• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pelatihan Supervisi Klinik Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Pelatihan Supervisi Klinik Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PELATIHAN SUPERVISI KLINIK

KEPALA RUANGAN TERHADAP KINERJA PERAWAT

PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RSUD

dr.H.YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN

KABUPATEN ACEH SELATAN

TESIS

Oleh

PUTRO SIMEULU

117046009 / ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

EFEKTIVITAS PELATIHAN SUPERVISI KLINIK

KEPALA RUANGAN TERHADAP KINERJA PERAWAT

PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RSUD

dr.H.YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN

KABUPATEN ACEH SELATAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Administrasi Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Oleh

PUTRO SIMEULU

117046009 / ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

Telah Diuji

Pada Tanggal : 22 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi, M.K.M Anggota : 1. Siti Zahara Nasution, S.Kp., MNS

(5)

PERNYATAAN

EFEKTIVITAS PELATIHAN SUPERVISI KLINIK

KEPALA RUANGAN TERHADAP KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RSUD dr.H.YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN

KABUPATEN ACEH SELATAN

Tesis

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademis di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 22 Agustus 2013

(6)

Judul Tesis : Efektivitas Pelatihan Supervisi Klinik Kepala Ruangan terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan

Nama Mahasiswa : Putro Simeulu Nomor Induk Mahasiswa : 117046009

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Minat Studi : Administrasi Keperawatan

ABSTRAK

Supervisi yang tepat dapat meningkatkan kinerja perawat yang berdampak pada prestasi kerja, disiplin dan kualitas kerja. Fenomena yang ditemuka n di RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan adalah, supervisi

klinik kepala ruangan, dan kinerja perawat pelaksana belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelatihan supervisi klinik kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan pendekatan pre-post test design. Sampel untuk supervisi klinik model akademik kepala ruangan berjumlah 51 perawat pelaksana

sebagai sampel melalui purposive sampling dan sampel untuk kinerja perawat pelaksana 30 dokumen asuhan keperawatan yang tersebar disepuluh (10) ruang

(7)

data meliputi data primer dengan menggunakan kuesioner dan observasi dan data sekunder melalui pencatatan dokumentasi RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan

Kebupaten Aceh Selatan. Analisis data menggunakan uji paired t test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan nilai persentase supervisi klinik kepala ruangan sebelum dan sesudah pelatihan supervisi klinik yaitu 43,1 menjadi

64,7. Hasil uji paired t test menunjukkan adanya perbedaan supervisi klinik sebelum dan sesudah diberikan pelatihan supervisi klinik (p value = 0,015). Untuk kinerja perawat pelaksana terdapat perbedaan nilai persentase kinerja perawat pelaksana sebelum dan sesudah di supervisi oleh kepala ruangan yang telah dilatih supervisi yaitu 26,7 menjadi 86,7. Hasil uji paired t test diperoleh nilai (p value = 0,001) artinya terdapat perbedaan yang signifikan kinerja perawat sebelum dan sesudah di supervisi oleh kepala ruangan yang telah dilatih supervisi. Penelitian ini membawa pada simpulan bahwa pelatihan supervisi klinik kepala ruangan sangat efektif diberikan untuk meningkatkan kinerjaperawat pelaksana

di ruang rawat inap RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Rekomendasipenelitian ini adalah terus mempertahankan penerapan supervisi klinik kepalaruangan dengan cara pembinaan, monitoring, dan evaluasi

secara berkelanjutanagar kinerja perawat pelaksana terus dapat ditingkatkan.

(8)

Title of Thesis : The Effectiveness of Clinical Supervision for Ward Heads on The Performance of Nurse Practitioners in The Inpatient Wards of RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan South Aceh District

Name of Student : Putro Simeulu Student ID Number : 117046009 Study Program : Master of Nursing Field of Specialization : Nursing Administration

ABSTRACT

(9)

included training and guidance in clinical supervision for ward heads. The data included primary data by using questionnaires and observation and secondary data by using documentation recording of RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan South Aceh District. The gathered data were analyzed by using paired-t-test.The result of the research showed that there was the disparity in percentage value of clinical supervision for ward heads before and after the clinical supervision training (from 43.1 to 64.7). The result of the paired t-test showed that there was the disparity in clinical supervision before and after the clinical supervision training was given (p value = 0.015). There was the disparity in percentage value of the performance of nurse practitioners before and after being supervised by ward heads who had been given supervision training (from 26.7 to 86.7). The result of the paired t-test showed that (p value = 0.001) which indicated that there was significant disparity in the performance of nurse practitioners before and after being supervised by ward heads who had been given supervision training. It could be concluded that clinical supervision training for ward heads was very effective to improve the performance of nurse practitioners in the inpatient wards of RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan, South Aceh District. It is recommended that the implementation of clinical supervision for ward heads should be maintained by developing, monitoring, and evaluating continuously so that the performance of the nurse practitioners can be improved.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Efektivitas Pelatihan Supervisi Klinik Kepala Ruangan terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan” disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Keperawatan di Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Magister Keperawatan.

(11)

henti-hentinya memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis sejak awal penelitian hingga selesainya tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Juanita, SE., M.Kes., selaku Penguji I dan Bapak Mula Tarigan, SKp., M.Kes selaku Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Achmad Fathi, S.Kep., Ns., MNS selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara . Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Staf Program Studi Magister Keperawatan yang telah membantu dalam proses administrasi yang berhubungan dengan kelancaran tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Direktur RSUD dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan dr. Akmal Jawardi yang telah membantu dan memberikan izin untuk penelitian. Terima kasih juga kepada Direktur RSUD Tengku Peukan Aceh Barat Daya dr.Yurnalis, M.Kes yang telah memberikan izin untuk melakukan uji validitas dan reabilitas.

(12)

Terima kasih kepada Orang tua tercinta almarhum H. Ibnu Hajar Ilyas dan almarhumah Cut Radhiah serta keluarga besar yang telah memberikan do’a, dukungan dan bantuan sejak dari awal sampai dengan penyelesaian tesis ini. Terima kasih Suami tercinta Muhammad Rafizal ST dan anak-anakku Muhammad Alfathan Rafi, Muhammad Naufal Adrian yang telah memberikan do’a, dukungan, pengorbanan baik lahir maupun batin dan berkat dorongan mereka saya termotivasi untuk menyelesaikan studi ini.

Terima kasih kepada teman- teman seperjuangan di Program Studi Magister Ilmu Keperawatan khususnya (Sri, Rosmadani, Nurhafni, Ririn) yang telah bersedia menjadi teman diskusi untuk penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sebagai masukan dan perbaikan dengan harapan semoga tesis ini memberikan manfaat dan sumbangsih bagi kemajuan serta peningkatan dalam bidang keperawatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Aamiin ya Rabbal’alamin.

Medan, 23 Agustus 2013 Penulis

Putro Simeulu

(13)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Putro Simeulu

Tempat/Tanggal Lahir : Meudang Ara, 9 januari 1974

Alamat : Jalan Pendidikan, Meudang Ara Kec.Blang Pidie Kabupaten Aceh Barat daya, Nanggro Aceh Darussalam

No. Telp./Hp : 0852 6055 2052

Riwayat Pendidikan :

Jenjang Pendidikan Nama Isntitusi Tahun Lulus

SD MIN Blang Pidie 1986

SLTP SLTP Negeri 2 Blang Pidie 1989 SMA

DIII

SMA Negeri Blang pidie Akper Depkes RI Banda Aceh

1992 1995 Ners PSIK Unsyiah Banda Aceh 2003 Magister Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

2013

Riwayat Pekerjaan:

Dosen Akper Pemkab Akper Pemkab Aceh Selatan dari 2005 - sekarang Kegiatan akademik selama studi:

(14)

2011, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sebagai Peserta.

Seminar Penelitian Kualitatif Sebagai Landasan Pengembangan Pengetahuan Disiplin Ilmu Kesehatan & Workshop Analisis Data dengan Content Analysis & Weft-QDA”, 31 Januari 2012, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sebagai Peserta.

