PERANCANGAN ALAT BANTU KERJA OPERATOR
BAGIAN BOILER PADA PABRIK GULA SEI
SEMAYANG PTPN.II MEDAN
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh
Tantri Nuraisha
NIM. 080423073
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
ABSTRAK
Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II Medan adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur yang menghasilkan produk berupa gula. Sebagian kegiatan dari proses produksi masih dilakukan dengan cara manual oleh operator dan secara terus menerus. Sebagian besar aktifitas pada bagian boiler masih dilakukan oleh operator secara manual. Kegiatan yang dilakukan secara manual diantaranya adalah pada saat pemindahan bahan bakar yang berupa ampas tebu ke dapur boiler, pengontrolan pengapian, perataan bahan bakar,serta kegiatan pemeriksaan/pengontrolan boiler.). Dengan demikian diperlukan analisis terhadapat kondisi kerja yang ada pada saat ini untuk dapat mengurangi kelelahan yang dirasakan oleh pekerja serta resiko cedera yang terjadi.
Penelitian ini dilakukan terhadap operator pada bagian boiler dengan melakukan identifikasi keluhan dan lingkungan kerja yang terpilih berdasarkan metode PLIBEL. Menentukan stasiun kerja yang paling banyak terjadinya keluhan musculoskeletal dengan menggunakan Standard Nordic Questioner. Penilaian postur kerja operator stasiun kerja terpilih dengan menggunakan metode REBA.
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil Identifikasi metode PLIBEL menunjukkan bahwa stasiun kerja yang paling dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan/organisasi adalah stasiun kerja dapur boiler sebesar 60 %, selain itu juga dapat dilihat bagian tubuh yang paling banyak menyebabkan ketengangan musculoskeletal adalah bagian leher,bahu,punggung bagian atas sebesar 25 % dan siku,lengan bawah,tangan sebesar 16,67 % serta punggung bagian bawah sebesar 8,33%. Berdasarkan dari hasil identifikasi Standard Nordic Questioner (SNQ) dapat diketahui stasiun kerja yang paling banyak mengalami keluhan musculoskeletal adalah stasiun kerja dapur boiler dan keluhan terbesar terdapat pada bagian leher,lengan,punggung,tangan, dan kaki. Dari penilaian postur kerja dengan menggunakan metode REBA diketahui elemen yang membutuhkan perbaikan fasilitas kerja yaitu pada elemen kerja pada saat pengaturan bahan bakar ke dapur boiler dan pembersihan pipa luar pada boiler dengan cara mengoperasikan soot boiler. Berdasarkan postur kerja yang diperbaiki maka dirancang fasilitas kerja berupa tuas penggulung.
KATA PENGANTAR
Dengan ucapan Alhamdulillahlirabbilalamin sebagai rasa terima kasih dan
puji syukur kepada Allah SWT, serta usaha yang sungguh -sungguh penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis dalam kesempatan ini mengajukan judul “Perancangan Alat
Bantu Kerja Operator Bagian Boiler Pada Pabrik Gula Sei Semayang
PTPN.II Medan” guna memenuhi sebagian dari syarat – syarat memperoleh
gelar sarjana teknik. Proses penyusuan tugas akhir merupakan suatu proses
panjang yang membawa penulis dapat belajar lebih jauh lagi mengenai ilmu
teknik industri itu sendiri beserta aplikasinya. Banyak makna dan pelajaran yang
penulis dapatkan dari proses pengerjaan tugas akhir ini, yang mungkin tidak akan
penulis dapatkan dari bangku perkuliahan.
Tentunya dalam penulisan tugas akhir ini banyak terdapat kesalahan baik
dari segi kosakata maupun dari segi pengertian. Oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan agar dimasa mendatang menjadi lebih baik.
Medan, Maret 2010
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan selesainya Tugas Akhir ini tidak lupa saya mengucapkan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada :
1. Allah SWT Sang Penciptaku atas kemudahan, kelancaran dan
kemurahan-Nya dalam memberikan rahmat dan petunjuk-kemurahan-Nya untuk menyelesaikan tugas
akhir ini.
2. Keluargaku tercinta : Papa, Mama, Mbak Ade, Mbak Kiki, yang senantiasa
membantu dan mencurahkan seluruh tenaga, serta dorongan material maupun
spiritual demi kelancaran studi saya selama ini.
3. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Jurusan Departemen Teknik
Industri Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. Parsaoran Parapat, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I, terima kasih
banyak atas segala bimbingan, saran dan kritiknya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas akhir saya dengan baik.
5. Bapak Ikhsan Siregar, ST. M.Eng, selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih
banyak Terima kasih banyak atas segala bimbingan, saran dan kritiknya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir saya dengan baik.
6. Bapak Ir. Sugih Arto Pujongkoro, MM, selaku Koordinator Tugas Akhir
Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan saran dan masukan untuk Tugas Akhir saya.
7. Ibu Nazlina ST,MT, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan
8. Staff Pabrik Gula Sei Semayang PTPN II Medan yang telah membantu
penulis memberikan informasi dan masukan serta bantuan dalam
menyelesaikan Tugas Akhir.
9. Fikri Hamdi Harahap my hubby tersayang, terima kasih atas dukungan,
perhatian yang diberikan selama menyelesaikan Tugas Akhir.
10. Muhammad Tazly Pramana terima kasih atas dukungan dan bantuannya
selama menjalankan Tugas Akhir.
11. Sahabatku tercinta : Chitra Pratiwi, Efriyanti Kartika, Hanni Alqili Laury
Desky, Arie Desnia, Dara Viza Amelia, Yovita, dan semuanya yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
12. Adel yang telah membantu penulis memberikan masukan dan membimbing
dalam penyelesaian Tugas Akhir.
13. Teman-temanku Teknik Industri angkatan 2004 yang banyak membantu dan
memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
ini.
14. Staff pengajar Departemen Teknik Industri, Staff Tata Usaha dan Staff
perpustakaan Departemen Teknik Industri.
15. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Medan, Maret 2010
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
I. PENDAHULUAN ... I-1
1.1. Latar Belakang ... I-1
1.2. Perumusan Masalah ... I-2
1.3. Tujuan dan Manfaat ... I-2
1.4. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-3
1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-4
II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1
2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2
2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-3
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
III. TINJAUAN PUSTAKA ... III-1
3.1. Ergonomi ... III-1
3.1.1. Keluhan Muskuluskeletal ... III-2
3.1.2. PLIBEL ... III-6
3.1.2.1.Latar Belakang ... III-6
3.1.2.2.Prosedur ... III-15
3.1.2.3.Keuntungan ... III-17
3.1.2.3.Kerugian ... III-17
3.1.2.4.Standar dan Regulasi ... III-18
3.1.2.5.Pelatihan Terdekat dan Waktu Aplikasi ... III-19
3.1.2.6.Realibilitas dan Validitas ... III-19
3.1.3. Standard Nordic Questioner (SNQ) ... III-20
3.2. Postur Kerja ... III-21
3.2.1. REBA ... III-23
3.3. Antropometri ... III-28
IV. METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1
4.2. Rancangan Penelitian ... IV-1
4.3. Objek Penelitian ... IV-1
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
4.5. Instrumen Penelitian ... IV-2
4.6. Pelaksanaan Penelitian ... IV-3
4.7. Kerangka Pemecahan Masalah ... IV-5
4.8. Pengolahan Data ... IV-5
4.9. Analisis Data ... IV-6
4.10. Kesimpulan dan Saran ... IV-6
V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1
5.1. Pengumpulan dan Pengolahan Data Form PLIBEL ... V-1
5.2. Pengumpulan dan Pengolahan Data Standard Nordic
Questioner (SNQ) ... V-7 5.3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Postur Kerja
Dengan Menggunakan Metode REBA ... V-11
5.3.1. Identifikasi Elemen-Elemen Kerja Pada Stasiun
Kerja Dapur Boiler yang Dikerjakan Secara Manual ... V-11
5.3.2. Identifikasi Postur Kerja Operator Pada Stasiun
Kerja Dapur Boiler ... V-11
5.3.3. Penilaian Postur Kerja Operator Dengan
Menggunakan Metode REBA ... V-14
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
BAB HALAMAN
5.5. Penilaian Beban Kerja Fisik Berdasarkan Denyut Nadi
Operator ... V-43
VI. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1
6.1. Analisis Keluhan Musculoskeletal (MSDs) Pada Operator
Bagian Boiler ... VI-1
6.2. Analisis Kelelahan Fisik Operator Bagian Boiler
Berdasarkan Kegiatan Fisiologi ... VI-2
6.3. Perbaikan Postur Kerja dan Fasilitas Kerja ... VI-3
6.4. Perancangan Metode Kerja Usulan Berdasarkan Fasilitas
Kerja Usulan ... VI-4
6.5. Perancangan Standard Operation Procedure/SOP ... VI-6
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1
7.1. Kesimpulan ... VII-1
7.2. Saran ... VII-3
DAFTAR PUSTAKA ... DP
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
3.1. Form PLIBEL ... III-8
3.2. Skor Batang Tubuh REBA ... III-24
3.3. Skor Leher REBA ... III-24
3.4. Skor Kaki REBA ... III-25
3.5. Skor Beban REBA ... III-25
3.6. Skor Lengan Atas REBA ... III-26
3.7. Skor Lengan Bawah REBA ... III-26
3.8. Skor Pergelangan Tangan REBA ... III-27
3.9. Coupling ... III-27
3.10. Skor Aktivitas ... III-27
3.11. Nilai Level Tindakan REBA... III-28
3.12. Contoh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Postur Kerja ... III-32
5.1. Form PLIBEL ... V-1
5.2. Form PLIBEL Pada Pengamatan di Stasiun Gudang Ampas ... V-5
5.3. Standard Nordic Questioner ... V-8
5.4. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Standard Nordic... V-9
5.5. Keterangan Dari No Item/Bagian Tubuh Pada Rekapitulasi
Kuisioner Standard Nordic ... V-10
5.6. Data Dimensi Tubuh Operator ... V-37
DAFTAR TABEL (LANJUTAN)
TABEL HALAMAN
5.8. Uji Kenormalan dengan Chi-Square ... V-42
5.9. Penetapan Ukuran yang Digunakan Untuk Perencanaan Fasilitas .... V-42
5.10. Data Suhu Ruangan dan Denyut Nadi Operator ... V-43
5.11. Beban Kerja yang Dialami Operator ... V-44
3.3. Skor Leher REBA ... III-24
3.4. Skor Kaki REBA ... III-25
3.5. Skor Beban REBA ... III-25
3.6. Skor Lengan Atas REBA ... III-26
3.7. Skor Lengan Bawah REBA ... III-26
3.8. Skor Pergelangan Tangan REBA ... III-27
3.9. Coupling ... III-27
3.10. Skor Aktivitas ... III-27
3.11. Nilai Level Tindakan REBA... III-28
5.2. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Standard Nordic... V-3
5.3. Keterangan Dari No Item/Bagian Tubuh Pada Rekapitulasi
Kuisioner Standard Nordic ... V-4
5.4. Form PLIBEL ... V-5
6.1. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Standard Nordic... VI-1
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi Pabrik Gula Sei Semayang ... II-6
3.1. Contoh Posisi Kerja yang Menyebabkan Resiko Ergonomi yang
Dianalisis Menggunakan PLIBEL ... III-18
3.2. Postur Batang Tubuh REBA ... III-23
3.3. Postur Leher REBA ... III-24
3.4. Postur Kaki REBA ... III-24
3.5. Postur Lengan Atas REBA ... III-25
3.6. Postur Lengan Bawah REBA ... III-26
3.7. Postur Pergelangan Tangan REBA ... III-26
3.8. Segitiga Postural ... III-31
4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian ... IV-4
4.2. Block Diagram Kerangka Pemecahan Masalah ... IV-5
5.1. Pengontrolan Pengapian/Pembakaran pada Dapur Boiler ... V-11
5.2. Perataan Bahan Bakar Pada Tungku Dapur Boiler ... V-12
5.3. Mengatur Bahan Bakar Ampas ke Dapur Boiler ... V-12
5.4. Membuka Keran Blow Down yang berada di lower drum ... V-13
5.5. Pembersihan Pipa Luar Pada Boiler Dengan Cara
Mengoperasikan Soot Boiler ... V-13
5.6. Pengontrolan Pengapian/Pembakaran pada Dapur Boiler ... V-14
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
GAMBAR HALAMAN
5.8. Mengatur Bahan Bakar Ampas ke Dapur Boiler ... V-23
5.9. Membuka Keran Blow Down yang berada di lower drum ... V-27
5.10. Pembersihan Pipa Luar Pada Boiler Dengan Cara
Mengoperasikan Soot Boiler ... V-32
6.1. Tuas Penggulung Dua Dimensi ... VI-3
6.2. Postur Kerja Operator Sebelum Dilakukan Perbaikan ... VI-4
6.3. Postur Kerja Operator Setelah Dilakukan Perbaikan ... VI-5
6.4. Standard Operation Procedure (SOP) ... VI-6
6.5. Standard Operation Procedure (SOP) Berdasarkan Metode
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja... L-1
2. Proses Produksi ... L-10
3. Mesin dan Peralatan ... L-28
4. Form PLIBEL ... L-29
5. Form SNQ ... L-30
6. SPSS Hasil Uji Kenormalan Data Dengan Chi-Square... L-31
ABSTRAK
Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II Medan adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur yang menghasilkan produk berupa gula. Sebagian kegiatan dari proses produksi masih dilakukan dengan cara manual oleh operator dan secara terus menerus. Sebagian besar aktifitas pada bagian boiler masih dilakukan oleh operator secara manual. Kegiatan yang dilakukan secara manual diantaranya adalah pada saat pemindahan bahan bakar yang berupa ampas tebu ke dapur boiler, pengontrolan pengapian, perataan bahan bakar,serta kegiatan pemeriksaan/pengontrolan boiler.). Dengan demikian diperlukan analisis terhadapat kondisi kerja yang ada pada saat ini untuk dapat mengurangi kelelahan yang dirasakan oleh pekerja serta resiko cedera yang terjadi.
Penelitian ini dilakukan terhadap operator pada bagian boiler dengan melakukan identifikasi keluhan dan lingkungan kerja yang terpilih berdasarkan metode PLIBEL. Menentukan stasiun kerja yang paling banyak terjadinya keluhan musculoskeletal dengan menggunakan Standard Nordic Questioner. Penilaian postur kerja operator stasiun kerja terpilih dengan menggunakan metode REBA.
