• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standart Operational Procedur (SOP) Pembiayaan Sebagai Langkah

BAB IV PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DI BMT

A. Standart Operational Procedur (SOP) Pembiayaan Sebagai Langkah

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank (BMT) yakni berupa pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan atau keperluan pihak-pihak yang defisit dana.130Sedangkan pembiayaan menurut Muhammad Ridwan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persediaan atau kesepakatan antara

128

Idem, h. 121

129

Kepala cabang Tanjung Priok bapak Ahmad Fauzi

130Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h. 160

91

bank (BMT) dengan pihak lainnya yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ataupun bagi hasil.131BMT sebagai lembaga keuangan mikro syariah tentu mengambil peran tersebut dalam upaya pemenuhan kebutuhan dana para anggotanya.

Pembiayaan yang diberikan oleh BMT kepada anggotanya tentu mengandung risiko bagi BMT, sehingga dalam pelaksanaannya BMT harus memperhatikan asas-asas pembiayaan berdasarkan prinsip pembiayaan yang sehat.Untuk mengurangi risiko tersebut, perlu adanya standart operational prosedur (SOP) pembiayaan yang baik sebagai langkah awal dari penerapan manajemen risiko pembiayaan.

Dalam melaksanakan pekerjaannya setiap pegawai BMT diikat oleh standar prosedur kerja yang harus ditaati dan dilaksanakan. Sebab SOP (Standar Operational Procedur) merupakan pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja sebuah lembaga atau instansi berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja masing-masing termasuk didalamnya pegawai yang mengurusi bagian pembiayaan.

Mulai dari bagian yang membuat produk layanan pembiayaan dan mempromosikan layanan pembiayaan tersebut kepada anggota sampai kepada pimpinan yang menyetujui diberikannya suatu layanan pembiayaan kepada anggota.Semua tingkatan yang bersangkutan terkait pembiayaan memiliki standar kerja masing-masing. Hal itu jelas terungkap dari pernyataan yang diberikan oleh salah satu pegawai BMT yang bernama bapak Sopian selaku staf AO SP ketika kami wawancarai terkait SOP kerja dari staf Account Officer Simpan Pinjam sebagai berikut :

Tentu saja ada mas, karena setiap pekerjaan tentu ada SOP nya begitu juga dengan kami disini dalam melaksanakan pekerjaan selalu mengacu pada SOP yang telah dibuat. Bagi kami SOP itu ibarat peta yang menunjukkan jalan dan arah kerja kami, agar kami bekerja tidak serampangan (asal-asalan).

Prosedur pembiayaan yang paling utama yang diterapkan oleh BMT UGT Sidogiri adalah keharusan menjadi anggota BMT baik anggota biasa maupun luar biasa sebab hal ini tentu akan memudahkan bagi BMT ketika melakukan pengontrolan dan pengawasan kepada anggota yang mendapatkan pembiayaan dari BMT sebab datanya sudah ada. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh bapak Ahmad Fauzi selaku kepala cabang :

131

Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press, 2004), h. 163

92

Untuk saat ini BMT hanya bisa memberikan pembiayaan kepada anggota saja baik itu biasa ataupun luar biasa agar lebih mudah dalam pengontrolan.

Senada dengan apa yang disampaikan oleh bapak Fauzi, bahwa BMT UGT Sidogiri hanya dapat memberikan layanan pembiayaannya kepada orang yang telah terdaftar sebagai anggota BMT saja, Ungkap bapak Sopiyan selaku staf AO SP ( Account Officer Simpan Pinjam )

Betul Pak, disini yang bisa mendapatkan layanan produk pembiayaan hanya mereka yang sudah terdaftar menjadi anggota saja karena akan lebih mudah untuk pengontrolannya baik datanya maupun track record nya terlebih lagi kita sudah mengenal orangnya apalagi yang sudah sering menerima pembiayaan

