orang yang memiliki satu minat di mana konsumen saling berinteraksi (Yuswohady, 2004). Wahana tersebut dikenal dengan komunitas. Komunitas merek adalah komunitas yang tidak terikat secara geografi dan mempunyai struktur sosial yang mengatur hubungan di antara pencinta merek (Muniz dan O’Guinn, 2001). Sementara menurut peneliti lain, komunitas merek merupakan customer centric, keberadaan dan arti dari komunitas tidak terpisahkan dari pengalaman konsumen daripada merek tersebut (McAlexander, Schouten, dan Koeing, 2002). Komunitas merek juga tidak terlepas dari interaksi antar anggotanya agar memperkuat soliditas komunitas merek.

(13)

terintegrasi apalagi rasio kepemilikan sepeda motor di indonesia masih tergolong rendah di kawasan ASEAN sehingga potensi di masa datang masih sangat baik.

Kondisi ini membuat investasi berupa peningkatan kapasitas pada pabrik yang sudah ada maupun pembangunan pabrik baru ternasuk oleh produsen baru masih terjadi hingga tahun 2008. Beberapa investasi untuk menambah kapasitas maupun pendirian pabrik baru ini meningkatkan kapasitas produksi industri sepeda motor sehingga pada tahun 2008 mencapai 7,86 juta unit per tahun. Pada tahun 2009, produksi diperkirakan akan tetap atau bahkan terkoreksi mengingat faktor pendorong yang ada seperti deflasi sifatnya hanya mengurangi tekanan namun secara fundamental tidak akan mendorong pertumbuhan (www.ICN.com)

(14)

Menurut Kotler (2002:449) “Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan”. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, peristiwa, orang, tempat, properti, organisasi dan gagasan”.

Menurut Mowen dan Minor, (2001 : 109) “Suatu merek tertentu dapat dibeli karena kenyamanan, ketersediaan, atau harga. Bila salah satu dari factor ini berubah, maka para konsumen dengan cepat mungkin berlih ke merek lainnya”. Hal tersebut dapat diartikan bahwa perubahan harga dapat memberikan dampak bagi konsumen untuk berpindah ke merek lainnya.

Menurut Kotler (2002:42) “ kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi /kesannya dengan kinerja (atau hasil) dan harapan-harapannya”, kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atas kinerja dan harapan. Apabila kinerja dari suatu produk dengan merek tertentu memenuhi harapan maka konsumen tidak puas, bila kinerja melebihi harapan maka konsumen sangat puas.

(15)

Tetapi empat tahun belakangan ini minyak kayu putih Konicare mengalami penurunan nilai Top Brand Index yang diakibatkan dari penurunan jumlah pelanggan. Hal ini juga diperlihatkan pada terjadinya penurunan nilai Top Brand Index minyak kayu putih Konicare pada tahun 2009-2011.

Tabel Top Br and Index Minyak Kayu Putih Tahun 2009 – 2011 Mer ek TBI

2009

Mer ek TBI 2010

Merek TBI 2011 Cap Lang 78.5 Cap Lang 77.7 Cap Lang 80.6

Konicar e 12.4 Cap Gajah 7.4 Cap Gajah 7.8

Cap Gajah 2.9 Konicar e 3.3 Cap Ayam 6.1

Cap Ayam 0.6 Cap Ayam 3.0 Konicar e 2.2

Sumber : frontier (2012)

(16)

Tabel 1.2. Data Keluhan Minyak Kayu Puti Konicar e

J enis Komplain Tahun

2009 2010 2011

Lengket 9 11 18

Tidak harum 3 3 5

Botol mudah bocor 3 5 7

Panasnya tidak tahan lama 2 8 4

J umlah 17 27 34

Berdasarkan data komplain diatas menunjukkan bahwa banyaknya komplain diatas menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan mengalami penurunan yang menyebabkan banyak konsumen yang pindah merek dari produk Minyak kayu putih Konicare ke merek lain, Menurut Athanassopoulos et al (2001) dalam Darmawan (2005 : 19) menyatakan bahwa ada indikasi berbeda antara konsumen yang puas dan kosumen yang kecewa.Konsumen yang puas tidak akan berminat berpindah ke merek lain. Namun untuk konsumen yang kecewa kecenderungan berpindah ke merek lain yang sangat kuat. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan kosumen memiliki keterkaitan dengan perpindahan merek. Menurut model Engel at aal (1993:53) dalam Darmawan (2005 : 19) menyatakan hasil yang dirasakan oleh konsumen (outcome) berupa kepuasan atau kepuasan akan mempengaruhi evaluasi alternatif berdasarkan pengalaman konsumsi untuk proses pemilihan merek selanjutnya. Hal ini dapat diartikan kepuasan juga mempengaruhi konsumen dalam proses perpindahan merek selanjutnya

(17)

terhadap suatu produk tertentu akan menyebabkan perpindahan merek, dimana untuk berpindah merek konsumen membutuhkan suatu variasi terhadap produk yang kelak akan dipilihnya.

Menurut Jepshen (2008:3) bahwa perpindahan merek juga terjadi dalam perilaku online. Ketika konsumen mengunjungi sebuah situs dan mendapati produk yang berbeda mendorong konsumen untuk berkeinginan mencari variasi. Hal ini menyebabkan konsumen melakukan perpindahan merek

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Pengar uh Ketidakpuasan konsumen dan Var iasi Pr oduk ter hadap Minat Per pindahan Mer ek Minyak kayu putih Konicar e di Super indo Surabaya ”

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diajukan di atas, maka masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ketidakpuasan konsumen berpengaruh terhadap minat perpindahan merek ?

(18)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang diajukan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan pengaruh ketidakpuasan konsumen terhadap minat perpindahan merek yang dimoderasi oleh kebutuhan mencari variasi produk

2. Untuk menjelaskan pengaruh ketidakpuasan konsumen terhadap minat perpindahan merek yang dimoderasi oleh kebutuhan mencari variasi produk

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat-manfaat yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut:

(19)

BAB II KAJ IAN PUSTAKA

1.1 Hasil Penelitian Ter dahulu

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan bauran pemasaran adalah sebagai berikut :

1. Anwar, 2007 dengan judul : Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen, Karakteristik Kategori Produk, Kebutuhan Mencari Variasi Terhadap Keputusan Perpindahan Merek. (Arthavidya, Vol. 8. No. 1, Februari 2007) Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ketidakpuasan konsumen terhadap keputusan perpindahan merek.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: terdapat pengaruh yang signfikan ketidakpuasan konsumen terhadap keputusan perpindahan merek yang dilakukan oleh konsumen susu, teh dan kopi. Berarti semakin tinggi ketidakpuasan konsumen maka keputusan perpindahan merek yang dilakukan konsumen semakin tinggi

2. Setiyaningrum dengan judul : Pengaruh Ketidakpuasan Konsumen, Variety Seeking Terhadap Keputusan Perpindahan Merek.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ketidakpuasan konsumen terhadap keputusan perpindahan merek.

