• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Alat Bantu Kerja Operator Bagian Boiler Pada Pabrik Gula Sei Semayang PTPN.II Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Alat Bantu Kerja Operator Bagian Boiler Pada Pabrik Gula Sei Semayang PTPN.II Medan"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN ALAT BANTU KERJA OPERATOR

BAGIAN BOILER PADA PABRIK GULA SEI

SEMAYANG PTPN.II MEDAN

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

Tantri Nuraisha

NIM. 080423073

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II Medan adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur yang menghasilkan produk berupa gula. Sebagian kegiatan dari proses produksi masih dilakukan dengan cara manual oleh operator dan secara terus menerus. Sebagian besar aktifitas pada bagian boiler masih dilakukan oleh operator secara manual. Kegiatan yang dilakukan secara manual diantaranya adalah pada saat pemindahan bahan bakar yang berupa ampas tebu ke dapur boiler, pengontrolan pengapian, perataan bahan bakar,serta kegiatan pemeriksaan/pengontrolan boiler.). Dengan demikian diperlukan analisis terhadapat kondisi kerja yang ada pada saat ini untuk dapat mengurangi kelelahan yang dirasakan oleh pekerja serta resiko cedera yang terjadi.

Penelitian ini dilakukan terhadap operator pada bagian boiler dengan melakukan identifikasi keluhan dan lingkungan kerja yang terpilih berdasarkan metode PLIBEL. Menentukan stasiun kerja yang paling banyak terjadinya keluhan musculoskeletal dengan menggunakan Standard Nordic Questioner. Penilaian postur kerja operator stasiun kerja terpilih dengan menggunakan metode REBA.

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil Identifikasi metode PLIBEL menunjukkan bahwa stasiun kerja yang paling dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan/organisasi adalah stasiun kerja dapur boiler sebesar 60 %, selain itu juga dapat dilihat bagian tubuh yang paling banyak menyebabkan ketengangan musculoskeletal adalah bagian leher,bahu,punggung bagian atas sebesar 25 % dan siku,lengan bawah,tangan sebesar 16,67 % serta punggung bagian bawah sebesar 8,33%. Berdasarkan dari hasil identifikasi Standard Nordic Questioner (SNQ) dapat diketahui stasiun kerja yang paling banyak mengalami keluhan musculoskeletal adalah stasiun kerja dapur boiler dan keluhan terbesar terdapat pada bagian leher,lengan,punggung,tangan, dan kaki. Dari penilaian postur kerja dengan menggunakan metode REBA diketahui elemen yang membutuhkan perbaikan fasilitas kerja yaitu pada elemen kerja pada saat pengaturan bahan bakar ke dapur boiler dan pembersihan pipa luar pada boiler dengan cara mengoperasikan soot boiler. Berdasarkan postur kerja yang diperbaiki maka dirancang fasilitas kerja berupa tuas penggulung.

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan ucapan Alhamdulillahlirabbilalamin sebagai rasa terima kasih dan

puji syukur kepada Allah SWT, serta usaha yang sungguh -sungguh penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini dengan waktu yang telah ditentukan.

Penulis dalam kesempatan ini mengajukan judul “Perancangan Alat

Bantu Kerja Operator Bagian Boiler Pada Pabrik Gula Sei Semayang

PTPN.II Medan” guna memenuhi sebagian dari syarat – syarat memperoleh

gelar sarjana teknik. Proses penyusuan tugas akhir merupakan suatu proses

panjang yang membawa penulis dapat belajar lebih jauh lagi mengenai ilmu

teknik industri itu sendiri beserta aplikasinya. Banyak makna dan pelajaran yang

penulis dapatkan dari proses pengerjaan tugas akhir ini, yang mungkin tidak akan

penulis dapatkan dari bangku perkuliahan.

Tentunya dalam penulisan tugas akhir ini banyak terdapat kesalahan baik

dari segi kosakata maupun dari segi pengertian. Oleh karena itu saran dan kritik

yang membangun sangat diharapkan agar dimasa mendatang menjadi lebih baik.

Medan, Maret 2010

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan selesainya Tugas Akhir ini tidak lupa saya mengucapkan terima kasih

yang sebesar – besarnya kepada :

1. Allah SWT Sang Penciptaku atas kemudahan, kelancaran dan

kemurahan-Nya dalam memberikan rahmat dan petunjuk-kemurahan-Nya untuk menyelesaikan tugas

akhir ini.

2. Keluargaku tercinta : Papa, Mama, Mbak Ade, Mbak Kiki, yang senantiasa

membantu dan mencurahkan seluruh tenaga, serta dorongan material maupun

spiritual demi kelancaran studi saya selama ini.

3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Jurusan Departemen Teknik

Industri Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Parsaoran Parapat, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I, terima kasih

banyak atas segala bimbingan, saran dan kritiknya sehingga saya dapat

menyelesaikan tugas akhir saya dengan baik.

5. Bapak Ikhsan Siregar, ST. M.Eng, selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih

banyak Terima kasih banyak atas segala bimbingan, saran dan kritiknya

sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir saya dengan baik.

6. Bapak Ir. Sugih Arto Pujongkoro, MM, selaku Koordinator Tugas Akhir

Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan saran dan masukan untuk Tugas Akhir saya.

7. Ibu Nazlina ST,MT, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan

(7)

8. Staff Pabrik Gula Sei Semayang PTPN II Medan yang telah membantu

penulis memberikan informasi dan masukan serta bantuan dalam

menyelesaikan Tugas Akhir.

9. Fikri Hamdi Harahap my hubby tersayang, terima kasih atas dukungan,

perhatian yang diberikan selama menyelesaikan Tugas Akhir.

10. Muhammad Tazly Pramana terima kasih atas dukungan dan bantuannya

selama menjalankan Tugas Akhir.

11. Sahabatku tercinta : Chitra Pratiwi, Efriyanti Kartika, Hanni Alqili Laury

Desky, Arie Desnia, Dara Viza Amelia, Yovita, dan semuanya yang tidak

dapat disebutkan satu per satu.

12. Adel yang telah membantu penulis memberikan masukan dan membimbing

dalam penyelesaian Tugas Akhir.

13. Teman-temanku Teknik Industri angkatan 2004 yang banyak membantu dan

memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir

ini.

14. Staff pengajar Departemen Teknik Industri, Staff Tata Usaha dan Staff

perpustakaan Departemen Teknik Industri.

15. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Medan, Maret 2010

(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

I. PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang ... I-1

1.2. Perumusan Masalah ... I-2

1.3. Tujuan dan Manfaat ... I-2

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-3

1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-4

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2

2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-3

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

III. TINJAUAN PUSTAKA ... III-1

3.1. Ergonomi ... III-1

3.1.1. Keluhan Muskuluskeletal ... III-2

3.1.2. PLIBEL ... III-6

3.1.2.1.Latar Belakang ... III-6

3.1.2.2.Prosedur ... III-15

3.1.2.3.Keuntungan ... III-17

3.1.2.3.Kerugian ... III-17

3.1.2.4.Standar dan Regulasi ... III-18

3.1.2.5.Pelatihan Terdekat dan Waktu Aplikasi ... III-19

3.1.2.6.Realibilitas dan Validitas ... III-19

3.1.3. Standard Nordic Questioner (SNQ) ... III-20

3.2. Postur Kerja ... III-21

3.2.1. REBA ... III-23

3.3. Antropometri ... III-28

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1

4.2. Rancangan Penelitian ... IV-1

4.3. Objek Penelitian ... IV-1

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.5. Instrumen Penelitian ... IV-2

4.6. Pelaksanaan Penelitian ... IV-3

4.7. Kerangka Pemecahan Masalah ... IV-5

4.8. Pengolahan Data ... IV-5

4.9. Analisis Data ... IV-6

4.10. Kesimpulan dan Saran ... IV-6

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpulan dan Pengolahan Data Form PLIBEL ... V-1