Dari pernyataan kepala cabang dan staf AO SP tersebut diatas bisa dipahami bahwa BMT menerapkan prosedur pembiayaan yakni keharusan menjadi anggota BMT.Mudahnya pengontrolan data dan karakter seseorang yang sudah menjadi anggota terlebih lagi bagi yang sering mengajukan pembiayaan menjadi alasan diterapkannya ketentuan tersebut. Lebih lanjut Bapak Fauzi menjelaskan terkait ketentuan bagi anggota luar biasa yang ingin mengajukan dan mendapatkan pembiayaan dari BMT karena memang berdasarkan data, cukup banyak juga anggota masyarakat yang ingin mengajukan pembiayaan melalui jalur anggota luar biasa. Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh kepala BMT UGT Sidogiri cabang Tanjung Priok ini, terkait pilihan masyarakat untuk menjadi anggota luar biasa. Pertama, fleksibilitas waktu pendaftaran bagi anggota luar biasa. Bagi anggota masyarakat yang ingin mendaftar menjadi anggota biasa BMT itu harus menunggu waktu dibukanya pendaftaran bagi anggota baru sedangkan bagi anggota luar biasa itu kapan saja bisa dilakukan tanpa harus menunggu dibukanya pendaftaran anggota baru. Kedua, adanya ketentuan jumlah minimal simpanan anggota baru yang ditentukan oleh BMT (untuk tahun 2018 sebesar Rp. 1.180.000,00 dengan komposisi Rp. 1.000.000,00 untuk simpanan pokok dan Rp. 180.000,00 untuk simpanan wajib) bagi anggota biasa, tentu nominal tersebut cukup memberatkan bagi sebagian anggota masyarakat sedangkan untuk anggota luar biasa cukup menyediakan dana Rp. 60.000,00 untuk pembayaran simpanan pokok Rp. 50.000,00 dan simpanan wajib Rp. 10.000,00 dan alasan yang Ketiga, yaitu adanya keinginan sebagian anggota masyarakat untuk mendapatkan pembiayaan dari BMT namun tidak memiliki ketertarikan untuk menjadi anggota aktif BMT. Bapak Fauzi menambahkan bahwa pembiayaan BMT akan lebih diprioritaskan bagi anggota biasa atau regular.

Sebagaimana diketahui bahwa proses manajemen risiko meliputi empat elemen dasar yakni identifikasi risiko, penilaian risiko, mitigasi risiko dan pemantauan dan pelaporan. Dalam prosedur pembiayaan pertama

93

ini peneliti melihat bahwa BMT dapat melaksanakan prinsip analisis pembiayaan dan identifikasi awal terhadap risiko pembiayaan yakni dengan melakukan peninjauan terhadap karakter dari anggota melalui data-data yang telah ada atau track record anggota sebelumnya bagi yang pernah menerima pembiayaan namun bagi yang belum pernah bisa dilakukan penelusuran melalui data anggota yang ada karena BMT tidak memberikan pembiayaannya kepada masyarakat yang bukan anggota sehingga BMT bisa memperkirakan apakah anggota bisa memenuhi kewajibannya atau tidak.

Melalui prosedur ini juga BMT dapat melihat bagaimana kapasitas atau kemampuan anggota dalam melakukan pembayaran karena sudah ada data sebelumnya terkait pembiayaan anggota atau BMT bisa melihat kapasitas anggota melalui formulir pendaftaran anggota yang memberi informasi terkait pendapatan atau penghasilan anggota sehingga BMT bisa mengukur kemampuan anggota dalam memenuhi kewajibannya.

Selain itu BMT juga dapat menjadikan uang pendaftaran anggota baru senilai Rp. 1.190.000,00 (satu juta seratus sembilan puluh ribu rupiah) dengan komposisi simpanan pokok Rp. 1.000.000,00, simpanan wajib Rp. 190.000,00 dan simpanan khusus Rp (kelebihan dari simpanan pokok dan wajib dengan kelipatan Rp. 10.000,00) yang dipersyaratkan sebagai jaminan awal bagi setiap anggota yang akan mengajukan permohonan pembiayaan. Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan kepala cabang Bapak Ahmad Fauzi :

Persyaratan menjadi anggota BMT diantaranya adalah membuka rekening tabungan di BMT dengan memberikan uang pendaftaran sebesar Rp. 1.190.000,00 dimana satu juta rupiah untuk simpanan pokok, 190.000,00 simpanan wajib dan kelebihan yang disetorkan menjadi simpanan khusus.

Kemudian prosedur yang kedua yang diterapkan oleh BMT dalam upaya manajemen risiko pembiayaan adalah adanya keharusan bagi anggota untuk mengisi formulir permohonan pembiayaan yang ditanda tangani oleh anggota sendiri dan ditujukan kepada BMT. Hal tersebut diungkapkan oleh kepala cabang BMT UGT Sidogiri Jakarta Bapak Ahmad Fauzi sebagai berikut :

Kemudian setelah menjadi anggota, barulah orang tersebut boleh mengajukan permohonan pembiayaan dengan mengisi formulir permohonan pembiayaan yang telah kami sediakan.