3rd International Nursing Conference “Bringing Current Research into Nursing Practice for Improving Quality of Care”, 21 – 22 Maret 2012, Rumah Sakit Pendidikan Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat sebagai Peserta.

Seminar Optimalisasi Kolaborasi Perawat – Dokter dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan”, 20 Juli 2012, Rumah Sakit Umum H. Adam Malik Medan, Sumatera Utara sebagai Peserta. Oversea Study Visit “Nursing Administration in Hospital and Healthcare

System”, Master of Nursing Program Faculty of Nursing University of Sumatera Utara (USU), Thailand and Malaysia 18 – 22 Februari 2013 sebagai Peserta.

Publikasi:

(15)

Proceeding:

(16)

DAFTAR ISI

4.4 Gambaran Kinerja Perawat Pelaksana ... 50

4.5 Pengaruh Pelatihan Supervisi Klinik Kepala Ruangan ... 51

(17)

BAB 5 PEMBAHASAN ... 54

5.1 Supervisi Kepala Ruangan Sebelum Pelatihan Supervisi ... 54

5.2 Supervisi Klinik Kepala Ruangan Sesudah Pelatihan Supervisi . 56 5.3 Kinerja Perawat Sebelum Supervisi Kepala Ruangan ... 58

5.4 Kinerja Perawat Sesudah di Supervisi Kepala Ruangan ... 61

5.5 Keterbatasan Penelitian ... 63

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

6.1 Kesimpulan ... 64

6.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.3 Distribusi Gambaran Kategori Supervisi Klinik Kepala Ruangan Sebelum dan Sesudah Pelatihan Supervisi ... 50

(19)

DAFTAR SKEMA

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 72

a. . Penjelasan menjadi responden perawat pelaksana... 73

b. Informed Consent ... 74

c. Kuesioner Supervisi Klinik Kepala Ruangan ... 75

d. Kuesioner Kinerja Perawat Pelaksana ... 78

Lampiran 2 Biodata Expert Uji Validitas Kuesioner ... 80

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian ... 82

a. Surat Pengambilan Data dari Dekan Fakultas Keperawatan... 83

b. Surat Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan ... 84

c. Surat Izin Pengambilan Data dan Selesai penelitian .... 85

(21)

Judul Tesis : Efektivitas Pelatihan Supervisi Klinik Kepala Ruangan terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan

Nama Mahasiswa : Putro Simeulu Nomor Induk Mahasiswa : 117046009

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Minat Studi : Administrasi Keperawatan

ABSTRAK

Supervisi yang tepat dapat meningkatkan kinerja perawat yang berdampak pada prestasi kerja, disiplin dan kualitas kerja. Fenomena yang ditemuka n di RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan adalah, supervisi

klinik kepala ruangan, dan kinerja perawat pelaksana belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelatihan supervisi klinik kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan pendekatan pre-post test design. Sampel untuk supervisi klinik model akademik kepala ruangan berjumlah 51 perawat pelaksana

sebagai sampel melalui purposive sampling dan sampel untuk kinerja perawat pelaksana 30 dokumen asuhan keperawatan yang tersebar disepuluh (10) ruang

(22)

data meliputi data primer dengan menggunakan kuesioner dan observasi dan data sekunder melalui pencatatan dokumentasi RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan

Kebupaten Aceh Selatan. Analisis data menggunakan uji paired t test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan nilai persentase supervisi klinik kepala ruangan sebelum dan sesudah pelatihan supervisi klinik yaitu 43,1 menjadi

64,7. Hasil uji paired t test menunjukkan adanya perbedaan supervisi klinik sebelum dan sesudah diberikan pelatihan supervisi klinik (p value = 0,015). Untuk kinerja perawat pelaksana terdapat perbedaan nilai persentase kinerja perawat pelaksana sebelum dan sesudah di supervisi oleh kepala ruangan yang telah dilatih supervisi yaitu 26,7 menjadi 86,7. Hasil uji paired t test diperoleh nilai (p value = 0,001) artinya terdapat perbedaan yang signifikan kinerja perawat sebelum dan sesudah di supervisi oleh kepala ruangan yang telah dilatih supervisi. Penelitian ini membawa pada simpulan bahwa pelatihan supervisi klinik kepala ruangan sangat efektif diberikan untuk meningkatkan kinerjaperawat pelaksana

di ruang rawat inap RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Rekomendasipenelitian ini adalah terus mempertahankan penerapan supervisi klinik kepalaruangan dengan cara pembinaan, monitoring, dan evaluasi

secara berkelanjutanagar kinerja perawat pelaksana terus dapat ditingkatkan.

(23)

Title of Thesis : The Effectiveness of Clinical Supervision for Ward Heads on The Performance of Nurse Practitioners in The Inpatient Wards of RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan South Aceh District

Name of Student : Putro Simeulu Student ID Number : 117046009 Study Program : Master of Nursing Field of Specialization : Nursing Administration

ABSTRACT

(24)

included training and guidance in clinical supervision for ward heads. The data included primary data by using questionnaires and observation and secondary data by using documentation recording of RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan South Aceh District. The gathered data were analyzed by using paired-t-test.The result of the research showed that there was the disparity in percentage value of clinical supervision for ward heads before and after the clinical supervision training (from 43.1 to 64.7). The result of the paired t-test showed that there was the disparity in clinical supervision before and after the clinical supervision training was given (p value = 0.015). There was the disparity in percentage value of the performance of nurse practitioners before and after being supervised by ward heads who had been given supervision training (from 26.7 to 86.7). The result of the paired t-test showed that (p value = 0.001) which indicated that there was significant disparity in the performance of nurse practitioners before and after being supervised by ward heads who had been given supervision training. It could be concluded that clinical supervision training for ward heads was very effective to improve the performance of nurse practitioners in the inpatient wards of RSUD dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan, South Aceh District. It is recommended that the implementation of clinical supervision for ward heads should be maintained by developing, monitoring, and evaluating continuously so that the performance of the nurse practitioners can be improved.

(25)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan tatanan pemberi jasa layanan kesehatan memiliki peran yang strategis dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia (Sumijatun, 2009). Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit dan mempunyai daya ungkit yang besar dalam mencapai tujuan rumah sakit. Huber (2006) menyatakan 90% dari pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah pelayanan keperawatan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasien selama 24 jam. Manajemen keperawatan merupakan koordinasi dan integrasi dari sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan (Marquis & Huston, 2010).

Pengelolaan pelayanan keperawatan membutuhkan sistem manajerial yang tepat untuk mengarahkan seluruh sumber daya keperawatan dalam menghasilkan pelayanan keperawatan yang prima dan berkualitas. Manajemen keperawatan merupakan koordinasi dan integrasi dari sumber sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan (Marquis & Huston, 2010). Hal ini perlu didukung untuk melaksanakan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian aktivitas – aktivitas keperawatan (Swansburg, 2000).

(26)

dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan diruangan dan bersama dengan staf keperawatan mencari jalan pemecahannya. Supervisi dalam keperawatan bukan hanya sekedar kontrol, tetapi lebih dari itu kegiatan supervisi mencakup penentuan kondisi kondisi atau syarat syarat personal maupun material yang diperlukan untuk tercapainya tujuan asuhan keperawatan secara efektif dan efisien (Marquis & Huston, 2010).

Kepala ruangan sebagai ujung tombak tercapainya tujuan pelayanan keperawatan di rumah sakit harus mempunyai kemampuan melakukan supervisi untuk mengelola asuhan keperawatan. Supervisi yang dilakukan kepala ruangan berperan untuk mempertahankan segala kegiatan yang telah dijadwalkan dapat dilaksanakan sesuai standar. Supervisi memerlukan peran aktif semua perawat yang terlibat dalam kegiatan pelayanan keperawatan sebagai mitra kerja yang memiliki ide, pendapat dan pengalaman yang perlu didengar, dihargai, dan di ikut sertakan dalam dalm proses perbaikan pemberian asuhan keperawatan dan pendokumentasian asuhan keperawatan. Seorang supervisor harus menjalankan peran sebagai perencana, pengarah, pelatih, dan penilai (Kron, 1987).