5.2. Pengumpulan dan Pengolahan Data Standard Nordic

Questioner (SNQ) ... V-7 5.3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Postur Kerja

Dengan Menggunakan Metode REBA ... V-11

5.3.1. Identifikasi Elemen-Elemen Kerja Pada Stasiun

Kerja Dapur Boiler yang Dikerjakan Secara Manual ... V-11

5.3.2. Identifikasi Postur Kerja Operator Pada Stasiun

Kerja Dapur Boiler ... V-11

5.3.3. Penilaian Postur Kerja Operator Dengan

Menggunakan Metode REBA ... V-14

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.5. Penilaian Beban Kerja Fisik Berdasarkan Denyut Nadi

Operator ... V-43

VI. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisis Keluhan Musculoskeletal (MSDs) Pada Operator

Bagian Boiler ... VI-1

6.2. Analisis Kelelahan Fisik Operator Bagian Boiler

Berdasarkan Kegiatan Fisiologi ... VI-2

6.3. Perbaikan Postur Kerja dan Fasilitas Kerja ... VI-3

6.4. Perancangan Metode Kerja Usulan Berdasarkan Fasilitas

Kerja Usulan ... VI-4

6.5. Perancangan Standard Operation Procedure/SOP ... VI-6

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-3

DAFTAR PUSTAKA ... DP

(12)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

3.1. Form PLIBEL ... III-8

3.2. Skor Batang Tubuh REBA ... III-24

3.3. Skor Leher REBA ... III-24

3.4. Skor Kaki REBA ... III-25

3.5. Skor Beban REBA ... III-25

3.6. Skor Lengan Atas REBA ... III-26

3.7. Skor Lengan Bawah REBA ... III-26

3.8. Skor Pergelangan Tangan REBA ... III-27

3.9. Coupling ... III-27

3.10. Skor Aktivitas ... III-27

3.11. Nilai Level Tindakan REBA... III-28

3.12. Contoh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Postur Kerja ... III-32

5.1. Form PLIBEL ... V-1

5.2. Form PLIBEL Pada Pengamatan di Stasiun Gudang Ampas ... V-5

5.3. Standard Nordic Questioner ... V-8

5.4. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Standard Nordic... V-9

5.5. Keterangan Dari No Item/Bagian Tubuh Pada Rekapitulasi

Kuisioner Standard Nordic ... V-10

5.6. Data Dimensi Tubuh Operator ... V-37

(13)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.8. Uji Kenormalan dengan Chi-Square ... V-42

5.9. Penetapan Ukuran yang Digunakan Untuk Perencanaan Fasilitas .... V-42

5.10. Data Suhu Ruangan dan Denyut Nadi Operator ... V-43

5.11. Beban Kerja yang Dialami Operator ... V-44

3.3. Skor Leher REBA ... III-24

3.4. Skor Kaki REBA ... III-25

3.5. Skor Beban REBA ... III-25

3.6. Skor Lengan Atas REBA ... III-26

3.7. Skor Lengan Bawah REBA ... III-26

3.8. Skor Pergelangan Tangan REBA ... III-27

3.9. Coupling ... III-27

3.10. Skor Aktivitas ... III-27

3.11. Nilai Level Tindakan REBA... III-28

5.2. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Standard Nordic... V-3

5.3. Keterangan Dari No Item/Bagian Tubuh Pada Rekapitulasi

Kuisioner Standard Nordic ... V-4

5.4. Form PLIBEL ... V-5

6.1. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Standard Nordic... VI-1

(14)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi Pabrik Gula Sei Semayang ... II-6

3.1. Contoh Posisi Kerja yang Menyebabkan Resiko Ergonomi yang

Dianalisis Menggunakan PLIBEL ... III-18

3.2. Postur Batang Tubuh REBA ... III-23

3.3. Postur Leher REBA ... III-24

3.4. Postur Kaki REBA ... III-24

3.5. Postur Lengan Atas REBA ... III-25

3.6. Postur Lengan Bawah REBA ... III-26

3.7. Postur Pergelangan Tangan REBA ... III-26

3.8. Segitiga Postural ... III-31

4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian ... IV-4

4.2. Block Diagram Kerangka Pemecahan Masalah ... IV-5

5.1. Pengontrolan Pengapian/Pembakaran pada Dapur Boiler ... V-11

5.2. Perataan Bahan Bakar Pada Tungku Dapur Boiler ... V-12

5.3. Mengatur Bahan Bakar Ampas ke Dapur Boiler ... V-12

5.4. Membuka Keran Blow Down yang berada di lower drum ... V-13

5.5. Pembersihan Pipa Luar Pada Boiler Dengan Cara

Mengoperasikan Soot Boiler ... V-13

5.6. Pengontrolan Pengapian/Pembakaran pada Dapur Boiler ... V-14

(15)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.8. Mengatur Bahan Bakar Ampas ke Dapur Boiler ... V-23

5.9. Membuka Keran Blow Down yang berada di lower drum ... V-27

5.10. Pembersihan Pipa Luar Pada Boiler Dengan Cara

Mengoperasikan Soot Boiler ... V-32

6.1. Tuas Penggulung Dua Dimensi ... VI-3

6.2. Postur Kerja Operator Sebelum Dilakukan Perbaikan ... VI-4

6.3. Postur Kerja Operator Setelah Dilakukan Perbaikan ... VI-5

6.4. Standard Operation Procedure (SOP) ... VI-6

6.5. Standard Operation Procedure (SOP) Berdasarkan Metode

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja... L-1

2. Proses Produksi ... L-10

3. Mesin dan Peralatan ... L-28

4. Form PLIBEL ... L-29

5. Form SNQ ... L-30

6. SPSS Hasil Uji Kenormalan Data Dengan Chi-Square... L-31

(17)

ABSTRAK

Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II Medan adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur yang menghasilkan produk berupa gula. Sebagian kegiatan dari proses produksi masih dilakukan dengan cara manual oleh operator dan secara terus menerus. Sebagian besar aktifitas pada bagian boiler masih dilakukan oleh operator secara manual. Kegiatan yang dilakukan secara manual diantaranya adalah pada saat pemindahan bahan bakar yang berupa ampas tebu ke dapur boiler, pengontrolan pengapian, perataan bahan bakar,serta kegiatan pemeriksaan/pengontrolan boiler.). Dengan demikian diperlukan analisis terhadapat kondisi kerja yang ada pada saat ini untuk dapat mengurangi kelelahan yang dirasakan oleh pekerja serta resiko cedera yang terjadi.

Penelitian ini dilakukan terhadap operator pada bagian boiler dengan melakukan identifikasi keluhan dan lingkungan kerja yang terpilih berdasarkan metode PLIBEL. Menentukan stasiun kerja yang paling banyak terjadinya keluhan musculoskeletal dengan menggunakan Standard Nordic Questioner. Penilaian postur kerja operator stasiun kerja terpilih dengan menggunakan metode REBA.

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil Identifikasi metode PLIBEL menunjukkan bahwa stasiun kerja yang paling dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan/organisasi adalah stasiun kerja dapur boiler sebesar 60 %, selain itu juga dapat dilihat bagian tubuh yang paling banyak menyebabkan ketengangan musculoskeletal adalah bagian leher,bahu,punggung bagian atas sebesar 25 % dan siku,lengan bawah,tangan sebesar 16,67 % serta punggung bagian bawah sebesar 8,33%. Berdasarkan dari hasil identifikasi Standard Nordic Questioner (SNQ) dapat diketahui stasiun kerja yang paling banyak mengalami keluhan musculoskeletal adalah stasiun kerja dapur boiler dan keluhan terbesar terdapat pada bagian leher,lengan,punggung,tangan, dan kaki. Dari penilaian postur kerja dengan menggunakan metode REBA diketahui elemen yang membutuhkan perbaikan fasilitas kerja yaitu pada elemen kerja pada saat pengaturan bahan bakar ke dapur boiler dan pembersihan pipa luar pada boiler dengan cara mengoperasikan soot boiler. Berdasarkan postur kerja yang diperbaiki maka dirancang fasilitas kerja berupa tuas penggulung.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II Medan adalah

perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur yang menghasilkan produk

berupa gula dimana sebagian kegiatan dari proses produksi masih dilakukan

dengan cara manual oleh operator dan secara terus menerus. Sebagian besar

aktifitas pada bagian boiler dilakukan secara manual. Kegiatan yang dilakukan

secara manual diantaranya adalah pada saat pemindahan bahan bakar yang berupa

ampas tebu ke dapur boiler, pengontrolan pengapian, perataan bahan bakar,serta

kegiatan pemeriksaan/pengontrolan boiler. Kegiatan pada setiap stasiun kerja ini

dilakukan dalam waktu yang cukup lama dan berulang sehingga dapat

menimbulkan keluhan.