Prosedur yang diterapkan oleh BMT tersebut tentunya merupakan langkah yang antisipatif agar dikemudian hari jika anggota tidak mengakui bahwa dirinya telah menerima pembiayaan dari BMT, maka formulir yang

94

telah ditanda tangani sendiri oleh anggota bisa dijadikan sebagai bukti oleh BMT.

Selain prosedur diatas, BMT UGT Sidogiri dalam memberikan layanan pembiayaan kepada para anggotanya menerapkan persyaratan tertentu yang harus dipenuhi oleh anggota ketika akan mengajukan pembiayaan kepada BMT. Sebagaimana diungkapkan oleh kepala cabang Jakarta Tanjung Priok

Jadi kami informasikan persyaratan-persyaratan terlebih dahulu bagi anggota yang ingin mengajukan pembiayaan di BMT kami. Persyaratan tersebut diantaranya fotocopy KTP suami istri dan fotocopt KK dan lain-lain seperti yang tertera di brosur itu mas .(Kepala Cabang Ahmad Fauzi) Melengkapi dokumen persyaratan tersebut merupakan bagian dari SOP pembiayaan yang harus dilaksanakan. Dokumen persyaratan tersebut ada yang bersifat umum dan khusus sesuai dengan produk pembiayaan yang diajukan, dokumen-dokumen umum seperti fotocopy KTP suami istri dan fotocopy KK sedangkan dokumen khususnya disesuaikan dengan produk pembiayaan yang diajukan oleh anggota.

BMT UGT Sidogiri Jakarta dalam upaya mengidentifikasi risiko yang akan timbul dari pembiayaan yang diberikan kepada anggotanya baik yang regular (biasa) maupun luar biasa, sejak awal prosesnya telah menerapkan standar prosedur yang baik yakni dengan menetapkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap anggota yang akan mengajukan pembiayaan ke BMT, baik persyaratan yang bersifat administratif maupun non administratif. Sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak sopian selaku AO SP

Jadi pak, kita menetapkan persyaratakan kepada anggota yang akan mengajukan pembiayaan di BMT yang bersifat administratif, misalnya ketika anggota ingin mengajukan pembiayaan Modal Usaha Barokah, maka anggota tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya : usahanya sudah berjalan selama 1 tahun, harus menyerahkan laporan perhitungan hasil usaha 3 bulan terakhir, anggota juga harus membuat laporan penggunaan dana setiap 1 bulan.

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan pegawai AO SP tersebut dapat dilihat bagaimana lembaga keuangan mikro syariah yang digawangi oleh kaum sarungan ini telah melakukan upaya manajemen risiko sejak dini.Melalui adanya persyaratan dokumentatif yang ditetapkan oleh BMT ini berarti BMT telah melakukan prinsip 5C dalam memberikan pembiayaan berupa penilaian kapasitas atau kemampuan anggota dalam menjalankan usahanya. Hal tersebut dapat dilihat dari poin persyaratan

95

usahanya sudah berjalan selama satu tahun sebab sebuah usaha yang telah dijalankan selama jangka waktu tersebut BMT dapat melihat kinerja dari usaha anggota yang akan mengajukan pembiayaan, dan kemampuan bertahan dari usaha tersebut serta prospek kedepannya.

Kemudian peneliti juga melihat adanya poin persyaratan harus dapat menyerahkan laporan perhitungan hasil usaha dalam waktu tiga bulan terakhir disini peneliti menilai bahwa BMT ingin melihat bagaimana perkembangan terakhir dari usaha yang dijalankan oleh anggotanya, apakah mengalami perkembangan yang positif atau negatif sehingga BMT bisa memutuskan apakah akan memberikan pembiayaan kepada anggota tersebut atau tidak. Karena melalui laporan perhitungan hasil usaha, BMT bisa melakukan analisis awal terhadap prospek dari usaha anggota tersebut yang bisa diketahui melalui bagaimana cash flow atau aliran kas dari usaha tersebut, beban usaha yang ditanggung, serta pendapatan yang diperoleh sehingga bisa diketahui usaha tersebut mengalami untung atau rugi.