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil Identifikasi metode PLIBEL menunjukkan bahwa stasiun kerja yang paling dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan/organisasi adalah stasiun kerja dapur boiler sebesar 60 %, selain itu juga dapat dilihat bagian tubuh yang paling banyak menyebabkan ketengangan musculoskeletal adalah bagian leher,bahu,punggung bagian atas sebesar 25 % dan siku,lengan bawah,tangan sebesar 16,67 % serta punggung bagian bawah sebesar 8,33%. Berdasarkan dari hasil identifikasi Standard Nordic Questioner (SNQ) dapat diketahui stasiun kerja yang paling banyak mengalami keluhan musculoskeletal adalah stasiun kerja dapur boiler dan keluhan terbesar terdapat pada bagian leher,lengan,punggung,tangan, dan kaki. Dari penilaian postur kerja dengan menggunakan metode REBA diketahui elemen yang membutuhkan perbaikan fasilitas kerja yaitu pada elemen kerja pada saat pengaturan bahan bakar ke dapur boiler dan pembersihan pipa luar pada boiler dengan cara mengoperasikan soot boiler. Berdasarkan postur kerja yang diperbaiki maka dirancang fasilitas kerja berupa tuas penggulung.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan Nusantara II Medan adalah
perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur yang menghasilkan produk
berupa gula dimana sebagian kegiatan dari proses produksi masih dilakukan
dengan cara manual oleh operator dan secara terus menerus. Sebagian besar
aktifitas pada bagian boiler dilakukan secara manual. Kegiatan yang dilakukan
secara manual diantaranya adalah pada saat pemindahan bahan bakar yang berupa
ampas tebu ke dapur boiler, pengontrolan pengapian, perataan bahan bakar,serta
kegiatan pemeriksaan/pengontrolan boiler. Kegiatan pada setiap stasiun kerja ini
dilakukan dalam waktu yang cukup lama dan berulang sehingga dapat
menimbulkan keluhan.
Banyak sekali keluhan-keluhan yang datang dari operator seperti kelelahan
dan pegal-pegal pada beberapa bagian alat gerak tubuh karena sifat pekerjaan
tersebut. Efek-efek yang ditimbulkan dari pekerjaan pada bagian boiler yang
sering terjadi adalah sakit tulang belakang bawah (low back pain) dan peregangan
otot yang berlebihan (over exertion), yang dapat mengakibatkan menurunnya
kinerja dan produktivitas para pekerja. Dengan demikian diperlukan analisis
terhadapat kondisi kerja yang ada pada saat ini untuk dapat mengurangi kelelahan
Pekerjaan-pekerjaan yang ada di bagian boiler yang dapat menyebabkan
cedera musculoskeletal adalah penyebab utama dari ketidakmampuan dan
kompensasi dari pekerja sehingga diperlukan suatu penelitaian untuk menganalisis
dan perancangan aktivitas untuk mencegah penurunan produktivitas kerja yang
berhubungan dengan Work Related Musculoskeletal disorder (WMSDs) sehingga
dapat diketahui penyebab cedera serta dapat diputuskan jenis pekerjaan yang
harus dirancang ulang.
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ketidaksesuaiaan antara
pemindahan material dengan alat bantu sehingga terjadi keluhan musculoskeletal.
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan umum dari penelitian yang dilakukan pada PT. Perkebunan
Nusantara II Sei Semayang adalah memberikan usulan alat bantu pada operator
sehingga keluhan musculoskeletal dapat dikurangi dengan demikian produktivitas
kerja operator tersebut dapat meningkat. Sedangkan tujuan khususnya adalah :
1. Identifikasi keluhan dan lingkungan kerja yang terpilih berdasarkan metode
PLIBEL.
2. Menentukan stasiun kerja yang paling banyak terjadinya keluhan
musculoskeletal dengan menggunakan Standard Nordic Questioner.
3. Penilaian postur kerja operator stasiun kerja terpilih dengan menggunakan
4. Perbaikan metode kerja berdasarkan penilaian postur kerja yang harus
diperbaiki.
5. Perbaikan alat bantu berdasarkan postur kerja yang telah diperbaiki.
6. Perbaikan metode kerja berdasarkan fasilitas dan postur kerja yang telah
diperbaiki.
7. Merancang SOP berdasarkan metode kerja usulan.
Sedangkan manfaat dari diadakannya penelitian yang dilakukan pada PT.
Perkebunan Nusantara II Sei Semayang adalah memberikan suatu metode kerja
yang lebih baik lagi dimana faktor resiko terhadap keluhan musculoskeletal dapat
dikurangi sehingga produktivitas kerja operator dapat meningkat.
1.4. Batasan Masalah dan Asumsi
Dalam penelitian ini agar lebih terarah penulis membatasi hanya pada :
1. Penelitian difokuskan pada pekerja bagian boiler di PT. Perkebunan
Nusantara II Sei Semayang.
2. Penilaian postur kerja dengan menggunakan metode REBA.
Sedangkan asumsi yang digunakan adalah :
1. Operator yang melakukan pekerjaan adalah pekerja normal dan dapat bekerja
secara wajar pada saat dilakukan penelitian.
2. Operator telah terbiasa dengan pekerjaannya.
3. Kondisi lingkungan normal.
1.5. Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika yang digunakan didalam penulisan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
RINGKASAN
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah serta
sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisikan sejarah dan gambaran umum perusahaan,
organisasi dan manajemen serta proses produksi.
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan teori-teori yang digunakan dalam analisis
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan tahapan-tahapan penelitian mulai dari
persiapan hingga penyusunan laporan tugas akhir.
BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi data-data primer dan sekunder yang diperoleh
dari penelitian serta pengolahan data yang membantu dalam
pemecahan masalah.
BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
Bab ini berisi analisis hasil pengolahan data dan pemecahan
masalah.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan yang didapat dari hasil
pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
Pada awalnya PT. Perkebunan Nusantara II pabrik gula Sei Semayang
merupakan perusahaan Belanda dengan nama N.V. Veroning Dedeli
Maatsenappij, tetapi akhirnya pada tanggal 11 Januari 1958 seluruh perusahaan bangsa Belanda yang diambil alih kepemilikannya termasuk perusahaan
perkebunan Belanda berdasarkan Undang-Undang No. 84 Tahun 1958 tentang
normalisasi perusahaan milik Belanda N.V.VDM yang terdiri dari 34 perusahaan.
Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah No. 143 Tahun
1961, maka pada tanggal 1 Juni 1961, Perusahaan Perkebunan Negara baru akan
diubah menjadi Perusahaan Perkebunan Sumatera Utara I yang bergerak khusus di
dalam bidang pengembangan tembakau. Selanjutnya pada Peraturan Pemerintah
No. 14 Tahun 1968 dan Lembaga Negara No. 23 Tahun 1968 menyatakan bahwa
Perusahaan Perkebunan Sumatera Utara I diubah menjadi Perusahaan Negara
Perkebunan IX yang terdiri dari 23 perkebunan dengan luas areal 58.319,75 Ha.
Setelah melakukan penelitian maka dapat memenuhi ketentuan-ketentuan
untuk dialihkan bentuknya menjadi perusahaan Perseroan karena adanya
permasalah dalam berbagai hal pengusaha tembakau dipasaran serta
usaha pemanfaatan tanah secara khusus pada selang waktu penanaman tembakau,
maka Proyek Pengembangan Industri Gula (PPIG) dirjen perkebunan dilakukan
Batang Kuis dan Sei semayang walaupun sebelumnya ini bukanlah termasuk
daerah penerapan tanaman tebu.
Dengan dilakukan percobaan penanaman tebu, selanjutnya ditanami
tembakau untuk usaha penekanan biaya umum perusahaan tembakau dari segi
efektivitas dan manajemen dinilai cukup baik sehingga proyek pengembangan
industri gula dan balai penelitian PTP IX sangat baik untuk masa depan yang
cerah dan manfaat tanaman tebu dalam suatu proyek gula. Pada tahun 1978
dilakukan Feasibility Study dan juga telah diperoleh izin pengembangan proyek
gula PTP IX, akhirnya pada tahun 1982 didirikanlah Pabrik Gula Sei Semayang
(PGSS).
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Berdasarkan pengelompokan perusahaan gula negara, Pabrik Gula Sei
Semayang dikategorikan dalam golongan D pengelompokan sesuai dengan SK
Menteri Pertanian No. 59/Kpst EKKU/10/1977 yang mengelompokkan pabrik
gula berdasarkan kapasitas dalam :
a. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 800 – 1200 ton.
b. Golongan B untuk pabrik dengan kapasitas 1200 – 1800 ton.
c. Golongan C untuk pabrik dengan kapasitas 1800 – 2700 ton.
d. Golongan D untuk pabrik dengan kapasitas 2700 – 4000 ton.