(20)

(p<0,001.) Sedangkan karakteristik kategori produk terhadap keputusan perpindahan merek yang dilakukan konsumen tidak berpengaruh secar signifikan kecuali pada produk sabun mandi yaitu sebesar 0.096. Untuk kebutuhan mencari variasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan perpindahan merek yang dilakukan konsumen yaitu sebesar 0,056 (shampoo), 0,003 (pasta gigi ), 0,000 (sabun mandi ).

2.2. Landasan Teor i

2.2.1. Penger tian Pemasaran.

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan – kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk meningkatkan laba, aktivitas pemasaran memegang peranan penting dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Menurut Kotler (1997 : 8) "Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya ( individu dan kelompok ) mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain".

(21)

distribusi yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan. Sehingga pemasaran bukanlah hal yang sederhana yang hanya sekedar menghasilkan uang.

Rangkaian kegiatan-kegitan pemasaran yang saling berhubungan sebagai usaha untuk mencapai hasil pertukaran yang diinginkan dengan pasar sasarannya (target market) sehingga dikenal istilah manajemen pemasaran.

Menurut Kotler (1997 : 13) "Manajemen Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga dan promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran uang dan memuaskan tujuan individu organisasi.

(22)

2.2.2. Konsep Pemasar an

Pemasaran akan berhasil mencapai tujuannya apabila pemasaran menitik-beratkan pada pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen. Kepuasan konsumen tersebut baru akan diperoleh apabila barang atau jasa yang dibeli sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan konsumen.

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat tentunya membawa dampak pada situasi persaingan yang semakin ketat pula. Untuk mengatasi persaingan tersebut salah satunya dengan menggunakan konsep pemasaran, karena konsep pemasaran bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Disinilah pemasaran berperan untuk menjembatani permasalahan yang ada sehingga memungkinkan bagi konsumen untuk membuat pilihan yang nantinya akan coba dipenuhi oleh penjual.

Sedangkan Kotler dan Amstrong (2001:23), berpendapat bahwa konsep pemasaran bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar serta memuaskan pelanggan secara lebih efektif dan efisien daripada yang dilakukan oleh para pesaing.

Konsep pemasaran merupakan suatu kunci atau keseluruhan sistem untuk meraih tujuan perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha dalam merencanakan, menentukan hingga melaksanakan kegiatan pemasaran.

(23)

a. Orientasi Konsumen

Perusahaan yang benar-benar memperhatikan konsumen maka harus:

1. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.

2. Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran penjualan.

3. Menentukan produk dan program pemasarannya.

4. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai, dan menafsirkan keinginan, sikap, serta tingkah laku mereka.

5. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah pada mutu yang tinggi atau pada harga yang murahserta model yang menarik.

b. Penyusunan kegiatan secara integral

(24)

mampu berkoordinasi untuk memberikan kepuasan kepada konsumen sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

c. Kepuasan Konsumen

Faktor yang menentukan apakah dalam jangka panjang perusahaan akan mendapatkan laba adalah tingkat kepuasan konsumen yang dapat terpenuhi. Laba merupakan pencerminan dari usaha perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan kepada konsumen, dimana perusahaan dapat menyediakan atau menjual barang atau jasa yang paling baik, yang sesuai dengan keinginan konsumen dan dengan harga yang layak.

Berdasarkan pengertian diatas, konsep pemasaran merupakan orientasi perusahaan yang menekankan bahwa tugas pokok perusahaan adalah menentukan kebutuhan dan keinginan pasar, selanjutnya memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga tercapai tingkat kepuasan yang melebihi dari kepuasan yang diberikan oleh para pesaing.

(25)

memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sosialnya. (Daniri, 2007:1)

2.2.3. Mer ek

Menurut American Marketing Associattion (dalam Kotler, 2000 : 460) mendefinisikan merek sebagi berikut :

Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan, atau kombinasidari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing.

Keegan, Moriarty, dan Duncan (1995 : 318) mendevinisikan merek sebagai satu kumpulan yang kompleks dari citra, janji, dan pengalaman dalam pikiran konsumen yang menghadirkan janji oleh perusahaan tentang produk tertentu. Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan tampilan, manfaat, dan jasa tertentu pada pembeli. Nilai dari suatu merek muncul dari presepsi dan asaosiasi positif yang dipegang oleh seseorang dan tidak hanya terdiri dari idwe tentang fungsi perasaan dan asosiasi (Keegan, Moriarty, dan Duncan, 1995 : 145).

Merek dapat memiliki enam tingkatan pengertian : (Kotler, 2000 : 460) 1. Atribut (attributes)

(26)

2. Manfaat (benefits)

Artribut harus diterjemahkan ke dalam manfaat fungsional dan emosional. Atribut “tahan lama” dapat diterjemahkan menjadi manfaat fungsional. Atribut “mahal” mungkin diterjemahkan menjadi manfaat emosional.

3. Nilai (Value)

Merek yang menyatakan sesuatu tentang nilai yang dimiliki oleh produsen. Jadi Mercedes berarti kinerja tinggi, keamanan, gengsi, dan lain-lain.

4. Budaya (culture)

Merek juga mewakili kriteria budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya Jerman : terorganisasi, efisien, bermutu tinggi.

5. Kepribadian (personality)

Mercedes mencerminkan pimpinan yang masuk akal (orang), singa yang memerintah (binatang), atauistana yang agung (obyek).

6. Pemakai (user)

Merek menunjukkan konsumen mana yang membeli atau menggunakn produk tersebut.

Suatu merek mempunyai lima komponen (Assael, 1993 : 393-400) 1. Nama merek (brand name)

(27)

2. Simbol (symbol)

Simbol adalah bagian yang penting dari suatu merek yang mempunyai bentuk yang unik. Suatu simbol dapat mengkomunikasikan asosiasi-asosiasi atau bahkan atribut-atribut yang spesisfik (Aaker, 1997). Sebuah symbol bisa dengan sendirinya menciptakan kesadaran, asosiasi, dan rasa suka atau perasaan mempengaruhi loyalitas atau kesan kualitas (Aaker, 1997: 294).

3. Pengemasan (the package)

Pengemasan mencakup kegiatan-kegiatan dalam mendesain dan memproduksi kontainer atau pembungkus untuk suatu produk. Fungsi utama kemasan adalah untuk membungkus dan melindungi produk. Selain itu, kemasan juga berfungsi untuk menarik perhatian, menjelaskan produk, hingga membuat penjualan (Aaker. 1997: 287)

4. The warranty

Pernyataan tertulis yang menggambarkan komitmen perusahaan untuk mengganti atau memperbaiki produk yang rusak / cacat.

5. Citra merek (brand image)

Keseluruhan kesan yang terbuentuk dalam benak konsumen oleh karakteristik fisik merek, nama, symbol, keriaasan, dan reputasi untuk jasa.

(28)

Keuntungan pemberian merek bagi perusahaan (Assael, 1993: 400) :

1. Bila nama merek diasosiasikan dengan produk yang sukses, hal ini akan menarik loyalitas pelanggan

2. Merek yang telah membangun dasar loyalitas konsumen telah mempunyai kekuatan.

3. Merek dengan loyalitas konsumen juga memlihara pendukung distribusi lebuih mudah.

4. Merek yang kuat dapat diturunkan dengan menerapkannya pada spin-offs dalam lini produk.

Keuntungan pemberian merek (branding) bagi konsumen

1. Nama merek mengidentifikasi manfaat produk sehingga konsumen mengetahui apa yang akan mereka peroleh.

Konsumen tidak perlu kawatir tentang variasi dalam isi dan kualitas dari satu pembeli ke pembelian berikutnya.

