BAB II : STATUS HUKUM OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG
B. Status Hukum Objek Jaminan Fidusia yang Disita/Dirampas oleh
Pidana Pencurian.
Jaminan fidusia adalah perjanjian hutang piutang kreditur kepada debitur yang melibatkan perjanjian jaminan. Jaminan tersebut kedudukannya masih dalam penguasaan pemilik jaminan. Tetapi untuk menjamin kepastian hukum bagi kreditur maka dibuat akta yang dibuat oleh notaris dan didaftarkan ke kantor pendaftaran fidusia. Dengan sertifikat jaminan fidusia yang akan diterima oleh penerima fidusia yang berisikan irah-irah” demi keadilan berdasarkan ketuhanan
45 R. Supomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, Pradnya Paramita, Jakarta, 2005, hal. 76-77.
yang maha esa” yang memiliki kekuatan eksekutorial. Dengan mendapatkan sertifikat dengan irah-irah tersebut maka penerima fidusia mempunyai hak esekusi tanggung jawab (parate eksekutie) yang kekuatan hukumnya sama dengan putusan pengadilan.46 Berdasarkan undang-undang tentang jaminan fidusia, hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda tersebut yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap berada dalam penguasaan pemilik benda.
Di dalam BW hak kebendaan menjadi 2 (dua) macam, yaitu hak kebendaan yang bersifat memberi kenikmatan, terdiri atas dua : benda yang member kenikmatan atas bendanya sendiri (contoh hak besit dan hak milik) dan hak kebendaan yang memberikan kenikmatan atas benda orang lain (postal,erpacht,hak mendiami). Hak benda yang bersifat memberi jaminan seperti fidusia, hipotik dan gadai.47
Hak kebendaan yang melekat pada pemberi fidusia adalah hak milik, yang merupakan hak yang paling kuat dibandingkan hak-hak lain. Yang artinya debitur sebagai pemilik benda yang dibebankan fidusia berhak untuk menikmati kegunaan kebendaan dengan leluasa dab berbuat bebas terhadap benda itu dengan syarat bahwa tidak bertentangan dengan undang-undang, dan tidak menganggu hak orang lain.
Kasus penyitaan objek jaminan fidusia berupa 1 (satu) unit mobil pick up Suzuki Carry atas nama Yohanes, SE milik konsumen Hariani yang direntalkan kepada Suriadi Alias Adi Klowor yang di dakwa melakukan tindak pidana
46 Ibid.
47 Sri Soedewi Masjchoen, Beberapa masalah Pelaksaan lembaga Jaminan Khususnya Fidusia Di dalam Praktek dan Pelaksanaan Di Indonesia,Liberty,Yogyakarta,1977,hal.152.
pencurian sebagaimana diatur dalam Pasal 363 Ayat (1) KUHP, yang mengakibatkan pengadilan melakukan penyitaan terhadap objek jaminan fidusia berupa 1 (satu) unit mobil pick up Suzuki Carry yang masih dalam status kredit kepada PT. Oscar Kredit Ekspress pada angsuran ketiga belas . Konsumen atas nama Hariani tersebut telah mencapai kata sepakat dan telah lulus survei baik administratif maupun survei lapangan sehingga dinyatakan layak untuk diberikan kredit atas 1 (satu) unit pick up merk Suzuki Carry seharga Rp 72.000.000,- (tujuh puluh dua juta rupiah). Uang muka yang diberikan Hariani atas pemberian secara angsuran mobil tersebut adalah Rp14.760.000,- (empat belas juta tujuh ratus enam puluh ribu rupiah). Angsuran yang disepakati adalah sebesar Rp 2.150.000,- (dua juta seratus lima puluh ribu rupiah) setiap bulan dengan jangka waktu angsuran selama 3 (tiga) tahun atau 36 (tiga puluh enam) bulan.
Penyitaan objek jaminan fidusia oleh pengadilan karena terdakwa (pemberi fidusia) terkait dengan tindak pidana pencurian yang mengakibatkan kerugian terhadap kreditur pemegang jaminan fidusia.