(27)

dibutuhkan saat supervisor melatih perawat pelaksana dalam melakukan tindakan keperawatan, dan peran sebagai penilai di tunjukkan pada saat supervisi melakukan penilaian terhadap hasil kerja perawat (Kron, 1987).

Seorang supervisor dalam merancang pekerjaan perlu memperhatikan berbagai kebutuhan manusia seutuhnya yang harus di penuhi, kebutuhan yang dimaksud meliputi otonomi dalam pelaksanaan tugas, variasi tugas, Identitas tugas, pentingnya pekerjaan seseorang, dan umpan balik. Pemberian kebebasan memutuskan sendiri cara penyelesaian pekerjaan akan menimbulkan tanggung jawab dan tingkat kepuasan kerja yang tinggi. Sebaliknya pengendalian terus – menerus oleh supervisor, disertai dengan pengawasan ketat, dapat berakibat pada sikap apatis dan prestasi kerja yang rendah. Tugas yang tidak bervariasi akan menimbulkan ketidak puasan yang berdampak negatif seperti keletihan, kesalahan dalam bekerja, dan kecelakaan (Siagian, 2009).

(28)

Perawat dirumah sakit dominan berperan sebagai perawat klinik yaitu perawat yang mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara profesional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja perawat dapat dinilai dari hasil yang dicapai perawat dalam memberikan asuhan keperawatan atau melalui dokumentasi asuhan keperawatan (PPNI, 2002).

Supratman & Sudaryanto (2008) mengemukakan model supervisi klinik keperawatan di Indonesia belum jelas seperti apa dan bagaimana implementasinya di rumah sakit. Belum diketahui model yang sesuai dan efektif yang dapat diterapkan. Supervisi klinik model akademik, yaitu edukatif, suportif dan manajerial. Kegiatan edukatif adalah kegiatan pembelajaran secara tutorial antara supervisor dengan perawat pelaksana. Supervisor mengajarkan pengetahuan dan keterampilan serta membangun pemahaman tentang reaksi dan refleksi dari setiap intervensi keperawatan. Penerapan kegiatan edukatif dapat dilakukan secara tutorial, yaitu supervisor memberikan bimbingan dan arahan kepada perawat pelaksana pada saat melakukan tindakan keperawatan serta memberikan umpan balik. Kegiatan ini dilakukan secara berkelanjutan untuk mengawal pelaksanaan pelayanan keperawatan yang aman dan profesional (Farington, 1995).

Kegiatan suportif adalah kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk mengidentifikasi solusi dari suatu permasalahan yang ditemui dalam pemberian asuhan keperawatan baik yang terjadi diantara sesama perawat maupun dengan pasien. Supervisor melatih perawat menggali ”emosi” ketika bekerja, contoh: meredam konflik antar perawat dan bersikap profesional dalam bertugas.

(29)

agar dapat memiliki sikap yang saling mendukung di antara perawat sebagai rekan kerja profesional sehingga memberikan jaminan kenyamanan dan validasi. Penerapan kegiatan suportif dapat dilakukan dengan cara mendiskusikan suatu kasus atau konflik tertentu.

Kegiatan manajerial adalah kegiatan yang melibatkan perawat pelaksana dalam peningkatan praktik profesional misalnya: mengkaji standar operasional prosedur (SOP) yang ada kemudian memperbaiki hal-hal yang perlu. Kegiatan dirancang untuk memberikan kesempatan kepada perawat pelaksana untuk meningkatkan perawatan pasien dalam kaitannya dengan menjaga standar pelayanan, peningkatan kenyamanan pasien, dan peningkatan mutu pelayanan (Farington, 1995).

Penelitian Brunero & Parbury (2005) tentang efektivitas supervisi klinik dengan melakukan studi literatur terhadap 22 artikel menunjukkan bahwa fungsi edukatif yang dilakukan supervisor akan meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri pada perawat. Fungsi suportif yang dilakukan supervisor akan meningkatkan kemampuan perawat dalam mengatasi konflik baik dengan rekan kerja maupun dengan pasien. Fungsi manajerial akan meningkatkan rasa tanggung jawab perawat pada praktik keperawatan profesional. Pemahaman dan implementasi supervisi model akademik dapat dilakukan melalui pelatihan.

(30)

dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang, melalui pengembangan pikiran dan tindakan, kecakapan, pengetahuan, dan sikap.

Kepala ruangan perlu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan karena selalu ada cara yang lebih baik untuk meningkatkan produktivitas kerja yang bermuara pada peningkatan produktivitas organisasi secara keseluruhan. Efek pelatihan bermanfaat bagi individu dan organisasi (Siagian, 2009).

Penelitian Mua (2011) di rumah sakit Woodward palu, menyimpulkan bahwa kinerja perawat pelaksana berbeda secara signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah mendapat supervisi dari kepala ruangan yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik.

Penelitian lain yang dilakukan Mularso (2006) tentang supevisi keperawatan di rumah sakit dr. A. Aziz Singkawang menemukan bahwa kegiatan supervisi lebih banyak pada kegiatan pengawasan bukan pada kegiatan bimbingan, observasi, dan penilaian.

Peneliti Saefulloh (2009) melakukan penelitian di RSUD Indramayu dengan mengadakan pelatihan supervisi kepala ruangan dan hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan motivasi dan kinerja perawat pelaksana sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan supervisi bagi kepala ruangan.

(31)

jumlah jumlah tempat tidur 126 bed, Bed occupancy rate (BOR) 68,8%, Average lenght of stay (ALOS) 4,6 hari, Turn Over Internal (TOI) 2,1 hari. Jumlah tenaga perawat yang bekerja di RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan berjumlah 230 orang, rumah sakit ini pernah melakukan pelatihan asuhan keperawatan kepada perawat pelaksana pada bulan Januari 2010 tapi Pelatihan Supervisi klinik belum pernah dilakukan (Profil RSUD Dr. H. Yuliddin Away, Tapaktuan, 2013).

Hasil wawancara yang dilakukan peneliti Januari 2013 terhadap beberapa perawat pelaksana tentang kegiatan supervisi diperoleh data sebagai berikut: supervisi keperawatan belum dilakukan secara optimal, bahan yang disupervisi tidak jelas dan hasil supervisi tidak disampaikan kepada perawat pelaksana yang disupervisi, supervisi yang dilakukan hanya sebatas melihat atau mengamati tanpa ada pengarahan, bimbingan, evaluasi tentang asuhan keperawatan termasuk di dalamnya tindakan keperawatan.

(32)

tujuan rumah sakit.

1.2 Permasalahan

Supervisi yang dilakukan oleh Kepala ruangan pada intinya adalah mengusahakan agar semua perawat pelaksana melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana dan standar yang telah ditetapkan. Peran kepala ruangan sebagai perencana, pengarah, pelatih, dan penilai sangat menentukan keberhasilan supervisi tersebut bukan hanya sebagai objek tetapi sebagi mitra dalam peningkatan pelayanan asuhan keperawatan pelatihan supervisi dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang peran supervisor dan melatih kemampuan supervisor dalam memberikan supervisi. Penerapan supervisi didesain untuk bentuk edukatif, suportif, dan manajerial.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas pelatihan supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana, sehingga rumusan masalahnya adalah “ Apakah pelatihan supervisi klinik kepala ruangan dalam bentuk edukatif, suportif dan manajarial dapat meningkatkan kinerja perawat pelaksana diruang rawat inap rumah sakit umum daerah dr.H Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan “.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

(33)

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan Khusus Penelitian ini adalah :

1. Diketahuinya supervisi klinik kepala ruangan sebelum dan sesudah pelatihan supervisi klinik kepala ruangan diruang rawat inap RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.