Banyak sekali keluhan-keluhan yang datang dari operator seperti kelelahan

dan pegal-pegal pada beberapa bagian alat gerak tubuh karena sifat pekerjaan

tersebut. Efek-efek yang ditimbulkan dari pekerjaan pada bagian boiler yang

sering terjadi adalah sakit tulang belakang bawah (low back pain) dan peregangan

otot yang berlebihan (over exertion), yang dapat mengakibatkan menurunnya

kinerja dan produktivitas para pekerja. Dengan demikian diperlukan analisis

terhadapat kondisi kerja yang ada pada saat ini untuk dapat mengurangi kelelahan

(19)

Pekerjaan-pekerjaan yang ada di bagian boiler yang dapat menyebabkan

cedera musculoskeletal adalah penyebab utama dari ketidakmampuan dan

kompensasi dari pekerja sehingga diperlukan suatu penelitaian untuk menganalisis

dan perancangan aktivitas untuk mencegah penurunan produktivitas kerja yang

berhubungan dengan Work Related Musculoskeletal disorder (WMSDs) sehingga

dapat diketahui penyebab cedera serta dapat diputuskan jenis pekerjaan yang

harus dirancang ulang.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ketidaksesuaiaan antara

pemindahan material dengan alat bantu sehingga terjadi keluhan musculoskeletal.

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan umum dari penelitian yang dilakukan pada PT. Perkebunan

Nusantara II Sei Semayang adalah memberikan usulan alat bantu pada operator

sehingga keluhan musculoskeletal dapat dikurangi dengan demikian produktivitas

kerja operator tersebut dapat meningkat. Sedangkan tujuan khususnya adalah :

1. Identifikasi keluhan dan lingkungan kerja yang terpilih berdasarkan metode

PLIBEL.

2. Menentukan stasiun kerja yang paling banyak terjadinya keluhan

musculoskeletal dengan menggunakan Standard Nordic Questioner.

3. Penilaian postur kerja operator stasiun kerja terpilih dengan menggunakan

(20)

4. Perbaikan metode kerja berdasarkan penilaian postur kerja yang harus

diperbaiki.

5. Perbaikan alat bantu berdasarkan postur kerja yang telah diperbaiki.

6. Perbaikan metode kerja berdasarkan fasilitas dan postur kerja yang telah

diperbaiki.

7. Merancang SOP berdasarkan metode kerja usulan.

Sedangkan manfaat dari diadakannya penelitian yang dilakukan pada PT.

Perkebunan Nusantara II Sei Semayang adalah memberikan suatu metode kerja

yang lebih baik lagi dimana faktor resiko terhadap keluhan musculoskeletal dapat

dikurangi sehingga produktivitas kerja operator dapat meningkat.

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi

Dalam penelitian ini agar lebih terarah penulis membatasi hanya pada :

1. Penelitian difokuskan pada pekerja bagian boiler di PT. Perkebunan

Nusantara II Sei Semayang.

2. Penilaian postur kerja dengan menggunakan metode REBA.

Sedangkan asumsi yang digunakan adalah :

1. Operator yang melakukan pekerjaan adalah pekerja normal dan dapat bekerja

secara wajar pada saat dilakukan penelitian.

2. Operator telah terbiasa dengan pekerjaannya.

3. Kondisi lingkungan normal.

(21)

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika yang digunakan didalam penulisan tugas akhir ini adalah

sebagai berikut :

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah serta

sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisikan sejarah dan gambaran umum perusahaan,

organisasi dan manajemen serta proses produksi.

BAB III LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan teori-teori yang digunakan dalam analisis

(22)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tahapan-tahapan penelitian mulai dari

persiapan hingga penyusunan laporan tugas akhir.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi data-data primer dan sekunder yang diperoleh

dari penelitian serta pengolahan data yang membantu dalam

pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Bab ini berisi analisis hasil pengolahan data dan pemecahan

masalah.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan yang didapat dari hasil

pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada

(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Pada awalnya PT. Perkebunan Nusantara II pabrik gula Sei Semayang

merupakan perusahaan Belanda dengan nama N.V. Veroning Dedeli

Maatsenappij, tetapi akhirnya pada tanggal 11 Januari 1958 seluruh perusahaan bangsa Belanda yang diambil alih kepemilikannya termasuk perusahaan

perkebunan Belanda berdasarkan Undang-Undang No. 84 Tahun 1958 tentang

normalisasi perusahaan milik Belanda N.V.VDM yang terdiri dari 34 perusahaan.

Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah No. 143 Tahun

1961, maka pada tanggal 1 Juni 1961, Perusahaan Perkebunan Negara baru akan

diubah menjadi Perusahaan Perkebunan Sumatera Utara I yang bergerak khusus di

dalam bidang pengembangan tembakau. Selanjutnya pada Peraturan Pemerintah

No. 14 Tahun 1968 dan Lembaga Negara No. 23 Tahun 1968 menyatakan bahwa

Perusahaan Perkebunan Sumatera Utara I diubah menjadi Perusahaan Negara

Perkebunan IX yang terdiri dari 23 perkebunan dengan luas areal 58.319,75 Ha.

Setelah melakukan penelitian maka dapat memenuhi ketentuan-ketentuan

untuk dialihkan bentuknya menjadi perusahaan Perseroan karena adanya

permasalah dalam berbagai hal pengusaha tembakau dipasaran serta

usaha pemanfaatan tanah secara khusus pada selang waktu penanaman tembakau,

maka Proyek Pengembangan Industri Gula (PPIG) dirjen perkebunan dilakukan

(24)

Batang Kuis dan Sei semayang walaupun sebelumnya ini bukanlah termasuk

daerah penerapan tanaman tebu.

Dengan dilakukan percobaan penanaman tebu, selanjutnya ditanami

tembakau untuk usaha penekanan biaya umum perusahaan tembakau dari segi

efektivitas dan manajemen dinilai cukup baik sehingga proyek pengembangan

industri gula dan balai penelitian PTP IX sangat baik untuk masa depan yang

cerah dan manfaat tanaman tebu dalam suatu proyek gula. Pada tahun 1978

dilakukan Feasibility Study dan juga telah diperoleh izin pengembangan proyek

gula PTP IX, akhirnya pada tahun 1982 didirikanlah Pabrik Gula Sei Semayang

(PGSS).

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Berdasarkan pengelompokan perusahaan gula negara, Pabrik Gula Sei

Semayang dikategorikan dalam golongan D pengelompokan sesuai dengan SK

Menteri Pertanian No. 59/Kpst EKKU/10/1977 yang mengelompokkan pabrik

gula berdasarkan kapasitas dalam :

a. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 800 – 1200 ton.

b. Golongan B untuk pabrik dengan kapasitas 1200 – 1800 ton.

c. Golongan C untuk pabrik dengan kapasitas 1800 – 2700 ton.

d. Golongan D untuk pabrik dengan kapasitas 2700 – 4000 ton.

Selain Pabrik Gula Sei Semayang, PT. Perkebunan Nusantara II juga

memiliki pabrik gula yang lain yaitu Pabrik Gula Kuala Madu dengan kapasitas

(25)

2.3. Organisasi dan Manajemen

Pada sebuah perusahaan, organisasi dan struktur organisasi merupakan hal

yang penting dalam menentukan keberhasilan dan pencapaian tujuan perusahaan.