Meskipun kreditur pemegang sertipikat jaminan fidusia bukanlah pemilik objek jaminan fidusia tersebut, namun pemegang sertipikat jaminan fidusia memiliki kewenangan untuk melakukan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia tersebut apabila debitur (pemberi fidusia) wanprestasi dalam melakukan pelunasan pembayaran hutangnya. Bila objek jaminan fidusia tersebut telah disita oleh pengadilan karena tindakan ataupun kelaiaian debitur yang terkait dengan kasus tindak pidana pencurian maka kewenangan kreditur dalam mengekskusi objek jaminan fidusia sudah tidak dapat lagi dilaksanakan karena objek jaminan
fidusia tersebut telah beralih kepemilikannya dari debitur kepada pengadilan (negara) melalui suatu putusan pengadilan. Oleh karena itu pihak kreditur yang telah dirugikan tersebut dapat melakukan upaya hukum litigasi dengan cara melakukan perlawanan terhadap putusan pengadilan tersebut dengan mengajukan gugatan perdata ke pengadilan.
Menurut Monang Tamasar Nainggolan selaku Collection Heas/ Collection Coordinator PT. Oscar Kredit Ekspress, langkah awal upaya hukum yang dilakukan oleh PT. Oscar Kredit Ekspress setelah menerima laporan dari Hariani selaku pemberi fidusia tentang kasus pencurian yang dilakukan oleh Suriadi Alias Adi Klowor pada sebelum dan saat pemeriksaan perkara pidana nomor 632/Pid.B/2014/PN.Stb di Pengadilan Negeri Stabat telah menerangkan kepada terlawan dalam hal ini adalah Jaksa Penunutu Umum pada Kejaksaan Negeri Stabat bahwa objek sengketa adalah milik PT.Oscar Kredit Ekspress dan menunjukkan bukti kepemilikannya, dimana PT.Oscar Kredit Ekspress sebagai penerima fidusia dari Hariani sebagai pemberi fidusia dan membuat Akta Jaminan Fidusia dengan Nomor Akta : 1268 dimana PT. Oscar Kredit Ekspress menerima jaminan fidusia dari Hariani atas objek jaminan objek sengketa, dimana jaminan fidusia ini diberikan untuk menjamin pelunasan hutang pemberi fidusia yang wanprestasi. Disamping itu PT. Oscar Kredit Ekspress juga telah menemui dan memohon kepada Jaksa Penuntut Umum dan Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini agar diperiksa sebagai saksi dalam rangka permohonan pinjam pakai objek sengketa dan membawa dokumen bukti kepemilikan objek sengketa, PT.
Oscar Kredit melalui perwakilannya ingin member keterangan di persidangan
bahwa objek sengketa adalah milik PT. Oscar Kredit Ekspress dan bukanlah milik terdakwa Supriadi Alias Adi Klowor dan juga PT. Oscar Kredit Ekspress bersedia menghadirkan debitur yang bernama Hariani di persidangan untuk memberikan keterangan bahwa objek sengketa adalah milik PT. Oscar Kredit akan tetapi permohonan ini ditolak tanpa alasan yang jelas. Dengan tidak dikabulkannya permohonan tersebut, maka kedudukan hukum 1 (satu) unit mobil pick up merk Suzuki Carry tersebut tetap berada dalam penyitaan negara melalui Pengadilan Negeri Stabat sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.48
PT Oscar Kredit Ekspress tidak melakukan perlawanan atas penyitaan objek jaminan fidusia yang dilakukan oleh Pengadilan Negeri Stabat karena dipandang tidak akan berhasil karena pihak Pengadilan Negeri Stabat memiliki dalil hukum bahwa objek jaminan fidusia yang disita tersebut harus diamankan karena terkait dengan barang bukti.
