• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Keterkaitan Produktivitas Pertanian Dan Impor Beras di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Keterkaitan Produktivitas Pertanian Dan Impor Beras di Indonesia"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS KETERKAITAN PRODUKTVITAS PERTANIAN

DAN IMPOR BERAS DI INDONESIA

OLEH

HEADHI BERLINA SIRINGO 100501119

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRACT

This research titled “Analysis Causality of Agricultural Productivity and

Import of Rice in Indonesia”. The purpose of this research is to know relationship

between agricultural productivity and imported rice in Indonesia. The research

uses secondary data from 1986 until 2012. The method of analisys are Unit Root

Test, Ordinary Least Square, and Grager Causality. This data is processed by

using the program eviews 7.1.

The results of the research show that there is a reciprocal relationship

(causality) between agricultural productivity and imported rice in Indonesia,

based on a simple regression test results indicate that there is a negative

relationship between agricultural productivity and imported rice, and there is a

negative relationship between imports of rice and agricultural productivity in

Indonesia.

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Keterkaitan Produktivitas Pertanian dan Impor Beras di Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan timbal balik antara produktivitas pertanian dan impor beras di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder runtun waktu dari tahun 1986-2012. Metode analisis yang digunakan adalah metode uji akar unit, uji regresi sederhana (OLS), dan uji kausalitas Grager. Data ini diproses dengan menggunakan program eviews 7.1.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat hubungan timbal balik (kausalitas) antara produktivitas pertanian dan impor beras di Indonesia, berdasarkan hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara produktivitas pertanian dan impor beras, dan terdapat hubungan yang negatif antara impor beras dan produktivitas pertanian di Indonesia.

(4)

KATA PENGANTAR

Salam sejahtera,

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan penyertaan-Nya serta limpahan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah

“Analisis Keterkaitan Produktivitas Pertanian Dan Impor Beras di

Indonesia”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak menghadapi hambatan dan kesulitan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan wawasan yang dimilki penulis. Namun, berkat kasih setia-Nya, setiap hambatan dan kesulitan tersebut dapat penulis lalui, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Selesainya skripsi ini juga tidak terlepas dari adanya doa, motivasi, bimbingan dan saran yang diberikan oleh berbagai pihak serta bantuan yang penulis dapatkan dari pihak-pihak yang telah membantu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara

(5)

Bisnis, Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembanding I skripsi yang telah memberikan banyak nasihat maupun masukan untuk skripsi ini 3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1

Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, Msi, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan telah bersedia meluangkan waktu bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Ingrita Gusti Sari NST, SE, MSi selaku dosen pembanding II skripsi yang telah memberikan banyak nasihat maupun masukan untuk skripsi ini 6. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan.

7. Bapak Rommel Siringo dan Ibu Nurmida O. Sunggu, yang merupakan orangtua penulis yang telah memberikan kasih sayangnya kepada penulis dan selalu mendidik dan mendukung penulis sejak kecil hingga saat ini serta doa yang diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

(6)

9. GMKI Komisariat FE USU yang telah menjadi tempat bagi penulis untuk belajar banyak hal yang tidak penulis dapatkan di dalam perkuliahan. Kepada seluruh Pengurus Komisariat masa bakti 2011-2012 dan 2012-2013, yang merupakan rekan kerja penulis selama melayani di GMKI Komisariat FE USU.

10.Rebecka O. Nainggolan, Naomi S. Daeli, Riantina Hutapea, Einike S. Purba, Lydia Hutagalung, Arshinta Sebda, Dina Tambunan, Valentino Panjaitan, Robin Hotdo Manalu, Parulian Sinurat, Laura S. Sitanggang, Ronaldo Manullang, Hervelika Ginting dan Friska Simanjuntak yang telah memberi masukan dan semangat serta keceriaan selama proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas setiap kebaikan dan ketulusan hati dari semua pihak yang telah membantu dan semoga hasil skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.

Medan, Juni 2014 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas ... 7

2.1.1 Pengertian Produktivitas ... 7

2.1.2 Peranan Produktivitas ... 8

2.1.3Teori Produksi...10

2.1.4 Pembangunan Pertanian...12

2.1.5Kebijakan Pangan...14

2.2. Teori Perdagangan Internasional...16

2.3. Impor...20

2.3.1 Pengertian Impor……….20

2.3.2 Kebijakan Impor………..20

2.4. Penelitian Terdahulu...22

2.5. Kerangka Konseptual………...25

2.6. Hipotesis Penelitian...26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian...27

3.2 Jenis dan Sumber Data……….27

3.2. Pengolahan Data... 27

3.3. Metode Analisis Data... 28

3.3.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test) ………..28

3.3.2 Uji Kausalitas (Granger Causality Test)………..29

3.3.3 Uji Regresi Linear……… 30

(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif………32

4.1.1 Letak Geografis Indonesia……….. 32

4.1.1.1 Iklim……… 33

4.1.1.2 Penduduk……… 34

4.1.1.3 Kondisi Pertanian……… ... 35

4.1.2 Perkembangan Perekonomian Indonesia………36

4.1.3 Perkembangan Produktivitas Pertanian……….. 38

4.1.4 Perkembangan Impor Beras di Indonesia……… ... 45

4.2 Analisis Data……… 52

4.2.1 Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test)……….. 52

4.2.2 Hasil Uji Kausalitas (Granger Causality Test)…………... 53

4.2.3Hasil Uji Regresi Linear………...55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………...58

5.2 Saran……….59

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul

Halaman

4.1 Perkembangan Produktivitas Pertanian di Indonesia

Tahun 1986-2012……… 40

4.2 Perkembangan Impor Beras di Indonesia Tahun 1986-2012……… 46

4.3 Hasil Pengujian ADF dengan Intercept……….. 52

4.4 Hasil Uji Granger Causality……… 54

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul

Halaman

2.1 Fungsi Produksi ………... 11

2.2 Skema Kerangka Konseptual ……… 26

4.3 Pertumbuhan Produktivitas Pertanian……… 42

(11)

ABSTRACT

This research titled “Analysis Causality of Agricultural Productivity and

Import of Rice in Indonesia”. The purpose of this research is to know relationship

between agricultural productivity and imported rice in Indonesia. The research

uses secondary data from 1986 until 2012. The method of analisys are Unit Root

Test, Ordinary Least Square, and Grager Causality. This data is processed by

using the program eviews 7.1.

The results of the research show that there is a reciprocal relationship

(causality) between agricultural productivity and imported rice in Indonesia,

based on a simple regression test results indicate that there is a negative

relationship between agricultural productivity and imported rice, and there is a

negative relationship between imports of rice and agricultural productivity in

Indonesia.

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Keterkaitan Produktivitas Pertanian dan Impor Beras di Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan timbal balik antara produktivitas pertanian dan impor beras di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder runtun waktu dari tahun 1986-2012. Metode analisis yang digunakan adalah metode uji akar unit, uji regresi sederhana (OLS), dan uji kausalitas Grager. Data ini diproses dengan menggunakan program eviews 7.1.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat hubungan timbal balik (kausalitas) antara produktivitas pertanian dan impor beras di Indonesia, berdasarkan hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara produktivitas pertanian dan impor beras, dan terdapat hubungan yang negatif antara impor beras dan produktivitas pertanian di Indonesia.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian dan bagaimana sektor pertanian tersebut mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat dikaitkan dengan sistem produktivitas yang dilakukan. Menurut Apriyantono (2007), sektor pertanian adalah sektor yang memiliki peran penting dalam pembangunan nasional diantaranya sebagai penyerap tenaga kerja, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), kontribusi penyediaan pangan, penyedia bahan baku industri, kontribusi dalam bentuk kapital, dan sumber devisa suatu negara. Pembangunan pertanian diharapkan mampu meningkatkan akses masyarakat tani pada faktor produksi diantaranya sumber modal, teknologi, bibit unggul, pupuk, dan sistem distribusi, sehingga berdampak langsung dalam meningkatkan kesejahteraan petani.