Dengan adanya organisasi di suatu perusahaan maka dapat dilihat suatu

sistem birokrasi yang menggambarkan bagaimana setiap pekerjaan dilaksanakan

dengan teratur dan dengan penuh tanggung jawab sehingga rencana – rencana

kerja dapat dilaksanakan dengan baik serta pengawasan akan lebih mudah

dilakukan.

Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi – fungsi

dan hubungan – hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan untuk

mencapai suatu tujuan. Secara fisik struktur organisasi dapat dinyatakan dalam

bentuk gambar bagan yang memperlihatkan hubungan unit – unit organisasi dan

garis – garis wewenang yang ada. Dengan demikian struktur organisasi dapat

didefinisikan sebagai ciri organisasi yang dapat dipergunakan untuk

mengendalikan dan membedakan bagian – bagian organisasi, sehingga perilaku

organisasi dapat secara efektif dan efisien tersalurkan dan terkendali arahnya

untuk menuju tercapainya tujuan organisasi.

Pembagian struktur organisasi dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Organisasi Garis / Lini

Organisasi ini didasarkan atas wewenang langsung. Masing-masing manajer

bertanggungjawab untuk mengumpulkan dan memproses informasi yang

akan dikeluarkan deparmennya bersama-sama dengan asisten manajer dan

(26)

2. Organisasi Lini dan Staf

Pada organisasi lini dan staf, merupakan perpaduan antara organisasi lini

ditambah dengan staf personil yang memberikan pelayanan pada manajernya.

Struktur organisasi ini tidak hanya ada garis komando dari atas ke bawah,

tetapi juga ada garis koordinasi dan pengaduan dari staf ke atasannya.

3. Organisasi Fungsional

Struktur organisasi fungsional didasarkan atas kepercayaan bahwa setiap

individu tidak akan menyediakan masing-maisng tenaga ahli dalam enam

gugus dari tiap tenaga kerja dengan enam supervisor tersendiri. Ide ini

dikembangkan oleh F. Taylor.

4. Organisasi Matriks

Struktur organisasi matriks lebih banyak digunakan dalam organisasi proyek

yang melibatkan beberapa spesialis ahli dari berbagai bidang untuk proyek

yang sama.

Struktur organisasi pada Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) adalah

struktur organisasi lini. Adapun alasan digunakan struktur organisasi lini adalah

didasarkan atas wewenang langsung dimana masing-masing kepala dinas

bertanggungjawab untuk mengumpulkan dan memproses informasi yang akan

dikeluarkan departemennya bersama-sama dengan bawahan lainnya.

Struktur organisasi Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) dapat dilihat pada

(27)

Organisasi lini tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya yang diuraikan

sebagai berikut :

Kelebihan struktur organisasi lini :

a. Kesatuan komando terjamin sepenuhnya karena pimpinan berada pada satu

tangan.

b. Garis komando berjalan secara tegas, karena pimpinan berhubungan langsung

dengan bawahan.

c. Proses pengambilan keputusan cepat.

d. Karyawan yang memiliki kecakapan yang tinggi serta yang rendah dapat

segera diketahui, juga karyawan yang rajin dan malas. Rasa solidaritas tinggi.

Kekurangan struktur organisasi lini :

a. Seluruh organisasi tergantung pada satu orang saja, apabila dia tidak mampu

melaksanakan tugas maka seluruh organisasi akan terancam kehancuran.

b. Adanya kecenderungan pimpinan bertindak secara otokratis.

c. Kesempatan karyawan untuk berkembang terbatas.

2.3.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Dari gambar di atas dapat diuraikan tugas dan tanggung jawab dari masing

– masing jabatan yang ada pada Pabrik Gula Sei Semayang. Uraian tugas dan

tanggung jawab tersebut adalah sebagai berikut :

1. Manager Kewajiban :

- Membantu direksi melaksanakan tugas dan kebijaksanaan yang telah

(28)

- Melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengendaliaan, dan

pengawasan di pabrik,guna menunjang usaha pokok secara efektif dan

efisien.

- Menyediakan informasi yang akurat dan up to date untuk kepentingan

direksi dan pengambil keputusan.

Wewenang :

- Menyusun dan membuat rencana kerja dan anggaran perusahaan (RCAP)

pabrik.

- Menyusun program kerja di kebun yang berkaitan dengan upaya

peningkatan kinerja pabrik.

- Melakukan pengawasan, penganalisaan, dan melakukan tindakan

perbaikan dibidang pengolahan, administrasi dan keuangan.

- Melakukan konsultasi dan koordinasi dengan instansi terkait (Kepolisian,

Militer, Pemuka Masyarakat) dalam pembinaan wilayah untuk

pengamanan asset perusahaan.

Tugas :

- Dalam menjalankan tugasnya, manager dibantu dengan kepala dinas.

- Mengendalikan kegiatan operasional pabrik.

- Mengelola seluruh produksi yang dikirim dari kebun sesuai dengan

kapasitas optimal pabrik dan menghasilkan produk yang berkualitas sesuai

dengan standart yang telah ditetapkan (nasional maupun internasional).

Tanggung Jawab :

(29)

2. Kepala Dinas Pengolahan

Kewajiban :

- Membantu manager pabrik melaksanakan tugas dan kebijaksanaan yang

telah digariskan perusahaan.

- Melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengendaliaan dan

pengawasan dipabrik untuk menunjang pencapaian sasaran yang telah

ditetapkan manager pabrik.

- Menyediakan data dean informasi yang akurat untuk kepentingan manager

pabrik

Wewenang :

- Membantu rencana kerja jangka menengah dan jangka pendek untuk

memelihara dan mengoperasi mesin peralatan.

- Mengendalikan biaya operasional dipabrik agar kegiatan berjalan optimal

- Memantau,mengevaluasi dan membantu tindakan perbaikan tehadap

penyimpangan operasional.

Tugas :

- Dalam melaksanakan tugas kepala dinas pengolahan harus berkoordinasi

dengan kepala dinas teknik dan bibantu oleh asisten.

- Mengkoordinasi semua asisten yang dibawahinya untuk mencapai target/

sasaran yang sudah ditentukan.

- Mengoptimalkan kerja mesin dan perlatan

Tanggung jawab :

(30)

3. Kepala Dinas Laboratorium

Kewajiban :

- Membantu manager pabrik dalam melaksanakan pekerjaan di bidang

laboratorium sebagai alat kontrol.

Wewenang :

- Membuat rencana jangka pendek tentang operasional laboratorium.

- Membuat program perawatan alat – alat laboratorium dan unit

pengelolahan limbah.

- Melaksanakan analisa/kontrol terhadap hasil kerja pengolahan/peralatan.

- Memeriksa dan menguasai metode, pelaksanaan dan peralatan analisa.

- Pengawasan terhadap bahan – bahan pembantu/kimia.

- Pengendalian biaya laboratorium.

Tugas :

- Langkah – langkah dipimpin oleh seorang staff.

Tanggung Jawab :

- Asisten laboratorium bertanggung jawab kepada manager.

4. Kepala Dinas Teknik

Kewajiban :

- Membantu manager pabrik melaksanakan tugas dan kebijaksanaan yang

telah digariskan oleh perusahaan.

- Melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan

pengawasan pabrik untukmenunjang pencapaian sasaran yang telah

(31)

- Menyediakan data dan informasi yang akurat untuk kepentingan manager

perusahaan.

Wewenang :

- Membuat rencana jangka pendek untuk pemeliharan dan pengoperasian

mesin dan instalasi.

- Mengendalikan biaya operasional di pabrik agar kegiatan berjala efektif

dan efisien.

- Memantau, mengevaluasi dan membuat tindakan perbaikan terhadap

penyimpangan operasional di pabrik.

- Memberikan usul dan saran perbaikan pada manager pabrik yang dapat

meningkatkan kinerja pabrik.

