• Tidak ada hasil yang ditemukan

Statistik Pemuda Indonesia 2012 disinyalir menjadi alasan bagi pemuda di perdesaan untuk lebih memilih berobat

Dalam dokumen Statistik Pemuda Indonesia 2012 (Halaman 104-108)

Profil Demograf

74 Statistik Pemuda Indonesia 2012 disinyalir menjadi alasan bagi pemuda di perdesaan untuk lebih memilih berobat

ke tempat praktek tenaga kesehatan dibandingkan dengan pemuda di perkotaan yang lebih memilih berobat ke praktek dokter.

5.5 Partisipasi Pemuda dalam Program Keluarga Berencana (KB)

Program Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan keluarga. Program Keluarga Berencana merupakan bagian terpadu dalam program pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya penduduk Indonesia dapat tercapai dengan Total Fertility Rate (TFR) 2,2 (BKKBN, 2005). Target ini belum terpenuhi karena berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010, Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) masih tinggi dengan rerata pertumbuhan sebesar 1,49% pertahun disertai Total Fertility Rate (TFR) sebesar 2,6. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memiliki peran sentral guna mengendalikan kelahiran agar laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan sehingga ledakan penduduk dapat ditangani secara terkoordinasi antara lain melalui Revitalisasi Gerakan Nasional Keluarga Berencana.

Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode- metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita. (BKKBN, 2005). Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat yang dialami oleh wanita.

Struktur umur pemuda yang merupakan usia produktif merupakan sasaran/target program Keluarga Berencana (KB) yang bertujuan membatasi jumlah kelahiran. Sejalan dengan itu, partisipasi pemuda dalam kegiatan KB merupakan faktor yang menentukan dalam keberhasilan program tersebut.

Statistik Pemuda Indonesia 2012 75 Pada tahun 2012, sebanyak 61,34 persen pemuda perempuan pernah kawin sedang mengikuti program KB, sebesar 16,02 persen pernah ikut KB tetapi sekarang tidak lagi, dan sebesar 22,64 persen sama sekali tidak pernah mengikuti program KB (Gambar 5.7). Partisipasi pemuda perempuan di daerah perkotaan maupun perdesaan dalam program KB mempunyai pola yang relatif sama. Proporsi pemuda perempuan di perdesaan yang sedang mengikuti program KB (62,62 persen) sedangkan di perkotaan sebesar (59,83 persen). Sementara itu, persentase pemuda perempuan di perkotaan yang pernah ikut KB tetapi sekarang tidak lagi sebesar 17,36 persen dan di perdesaan sebesar 14,89 persen.

Sumber: BPS, Susenas 2012

Gambar 5.7 Persentase Pemuda Perempuan yang Berstatus Pernah Kawin menurut Tipe Daerah dan Partisipasi KB, 2012

Ada berbagai macam jenis alat/cara yang dapat digunakan oleh pemuda perempuan dalam ber-KB. Jenis alat/cara ber-KB yang banyak digunakan oleh pemuda perempuan pernah kawin adalah suntikan KB (68,88 persen) dan pil KB (20,61 persen). Kedua alat KB tersebut merupakan yang paling banyak digunakan oleh pemuda perempuan baik yang tinggal di daerah perkotaan maupun perdesaan.Jenis alat/cara KB lainnya yang juga banyak digunakan oleh pemuda perempuan pernah kawin selain suntik dan pil adalah Susuk KB/Norplan/ Implanon/Alwalit (4,51 persen) dan AKDR/IUD/Spiral (3,98 persen).

0 10 20 30 40 50 60 70

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

59,83 62,62 61,34

17,36 14,89 16,02

22,81

22,49 22,64

%

76 Statistik Pemuda Indonesia 2012

Tabel 5.5

Persentase Pemuda Perempuan Pernah Kawin yang Sedang Menggunakan Alat/Cara KB menurut Alat/Cara KB yang Digunakan dan Tipe Daerah, 2012

Alat/Cara KB yang

Digunakan Perkotaan Perdesaan K+D

(1) (2) (3) (4)

