• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Dan Kedudukan Bank Sentral

Dalam dokumen 296541483 Buku hukum Perbankan indonesia (Halaman 39-42)

Bank Sentral merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam perekonomian, terutama di bidang moneter, keuangan dan perbankan. Peran tersebut tercermin pada tugas-tugas utama yang dimiliki oleh Bank Sentral, yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan mengawasi bank,serta menjaga kelancaran sistem pembayaran. Tugas utama tersebut tidak selalu sama antara satu bank sentral dengan bank sentral lainnya. Misalnya, terdapat bank sentral yang hanya bertugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta menjaga kelancaran sistem pembayaran, sementara terdapat juga bank sentral lain yang hanya bertugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Tugas utama yang pada umumnya dimiliki oleh bank sentral tersebut, juga dimiliki oleh Bank Indonesia selaku bank sentral Republik Indonesia.

Bab ini akan menguraikan segi kelembagaan Bank Indonesia dalam rangka menjalankan tugas-tugasnya sebagai bank sentral. Uraian akan didahului dengan perkembangan status dan kedudukan bank sentral yang bermula dari bank umum yang diberi tanggung jawab khusus, sampai dengan perkembangannya yang terkini. Dalam bab ini dibahas juga gambaran tugas-tugas bank senral di beberapa negara. Berikutnya akan dibahas perkembangan status dan kedudukan Bank Indonesia sebagai bank sentral Republik Indonesia. Pembahasan meliputi periode sebelum kemerdekaan, periode awal kemerdekaan, periode UU No. 11 tahun 1953 yang merupakan awal berdirinya Bank Indonesia, periode UU No. 13 Tahun 1968, sampai dengan periode UU No. 23 Tahun 1999. Setelah itu, akan diuraikan tujuan dan tiga tugas pokok Bank Indonesia yang merupakan pilar dalam pencapaian tujuan dan dilanjutkan dengan pembahasan mengenai hubungan Bank Indonesia dengan pemerintah dan badan-badan internasional dalam rangka pelaksanaan tugasnya. Terakhir akan diuraikan mengenai independensi, akuntabilitas dan transparansi yang melekat pada Bank Indonesia dengan diberlakukannya undang-undang mengenai Bank Indonesia yang baru , yaitu UU No. 23 Tahun 1999. Berbagai aspek

82 penting yang diatur dalam amandemen UU Bank Indonesia, yaitu UU No. 3 Tahun 2004, akan disampaikan dalam berbagai bagian yang terkait dengan amandemen dimaksud.

Bank Sentral pada mulanya berkembang dari suatu bank yang mempunyai tugas sebagaimana dilakukan oleh bank-bank pada umumnya atau yang dikenal dengan sebutan bank komersial. Secara gradual bank sentral diberi tugas dan tanggung jawab yang lebih besar dan berbeda dari bank komersial, yaitu dalam pengaturan dan kebijakan seperti menerbitkan uang (kertas dan logam) dan bertindak sebagai agen dan bankir pemerintah. Dalam perkembangan selanjutnya, bank yang kemudian dikenal sebagai bank sentral memiliki tugas dan tanggung jawab yang lebih terkait dengan pengaturan dan kebijakan, dan dilepaskan dari berbagai tugas dan tanggung jawab yang pada umumnya dilakukan oleh bank komersial.

Pada awalnya bank sentral disebut sebagai bank of issue ‘bank sirkulasi’ karena tugasnya dalam menerbitkan uang kertas dan logam sebagai alat pembayaran yang sah dalam suatu negara dan mempertahankan konvensi uang dimaksud terhadap emas atau perak atau keduanya. Dengan berkembangnya perekonomian, alat pembayaran yang dipergunakan dalam berbagai transaksi ekonomi dan keuangan semakin berkembang pula dan tidak hanya terbatas pada uang kertas dan logam. Masyarakat banyak melakukan pembayaran melalui penarikan rekening giro dan simpanan di bank dengan Anjungan Tunai mandiri (ATM), kartu debet, cek, bilyet giro, wesel dan sebagainya. Proses pembayaran juga tidak hanya dilakukan secara langsung antara pelaku transaksi, tetapi juga semakin banyak melalui bank dan lembaga keuangan lainnya. Cara-cara pembayaran demikian melibatkan suatu proses penyelesaian transaksi antar bank di suatu daerah, antar daerah, bahkan antar negara yang dikenal dengan sebutan proses kliring. Sejalan dengan itu, bank sentral diperlukan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran tersebut, dan bahkan melaksanakan sistem pembayaran itu sendiri khususnya dalam hal belum ada pihak swastayang menyelenggarakannya.