Tugas :

- Dalam menjalankan tugas , kepala dinas teknis harus berkoordinasi dengan

kepala pengolahan dibantu oleh asisten.

- Mengkoordinasi seluruh asisten yang dibawahinya untuk mencapai target/

sasaran yang tepat.

- Mengoptimalkan kerja mesin/ peralatan agar proses produksi berjalan

optimal.

- Membuat laporan pertanggung jawaban.

Tanggung Jawab :

(32)

5. Kepala Dinas Tata Usaha

Kewajiban :

- Membantu manager pabrik/administrasi dalam melaksanakan tugasnya

dibidang administrasi.

Wewenang :

- Mengkoordinir seluruh kegiatan administrasi kantor.

- Bersama dinas/bagian lain menyusun rencana kerja tahunan.

- Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja.

- Pengendalian sumber dana dan penggunaan dana.

- Menyimpan uang kas dan surat berharga milik perusahaan.

- Melakukan inspeksi ke kantor unit dalam lingkungan pabrik/kebun.

- Pengamanan terhadap aset perusahaan.

Tugas :

- Administrasi pabrik/kebun dikelolah oleh staff dengan dibantu tenaga

administrasi. Bertugas mengelolah administrasi pabrik/kebun secara

menyeluruh.

6. Asisten Pemurnian

Kewajiban :

- Membantu kepala dinas pengolahan melaksanakan pekerjaan dalam proses

pengolahan pada stasiun pemurnian.

Wewenang :

- Membuat rencana jangka pendek tentang pengadaan, perbaikan dan

(33)

- Menyusun program perawatan peralatan.

- Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu.

- Melaksanakan inspeksi secara teratur dan membuat recording.

- Pengendalian biaya dan system kerja.

Tugas :

- Stasiun pemurnian di pimpin oleh seorang staff dibantu oleh mandor dan

tenaga administrasi bertugas memaksimalkan rendemen, menekan

kehilangan dengan kualitas sebaik mungkin secara efisien.

- Tanggung jawab :

- Asisten pemurnian bertanggung jawab terhadap kepala dinas pengolahan.

7. Asisten Masakan

Kewajiban :

- Membantu kepala dinas pengolahan melaksanakan pekerjaan dalam proses

pengolahan pada stasiun masakan.

Wewenang :

- Membuat rencana kerja jangka pendek tentang pengadaan, perbaikan dan

pengoperasian peralatan pada stasiun masakan.

- Meyusun program perawatan peralatan.

- Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu.

- Melaksanakan inspeksi secara teratur dan membuat recording.

(34)

Tugas :

- Stasiun masakan dipimpin oleh seorang staff dibantu dengan mandor dan

tenaga administrasi, bertugas melakukan pemasakan nira hingga terbentuk

kristal gula dengan menganut prinsi efisiensi.

Tanggung jawab :

- Asisten masakan bertanggung jawab terhadap kepala dinas pengolahan

8. Asisten Putaran

Kewajiban :

- Membantu kepala dinas pengolahan melaksanakan pekerjaan dalam proses

pengolahan pada sistem putaran.

Wewenang :

- Meyusun program perawatan peralatan.

- Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu.

- Melaksanakan inspeksi secara teratur dan membuat recording.

- Pengendalian biaya dan sistem kerja.

Tugas :

- Stasiun putaran di pimpin oleh seorang staff dibantu oleh mandor dan

tenaga administrasi bertugas memisahkan kristal dan melakukan

pengeringan dengan prinsip efisien.

Tanggung jawab :

- Asisten putaran bertanggung jawab terhadap kepala dinas pengolahan.

9. Asisten Laboratorium

(35)

- Membantu tugas Kepala Asisten Laboratorium dalam pengawasan di

laboratorium.

Wewenang :

- Mengkoordinir dan mengevaluasi kegiatan laboratorium di laboratorium.

- Menganalisa dan memperbaiki hasil kerja.

- Membuat rencana kerja tahunan dengan bagian lain.

Tanggung Jawab :

- Asisten laboratorium bertanggung jawab langsung kepada Kepala Asisten

Laboratorium dibantu seorang koordinator.

10. Asisten Instrumen

Kewajiban :

- Membantu kepala dinas yeknik dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan layout, perawatan, pengoperasian seluruh peralatan

pabrik, kantor, perumahan, pembangkit yang berkaitan dengan

listrik/instrument.

Wewenang :

- Membuat rencana jangka pendek dalam hal pengadaan, perbaikan dan

penggunaan peralatan-peralatan listrik/ instrumen.

- Menyusun program perawatan peralatan listrik dan instrument.

- Melaksanakan standar baik biaya, fisisk maupun mutu sesuai dengan

ketetapan.

(36)

- Memantau menganalisa dan memperbaiki pekerjan dibidang listrik/

instrument.

Tugas :

- Bidang listrik/ instrument dipimpin oleh seorang staff dan dibantu oleh

mandor, bertugas mengolah peralatan listrik dan sumber daya lainnya yang

berkaitan.

Tanggung jawab :

- Asisten listrik/ instrument brtanggung jawab terhadap kepala dinas teknik.

11. Asisten Gilingan

Kewajiban :

- Membantu kepala bidang teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang

berhubungan dengan perencanaaan, perawatan, pengoperasian,stasiun

gilingan.

Wewenang :

- Membuat rencana jangka pendek tentang pengadaan perbaikan dan

penanganaan peralatan pada stasiun gilingan.

- Menyusun program perawatan/ mesin/ peralatan stasiun gilingan.

- Melaksanakan standat fisik, biaya, dan mutu yang telah ditetapkan.

- Melakukan inventaris fisik.

- Memantau, menganalisa, dan memperbaiki hasil kegiatan distasiun

gilingan.

(37)

Tugas :

- Stasiun ini dipimpin oleh seorang staff yang bertugas mengolah peralatan

dan tenaga kerjapada stasiun gilingan dengan melaksanakan tugasnya

dibantu mandor.

Tanggung jawab :

- Asisten milling bertanggung jawab terhadap kepala dinas teknik.

12. Asisten Work Shop

Kewajiban :

- Membantu kepala bidang tekni dalam melakukan pekerjaan mengolah

workshop.

- Mewakili kepala bidang teknik bila tidak berada ditempat.

Wewenang :

- Membuata rencana jangka pendek dalam pengadaan perbaikan/ modifikasi

dan penggunaan mesin/ peralatan work shop.

- Menyusun program perawatan peralatan work shop.

- Melaksanakan standart biaya, fisik, dan mutu.

- Memantau, mengevaluasi, dan memperbaiki hasil kerja work shop.

Tugas :

- Work shop dipimpin oleh seorang staff dan dibantu oleh mandor serta tenaga administrasi. Asisten work shop bertugas untuk melayani

(38)

Tanggung jawab :

- Asisten work shop bertanggung jawab kepada kepala dinas teknik.

13. Asisten Cane Yard

Kewajiban :

- Membantu manager pabrik di cane yard.

Wewenang :

- Menentukan operasi cane staker, forklift, traktor, dll.

- Menyusun anggaran dan program perawatan peralatan yang dipergunakan

di cane yard beserta keberhasilannya.

- Pengawasan dan pengendalian biaya serta operasi cane yard .

- Menjaga kebersihan halaman, lingkungan, jalan saluran air, pasar dan

infrastruktur lainya milik pabrik.

14. Asisten Gudang Hasil/Material

Kewajiban :

- Membantu Kepala Asisten Tata Usaha dalam mengawasi bagian gudang di

pabrik.

Wewenang :

- Melakukan pemeriksaan di gudang material dan gudang hasil.

- Melakukan inspeksi secara teratur.

- Menyusun laporan mengenai jumlah barang masuk dan keluar.

Tanggung Jawab :

- Asisten gudang bertanggung jawab kepada Kepala Asisten Tata Usaha

(39)

15. Asisten Keuangan

Kewajiban :

- Membantu Kepala Tata Usaha dalam pengawasan di bagian akuntansi,

financial, perencanaan perusahaan.