AKDR/ IUD/ Spiral 6,36 2,05 3,98

Suntikan KB 66,33 70,95 68,88 Susuk KB/Norplan/ Implanon/Alwalit 3,36 5,44 4,51 Pil KB 21,26 20,07 20,61 Cara Tradisional 1,07 0,78 0,91 Lainnya*) 1,62 0,70 1,11 Jumlah 100,00 100,00 100,00

*) Termasuk MOW/tubektomi, MOP/vasektomi, Kondom, Intravag/tisu Sumber: BPS, Susenas 2012

Terdapat perbedaan pola antara pemuda perempuan di perkotaan dan perdesaan terhadap penggunaan Susuk KB/Norplan/Implanon/Alwalit dan AKDR/IUD/Spiral. Susuk KB/Norplan/Implanon/Alwalit lebih banyak digunakan oleh pemuda perempuan di perdesaan daripada di perkotaan (5,44 persen berbanding 3,36 persen). Sebaliknya, AKDR/IUD lebih banyak digunakan oleh pemuda perempuan di daerah perkotaan (6,36 persen) daripada di daerah perdesaan (2,05 persen).

Tabel 5.6

Persentase Pemuda Perempuan Pernah Kawin yang Tidak Menggunakan Alat/Cara KB menurut Alasan dan Tipe Daerah, 2012

Alasan Tidak

Menggunakan Perkotaan Perdesaan K+D

(1) (2) (3) (4)

Fertilitas 31,46 36,95 34,34

Tidak Setuju KB 3,36 3,50 3,43

Tidak Tahu Alat/Cara KB 0,48 1,77 1,16

Takut Efek Samping 17,49 15,09 16,23

Tidak Tahu 5,61 8,47 7,11

Lainnya*) 41,60 34,22 37,73

Jumlah 100,00 100,00 100,00

*) Baru melahirkan, menyusui, kesehatan, suami merantau, dll. Sumber: BPS, Susenas 2012

Statistik Pemuda Indonesia 2012 77 Ada berbagai alasan yang menyebabkan pemuda perempuan pernah kawin tidak menggunakan alat KB. Berdasarkan Susenas 2012, dapat diketahui bahwa sebanyak 37,73 persen pemuda perempuan pernah kawin tidak menggunakan alat KB karena alasan lainnya, antara lain baru melahirkan, menyusui, kesehatan, suami merantau dan lainnya (Tabel 5.6). Sementara itu, sebanyak 34,34 persen pemuda perempuan tidak menggunakan alat KB karena alasan fertilitas dan sebanyak 16,23 persen karena takut efek samping dari alat KB.

5.6 Umur Perkawinan Pertama

Perkawinan merupakan sarana untuk melanjutkan keturunan dan hal ini sangat berkaitan dengan pertumbuhan penduduk dalam hal ini fertilitas. Secara teori pertumbuhan penduduk relatif tinggi merupakan beban dalam pembangunan nasional. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Wirosuhardjo (1986:70) bahwa pendidikan pada dasarnya mempengaruhi fertilitas melalui umur perkawinan dan peubah-peubah lainnya. Dalam bukunya yang lain Wirosuhardjo (1981:82) mengemukakan bahwa makin muda seseorang melakukan perkawinan makin panjang masa reproduksinya sehingga makin muda seorang melangsungkan perkawinannya makin banyak pula anak yang dilahirkan. Tingkat usia kawin pertama yang begitu rendah merupakan permasalahan krusial yang sedang dihadapi di beberapa negara dengan pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi termasuk di Indonesia.

Umur perkawinan pertama yang dilakukan oleh setiap perempuan memiliki resiko terhadap persalinannya. Semakin muda umur pada saat perkawinan pertama seorang perempuan, semakin besar resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu maupun anak. Hal ini terjadi dikarenakan belum matangnya rahim perempuan usia muda untuk bereproduksi maupun belum siapnya mental dalam berumah tangga. Demikian pula sebaliknya, semakin tua usia kawin pertama seorang perempuan, semakin tinggi pula resiko yang dihadapi dalam masa kehamilan atau melahirkan. Hal ini terjadi karena semakin lemahnya kondisi fisik seorang perempuan menjelang usia senja.

78 Statistik Pemuda Indonesia 2012

Dalam dokumen Statistik Pemuda Indonesia 2012 (Halaman 104-108)