• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai karakteristik variabel penelitian yang diamati. Struktur modal merupakan suatu kebijakan yang dibuat perusahaan untuk menentukan komposisi dana yang akan digunakan perusahaan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan baik itu yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Seperti yang tercantum dalam tabel 5.1 dibawah ini:

Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Pertumbuhan Perusahaan 108 -.9808 2.0185 .3991 .6533 IOS 108 .3823 3.9106 1.3857 .5135 Profitabilitas 108 .0129 .5692 .1202 .0834 Risiko Bisnis 108 .1367 .1697 .1569 .0095 Ukuran Perusahaan 108 1.3859 1.5079 1.4421 .02359 Struktur Aktiva 108 .0115 .8081 .3790 .1746 Operating Leverage 108 -2.9993 1.4079 -1.0885 .9439 Struktur Modal 108 .07653 1.6242 .6335 .3744 Valid N (listwise) 108

Dari tabel diatas dapat kita lihat nilai tertinggi, terendah dan rata-rata dari variabel struktur modal, pertumbuhan perusahaan, Investment Opportunity Set (IOS),

profitabilitas, risiko bisnis, ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan operating

leverage perusahaan dengan jumlah 108 observasi selama tahun 2007-2009. Untuk

variabel dependen yaitu struktur modal yang menunjukkan komposisi pendanaan perusahaan yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas operasi perusahaan, diperoleh nilai terendah sebesar 0,07653, artinya struktur modal terendah

dimiliki perusahaan sebesar 7,653%, berasal dari eksternal perusahaan yaitu berasal dari ekuitas.

Perusahaan yang memiliki struktur modal terendah yaitu perusahaan Mandom Indonesia Tbk. Sedangkan nilai tertingginya adalah sebesar 1,6242, artinya struktur modal perusahaan tertinggi sebesar 1,6242 berasal dari hutang oleh kreditor dimana perusahaan yang memiliki struktur modal terbesar dimiliki oleh perusahaan Indorama Synthetics Tbk. Nilai rata-rata (mean) yang dimiliki seluruh perusahaan sebesar

0,6335, artinya rata-rata perusahaan manufaktur selama tahun 2007–2009 memilih sumber pendanaan yang berasal dari eksternal yaitu ekuitas perusahaan. Standar deviasi struktur modal perusahaan manufaktur selama tahun 2007-2009 lebih kecil dari rata-rata struktur modalnya, sehingga menunjukkan pada variabel struktur modal tidak terdapat outlier.

Selanjutnya untuk variabel independen yaitu pertumbuhan perusahaan yang menunjukkan peningkatan laba perusahaan setelah pajak penghasilan dari satu periode ke periode berikutnya, diperoleh nilai terendah sebesar -0,9808 dan perusahaan yang memiliki nilai pertumbuhan yang rendah dimiliki oleh Goodyear Indonesia Tbk.

Perusahaan tersebut memiliki pertumbuhan perusahaan yang dilihat dari laba perusahaan setelah pajak penghasilan sebesar -98,08%. Sedangkan nilai tertingginya pada perusahaan Siantar Top Tbk yaitu sebesar 2,0185, artinya pertumbuhan perusahaan tersebut mencapai 201,85%, dan nilai rata-rata (mean) yang dimiliki

manufaktur yang dilihat dari laba selama tahun 2006 sampai 2009 mengalami pertumbuhan hanya berkisar 39,91%. Pertumbuhan perusahaan pada saat itu sangatlah rendah. Standar deviasi pertumbuhan perusahaan manufaktur selama tahun 2007-2009 lebih besar dari rata-rata pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan, sehingga menunjukkan pada variabel pertumbuhan perusahaan terdapat outlier. Tetapi outlier tersebut tidak terlalu mengganggu dan data untuk pertumbuhan perusahaan masih menunjukkan normal.