Selain Pabrik Gula Sei Semayang, PT. Perkebunan Nusantara II juga
memiliki pabrik gula yang lain yaitu Pabrik Gula Kuala Madu dengan kapasitas
2.3. Organisasi dan Manajemen
Pada sebuah perusahaan, organisasi dan struktur organisasi merupakan hal
yang penting dalam menentukan keberhasilan dan pencapaian tujuan perusahaan.
Dengan adanya organisasi di suatu perusahaan maka dapat dilihat suatu
sistem birokrasi yang menggambarkan bagaimana setiap pekerjaan dilaksanakan
dengan teratur dan dengan penuh tanggung jawab sehingga rencana – rencana
kerja dapat dilaksanakan dengan baik serta pengawasan akan lebih mudah
dilakukan.
Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi – fungsi
dan hubungan – hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan untuk
mencapai suatu tujuan. Secara fisik struktur organisasi dapat dinyatakan dalam
bentuk gambar bagan yang memperlihatkan hubungan unit – unit organisasi dan
garis – garis wewenang yang ada. Dengan demikian struktur organisasi dapat
didefinisikan sebagai ciri organisasi yang dapat dipergunakan untuk
mengendalikan dan membedakan bagian – bagian organisasi, sehingga perilaku
organisasi dapat secara efektif dan efisien tersalurkan dan terkendali arahnya
untuk menuju tercapainya tujuan organisasi.
Pembagian struktur organisasi dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Organisasi Garis / Lini
Organisasi ini didasarkan atas wewenang langsung. Masing-masing manajer
bertanggungjawab untuk mengumpulkan dan memproses informasi yang
akan dikeluarkan deparmennya bersama-sama dengan asisten manajer dan
2. Organisasi Lini dan Staf
Pada organisasi lini dan staf, merupakan perpaduan antara organisasi lini
ditambah dengan staf personil yang memberikan pelayanan pada manajernya.
Struktur organisasi ini tidak hanya ada garis komando dari atas ke bawah,
tetapi juga ada garis koordinasi dan pengaduan dari staf ke atasannya.
3. Organisasi Fungsional
Struktur organisasi fungsional didasarkan atas kepercayaan bahwa setiap
individu tidak akan menyediakan masing-maisng tenaga ahli dalam enam
gugus dari tiap tenaga kerja dengan enam supervisor tersendiri. Ide ini
dikembangkan oleh F. Taylor.
4. Organisasi Matriks
Struktur organisasi matriks lebih banyak digunakan dalam organisasi proyek
yang melibatkan beberapa spesialis ahli dari berbagai bidang untuk proyek
yang sama.
Struktur organisasi pada Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) adalah
struktur organisasi lini. Adapun alasan digunakan struktur organisasi lini adalah
didasarkan atas wewenang langsung dimana masing-masing kepala dinas
bertanggungjawab untuk mengumpulkan dan memproses informasi yang akan
dikeluarkan departemennya bersama-sama dengan bawahan lainnya.
Struktur organisasi Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) dapat dilihat pada
Organisasi lini tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya yang diuraikan
sebagai berikut :
Kelebihan struktur organisasi lini :
a. Kesatuan komando terjamin sepenuhnya karena pimpinan berada pada satu
tangan.
b. Garis komando berjalan secara tegas, karena pimpinan berhubungan langsung
dengan bawahan.
c. Proses pengambilan keputusan cepat.
d. Karyawan yang memiliki kecakapan yang tinggi serta yang rendah dapat
segera diketahui, juga karyawan yang rajin dan malas. Rasa solidaritas tinggi.
Kekurangan struktur organisasi lini :
a. Seluruh organisasi tergantung pada satu orang saja, apabila dia tidak mampu
melaksanakan tugas maka seluruh organisasi akan terancam kehancuran.
b. Adanya kecenderungan pimpinan bertindak secara otokratis.
c. Kesempatan karyawan untuk berkembang terbatas.
2.3.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
Dari gambar di atas dapat diuraikan tugas dan tanggung jawab dari masing
– masing jabatan yang ada pada Pabrik Gula Sei Semayang. Uraian tugas dan
tanggung jawab tersebut adalah sebagai berikut :
1. Manager Kewajiban :
- Membantu direksi melaksanakan tugas dan kebijaksanaan yang telah
- Melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengendaliaan, dan
pengawasan di pabrik,guna menunjang usaha pokok secara efektif dan
efisien.
- Menyediakan informasi yang akurat dan up to date untuk kepentingan
direksi dan pengambil keputusan.
Wewenang :
- Menyusun dan membuat rencana kerja dan anggaran perusahaan (RCAP)
pabrik.
- Menyusun program kerja di kebun yang berkaitan dengan upaya
peningkatan kinerja pabrik.
- Melakukan pengawasan, penganalisaan, dan melakukan tindakan
perbaikan dibidang pengolahan, administrasi dan keuangan.
- Melakukan konsultasi dan koordinasi dengan instansi terkait (Kepolisian,
Militer, Pemuka Masyarakat) dalam pembinaan wilayah untuk
pengamanan asset perusahaan.
Tugas :
- Dalam menjalankan tugasnya, manager dibantu dengan kepala dinas.
- Mengendalikan kegiatan operasional pabrik.
- Mengelola seluruh produksi yang dikirim dari kebun sesuai dengan
kapasitas optimal pabrik dan menghasilkan produk yang berkualitas sesuai
dengan standart yang telah ditetapkan (nasional maupun internasional).
Tanggung Jawab :
2. Kepala Dinas Pengolahan
Kewajiban :
- Membantu manager pabrik melaksanakan tugas dan kebijaksanaan yang
telah digariskan perusahaan.
- Melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengendaliaan dan
pengawasan dipabrik untuk menunjang pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan manager pabrik.
- Menyediakan data dean informasi yang akurat untuk kepentingan manager
pabrik
Wewenang :
- Membantu rencana kerja jangka menengah dan jangka pendek untuk
memelihara dan mengoperasi mesin peralatan.
- Mengendalikan biaya operasional dipabrik agar kegiatan berjalan optimal
- Memantau,mengevaluasi dan membantu tindakan perbaikan tehadap
penyimpangan operasional.
Tugas :
- Dalam melaksanakan tugas kepala dinas pengolahan harus berkoordinasi
dengan kepala dinas teknik dan bibantu oleh asisten.
- Mengkoordinasi semua asisten yang dibawahinya untuk mencapai target/
sasaran yang sudah ditentukan.
- Mengoptimalkan kerja mesin dan perlatan
Tanggung jawab :
3. Kepala Dinas Laboratorium
Kewajiban :
- Membantu manager pabrik dalam melaksanakan pekerjaan di bidang
laboratorium sebagai alat kontrol.
Wewenang :
- Membuat rencana jangka pendek tentang operasional laboratorium.
- Membuat program perawatan alat – alat laboratorium dan unit
pengelolahan limbah.
- Melaksanakan analisa/kontrol terhadap hasil kerja pengolahan/peralatan.
- Memeriksa dan menguasai metode, pelaksanaan dan peralatan analisa.
- Pengawasan terhadap bahan – bahan pembantu/kimia.
- Pengendalian biaya laboratorium.
Tugas :
- Langkah – langkah dipimpin oleh seorang staff.
Tanggung Jawab :
- Asisten laboratorium bertanggung jawab kepada manager.
4. Kepala Dinas Teknik
Kewajiban :
- Membantu manager pabrik melaksanakan tugas dan kebijaksanaan yang
telah digariskan oleh perusahaan.
- Melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan
pengawasan pabrik untukmenunjang pencapaian sasaran yang telah
- Menyediakan data dan informasi yang akurat untuk kepentingan manager
perusahaan.