2. Branding memfasilitasi belanja.

Penghargaan nama merek mengijinkan konsumen untuk membeli dengan sedikit waktu yang diperlukan untuk membandingkan dan mencari informasi. 3. Nama merek juga memberikan informasi kepada konsumen

(29)

2.2.4. Per pindahan Mer ek

2.2.4.1. Penger tian Per pindahan Mer ek

(30)

2.2.5.2. Faktor -Faktor yang Mempengar uhi Per pindahan Mer ek

Menurut Rangkuti (2002:61) dalam Ribhan (2006:108) bahwa tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal atau tertarik pada merek - merek apapun yang ditawarkan. Disebut konsumen Switcher atau price buyer (Konsumen lebih memperhatikan harga di dalam melakukan pembelian).Berdasarkan definisi tersebut. ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah konsumen membeli suatu produk karena harganya murah. Semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek-merek yang lain mengindikasikan konsumen sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal. Rangkuti (2002:61) dalam Ribhan (2006:108) menjelaskan bahwa salah satunya faktor yang mempengaruhi brandswitehing adalah kinerja produk. Kinerja produk menunjukkan seberapa mampu produk memenuhi keinginan dan kebutuhan pengguna, sehingga tinggi rendahnya mempengaruhi terhadap perpindahan merek.

Menurut David A Aaker (1996) dalam Ribhan (2006:108): "There is a risk that loyal customers can be enticed away by, a competitor If the performance Of

(31)

semakin besar dari penggunaan sebuah produk menyebabkan konsumen akan mencari alternatif baru, dan berarti telah melakukan perpindahan merek.

Menurut David A Aaker (1996) dalam Ribhan (2006:108): "Active management requires efforts to avoid distribution gaps or out-of-stocks that might

precipitate a decision to switch brands”. Berdasarkan pernvataan tersebut. dapat dijelaskan bahwa tindakan manajemen lebih suka menghendaki usaha-usaha untuk menghindarkan celah distribusi (out-of-stocks) yang mungkin dapat mempercepat konsumen memutuskan untuk berpindah-pindah merek (Perpindahan Merek). Promosi merupakan salah satu kegiatan strategik pemasaran yang diyakini memiliki pengaruh terhadap keberhasilan pemasaran, apakah itu untuk tujuan menaikkan penjualan, membentuk citra merek (brand image building), mendorong konsumen untuk membeli suatu merek, dan tujuan marketing lainnya. Selain itu, citra produk juga bisa memberikan pengaruh terhadap perpindahan merek mengingat citra produk berhubungan erat dengan pemenuhan kebutuhan psikologis, misalnya kebutuhan untuk bisa diterima umum, kebutuhan untuk bisa dimasukkan dalam sebuah komunitas tertentu, dan lainnya.

2.2.5. Kebutuhan Mencar i Var iasi

(32)

penemu dan bukan penemu. Menurut Rogers (1983),konsumen penemu adalah mereka yang pertama kali membeli suatu produk baru dan mereka hanya 2,5 % dari seluruh konsumen aktual yang mengadopsi suatu produk.

Menurut Schiffman dan Kanuk (1994) dalam sellyana dan Dharmmesta (2002:94) menyatakan salah satu faktor yang mendorong ciri kepribadian adalah pencarian variasi yang baru. Beberapa tipe konsumen yang mencari variasi, mempunyai ciri – ciri :

1. Perilaku beli eksploratori , merupakan keputusan perpindahan merek untuk mendapatkan pengalaman baru dan kemungkinan alternatif yang lebih baik.

2. Eksploratori yang dilakukan oleh orang lain , merupakan konsumen mencari informasi tentang suatu layanan yang baru atau alternativ yang berbeda, kemudian mencoba menggunakannya.

3. Keinovatifan penggunaan, konsumen telah menggunakan dan mengadopsi suatu produk dengan mencari produk yang lebih baru dengan teknologi yang lebih tinggi seperti layanan internet yang teknologinya berubah

2.2.6. Kepuasan Konsumen

(33)

(barang atau jasa).Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli.

Untuk menentukan kebutuhan dan keinginan pelanggan yang akan dipuaskan bukanlah hal yang mudah, hal ini disebabkan karena kebutuhan dan keinginan pelanggan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Jika pelanggan merasa puas, maka ada kecenderungan untuk melakukan pembelian ulang.

Kurtz and Boone (1995), .customer satisfactionis the ability of goods or services to meet or exceed buyer need and expectations. (p. 46). Jika saat pelanggan membeli dan menggunakan suatu produk, dan mampu memenuhi bahkan melampaui kebutuhan dan harapannya, maka akan terjadi kepuasan. Kotler (2000), .customer satisfaction is a person’s feelings of pleasure or disappointment resulting from comparing a product

perceived performances (or outcome) in relation to his or her

expectations. (p. 36). Kepuasan pelanggan atau pelanggan dapat diartikan sebagai perasaan senang atau kecewa (ketidakpuasan) seseorang setelah membandingkan kinerja (performance) produk dengan apa yang diharapkan (expectation).

2.2.6.1. Penger tian Ketidakpuasan Konsumen

(34)

lalu dan masa sekarang untuk melihat merek – merek yang memberikan manfaat yang mereka harapkan. Kepuasan konsumen adalah fungsi seberapa dekat harapan konsumen atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan atas produk tersebut. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan konsumen, maka konsumen akan mengalami ketidakpuasan. Konsumen membentuk harapan mereka berdasarkan pesan yang diterima dari produsen. Jika produsen melebih – lebihkan manfaat suatu produk, harapan konsumen tidak akan tercapai sehingga mengakibatkan ketidakpuasan.Menurut Assael (1995) dalam sellyana dan Dharmesta (2002:94) Hasil evaluasi merek yang dilakukan konsumen adalah niat atau keinginan membeli, atau tidak membeli melalui proses pengambilan keputusan yang kompleks.

Menurut Hanan and Krap dalam Samuel (2004:57), atribut – atribut pembentuk kepuasan dikenal dengan “ The Big Eight “ yang terdiridari :

a) Kualitas produk

Yaitu merupakan mutu dari semua komponen-komponen yang membentuk produk. Sehingga produk tersebut mempunyai nilai tambah.

b) Hubungan antara nilai sampai pada harga

Merupakan hubungan antara harga dan nilai produk yang ditentukan oleh perbedaan antara nilai yang diterimaoleh pelanggan dengan harga yang dibayar oleh pelanggan terhadap suatu produk yang dihasilkan oleh badan usaha.