Pada prinsipnya pemberi jaminan fidusia dalam perjanjian kredit pada perusahaan pembiayaan bertujuan untuk melindungi kreditur pemegang jaminan fidusia dalam rangka pelunasan piutangnya, apabila debitur wanprestasi. Tetapi dalam kenyataannya bila terjadi penyitaan objek jaminan fidusia oleh Negara melalui pengadilan yang terkait dengan kasus tindak pidana maka jaminan perlindungan hukum terhadap kreditur pemegang sertipikat jaminan fidusia dalam pengambilan pelunasan piutangnya menjadi sulit untuk dilaksanakan karena objek jaminan fidusia tersebut telah disita oleh negara disebabkan atas tindakan ataupun
48 Wawancara dengan Monang Tamasar Nainggolan, Collection Head PT. Oscar Kredit Ekspress, pada hari Jum’at, 31 Maret 2017, Pukul 11.00 WIB di ruang kerjanya
kelalaian debitur.
Walaupun kreditur pemegang jaminan fidusia tidak mengetahui bahwa pemberi jaminan fidusia telah merentalkan mobil tersebut dan berkeinginan untuk melakukan over kredit, karena sudah tidak sanggup lagi melakukan pembayaran, namun tindakan pemberi jaminan fidusia tersebut mengakibat kerugian materil bagi kreditur pemegang jaminan fidusia karena tidak dapat melaksanakan eksekusi terhadap objek jaminan jaminan fidusia tersebut.
Dengan disitanya objek jaminan fidusia tersebut maka kreditur pemegang jaminan fidusia yang seharusnya berhak untuk mengeksekusi objek jaminan fidusia menjadi terabaikan karena objek jaminan fidusia yang akan dieksekusi kreditur pemegang jaminan fidusia tersebut telah diambil alih secara paksa oleh negara melalui suatu putusan penyitaan oleh pengadilan atas permohonan penyidik.49
Perlindungan hukum yang telah diberikan oleh UUJF No. 42 Tahun 1999 kepada kreditur pemegang jaminan fidusia menjadi tidak memiliki kekuatan hukum lagi pada saat kreditur tersebut berhadapan dengan putusan pengadilan yang melakukan penyitaan terhadap objek jaminan fidusia dalam suatu kasus tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh Suriadi Alias Adi Klowor. Putusan pengadilan yang telah menyita objek jaminan fidusia milik pemberi jaminan fidusia mengakibatkan juga terjadinya kerugian terhadap pihak ketiga yakni kreditur pemegang jaminan fidusia. Oleh karena itu, upaya hukum yang dapat dilakukan oleh kreditur pemegang jaminan fidusia untuk mempertahankan dan
49 Ibid, hal. 77
melindungi hak-haknya adalah mengajukan gugatan secara perdata terhadap debitur karena telah melakukan perbuatan melawan hukum (onrechmatigedaads) yang telah mengakibatkan kerugian terhadap kreditur pemegang jaminan fidusia.
Dalam kasus penyitaan objek jaminan fidusia yaitu 1 (satu) unit mobil pick up merk Suzuki Carry pihak kreditur jaminan fidusia yakni PT Oscar Kredit Ekspress melakukan upaya hukum terhadap Kejaksaan Negeri Stabat untuk segera menyerahkan 1 (satu) unit mobil pick up merk Suzuki Carry atas nama Yohannes, SE dalam keadaan baik tanpa syarat kepada PT Oscar Kredit Ekspress dan memohon gugatan ganti rugi kepada Kejaksaan Negeri Stabat untuk membayar segala kerugian yang diderita PT Oscar Kredit Ekspress sebesar Rp. 170.477.019,- (seratus tujuh puluh empat ratus tujuh puluh tujuh sembilan belas rupiah) beserta penambahan hutang berjalan berikut bunga dan denda yakni 0,5% perhari dari jumlah angsuran selama 30 (tiga puluh) hari ditambah lagi biaya penalty 10% dari seluruh tunggakan (angsuran dan denda) hingga putusan berkekuatan hukum tetap.