Wewenang :
- Membuat rencana jangka pendek untuk pemeliharan dan pengoperasian
mesin dan instalasi.
- Mengendalikan biaya operasional di pabrik agar kegiatan berjala efektif
dan efisien.
- Memantau, mengevaluasi dan membuat tindakan perbaikan terhadap
penyimpangan operasional di pabrik.
- Memberikan usul dan saran perbaikan pada manager pabrik yang dapat
meningkatkan kinerja pabrik.
Tugas :
- Dalam menjalankan tugas , kepala dinas teknis harus berkoordinasi dengan
kepala pengolahan dibantu oleh asisten.
- Mengkoordinasi seluruh asisten yang dibawahinya untuk mencapai target/
sasaran yang tepat.
- Mengoptimalkan kerja mesin/ peralatan agar proses produksi berjalan
optimal.
- Membuat laporan pertanggung jawaban.
Tanggung Jawab :
5. Kepala Dinas Tata Usaha
Kewajiban :
- Membantu manager pabrik/administrasi dalam melaksanakan tugasnya
dibidang administrasi.
Wewenang :
- Mengkoordinir seluruh kegiatan administrasi kantor.
- Bersama dinas/bagian lain menyusun rencana kerja tahunan.
- Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja.
- Pengendalian sumber dana dan penggunaan dana.
- Menyimpan uang kas dan surat berharga milik perusahaan.
- Melakukan inspeksi ke kantor unit dalam lingkungan pabrik/kebun.
- Pengamanan terhadap aset perusahaan.
Tugas :
- Administrasi pabrik/kebun dikelolah oleh staff dengan dibantu tenaga
administrasi. Bertugas mengelolah administrasi pabrik/kebun secara
menyeluruh.
6. Asisten Pemurnian
Kewajiban :
- Membantu kepala dinas pengolahan melaksanakan pekerjaan dalam proses
pengolahan pada stasiun pemurnian.
Wewenang :
- Membuat rencana jangka pendek tentang pengadaan, perbaikan dan
- Menyusun program perawatan peralatan.
- Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu.
- Melaksanakan inspeksi secara teratur dan membuat recording.
- Pengendalian biaya dan system kerja.
Tugas :
- Stasiun pemurnian di pimpin oleh seorang staff dibantu oleh mandor dan
tenaga administrasi bertugas memaksimalkan rendemen, menekan
kehilangan dengan kualitas sebaik mungkin secara efisien.
- Tanggung jawab :
- Asisten pemurnian bertanggung jawab terhadap kepala dinas pengolahan.
7. Asisten Masakan
Kewajiban :
- Membantu kepala dinas pengolahan melaksanakan pekerjaan dalam proses
pengolahan pada stasiun masakan.
Wewenang :
- Membuat rencana kerja jangka pendek tentang pengadaan, perbaikan dan
pengoperasian peralatan pada stasiun masakan.
- Meyusun program perawatan peralatan.
- Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu.
- Melaksanakan inspeksi secara teratur dan membuat recording.
Tugas :
- Stasiun masakan dipimpin oleh seorang staff dibantu dengan mandor dan
tenaga administrasi, bertugas melakukan pemasakan nira hingga terbentuk
kristal gula dengan menganut prinsi efisiensi.
Tanggung jawab :
- Asisten masakan bertanggung jawab terhadap kepala dinas pengolahan
8. Asisten Putaran
Kewajiban :
- Membantu kepala dinas pengolahan melaksanakan pekerjaan dalam proses
pengolahan pada sistem putaran.
Wewenang :
- Meyusun program perawatan peralatan.
- Melaksanakan standar fisik, biaya dan mutu.
- Melaksanakan inspeksi secara teratur dan membuat recording.
- Pengendalian biaya dan sistem kerja.
Tugas :
- Stasiun putaran di pimpin oleh seorang staff dibantu oleh mandor dan
tenaga administrasi bertugas memisahkan kristal dan melakukan
pengeringan dengan prinsip efisien.
Tanggung jawab :
- Asisten putaran bertanggung jawab terhadap kepala dinas pengolahan.
9. Asisten Laboratorium
- Membantu tugas Kepala Asisten Laboratorium dalam pengawasan di
laboratorium.
Wewenang :
- Mengkoordinir dan mengevaluasi kegiatan laboratorium di laboratorium.
- Menganalisa dan memperbaiki hasil kerja.
- Membuat rencana kerja tahunan dengan bagian lain.
Tanggung Jawab :
- Asisten laboratorium bertanggung jawab langsung kepada Kepala Asisten
Laboratorium dibantu seorang koordinator.
10. Asisten Instrumen
Kewajiban :
- Membantu kepala dinas yeknik dalam melaksanakan pekerjaan yang
berhubungan dengan layout, perawatan, pengoperasian seluruh peralatan
pabrik, kantor, perumahan, pembangkit yang berkaitan dengan
listrik/instrument.
Wewenang :
- Membuat rencana jangka pendek dalam hal pengadaan, perbaikan dan
penggunaan peralatan-peralatan listrik/ instrumen.
- Menyusun program perawatan peralatan listrik dan instrument.
- Melaksanakan standar baik biaya, fisisk maupun mutu sesuai dengan
ketetapan.
- Memantau menganalisa dan memperbaiki pekerjan dibidang listrik/
instrument.
Tugas :
- Bidang listrik/ instrument dipimpin oleh seorang staff dan dibantu oleh
mandor, bertugas mengolah peralatan listrik dan sumber daya lainnya yang
berkaitan.
Tanggung jawab :
- Asisten listrik/ instrument brtanggung jawab terhadap kepala dinas teknik.
11. Asisten Gilingan
Kewajiban :
- Membantu kepala bidang teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang
berhubungan dengan perencanaaan, perawatan, pengoperasian,stasiun
gilingan.
Wewenang :
- Membuat rencana jangka pendek tentang pengadaan perbaikan dan
penanganaan peralatan pada stasiun gilingan.
- Menyusun program perawatan/ mesin/ peralatan stasiun gilingan.
- Melaksanakan standat fisik, biaya, dan mutu yang telah ditetapkan.
- Melakukan inventaris fisik.
- Memantau, menganalisa, dan memperbaiki hasil kegiatan distasiun
gilingan.
Tugas :
- Stasiun ini dipimpin oleh seorang staff yang bertugas mengolah peralatan
dan tenaga kerjapada stasiun gilingan dengan melaksanakan tugasnya
dibantu mandor.
Tanggung jawab :
- Asisten milling bertanggung jawab terhadap kepala dinas teknik.
12. Asisten Work Shop
Kewajiban :
- Membantu kepala bidang tekni dalam melakukan pekerjaan mengolah
workshop.
- Mewakili kepala bidang teknik bila tidak berada ditempat.
Wewenang :
- Membuata rencana jangka pendek dalam pengadaan perbaikan/ modifikasi
dan penggunaan mesin/ peralatan work shop.
- Menyusun program perawatan peralatan work shop.
- Melaksanakan standart biaya, fisik, dan mutu.
- Memantau, mengevaluasi, dan memperbaiki hasil kerja work shop.
Tugas :
- Work shop dipimpin oleh seorang staff dan dibantu oleh mandor serta tenaga administrasi. Asisten work shop bertugas untuk melayani
Tanggung jawab :
- Asisten work shop bertanggung jawab kepada kepala dinas teknik.
13. Asisten Cane Yard
Kewajiban :
- Membantu manager pabrik di cane yard.
Wewenang :
- Menentukan operasi cane staker, forklift, traktor, dll.
- Menyusun anggaran dan program perawatan peralatan yang dipergunakan
di cane yard beserta keberhasilannya.
- Pengawasan dan pengendalian biaya serta operasi cane yard .