BMT juga menjalankan prinsip analisis 5C dari aspek penilaian karakter. Hal tersebut bisa dilihat dari adanya persyaratan bahwa anggota juga harus membuat laporan penggunaan dana setiap 1 bulan. Peneliti menilai bahwa dengan adanya persyaratan tersebut, seolah BMT ingin mengetahui bagaimana karakter atau watak dari anggota penerima dana pembiayaan tersebut,apakah dana tersebut digunakan secara optimal dan produktif untuk pengembangan usaha atau malah digunakan untuk keperluan konsumtif pribadi dan tidak untuk pengembangan usaha walaupun tentu saja laporan penggunaan dana tersebut bisa saja dibuat secara manipulatif.

Selain persyaratan yang bersifat administrasi berupa kelengkapan dokumen yang harus dilampirkan oleh anggota BMT yang akan mengajukan fasilitas pembiayaan, ada juga ketentuan lain yang jika harus dipenuhi oleh anggota jika ingin permohonan pembiayaannya disetujui oleh BMT yakni keharusan adanya anggota keluarga dari anggota BMT untuk hadir dan menyaksikan saat proses akad pembiayaan itu terjadi dan harus melampirkan dokumen fotocopy KTP dari anggota keluarga tersebut dan ketentuan ini dinilai cukup unik namun penuh arti bagi BMT. Hal ini terekam dalam wawancara peneliti dengan bapak Sopian selaku AO SP

Selain persyaratan-persyaratan tadi pak, ada lagi persyaratan yang harus dipenuhi oleh anggota yang akan mengajukan pembiayaan yaitu diharuskan pasangan istri atau suami atau anaknya atau saudara kandungdari anggota BMT hadir saat dilakukannya proses akad pembiayaan, jika tidak ada itu tidak dapat diwakilkan dan bisa saja harusnya cair pembiayaannya tapi karena tidak ada yang hadir saat akad maka BMT akan membatalkan.

96

Hal ini yang mungkin dirasa cukup menyulitkan atau ribet bagi beberapa anggota BMT.

Peneliti melihat bahwa prinsip 5C dalam menganalisa pembiayaan yang diajukan oleh anggota BMT telah dilaksanakan dengan baik oleh BMT, hal tersebut didasari dari cuplikan wawancara peneliti dengan bapak Sopian tersebut diatas yang mengungkapkan adanya persyaratan tambahan yang tidak tertulis namun menentukan yang harus anggota BMT penuhi jika ingin permohonan pembiayaannya disetujui yakni harus mendatangkan anggota keluarganya diutamakan pasangan (suami atau istri) sebagai saksi saat dilakukannya proses akad. Terlebih lagi anggota keluarga tersebut juga tidak bisa diwakilkan atau digantikan oleh orang lain karena harus disertakan dengan salinan fotocopy KTP anggota keluarga tersebut sehingga anggota BMT tidak bisa melakukan manipulasi saksi dengan mendatangkan tetangganya yang diakui sebagai keluarga ataupun lainnya.

Ketentuan ini merupakan bentuk mitigasi risiko yang dilakukan BMT jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dikemudian hari yakni terjadinya pembiayaan bermasalah. Dengan mengetahuinya anggota keluarga terkait pembiayaan yang diperoleh oleh anggota BMT tentu akan mempermudah BMT untuk mengkonfirmasi anggota keluarga tersebut terkait penggunaan dana pembiayaan yang diberikan dan tentunya secara psikologis bagi anggota yang mengajukan pembiayaan akan merasa malu jika melakukan penyelewengan dana pembiayaan tersebut dan tentunya dengan adanya pendamping tersebut BMT ingin menyentuh karakter dari anggotanya.

Selain tujuan-tujuan tersirat tersebut, mungkin adanya pendamping tersebut bisa dijadikan jaminan saksi selain tentunya jaminan lain seperti BPKB atau lainnya jika dikemudian hari anggota BMT tersebut mengelak telah menerima pembiayaan dari BMT saat ditagih cicilan pembayaran atas pembiayaan yang diterimanya.

Dari cuplikan wawancara singkat ini peneliti menyimpulkan BMT telah melakukan manajemen risiko secara baik yaitu dengan menerapkan prinsip 5C yakni salah satunya karakter dan kapasitas.

