• Tidak ada hasil yang ditemukan

Derajat kesehatan masyarakat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang dapat dinilai

C. STATUS GIZI

Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Perhatian utamanya terletak pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Unsur gizi merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan SDM yang berkualitas yaitu manusia yang sehat, cerdas,

dan produktif. Gangguan gizi pada awal kehidupan akan mempengaruhi kualitas kehidupan berikutnya. Gizi kurang pada balita tidak hanya menimbulkan gangguan pertumbuhan fisik, tetapi juga mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas ketika dewasa. Status gizi merupakan indikator kesehatan yang penting karena anak usia di bawah lima tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan gizi disamping sebagai faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individual. Bahkan status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusu sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil dan ibu menyusui.

Berikut ini akan disajikan indikator-indikator yang sangat berperan dalam menentukan status gizi masyarakat :

a.i.1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram. BBLR merupakan salah satu faktor utama yang amat berpengaruh terhadap kematian bayi baik kematian perinatal maupun neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena intrauterinegrowth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. BBLR tidak hanya dapat terjadi pada bayi prematur, tapi juga pada bayi cukup bulan yang mengalami hambatan pertumbuhan selama kehamilan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan lahir bayi sangat menentukan kesehatan di masa dewasa. Bayi yang dilahirkan dengan Berat badan kurang dari 2500 gram berkorelasi erat dengan penyakit degeneratif di usia dewasa.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, jumlah bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mengalami fluktuasi selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2015 sebanyak 660 BBLR (2,62%) dengan 25.181 jumlah bayi lahir hidup dan semuanya

ditimbang menurun dari tahun 2014 yaitu 690 bayi BBLR (2,81%) dengan 24.590 bayi lahir hidup dan 24.563 diantaranya ditimbang. Tahun 2013 terdapat 611 bayi BBLR (2,51%) dengan 24.576 bayi lahir hidup dan 24.342 diantaranya ditimbang. Persentase Bayi BBLR selama tiga tahun terakhir, dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar III. 17

Persentase Bayi dengan BBLR di Kota Makassar Tahun 2013 – 2015 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar

Status Gizi Balita

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Body Mass Index (BMI) atau yang dikenal dengan Index Berat Badan adalah salah satu teknik yang digunakan dalam penilaian status gizi Balita. Untuk memperoleh nilai BMI dilakukan dengan pengukuran tubuh (BB, TB) atau anthropometri untuk dibandingkan dengan umur, misalnya : BB/U atau TB/U. Angka yang paling sering digunakan adalah indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U). Adapun hasil perhitungan yang diperoleh dikategorikan ke dalam 4 kelompok yaitu : gizi lebih (z-score > +2 SD); gizi baik (z-score –2 SD sampai +2 SD); gizi kurang (z-score < -2 SD sampai –3 SD); dan gizi buruk (z-score < -3SD). Selain gizi kurang dan gizi buruk, masih banyak masalah yang terkait dengan gizi yang perlu perhatian lebih, diantaranya yaitu stunting atau terhambatnya pertumbuhan tubuh. Stunting adalah salah satu bentuk gizi kurang yang

ditandai dengan tinggi badan menurut umur diukur dengan standar deviasi dengan referensi WHO.

Gizi pada balita terutama diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Kurang terpenuhinya gizi pada anak akan menghambat sintesis protein DNA sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan sel otak yang selanjutnya akan menghambat perkembangan otak. Jika hal ini terjadi setelah masa divisi sel otak terhenti, hambatan sintesis protein akan menghasilkan otak dengan jumlah sel yang normal tetapi dengan ukuran yang lebih kecil. Namun perubahan yang kedua ini dapat hilang kembali (reversibel) dengan perbaikan diet.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina Kesehatan Masyarakat status gizi balita untuk Gizi Buruk pada tahun 2015 sebanyak 1.719 (2,10 % ) dari 81.991 balita menurun dari tahun 2014 dengan jumlah 2.052 (2,30 %). Tahun 2013 terdapat 2.111 balita gizi buruk (2,66 %). Sementara untuk jumlah kasus gizi buruk tahun 2015 sebanyak 50kasus dan keseluruhan tertangani.