- Menjaga kebersihan halaman, lingkungan, jalan saluran air, pasar dan
infrastruktur lainya milik pabrik.
14. Asisten Gudang Hasil/Material
Kewajiban :
- Membantu Kepala Asisten Tata Usaha dalam mengawasi bagian gudang di
pabrik.
Wewenang :
- Melakukan pemeriksaan di gudang material dan gudang hasil.
- Melakukan inspeksi secara teratur.
- Menyusun laporan mengenai jumlah barang masuk dan keluar.
Tanggung Jawab :
- Asisten gudang bertanggung jawab kepada Kepala Asisten Tata Usaha
15. Asisten Keuangan
Kewajiban :
- Membantu Kepala Tata Usaha dalam pengawasan di bagian akuntansi,
financial, perencanaan perusahaan.
Wewenang :
- Mengkoordinir semua kegiatan adminisrasi perkantoran .
- Bersama dinas/ bagian lain menyusun rencana kerja tahunan.
- Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja.
- Pengendalian sumber dana dan penggunaan dana.
- Menyimpan uang kas dan surat-surat berharga milik perusahaan.
- Melakukan inspeksi kekantor unit dalam lingkup pabrik/ kebun.
- Pengamanan asset perusahaan.
Tugas :
- Administrasi pabrik/ kebun dikelola oleh seorang staff dan dibantu oleh
tenaga administrasi. Bertugas mengolah administrasi pabrik/ kebun secara
menyeluruh.
Tanggung jawab :
- Bertanggung jawab langsung kepada Kepala Asisten Tata Usaha mengenai
kondisi kantor dibantu seorang koordinator.
16. Asisten SDM dan Umum
Kewajiban :
- Membantu Kepala Tata Usaha dalam mengawasi bagian umum
Wewenang :
- Mengelola sumber daya yang ada pada perusahaan.
- Mengelola perkoprasian perusahaan.
- Sebagai hubungan masyarakat perusahaan.
Tugas :
- Membantu Kepala Asisten Tata Usaha melakukan pengawasan pada
bagian umum seperti personalia dan koperasi.
17. Perwira Pengamanan
Kewajiban :
- Membantu manager pabrik/ administrasi dalam melaksanakan tugasnya
dibidang keamanan.
- Melakukan patroli/ inspeksi secara sistematis.
- Pengamanan terhadap asset perusahaan, tenagakerja beserta keluarganya.
- Menganalisa dan memperbaiki serta miningkatkan hasil kerja dibidang
keamanan.
Tugas :
- Menjaga keamanan pabrik dan asset –asset yang dimilikinya.
Askam/Papam dipimpin oleh seorang bintara /TNI-POLRI/ yang dibantu
oleh hansip.
Tanggung jawab :
- Askam/ Papam bertanggung jawab kepada administrasi/ papam PTPN II
Manajer
Kepala Dinas Pengolahan
Ass. Pemurnian Ass. Evaporasi/
Talodura Ass. Masakan Ass. Putaran
Kepala
Ass. Gilingan Ass. Listrik/ Powerplant Ass. Workshop Ass.
Instrument Ass. Can Yard
Kepala Dinas
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata
yaitu “ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum alam dan dapat
didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan
kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,
manajemen dan desain/perancangan.1 Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi,
efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di
rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibuthkan studi tentang sistem
dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan
tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi
disebut juga sebagai “Human Factors”. Ergonomi juga digunakan oleh berbagai
macam ahli/profesional pada bidangnya misalnya : ahli anatomi, arsitektur,
perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi pekerja, psikologi, dan
teknik industri.
Penerapan faktor ergonomi lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah
untuk desain dan evaluasi produk. Produk-produk ini haruslah dapat dengan
mudah diterapkan (dimengeri dan digunakan) pada sejumlah populasi masyarakat
tertentu tanpa mengakibatkan bahaya/resiko dalam penggunaannya.
Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya
secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Hubungan antara manusia pekerja
dan mesin serta peralatan-peralatan dan lingkungan kerja dapat dilihat sebagai
hubungan yang unik karena interaksi antara hal-hal di atas yang membentuk
sistem kerja tidak terlampau sederhana bahkan melibatkan berbagai disiplin ilmu,
salah satunya ilmu tentang tubuh manusia. Ilmu-ilmu terapan yang banyak
berhubungan dengan fungsi tubuh manusia adalah anatomi dan fisiologi. Selain
itu juga diperlukan pengetahuan dasar tentang sistem dan fungsi kerangka otot
dan dimensi tubuh manusia.
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontrak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun
setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
3.1.1.Keluhan Musculoskeletal
Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal
sakit.3 Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang
lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen
dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan
keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem
muskuloskeletal (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996). Secara garis besar keluhan
otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terus berlanjut.
Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan
dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah
otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari,
punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Di antara keluhan otot skeletal
tersebut, yang banayk dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (low back
pain =LBP).
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena konstraksi otot yang
berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi
pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi
apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20 % dari kekuatan otot
ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya
tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme
karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang
menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot.
Peter Vi (2000) menjelaskan bahwa, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal adalah :
1. Peregangan Otot yang Berlebihan
Peregangana otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya sering
dikeluhkan oleh pekerja di mana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan
tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan
menahan beban yang berat.
2. Aktivitas Berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus
seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut dsb.
Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara
terus menerus tanpa memperoleh kesempatan unutk relaksasi.
3. Sikap Kerja Tidak Alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi
bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan
tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat. Semakin
jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula
umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.
Berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Health
Administration (OSHA), tindakan ergonomik untuk mencegah adanya sumber penyakit adalah melalui dua cara, yaitu rekayasa teknik (desain stasiun dan alat
kerja) dan rekayasa manajemen (kriteria dan organisasi kerja). Langkah preventif
ini dimaksudkan untuk mengeleminir overexertion dan mencegah adanya sikap
kerja tidak alamiah.
1. Rekayasa Teknik
Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa
alternatif sebagai berikut :
a. Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini
jarang bisa dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang
mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada.
b. Substitusi, yaitu mengganti alat/bahan lama dengan alat/bahan baru yang
aman, menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur
penggunaan peralatan.
c. Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja,
sebagai contoh, memisahkan ruang mesin yang bergetar dengan ruang
kerja lainnya, pemasangan alat peredam getaran.
d. Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi resiko
2. Rekayasa Manajemen
Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai
berikut :
a. Pendidikan dan Pelatihan
Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami
lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan dapat melakukan
penyesuaian dan inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan
terhadap resiko sakit akibat kerja.
b. Pengaturan Waktu Kerja dan Istirahat yang Seimbang
Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti
disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan,
sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber
bahaya.
c. Pengawasan yang Intensif
Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara
lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja.
3.1.2.PLIBEL : Suatu Metode Penilaian untuk Identifikasi Resiko Ergonomi
3.1.2.1.Latar Belakang
Swedish Work Environment Act menetapkan bahwa pemberi kerja harus menyelidiki bahaya dalam pekerjaan, menyusun rencana tindakan dan
hal ini juga menjadi perhatian untuk Inspektorat Tenaga Kerja Pemerintah untuk
mempelajari kondisi-kondisi dan perbaikan-perbaikan di dalam tempat kerja.
“Metode untuk mengidentifikasi faktor-faktor ketegangan musculoskeletal
yang dapat menyebabkan dampak yang merugikan” (PLIBEL) dirancang untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan seperti itu. PLIBEL sudah digunakan di dalam
beberapa penelitian ergonomi dan sebagai suatu alat di bidang pendidikan.
PLIBEL sudah diperkenalkan ke berbagai bagian dari dunia dan diterjemahkan ke
dalam beberapa bahasa (Kemmlert, 1995, 1996a, 1996b, 1997).