Dengan semakin berkembangnya perekonomian, pengendalian jumlah uang beredar merupakan faktor yang sangat penting dalam seluruh kegiatan ekonomi suatu negara, sebagaimana dikemukakan oleh

Walter Bagehot bahwa money will not manage itself. Hal ini terkait dengan diperlukannya uang untuk membiayai seluruh kegiatan ekonomi, seperti investasi dan perdagangan, untuk meningkatkan produksi dan pendapatan, membuka lapangan kerja, dan pada gilirannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Apabila jumlah uang beredar berlebihan dan tidak dikendalikan secara benar, maka akan terjadi inflasi yang akan menghambat peningkatan pendapatan riil masyarakat dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Demikian sebaliknya, apabila jumlah uang beredar terlalu sedikit, maka kegiatan ekonomi akan terhambat. Untuk itulah diperlukan suatu lembaga bank sentral yang berperan untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Terutama untuk mengatur dan mengendalikan peredaran uang dalam perekonomian.

Keberadaan bank sentral juga diperlukan untuk mengatur dan mengawasi perbankan agar aktifitasnya dapat berkembang sehat dan berjalan lancar sehingga dapat mendorong kegiatan ekonomi. Hal itu mengingat bahwa keberadaan regulator yang tidak berpihak akan membawa bank-bank dapat melaksanakan operasinya secara efisien dan mampu memajukan perkembangan perekonomian. Contohnya, kalau tidak ada regulator, maka kepentingan para deposan akan kurang mendapat perhatian, dan juga akan dapat muncul praktek-praktek yang merugikan kepentingan nasabah suatu bank. Demikian pula, bank-bank kecil dapat mengalami kesulitan karena belum tentu mampu bersaing dengan bank-bank yang lebih besar dan kuat. Selain sebagai regulator, bank sentral juga diperlukan untuk berperan sebagai banker’s bank

dalam menjalankan fungsinya sebagai lender of last resort ’pemberi pinjaman terakhir’ bagi bank-bank yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek (likuiditas) dan tidak dapat memperoleh pinjaman dari bank lain.

Dengan berekembangnya peran seperti diuraikan di atas, bank sentral tidak lagi identik dengan bank komersial atau lembaga keuangan lainnya. Masyarakat umum tidak dapat lagi menyimpan uangnya atau meminta kredit atau mentransfer uang di bank sentral. Bank sentral dibentuk sebagai regulator dan pembuat kebijakan untuk mencapai suatu tujuan sosial ekonomi tertentu yang menyangkut kepentingan nasional atau kesejahteraan umum, seperti stabilitas harga dan

84 perkembangan ekonomi. Dalam perkembangan selanjutnya, untuk dapat melaksanakan perannya, bank sentral mempunyai beberapa kewenangan antara lain : 1). mengedarkan uang sekaligus mengatur jumlah uang beredar, 2). Mengatur dan mengawasi kegiatan perbankan, 3). Mengembangkan sistem pembayaran, dan 4). Mengembangkan sistem perkreditan.

Peran dan tugas bank sentral tersebut umumnya telah diterapkan di banyak negara dewasa ini. Meskipun demikian, cakupan tugas bank sentral bervariasi dari satu negara ke nagar lain. Sementara itu, di sejumlah negara yang sedang berkembang peran bank sentral jauh lebih luas, yaitu termasuk juga sebagai agen pembangunan. Disamping menjalankan tugas-tugas tersebut diatas, bank sentral juga diminta untuk melayani kebutuhan pembiayaan pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah karena terbatasnya sumber-sumber dana untuk pembiayaan pembangunan. Dalam hal ini, perlu dicatat bahwa pengalaman di berbagai negara, termasuk Indonesia, tuntutan peran bank sentral untuk membiayai pengeluaran pemerintah secara berlebihan telah menyulitkan pelaksanaan tugas kebijakan moneter dan berdampak buruk pada meningkatnya inflasi dan perekonomian secara keseluruhan.

Dalam dokumen 296541483 Buku hukum Perbankan indonesia (Halaman 39-42)