DAFTAR PUSTAKA
B. Uraian Proses Produksi
2. Stasiun Pemurnian
Nira mentah / nira kasar yang dihasilkan dari stasiun penggilingan mengandung air dan kotoran disamping gula, sehingga masih terdapat hampir
semua komponen / partikel yang terdapat dalam tebu. Nira mentah itu sendiri terdiri atas tiga komponen yaitu :
a. Air b. Gula c. Kotoran
Nira memiliki kotoran yang dapat dibedakan atas tiga jenis antara lain : a. Kotoran kasar berupa tanah, pasir, ampas halus dan sebagainya
b. Kotoran terlarut yang terdiri atas berbagai jenis bahan, brix bahan organik maupun bahan anorganik yang terkandung dalam nira dari batang tebu seperti bahan bersifat Na, K, Ca, Mg, Fe.
c. Kotoran melayang yaitu jenis-jenis kotoran yang tidak dapat mengendap (koloid).
Pabrik gula Sei Semayang menggunakan metode sulfitasi pada proses pemurnian. Stasiun pemurnian mempunyai tujuan utama untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang terdapat di dalam nira mentah.
Proses pemurnian ini memilki beberapa tahap yang harus dilakukan antara lain :
1. Penimbangan nira mentah dengan menggunakan alat Juice Weighting Scale Tangki penampungan akan mengalirkan nira mentah melalui pipa saringan dan memompakan nira mentah ini ke tangki. Penimbangan nira mentah dengan menggunakan timbangan Maxwelt Bolougne yang bekerja otomatis dengan berat sekali timbang 6.5 ton. Alat timbangan ini memilki prinsip kerja berupa
sistem kesetimbangan gaya berat bejana dan bandul, dimana secara gravitasi nira akan berhenti ke tangki penampungan.
2. Memanaskan nira dengan pemanas nira I (Juice Heater I)
Selanjutnya, nira yang terdapat di dalam tangki penampungan akan dipompakan ke alat pemanas I (Primary Heater) yang memiliki dua unit pemanas. Pemanas I bertujuan untuk menyempurnakan reaksi yang terjadi dan mematikan mikroorganisme, sehingga nantinya dengan mudah komponen yang ada dapat dipisahkan dari nira pada bejana pengendapan. Pada suhu 70°C nira dipanaskan pada badan pemanas I, kemudian ke dalam badan pemanas II nira akan dialirkan dan pada temperatur 75°C nira kembali dipanaskan. Uap bekas yang dihasilkan oleh evaporator I dan II merupakan media pemanas pada pemanas nira I.
Apabila terjadi gangguan pada pemanas seperti tidak tercapainya suhu nira yang sesuai dengan yang seharusnya dapat mempengaruhi :
b. Lambatnya reaksi sehingga kotoran tidak sempurna dapat dihilangkan c. Gas atau udara yang terlarut dalam nira tidak dapat hilang / keluar secara
sempurna
d. Gangguan jasad renik atau organisme yang masih ada
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pemanas adalah :
a. Kurang bahan pemanas
b. Kotoran pemanas seperti kerak c. Tidak lancarnya pengeluaran uap air d. Terganggunya kecepatan aliran nira
3. Pemasukkan susu kapur pada tangki defekasi (Defecator)
Nira yang terdapat di dalam badan pemanas I (pemanas nira I) akan dipompakan ke tangki defekasi untuk pembubuhan susu kapur yang berfungsi untuk mengubah pH nira menjadi 9.0-9.5. pH Indicator Controler akan mengendalikan pemasukan susu kapur yang diatur dengan control value. Penambahan susu kapur bertujuan agar asam-asam yang terdapat pada nira menjadi basa karena dalam keadaan asam gula akan menjadi rusak.
4. Pencampuran gas belerang pada tangki sulfitasi
Tangki sulfitasi dapat disebut juga dengan peti reaksi, dimana peti reaksi ini bekerja untuk mempengaruhi hasil pemurnian. Proses pemurnian ini juga dapat mengalami kegagalan yang disebabkan oleh karena belum sempurnanya penghilangan kotoran atau karena keterlambatan dalam reaksi, nira jernih masih keruh, penyaringan yang sulit dan lain-lain. Adapun yang dapat menjadi penyebab terjadinya gangguan adalah :
a. Kekurangan bahan pembantu atau tersumbatnya lubang pengaliran gas
SO2, turunnya kadar SO2 atau turunnya debit gas SO2. b. Tidak tepatnya pengatur pH reaksi.
c. Suhu larutan yang tidak tepat.
d. Kurang baiknya pencampuran (sirkulasi) nira dalam peti. e. Contoh yang tidak tepat.
f. Kualitas bahan pembantu (kapur tohor yang jelek, dispersitas susu kapur rendah, densitas kurang) yang tidak baik.