(35)

Bentuk produk merupakan komponen-komponen fisik dari suatu produk yang menghasilkan suatu manfaat.

d) Keandalan

Merupakan kemampuan dari suatu perusahaan untuk menghasilkan produk sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh perusahaan.

e) Jaminan

Merupakan suatu jaminan yang ditawarkan oleh perusahaan untuk pengembalian harga pembelian atau mengadakan perbaikan terhadap produk yang rusak setelah pembelian.

f) Respon dan cara pemecahan masalah

Response to and Remedy of Problems merupakan sikap dari karyawan dalam menanggapi keluhan serta masalah yang dihadapi oleh pelanggan.

g)Pengalaman karyawan

Merupakan semua hubungan antara pelanggan dengan karyawan CV Sarana Media Advertising khususnya dalam hal komunikasi yang berhubungan dengan pembelian

h)Kemudahan dan kenyamanan

(36)

2.2.7. Hubungan Ketidakpuasan Mer ek dan Minat Per pindahan Mer ek Grove (2006:8) menjelaskan bahwa kepuasan konsumen bisa mengikat emosional konsumen untuk tetap memilih produk bersangkutan. Kepuasan konsumen menyebabkan konsumen selalu berusaha untuk mencari alternatif sehingga akhirnya melakukan perpindahan merek.

Marit Aas (2005:6) menyatakan bahwa kekecewaan konsumen berimplikasi pada buruknya reputasi perusahaan didukung oleh word of mouth yang negatif. Akibat dari kekecewaan ini adalah perpindahan merek.

Menurut Athanassopoulos et al (2001) dalam Darmawan (2005 : 19) menyatakan bahwa ada indikasi berbeda antara konsumen yang puas dan kosumen yang kecewa.Konsumen yang puas tidak akan berminat berpindah ke merek lain. Namun untuk konsumen yang kecewa kecenderungan berpindah ke merek lain yang sangat kuat. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan kosumen memiliki keterkaitan dengan perpindahan merek.

(37)

2.2.8. Hubungan Kebutuhan Mencar i Var iasi dengan Minat Per pindahan Mer ek Menurut Bilson Simamora (2004 : 22) dapat dijelaskan bahwa konsumen yang seringkali melakukan peralihan merek (Brandswitching) dalam pembaliannya termasuk dalam tipe perilaku pembelian yang mencari keragaman (Variety Seeking Buying Behavior ) . Didukung pendapat Assael (1994) Perilaku variety seeking ini cenderung akan terjadi pada pembelian sebuah produk yang menimbulkan resiko minimal yang akan ditanggung konsumen kurang memiliki komitmen terhadap merek tertentu. Perilaku variety seeking ini akan menimbulkan perilaku Brandswitching

Menurut Van Trijp,Hoyer, dan inman (1996) dalam Sellyana dan Dharmmesta (2002:92) menyatakan perpindahan merek yang dilakukan konsumen disebabkan oleh pencarian variasi. Dengan kepuasan konsumen terhadap suatu produk tertentu akan menyebabkan perpindahan merek, dimana untuk berpindah merek konsumen membutuhkan suatu variasi terhadap produk yang kelak akan dipilihnya.

(38)

2.3 Ker angka Konseptual

Model penelitian ini mengadopsi dari model penelitian yang dilakukan oleh dengan ilustrasi sebagai berikut:

2.4. Hipotesis

1. Terdapat pengaruh ketidakpuasan konsumen terhadap minat perpindahan merek

2. Terdapat pengaruh ketidakpuasan konsumen terhadap minat perpindahan merek yang dimoderasi oleh kebutuhan mencari variasi produk

PERPINDAHAN MEREK (Y ) KETIDAK

PUASAN KONSUMEN

(X1)

KEBUTUHAN MENCARI

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Oper asional dan Pengukur an Var iabel

Untuk mempermudah dalam menyelesaikan permasalahan perlu diketahui beberapa definisi operasional yang berhubungan dengan penulisan usulan penelitian yaitu :

1. Ketidakpuasan Konsumen (X1)

Ketidakpuasan Konsumen, terjadi apabila produsen melebih-lebihkan manfaat dari suatu produk tetapi manfaat tersebut tidak sesuai dengan harapan yang diterima konsumen. Menurut Anwar (2007:72) ketidakpuasan konsumen dapat diukur melalui indikator berikut ini : X1.1. Nilai

merupakan kualitas produk yang dihasilkan. X1.2. Manfaat

Merupakan suatu kegunaan produk tersebut.

2. Kebutuhan Mencar i Var iasi (X2)

Kebutuhan Mencari Variasi yaitu pembelian yang dilakukan ketika konsumen melakukan pembelian secara spontan dan bertujuan mencoba merek baru dari suatu produk. Kebutuhan Mencari Variasi diukur dengan indikator Haryono (2009: 14):

(40)

X.2.1. Adanya rasa bosan terhadap merek X.2.2.Banyaknya merek

X.2.3.Tidak khawatir dalam mencoba merek yang berbeda.

3. Minat Per pindahan Mer ek (Y)

Yaitu merupakan gambaran dari beralihnya pengkonsumsian konsumen atas suatu produk ke produk lain, menurut Junaidi dan Krisna (2009:183) dengan indikator :

Y1. Marketing Capabilities : merupakan macam kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaan dalam usahanya untuk memasarkan produk, dengan indikator :

Y1.1. Kreativitas iklan Y1.2. Variasi promosi Y1.3. Intensitas iklan

Y2. Brand recognation : meliputi seberapa jauh konsumen mengetahui, mengenal dan member tanggapan terhadap merek dari produk, dengan indikator :

(41)

3.1.2. Pengukuran Var iabel

Variabel ini diukur dengan data yang berskala interval. Skala interval adalah Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Sedangkan teknik pengukurannya menggunakan semantik diferensial. Skala ini dikembangkan oleh Osgood dan biasanya digunakan untuk mengukur obyek-obyek yang bersifat psikologikal, sosial maupun fisik. Skala ini tersusun dalam satu garis kontinum dengan jawaban sangat positifnya terletak di sebelah kanan, jawaban sangat negatif terletak di sebelah kiri atau sebaliknya, yang mempunyai skala 7 poin dengan pola sebagai berikut :

1 7

Kecil Besar

• Jawaban dengan nilai 1 menunjukkan nilai terendah, berarti sangat tidak membenarkan pernyataan yang diberikan

• Jawaban dengan nilai 7 menunjukkan nilai tertinggi, berarti sangat membenarkan pernyataan yang diberikan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel a. Populasi

(42)

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus representative dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 45). Metode pengambilan sampel dengan metode non probability sampling dengan teknik Purposive Sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Dengan kriteria antara lain :

- Merupakan pembeli dan pengguna Minyak kayu putih Konicare

- Umur konsumen minimal 18 tahun. Alasannya, sudah cukup dewasa, mengerti dan memahami akan Minyak kayu putih Konicare.

Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002:48), antara lain : 1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.

2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 11 x 10 = 110 orang.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. J enis Data

(43)

3.3.2. Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber datanya diperoleh dari pengguna Minyak kayu putih Konicare.

3.3.3. Pengumpulan Data 1. Interview

Yaitu teknik pegumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian guna melengkapi data dalam penelitian ini.

2. Kuisioner.

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data dalam penelitian.