PLIBEL merupakan suatu alat checklist yang sederhana untuk memeriksa
penyebab utama resiko musculoskeletal serta hubungannya dengan penilaian
tempat kerja. Aspek waktu, lingkungan dan organisasi juga turut menjadi
pertimbangan dalam metode ini sebagai faktor-faktor pengubah.
Checklist tersebut dirancang agar setiap item yang biasanya diperiksa pada suatu penilaian tempat kerja terhadap resiko ergonomi akan tercatat dan
dihubungkan dengan lima bagian tubuh. Hanya karakteristik pekerjaan tertentu
yang digambarkan dan didokumentasikan seperti resiko ergonomi pada jurnal dan
buku teks yang terdaftar. Jika terdapat suatu pertanyaan yang tidak relevan
terhadap suatu daerah tubuh tertentu, dan/atau jika dokumentasi yang ada tidak
ditemukan di dalam literatur, hal tersebut ditunjukkan pada bidang abu-abu dalam
Tabel 3.1. Form PLIBEL
Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal
Metode-metode Aplikasi:
1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.
2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.
Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko
cedera musculoskeletal
1: Apakah permukaan berjalan tidak seimbang, miring, tidak berpegas/ulet atau licin?
2: Apakah ruang terlalu terbatas untuk pergerakan kerja atau material kerja? 3: Apakah perkakas dan peralatan dirancang tidak sesuai untuk pekerja atau pekerjaan? 4: Apakah tinggi kerja tidak sesuai?
5: Apakah kursi kerja dirancang kurang baik atau tidak sesuai?
6: Jika pekerjaan dilakukan dengan berdiri, apakah tidak ada kemungkinan untuk duduk dan beristirahat?
Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal
Metode-metode Aplikasi:
1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.
2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.
Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko
cedera musculoskeletal
7: Apakah kelelahan pada pijakan kaki terjadi?
8: Apakah kelelahan kaki pada saat bekerja terjadi? Seperti:...
a) Pijakan yang berulang pada bangku, langkah, dll.
b) Lompatan-lompatan yang berulang, berjongkok lama atau berlutut?
Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)
Metode-metode Aplikasi:
1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.
2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.
Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko
cedera musculoskeletal
c) Satu kaki digunakan lebih sering untuk menyokong tubuh?
9: Apakah pekerjaan berulang terjadi pada saat punggung:
Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)
Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal
Metode-metode Aplikasi:
2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.
Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko
cedera musculoskeletal
10: Apakah pekerjaan berulang terjadi pada leher:
11: Apakah beban diangkat secara manual? Catatan faktor-faktor yang penting:
a) Periode pengangkatan yang berulang
b) Berat dari beban
c) Genggaman yang tidak alami pada beban
d) Lokasi yang tidak alami pada beban di awal atau akhir pengangkatan
Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)
Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal
Metode-metode Aplikasi:
2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.
Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko
cedera musculoskeletal
e) Pengangkatan melebihi tinggi lengan bawah
f) Pengangkatan di bawah tinggi lutut
g) Pengangkatan di atas bahu
12: Apakah pekerjaan berulang, pengangkatan yang tidak nyaman, mendorong atau menarik beban terjadi?
13: Apakah pekerjaan terjadi pada saat salah satu lengan menjangkau ke depan atau ke samping tanpa sokongan?
14: Adakah terdapat pengulangan pada:
a) Gerakan-gerakan kerja yang serupa?
Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)
Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal
Metode-metode Aplikasi:
1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.
Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko
b) Gerakan-gerakan kerja yang serupa melebihi jarak jangkauan yang nyaman? 15: Apakah pekerjaan manual yang berulang terjadi? Faktor-faktor yang penting seperti: a) Berat/beban dari material kerja atau perkakas
b) Genggaman yang tidak alami pada material kerja atau perkakas
16: Apakah ada tuntutan yang tinggi untuk kapasitas visual?
17: Apakah pengulangan kerja dengan lengan bawah dan tangan terjadi dengan:
a) Gerakan-gerakan membelit?
b) Gerakan-gerakan yang kuat?
c) Posisi tangan yang tidak nyaman?
d) Saklar atau papan tombol?
Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)
Leher,
Bagian II: Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi
18: Apakah tidak ada kemungkinan untuk
istirahat dan berhenti?
19: Apakah tidak ada kemungkinan untuk
memilih pesanan dan jenis pekerjaan atau
langkah pekerjaan?
20: Apakah pekerjaan dilakukan di bawah
waktu pesanan atau stres psikologi?
21: Dapatkah pekerjaan memiliki situasi yang
tidak biasa atau diharapkan?
22. Di bawah ini apakah terjadi:
a) Dingin
b) Panas
c) Aliran udara
d) Bising
Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)
Bagian II: Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi
f) Hentakan, goncangan, atau getaran
Skor Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi
Jumlah
Persentase
3.1.2.2.Prosedur
Penilaian tempat kerja dengan menggunakan PLIBEL dimulai dengan
wawancara pengantar dengan karyawan atau dengan suatu pengamatan
pendahuluan. Penilaian berfokus pada bagian dari pekerjaan yang mewakili,
tugas-tugas yang dilaksanakan paling banyak dari waktu kerja, dan tugas-tugas
yang dianggap pekerja dan peneliti sebagai pekerjaan yang terutama sekali
menyebabkan ketegangan sistem musculoskeletal. Dengan demikian form
PLIBEL mungkin harus diisi oleh masing-masing karyawan. Penilaian tersebut
harus dihubungkan dengan kapasitas setiap individu yang diamati. Cara-cara yang
tidak biasa dan bersifat pribadi juga direkam.
Ketika suatu resiko ergonomi diamati, bidang yang dinomori pada form
tersebut dicentang atau catatan pendek dibuat. Di dalam laporan akhir, tafsiran
jawaban disusun berdasarkan kepentingan, kutipan-kutipan dari daftar resiko
ergonomi dapat digunakan. Perubahan faktor waktu, organisasi atau lingkungan
juga turut menjadi pertimbangan.
Biasanya PLIBEL digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko
yang merugikan musculoskeletal pada suatu daerah tubuh tertentu, dan hanya
Untuk menggunakan PLIBEL, pertama-tama menempatkan daerah tubuh
yang cedera, lalu ikuti bidang putih di sebelah kanan dan periksa faktor resiko
yang diamati untuk tugas pekerjaan. Penilaian dilanjutkan lebih sulit, karena
memerlukan pertimbangan pertanyaan-pertanyaan a sampai f . Hal ini dapat
meningkatkan mutu atau menyederhanakan masalah. Tambahan penjelasan
mengenai resiko tidak disebutkan dalam daftar, tetapi tetap dicatat.
Sebagai contoh, tidak ada kriteria durasi untuk catatan PLIBEL, dengan
demikian baik kejadian yang berlangsung singkat atau kejadian yang jarang juga
dapat dicatat. Sebenarnya, tujuan dari wawancara dengan pekerja pada
pengamatan pendahuluan adalah untuk membuat beberapa aspek dari tugas yang
diberikan.
Analisis dari kemungkinan terjadi resiko ergonomi dilaksanakan di tempat
kerja, dan hanya informasi tentang resiko yang relevan dari penilaian saja yang
dipertimbangkan. Persoalan-persoalan yang diidentifikasi sebagai resiko diubah
berdasarkan kepentingan. Kesimpulan dari laporan memberikan suatu gambaran
mengenai kondisi kerja secara ergonomi.
3.1.2.3.Keuntungan
Metode PLIBEL adalah suatu metode penilaian yang umum dan tidak
keseluruhan dari tubuh dan meringkas identifikasi resiko ergonomi yang terjadi
dalam beberapa kalimat.