Akibat adanya perampasan terhadap objek jaminan fidusia dapat mengakibatkan perjanjian fidusia menjadi hapus karena dalam perjanjian fidusia objek jaminan fidusia merupakan salah satu unsur penting dari perjanjian fidusia, bahwa terdapat suatu konsekuensi hukum apabila suatu objek jaminan fidusia tersebut kehilangan hak kebendaannya. Salah satu hal yang membuat hapus hak-hak kebendaan dapat terjadi karena musnahnya benda, maka hak-hak atas benda tersebut ikut lenyap dan pencabutan hak, penguasa publik dapat mencabut hak kepemilikan seseorang tersebut dengan syarat harus didasari dengan
undang-undang. Dalam perikatan ini, hal yang dapat menghapuskan perikatan yaitu hapusnya barang yang dimaksudkan dalam perjanjian.
Menurut Pasal 1444 BW bahwa jika suatu barang tertentu menjadi pokok suatu persetujuan musnah, tak dapat diperdagangkan, atau hilang hingga tak diketahui sama sekali apakah barang itu masih ada atau tidak, maka hapuslah perikatannya. Bahkan meskipun debitur lalai menyerahkan barang tersebut, diapun akan bebas dari perikatan apabila dapat membuktikan bahwa hapusnya barang itu disebabkan oleh suatu kejadian diluar kekuasannya.50 Menurut Pasal 26 Undang-undang Jaminan Fidusia jaminan fidusia hapus karena hapusnya utang, pelepasan hak atas jaminan fidusia, musnah benda yang menjadi objek jaminan fidusia, tidak mengatur mengenai jaminan fidusia yang dirampas oleh negara.
Perampasan objek jaminan fidusia oleh negara menyebabkan peralihan penguasaan kepada negara sehingga menyebabkan dapat hilangnya hak penerima jaminan fidusia untuk mengeksekusi objek benda yang telah dibebankan fidusia.
Dalam hal ini akibat perampasan tersebut dapat menimbulkan konsekuensi hapusnya jaminan fidusia apabila objek jaminan fidusia tersebut kehilangan hak kebendaannya.
Mengingat bahwa perjanjian jaminan fidusia adalah merupakan perjanjian yang bersifat ikutan yakni tidak bisa terjadi tanpa adanya perjanjian pokok, maka dengan hapusnya perjanjian fidusia tidak serta merta menghapuskan perjanjian pokoknya. Artinya, perjanjian pokok tetap berlaku selama perjanjian tersebut sah mempunyai kekuatan hukum layaknya undang-undang (asas pacta sun servanda)
50 Opcit. Hal.110.
dan tidak bertentangan dengan Pasal 1320 BW tentang syarat sah suatu perjanjian.
Terkait dengan status hukum benda yang dijadikan objek jaminan fidusia, sebagaimana telah dikemukan pada uraian sebelumnya, bahwa upaya pemberian hak pada kreditur dengan tujuan sebagai agunan. Hal ini menunjuk pada cirri umum dari hak jaminan bahwa pengalihan hak milik terhadap suatu benda diperuntukkan sebagai agunan (jaminan).
Jadi disini status hukum benda yang dijadikan objek jaminan fidusia yang dirampas oleh negara tersebut adalah sebagai benda jaminan yang mempunyai sifat droit de suite. Dengan adanya sifat seperti itu perusahaan pembiayaan sebagai penerima fidusia mempunyai hak mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda itu berada.
BAB III
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR PENERIMA JAMINAN FIDUSIA TERHADAP OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG
DISITA OLEH NEGARA MELALUI PUTUSAN PENGADILAN BERKAITAN DENGAN KASUS TINDAK PIDANA
PENCURIAN
A. Kasus Posisi
PT Oscar Kredit Ekspress merupakan perusahaan/badan hukum yang bergerak dibidang pembiayaan kepemilikan mobil/kredit mobil, yang didirikan sesuai Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Jo Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahan Pembiayaan, dan dalam menjalankan usahanya selama ini telah memberikan konstribusi yang positif dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat berupa pajak,retribusi dan mempekerjakan banyak tenaga kerja serta meningkatkan ekonomi riil di tengah masyarakat. Dalam menjalankan roda usahanya PT Oscar Kredit Ekspress telah memberikan fasilitas pembiayaan pembeliaan kendaraan bermotor kepada debitur yang bernama Hariani atas 1 (satu) unit mobil Suzuki Futura (Adi Putro) ST 150 pick up warna hitam nomor polisi BK 9634 PH yang menjadi objek sengketa.