Wewenang :

- Mengkoordinir semua kegiatan adminisrasi perkantoran .

- Bersama dinas/ bagian lain menyusun rencana kerja tahunan.

- Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja.

- Pengendalian sumber dana dan penggunaan dana.

- Menyimpan uang kas dan surat-surat berharga milik perusahaan.

- Melakukan inspeksi kekantor unit dalam lingkup pabrik/ kebun.

- Pengamanan asset perusahaan.

Tugas :

- Administrasi pabrik/ kebun dikelola oleh seorang staff dan dibantu oleh

tenaga administrasi. Bertugas mengolah administrasi pabrik/ kebun secara

menyeluruh.

Tanggung jawab :

- Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Asisten Tata Usaha mengenai

kondisi kantor dibantu seorang koordinator.

16. Asisten SDM dan Umum

Kewajiban :

- Membantu Kepala Tata Usaha dalam mengawasi bagian umum

(40)

Wewenang :

- Mengelola sumber daya yang ada pada perusahaan.

- Mengelola perkoprasian perusahaan.

- Sebagai hubungan masyarakat perusahaan.

Tugas :

- Membantu Kepala Asisten Tata Usaha melakukan pengawasan pada

bagian umum seperti personalia dan koperasi.

17. Perwira Pengamanan

Kewajiban :

- Membantu manager pabrik/ administrasi dalam melaksanakan tugasnya

dibidang keamanan.

- Melakukan patroli/ inspeksi secara sistematis.

- Pengamanan terhadap asset perusahaan, tenagakerja beserta keluarganya.

- Menganalisa dan memperbaiki serta miningkatkan hasil kerja dibidang

keamanan.

Tugas :

- Menjaga keamanan pabrik dan asset –asset yang dimilikinya.

Askam/Papam dipimpin oleh seorang bintara /TNI-POLRI/ yang dibantu

oleh hansip.

Tanggung jawab :

- Askam/ Papam bertanggung jawab kepada administrasi/ papam PTPN II

(41)

Manajer

Kepala Dinas Pengolahan

Ass. Pemurnian Ass. Evaporasi/

Talodura Ass. Masakan Ass. Putaran

Kepala

Ass. Gilingan Ass. Listrik/ Powerplant Ass. Workshop Ass.

Instrument Ass. Can Yard

Kepala Dinas

(42)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Ergonomi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata

yaitu “ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum alam dan dapat

didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan

kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,

manajemen dan desain/perancangan.1 Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi,

efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di

rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibuthkan studi tentang sistem

dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan

tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi

disebut juga sebagai “Human Factors”. Ergonomi juga digunakan oleh berbagai

macam ahli/profesional pada bidangnya misalnya : ahli anatomi, arsitektur,

perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi pekerja, psikologi, dan

teknik industri.

Penerapan faktor ergonomi lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah

untuk desain dan evaluasi produk. Produk-produk ini haruslah dapat dengan

mudah diterapkan (dimengeri dan digunakan) pada sejumlah populasi masyarakat

tertentu tanpa mengakibatkan bahaya/resiko dalam penggunaannya.

Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya

(43)

secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Hubungan antara manusia pekerja

dan mesin serta peralatan-peralatan dan lingkungan kerja dapat dilihat sebagai

hubungan yang unik karena interaksi antara hal-hal di atas yang membentuk

sistem kerja tidak terlampau sederhana bahkan melibatkan berbagai disiplin ilmu,

salah satunya ilmu tentang tubuh manusia. Ilmu-ilmu terapan yang banyak

berhubungan dengan fungsi tubuh manusia adalah anatomi dan fisiologi. Selain

itu juga diperlukan pengetahuan dasar tentang sistem dan fungsi kerangka otot

dan dimensi tubuh manusia.

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan

cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,

mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontrak

sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan

meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun

setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,

ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan

sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

3.1.1.Keluhan Musculoskeletal

Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal

(44)

sakit.3 Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang

lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen

dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan

keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem

muskuloskeletal (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996). Secara garis besar keluhan

otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot

menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang

apabila pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.

Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot

masih terus berlanjut.

Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan

dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah

otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari,

punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Di antara keluhan otot skeletal

tersebut, yang banayk dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (low back

pain =LBP).

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena konstraksi otot yang

berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi

pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi

apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20 % dari kekuatan otot

(45)

ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya

tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme

karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang

menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot.

Peter Vi (2000) menjelaskan bahwa, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal adalah :

1. Peregangan Otot yang Berlebihan

Peregangana otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya sering

dikeluhkan oleh pekerja di mana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan

tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan

menahan beban yang berat.

2. Aktivitas Berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus

seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut dsb.

Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara

terus menerus tanpa memperoleh kesempatan unutk relaksasi.

3. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi

bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan

tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat. Semakin

jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula

(46)

umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja

tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

Berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Health

Administration (OSHA), tindakan ergonomik untuk mencegah adanya sumber penyakit adalah melalui dua cara, yaitu rekayasa teknik (desain stasiun dan alat

kerja) dan rekayasa manajemen (kriteria dan organisasi kerja). Langkah preventif

ini dimaksudkan untuk mengeleminir overexertion dan mencegah adanya sikap

kerja tidak alamiah.

1. Rekayasa Teknik

Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa

alternatif sebagai berikut :

a. Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini

jarang bisa dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang

mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada.

b. Substitusi, yaitu mengganti alat/bahan lama dengan alat/bahan baru yang

aman, menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur

penggunaan peralatan.

c. Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja,

sebagai contoh, memisahkan ruang mesin yang bergetar dengan ruang

kerja lainnya, pemasangan alat peredam getaran.

d. Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi resiko

(47)

2. Rekayasa Manajemen

Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai

berikut :

a. Pendidikan dan Pelatihan

Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami

lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan dapat melakukan

penyesuaian dan inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan

terhadap resiko sakit akibat kerja.

b. Pengaturan Waktu Kerja dan Istirahat yang Seimbang

Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti

disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan,

sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber

bahaya.

c. Pengawasan yang Intensif

Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara

lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja.

3.1.2.PLIBEL : Suatu Metode Penilaian untuk Identifikasi Resiko Ergonomi

3.1.2.1.Latar Belakang

Swedish Work Environment Act menetapkan bahwa pemberi kerja harus menyelidiki bahaya dalam pekerjaan, menyusun rencana tindakan dan

(48)

hal ini juga menjadi perhatian untuk Inspektorat Tenaga Kerja Pemerintah untuk

mempelajari kondisi-kondisi dan perbaikan-perbaikan di dalam tempat kerja.

“Metode untuk mengidentifikasi faktor-faktor ketegangan musculoskeletal

yang dapat menyebabkan dampak yang merugikan” (PLIBEL) dirancang untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan seperti itu. PLIBEL sudah digunakan di dalam

beberapa penelitian ergonomi dan sebagai suatu alat di bidang pendidikan.

PLIBEL sudah diperkenalkan ke berbagai bagian dari dunia dan diterjemahkan ke

dalam beberapa bahasa (Kemmlert, 1995, 1996a, 1996b, 1997).

PLIBEL merupakan suatu alat checklist yang sederhana untuk memeriksa

penyebab utama resiko musculoskeletal serta hubungannya dengan penilaian

tempat kerja. Aspek waktu, lingkungan dan organisasi juga turut menjadi

pertimbangan dalam metode ini sebagai faktor-faktor pengubah.

Checklist tersebut dirancang agar setiap item yang biasanya diperiksa pada suatu penilaian tempat kerja terhadap resiko ergonomi akan tercatat dan

dihubungkan dengan lima bagian tubuh. Hanya karakteristik pekerjaan tertentu

yang digambarkan dan didokumentasikan seperti resiko ergonomi pada jurnal dan

buku teks yang terdaftar. Jika terdapat suatu pertanyaan yang tidak relevan

terhadap suatu daerah tubuh tertentu, dan/atau jika dokumentasi yang ada tidak

ditemukan di dalam literatur, hal tersebut ditunjukkan pada bidang abu-abu dalam

(49)

Tabel 3.1. Form PLIBEL

Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal

Metode-metode Aplikasi:

1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.