2. Diketahuinya kinerja perawat pelaksana sebelum dan sesudah mendapat supervisi dari kepala ruangan yang dilatih supervisi klinik diruang rawat inap RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.

1.4 Hipotesis

1.4.1 Ada perbedaan yang signifikan pada supervisi kepala ruangan sebelum dan sesudah pelatihan supervisi klinik kepala ruangan diruang rawat inap RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan

1.4.2 Ada perbedaan yang signifikan pada kinerja perawat pelaksana sebelum dan sesudah mendapat supervisi kepala ruangan yang dilatih dan dibimbing supervisi klinik diruang rawat inap RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi: 1.5.1 Manfaat Aplikatif

(34)

kinerja perawat pelaksana. Bagi kepala ruangan penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan kepala ruangan dalam melakukan supervisi. Manfaat bagi perawat pelaksana, penelitian ini dapat meningkatkan kinerja dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

1.5.2 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan:

1. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan keilmuan administrasi keperawatan terutama terkait dengan supervisi, dan kinerja perawat.

2. Memberikan informasi ilmiah bagi kalangan akademik baik tim pengajar maupun mahasiswa keperawatan untuk pengembangan proses berpikir khususnya dalam memahami perlunya supervisi kepala ruangan untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

(35)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Supervisi

2.1.1 Pengertian Supervisi

Menurut Kron (1987) Supervisi adalah merencanakan, mangarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong dan memperbaiki, memerintah, mengevaluasi secara terus menerus pada setiap tenaga keperawatan dengan sabar, adil, bijaksana sehingga setiap tenaga keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik, trampil, aman, tepat, secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan tugas mereka.

Menurut Swansburg & Russell (1990) Supervisi adalah proses kemudahan menggunakan sumber-sumber yang diperlukan staf keperawatan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Menurut Gillies (1994) Supervisi termasuk kegiatan inspeksi terhadap hasil kerja menilai kemampuan kerja dan memperbaiki penampilan kerja. Marquis & Huston (2010) mengemukakan supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu tenaga keperawatan dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.

2.1.2 Tujuan Supervisi

(36)

2. Tujuan supervisi adalah membimbing atau membina tenaga perawat secara individu agar ketrampilanya optimal dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan keterbatasan tugas tenaga keperawatan tersebut (Kron, 1987). 3. Tujuan supervisi adalah memfasilitasi penggunaan sumber-sumber untuk

penyelesaian tugas staf keperawatan (Swansburg, 1990).

2.1.3 Sasaran Supervisi

Menurut Swansburg (2000) sasaran yang harus dicapai dalam supervisi adalah: 1. Pelaksanaan tugas sesuai dengan pola, struktur, dan hirarki kualifikasi staf 2. Mengembangkan kesinambungan asuhan keperawatan.

3. Penggunaan alat yang efektif dan ekonomis. 4. Sistem dan prosedur yang tidak menyimpang. 5. Pembagian tugas, wewenang

6. Penyimpangan kekuasaan, kedudukan dan keuangan. 2.1.4 Tugas dan Fungsi Supervisor

Tugas supervisor adalah mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman dan aman, efektif dan efisien. Tugas dan fungsi supervisor menurut Suyanto (2009) sebagai berikut:

1. Mengorientasi staf dan pelaksana keperawatan terutama pegawai baru 2. Melatih staf dan pelaksana keperawatan

3. Memberikan pengarahan dalam pelaksana tugas agar menyadari, mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan

(37)

Menurut Gillies (2000), tugas kepala ruangan sebagai supervisor terdiri dari empat area penting, yaitu:

1.Area Personal Keperawatan

Area supervisi kepala ruangan dalam ketenagaan keperawatan meliputi 1) keterlibatan penerimaan tenaga keperawatan pada saat wawancara 2) seleksi staf di ruang rawat yang menjadi tanggung jawabnya, 3) melakukan evaluasi terhadap pelaksana perawatan yang berada dalam ruang lingkup tanggung jawabnya, 4) memberikan nasehat kepada pelaksana perawatan untuk dapat disiplin, 5) memotivasi staf untuk dapat taat pada standar perawatan yang berlaku, 6) memberikan informasi yang diperlukan staf baru, 7) memperbaiki kebijakan dan prosedur di unitnya apabila diperlukan, 8) menyimpan semua dokumen yang berkaitan dengan kegiatan dan problem staf, 9) mengadakan perubahan/pembaharuan yang sifatnya positif, 10) mengatur dan mempertahankan penjadwalan dinas agar tetap fleksibel untuk semua staf, dan 11) membuat iklim kerja agar tetap nyaman bagi staf.

2. Area Lingkungan dan Peralatan

(38)

3. Area Asuhan Keperawatan

Area supervisi dalam asuhan keperawatan meliputi menjaga asuhan keperawatan sesuai dengan standar, menjaga dan meningkatkan standar dengan program Quality assurance (QA), mengawasi dan mengevaluasi kualitas asuhan keperawatan klien dan lingkungan sesuai dengan program QA, mendokumentasikan standar dan asuhan keperawatan, koordinasi semua kegiatan yang berada di ruang lingkup tanggung jawab, membantu pelaksana perawatan dalam pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi asuhan keperawatan, menjadi penasehat dan pelindung klien, membina komunikasi yang baik dengan klien, keluarga dan profesi kesehatan lainnya di ruang lingkup tanggung jawabnya, ikut aktif dalam komite dan organisasi profesi yang ada, dan menjaga keserasian administrasi keperawatan tentang rahasia .

4. Area Pendidikan dan Pengembangan Staf

(39)

masyarakat, menunjang dan ikut partisipasi dalam penelitian perawatan dan melengkapi atau merevisi prosedur yang ada di unitnya.

Suyanto (2009) menerangkan bahwa supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personil atau bagian yang bertanggung jawab antara lain:

1. Kepala Ruangan

Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Pengawas Perawatan

Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana fungsional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.

3. Kepala Bidang Keperawatan

Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang keperawatan bertanggung jawab untuk melakukan supervisi baik secara langsung atau tidak langsung melalui para pengawas perawatan.

2.1.5 Kompetensi Supervisor

Suyanto (2009) menerangkan seorang supervisor keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari hari harus memiliki kemampuan dalam :

1. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat di mengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan.

(40)

keperawatan

3. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan pelaksana keperawatan.

4. Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok) .

5. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana keperawatan.

6. Melakukan penilaian terhadap penampilan kerja perawat ( kinerja).

7. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik. 2.1.6 Cara Supervisi

1. Langsung

Cara supervisi dapat dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung. Pada supervisi modern seorang supervisor dapat terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Pengarahan yang efektif adalah pengarahan yang lengkap, mudah dipahami, menggunakan kata-kata yang tepat, berbicara dengan jelas, logis, menghindari banyak arahan pada satu saat, memastikan arahan tersebut dapat dipahami, dan arahan supervisi dapat dilaksanakan atau perlu tindak lanjut.

2. Tidak langsung

(41)

2.1.7 Peran Supervisi Kepala Ruangan

Peran supervisi menurut Kron (1987) peran supervisor adalah peran sebagai perencana, pengarah, pelatih, pengamat dan penilai.

1. Peran Supervisi Kepala Ruangan sebagai Perencana

Menurut Kron (1987) Sebagai kepala ruangan dalam melaksanakan supervisi di tuntut untuk mampu membuat perencanaan sebelum melaksanakan supervisi. Dalam perencanaan seorang supervisor merencanakan pemberian arahan untuk memperjelas tugasnya untuk siapa, kapan waktunya, bagaimana, kenapa, dan termasuk memberi instruksi. Cakupan supervisi meliputi siapa yang disupervisi, apa tugasnya, kapan waktunya disupervisi, kenapa dilakukan supervisi dan bagaimana masalah tersebut sering terjadi.