Berbagai kegiatan di lakukan dalam upaya

pencegahan/penanggulangan kasus balita gizi buruk, hal ini dilaksanakan melalui program perbaikan gizi masyarakat diantaranya : - Penyusunan Naskah Akademik dan Ranperda ASI Eksklusif

- Sosialisasi dan Pembinaan ASI Eksklusif

- Pembinaan Kelompok Gizi Masyarakat Replikasi NICE

- Sosialisasi Perbaikan Gizi melalui Pemberdayaan Masyarakat - Pelatihan Konseling dan Motivator ASI

- Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan Gizi Kurang dan gizi buruk

- Review Kegiatan Inovatif Kelompok Gizi Masyarakat

- Pembinaan dan Pengawasan Pemberian ASI Eksklusif di Rumah Sakit dan Rumah Sakit Bersalin

Status Gizi Kurang yang dilaporkan selama 3 tahun terakhir terus mengalami penurunan yakni tahun 2015 terdapat 6.457 (7,88%) balita gizi kurang dari 81.991 balita yang dilaporkan menurun dari tahun 2014 yaitu 7.461 balita (8,35%). Tahun 2013 dilaporkan 7.713 (9,73%) balita gizi kurang.

Persentase status gizi balita selama tiga tahun terakhir, dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar III. 18

Persentase Balita dengan Status Gizi di Kota Makassar Tahun 2013 – 2015

Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar

Penanganan balita gizi kurang dilakukan melalu Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT Pemulihan) terdiri atas PMT Gizi Kurang dan PMT Gizi Buruk. PMT Gizi Kurang diberikan untuk 4.500 balita berupa paket makanan untuk 100 hari dan masing-masing balita mendapatkan 15 kotak paket selain itu juga ada Makanan Tambahan Penyuluhan (PMT Penyuluhan) berupa pemberian kacang hijau , santan serta gula merah di 994 posyandu se-Kota Makassar. Replikasi pembiayaan dari program NICE (Nutrition Improvement Throught

Community Empowerment) yang telah berakhir sejak tahun 2014 tetap dianggarkan melalui APBD dengan melakukan pembinaan terhadap Kelompok Gizi Masyarakat yang telah dibentuk, kepada 500 anggota KGM. Selain itu juga dilaksanakan sosialisasi perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan kader posyandu, tokoh masyarakat dan PKK di 46 puskesmas. Sasaran ini didukung oleh kebijakan Perbaikan Gizi Masyarakat dengan program perbaikan gizi masyarakat.

Salah satu masalah gizi yang menjadi target nasional selain gizi buruk dan gizi kurang yaitu stunting (balita pendek). Tahun 2015 ditargetkan prevalensi stunting sebesar 30% dan capaian menunjukkan angka 5,9% atau lebih baik dari yang ditargetkan, dimana kejadian tidak sebesar yang diprediksikan. Dari sejumlah 81.991 balita yang diukur, sebanyak 1.013 balita termasuk kategori sangat pendek (1,24%) dan sebanyak 3.818 termasuk kategori pendek (4,66%), sehingga diperoleh total stunting 5,9%.

Adapun status gizi pada bayi/balita tampak pada cakupan pemberian ASI ekslusif selama 3 tahun terakhir, yaitu : tahun 2013 sebanyak 8.950 atau 67,79 % dari 13.203 bayi umur 0-6 bulan, tahun 2014 sebanyak 9.235 bayi yang diberi ASI ekslusif atau 61,03% dari 15.132 bayi umur 0-6 bulan dan tahun 2015 terdapat 10.723 bayi yang diberi ASI ekslusif atau 72,43% dari 14.805 bayi umur 0-6 bulan.

Data mengenai jumlah Status Gizi Balita pada tahun 2015 menurut kecamatan di Kota Makassar disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel III. 3

Status Gizi Balita per Kecamatan Di Kota Makassar Tahun 2015

Kecamatan Gizi Buruk Gizi Kurang

Mariso 129 3,88 324 9,74 Mamajang 27 1,04 90 3,48 Tamalate 250 2,85 903 10,28 Rappocini 175 2,11 696 8,40 Makassar 129 2,30 510 9,10 Ujung Pandang 19 1,20 49 3,09 Wajo 11 0,82 92 6,82 Bontoala 91 2,64 417 12,08 Ujung Tanah 75 2,20 273 7,99 T a l l o 303 3,26 792 8,52 Panakukang 157 1,65 663 6,96 Manggala 95 1,59 250 4,18 Biringkanaya 195 1,43 1019 7,47 Tamalanrea 63 1,22 379 7,35 TOTAL 1.719 2,10 6.457 7,88

Sumber : Bidang Bina Kesmas Dinkes Kota Makassar

BAB IV

Dalam dokumen Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2015 (Halaman 70-76)

Dokumen terkait