Fasilitas pembiayan pembelian objek sengketa yang diberikan PT Oscar Kredit Ekspress kepada debitur yang bernama Hariani atas permohonan debitur tanggal 5 Juli 2013 dimana perjanjian pembiayaan pembelian objek sengketa yang diberikan PT Oscar Kredit Ekspress kepada debitur tertuang dalam perjanjian sewa beli nomor: 7900-01399-40001 dengan tanggal 5 Juli 2013. Debitur telah menyetujui harga kendaraan adalah sebesar Rp. 72.000.000,-(tujuh puluh dua juta
rupiah) dan pembayaran objek sengketa yang dilakukan oleh debitur kepada kreditur dilakukan berdasarkan perjanjian sewa beli dengan jangka waktu angsuran 36 bulan, terhitung perjanjian kontrak ditandatangani pada tanggal 5 Juli 2013 hingga berakhir pada tanggal 5 Juli 2016 dimana pembayaran uang muka debitur kepada kreditur sebesar Rp. 14.760.000,- (empat belas juta tujuh ratus enam puluh ribu rupiah) dengan besar pinjaman pokok berikut bunga debitur sebesar Rp. 77.417.100,-(tujuh puluh tujuh huta empat ratus tujuh belas ribu seratus rupiah) dan pembayaran angsuran sewa setiap bulannya harus dibayarkan setiap tanggal 5. Dan berdasarkan perjanjian yang dilakukan antara debitur dengan kreditur dijelaskan bahwa selama seluruh kewajiban debitur terhadap kreditur belum dipenuhi maka status debitur adalah sebagai peminjam atau penyewa objek sengketa meskipun surat-surat dan bukti kepemilikan objek sengketa bukan atas nama kreditur akan tetapi debitur selaku peminjam atau penyewa dilarang untuk menjual, mengalihkan, memindahtangankan, memindah alamatkan, menggadaikan atau apapun namanya yang berakibat objek sengketa yang tidak lagi berada dalam kekuasaan debitur. Selama pembayaran angsuran debitur kepada debitur belum lunas seluruhnya maka debitur harus menyerahkan BPKB asli kendaraan dalam kekuasaan debitur dan selama seluruh kewajiban debitur terhadap kreditur belum dipenuhi maka status debitur adalah penyewa atau peminjam objek sengketa yang berarti objek sengketa disepakati adalah milik kreditur.
Dengan tidak ditepatinya pelaksaan angsuran sewa beli sesuai dengan tanggal jatuh tempo oleh debitur telah membuktikan bahwa debitur telah
wanprestasi sehingga tanpa diperlukan teguran terlebih dahulu dari kreditr maka debitur dapat dikenai sanksi, dimana apabila tebitur terlambat membayar angsuran kepada kreditur akan dikenakan denda sebesar 0,5% per hari dari jumlah angsuran yang tertunggak, dan apabila terlambat membayar angsuran selama 30 hari ditambah biaya penalty sebesar 10% dari seluruh tunggakan (angsuran dan denda). Jika debitur tidak juga meyelesaikan kewajibannya kepada kreditur maka debitur dan kreditur sepakat perjanjian sewa beli nomor: 7900-01399-4001 batal demi hukum sehingga tidak diperlukan lagi surat teguran terlebih dahulu dan tanpa melalui putusan hakim karena para pihak telah setuju dan sepakat untuk melepaskan ketentuan Pasal 1266 dan 1267 KUHPerdata, sebagai konsekuensi debitur bersedia menyerahkan objek sengekta kepada kreditur dan juga debitur menyetujui dan member kuasa dengan hak subsitusi kepada kreditur untuk menarik dan mengambil objek sengketa dimanapun objek sengketa itu berada.