Dalam perencanaan kepala ruangan banyak membuat keputusan mendahulukan pembuatan tugas dan pemberian arahan, hal ini untuk menerangkan apa tugas itu, untuk siapa, kapan waktunya, bagaimana, kenapa sering, banyak membuat penugasan dan termasuk memberikan instruksi.

Pada supervisi kepala ruangan terhadap perawat pelaksana, perencanaan supervisi termasuk perencanaan pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat pelaksana. Peran supervisi kepala ruangan sebagai perencana perlu mendapat input yang lengkap terhadap hal-hal yang akan disupervisi.

2. Peran Supervisi Kepala Ruangan sebagai Pengarah

(42)

harus konsisten dengan bagiannya (departemennya), membantu perawat pelaksana dalam melaksanakan tugas dengan aman dan efisien meliputi :

1). Pengarahan harus lengkap termasuk kebutuhan informasi, saat memberikan arahan tidak hanya mengetahui tentang pekerjaan dan apa serta kapan mereka bekerja, dan juga mengetahui bagaimana harus bekerja.

2). Pengarahan harus dapat dimengerti

3). Perkataan pada pengarahan menunjukkan indikasi yang penting 4). Bicara yang jelas dan pelan.

5). Berikan pengarahan dengan pesan yang masuk akal 6). Hindari pemberian beberapa arahan dalam satu waktu 7). Membuat kepastian bahwa pengarahan dapat dimengerti 8). Membuat kepastian pengarahan dipahami dan ditindak lanjuti

Menurut Gillies (1994) pengarahan diberikan untuk menjamin agar mutu asuhan keperawatan pasien berkualitas tinggi, untuk mencapai hal tersebut maka kepala ruangan harus mengarahkan stafnya untuk melaksanakan tugas pemberian asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan dengan standar asuhan keperawatan dan sesuai dengan kebijakan rumah sakit.

3. Peran Supervisi Kepala Ruangan sebagai Pelatih.

(43)

Prinsi-prinsip dari pengajaran atau pelatihan harus menghasilkan suatu perubahan prilaku, perubahan itu termasuk perubahan mental, emosional, aktifitas fisik, dengan kata lain melalui proses belajar akan merubah pemikiran, gagasan, sikap, dan cara mengerjakan sesuatu manisfestasi perubahan akan sangat sesuai dengan kapasitas individu atau peluang untuk mengekspresikan diri.

4. Peran Supervisi Kepala Ruangan sebagai Pengamat

Sebagai kepala ruangan dalam melaksanakan supervisi harus dapat melaksanakan pengamatan dengan baik. Menurut Kron (1987) observasi atau pengamatan penting dalam supervisi. Supervisi dapat memfasilitasi informasi tentang pasien, lingkungan pasien, perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

Menurut Gillies (1994) pengamatan merupakan salah satu prilaku peningkatan meliputi pemeriksaan pekerjaan staf, memperbaiki, menyetujui pelaksanaan asuhan keperawatan.

2.1.8 Bentuk Supervisi Klinik Keperawatan

Supervisi klinis keperawatan bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian asuhan keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan.

(44)

kepada para perawat sehingga ada proses pengembangan kemampuan profesional yang berkelanjutan (CPD/ Continuing Profesional Development).

1. Kegiatan Edukatif

Penerapan kegiatan edukatif dapat dilakukan secara tutorial, yaitu supervisor memberikan bimbingan dan arahan kepada perawat pelaksana pada saat melakukan tindakan keperawatan serta memberikan umpan balik. Kegiatan ini dilakukan secara berkelanjutan untuk mengawal pelaksanaan pelayanan keperawatan yang aman dan profesional.

2. Kegiatan Suportif

Kegiatan suportif adalah kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk mengidentifikasi solusi dari suatu permasalahan yang ditemui dalam pemberian asuhan keperawatan baik yang terjadi diantara sesama perawat maupun dengan pasien. Supervisor melatih perawat menggali ”emosi” ketika bekerja, contoh: meredam konflik antar perawat, dan bersikap profesional dalam bertugas. Kegiatan suportif dirancang untuk memberikan dukungan kepada perawat agar dapat memiliki sikap yang saling mendukung di antara perawat sebagai rekan kerja profesional sehingga memberikan jaminan kenyamanan dan validasi.

3. KegiatanManajerial

(45)

menjaga standar pelayanan, peningkatan kenyamanan pasien dan peningkatan mutu.

2.2 Kinerja

2.2.1 Pengertian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas (swansburg, 1987). Sedangkan Ilyas (2002) yang dimaksud dengan kinerja adalah penampilan hasil kerja pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas.

Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun kelompok. Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi yang kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Ilyas (2002) mengatakan kinerja dapat dipengaruhi oleh faktor demografi dan supervisi, dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Umur. Semakin tua umur seseorang maka kebutuhan aktualisasi diri akan semakin tinggi bila dibandingkan dengan kebutuhan fisiologisnya.

b. Lama kerja. Pengalaman kerja akan mempengaruhi seseorang dalam berinteraksi dengan pekerjaan yang dilaksanakannya.

c. Supervisi. Supervisi adalah proses yang memacu anggota organisasi untuk berkontribusi secara positif agar tujuan organisasi dapat tercapai.

2.2.3 Penilaian Kinerja

(46)

cara self evaluation. Penilaian diri sendiri merupakan pendekatanyang paling umum digunakan untuk mengukur dan memahami perbedaan individu (Ilyas, 2002; Marquis & Huston, 2010). Metode ini baik digunakan bila bertujuan untuk pengembangan dan umpan balik kinerja karyawan, penilaian dalam jumlah besar, biaya murah dan cepat. Penilaian diri sendiri dilakukan dengan meminta perawat pelaksana untuk menilai diri sendiri tentang perilakunya dalam memberikan asuhan keperawatan.

Melalui penilaian ini dapat diketahui tiga jenis informasi yang berbeda mengenai perilaku perawat dalam melakukan pekerjaan, yakni: 1) informasi berdasar sifat, yaitu mengidentifikasi sifat karakter subyektif perawat seperti inisiatif dan kreaktivitas, 2) informasi berdasar perilaku, yaitu berfokus pada perilaku tertentu yang mendukung keberhasilan kerja, dan 3) informasi berbasis hasil, yaitu dengan memperhitungkan pencapaian kerja karyawan.

Soeprihanto (2001); Ilyas (2002); Hasibuan (2003), perilaku yang dapat dinilai dari perawat pelaksana adalah:

(47)

bersungguh-sungguh dan tidak mengenal waktu dalam melaksanakan tugas, mempunyai kesegaran jasmani dan rohani yang baik, melaksanakan tugas secara berdaya guna dan berhasil guna, serta hasil pekerjaan melebihi dari yang dituntut perusahaan.

b. Tanggung Jawab. Tanggung jawab merupakan kesanggupan seorang perawat dalam menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan baik, tepat waktu serta berani mengambil resiko untuk keputusan yang dibuat atau tindakan yang dilakukan. Suatu tanggung jawab dalam melaksanakan tugas akan terlihat pada ciri-ciri antara lain: dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu, berada di tempat tugas dalam segala keadaan yang bagaimanapun, mengutamakan kepentingan dinas dari kepentingan diri dan golongan, tidak pernah berusaha melemparkan kesalahan yang dibuatnya kepada orang lain, berani memikul resiko dari keputusan yang dibuatnya, selalu menyimpan dan atau memelihara barang-barang dinas yang dipercayakan kepadanya dengan sebaik-baiknya.

(48)

d. Kejujuran. Kejujuran merupakan sikap mental yang keluar dari dalam diri manusia sendiri. Kejujuran merupakan ketulusan hati dalam melaksanakan tugas dan mampu untuk tidak menyalah gunakan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Ciri-ciri seorang perawat yang disebut mempunyai kejujuran dalam DP3 terlihat pada : selalu melaksanakan tugas dengan penuh keikhlasan tanpa merasa dipaksa, tidak pernah menyalah gunakan wewenang yang ada padanya, dan melaporkan hasil pekerjaan kepada atasan menurut apa adanya. e. Kerja Sama. Kerja sama merupakan kemampuan mental seorang perawat untuk dapat bekerja sama dengan orang lain. mampu bekerja bersama-sama dengan orang lain menurut waktu dan bidang tugas yang ditetapkan, dan bersedia menerima keputusan yang diambil secara sah walaupun ia berbeda pendapat.