(14)

tahun 1979-1983 sebesar 6,71 persen. Kenaikan produksi beras ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain dilakukannya intensifikasi khusus yang dimulai pada musim tanam dan pengenalan teknologi baru bagi para petani dalam cara-cara pengolahan lahan. Penyuluhan secara-cara gencar dan intensif dilakukan juga melalui berbagai media masa sebagai upaya peningkatan produksi beras, sehingga pertumbuhan subsektor tanaman pangan khususnya beras mengalami peningkatan pesat dan pada tahun 1984, dimana Indonesia dapat melakukan swasembada beras dan merupakan negara pengekspor beras terbesar.

Produktivitas pertanian merupakan perbandingan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan) dengan luas lahan atau biaya yang dikorbankan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) produktivitas pertanian nasional selama 10 tahun terakhir mengalami peningkatan meskipun lahan pertanian semakin berkurang. Permasalahan yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi pangan di Indonesia adalah berkurangnya areal baku sawah beirigasi teknis dan lahan pertanian lainnya. Lahan pertanian yang semakin berkurang disebabkan oleh alih fungsi lahan, dimana lahan pertanian dialihkan menjadi tempat perumahan atau pusat perbelanjaan, Faktor utama yang menyebabkan banyaknya lahan pertanian dijual dan dijadikan perumahan serta tempat industri karena pendapatan yang diperoleh masyarakat dari bertani lebih sedikit dibandingkan pendapatan dari sektor industri.

(15)

peningkatan produksi bahan makanan hanya bertambah menurut deret hitung. Persoalan ini berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi Indonesia, dimana penduduk di Indonesia memiliki pertambahan penduduk yang tinggi setiap tahunnya tampa diikuti oleh peningkatan produktivitas pertaniannya. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri pemerintah harus melakukan impor beras, impor beras yang dilakukan dikaitkan pemerintah untuk menjaga stabilisasi harga beras di pasar dan menjaga kestabilan stok bulog, sehingga pemerintah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan beras saat terjadi gagal panen.

(16)

Selama ini upaya pemerintah dalam kebijakan produktivitas, baik dari sisi paradigma, anggaran maupun program meningkatkan produktivitas pertanian belum sepenuhnya berjalan dan terselenggara secara efisien dan efektif. Peran pemerintah dalam pemberian subsidi kepada petani untuk meningkatkan produksi dan pembangunan irigasi untuk mendistribusikan aliran air sungai ke lahan pertanian dewasa ini masih kurang, sehingga menyebabkan ketersediaan pangan tidak dapat terpenuhi dari produksi dalam negeri sendiri. Ketersediaan sarana produksi yang cenderung disamakan atau adanya keragaman penggunaan bibit, pupuk pada daerah yang berbeda kondisi lahan dan iklimnya serta infrastruktur yang dimiliki suatu daerah terkadang tidak efisien dan kurangnya pengetahuan petani tentang penggunaan teknologi mempengaruhi jumlah produksi beras di Indonesia.

(17)

Persediaan stok beras di bulog harus terus dipertahankan, persediaan tersebut tidak hanya dilakukan dengan melakukan impor saja tetapi juga dengan pembelian beras dari petani dengan harga yang sesuai atau lebih tinggi dari harga pengumpul atau tengkulak, harga yang berlaku dan sesuai untuk membeli beras dari petani diharapakan mampu mendorong produktivitas pertanian.

Dalam perdagangan internasional, impor merupakan suatu kebijakan yang diambil apabila suatu negara tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, namun dalam hal ini Indonesia yang merupakan negara agraris dan mengalami surplus produksi beras tetap malakukan impor beras, dengan tujuan untuk menjaga stabilisasi harga. Impor beras yang dilakukan tampa adanya tujuan yang jelas dari pemerintah akan mempengaruhi produksi beras dalam negeri dan kesejahteraan petani.

Berdasarkan uraian diatas, peranan produktivitas pertanian bagi jumlah impor beras dan sebaliknya impor beras bagi produktivitas pertanian di Indonesia menarik untuk diteliti. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Keterkaitan Produktivitas Pertanian Dan Impor Beras di Indonesia”

1.2 Perumusan Masalah

(18)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan timbal balik (kausalitas) antara produktivitas pertanian dan impor beras di Indonesia.

1.3.2 Manfaat Penlitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti yang berkaitan tentang keterkaitan produktivitas pertanian dan impor beras di Indonesia 2. Sebagai bahan informasi untuk melihat dan mengetahui perkembangan

produktivitas pertanian dan impor beras di Indonesia serta keterkaitan hubungan produktivitas pertanian dan impor beras di Indonesia bagi penulis dan pihak-pihak yang membutuhkan.

3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang memiliki keterkaitan dengan topik dan permasalahan dalam penelitian ini.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produktivitas

2.1.1 Pengertian Produktivitas

Produktivitas merupakan istilah dalam kegiatan produksi sebagai perbandingan luaran (output) dengan masukan (input). Dimana produktivitas merupakan ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil optimal. Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu industri dalam menghasilkan barang atau jasa. Sehingga semakin tinggi perbandingannya, berarti semakin tinggi produk yang dihasilkan. Ukuran-ukuran produktivitas bisa bervariasi, tergantung pada aspek-aspek output atau input yang digunakan sebagai agregat dasar, misalnya: indeks produktivitas buruh, produktivitas biaya langsung, produktivitas biaya total, produktivitas energi, dan produktivitas bahan mentah (Samuelson dan William, 1992:133).

(20)

banyaknya hasil produksi (output) yang diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Jika efisiensi fisik kemudian di nilai dengan uang maka akan dibahas efisiensi ekonomi. Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan sebidang tanah untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi tertentu. Jadi secara teknis produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi (usaha) dan kapasitas tanah (Mubyarto, 1989:68). Dalam setiap panen padi, petani akan menghitung berapa hasil bruto

produksinya, yaitu luas tanah dikalikan hasil pekesatuan luas. Hasil bruto yang didapat kemudian dikurangi dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan petani, yaitu biaya pupuk, bibit, biaya pengolahan tanah upah menanam, upah membersihkan rumput dan biaya panen yang biasanya berupa bagi hasil. Setelah semua biaya-biaya tersebut dikurangi maka petani akan memperoleh hasil bersih atau hasil netto. Apabila hasil bersih usahatani besar maka akan menunjukkan rasio yang baik dari nilai hasil dan biaya. Makin tinggi rasio berarti usahatani makin efisien (Mubyarto, 1989:70).

2.1.2 Peranan Produktivitas

(21)

maupun kualitas dari produk yang dihasilkan (Pasay, Gatot dan Suahasil, 1995:220).

Kegiatan ekonomi yang memiliki produktivitas yang semakin berkembang akan memiliki daya tahan lebih kuat terhadap kenaikan harga input dibandingkan dengan kegiatan ekonomi yang tidak mengalami perkembangan produktivitas. Untuk dapat mengembangkan produktivitas, perekonomian harus mampu memperbaiki dirinya sendiri (self upgrading) demi untuk memperkokoh perekonomian itu sendiri (self propelling) sehingga menjamin kelangsungan pembangunan (self sustaining). Dalam hal ini teknologi harus dipandang sebagai: bagaimana mengkombinasikan berbagai input produktif dalam proses produksi dengan menggunakan teknik produksi tertentu secara efisien untuk menghasilkan output dengan kualitas yang semakin membaik dan yang dapat dipasarkan. Selain teknologi hal yang dapat dilakukan dalam jangka pendek adalah melakukan inovasi secara terus-menerus dalam hal produk dan proses produksi (Pasay, Gatot dan Suahasil, 1995:261).

(22)

2.1.3 Teori Produksi

Fungsi produksi menggambarkan metode produksi yang efisien, dalam arti menggunakan kualitas bahan mentah yang minimal, tenaga kerja yang minimal dan modal yang minimal. Konsep fungsi produksi yang bersifat teknis masih perlu didukung oleh konsep tentang input-input atau faktor-faktor produksi lainnya, seperti faktor keahlian, motivasi kerja dan lain-lain. Fungsi produksi menunjukkan seberapa besar pemakaian input dan menghasilkan sejumlah output, dengan demikian dapat dikatakan bahwa besar kecilnya output yang dihasilkan sangat tergantung pada seberapa besar penggunaan input (Samuelson dan William, 1992:128).

Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi, faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variabel (variabel input). Faktor produski tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada tidaknya kegiatan produksi, faktor produksi tetap harus tetap tersedia. Sedangkan jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya, makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi yang digunakan. Faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel terkait dengan waktu yang dibutuhkan untuk menambah atau mengurangi faktor produksi tersebut. Hubungan antara input dan output dapat di formulasikan kepada suatu fungsi produksi yang dalam bentuk matematis: Y = f (�1, �2, �3, ……), dimana Y adalah total produksi fisik

dan �1, �2, �3,….adalah faktor-faktor produksi. Dalam produksi pertanian

(23)

faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal dan tenaga kerja (Daniel, 2002:121-122).

Kemajuan teknologi dapat membuat tingkat produktivitas meningkat. Secara grafis dapat digambarkan dengan semakin luasnya bidang yang dibatasi kurva Total Produksi (TP). Pada gambar 2.1, akibat kemajuan teknologi, luas kurva TP3 > TP2 > TP1. Artinya jumlah output yang dihasilkan per unit faktor produksi semakin besar (Rahardja dan Mandala, 2004:111).

Y Output Q3

TP3

Q2

Q1 TP2 TP1

X 0 L1 Tenaga Kerja

Gambar 2.1 Fungsi Produksi

Sumber: Rahardja dan Mandala (2004:112)

(24)

produksi tetap yang menimbulkan biaya tetap, yaitu biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada tingkat produksi. Dalam jangka panjang, karena semua faktor produksi adalah variabel, biaya juga variabel. Artinya, besarnya biaya produksi dapat disesuaikan dengan tingkat produksi. Dalam jangka panjang, perusahaan akan lebih mudah meningkatkan produktivitas dibanding dalam jangka pendek.

2.1.4 Pembangunan Pertanian

(25)

Menurut A.T. Mosher (dalam Mubyarto, 1989:231) perlu menganalisa syarat pembangunan pertanian dan menggolongkannya menjadi syarat-syarat mutlak dan syarat-syarat-syarat-syarat pelancar. Ada lima syarat-syarat mutlak atau yang harus ada untuk adanya pembangunan pertanian.

1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usahatani 2. Teknologi yang senantiasa berkembang

3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal 4. Adanya peranggsang produksi bagi petani

5. Tersedianya pengangkutan yang lancer dan kontinyu

Disamping syarat-syarat mutlak, ada lima syarat lagi yang tidak mutlak atau dapat diadakan, hal itu akan sangat memperlancar pembangunan pertanian, yang termasuk syarat-syarat atau sarana pelancar itu adalah:

1. Pendidikan pembangunan 2. Kredit produksi

3. Kegiatan gotong royong petani

4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian 5. Perencanaan nasional pembangunan pertanian

(26)

Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apapun tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin dan cara-cara baru dalam bidang pertanian. Apabila tidak ada perubahan dalam teknologi maka pembangunan pertanian dapat berhenti. Produksi berhenti kenaikannya, bahkan dapat menurun karena merosotnya kesuburan tanah atau karena kerusakan yang makin meningkat oleh hama penyakit. Teknologi sangat berpengaruh pada produktivitas pertanian. Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas, baik produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja (Mubyarto, 1989:234).

Perubahan secara teknis dan munculnya inovasi baru menunjukkan perubahan-perubahan teknologi seperti penemuan pupuk baru, perbaikan produk lama, ataupun perubahan dalam proses produksi barang dan jasa. Perubahan teknologi terjadi bilamana pengetahuan rekayasa dan pengetahuan teknis baru memungkinkan lebih banyak output yang bisa diproduksi dengan input yang sama, atau bilamana output yang sama dapat diproduksi dengan input yang lebih sedikit. Dalam terminologi produksi, perubahan teknologi terjadi bilamana fungsi produksi berubah dan perlu adanya inovasi proses untuk memperbaiki teknik-teknik atau pengolahan suatu produksi (Samuelson dan William, 1992:135).

2.1.5 Kebijakan Pangan

(27)

1. Kebijakan di bidang produksi

Kebijakan di bidang produksi bertujuan untuk mencapai swasembada pangan (beras). Peningkatan produksi pangan tidak hanya menambah kenaikan produktivitas, tetapi juga untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Peran kebijaksanaan produksi mulai terlihat hasilnya sejak berlakunya sistem BIMAS Gotong Royong tahun 1969 dan BIMAS Nasional yang disempurnakan pada tahun 1970. Program BIMAS dengan paket teknologi dan permodalan membuka peluang lebih besar untuk mengadakan inovasi teknologi, pengembangan organisasi kelembagaan, dan pengembangan sarana/prasarana seperti irigasi, pupuk dan inteksida. Pada gilirannya akan meningkatkan produksi pangan, terutama beras.

Kebijakan di bidang produksi beras di Indonesia sama halnya dengan negara berkembang lainnya, pemerintah telah mensubsidi harga pupuk dengan menjualnya pada tingkat harga lebih rendah daripada harga produksinya. Kebijakan ini ditujukan untuk memberi insentif bagi para petani.

2. Kebijakan di bidang harga

(28)

produktivitas pertanian hendaknya diikuti oleh perbaikan harga pasaran komoditas pertanian atau menaikkan harga barang yang dihasilkan tenaga kerja.

3. Kebijakan di bidang distribusi

Kebijakan pangan di bidang distribusi, pada dasarnya dianut sistem mekanisme pasar terarah. Intervensi Badan Urusan Logistik (BULOG) dalam pembelian produksi padi pada musim panen dan pelepasan stok pangan musim pada tanam juga melalui mekanisme pasar. Distribusi beras dari produsen ke konsumen menjadi lancar atau tidak tergantung pada jaringan organisasi tata niaga yang tersedia. Hal yang paling penting dalam kebijakan distribuasi beras adalah masalah pengangkutan. Untuk memasarkan beras secara efektif di dalam perekonomian negara kepulauan seperti Indonesia, diperlukan jaringan jalan raya, kereta api, pelabuhan, dan fasilitas pergudangan.

2.2. Teori Perdagangan Internasional

(29)

Teori perdagangan internasional yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage Theory)

Dalam buku yang berjudul Principles of Political Economy And Taxation

(dalam Salvatore, 1997:27) David Ricardo menjelaskan tentang keunggulan komparatif yang merupakan salah satu hukum perdagangan internasional. Menurut hukum keunggulan komparatif, meskipun sebuah negara kurang efisien (memiliki kerugian absolut) dibanding negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (komoditi dengan keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi yang memilki kerugian absolut yang lebih besar atau komoditi dengan kerugian absolut.

David Ricardo mengemukakan teori comparative advanatage (keunggulan komparatif) sebagai berikut:

a. Cost Comparative Advantage (Labor Efficiency)

(30)

berproduksi lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif tidak efisien.

Dengan adanya spesialisasi pada masing-masing negara berdasarkan Cost Comparative Advantage, maka akan terjadi penghematan hari kerja. Dengan adanya penghematan hari kerja, maka akan meningkatkan jumlah produksi kedua negara tersebut.

b. Production Comperative Advantage (Labor Produktivity)

Teori David Ricardo yang didasarkan pada Production Comperative Advantage (Labor Produktivity) menyatakan bahwa suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang atau tidak produktif.

2. Teori Heckscher-Ohlin

(31)

Dari semua unsur yang menyebabkan terjadinya perbedaaan-perbedaan dalam harga-harga relatif komoditi dan keunggulan komparatif antarnegara teori Heckscher-Ohlin (H-O) mengisolasikan atau menonjolkan perbedaan dalam kelimpahan faktor secara relatif, atau kepemilikan faktor-faktor produk diantara satu negara dengan negara lain, sebagai landasan dasar atau faktor penentu utama keunggulan komparatif bagi masing-masing negara, yang sekaligus menjadi pijakan bagi berlangsungnya hubungan dagang diantara dua negara tersebut. Berdasarkan alasan tersebut, model Heckscher-Ohlin (H-O) sering disebut sebagai teori kepemilikan faktor atau teori proporsi faktor (factor proportion theory).