Kemudian objek sengketa yang akan ditarik kreditur dari debitur akan dijual atau dilelang di bawah tangan oleh kreditur dengan harga pasar dan hasil penjualan akan digunakan untuk melunasi angsuran, denda, biaya lain yang timbul akibat penarikan yang dilakukan oleh kreditur dari debitur, jika dalam hal ini masih terdapat kekurangan maka akan dibebankan kepada debitur dan jika dalam hal kelebihan maka akan dikembalikan kepada debitur.
Untuk menjamin agar debitur melakukan pembayaran angsuran dengan tertib dan melunasi hutang atau kewajiban debitur kepada kreditur maka debitur dan kreditur sepakat mengikatkan diri dengan Surat Perjanjian Sewa Beli Nomor 7900-01399-4001 tanggal 5 Juli 2013 kemudian kreditur meminta debitur
menyerahkan hak milik atas objek sengekta kepada kreditur sebagai jaminan secara fidusia.
Kemudian PT Oscar Kredit Ekspress sebagai penerima fidusia dan Debitur Hariani sebagai pemberi fidusia membuat Akta Jaminan Fidusia pada tanggal 16 Agustus 2013 dengan nomor Akta : 1268 yang dibuat dihadapan Notaris Alwine Rosdiana Pakpahan, SH berkedudukan di Sumatera Utara, dimana PT Oscar Kredit menerima fidusia dari pemberi fidusia dengan nilai penjamin sebesar Rp. 72.000.000,- atas objek jaminan 1 (satu) unit mobil Suzuki Futura jenis pick up nomor polisi BK 9634 PH atas nama Yohannes, SE dimana jaminan fidusia ini diberikan untuk menjamin pelunasan utang pemberi fidusia sebesar Rp. 72.000.000,- berdasarkan perjanjian sewa beli nomor : 7900-01399-4001 bertanggal 5 Juli 2013.
Akta Jaminan Fidusia Nomor : 1268 bertanggal 16 Agustus 2013 yang dibuat dihadapan Notaris Alwine Rosdiana Pakpahan, SH telah didaftarkan oleh PT.Oscar Kredit Ekspress di Kantor Pendaftaran Fidusia pada Kantor Wilayah Sumatera Utara Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia yang dibuktikan dengan tertibnya Sertifikat Jaminan Fidusia Nomor : W2.120808.AH.05.01 tahun 2013 pada tanggal 16 Agustus 2013 , sehingga jaminan fidusia secara yuridis lahir sejak tanggal 16 Agustus 2013 sebagai ketentuan Pasal 14 (3) Undang-Undang nomor 42 Tahun 1999 oleh karena Sertifikat Jaminan Fidusia Nomor : W2.120808.AH.05.01 tahun 2013 bertanggal 16 Agustus 2013 mencantumkan irah-irah “ Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” sehingga sertifikat dini disamakan dengan Putusan
Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (inkhract van gewijde).
Debitur Hariani hanya membayar angsuran objek sengketa sebanyak 13 (tigabelas) kali kepada PT. Oscar Kredit Ekspress /Kreditur terhitung sejak tanggal 5 Agustus 2014 debitur sampai sekarang tidak pernah membayar angsuran kepada PT. Oscar Kredit Ekspress.Kreditur, sehingga dalam hal ini debitur telah melakukan cacat janji (wanprestai) kepada PT. Oscar Kredit , sehingga berdasarkan hal tersebut objek fidusia dengan sendirinya menjadi milik penerima fidusia atau PT. Oscar Kredit Ekspress, maka PT. Oscar Kredit Ekspress sebagai kreditur atau penerima fidusia dapat melakukan eksekusi atas objek jaminan/objek sengketa (Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999).