2. Penilaian Hasil Kerja.

Hasil kerja perawat pelaksana salah satunya dapat dinilai melalui dokumentasi asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien. Melalui penilaian ini dapat diketahui seberapa baik perawat melakukan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, sebab kinerja perawat pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh perawat. 2.2.4 Tujuan penilaian Kinerja menurut Ilyas (1996)

Penilaian kinerja pada dasarnya mempunyai dua tujuan utama yaitu : 1. Penilaian Kemampuan Personil

(49)

manajemen sumber daya manusia. 2. Pengembangan Personil

Sebagai informasi untuk pengambilan keputusan untuk pengembangan personil seperti : promosi, mutasi, rotasi, terminiasi, dan penyesuaian kompsensasi.

2.2.5 Standar Penilaian Kerja Perawat dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan

Dalam penilaian kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keparawatan. Standar praktik keperawatan oleh PPNI (2000) yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yang meliputi: (1) pengkajian, (2) diagnosa keperawatan, (3) perencanaan, (4) implementasi, (5) evaluasi.

1. Standar I: Pengkajian Keperawatan

Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan.

Kriteria pengkajian keperawatan:

a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi, pemeriksaan

fisik serta dari pemerikasaan penunjang.

b. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang yang terkait, tim

kesehatan, rekam medis dan catatan lain.

c. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi:

(1) Status kesehatan klien masa lalu.

(50)

(3) Status biologis-psikologis-sosial-spiritual.

(4) Respon terhadap terapi.

(5) Harapan terahdap tingkat kesehatan yang optimal.

(6) Resiko-resiko tinggi masalah.

2. Standar II: Diagnosa Keperawatan.

Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan.

Adapun kriteria proses;

a. Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah

klien dan perumusan diagnoss keperawatan.

b. Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), penyebab (E) dan tanda atau

gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).

c. Bekerja sama dengan klien dan petugas keseshatan lain untuk memvalidasi

diagnosa keperawatan.

d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.

3. Standar III: Perencanaan Keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien.

Kriteria prosesnya meliput i:

a. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana

tindakan keperawatan.

b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.

(51)

d. Mendokumentasi rencana keperawatan.

4. Standar IV : Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah di identifikasi dalam rencana asuhan keperawatan.

Kriteria proses meliput i:

a. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.

c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien.

d. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep,

keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkunngan yang digunakan.

e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan

respon klien.

5. Standar V: Evaluasi Keperawatan

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.

Adapun kriteria prosesnya:

a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif,

tepat waktu dan terus menerus.

b. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan

kearah pencapaian tujuan.

c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.

(52)

Dengan standar asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan keperawatan menjadi lebih terarah. Standar adalah pernyataan deskriptif mengenai tingkat penampilan yang diinginkan dan kualitas struktur, proses, atau hasil yang dapat dinilai.

Standar pelayanan keperawatan adalah pernyataan deskriptif mengenai kualitas pelayanan yang diinginkan untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diberikan pada pasien (Gillies, 1989).

2.3 Pelatihan

2.3.1. Pengertian Pelatihan

Pelatihan adalah suatu bentuk investasi jangka pendek untuk membantu meningkatkan kemampuan para pegawai dalam melaksanakan tugasnya (Siagian, 2009). Pelatihan adalah proses sistematik pengubahan perilaku para pegawai dalam suatu arah guna

2.3.2. Tujuan

Tujuan Pelatihan adalah meningkatkan kualitas dan produktivitas, menciptakan sikap, loyalitas, dan kerjasama yang lebih menguntungkan, dan memenuhi kebutuhan perencanaan sumber daya manusia. Program pelatihan tidak menyembuhkan semua permasalahan yang ada dalam meningkatkan tujuan-tujuan organisasi.

(53)

seluruh tenaga kerja, mendorong sikap keterbukaan manajemen, memperlancar jalannya komunikasi yang efektif, dan penyelesaian konflik secara fungsional.

Pelatihan supervisi kepala ruangan yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi rumah sakit, yaitu peningkatan produktivitas rumah sakit secara keseluruhan karena adanya kepala ruangan yang kompeten melakukan tugas supervisi untuk memastikan semua perawat pelaksana melakukan tugas sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat mengambil keputusan yang lebih cepat dan tepat. Di samping itu pelatihan ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi para kepala ruangan, yaitu menumbuhkan rasa percaya diri dalam mengemban tugasnya.

2.4 Landasan Teori

Supervisi berjalan dengan baik apabila supervisor dapat menjalankan peran sebagai perencana, pengarah, pelatih, dan penilai (Kron, 1987). Pelaksanaan supervisi dalam bentuk edukatif, suportif dan manajerial (Farington, 1995) diharapkan dapat meningkatkan kinerja perawat.

2.5 Kerangka Konsep Penelitian

(54)
(55)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan pendekatan

pre- post test design (Notoatmodjo, 2010) untuk melihat efektivitas penerapan supervisi klinik kepala ruangan dalam bentuk edukatif, suportif dan manajerial terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Pemilihan RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan sebagai tempat penelitian karena saat ini RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan sedang berusaha meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dengan mulai menerapkan MPKP di beberapa ruangan. Selain itu RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan selalu terbuka untuk pengembangan usaha perbaikan pelayanan keperawatan kepada pasien.

(56)

3.3 Populasi dan Sampel.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap yang bertugas di RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan dengan tingkat pendidikan D III keperawatan yang berjumlah 182 orang. Untuk menilai supervisi klinik kepala ruangan, sampel berjumlah 51 perawat pelaksana, tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling

dengan kriteria :

1. Perawat pelaksana dengan tingkat pendidikan D III keperawatan

2. Perawat pelaksana pada shiff kerja pagi dengan pertimbangan adanya kepala ruangan yang memberikan supervisi secara langsung .

Untuk sampel kinerja perawat pelaksana berjumlah 30 sampel, yang tergambar dalam dokumentasi asuhan keperawatan yang di nilai oleh peneliti di sepuluh (10) ruang rawat inap menggunakan tehnik purposive sampling yaitu dokumen yang di nilai memenuhi kriterian sebagai berikut :

1. Pasien sudah dirawat minimal 3 (tiga) hari.

2. Penilaian asuhan keperawatan di lakukan setelah perawat pelaksana di supervisi oleh kepala ruangan.

(57)

pelaksana, 3 dokumen asuhan keperawatan, rindu 2 jumlah sampel 7 perawat pelaksana, 3 dokumen asuhan keperawatan, rindu 3 jumlah sampel 6 perawat pelaksana, 3 dokumen asuhan keperawatan, ruang bedah jumlah sampel 6 perawat pelaksana, 3 dokumen asuhan keperawatan, ruang kebidanan jumlah sampel 3 perawat pelaksana, 3 dokumen asuhan keperawatan, vip bungong pala jumlah sampel 5 perawat pelaksana, 3 dokumen asuhan keperawatan, total jumlah sampel 51 perawat pelaksana dan 30 dokumen asuhan keperawatan.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data primer

Data primer digunakan untuk menilai supervisi kepala ruangan dan kinerja perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan. Variabel yang akan diteliti dijabarkan dalam kuesioner dan digunakan sebagai instrumen pengumpulan data sebagai berikut :

a. Variabel Supervisi Kepala Ruangan

Pembuatan instrumen supervisi kepala ruangan rawat inap di RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan, mengacu pada model supervisi akademik menurut Farington (1995), yang terdiri dari : kegiatan edukatif 10 pernyataan, kegiatan suportif 10 pernyataan, dan kegiatan manajerial 10 pernyataan. Instrumen ini terdiri dari 30 pernyataan positif. Pengukuran menggunakan skala Likert dengan lima kriteria. Pernyataan nilai 5 = sangat sering, nilai 4 = sering, nilai 3 = kadang kadang, nilai 2 hampir tidak pernah, nilai 1 = tidak pernah.