(32)

makanan. Sekarang perekonomian tidak hanya memiliki satu jenis faktor produksi saja melainkan tiga, yaitu: tenaga kerja (L), modal (K) dan tanah (T). Produk manufaktur dibuat terutama dengan menggunakan faktor produksi modal dan tenaga kerja, sedangkan makanan diproduksi dengan menggunakan tanah dan tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja merupakan faktor produksi berpindah yang yang dapat digunakan di kedua sektor, sedangkan tanah dan modal merupakan faktor-faktor produksi yang spesifik yang hanya dapat digunakan dalam kegiatan produksi atas satu jenis komoditi saja.

(33)

2.3 Impor

2.3.1 Pengertian Impor

Impor adalah proses perpindahan barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya adalah tindakan memasukkan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting dari perdagangan internasionalnya.

2.3.2 Kebijakan Impor

Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor merupakan tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan kelancaran usaha untuk melindungi atau mendorong pertumbuhan industri dalam negeri. Kebijakan impor dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Hambatan tarif

(34)

harga, menurunkan jumlah yang dikonsumsi dan di impor, serta menaikkan produksi domestik (Salvatore, 1997:270).

2. Hambatan Nontarif (Kuota Impor)

Hambatan perdagangan bukan-tarif yang paling sering dilakukan adalah kuota impor, yaitu suatu batasan atas jumlah keseluruhan barang yang diizinkan masuk ke dalam suatu negara setiap tahunnya, yaitu dengan cara pemerintah yang bersangkutan memberikan sejumlah lisensi terbatas untuk mengimpor secara legal barang-barang yang dibutuhkan negara itu dan melarang setiap barang yang diimpor tampa disertai lisensi. Selama sejumlah barang impor yang diberi lisensi kurang dari jumlah yang diimpor tampa batasan kuota, kuota tidak hanya akan mengurangi jumlah yang diimpor tetapi juga mendorong harga barang itu di dalam negeri melonjak di atas harga dunia yang harus dibayar oleh para pemegang lisensi untuk membeli barang yang sama dari luar negeri (Samuelson, 1992:489).

Ada beberapa alasan mengapa pemerintah seringkali memilih menggunakan kuota daripada memasang tarif sebagai cara untuk membatasi perdagangan impor (Samuelson, 1992:489-490), yaitu:

(35)

2) Kuota memberikan keuntungan yang lebih besar bagi para pejabat pemerintah untuk menjalankan kegiatan administratif secara lebih leluasa. Pemerintah akan lebih bebas menggunakan batasan perdagangannya dengan menggunakan kuota impor dan kebijakan kuota akan memberikan mereka kekuasaan dan fleksibilitas yang lebih besar dalam berurusan dengan perusahaan-perusahaan dalam negeri.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Hehamahua (2008) dengan judul “Produksi Beras Di Indonesia”, dimana variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas lahan, produksi gabah, produksi beras, produktivitas dan impor beras dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series periode tahun 1998-2004 yang diambil dari Departemen Pertanian, Bulog, BI dan FAO dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model persamaan

(36)

Penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2010) dengan judul “Peran Luas Panen Dan Produktivitas Terhadap Pertumbuhan Produksi Tanaman

Pangan Di Jawa Timur”, dimana variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas panen padi sawah, produksi padi sawah dan produktivitas dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series periode tahun 1990-2008 yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen Pertanian. Untuk menjelaskan gambaran pertumbuhan luas panen, produktivitas dan produksi, hasil analisis dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabulasi sederhana disertai dengan penjelasannya. Tingkat pertumbuhan baik luas panen, produktivitas maupun produksi dihitung dengan menggunakan model regresi semi logaritma. Kesimpulan dari penelitian ini adalah produktivitas sudah menjadi sumber yang lebih besar terhadap pertumbuhan produksi padi dibandingkan luas panen, pertumbuhan produksi jagung pada lima tahun terakhir lebih bersumber pada perkembangan luas panen.

(37)

0,00<0,05 dan korelasi kedua variabel kuat dengan koefisien korelasi 0,956. Ada hubungan yang nyata antara impor beras dengan harga beras di Sumatera Utara dengan tingkat signifikansi sebesar 0,008 < 0,05 dan korelasi kedua variabel sedang dengan koefisien korelasi 0,339. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara harga beras di Sumatera Utara dengan harga beras internasional dengan tingkat signifikansi sebesar 0,301 > 0,05 dan tidak ada korelasi antara kedua variabel dengan koefisien korelasi sebesar 0,139. Tidak terdapat hubungan yang nyata antara impor beras dengan produksi beras di Sumatera Utara, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,654 > 0,05 dan tidak ada korelasi kedua variabel dengan koefisien korelasi sebesar -0,126. Dan ada hubungan yang nyata antara impor beras dengan produksi beras dengan produksi beras dengan leg 2 bulan dengan signifikansi sebesar 0,04 < 0,05.

2.5 Kerangka konseptual

Padi merupakan tanaman yang peting bagi masyarakat Indonesia, yang mana makanan pokok masyarakat indonesia adalah nasi yang dihasilkan dari padi. Padi tidak hanya di pasarkan di dalam negeri tetapi juga dalam pasaran luar negeri.

(38)

Impor beras yang dilakukan oleh pemerintah dihubungkan dengan tingkat produksi beras yang ada di dalam negeri, dimana produksi Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Hasil produksi yang diperoleh dipengaruhi oleh produktivitas pertanian yang kurang berkembang, hal ini disebabkan oleh penurunan luas lahan pertanian di Indonesia karena banyak lahan pertanian dialih fungsikan untuk pembangunan perumahan dan pembangunan pabrik, selain itu produktivitas yang semakin menurun dipengaruhi oleh kurangnya penggunaan teknologi dan inovasi baru untuk peningkatan produksi.

Dari kajian teoritis terdapat hubungan antara variabel yang dapat di lihat dalam kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut. Dari keterangan tersebut terdapat hubungan antar variabel. Variabel produktivitas yang mempengaruhi impor atau impor yang mempengaruhi produktivitas.

Gambar 2.2

Skema Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian pada landasan teori dan kerangka pemikiran, maka hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan timbal balik (kausalitas) antara produktivitas pertanian dengan impor beras di Indonesia.

Produktivitas Pertanian

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji hubungan kausalitas antara produktivitas pertanian dan impor beras di Indonesia selama kurun waktu 1986-2012. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dari sumber kedua. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka yaitu dengan membaca buku yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, serta dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan. Data sekunder juga diperoleh dari sumber informasi yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kurun waktu (time series) dengan kurun waktu 27 tahun (1986-2012).

3.3Pengolahan Data

(40)

3.3 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Grager Causality Test. Analisis Grager Causality Test adalah alat untuk melihat hubungan timbal-balik (causal) antara produktivitas pertanian dengan impor beras.

3.3.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Di dalam analisis yang menggunakan data runtun waktu (time series) perlu diketahui apakah data yang digunakan stasioner atau tidak. Data yang stasioner adalah data yang memiliki nilai rata-rata dan varian observasi yang konstan. Apabila data yang diperoleh tidak konstan maka dikhawatirkan regresi yang dilakukan adalah regresi palsu (spurious regression). Sehingga dengan melakukan uji stasioneritas hasil estimasi regresi yang diperoleh adalah hasil yang baik karena telah terhindar dari masalah autokorelasi.

Salah satu metode untuk melakukan uji akar unit (unit root test) adalah menggunakan metode Augmented Dickey Fuller (ADF), metode ini digunakan untuk melihat stasioneritas data time series dari variabel produktivitas pertanian dan impor beras,. Uji Akar Unit ini dilakukan dengan Eviews 7.1. adapun formula dari uji Augmented Dickey Fuller (ADF) dapat dinyatakan sebagai berikut:

DYt= α0 + γYt-1+∑�=1�iDYt-1+ε

Dimana:

D = Perbedaan atau differensiasi

α = Intercept

(41)

Uji Augmented Dickey Fuller (ADF) dilakukan dengan hipotesis null γ= 0. Prosedur untuk mengetahui data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara stasioner Augmented Dickey Fuller (ADF) yang diperoleh dari nilai t-statistik dengan nilai kritis distribusi MacKinnon. Jika nilai absolut t-statistik Augmented Dickey Fuller (ADF) lebih besar dari nilai kritis MacKinnon maka data stasioner dan sebaliknya jika nilai absolut statistik

Augmented Dickey Fuller (ADF) lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon maka data tidak stasioner. Hal penting dalam uji Augmented Dickey Fuller (ADF) adalah menentukan panjangnya kelambanan.