3.4. Tek nik Analisis dan Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis multivariate dengan Structural Equation Modeling (SEM).

Penaksiran pengaruh pada masing – masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.

Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh sebagai berikut :

(44)

Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan contoh variable Ketidakpuasan Konsumen akan nampak sebagai berikut :

Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Ketidakpuasan Konsumen

Keterangan :

X.1 = pertanyaan tentang nilai X.2 = pertanyaan tentang manfaat

Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh sebagai berikut :

Persamaan Kebutuhan Mencari Variasi (X2) : X.1. = λ1 Kebutuhan Mencari Variasi + er_1 X.2 = λ2 Kebutuhan Mencari Variasi + er_2

Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan contoh variable Kebutuhan Mencari Variasi akan nampak sebagai berikut :

Ketidakpuasan Konsumen

er_1

(45)

Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Kebutuhan Mencari Variasi

Keterangan :

X.2.1 = pertanyaan tentang adanya rasa bosan terhadap merek X.2.2 = pertanyaan tentang banyaknya merek

X.2.3 = pertanyaan tentang tidak khawatir dalam mencoba merek yang berbeda

Langkah-langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan contoh sebagai berikut :

Persamaan Minat Perpindahan Merek (Y) : X.1. = λ1 Ketidakpuasan Konsumen + er_1 X.2 = λ2 Ketidakpuasan Konsumen + er_2

Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model pengukuran dengan contoh variable Minat Perpindahan Merek akan nampak sebagai berikut :

Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Minat Perpindahan Merek Kebutuhan

Mencari Variasi

er_1

er_3 er_2

Minat Perpindahan Merek

er_1

(46)

Keterangan :

X.1 = pertanyaan tentang Marketing Capabilities X.2 = pertanyaan tentang Brand recognation

3.4.1 Uji Nor malitas dan Linier itas

Sebaran data harus dianalisis untuk mengetahui apakah asumsi normalitas dipenuhi, sehingga data dapat diolah lebih lanjut pada path diagram. Untuk menguji normalitas distribusi data yang digunakan dalam analisis , penguji dapat menggunakan uji – uji statistik. Uji yang paling mudah adalah dengan mengamati skweness value dari data yang digunakan. Dimana biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dari hampir semua program statistic. Nilai statistic untuk menguji normalitas itu disebut sebagai z – value yang dihasilkan melalui rumus sebagai berikut :

Nilai – z = Skewness dimana N adalah ukuran sampel 6

N

Bila nilai z lebih besar dari nilai kritis atai critical ratio (Ferdinand, 2000 : 95), maka dapat diduga bahwa distribusi data tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki. Misalnya bila nilai yang dihitung lebih besar ± 2.58 berarti kita dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari distribusi pada tingkat 0.01.

(47)

3.4.2. Evaluasi Outliers

Outliers merupakan observasi atau data yang memiliki karateristik unik yang sangat berbeda jauh dari observasi-observasi yang lain dan muncul dalam bentuk ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal maupun variabel kombinasi. (Hair. Et.al. 1998).

Adapun outliers dapat dievaluasi dengan 2 cara, yaitu analisis terhadap univariate outliers dan analisis terhadap multivariate outliers (Hair. Et.al. 1998).

a. Outlier s Univar iat

Deteksi terhadap adanya outliers univariate daapt dilakukan dengan menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan cara mengkoversi nilai data penelitian ke dalam standar score atau yang biasa disebut dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score), maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sampel besar (diatas 80 observasi), pedoman evaluasi adalah nilai ambang batas dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1998 dalam Ferdinand, 2002:98). Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang memilki z-score ≥ 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.

b. Outlier s Multivar iat

(48)

tingkat univariat, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak Mahalanobis (The Mahalanobis Distance) untuk tiap obsevasi dapat dihitung dan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuh ruang multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat ρ< 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat dievaluasi dengan menggunakan nilai χ2 pada derajat kebebasan sebesar jumlah item yang digunakan dalam penelitian. Dan apabila nilai jarak Mahalanobis lebih besar dari χ2tabel adalah Outlier Multivariat.

3.4.3. Deteksi Multicollinear ity dan Singular ity

Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat multikolineritas (Multicollinearity) atau singularitas (Singularity) dalam kombinasi variabel, maka yang perlu diamati adalah determinan dari matriks kovarians sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil atau mendekati nol akan akan mengindikasikan adanya Determinant of sample

covariance matrix atau multikolinearitas atau singularitas (Tabachnick, 1998, P.716), Rumus :

Determinant of Sample covariance matrix = 2.5709 e + 006

Atau multikolinearitas atau singularitas = 2.570.906,550 sehingga data tidak dapat digunakan untuk penelitian (Ferdinand,

(49)

3.4.4. Uji Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur. Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap laten variabel / construct akan diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap obseverd variabel dan laten veriabel. Secara umum nilai variance extracted yang dapat diterima adalah ≥ 0,5. Variance extracted dihitung dengan rumus sebagai berikut :

[Standardize Loading]

Variance Extracted =

∑ [Standardize Loading] + ∑εj

3.4.5. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk / faktor laten yang umum. Dengan kata lain bagaimana hal-hal yang spesifik saling membantu dengan menjelaskan sebuah fenomena yang umum. Coomposite Realibility diperoleh melalui rumus berikut (Ferdinand, 2002 : 62) :

( Std. loading)2

Construct Realibility =

(50)

Keterangan :

1. Standard loading diperoleh dari standardized loading untuk tiap-tiap indikator yang didapat dari hasil perhitungan komputer.

2. ∑εj adalah measurement error dari setiap indikator. Measurement error dapat diperoleh dari 1 – realibilitas indikator.

Tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah ≥ 0.7, walaupun angka itu bukanlah sebuah ukuran yang “mati”. Artinya bila penelitian yang dilakukan bersifat eksploratori maka nilai dibawah 0.7 pun masih dapat diterima sepanjang disertai dengan alasan-alasan yang empirik yang terlibat dalam proses eksplorasi.

3.4.6. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical Ratio) atau p (probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.

3.4.7. Pengujian Model dengan Two-Step Approach

(51)

Yang dilakukan dalam two-step approach to SEM adalah : estimasi terhadap measurement model dan estimasi terhadap structural model [Anderson dan Gerbing, 1998]. Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan two-step approach adalah sebagai berikut :

a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah indikator summed-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang berbeda setiap indikator tersebut distandarisasi [Z-scores] dengan mean = 0, deviasi standar = 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala yang berbeda-beda tersebut [Hair, et.al, 1998].

b. Menetapkan error [ε] dan lambda [λ] terms, error terms dapat dihitung dengan rumus 0,95 kali σ [Anderson dan Gerbing, 1998]. Perhitungan construct reliability [α] telah dijelaskan pada bagian sebelumnya dan deviasi standar [σ] dapat dihitung dengan bantuan program aplikasi statistik SPSS. Setelah error [ε] dan lambda [λ] terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix pada analisis model pengukuran SEM.