Pada tahun 2014 PT. Oscar Kredit Ekspress mendapati bahwa objek jaminan fidusia tersebut telah disita oleh negara sebagaimana tercantum di dalam putusan Pengadilan Negeri Stabat Nomor: 632/Pid.B/2014/PN Stb bertanggal 27 Nopember 2014 atas nama terdakwa Supriadi Alias Adi Klowor sepanjang terhadap mengenai amar barang bukti berupa objek sengketa yang dinyatakan dirampas untuk negara dimana putusan tersebut telah berkekuatan hukum tetap, maka secara yuridis mobil tersebut menjadi milik negara yang nantinya kemudian Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Stabat melalui kantor pelayanan kekayaan dan lelang (KPKNL) Medan akan menjual secara lelang objek sengketa dan hasilnya dimasukkan ke kas negara atas nama Jaksa (Pasal 273 ayat (3), (4) Undang-undang Nomor 8 tahun 1981).
Di dalam persidangan saksi-saksi menjelaskan kepada hakim bahwa barang bukti 1 (satu) unit mobil pick up merk Suzuki Carry BK 9634 PH adalah mobil yang dibeli terdakwa (Supriadi Als Adi Klowor) secara kredit dan uang mukanya adalah berasal dari hasil penjualan mobil truk tersebut” adalah keterangan tidak benar dan tidak berdasarkan hukum, selanjutnya terlawan tidak dapat membuktikan atau menghadirkan alat bukti yang menyatakan objek sengketa adalah milik terdakwa Supriadi Alias Adi Klowor atau membuktikan terjadi peralihan hak antara terdakwa Supriadi Alias Adi Klowor dengan debitur (Hariani) maupun dengan PT. Oscar Kredit Ekspress dan kalau pun ada bukti peralihan hak itu adalah tidak salah dan melawan hukum.
PT.Oscar Kredit Ekpress pada saat sebelum dimulainya persidangan telah menemui dan memohon kepada Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Stabat dan Majelis Hakim yang memeriksa perkara pidana No.632/Pid.B/2014/PN.Stb atas nama terdakwa Supriadi Alias Adi Klowor agar diperiksa sebagai saksi dalam rangka permohonan pinjam pakai objek sengketa sambil membawa dokumen bukti kepemilikan objek sengketa, dimana PT.Oscar Kredit Ekspress ingin memberi keterangan dipersidangan bahwa objek sengketa adalah milik PT.Oscar Kredit Ekspress dan bukanlah milik terdakwa Supriadi Alias Adi Klowor dan PT.Oscar Kredit Ekspress juga bersedia menghadirkan debitur yang bernama Hariani di persidangan untuk bersaksi bahwa objek sengketa adalah milik PT.Oscar Kredit Ekspress, akan tetapi permohonan ini ditolak tanpa alasan yang jelas, sehingga sikap Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Stabat dan Majelis Hakim yang memeriksa perkara pidana
No.632/Pid.B/2014/Pn.Stb ini sangatlah merugikan hak dan kepentingan PT.Oscar Kredit Ekspress
Adapun bentuk kerugian tersebut adalah sejumlah hutang debitur yang hingga saat ini masih tertunggak, yang seharusnya apabila objek sengketa dikembalikan kepada PT. Oscar Kredit Ekspress dan dijual secara lelang hasil penjualannya dan dapat mengurangi kerugian dari PT. Oscar Kredit Ekspress, akan tetapi karena dalam putusan perkara aquo objek sengketa dirampas untuk negara menyebabkan hutang debitur tidak terlunasi malah akan semakin bertambah. PT. Oscar Kredit Ekspress memperkirakan kerugian yang dialami sebesar Rp. 170.477.019 (seratus tujuh puluh juta empat ratus tujuh puluh tuju ribu sembilan belas rupiah).
Perlawanan yang dilakukan oleh PT. Oscar Kredit Ekspress dianggap telah
Perlawanan yang dilakukan oleh PT. Oscar Kredit Ekspress dianggap telah