Kemudian selain persyaratan tersebut anggota juga harus menyerahkan beberapa dokumen yang diperlukan, diantaranya foto copy tabungan 3 bulan terakhir, foto copy rekening listrik tiga bulan terakhir, foto copy agunan seperti BPKB atau lainnya dan foto copy legalitas usaha NPWP atau SIUP

Dari hasil wawancara tersebut terlihat bahwa BMT UGT Sidogiri Jakarta telah menerapkan prinsip 5C berupa adanya kolateral yaitu jaminan. Hal ini tentu sangat baik untuk memastikan kesungguhan dari anggota yang mengajukan pembiayaan karena anggota tersebut harus

97

menyerahkan barang berharganya berupa BPKB ataupun lain sebagai jaminannya. Prinsip jaminan dalam pemberian kredit atau pembiayaan merupakan hal yang fundamental bagi lembaga keuangan sebagai protek atau antisipasi jika terjadinya sesuatu yang tidak dinginkan misalnya terjadinya pembiayaan bermasalah atau macet yang disebabkan oleh banyak faktor diantaranya karakter dari anggota yang kurang baik, yang memiliki kemampuan untuk melunasi cicilan pembiayaan atau memiliki keinginan untuk membayar namun tidak memiliki kemampuan dalam membayar. Berdasarkan pengakuan dari Bapak Fauzi selaku kepala cabang Jakarta Tanjung Priok yang mengungkapkan bahwa sebelumnya BMT UGT Sidogiri pernah memberikan fasilitas layanan pembiayaan tanpa agunan dengan pembiayaan dibawah Rp. 1.000.000,00 namun program layanan tersebut dinilai gagal dan sudah dihentikan karena banyak terjadi kasus mangkirnya para anggota BMT dalam melakukan pembayaran cicilan atas pembiayaan yang diterimanya dan hal ini lah yang membuat rasio pembiayaan bermasalah BMT UGT Sidogiri cabang Tanjung Priok Jakarta menjadi tinggi dan tentunya berpengaruh juga secara nasional.

Dalam prakteknya BMT UGT Sidogiri Jakarta belum memiliki divisi khusus dalam struktur organisasi untuk melaksanakan fungsi manajemen risiko secara khusus. BMT UGT Sidogiri Jakarta juga belum mendokumentasikan proses manajemen risiko untuk semua pembiayaan. Kepala cabang menyatakan bahwa penerapkan SOP (Standart Operational Prosedur) pembiayaan yang ada di BMT sama dengan lembaga keuangan syariah lainnya, namun ada satu prosedur yang mungkin tidak ada di lembaga keuangan lainnya, berdasarkan hasil wawancara dengan kepala cabang, SOP tersebut peneliti olah melalui gambar berikut:

98

Gambar 4.1 SOP Pembiayaan BMT UGT Sidogiri Jakarta

1. Menjadi Anggota BMT baik anggota regular ataupun anggota luar biasa Seseorang yang ingin mendapatkan pembiayaan dari BMT diharuskan untuk mendaftarkan diri terlebih dahulu menjadi anggota baik anggota biasa atau regular maupun anggota luar biasa, namun BMT akanlebih memprioritaskan anggota biasa atau regular dari anggota luar biasa.Hal tersebut dikarenakan terkait hak dan kewajiban yang didapatkan dari keduanya yang berbeda.Menjadi anggota merupakan prosedur utama pembiayaan di BMT.Tentunya hal ini bertujuan untuk memudahkan BMT ketika melakukan pengontrolan.

Menjadi Anggota BMT

Mengajukan Permohonan Pembiayaan

Melengkapi Persyaratan & Ketentuan Dokumen

Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen

Survey & Wawancara

Analisis Data

Keputusan Dewan Komite

Penyerahan Jaminan

Saksi & Akad

99

2. Anggota mengajukan permohonan pembiayaan

BMT telah menyediakan formulir khusus bagi anggota yang akan mengajukan permohonan pembiayaan. Formulir tersebut berisi data pemohon, rencana penggunaan dana pembiayaan, data keuangan untuk karyawan atau pegawai, data usaha dan kolom referensi.

3. Melengkapi Persyaratan dan ketentuan serta dokumen yang wajib dilampikan pada setiap produk pembiayaan yang diberikan

Persyaratan dan ketentuan ini tentu disesuaikan dengan produk pembiayaan yang ditawarkan dan ini mengacu pada persyaratan dan ketentuan yang telah dibuat oleh BMT Pusat .Semua persyaratan dan ketentuan tersebut dibuat semenarik mungkin dan mudah untuk diterima oleh anggota namun tetap memegang prinsip kehati-hatian.