3.4.8. Evaluasi Model

(52)

dengan model struktural). Tahap yang ditempuh dalam pengolahan data dengan analisis ini adalah :

1. Mengembangkan path diagram.

Pada path diagram ditunjukkan hubugan kausal antar variabel yaitu antara variabel endogen dan eksogen. Hubungan antara variabel ini dinayatkan dengan anak panah. Anak panah lurus dengan satu ujung menunjukkan hubungan kausal yang langsung antara satu variabel lainnya. Sedangkan garis lengkung dengan dua ujung menunjukkan korelasi antar variabel. 2. Evaluasi atas asumsi SEM

Evaluasi asumsi ditujukan untuk mengetahui kecukupan dipenuhinya asumsi-asumsi yang ada dalam pemodelan SEM. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi normalitas data, evaluasi atas univariate outliers dan evaluasi atas multicolonieritas dan singularity.

3. Evaluasi kriteria Goodness-of-fit model penelitian

(53)

Goodness-of-fit index Cut-off-value

X2 – Chi Square Diharapkan kecil

Derajat bebas (DF) Positif

Signifikansi Probabilitas ≥ 0,10

GFI ≥ 0,90

AGFI ≥ 0,90

TLI ≥ 0,95

CFI ≥ 0,95

4. Intrepretasi hasil

Pada tahap ini hasil atau ouput pengujian dievaluasi untuk menentukan penerimaan atau penolakan terhadap kesesuain model dan hipotesis yang diajukan.

3.4.9. Evaluasi Goodgness of Fit 1. X2- Chi Square Statistic

Alat uji yang paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likehood ratio chi-square statistic. Chi-square ini bersifat sangat sensitive terhadap besarnya sample yang digunakan karena itu bila jumlah sample adalah cukup besar yaitu lebih dari 200 sampel maka statistic chi-square ini harus didampingi oleh alat uji kainnya. Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai X2 semakin baik model itu. Dalam pengujian ini nilai X2 yang rendah yang mengahasilkan sebuah tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05 akan mengindikasikan tak adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang diestimasi.

(54)

Adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasikan chi-square statistic dalam sample yang besar Nilai RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0.08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan Indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close-fit dari model ini berdasarkan degree of freedom.

3. GFI – Goodness of Fit Index

Indeks kesesuaian (fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sample yang dijelaskan oleh matriks kovarians populasi yang terestimasikan.

GFI adalah sebuah ukuran non-statistical yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit 0. nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.

4. AGFI Adjusted Goodness of fit indeks

(55)

5. CMIN / DF

The minimun sample discrepancy function (CMN) dibagi dengan degree of freedom-nya akan menghasilkan indeks CMIN/DF, yang umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu indicator untuk mengukur tingkat fit-nya sebuah model.

6. TLI – Tucker Lewis Index

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan ≥ 0,95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very good fit.

7. CFI : Comparative fit index

(56)

4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian

Empat dasawarsa lalu, tepatnya 8 Juni 1967, PT Konimex Pharmaceutical Laboratories didirikan. Bidang usaha kami waktu itu adalah perdagangan obat-obatan, bahan kimia, alat laboratorium dan alat kedokteran. Hal ini tidak terjadi dengan serta-merta. Karena sesungguhnya usaha ”jual obat” telah kami rintis sejak tahun 1949.

Tahun 1971, berkat dukungan fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Konimex mulai memproduksi obat-obatan sendiri. Perkembangan usaha ini sangat menggembirakan, seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia. Memasuki usia kesepuluh, skala usaha kami yang semakin besar menuntut sistem pengelolaan yang lebih profesional.

Bekerja sama dengan para konsultan, tahun 1977 kami mulai melakukan pembenahan struktur dan sistem manajemen, melaksanakan program pelatihan, serta merekrut tenaga profesional.

(57)

Kemudian, untuk memperluas jangkauan distribusi dan sejalan dengan semakin banyaknya produk yang dipasarkan, tahun 1986, kami mendirikan perusahaan distributor yang kedua, PT Marga Nusantara Jaya. Satu dasawarsa kemudian, tahun 1994, kami mendirikan pabrik biskuit Sobisco. Dan saat ini, untuk mengantisipasi kecenderungan masyarakat kembali ke alam, kami mulai mengembangkan produk-produk yang berbasiskan bahan-bahan alami.

Semua perkembangan yang sangat membesarkan hati ini tak lepas dari kerja keras, mau terus belajar dan selalu berpikir untuk maju. Nilai-nilai ini akan terus kami jaga, dalam melanjutkan perjalanan panjang menuju ”Hidup Bahagia.”

Pembangunan di berbagai sektor yang dilaksanakan pemerintah sejak tahun tujuh puluhan telah meningkatkan kesejahteraan. Meningkatnya kesejahteraan, menuntut peningkatan kualitas hidup. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi Konimex. Sehingga, di samping memperkuat industri farmasi, Konimex juga mulai memperluas usaha ke beberapa bidang lain yang masih dekat dengan usaha inti.

Farmasi

(58)

dokter (Ethical) serta produk nonkuratif, antara lain vitamin. Dari sediaan semula hanya tablet, kini kami memiliki berbagai variasi sediaan, seperti sirup, salep, krim, kapsul serta tablet effervescent.

Dalam hal pengembangan kemasan, Konimex memelopori kemasan catch cover isi 4 yang praktis, disusul kemasan blister modern isi 4. Saat ini, Konimex juga merupakan perusahaan farmasi pertama di Indonesia yang memproduksi obat tetes mata kemasan sekali pakai dengan teknologi sterile closed system. Beberapa merek produk farmasi Konimex yang populer di masyarakat, antara lain Konidin, Neo Napacin, Inza, Inzana, Paramex, Termorex, Anakonidin, Feminax, Fungiderm, Siladex, Jesscool, Protecal, dan Braito.

Produk Alami

Semakin tingginya biaya kesehatan serta timbulnya kesadaran bahwa tidak semua penyakit dapat disembuhkan dengan pengobatan moderen, menumbuhkan kecenderungan di masyarakat untuk mencari pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif antara lain dengan memanfaatkan dan melestarikan apa yang telah disediakan oleh alam – going to nature.

(59)

Kunir Asam. Dengan demikian, usaha ”ikut menyehatkan bangsa” semakin mendekati kenyataan.

Sebelum sampai ke tangan konsumen, produk-produk Konimex telah melewati mata rantai pemasaran yang panjang. Sejak dari tahap produksi, distribusi hingga promosi, semuanya direncanakan secara terpadu. Semua unsur pemasaran tersebut mengacu pada falsafah usaha 3MU Konimex, yaitu menghasilkan produk-produk yang bermutu tinggi, mudah diperoleh, serta relatif murah harganya bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Mutu Produk

Kami memberikan priorotas pertama pada mutu produk. Karena mutu yang tinggi merupakan jaminan bagi konsumen untuk memperoleh produk yang aman, dapat dipercaya dan efektif. Untuk mendapatkan mutu yang memenuhi standar, kami menerapkan prosedur produksi sesuai pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang selalu disempurnakan. Konimex merupakan salah satu dari perusahaan farmasi di Indonesia yang telah mendapatkan sertifikasi CPOB dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

(60)

bahan baku, proses seleksi, pencampuran, percetakan, hingga pengemasan produk jadi. Bahkan secara berkala, kami juga selalu memantau kestabilan mutu produk Konimex di pasar. Semua itu kami lakukan sebagai bagian dari komitmen kami mengenai mutu.