2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko

cedera musculoskeletal

1: Apakah permukaan berjalan tidak seimbang, miring, tidak berpegas/ulet atau licin?

2: Apakah ruang terlalu terbatas untuk pergerakan kerja atau material kerja? 3: Apakah perkakas dan peralatan dirancang tidak sesuai untuk pekerja atau pekerjaan? 4: Apakah tinggi kerja tidak sesuai?

5: Apakah kursi kerja dirancang kurang baik atau tidak sesuai?

6: Jika pekerjaan dilakukan dengan berdiri, apakah tidak ada kemungkinan untuk duduk dan beristirahat?

(50)

Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal

Metode-metode Aplikasi:

1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.

2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko

cedera musculoskeletal

7: Apakah kelelahan pada pijakan kaki terjadi?

8: Apakah kelelahan kaki pada saat bekerja terjadi? Seperti:...

a) Pijakan yang berulang pada bangku, langkah, dll.

b) Lompatan-lompatan yang berulang, berjongkok lama atau berlutut?

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)

(51)

Metode-metode Aplikasi:

1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.

2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko

cedera musculoskeletal

c) Satu kaki digunakan lebih sering untuk menyokong tubuh?

9: Apakah pekerjaan berulang terjadi pada saat punggung:

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)

Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal

Metode-metode Aplikasi:

(52)

2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko

cedera musculoskeletal

10: Apakah pekerjaan berulang terjadi pada leher:

11: Apakah beban diangkat secara manual? Catatan faktor-faktor yang penting:

a) Periode pengangkatan yang berulang

b) Berat dari beban

c) Genggaman yang tidak alami pada beban

d) Lokasi yang tidak alami pada beban di awal atau akhir pengangkatan

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)

Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal

Metode-metode Aplikasi:

(53)

2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko

cedera musculoskeletal

e) Pengangkatan melebihi tinggi lengan bawah

f) Pengangkatan di bawah tinggi lutut

g) Pengangkatan di atas bahu

12: Apakah pekerjaan berulang, pengangkatan yang tidak nyaman, mendorong atau menarik beban terjadi?

13: Apakah pekerjaan terjadi pada saat salah satu lengan menjangkau ke depan atau ke samping tanpa sokongan?

14: Adakah terdapat pengulangan pada:

a) Gerakan-gerakan kerja yang serupa?

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)

Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal

Metode-metode Aplikasi:

1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.

(54)

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko

b) Gerakan-gerakan kerja yang serupa melebihi jarak jangkauan yang nyaman? 15: Apakah pekerjaan manual yang berulang terjadi? Faktor-faktor yang penting seperti: a) Berat/beban dari material kerja atau perkakas

b) Genggaman yang tidak alami pada material kerja atau perkakas

16: Apakah ada tuntutan yang tinggi untuk kapasitas visual?

17: Apakah pengulangan kerja dengan lengan bawah dan tangan terjadi dengan:

a) Gerakan-gerakan membelit?

b) Gerakan-gerakan yang kuat?

c) Posisi tangan yang tidak nyaman?

d) Saklar atau papan tombol?

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)

(55)

Leher,

Bagian II: Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi

18: Apakah tidak ada kemungkinan untuk

istirahat dan berhenti?

19: Apakah tidak ada kemungkinan untuk

memilih pesanan dan jenis pekerjaan atau

langkah pekerjaan?

20: Apakah pekerjaan dilakukan di bawah

waktu pesanan atau stres psikologi?

21: Dapatkah pekerjaan memiliki situasi yang

tidak biasa atau diharapkan?

22. Di bawah ini apakah terjadi:

a) Dingin

b) Panas

c) Aliran udara

d) Bising

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)

Bagian II: Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi

(56)

f) Hentakan, goncangan, atau getaran

Skor Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi

Jumlah

Persentase

3.1.2.2.Prosedur

Penilaian tempat kerja dengan menggunakan PLIBEL dimulai dengan

wawancara pengantar dengan karyawan atau dengan suatu pengamatan

pendahuluan. Penilaian berfokus pada bagian dari pekerjaan yang mewakili,

tugas-tugas yang dilaksanakan paling banyak dari waktu kerja, dan tugas-tugas

yang dianggap pekerja dan peneliti sebagai pekerjaan yang terutama sekali

menyebabkan ketegangan sistem musculoskeletal. Dengan demikian form

PLIBEL mungkin harus diisi oleh masing-masing karyawan. Penilaian tersebut

harus dihubungkan dengan kapasitas setiap individu yang diamati. Cara-cara yang

tidak biasa dan bersifat pribadi juga direkam.

Ketika suatu resiko ergonomi diamati, bidang yang dinomori pada form

tersebut dicentang atau catatan pendek dibuat. Di dalam laporan akhir, tafsiran

jawaban disusun berdasarkan kepentingan, kutipan-kutipan dari daftar resiko

ergonomi dapat digunakan. Perubahan faktor waktu, organisasi atau lingkungan

juga turut menjadi pertimbangan.

Biasanya PLIBEL digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko

yang merugikan musculoskeletal pada suatu daerah tubuh tertentu, dan hanya

(57)

Untuk menggunakan PLIBEL, pertama-tama menempatkan daerah tubuh

yang cedera, lalu ikuti bidang putih di sebelah kanan dan periksa faktor resiko

yang diamati untuk tugas pekerjaan. Penilaian dilanjutkan lebih sulit, karena

memerlukan pertimbangan pertanyaan-pertanyaan a sampai f . Hal ini dapat

meningkatkan mutu atau menyederhanakan masalah. Tambahan penjelasan

mengenai resiko tidak disebutkan dalam daftar, tetapi tetap dicatat.

Sebagai contoh, tidak ada kriteria durasi untuk catatan PLIBEL, dengan

demikian baik kejadian yang berlangsung singkat atau kejadian yang jarang juga

dapat dicatat. Sebenarnya, tujuan dari wawancara dengan pekerja pada

pengamatan pendahuluan adalah untuk membuat beberapa aspek dari tugas yang

diberikan.

Analisis dari kemungkinan terjadi resiko ergonomi dilaksanakan di tempat

kerja, dan hanya informasi tentang resiko yang relevan dari penilaian saja yang

dipertimbangkan. Persoalan-persoalan yang diidentifikasi sebagai resiko diubah

berdasarkan kepentingan. Kesimpulan dari laporan memberikan suatu gambaran

mengenai kondisi kerja secara ergonomi.

3.1.2.3.Keuntungan

Metode PLIBEL adalah suatu metode penilaian yang umum dan tidak

(58)

keseluruhan dari tubuh dan meringkas identifikasi resiko ergonomi yang terjadi

dalam beberapa kalimat.

PLIBEL adalah suatu metode investigasi awal untuk peninjau tempat kerja

dalam mengidentifikasi resiko ergonomi, dan dapat juga dilampirkan dengan

pengukuran yang lain seperti beban dan waktu atau pengamatan dari penelitian

yang lain.

Meski dicoba untuk menambahkan item dalam checklist, untuk

memperoleh suatu ukuran kuantitatif dan sederhana dari kondisi ergonomi setelah

penilaian tempat kerja, PLIBEL tidak harus dimodifikasi atau digunakan dengan

cara ini. Resiko-resiko ergonomi yang berbeda tidak mempunyai pengaruh yang

sama pada cedera yang dialami pekerja, dan permasalahan tertentu dapat muncul

dengan lebih banyak faktor resiko di dalam checklist.