PLIBEL adalah suatu metode investigasi awal untuk peninjau tempat kerja
dalam mengidentifikasi resiko ergonomi, dan dapat juga dilampirkan dengan
pengukuran yang lain seperti beban dan waktu atau pengamatan dari penelitian
yang lain.
Meski dicoba untuk menambahkan item dalam checklist, untuk
memperoleh suatu ukuran kuantitatif dan sederhana dari kondisi ergonomi setelah
penilaian tempat kerja, PLIBEL tidak harus dimodifikasi atau digunakan dengan
cara ini. Resiko-resiko ergonomi yang berbeda tidak mempunyai pengaruh yang
sama pada cedera yang dialami pekerja, dan permasalahan tertentu dapat muncul
dengan lebih banyak faktor resiko di dalam checklist.
3.1.2.3.Kerugian
Metode PLIBEL adalah suatu metode penilaian yang umum dan tidak
dimaksudkan untuk setiap pekerjaan tertentu. Banyak metode lainnya
dimaksudkan untuk pekerjaan tertentu atau bagian tubuh tertentu dan dapat
mencatat jawaban yang lebih rinci. Jika perlu, metode-metode yang lebih spesifik
Gambar 3.1. Contoh Posisi Kerja yang Menyebabkan Resiko Ergonomi yang
Dianalisis Menggunakan PLIBEL
3.1.2.4.Standar dan Regulasi
PLIBEL dirancang untuk memenuhi kebutuhan tentang suatu metode
praktis dan standar untuk mengidentifikasi resiko-resiko ergonomi dan untuk
suatu penilaian pendahuluan atas faktor-faktor resiko. Suatu alat pemeriksaan
ergonomi, untuk penilaian atas kondisi-kondisi yang ergonomi di tempat kerja,
sudah diusulkan sebagai suatu instrumen yang layak oleh peneliti-peneliti lain.
Lebih dari itu, PLIBEL cukup berharga untuk memiliki suatu metode
penilaian yang sistematis ketika melakukan tindak lanjut dan ketika menganalisis
bagaimana intervensi setelah terjadi cedera musculoskeletal bisa dibuat lebih
efektif.
PLIBEL mengikuti standar dan peraturan-peraturan saat ini, dan meskipun
merupakan suatu yang cukup jelas, metoda penilaian subjektif, terdaftar hanya
yang kuat. Untuk menggunakan metode ini dengan mahir, praktek tertentu sangat
dianjurkan.
3.1.2.5.Pelatihan Terdekat dan Waktu Aplikasi
Mengidentifikasi suatu situasi yang tidak alami bukanlah suatu hal yang
sulit, maupun apakah itu sulit untuk menemukan situasi seperti itu dengan bantuan
dari checklist. PLIBEL cukup cepat untuk digunakan dan mudah untuk dipahami,
dan para pemakai akan menjadi terbiasa dengan alat ini dalam beberapa jam.
Bagaimanapun, meski PLIBEL adalah suatu metode penilaian subjektif yang
cukup jelas yang membuat penilaian-penilaian dikotom tentang resiko, PLIBEL
memerlukan suatu pemahaman ergonomi yang kuat, dan keahlian penggunaan
dari metode-metode yang praktis.
3.1.2.6.Realibilitas dan Validitas
Suatu studi realibilitas dan validitas dari metode sudah dilaksanakan
menurut Carmines dan Zeller (1979). Hal tersebut diuji (Kemmlert, 1995) untuk:
− Membangun validitas
− Kriteria validitas
− Realibilitas − Aplikabilitas
Apakah isi dari PLIBEL dan himpunan dari materi konsisten dengan perkiraan
Dapatkah kejadian dari kriteria (resiko ergonomi) telah valid oleh perbandingan
metode yang lain?
Apakah hasil dari para pemakai yang berbeda dari metode PLIBEL konsisten
ketika mengamati situasi kerja yang sama?
Bagaimana metode itu digunakan? Apakah merupakan pengalaman?
PLIBEL sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa
Inggris, Belanda, Prancis, Spanyol (Serratos-Pérez dan Kemmlert, 1998), dan
Yunani (Serratos-Pérez dan Kemmlert, 1998).
Penemuan-penemuan penelitian sudah menyediakan suatu dasar untuk
perbaikan-perbaikan yang direkomendasikan, untuk diskusi permasalahan
ergonomi, dan untuk pendidikan. Lebih dari itu, PLIBEL sudah digunakan untuk
pendidikan ergonomi baik dalam industri maupun di dalam sistem pendidikan
Swedia.
3.1.3.Standard Nordic Questioner (SNQ)
Melalui standart nordic questioner dapat diketahui bagian-bagian otot
yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman
(agak sakit) sampai sangat sakit (Corlett,1992)
Dengan melihat dan menganalisa peta tubuh (NBM), maka dapat
diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.
Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena mengandung subjektivitas
pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivita kerja (pre and
post test).
Dari uraian tentang berbagai metode untuk mengukur dan mengenali
sumber keluhan otot skeletal tersebut di atas, terlihat bahwa masing-masing
metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, sebelum memilih dan
menetapkan metode yang akan digunakan,hendaknya dikaji terlebih dahulu
karakteristik dari aktivitas kerja yang diukur, selanjutnya barulah ditetapkan
metode yang cocok untuk kondisi dan karakteristik aktivitas kerja yang ada.
3.2.Postur Kerja
Pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan postur kerja dapat
membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur
kerja berdiri, duduk maupun postur kerja lainnya. Pada beberapa jenis pekerjaan
terdapat postur kerja yang tidak alami dan berlangsung dalam jangka waktu yang
lama. Hal ini akan mengakibatkan keluhan sakit pada bagian tubuh, cacat produk
bahkan cacat tubuh. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan
dengan postur tubuh saat bekerja :
a. Semaksimal mungkin mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan
postur membungkun dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam
jangka waktu yang lama.
b. Operator seharusnya tidak menggunakan jangkauan maksimum. Pengaturan
Ada beberapa alasan untuk melakukan pengukuran kerja operator, antara
lain :
a. Menentukan apakah postur kerja yang ada sekarang dapat diterima dari segi
kesehatan.
b. Membangun suatu dasar untuk mengevaluasi efektivitas perlakuan yang
diberikan.
c. Mengidentifikasi atribut-atribut pekerjaan yang berhubungan dengan postur
kerja yang buruk.
d. Evaluasi efektivitas perlakuan dengan membandingkannya dengan landasan
dasar yang tealah dibangun.
Hambatan dalam melakukan pengukuran postur kerja antara lain :
a. Pengukuran postur kerja memerlukan perekaman posisi sendi-sendi tubuh
secara simultan.
b. Sudut – sudut sendi dan posisi tubuh dapat berubah dengan cepat.
c. Ukuran tubuh mempengaruhi postur kerja seseorang.
d. Perlu dilakukan pengumpulan data postur dan data pekerjaan pada saat
bersamaan.
e. Patokan untuk membedakan postur yang dapat diterima atau yang tidak dapat
diterima sangat sedikit.
3.2.1.REBA
Metode pengukuran postur kerja yang digunakan pada penelitian ini
adalah REBA (Rapid Entire Body Assessment). REBA (Rapid Entire Body
Assessment) merupakan suatu metode penilaian postur untuk menilai faktor risiko gangguan tubuh keseluruhan. Untuk masing-masing tugas, dinilai faktor postur
tubuh dengan penilaian pada masing-masing grup yang terdiri atas 2 grup yaitu:
1. Grup A yang terdiri dari postur tubuh kiri dan kanan dari batang tubuh (trunk),
leher (neck), dan kaki (legs).
2. Grup B yang terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari lengan atas (upper
arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist).
Pada masing-masing grup diberikan suatu skala postur tubuh dan suatu
pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor beban/kekuatan dan coupling.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang dinilai pada metode REBA.
Grup A:
a.Batang tubuh (trunk)