Mudah Diperoleh

Komitmen kami berikutnya adalah memberikan kemudahan bagi masyarakat seluas-luasnya untuk memperoleh produk-produk Konimex dimanapun mereka berada. Oleh karenanya, bagi Konimex, distribusi menjadi faktor sangat penting dan harus dapat diandalkan. Untuk menjamin kelancaran distribusi dan memperluas wilayah jangkauan, Konimex mendirikan dua perusahaan distributor khusus, yaitu PT Sinar Intermark dan PT Marga Nusantara Jaya. Kedua distributor ini memiliki jaringan cabang di hampir semua kota besar utama di Indonesia, serta dukungan oleh ratusan armada distribusi. Melalui mereka, semua produk Konimex didistribusikan ke grosir, pasar swalayan, hingga tingkat pengecer.

(61)

Murah Harganya

Komitmen ketiga dari formula 3MU adalah kebijakan harga. Sesuai falsafah dasarnya, produk-produk Konimex memang tidak dibuat sebagai barang eksklusif. Semakin luas masyarakat pengguna produksi Konimex, semakin berhasil misi ”ikut menyehatkan bangsa”. Itu sebabnya, sekalipun dalam hal mutu produk Konimex berstandar internasional, namun dalam kebijakan harga tetap mempertimbangkan kemampuan lokal. Kebijakan ini dimungkinkan karena Konimex selalu mengendalikan efisiensi produksi yang diimbangi dengan volume penjualan yang tinggi. Dengan demikian, maka produk-produk Konimex yang bermutu akan semakin mudah dijangkau oleh konsumennya.

Memasuki persaingan di era pasar bebas, kualitas sumber daya manusia memiliki peran sangat strategis. Mengantisipasi hal tersebut, Konimex berusaha memberdayakan setiap karyawan agar terus mengembangkan potensinya secara optimal melalui berbagai program pengembangan. Di masa persaingan mendatang, karyawan yang berkualitas, berdisplin tinggi, serta memiliki kemampuan bekerja sama dalam kelompok, akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan.

(62)

Tim CI (Continuous Improvement) dan Sistem Saran. Fasilitas dan jaminan kesejahteraan diberikan kepada seluruh karyawan dalam bentuk Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), Jamsostek, serta Dana Pensiun. Bagi karyawan yang telah memenuhi persyaratan, perusahaan juga memberikan pinjaman untuk pembelian mobil dinas dan rumah. Fasilitas umum seperti poliklinik dan tempat ibadah juga kami sediakan.

(63)

4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian 4.2.1. Ketidakpuasan Konsumen (X1)

Ketidakpuasan konsumen, terjadi apabila produsen melebih-lebihkan manfaat dari suatu produk tetapi manfaat tersebut tidak sesuai dengan harapan yang diterima konsumen. Menurut Anwar (2007:72) ketidakpuasan konsumen dapat diukur melalui indikator berikut ini :

X1.1. Nilai : Ketidakpuasan atas kualitas pada merek.

X1.2. Manfaat : Manfaat tersebut tidak sesuai dengan harapan yang diterima konsumen.

Berikut ini rekapitulasi jawaban responden pada variabel ketidakpuasan konsumen (X1)

Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Pada Variabel Ketidakpuasan Konsumen

Skor Total

1 2 3 4 5 6 7

X1.1 F 0 0 0 12 31 48 19 110

% 0.00 0.00 0.00 10.91 28.18 43.64 17.27 100

X1.2 F 0 0 8 22 58 20 2 110

% 0.00 0.00 7.27 20.00 52.73 18.18 1.82 100 Mean 0.00 0.00 3.64 15.45 40.45 30.91 9.55

Sumber : Lampiran 2

Penjelasan dari tabel 4.1 di atas adalah : 1. Indikator X1.1

(64)

2. Indikator X1.2

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 5 – 7 yaitu sebanyak 72,73%. Hal ini berarti 72,73% responden menyetujui bahwa manfaat yang diperoleh dari Minyak Kayu Putih Konicare sangat tinggi.

Berdasarkan nilai rata-rata kedua indikator menyatakan bahwa sebagian besar responden yaitu (40,45 + 30.91 + 9,55 = 80,91) menjawab skor 5-7 yang berisi sebagian bear responden tidak puas terhadap produk minyak kayuh putih Conicare

4.2.2. Kebutuhan Mencar i Var iasi (X2)

Kebutuhan mencari variasi yaitu pembelian yang dilakukan ketika konsumen melakukan pembelian secara spontan dan bertujuan mencoba merek baru dari suatu produk. Kebutuhan Mencari Variasi diukur dengan indikator Haryono (2009: 14) :

X.2.1 : Adanya rasa bosan terhadap merek X.2.2 : Banyaknya merek

X.2.3 : Tidak khawatir dalam mencoba merek yang berbeda

Berikut ini rekapitulasi jawaban responden pada variabel kebutuhan mencari variasi (X2)

Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Pada Variabel Kebutuhan Mencari Variasi

(65)

Penjelasan dari tabel 4.2 di atas adalah : 1. Indikator X2.1

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 5 – 7 yaitu sebanyak 73,64%. Hal ini berarti 73,64% responden menyetujui bahwa responden akan pindah dari Minyak Kayu Putih Konicare ke merek lain karena adanya rasa bosan terhadap merek tersebut.

2. Indikator X2.2

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 5 – 7 yaitu sebanyak 67,27%. Hal ini berarti 67,27% responden menyetujui bahwa banyaknya merek Minyak Kayu Putih membuat responden ingin mencoba merek lain.

3. Indikator X2.3

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 5 – 7 yaitu sebanyak 95,46%. Hal ini berarti 95,46% responden menyetujui bahwa responden tidak khawatir dalam mencoba merek yang berbeda.

Berdasarkan nilai rata-rata kedua indikator menyatakan bahwa sebagian besar responden yaitu (45,45 + 24.55 + 8,79 = 78,79) menjawab skor 5-7 yang artinya sebagian besar responden masih ingin mencoba-coba merek lain dan banyaknya variasi prodak sejenis.

4.2.3. Minat Per pindahan Mer ek (Y)

(66)

Y1 Marketing Capabilities : merupakan macam kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaan dalam usahanya untuk memasarkan produk, dengan indikator :

Y1.1. Kreativitas iklan Y1.2. Variasi promosi Y1.3. Intensitas iklan

Y2. Brand recognation : meliputi seberapa jauh konsumen mengetahui, mengenal dan member tanggapan terhadap merek dari produk, dengan indikator :

Y.2.1. Popularitas merek Y.2.2.Penghargaan atas merek Y.2.3.Reputasi merek

Berikut ini rekapitulasi jawaban responden pada variabel keputusan perpindahan merek (Y) :

(67)

Penjelasan dari tabel 4.3 di atas adalah : 1. Indikator Y1.1

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 5 – 7 yaitu sebanyak 67,27%. Hal ini berarti 67,27% responden menyetujui bahwa iklan Minyak Kayu Putih Konicare sangat menarik.