Sedangkan untuk variabel independen kedua yaitu Investment Opportunity Set

(IOS) yang menunjukkan adanya kesempatan investasi dimasa depan bagi perusahaan, diperoleh nilai terendah sebesar 0,3823 pada perusahaan Goodyear Indonesia Tbk, artinya kesempatan investasi dimasa depan perusahaan ini sebesar 38,23%, sedangkan nilai tertingginya adalah sebesar 3,9106 yang terdapat pada perusahaan HM Sampoerna Tbk, kesempatan investasi pada perusahaan ini sangat tinggi hingga mencapai 391,06%, dan nilai rata-rata (mean) yang dimiliki seluruh perusahaan

sebesar 1,3857, artinya selama tahun 2006 sampai 2009, perusahaan manufaktur rata- rata mempunyai kesempatan investasi yang tinggi.

Hal ini dilihat bahwa rata-rata perusahaan tersebut mempunyai kesempatan investasi yang besar yaitu sebesar 138,57%. Oleh sebab itu, manager harus dapat mengambil kesempatan investasi tersebut untuk memperoleh keunggulan kompetitif dari perusahaan lain dan pada akhirnya dapat mensejahterakan pemilik perusahaan. Standar deviasi investment opportunity set perusahaan manufaktur selama tahun

sehingga menunjukkan pada variabel investment opportunity set tidak terdapat

outlier.

Selanjutnya untuk variabel independen profitabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu, diperoleh nilai minimum sebesar 0,0129 yang terdapat pada perusahaan Nipress Tbk, artinya profitabilitas atau kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada perusahaan tersebut hanya sebesar 1,29%, sedangkan nilai tertinggi diperoleh perusahaan Sepatu Bata Tbk yaitu sebesar 0,5692, artinya kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada perusahaan sepatu BATA dapat mencapai nilai tertinggi sebesar 56,92%, dan nilai rata-rata (mean) yang dimiliki seluruh perusahaan sebesar 0,1202, artinya

selama tahun 2006-2009 perusahaan manufaktur rata-rata mempunyai tingkat kemampuan menghasilkan laba hanya sebesar 12,02%.

Hal ini dikarenakan pada tahun pengamatan tersebut terjadi kondisi ekonomi yang berpengaruh terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Salah satunya adalah krisis global yang berdampak terhadap laba yang diperoleh. Oleh sebab itu, rata-rata perusahaan manufaktur pada tahun pengamatan tersebut mempunyai tingkat kemampuan menghasilkan laba yang rendah. Variabel profitabilitas mempunyai standar deviasi lebih kecil dari rata-rata profitabilitas untuk seluruh perusahaan manufaktur, sehingga menunjukkan pada variabel profitabilitas tidak terdapat outlier.

Variabel independen yang keempat yaitu risiko bisnis yang menunjukkan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan didalam menjalankan operasinya, diperoleh nilai terendah pada perusahaan Tempo Scan Pacific Tbk tahun 2009 yaitu sebesar

0,1367, artinya risiko bisnis perusahaan didalam menjalankan aktivitas operasinya, terendah dimiliki perusahaan Tempo Scan Pacific Tbk sebesar 13,67%. Sedangkan nilai tertingginya dicapai oleh perusahaan Tempo Scan Pacific Tbk tetapi pada tahun 2008 sebesar 0,1697, artinya risiko bisnis perusahaan, tertinggi sebesar 16,97%. Pada perusahaan tersebut selama tahun 2008 dan 2009 mencapai titik terendah dan tertinggi. Dan nilai rata-rata (mean) risiko bisnis yang dimiliki seluruh perusahaan

sebesar 0,1569, artinya rata-rata risiko bisnis yang dimiliki seluruh perusahaan manufaktur selama tahun 2006-2009 sebesar 15,69%. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut rata-rata perusahaan manufaktur lebih memilih sumber pendanaan yang berasal dari ekuitas perusahaan. Sehingga risiko bisnis yang tercermin dari hutang lebih rendah. Variabel risiko bisnis mempunyai standar deviasi lebih kecil dari rata- rata risiko bisnis seluruh perusahaan manufaktur, sehingga menunjukkan bahwa variabel risiko bisnis tidak terdapat outlier.

Pada variabel ukuran perusahaan yaitu variabel independen yang menunjukkan suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaaan menurut berbagai cara antara lain dengan ukuran penjualan diperoleh nilai terendah sebesar 1,3859 dimiliki oleh perusahaan Nipress Tbk dimana ukuran perusahaan tersebut terendah sebesar 138,59%.