3.3.2 Uji Kausalitas (Granger Causality Test)

Pengujian dengan metode Granger Causality Test digunakan untuk melihat hubungan kausalitas (hubungan timbal balik) antara variabel-variabel yang diteliti yakni produktivitas pertanian dan impor beras. Sehingga dapat diketahui kedua variabel tersebut secara statistik apakah mempunyai hubungan dua arah, memiliki hubungan searah atau sama sekali tidak ada hubungan (tidak saling mempengaruhi). Berikut ini adalah metode Granger Causality Test:

Xt = ∑�=1�I Xt-I + ∑��=1�jYt-j+μt

Yt = ∑�=1�I Yt-1 + ∑��=1�jXt-j + vt

Dimana:

Y = Produktivitas Pertanian di Indonesia X = Impor Beras di Indonesia

(42)

μt dan vt adalah error terms yang diasumsikan tidak mengandung korelasi serial. Berdasarkan hasil regresi linear diatas maka akan menghasilkan empat kemungkinan mengenai nilai koefisien-koefisien regresi dari masing-masing:

1) Jika ∑�=1�j ≠ 0 dan ∑��=1dj = 0

Maka terdapat kausalitas searah antara Produktivitas Pertanian ke Impor Beras

2) Jika ∑�=1�j = 0 dan ∑�=1dj ≠ 0

Maka terdapat kausalitas searah antara Impor Beras ke Produktivitas Pertanian

3) Jika ∑�=1�j ≠ 0 dan ∑�=1dj ≠ 0

Maka terdapat kausalitas dua arah (bilateral) antara Produktivitas Pertanian ke Impor Beras

4) Jika ∑�=1�j = 0 dan ∑�=1dj = 0

Maka tidak tedapat hubungan antara Produktivitas Pertanian dengan Impor Beras

Untuk memperkuat indikasi keberadaan berbagai bentuk kausalitas yang tersebut diatas, maka dilakukan F-test untuk masing-masing model regresi.

3.3.3 Regresi Linier

(43)

Y = f (X1)...(1)

Kemudian fungsi diatas ditranformasikan ke dalam model ekonometrika dengan persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut :

Y=α + β1X1+ μ...(2) Dimana :

X = Produktivitas pertanian Y = Impor beras

α =Intercept/ konstanta

X1= Nilai produktivitas Y1= Nilai impor beras β1 = Koefisien regresi μ = Error Term

Secara sistematis bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut: ��

��

< 0

,

artinya apabila X (produktivitas pertanian) mengalami kenaikan maka Y (impor beras) akan mengalami penurunan, cateris paribus.

��

��

> 0

,

artinya apabila X (produktivitas pertanian) mengalami kenaikan maka Y (impor beras) akan mengalami kenaikan, cateris paribus.

3.4 Defenisi operasional

1. Produktivitas pertanian adalah ratio dari produksi beras yang dihasilkan dengan luas panen

(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif

4.1.1 Letak Geografis Indonesia

Secara astronomis Indonesia terletak antara 60 08’ Lintang Utara dan 110 15’ Lintang Selatan dan antara 940 45’ - 1410 05’ Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau garis khatulistiwa yang terletak pada garis lintang 00. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada diantara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Sumber: Indonesia.go.id

(45)

4.1.1.1 Iklim

Iklim adalah rata-rata peristiwa cuaca di suatu daerah tertentu dalam waktu relatif lama, baik secara lokal, regional atau meliputi seluruh bumi. Iklim dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang cukup lama dari aspek-aspek seperti orbit bumi, perubahan samudra atau energi dari matahari. Iklim di Indonesia adalah tropis yang terdiri dari dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga mengakibatkan musim hujan. Suhu udara di dataran rendah Indonesia berkisar antara 230 Celsius sampai 280 Celsius sepanjang tahun. Suhu pada musim kemarau rata-rata mendekati 400 Celsius di lembah Palu-sulawesi.

(46)

Setiap 3 sampai 5 tahun sekali sering terjadi El-Nino yaitu gejala penyimpangan cuaca yang menyebabkan musim kering yang panjang dan musim hujan yang singkat. Setelah El-Nino biasanya diikuti oleh La-Nina yang berakibat musim hujan yang lebat dan lebih panjang dari biasanya.

4.1.1.2 Penduduk

Sensus penduduk Indonesia dilakukan sepuluh tahun sekali. Sensus penduduk sudah dilakukan enam kali di Indonesia, yaitu tahun 1961, 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010. Berdasarkan sensus penduduk tahun 1971-2010, jumlah penduduk Indonesia mengalami kenaikan dari sekitar 118 juta pada tahun 1971 menjadi 237.641.326 juta pada tahun 2010. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki tercatat sebanyak 119.630.913 jiwa dan jumlah penduduk peremuan sebanyak 118.010.413 jiwa.

Laju pertumbuhan Indonesia dari periode 1971-1980 menurun dari 2,33 persen menjadi 1,44 persen pada periode 1990-2000 dan pada periode 2000-2010 laju pertumbuhan penduduk mengalami kenaikan menjadi 1,49 persen. Bentuk piramida penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah tipe

expansive, dimana jumlah penduduk usia muda lebih banyak daripada usia dewasa dan tua.

(47)

sensus penduduk mengalami peningkatan dari 107 jiwa per km2 pada tahun 2000 menjadi 124 km2 pada tahun 2010.

4.1.1.4 Kondisi Pertanian

Indonesia menunjukkan Indonesia kaya akan sumber daya alam flora, fauna dan potensi hidrografis dan deposit sumber alamnya. Sumber daya alam Indonesia berasal dari pertanian, kehutanan, kelautan, perikanan, peternakan, perkebunan serta pertambangan dan energi.

Sebagai negara agraris, pertanian menjadi mata pencaharian terpenting bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Luas lahan pertanian dewasa ini lebih kurang 82,71 persen dari seluruh luas lahan. Lahan tersebut sebagian besar digunakan untuk areal persawahan. Penyebaran produksi padi masih banyak terkonsentrasi di pulau jawa berkaitan dengan tingginya produktivitas dan luas panen di pulau jawa dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya. Produksi pertanian lainnya adalah jagung, ubi jalar, kacang tanah dan wortel. Sedangkan produksi holtikultura jenis buah-buahan meliputi mangga, durian, jeruk pisang, pepaya dan salak.

(48)

4.1.2 Perkembangan Perekonomian Indonesia

Kondisi perekonomian Indonesia sejak kemerdekaan terus mengalami perkembangan. Secara makro sektor pertanian memegang peranan yang cukup besar dalam perekonomian Indonesia, terutama dalam bentuk penyediaan kesempatan kerja dan kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa dalam hal kesempatan kerja, selama periode 1997-2000 jumlah tenaga kerja di sektor pertanian mengalami peningkatan dan dominan dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Dimana pada tahun 1997 sektor pertanian tercatat dapat memiliki pertumbuhan positif di tengah krisis yang dialami Indonesia pada tahun 1998, dengan pertumbuhan 0,43 persen. Hal ini berbanding terbalik dengan pertumbuhan yang negatif pada sektor nonpertanian. Dan pada tahun 2000 tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian mencapai lebih dari 40 juta orang atau sekitar 45,3 persen dari jumlah tenaga kerja.

(49)

demikian, peranan sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia harus memperoleh perhatian yang serius dari semua pihak.

Perkonomian Indonesia tidak terlepas dari pengaruh dunia Internasional, pengaruh dunia internasional ini ditunjukkan dengan adanya keterbukaan ekonomi Indonesia dengan luar negeri dan ikut sertanya Indonesia dalam organisasi-organisasi internasional yang mendukung hubungan perdagangan internasional. Kebijakan pembangunan pertanian dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, antara lain kesepakatan-kesepakatan internasional, seperti World Trade Organization (WTO), Asia Pacific Economy Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA), kebijakan perdagangan komoditas pertanian yang ditentukan di negara-negara mitra perdagangan Indonesia dan lembaga-lembaga internasional yang memberikan bantuan kepada Indonesia terutama pada saat Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi mempengaruhi Indonesia dalam menentukan kebijakan.