Persyaratan tersebut berisi dokumen tertentu yang harus diberikan kepada BMT, adanya jaminan tertentu, serta adanya keterangan tertentu mengenai barang yang akan di beli dan lainnya. Sedangkan ketentuannya berisi metode pembayaran, jangka waktu pembayaran yang diberikan, usia pemohon serta batasan plafon yang diberikan dan lainnya.

Setiap anggota yang akan mengajukan pembiayaan sesuai dengan kebutuhannya dan tersedia di BMT UGT Sidogiri cabang DKI Jakarta ini, harus memenuhi semua persyaratan dan ketentuan tersebut. Langkah ini diambil sebagai bentuk identifikasi awal terhadap risiko pembiayaan yang bisa saja terjadi.

Selain informasi persyaratan dan ketentuan yang disebutkan tentunya BMT juga memberikan informasi terkait manfaat dan keuntungan dari setiap produk pembiayaan yang diberikan.Hal ini tentunya bertujuan untuk memberikan daya tarik kepada anggota agar mau mengajukan pembiayaan kepada BMT.Namun tetap manfaat dan keuntungan yang diberikan harus memperhatikan prinsip kehati-hatian.

4. Memeriksa kelengkapan persyaratan dokumen yang diberikan oleh anggota sesuai dengan pembiayaan yang diajukan

Pemeriksaan kelengkapan dokumen ini dilakukan pertama kali oleh staf AO SP selaku pegawai yang memasarkan produk kepada anggota.Pemeriksaannya bersifat terbatas pada fisik dokumen yang diberikan oleh anggota sehingga staf tersebut hanya sebatas memberikan informasi terkait kelengkapannya saja, tidak sampai pada tahap pemberian rekomendasi atau keputusan layak atau tidaknya anggota diberikan pembiayaan.

Kemudian setelah dinyatakan lengkap oleh staf AO SP tersebut berkas dokumen persyaratannya diserahkan dan di cek kembali oleh staf AO AP yang bertugas untuk menganalisa dokumen serta kelayakan dari

100

anggota untuk diberikan pembiayaan.Pemeriksaan yang dilakukan oleh staf AO AP ini menggunakan sistem aplikasi yang sudah di setting di komputer staf tersebut. Melalui pemeriksaan menggunakan aplikasi tersebut staf AO AP bisa menelusuri riwayat pinjaman dan pembiayaan yang dilakukan oleh anggota tersebut di BMT ataupun di lembaga keuangan lain dengan database yang ada namun belum menggunakana sistem BI Checking dan nantinya akan memberikan rekomendasi layak atau tidaknya anggota tersebut diberikan pembiayaan.

Terakhir dari rekomendasi yang diberikan oleh staf AO AP tersebut terkait layak atau tidaknya anggota diberikan pembiayaan, berkas tersebut akan disampaikan kepada kepala cabang untuk diperiksa kembali dan diberikan keputusan apakah anggota akan diberikan pembiayaan atau justru ditolak permohonan pembiayaannya. Jika plafon pembiayaan yang diajukan diatas Rp. 100.000.000 maka keputusannya akan diserahkan kepada dewan komite yang melibatkan pengurus pusat.

5. Melakukan survey dan wawancara kepada anggota yang mengajukan pembiayaan

Kegiatan survey yang diterapkan oleh BMT ketika akan memberikan pembiayaan kepada anggotanya dilakukan sebanyak 2 kali. Pertama oleh staf AO SP ketika memasarkan produk pembiayaan kepada anggota, kedua oleh staf AO AP ketika pemeriksaan kelengkapan dokumen sudah dilakukan.

Survey yang dilakukan oleh staf AO SP menggunakan metode “sambil lalu” maksudnya ketika memasarkan dan menawarkan produk pembiayaan kepada anggota yang notabene nya kebanyakan adalah pedagang pasar atau dilakukan secara door to door (dari rumah ke rumah) secara otomatis staf tersebut melihat dan mengamati kondisi usaha dan rumah dari anggota BMT yang menjadi objek produk pembiayaannya dan tentunya tidak dilakukan secara menyeluruh dengan menggali informasi melalui tetangga rumah atau rekan dagang di pasar dari anggota tersebut.

Sedangkan survey yang dikerjakan oleh staf AO AP bukan hanya

Dokumen terkait