3.1.2.3.Kerugian

Metode PLIBEL adalah suatu metode penilaian yang umum dan tidak

dimaksudkan untuk setiap pekerjaan tertentu. Banyak metode lainnya

dimaksudkan untuk pekerjaan tertentu atau bagian tubuh tertentu dan dapat

mencatat jawaban yang lebih rinci. Jika perlu, metode-metode yang lebih spesifik

(59)

Gambar 3.1. Contoh Posisi Kerja yang Menyebabkan Resiko Ergonomi yang

Dianalisis Menggunakan PLIBEL

3.1.2.4.Standar dan Regulasi

PLIBEL dirancang untuk memenuhi kebutuhan tentang suatu metode

praktis dan standar untuk mengidentifikasi resiko-resiko ergonomi dan untuk

suatu penilaian pendahuluan atas faktor-faktor resiko. Suatu alat pemeriksaan

ergonomi, untuk penilaian atas kondisi-kondisi yang ergonomi di tempat kerja,

sudah diusulkan sebagai suatu instrumen yang layak oleh peneliti-peneliti lain.

Lebih dari itu, PLIBEL cukup berharga untuk memiliki suatu metode

penilaian yang sistematis ketika melakukan tindak lanjut dan ketika menganalisis

bagaimana intervensi setelah terjadi cedera musculoskeletal bisa dibuat lebih

efektif.

PLIBEL mengikuti standar dan peraturan-peraturan saat ini, dan meskipun

merupakan suatu yang cukup jelas, metoda penilaian subjektif, terdaftar hanya

(60)

yang kuat. Untuk menggunakan metode ini dengan mahir, praktek tertentu sangat

dianjurkan.

3.1.2.5.Pelatihan Terdekat dan Waktu Aplikasi

Mengidentifikasi suatu situasi yang tidak alami bukanlah suatu hal yang

sulit, maupun apakah itu sulit untuk menemukan situasi seperti itu dengan bantuan

dari checklist. PLIBEL cukup cepat untuk digunakan dan mudah untuk dipahami,

dan para pemakai akan menjadi terbiasa dengan alat ini dalam beberapa jam.

Bagaimanapun, meski PLIBEL adalah suatu metode penilaian subjektif yang

cukup jelas yang membuat penilaian-penilaian dikotom tentang resiko, PLIBEL

memerlukan suatu pemahaman ergonomi yang kuat, dan keahlian penggunaan

dari metode-metode yang praktis.

3.1.2.6.Realibilitas dan Validitas

Suatu studi realibilitas dan validitas dari metode sudah dilaksanakan

menurut Carmines dan Zeller (1979). Hal tersebut diuji (Kemmlert, 1995) untuk:

− Membangun validitas

− Kriteria validitas

− Realibilitas − Aplikabilitas

Apakah isi dari PLIBEL dan himpunan dari materi konsisten dengan perkiraan

(61)

Dapatkah kejadian dari kriteria (resiko ergonomi) telah valid oleh perbandingan

metode yang lain?

Apakah hasil dari para pemakai yang berbeda dari metode PLIBEL konsisten

ketika mengamati situasi kerja yang sama?

Bagaimana metode itu digunakan? Apakah merupakan pengalaman?

PLIBEL sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa

Inggris, Belanda, Prancis, Spanyol (Serratos-Pérez dan Kemmlert, 1998), dan

Yunani (Serratos-Pérez dan Kemmlert, 1998).

Penemuan-penemuan penelitian sudah menyediakan suatu dasar untuk

perbaikan-perbaikan yang direkomendasikan, untuk diskusi permasalahan

ergonomi, dan untuk pendidikan. Lebih dari itu, PLIBEL sudah digunakan untuk

pendidikan ergonomi baik dalam industri maupun di dalam sistem pendidikan

Swedia.

3.1.3.Standard Nordic Questioner (SNQ)

Melalui standart nordic questioner dapat diketahui bagian-bagian otot

yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman

(agak sakit) sampai sangat sakit (Corlett,1992)

Dengan melihat dan menganalisa peta tubuh (NBM), maka dapat

diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.

Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena mengandung subjektivitas

(62)

pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivita kerja (pre and

post test).

Dari uraian tentang berbagai metode untuk mengukur dan mengenali

sumber keluhan otot skeletal tersebut di atas, terlihat bahwa masing-masing

metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, sebelum memilih dan

menetapkan metode yang akan digunakan,hendaknya dikaji terlebih dahulu

karakteristik dari aktivitas kerja yang diukur, selanjutnya barulah ditetapkan

metode yang cocok untuk kondisi dan karakteristik aktivitas kerja yang ada.

3.2.Postur Kerja

Pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan postur kerja dapat

membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur

kerja berdiri, duduk maupun postur kerja lainnya. Pada beberapa jenis pekerjaan

terdapat postur kerja yang tidak alami dan berlangsung dalam jangka waktu yang

lama. Hal ini akan mengakibatkan keluhan sakit pada bagian tubuh, cacat produk

bahkan cacat tubuh. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan

dengan postur tubuh saat bekerja :

a. Semaksimal mungkin mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan

postur membungkun dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam

jangka waktu yang lama.

b. Operator seharusnya tidak menggunakan jangkauan maksimum. Pengaturan

(63)

Ada beberapa alasan untuk melakukan pengukuran kerja operator, antara

lain :

a. Menentukan apakah postur kerja yang ada sekarang dapat diterima dari segi

kesehatan.

b. Membangun suatu dasar untuk mengevaluasi efektivitas perlakuan yang

diberikan.

c. Mengidentifikasi atribut-atribut pekerjaan yang berhubungan dengan postur

kerja yang buruk.

d. Evaluasi efektivitas perlakuan dengan membandingkannya dengan landasan

dasar yang tealah dibangun.

Hambatan dalam melakukan pengukuran postur kerja antara lain :

a. Pengukuran postur kerja memerlukan perekaman posisi sendi-sendi tubuh

secara simultan.

b. Sudut – sudut sendi dan posisi tubuh dapat berubah dengan cepat.

c. Ukuran tubuh mempengaruhi postur kerja seseorang.

d. Perlu dilakukan pengumpulan data postur dan data pekerjaan pada saat

bersamaan.

e. Patokan untuk membedakan postur yang dapat diterima atau yang tidak dapat

diterima sangat sedikit.

(64)

3.2.1.REBA

Metode pengukuran postur kerja yang digunakan pada penelitian ini

adalah REBA (Rapid Entire Body Assessment). REBA (Rapid Entire Body

Assessment) merupakan suatu metode penilaian postur untuk menilai faktor risiko gangguan tubuh keseluruhan. Untuk masing-masing tugas, dinilai faktor postur

tubuh dengan penilaian pada masing-masing grup yang terdiri atas 2 grup yaitu:

1. Grup A yang terdiri dari postur tubuh kiri dan kanan dari batang tubuh (trunk),

leher (neck), dan kaki (legs).

2. Grup B yang terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari lengan atas (upper

arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist).

Pada masing-masing grup diberikan suatu skala postur tubuh dan suatu

pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor beban/kekuatan dan coupling.

Berikut ini adalah faktor-faktor yang dinilai pada metode REBA.

Grup A:

a.Batang tubuh (trunk)

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Pabrik Gula Sei Semayang
Tabel 3.1. Form PLIBEL
Tabel 3.9. Coupling
Tabel 5.1. Form PLIBEL (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. BAGAN

PENGELOLA PELATIHAN DI LEMBAGA PELATIHAN PEMERINTAH MENURUT PROVINSI DAN

Keluaran Terlaksananya kompetisi olahraga 1 Kegiatan Hasil Meningkatnya kualitas pembinaan olahraga 100%. Kelompok Sasaran Kegiatan : Aparatur

wajar apabila dalam menyelesaikan soal matematika, siswa melakukan kesalahan. Namun apabila kesalahan-kesalahan yang muncul tidak segera

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang dilimpahkan pada kita semua sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul

Ulum (2008) melakukan penelitian berjudul “Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan di Indonesia.” Penelitian tersebut mengestimasi dan menganalisis Value Added

[r]

Pemahaman Teks Ayat yang Berkaitan dengan Pluralitas Agama Dalam hasil penelitian Syamsul Hidayat, disebutkan bahwa para pemikir Islam berbeda pendapat dalam melihat