Indonesia tidak terlepas dari permasalahan impor beras, memasuki tahun 1990-an Indonesia menjadi salah satu negara pengimpor beras terbesar di Indonesia. Dimana tahun 1999 Indonesia melakukan impor terbesar yaitu mencapai 4,7 juta ton. Masalah impor beras ini tidak dapat dilepaskan dari produksi beras yang tidak dapat memenuhi jumlah konsumsi domestik dan krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998.

(50)

Pada tahun 2011 kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 14,7 persen. Nilai ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2010 yaitu sebesar 15,3 persen. Kondisi ini seharusnya menjadi perhatian khusus pemerintah mengingat pentingnya sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia.

Kondisi ekonomi global akan mempengaruhi harga beras di pasar domestik bahkan pasar dunia. Harga beras internasional sangat bergantung pada pasokan dari Thailand dan Vietnam. Apabila terdapat perubahan struktural pada kedua negara maka suplai beras internasional akan terganggu. Pada saat krisis global, pasar ekspor pertanian akan mengalami dampak terbesar, selain pasar ekspor krisis global berpengaruh pada tingginya harga-harga barang input pertanian yang di impor dari luar negeri bahkan akan memperngaruhi harga beras impor. Untuk menjadikan sektor pertanian kompetitif, maka yang pertama dijadikan acuan adalah melihat bahwa sektor pertanian sebagai industri modern.

4.1.3 Perkembangan Produktivitas Pertanian

(51)

Dari tahun 1987 sampai tahun 1991 produktivitas pertanian rata-rata mengalami pertumbuhan sebesar 1,8 persen. Peningkatan produktivitas pertanian di Indonesia pada tahun 1991 tidak diikuti dengan peningkatan produksi padi, dimana pada tahun 1991 produksi padi mengalami penurunan sebesar 490.504 ton. Produksi padi yang cenderung tidak mengalami peningkatan disebabkan karena dalam periode yang sama luas panen padi juga mengalami penurunan sebesar 2,10 persen dan ini menunjukkan bahwa di Indonesia produktivitas pertanian bukan hanya menjadi faktor utama untuk meningkatkan produksi padi.

(52)

Perkembangan produktivitas pertanian di Indonesia dari tahun 1986 sampai 2012 dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1

Perkembangan Produktivitas Pertanian di Indonesia Tahun 1986-2012 (ton/ha)

No Tahun Produktivitas Pertanian

(53)

Tahun 1993 produktivitas pertanian kembali mengalami peningkatan, sehingga berdampak pada pengurangan impor beras di Indonesia. Keberhasilan peningkatan produktivitas sangat berkorelasi dengan inovasi teknologi, strategi pengolahan lahan dan pendekatan program intensifikasi. Produktivitas pertanian pada tahun 1993 berperan besar dalam peningkatan produksi beras, karena walaupun pada periode yang sama luas lahan pertanian terjadi penurunan, khususnya di pulau jawa dimana luas panen mengalami penyusustan sebagai akibat dari proses industrialisasi dan urbanisasi yang didorong oleh laju pertumbuhan penduduk yang rata-rata pertahun pertumbuhannya masih tinggi namun produksi padi dapat ditingkatkan.

Selain di pulau jawa Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian lahan potensi tersebut merupakan lahan suboptimal seperti lahan kering, rawa, pasang surut dan gambut yang produktivitasnya relatif rendah, karena lahan tersebut masih memiliki kendala dalam hal kekurangan dan kelebihan kadar air dan jenis tanah yang kurang subur. Namun apabila lahan suboptimal tersebut dapat diolah dan dijadikan lahan yang subur serta didukung infrastruktur jalan dan irigasi, maka lahan tersebut dapat menjadi lahan-lahan produktif.

(54)

sehingga menyebabkan lahan pertanian kering serta disebabkan lahan usaha pertanian padi mulai menunjukkan kejenuhan.

Gambar 4.3

Pertumbuhan Produktivitas Pertanian

Permasalahan yang kompleks mempengaruhi produktivitas pertanian dan produksi beras di Indonesia pada tahun 1998. Hal ini bukan hanya terjadi karena kondisi perekonomian Indonesia yang mengalami krisis ekonomi, tetapi juga dikarenakan penggunaan pupuk pada tahun 1998 yang lebih sedikit dibandingkan dengan tahun sebelumnya maupun tahun 1999 sehingga berpengaruh pada penurunan produktivitas pertanian. Penggunaan pupuk yang rendah tersebut disebabkan oleh naiknya harga pupuk setelah penghapusan subsidi pupuk oleh pemerintah pada tahun 1998. Penurunan produktivitas pertanian juga dipengaruhi oleh bencana kekeringan sebagai akibat El Nino yang menghancurkan struktur fisik pertanian, dihapuskannya kredit program Kredit Usaha Tani (KUT) yang diubah menjadi Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang menggunakan sistem

-6

1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pertumbuhan Produktivitas Pertanian (%)

(55)

eksekuting dan subsidi bunga serta dipengaruhi bergulirnya desentralisasi dan otonomi daerah. Dampak dari kondisi tersebut menyebabkan penurunan pertumbuhan produktivitas pertanian mencapai 5,41 persen.

Pada tahun 2000 produktivitas pertanian mengalami peningkatan sebesar 3,52 persen dikarenakan pada tahun 2000 nilai subsidi untuk pertanian meningkat secara dramatis, peningkatan subsidi ini dikarenakan keputusan untuk mempertahankan subsidi pupuk meskipun biaya produksi pupuk meningkat. Subsidi pupuk ini merupakan program utama yang digunakan pemerintah untuk memberikan dukungan anggaran kepada sektor pertanian dan didukung oleh kondisi cuaca yang baik.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) produksi padi pada tahun 2001 hanya sebesar 50,46 juta ton lebih rendah dibandingkan tahun 2000 yaitu 51,89 juta ton. Kondisi ini dipengaruhi oleh turunnya luas panen dan produktivitas pertanian. Kecenderungan produksi yang semakin menurun merupakan ancaman bagi ketahanan pangan. Selama ini produksi padi dalam negeri masih tergantung pada produksi di pulau jawa, dimana 56 persen produksi padi dipulau jawa, selebihnya 22 persen di pulau sumatera, 10 persen di pulau Sulawesi dan 5 persen di pulau Kalimantan.

(56)

setiap tahunnya, industrialisasi yang cenderung berlokasi di pulau jawa dan hambatan lain yang menyebabkan usaha peningkatan hasil per hektar menurun karena harga pupuk dan pestisida/inseksida yang meningkat. Penghasilan petani yang rendah juga menyebabkan sebagian besar petani padi masih terperangkap kemiskinan, demikian juga pengolahan gabah ke beras semakin menurun sehingga akan berpengaruh negatif terhadap produksi beras.

Pada tahun 2008 produktivitas pertanian menunjukkan peningkatan pertumbuhan sebesar 4.04 persen. Dari tahun 1986 sampai tahun 2012 pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2008. Meningkatnya produtivitas pertanian mempengaruhi peningkatan poduksi, sehingga produksi beras yang merupakan pangan utama dalam negeri sangat membantu menstabilkan harga pangan, sehingga Indonesia terhindar dari krisis pangan yang melanda banyak negara pada periode yang sama. Krisis pangan lebih terasa pada saat terjadi krisis keuangan global yang berdampak pada meningkatnya harga pangan internasional terutama negara-negara produsen. Secara umum harga komoditas pangan dalam negeri lebih stabil bila dibandingkan dengan harga internasional. Di lain pihak, produksi beras yang surplus memberikan peluang bagi Indonesia untuk mengekspor beras, sehingga akan meningkatkan pendapatan petani dan citra pertanian Indonesia.

(57)

meningkat di tahun 2012 yaitu sebesar 3,01 persen. Peningkatan produktivitas petanian pada tahun 2012 tidak terlepas dari peningkatan kemampuan petani dalam mengaplikasikan teknologi yang dibutuhkan dalam kegiatan usahatani serta kegiatan pendapingan dan penyuluhan yang dilakukan pemerintah. Pentingnya inovasi teknologi dalam pembangunan pertanian dapat dilihat dari peningkatan produksi padi dari tahun ke tahun dan peranan penyuluhan sangat penting dalam mengembangkan kemampuan petani.