Nira akan dikirim ke tangki sulfitasi dengan tipe sekat parabolis untuk menetralkan kembali nira yang terdapat dalam tangki defekasi. Fungsi dari tangki sulfitasi ini adalah untuk mencampur nira dari tangki defekasi dengan gas SO2 dari tabung belerang. Sekat parabolis juga memiliki fungsi untuk membantu proses pencampuran sehingga pencampuran berjalan dengan kontinu.
Nira dapat mengalami penurunan pH menjadi 6.0-6.5 pada suhu 70°C-75°C dalam waktu 5 menit akibat adanya penambahan gas SO2 pada tangki sulfitasi, sehingga susu kapur dapat bereaksi dengan gas SO2 dan kemudian pada Netralizing Tank akan dinetralkan kembali sehingga pH mencapai 7,0 – 7,2. Reaksi yang akan terjadi adalah :
SO2 + H2O → H2SO3
Ca(OH)2 + H2SO3 → CaSO3 + 2H2O
CaSO3 yang berbentuk endapan ini mempunyai fungsi untuk menyerap koloid-koloid yang terdapat dalam nira dan disebut dengan efek pemurnian, dimana endapan yang terbentuk akan menyerap kotoran-kotoran lain yang lebih halus.
5. Pemisahan kotoran dari nira dengan alat tangki tunggu
Dalam waktu 6 menit, secara over flow nira mentah akan mengalir ke tangki peti tunggu. Tangki tunggu berfungsi untuk mendapatkan kotoran-kotoran koloid yang terbentuk di tangki sulfitator.
6. Pengaturan pH nira dengan alat tangki netralisasi
Dengan menggunakan alat pengaduk mekanis, nira akan diaduk di dalam tangki netralisasi. Fungsi dari tangki netralisasi ini untuk mengatur pH nita yang keluar dari tangki sulfitator. Susu kapur akan ditambahkan ke dalam nira jika pH nira kurang dari 7,0, sehingga pH nira berada dalam suasana netral di antara 7,0 – 7,2.
7. Pemanasan nira dengan pemanas nira II (Juice Heater II)
Mesin pompa sentrifugal akan memompa nira dari peti tunggu ke pemanas nira II yang memiliki dua unit badan pemanas. Nira akan dipanaskan pada badan pemanas I pada temperatur 100°C dengan tekanan uap yang berasal dari turbin sebesar 0.8 kg/cm2, dimana air yang terbentuk akan dipergunakan untuk air pompa boiler.
8. Penghilangan udara pada nira dengan Tangki Pengembangan (Flash Tank) Nira yang berasal dari pemanas nira II akan dialirkan ke tangki pengembang. Fungsi dari tangki pengembang ini adalah untuk menghilangkan udara dan gas-gas yang terlarut dalam nira, dan dapat menghemat energi juga menghilangkan gaya-gaya yang bekerja sehingga aliran tidak menjadi bergejolak. Oleh karena itu, jika udara dan gas-gas terlarut dalam nira tidak dihilangkan, maka proses pemisahan kotoran-kotoran dari nira di tangki pengendapan akan terganggu dan terhambat.
Pada tangki pengendapan, nira yang jernih (bagian atas) akan dialirkan ke stasiun penguapan (evaporator), sedangkan endapan nira atau nira kotor di bagian bawah dibawa ke Mud Feed Mixer dan akan dicampur dengan ampas halus yang berasal dari stasiun penggilingan. Tangki pengendapan yang memiliki empat compartment akan bekerja secara kontinu untuk mempermudah prose pengendapan. Dengan menggunakan pompa diafragma, endapan yang jatuh ke tepi-tepi peralatan akan dipompakan ke Mud Feed Mixer, dan secara over flow nira jernih akan keluar melalui pipa-pipa pengeluaran yang terpasang pada tiap compartment. Bahan penolong floculant 2 – 2,5 ppm (ppm = part per million yaitu merupakan satuan ukuran terkecil dalam berat)akan diberikan pada nira yang masuk ke tangki pengendapan untuk mempercepat proses pengendapan. Ampas halus akan dicampur dengan endapan yang masuk ke tangki Mud Feed Mixer dengan tujuan agar pada saat penyaringan (vacum filter) proses pemisahan kotoran dari nira menjadi lebih mudah. Penyaringan ini menggunakan saringan hampa (rotary vacum filter) yaitu berupa suatu silinder yang berputar dan sebagian dari silinder tercelup ke dalam nira kotor. Saringan yang terbuat dari stainless steel berukuran 25 mesh (mesh yaitu ukuran jumlah lubang pada saringan) akan dipasangkan pada permukaan silinder.
Filtrate merupakan nira hasil saringan yang kemudian akan dikembalikan ke tangki nira tertimbang, sedangkan blotong merupakan hasil dari endapan kotoran yang tersaring akan dibuang atau dijadikan pupuk. Jadi, dapatlah
disimpulkan bahwa fungsi tangki pengendapan ini untuk memisahkan endapan yang terbentuk dari hasil reaksi dengan larutan yang jernih.