(58)

a. Baik, jika X ≥ x̄ rata rata (≥ 123,47 ) b.Kurang jika X < x̄ rata rata (< 123,47)

Tabel 3. 1 Kisi Kisi Instrumen Supervisi Klinik Model Akademik di Ruang Rawat Inap RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan

Kabupaten Aceh Selatan (n = 51)

No Subvariabel Nomor item pernyataan jumlah 1 Kegiatan edukatif 1 - 10 10 2 Kegiatan suportif 11 - 20 10 3 Kegiatan manajerial 21 - 30 10

Jumlah 30 30

b. Variabel Kinerja Perawat Pelaksana

Penilaian kinerja perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan dinilai dengan cara memeriksa pendokumentasi asuhan keperawatan. Instrumen kinerja perawat pelaksana berdasarkan dokumentasi asuhan keperawatan merupakan lembar penilaian dokumentasi asuhan keperawatan yang terdiri dari aspek pengkajian 4 (empat) pernyataan, diagnosa 3 (tiga) pernyataan, perencanaan 6 (enam) pernyataan, tindakan 4 (empat) pernyataan, evaluasi 2 (dua) pernyataan, catatan asuhan keperawatan 5 (lima) pernyataan. Instrumen ini terdiri dari 24 pernyataan dengan alternatif hasil observasi “ya” bila dokumen lengkap dan “tidak” bila dokumen tidak lengkap. Skor untuk jawaban “ya” = 1 dan skor untuk jawaban “tidak” = 0

Kemudian variabel kinerja dikategorikan menjadi dua kategori yaitu : a.Baik, jika X ≥ x̄ rata rata (≥ 19,87 )

(59)

Tabel 3.2 Kisi Kisi Kinerja Perawat Pelaksana berdasarkan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan (n = 30)

No Subvariabel Nomor item pernyataan jumlah

1 Pengkajian 1 - 4 4

Data sekunder diperoleh dari data atau catatan di bagian administrasi RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan yang meliputi data-data demografi dan data lainnya yang relevan dengan tujuan penelitian.

3.4.3 Pengujian Instrumen Penelitian

Alat ukur penelitian harus memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai. Mengenai validitas dan reliabilitas dapat dibimbing dan diarahkan dengan pertanyaan-pertanyaan ; Apakah alat ukur yang digunakan tersebut sudah dapat mengukur apa yang hendak diukur, apakah alat ukur tersebut telah mencakup semua atau sebagaian fenomena yang hendak diukur, apakah semua item-item yang ada di dalam instrumen tersebut sudah mampu dipahami oleh semua responden, apakah di dalam item-item tersebut sudah ada kata-kata atau istilah

(60)

a. Validitas Alat Ukur

Alat ukur dikatakan valid (sahih) apabila alat ukur tersebut mampu mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur (Hastono, 2007). Pada penelitian ini validitas instrumen akan diuji dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product moment dengan tingkat signifikan 0,05. Pengukuran tiap item pernyataan dilakukan dengan membandingkan r hitung dengan tabel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka pernyataan tersebut valid, tetapi bila r hitung lebih kecil dari r tabel maka pernyataan tersebut tidak valid.

b. Reliabilitas Alat Ukur

Alat ukur dikatakan reliabel (andal) jika alat ukur tersebut memiliki sifat konstan, stabil atau tepat. Alat ukur dikatakan reliabel apabila diuji cobakan terhadap sekelompok subyek akan tetap hasilnya sama. Walaupun dalam waktu yang berbeda, dan/atau jika dikenakan pada orang lain subyek yang sama karakteristiknya hasilnya akan sama juga (Hastono, 2007).

(61)

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Edukatif

Pada Tabel 3.3 di atas diperoleh bahwa dari seluruh variabel edukatif sebanyak 10 pertanyaan dengan menggunakan pearson product moment

mempunyai p<0,05 dan rhitung>rtabel (0,361), maka dapat disimpulkan bahwa 10

pertanyaan variabel edukatif valid dan reliabel.

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Suportif

Pertanyaan n p r Hasil Uji

Pada Tabel 3.4 di atas diperoleh bahwa dari seluruh variabel suportif sebanyak 10 pertanyaan dengan menggunakan pearson product moment

mempunyai p<0,05 dan rhitung>rtabel (0,361), maka dapat disimpulkan bahwa 10

(62)

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Manajerial

Pada Tabel 3.5 di atas diperoleh bahwa dari seluruh variabel manajerial sebanyak 10 pertanyaan dengan menggunakan pearson product moment

mempunyai p<0,05 dan rhitung>rtabel (0,361), maka dapat disimpulkan bahwa 10

pertanyaan variabel manajerial valid dan reliabel.

Kinerja perawat pelaksana berdasarkan dokumentasi asuhan keperawatan yang terdiri dari 24 pernyataan tidak dilakukan uji coba lagi karena kuesioner tersebut merupakan kuesioner baku yang digunakan untuk penilaian dokumentasi asuhan keperawatan di rumah sakit dan sudah pernah dilakukan uji validitas dan realibilitas pada penelitian sebelumnya (Saefulloh, 2009) dengan hasil r Alpha Cronbach = 0, 916 lebih besar dari r tabel (0,349) sehingga 24 item pernyataan tersebut dinyatakan reliabel.

Secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 3.6

(63)

e.Tidak pernah 1 rata rata

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis Univariat

Analisis univariat pada penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran setiap variabel yang diteliti. Bentuk penyajian data menggunakan tabel distribusi frekwensi dan presentase untuk data numerik ( umur, masa kerja, dan status kepegawaian ) dan untuk katagorik ( supervisi klinik kepala ruangan dan kinerja perawat pelaksana) ditampilkan dari hasil perhitunngan mean, median, SD dan minimum – maximum.

3.5.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan supervisi kepala ruangan sebelum dan setelah mendapatkan pelatihan. Selanjutnya mengetahui kinerja perawat pelaksana sebelum dan setelah di supervisi oleh kepala ruangan yang telah dilatih supervisi klinik. Sebelum analisis bivariat di uji dulu datanya berdistribusi normal/tidak. Kalau normal dilakukan uji paired t test

Adapun pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah :

(64)

diruang rawat inap RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan

Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan pada supervisi klinik kepala ruangan sesudah pelatihan supervisi klinik terhadap kinerja perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan

3.6. Pertimbangan Etik

Langkah pertama sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, setelah mendapat izin kemudian peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Direktur RSUD dr.H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Penelitian dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip etik yang meliputi :

a. Hak untuk menentukan nasib sendiri (Right to self determination)

Prinsip etik ini dilakukan dengan cara memberikan kebebasan kepada responden untuk ikut dalam penelitian setelah mendapat penjelasan tentang maksud, tujuan dan manfaat penelitian. Responden yang bersedia mengikuti penelitian menandatangani informed consent dan sebaliknya jika responden tidak bersedia, maka peneliti tetap menghormati hak hak responden.

b. Hak untuk menjaga kerahasian (Rigth to anominity and confidentiality)

(65)

bebas menentukan pilihan jawaban dari kuesioner tampa takut di intimidasi oleh pihak lain termasuk oleh atasan. Setelah responden memahami serta menerima maksud dan tujuan penelitian, maka responden secara sukarela menandatangani lembar persetujuan dan dilanjutkan dengan pengisian kuesioner penelitian ini tidak berdampak terhadap diri responden baik secara langsung maupun tidak langsung. Semua informasi yang diberikan responden di jaga kerahasiannya oleh peneliti. Data yang sudah diperoleh oleh peneliti disimpan dan dipergunakan hanya untuk pelaporan penelitan ini

c. Hak atas perlakuan yang adil (Right to fair treatment)

Prinsip ini dilaksanakan dengan memberikan tindakan sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam informed concent. Kepala ruangan mendapat pelatihan dan bimbingan supervisi klinik.