4.1.4 Perkembangan Impor Beras di Indonesia

Perkembangan impor beras di Indonesia mengalami pola yang berubah-ubah setiap tahunnya. Pada tahun 1986, impor beras Indonesia 27.765 ton dan pada tahun 1987 impor beras mengalami peningkatan sebesar 27.217 ton, peningkatan ini telah mencapai 98.03 persen.

(58)

mempengaruhi peningkatan impor beras dan kurangnya perhatian pemerintah untuk menjaga stabilisasi impor beras.

Perkembangan impor beras di Indonesia dari tahun 1986 sampai 2012 dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2

Perkembangan Impor Beras di Indonesia Tahun 1986-2012 (ton)

(59)

Pada tahun 1993 impor beras Indonesia mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar 587.117 ton dari tahun 1992. Penurunan impor beras ini dipengaruhi oleh kebijakan pada program repelita VI (1984-1989), dimana yang menjadi sasaran pembangunan pertanian dalam repelita VI adalah meningkatnya pendapatan dan taraf hidup petani dan nelayan, meningkatnya diversifikasi usaha dan hasil pertanian, serta meningkatnya intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian yang didukung oleh industri pertanian, yang menjadi sasaran pula dalam pembangunan pertanian dalam repelita VI adalah meningkatnya produktivitas tenaga kerja dan kesempatan kerja di sektor pertanian serta terpeliharanya kemantapan swasembada pangan dengan meningkatkan kemampuan petani dalam menerapkan dan menguasai teknologi pertanian, meningkatkan produktivitas usaha tani, meningkatkan daya saya saing dan pangsa hasil pertanian di pasar dalam negeri dan luar negeri dan meningkatkan kemampuan kelembagaan pertanian dalam mengembangkan agrobisnis dan agroindustri. Pada tahun 1993 menunjukkan bahwa kebijakan yang dibuat mengenai pembangunan pertanian berpengaruh kepada peningkatan produktivitas pertanian dan secara langsung juga mempengaruhi besarnya impor.

(60)

produksi yang dilakukan oleh petani di Indonesia karena impor yang besar akan mempengaruhi harga domestik dan penjualan beras domestik sehingga pendapatan petani akan berkurang dan tidak mampu membayar biaya produksi.

Gambar 4.4

Pertumbuhan Impor Beras

Upaya khusus yang dilakukan pihak-pihak yang berkepentingan seperti pemerintah dan para petani untuk meningkatkan produksi padi, yaitu melalui percepatan pengolahan tanah pada areal yang mengalami kekeringan, penanaman padi gogo sebagai tanaman sela di areal perkebunan, melakukan rehabilitasi irigasi kecil/perdesaan dan peningkatan mutu intensifikasi dapat mempengaruhi pertumbuhan impor beras, sehingga pada tahun 1995 Indonesia tidak terlalu tinggi melakukan impor beras.

Pada dasarnya Indonesia merupakan negara yang subur dan dapat diolah, sehingga upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi padi dapat dimaksimalkan. Untuk tanaman padi masalah kualitas dan standarisasi merupakan

-100

1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pertumbuhan Impor Beras (%)

(61)

suatu masalah yang harus diperhatikan bangsa Indonesia, karena selama ini yang menjadi perioritas utama dalam produksi masih lebih memperhatikan pada upaya peningkatan produksi. Kualitas padi yang baik akan mempengaruhi permintaan dalam negeri bahkan laur negeri.

Impor beras setiap tahunnya mengalami perubahan. Peningkatan pertumbuhan impor beras terbesar terjadi pada tahun 1998, dimana pertumbuhan impor beras meningkat sebesar 727,9 persen dari tahun 1997. Peningkatan impor beras dipengaruhi oleh krisis keuangan dan ekonomi Asia pada pertengahan tahun 1997, sehingga krisis keuangan yang terjadi berpengaruh terhadap nilai rupiah semakin menurun, inflasi meningkat tajam dan perpindahan modal dipercepat. Kondisi perekonomian di pertengahan tahun 1997 dan pengaruh politik pada tahun 1998 dimana terjadi pergantian presiden dari Soeharto menjadi B.J. Habibie dan menjadi tanda berakhirnya masa orde baru dan masuknya era reformasi berpengaruh terhadap kesetabilan ekonomi Indonesia sehingga menyebabkan harga alat-alat produksi meningkat dan jumlah produksi dalam negeri semakin menurun karena semakin berkurangnya kemampuan petani untut membeli alat produksi. Selain kondisi politik peningkatan impor beras ini juga dipengaruhi oleh musim kemarau yang panjang.

(62)

terjadi. Impor beras yang terjadi tidak terlepas dari kebijakan Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk melakukan impor beras secara terus menerus yang berakibat pada anjloknya harga beras hingga tahun 2000. Sejak taun 1998 impor beras tidak lagi dimonopoli oleh bulog tetapi pihak swasta diperbolehkan mengimpor beras. Munculnya beras impor dalam jumlah yang besar dari jumlah yang dibutuhkan menyebabkan harga jual petani cenderung menurun sehingga menimbulkan keresahan dikalangan petani beras.

Berdasarkan data BPS tercatat bahwa impor beras di Indonesia pada tahun 2000 mengalami penurunan sebesar 3.395.732 ton. Penurunan impor beras dipengaruhi oleh peningkatan produktivitas petanian dan luas panen sehingga produksi padi meningkat. Dari tahun 2000 sampai tahun 2005 rata-rata impor beras mengalami penurunan, penurunan pertumbuhan impor beras terbesar terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 83,42 persen, hal ini dipengaruhi oleh peningkatan jumlah produksi, dimana penyebaran produksi padi (padi sawah dan padi ladang) di Indonesia menunjukkan terkosentrasinya produksi padi pada pulau tertentu. Pada tahun 2004 pulau jawa menghasilkan padi sekitar 54,82 persen dari seluruh produksi padi di Indonesia atau sebesar 29,64 juta ton. Tingginya produksi padi di pulau jawa disebabkan oleh tingginya produktivitas dan luas panen di pulau tersebut. Dibanding dengan pulau-pulau lainnya, luas panen di pulau jawa pada tahun 2004 mencapai 47,98 persen dari seluruh luas panen di Indonesia dengan produktivitas 5,18 ton/ha.

(63)

ton atau mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 83,42 persen, sedangkan nilai impor mengalami penurunan sebesar 229,67 juta US dollar (78,81 %). Hal ini disebabkan menurunnya impor beras terutama dari Vietnam dan Muangthai.

Tahun 2011 pertumbuhan impor beras kembali meningkat mencapai 300,02 persen dari tahun 2010. Hal ini dipengaruhi oleh produktivitas pertanian menurun, dimana produktivitas pertanian pada tahun 2011 sebesar 4,98 mengalami penurunan 0,03 ton dari tahun 2010 dan dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk, dimana berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk menunjukkan peningkatan sebesar 31.376.731 jiwa dari tahun 2000. Peningkatan jumlah penduduk yang tidak disertai peningkatan produktivitas dan produksi beras akan berdampak pada besarnya permintaan akan beras. Pertambahan penduduk yang tinggi akan dapat mempengaruhi luas lahan pertanian, karena pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi akan meningkatkan permintaan terhadap lahan perumahan dan infrastruktur.

Peningkatan jumlah impor beras ini tidak terlepas dari kondisi yang terjadi pada tahun 2010, dimana pada tahun 2010 petani menghadapi berbagai kondisi alam, seperti banjir bandang dan longsor, letusan gunung merapi dan gunung bromo di ujung tahun 2010 perubahan iklim, kebijakan atas penggunaan tanah/lahan, sarana dan input produksi, serta akses modal dan investasi.

(64)

untuk jagung, kedelai, gula, dan daging sapi, dan swasembada berkelanjutan untuk padi.