Nilai tertingginya adalah sebesar 1,5079 dimiliki oleh perusahaan Astra International Tbk sampai mencapai ukuran perusahaan tertinggi yaitu sebesar 150,79%, dan nilai rata-rata (mean) ukuran perusahaan yang dimiliki seluruh

perusahaan manufaktur yang tercermin dari penjualan sebesar 144,21% selama tahun 2006-2009. Selama tahun tersebut, perusahaan memiliki penjualan yang sangat besar hingga mencapai diatas 100%. Standar deviasi ukuran perusahaan manufaktur selama tahun 2007-2009 lebih kecil dari rata-rata ukuran perusahaan secara keseluruhan, sehingga menunjukkan pada variabel ukuran perusahaan tidak terdapat outlier.

Variabel independen yang ke enam yaitu struktur aktiva yang menunjukkan perbandingan baik dalam artian absolut maupun dalam artian relatif antara aktiva tetap dengan total aktiva., diperoleh nilai terendah sebesar 0,0115, artinya struktur aktiva terendah dimiliki oleh perusahaan Unilever Indonesia Tbk sebesar 1,15% artinya pada perusahaan ini perbandingan antara total aktiva tetap dibandingkan dengan total aktiva memliki aktiva tetap yang sedikit dibandingkan dengan perusahaan manufaktur lainnya dan ini terjadi pada tahun 2009.

Sedangkan nilai tertingginya adalah sebesar 0,8081 yang dimiliki oleh perusahaan Fajar Surya Wisesa Tbk, artinya struktur aktiva perusahaan tertinggi dimiliki oleh perusahaan Fajar Surya Wisesa Tbk sebesar 80,81%, dan nilai rata-rata (mean) struktur aktiva yang dimiliki seluruh perusahaan sebesar 0,3790, artinya rata-

rata perusahaan manufaktur selama tahun 2006-2009 yang memiliki struktur aktiva khususnya aktiva tetap yang tinggi hanya sebesar 37,90%.

Kalau dilihat dari hasilnya tersebut dapat disimpulkan bahwa jaminan aktiva tetap perusahaan terhadap hutang apabila perusahaan menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan yang berasal dari hutang sangatlah rendah. Oleh sebab itu, perusahaan banyak memperoleh sumber pendanaan yang berasal dari ekuitas dari

pada hutang. Variabel struktur aktiva mempunya nilai rata-rata sebesar 0,3790 dan standar deviasi sebesar 0,1746 yang menunjukkan bahwa rata-rata struktur aktiva lebih besar dari standar deviasi sehingga pada variabel struktur aktiva tidak terdapat outlier.

Variabel independen yang terakhir yaitu operating leverage yang

menunjukkan perbandingan antara perubahan laba sebelum pajak pendapatan dengan perubahan penjualan perusahaan diperoleh nilai terendah sebesar -2,9993 yang dimiliki oleh perusahaan Siantar Top Tbk, artinya operating leverage terendah

dimiliki perusahaan sebesar -299,93%, sedangkan nilai tertinggi dicapai oleh perusahaan Darya-Varia Laboratoria Tbk yaitu sebesar 1,4079, artinya pada perusahaan tersebut banyak menggunakan biaya variabel didalam aktivitas operasinya hingga mencapai titik tertinggi sebesar 140,79% pada operating leverage,

dan nilai rata-rata (mean) operating leverage yang dimiliki seluruh perusahaan

sebesar -1,0885, artinya rata-rata operating leverage yang dimiliki seluruh

perusahaan manufaktur selama tahun 2006-2009 sebesar -108,85%.

Perusahaan didalam menjalankan aktivitasnya banyak menggunakan biaya tetap selain hutang sehingga mengakibatkan nilai operating leverage pada rata-rata

perusahaan manufaktur negatif karena berpengaruh terhadap penggunaan biaya tetap tersebut. Standar deviasi pada operating leverage mempunyai nilai sebesar 0,9439

sedangkan rata-rata dari operating leverage sebesar -1,0885. Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata operating leverage lebih kecil dari standar deviasi sehingga

Dokumen terkait