3.7 Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

a. Prosedur Administrasi

1) Lolos uji etik dari komite etik penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara

2) Menyiapkan kelengkapan data, kuesioner penelitian, dan materi pelatihan 3) Mengajukan ijin uji validitas dan reabilitas instrumen penelitian ke RSUD

Tengku Peukan Aceh Barat Daya pada tanggal 26 mei 2013

(66)

b. Persiapan Penelitian

Peneliti melakukan koordinasi dengan kepala bidang keperawatan RSUD dr.H. Yuilddin Away Tapaktuan mengenai jadwal, tempat dan peserta pelatihan. Selanjutnya bidang keperawatan menghubungi semua kepala ruangan dan menjelaskan bahwa akan ada penelitian dari mahasiswa keperawatan universitas sumatra utara tentang efektivitas pelatihan supervisi kepala ruangan terhadap kinerja perawat pelaksana.

Selanjutnya kepala bidang keperawatan yang saat itu diwakili oleh kepala bidang diklat menunjukkan tempat pelatihan, kemudian ruangan tersebut disiapkan untuk acara pelatihan. Langkah selanjutnya adalah pengambilan data

pre test penelitian. pre test dilakukan dengan cara pembagian kuesioner supervisi kepala ruangan kepada perawat pelaksana setelah diberi penjelasan dan informed consent. Pre test dilakukan pada tanggal 08 – 09 juni 2013. Pembagian kuesioner pada perawat pelaksana dilakukan saat jam istirahat agar tidak mengganggu proses pelayanan keperawatan kepada pasien. Pre test variabel kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dilaksanakan oleh peneliti sendiri tanggal 09 – 10 juni 2013 dengan cara melakukan penilaian terhadap pengisian dokumentasi asuhan keperawatan ditiap ruangan sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan. Pengolahan data pre test dilakukan mulai tanggal 09 – 12 juni 2013.

(67)

Pelaksanaan pelatihan supervisi klinik kepala ruangan dilakukan pada tanggal 13 – 14 juni 2013 yang diikuti oleh 10 kepala ruangan. Pelatihan hari pertama dimulai dengan pembukaan oleh direktur rumah sakit yang diwakili oleh KTU rumah sakit, dan penjelasan tujuan dan manfaat pelatihan dari peneliti sebagai usaha membangun komitmen yang dilanjutkan pre test pelatihan. Nilai rerata pre test pelatihan supervisi adalah 56,53.

Langkah selanjutnya adalah pemberian materi konsep dasar supervisi klinik dan konsep dasar supervisi klinik model akademik. Selama proses pembelajaran berlangsung semua kepala ruangan mengikuti dengan baik dan terjadi tanya jawab untuk pendalaman materi. Selanjutnya untuk menggali potensi kepala ruangan dalam memahami teori yang telah diajarkan, maka diberi tugas kepada setiap kepala ruangan untuk merancang dan menyusun skenario pelaksanaan supervisi sesuai dengan praktek nyata di ruangan masing masing.

Pelatihan hari kedua pada tanggal 14 juni 2013 dimulai dengan role play.

Role play untuk setiap bentuk kegiatan supervisi kepala ruangan dilaksanakan dalam waktu 10 menit. Setelah role play diberikan umpan balik untuk melengkapi dan menyesuaikan penerapan bentuk supervisi dengan kondisi tiap ruangan. Selanjut ditambahkan materi tentang kepemimpinan dalam keperawatan yang berfokus pada manajemen konflik. Selanjutnya dilakukan post test dengan nilai rerata adalah 88,70.

(68)

Pada tanggal 15 -21 juni 2013, peneliti bersama staf bidang keperawatan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan supervisi dengan cara membagikan kuesioner kepada perawat pelaksana terhadap supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan. Hasil diperoleh dengan melihat perbedaan pelaksanaan supervisi kepala ruangan sebelum dan sesudah pelatihan berdasarkan penilaian perawat pelaksana. Sedangkan data kinerja perawat pelaksana diperoleh dengan cara peneliti melakukan penilaian terhadap pengisian dokumen asuhan keperawatan. Kegiatan pengambilan data post test dilaksanakan selama dua hari yaitu pada tanggal 22- 23 juni 2013.

3.8 Pengolahan dan Analisis data a.Pengolahan data

Pengolahan data yang dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu ;

1. Pemeriksaan data (editing), yaitu kegiatan untuk melakukan pengecekan isian kuesioner yang telah diserahkan kepada responden.

2. Pembuatan kode (coding), yaitu melakukan pengkodean terhadap data yang sudah diedit, sebagai usaha menyederhanakan data.

3. Processing, yaitu proses data yang dilakukan dengan cara mengentry data dari kuesioner dengan menggunakan perangkat komputer.

4. Cleaning, yaitu pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak.

(69)

112,33 dengan kategori baik 22 ( 43,1%).Sesudah dilakukan pelatihan supervisi klinik nilai mean 123,47 dengan kategori baik meningkat menjadi 33 (64,7%).

Untuk melihat perbedaan supervisi klinik kepala ruangan dan kinerja perawat pelaksana sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pelatihan supervisi klinik dilakukan uji paired – t test yaitu uji parametrik dan merupakan uji untuk data berpasangan dengan model pengukuran sebelum dan sesudah (one group before and after design). Hasil analisis untuk variabel supervisi klinik didapatkan hasil p value = 0,015 artinya adanya perbedaan supervisi klinik sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan supervisi klinik. Hasil analisis untuk variabel kinerja perawat pelaksana sebelum disupervisi oleh kepala ruangan didapakan nila mean 7,57 dengan kategori baik 8 (26,7%) sesudah di supervisi oleh kepala ruangan yang sudah diberi pelatihan supervisi klinik nilai mean 19,83 dengan kategori baik 26 (86,7) hasil analisis untuk variabel kinerja perawat pelaksana didapatkan hasil

p value = 0,001 artinya terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah disupervisi oleh kepala ruangan yang telah dilatih supervisi klinik.

Gambar

Tabel  3. 1   Kisi Kisi Instrumen Supervisi Klinik Model Akademik                     di Ruang Rawat Inap RSUD dr.H.Yuliddin Away Tapaktuan  Kabupaten Aceh Selatan (n = 51)
Tabel 3.2   Kisi Kisi Kinerja Perawat Pelaksana berdasarkan Dokumentasi
Tabel  3.3  Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Edukatif
Tabel  3.5  Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Manajerial
+5

Referensi

Dokumen terkait

Industri rumah tangga pengupasan rajungan merupakan usaha rumah tangga yang menghasilkan produk daging rajungan matang ( fresh meat crabs ), yang selanjutnya dijual

Peningkatan kadar glukosa darah ini dimungkinkan karena pada kelompok kontrol tidak diberikan intervensi pemberian buah naga, akan tetapi terdapat 6 responden

Hart protocol, rechargable nimh battery pack, power supply/ recharger (110/220 VAC.50/60 Hz, US/UK/EU connection types), Languages English (standard, Certifications ATEX, FM,

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Nilai rentabilitas usaha ternak itik petelur di Desa Kebonsari Kecamatan Candi Sidoarjo sebesar 36,15 persen, artinya kemampuan perusahaan atau peternak untuk menghasilkan laba

Denah yang baik untuk bangunan rumah di daerah gempa adalah sebagai berikut: (Sumber: (Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan.. Gempa,

Dalam konteks ini, Candi Borobudur tidak ditempatkan sebagai obyek kajian utama sebagaimana sering dilakukan selama ini, tetapi meletakkan monumen tersebut sebagai

Penelitian ini juga diharapkan mampu mendorong banyak perusahaan untuk melakukan pengungkapan sukarela sehingga mengurangi adanya resiko yang timbul seperti