2. Indikator Y1.2

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 5 – 7 yaitu sebanyak 71,82%. Hal ini berarti 71,82% responden menyetujui bahwa variasi promosi yang dilakukan Minyak Kayu Putih Konicare sangat banyak.

3. Indikator Y1.3

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 4 yaitu sebanyak 48,18%. Hal ini berarti 48,18% responden menyatakan intensitas iklan minyak kayu putih Konicare sedang-sedang saja.

4. Indikator Y2.1

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 5 – 7 yaitu sebanyak 60,91%. Hal ini berarti 60,91% responden menyetujui bahwa popularitas Minyak Kayu Putih Konicare sangat tinggi.

5. Indikator Y2.2

(68)

6. Indikator Y2.3

Pilihan jawaban yang banyak dipilih responden adalah skor 5 – 7 yaitu sebanyak 95,46%. Hal ini berarti 95,46% responden menyetujui bahwa citra Minyak Kayu Putih Konicare sangat tinggi.

Berdasarkan nilai rata-rata dari ketiga indikator menyatakan bahwa sebagian besar responden yaitu (39,58 + 19.52 + 6,88 = 65,98) yang berarti sebagai besar responden tidak berminat untuk berpindah merek.

4.3. Asumsi Structural Equation Modeling 4.3.1. Evaluasi Reliabilitas

Reliabilitas dapat didefiniskan konsisten dari test, hal ini mempunyai arti sebagai ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang ditunjukan oleh instrumen pengukuran. Istilah lainnya adalah data yang dihasilkan dari penelitian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau dapat dipercaya. Berdasarkan uji reliabilitas terhadap variabel penelitian ini, dapat dilihat sebagaimana tabel berikut :

Tabel 4.4 : Hasil Evaluasi Reliabilitas Data Konstrak Indikator Item to Total

Correlation

(69)

(Y2) Y2.2 0,848

Y2.3 0,661

Sumber : Lampiran 3

Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada indikator yang nilainya < 0,50. Berdasarkan tabel di atas, ternyata indikator penelitian ini tidak dieliminasi karena nilai item to total correlation yang dihasilkan lebih dari 0,50.

Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi. Menurut Santoso (2002 :277) dasar pengambilan keputusan dalam uji validitas adalah jika r Alpha positif dan r Alpha > r tabel, maka butir atau variabel tersebut reliable. Cara menghitung rtabel adalah dengan melihar r tabel baris n – 2 = 110 – 2 = 108 untuk taraf signifikan 5% maka besarnya r tabel = 0,189.

Nilai cronbach's alpha pada variabel ketidakpuasan konsumen (X1), kebutuhan mencari variasi (X2), Marketing Capabilities (Y1) dan Brand

Recognition (Y2) lebih dari rtabel (0,189) maka variabel penelitian ini adalah reliabel.

4.3.2. Multivariate Outlier

(70)

Tabel 4.5 : Hasil Uji OutlierMultivariate

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: no a.

Sumber : Lampiran 4

Penelitian ini terdapat 11 indikator, oleh karenanya nilai Chi Kuadrat

χ2

tabel (0,001 : 11) = 31,264. Nilai Mahalanobis tertinggi yang dihasilkan adalah 22,591 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat outlier multivariate, karena nilai Mahalanobis yang dihasilkan kurang dari nilai

χ2

tabel (31,264).

4.3.3. Uji Nor malitas

(71)

Tabel 4.6 : Hasil Uji Normalitas Data

Multivariate 50.143 13.315

Sumber : Lampiran 5

Tabel di atas menyatakan bahwa nilai c.r. kurtosis diatas angka 2,58 yaitu sebesar 13,315 hal ini menunjukkan bahwa asumsi normalitas secara multivariate tidak terpenuhi. Fenomena ini tidak menjadi masalah serius seperti dikatakan oleh Bentler & Chou [1987] bahwa jika teknik estimasi dalam model SEM menggunakan maximum likelihood estimation [MLE] walau ditribusi datanya tidak normal masih dapat menghasilkan good estimate, sehingga data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya.

4.3.4. Evaluasi Construct Reliability dan Variance Extracted

(72)

dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted.

Tabel 4.7 : Hasil Uji Construct Reliability dan Variance Extracted

Konstrak Indikator

(73)

Variabel penelitian ini yang meliputi ketidakpuasan konsumen, kebutuhan mencari variasi dan perpindahan merek memiliki reliabilitas yang cukup baik, walaupun nilai Construct Reliability yang dihasilkan ada yang kurang dari 0,60 (Ghozali, 2001: 133) dan Variance Extracted yang dihasilkan direkomendasikan pada tingkat 0,50.

4.4. Structural Equation Modeling (SEM) 4.4.1. Uji Unidimensionalitas

Analisis unidimensionalitas digunakan untuk mengetahui apakah indikator-indikator penelitian ini membentuk konstruknya. Berikut ini hasil uji unidimensionalitas :

Tabel 4.8 : Hasil Uji Unidimensionalitas

Ustd

Estimate

Std

Estimate C.R. P x1.1 <--- ketidak_puasan (X1) 1.000 0.747 0.000 x1.2 <--- ketidak_puasan (X1) 0.619 0.483 2.911 0.004 y1 <--- perpindahan_merek (Y) 1.000 0.484 0.000 y2 <--- perpindahan_merek (Y) 1.889 0.905 3.974 0.000 x2.3 <--- kebutuhan_mencari variasi 1.000 0.436 0.000 x2.2 <--- kebutuhan_mencari variasi 1.585 0.754 4.002 0.000 x2.1 <--- kebutuhan_mencari variasi 1.283 0.604 3.917 0.000

Sumber : Lampiran 7

Gambar

Tabel Top Brand Index Minyak Kayu  Putih Tahun 2009 – 2011
Tabel 1.2. Data Keluhan Minyak Kayu Puti Konicare
Gambar 3.1 :  Contoh Model Pengukuran Kebutuhan Mencari Variasi
Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Pada Variabel Ketidakpuasan Konsumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

yang dilakukan diri sendiri, dan berkaitan perasaan dengan orang lain.. Misalnya, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik

Berdasarkan analisis dengan metode tersebut, peneliti menemukan bahwa dalam video musik “Booyah”, orang kulit hitam digambarkan sangat enerjik, menggemari musik dan tari, dan

Berdasarkan wawancara yang sudah saya lakukan dengan ibu Yayuk selaku pemilik, masalah yang dihadapai Zahra Jasa Boga adalah bentuk (produk) yang dipesan tidak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pengetahuan Akuntansi, Pengalaman dalam Informasi Akuntansi dan Skala Usaha secara parsial dan simultan terhadap

Beberapa ciri dan identitas Orang Rimba dalam Betetutuh Sang Meskin di antaranya; Orang Rimba mengenal konsep kaya dan miskin, hidup di tepi aliran sungai, kaum

Karena representasi simpul-simpul di graf G terhadap W3 berbeda, maka W3 adalah him- punan pembeda dari V ( G ).. W3 adalah himpunan pembeda minimum dari V ( G ) karena tidak ada