Hingga pada tahun 2012 Indonesia masih melakukan impor beras yang cukup tinggi yaitu mencapai 1,8 juta ton. Impor beras ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan stok beras dalam negeri. Dalam melakukan impor beras Indonesia sering melakukan kerjasama dengan negara Thailand, Vietnam, Kamboja dan Myanmar.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Uji stasioner ini digunakan untuk mengetahui apakah data produktivitas pertanian dan impor beras di Indonesia stasioner atau tidak. Pengujian yang dikembangkan oleh Dickey Fuller ini dilakukan untuk menghindari data runtun waktu yang tidak konstan.

Uji akar unit ini menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) statistik untuk kurun waktu 1986-2012, berikut ini hasil uji Augmented Dickey Fuller (ADF) pada tabel 4.3 dibwah ini.

Tabel 4.3

Hasil Pengujian ADF dengan Intercept

Uji Akar Unit

Variabel ADF Critical Value Derajat Integrasi Produktivitas Pertanian -4.348791 -3.724070*** I (1) Impor Beras -7.566004 -3.737853*** I (1) Sumber: Lampiran 3 dan 4

Catatan: * = Signifikan pada α = 10% ** = Signifikan pada α = 5%

(65)

Dari tabel 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa hasil uji akar unit untuk variabel produktivitas pertanian dan impor beras stasioner pada derajat integrasi 1 atau pada I (1). Artinya, variabel produktivitas pertanian dan impor beras yang digunakan dalam penelitian ini stasioner pada data first difference dengan tingkat signifikansi pada α = 1%.

Berdasarkan hasil Augmented Dickey Fuller (ADF) statistik dapat dilihat angka Augmented Dickey Fuller (ADF) statistik yang diperoleh pada data produktivitas pertanian sebesar -4.348791, sedangkan nilai kritis untuk tingkat signifikasi 1% sebesar -3.724070, signifikansi 5% sebesar -2.986225 dan signifikansi 10% sebesar -2.632604. Hasil ini menunjukkan nilai Augmented Dickey Fuller (ADF) statistik lebih besar dari nilai kritisnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data telah stasioner.

Demikian juga pada variabel impor beras, nilai Augmented Dickey Fuller (ADF) statistik impor beras sebesar -7.566004, sedangkan nilai kritis untuk signifikansi 1% sebesar -3.737853, signifikansi 5% sebesar -2.991878 dan untuk tingkat signifikansi 10% sebesar -2.635542. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai Augmented Dickey Fuller (ADF) statistic impor beras lebih besar dari nilai kritisnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa data tersebut telah stasioner.

4.2.2 Hasil Uji Kausalitas (Granger Causality Test)

(66)

apakah kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang saling mempengaruhi (hubungan dua arah), memiliki hubungan searah atau sama sekali tidak ada hubungan (tidak saling mempengaruhi). Hasil pengujian Granger Causality dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4

Hasil Uji Granger Causality

Pairwise Granger Causality Tests Date: 06/16/14 Time: 10:39 Sample: 1986 2012

Lags: 1

Null Hypothesis: Obs

F-Statistic Prob.

DPRODUKTIVITAS does not Granger Cause DIMPOR 25 11.8967 0.0023

DIMPOR does not Granger Cause DPRODUKTIVITAS 16.8654 0.0005

Sumber: Lampiran 5

(67)

4.2.3 Hasil Uji Regresi Linear (Ordinary Least Square)

Setelah dilakukan uji stasioner data antara variabel produktivitas pertanian dan impor beras, hasil menunjukkan bahwa kedua variabel mengandung akar unit pada derajat level, sehingga dilakukan transformasi differensiasi data. Transformasi differensiasi data pada derajat satu menunjukkan bahwa data tidak menggandung akar unit.

Hasil uji regresi sederhana digunakan untuk menganalisi seberapa besar pengaruh variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen) melalu uji regresi sederhana dapat dilihat apakah variabel-variabel tersebut memiliki pengaruh yang positif atau negatif. Hasil pengujian Regresi Linier Sederhana (Ordinary Least Square) dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini:

Tabel 4.5

Hasil Uji Regresi Linier Sederhana (Ordinary Least Square)

Uji Ordinary Least Square (OLS)

Variabel Dependen Variabel Independen Coefficient Probability

impor produktivitas -8305030 0.0041

produktivitas impor -3.56E-08 0.0041

Sumber: Lampiran 6 dan 7

(68)

8.305.030 ton. Dengan probability sebesar 0.0041 menunjukkan bahwa variabel produktivitas pertanian secara signifikan mempengaruhi variabel impor beras pada tingkat signifikansi 1%.

Hasil uji regresi linear yang menunjukkan peningkatan produktivitas pertanian secara signifikan mempengaruhi penurunan impor sesuai dengan peranan produktivitas pertanian dalam peningkatan hasil produksi beras, dimana ketika produksi beras meningkat akan mengurangi ketergantungan Indonesia dalam mengimpor beras. Produktivitas pertanian dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan pertanian di suatu negara karena produktivitas pertanian selain meningkatkan produksi tetapi juga dapat memberikan efisiensi dalam produksi.

Sedangkan Hasil Uji Regresi Linier Sederhana (Ordinary Least Square) untuk variabel dependen produktivitas pertanian dan variabel independen impor beras menunjukkan koefisien dari impor beras adalah negatif, artinya ada pengaruh negatif impor beras terhadap produktivitas pertanian. Koefisien dari variabel impor beras adalah sebesar -3.56E-08, sehingga dapat dilihat dengan kenaikan satu ton impor beras akan menurunkan produktivitas pertanian sebesar 3.56E-08 ton. Dengan probability sebesar 0.0041 menunjukkan bahwa variabel impor beras secara signifikan mempengaruhi variabel produktivitas pertanian pada tingkat signifikansi 1%.

(69)
(70)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian, perkembangan produktivitas pertanian selama kurun waktu penelitian menunjukkan perkembangan yang berubah sepanjang tahun, perubahan yang terjadi disebabkan oleh penggunaan input produksi dan luas lahan pertanian.

2. Dari Hasil Uji Kausalitas (Granger Causality Test) menunjukkan bahwa hubungan produktivitas pertaian dan impor beras di Indonesia saling mempengaruhi atau memiliki hubungan dua arah.

(71)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran kepada pihak yang terkait adalah sebagai berikut:

1. Perlunya kebijakan yang diambil dan dijalankan pemerintah Indonesia untuk mendorong peningkatan produktivitas pertanian, baik dalam peningkatan luas lahan petanian, kebijakan harga dasar, pemberian subsidi untuk pupuk, penyediaan teknologi pertanian serta peningkatan kualitas petani.

Gambar

Gambar 2.1 Fungsi Produksi Sumber: Rahardja dan Mandala (2004:112)
Gambar 2.2 Skema Kerangka Konseptual
Gambar 4.3
Gambar 4.4  Pertumbuhan Impor Beras
+2

Referensi

Dokumen terkait

– Peluang satu hasil terjadi dalam selang waktu yang singkat atau area yang kecil sebanding dengan panjang selang waktu atau ukuran area. Peluang tersebut independen terhadap

- Free – free entity adalah semata-mata didifinisikan oleh hubungan antar dua garis pada kedua ujungnya ke bagian alinemen yang lain ( fixed atau floating

Iklima, Galuh Woro. Peran Guru Agama Islam Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Dan Spiritual Anak Di SMK Negeri 1 Jambu Desa Jambu Kec. Jurusan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Iqbal, dan Anita (Juni, 2016) Tentang Analisis faktor-faktor yang memengaruhi Financial Sustainability Ratio (FSR) Pada Bank Umum

PA selaku ketua komite sekolah mengatakan bahwa: Di SMP Negeri 1 Malang ini setiap hari jum’at pagi selalu diadakan parent’s day yaitu orang tua yang berkompeten didaulat

Tujuannya Untuk mengetahui..penatalaksanaan..fisioterapi..dalam menurukan nyeri, meningkatkan lingkup gerak..sendi, meningkatkan kekuatan..otot, dan meningkatkan..aktivitas

Jika alkalinitas total melebihi kesadahan total maka sebagian dari anion penyusun alkalinitas (bikarbonat dan karbonat) berasosiasi dengan kation valensi satu

Hal tersebut tercermin dalam penjelasan UUD 1945 Bab VIII pasal 23 Hal Keuangan yang menyatakan cita-cita membentuk bank sentral dengan nama Bank Indonesia untuk memperkuat