• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2. Status Gizi Penderita Jantung Koroner

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan di lapangan di dapat Indek Masa Tubuh (IMT) penderita jantung koroner yang status gizinya gemuk (25,1 - > 27,0 kg) sebanyak (81,4%), sedangkan responden yang mempunyai status gizi normal (18,5 – 25,0 kg) ada (18,6%) ini dapat dilihat pada tabel 4.20. (halaman. 44).

Kegemukan dapat terjadi karena pola makan yang berlebihan disamping kurangnya pengetahuan mengenai gizi yang memadai untuk seseorang. Pola perilaku dengan makan yang berlebihan terutama karbohidrat dan lemak cenderung meningkatkan resiko penyakit jantung koroner.

Obesitas meningkatkan kerja jantung dan hipertrofi organ dengan peningkatan berat badan sehingga volume darah dan tekanan darah cenderung meningkat. Obesitas atau kegemukan cenderung menimbulkan peningkatan lemak darah, tekanan darah dan kadar gula darah. Obesitas atau kegemukan berarti pula berkurangnya olah raga yang dilakukan. Semua faktor ini meningkatkan kemungkinan memperoleh serangan jantung. Obesitas atau kegemukan berkaitan erat dengan gaya hidup tertentu termasuk diit atau makanan yang berlebihan serta latihan fisik yang kurang.

Kegemukan dan kurang aktivitas merupakan salah satu faktor risiko PJK, namun berbeda dengan faktor risiko yang lain, kegemukan mendorong timbulnya faktor risiko yang lain seperti diabetes melitus, hipertensi yang pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko PJK. Tekanan darah tinggi tidak jarang terjadi pada penderita obesitas. Kelebihan berat badan memaksa jantung bekerja lebih keras. Adanya beban

ekstra bagi jantung itu, ditambah dengan terjadinya pengerasan pembuluh darah arteri koroner, cenderung mendorong terjadinya kegagalan jantung (Soeharto, 2000).

Penyakit jantung koroner merupakan penyakit degeneratif atau menurut teori tidak ada obat yang dapat menyembuhkan akibat penyakit jantung. Oleh karena itu tujuan umum pengobatan penyakit jantung koroner adalah memperpanjang umur dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu penatalaksanaan makanan atau terapi diit yang berguna untuk menjaga tingkat kesehatan optimal penderita agar dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Pada penderita yang kegemukan pengaturan makanan dimaksudkan juga untuk mengembalikan penderita keberat badan ideal (Krisnatuti dan Yenrina, 1999).

Berdasarkan tabel 4.21. (halaman. 44), hasil penelitian menunjukkan bahwa dari susunan makan atau metode recall yang dikonsumsi responden dan dilakukan perbandingan terhadap Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang mempunyai tingkat konsumsi ≥ 100% AKG dan dikategorikan gizi baik/lebih sebanyak (86%), sedangkan yang mempunyai tingkat konsumsi 80-99% AKG dan dikategorikan mempunyai gizi sedang ada (14%).

Berdasarkan tabel 4.22. (halaman 44) dari hasil tabulasi IMT dengan pola makanan pokok menunjukkan bahwa responden yang mempunyai gizi gemuk karena banyak mengkonsumsi sumber makanan pokok sebesar (62,8%). Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh akibatnya terjadi berat badan lebih atau kegemukan, bisa disebabkan oleh kebanyakan makan dalam hal karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga kerena kurang bergerak. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh yang merupakan resiko untuk menderita diabetes militus, hipetensi, penyakit

kanker, penyakit jantung koroner dan dapat memperpendek harapan hidup (Almatsier, 2001).

Berdasarkan tabel 4.23. (halaman 45) dari hasil tabulasi IMT dengan jumlah lauk hewani menunjukkan bahwa responden yang mempunyai gizi gemuk karena banyak mengkonsumsi lauk hewani sebesar (62,8%). Terjadinya penyakit jantung koroner disebabkan karena :

a. Responden banyak mengkonsumsi jenis makanan yang berasal dari lauk hewani yaitu ayam, daging dan telur.

b. Responden tidak mengikuti anjuran dokter untuk mengurangi makanan yang tinggi lemak seperti ayam, daing dan telur.

Peningkatan lemak badan mencerminkan peningkatan energi total yang tersimpan maka kelebihan lemak terjadi karena ada ketidakseimbangan antara energi yang diperoleh dari makanan dengan energi yang digunakan untuk kebutuhan harian. Lemak tidak dapat larut dalam darah kecuali terikat oleh protein tertentu. Lemak akan mengalami peecahan asam lemak bebas, trigliserida dan kolesterol (Bustan, 2000).

Hasil penelitian dan tabulasi silang antara IMT dengan jumlah konsumsi lauk nabati di dapat responden yang mempnyai gizi lebih sehingga mengakibatkan berat badan bertambah (gemuk) ada (51,2%).

Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit kardiovaskuler (salah satunya penyakit jantung koroner) ditandai oleh diet yang terlalu kaya kalori, lemak jenuh, kolesterol dan garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tidak terkendalikan dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan, 1991).

Hasil tabulasi IMT dengan jumlah konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan banyak responden mempunyai gizi gemuk, meskipun mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan berlebih tetapi mereka tetap makan makanan yang mengandung lemak. Bahkan kadang-kadang responden mengkonsumsi buah yang banyak mengandung lemak misalnya alpokat dan durian.

Sedangkan hasil tabulasi silang IMT dengan minuman dan makanan jajanan banyak yang mempunyai status gizi gemuk. Susu merupakan minuman favorit dari responden karena hampir tiap pagi hari sebelum berangkat kerja banyak dijumpai responden yang minum susu kental manis di kedai kopi sambil ngobrol, juga untuk makanan jajanan dikonsumsi seminggu sekali dan lebih banyak responden makan yang mengandung lemak sepeti bakso dan gorengan.

Makanan yang harus dikurangi bagi penderita penyakit jantung koroner adalah sebagai berikut : daging berlemak, telur, susu penuh (whole milk), jeroan, makanan tinggi kolesterol dan lemak jenuh (Wirakusumah, 2001).

Penderita penyakit jantung koroner harus memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam perawatan diit antara lain :

a. Pembatasan kandungan kalori dalam diit perlu dilakukan, lebih-lebih jika penderita tergolong obesitas atau berat badannya melebihi berat badan ideal.

b. Penggunaan lemak jenuh harus dihindarkan, sedangkan lemak tak jenuh berganda (polyunsaturated fatty acid) yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah, dapat diperbanyak untuk menggantikan lemak jenuh

c. Pemakaian gula dalam diit sehari-hari hendaknya tidak berlebihan, karena konsumsi gula yang tinggi dapat mempermudah terjadinya atherosklerosis.

d. Untuk mengurangi beban kerja jantung porsi makanan sebaiknya kecil dan sering e. Mengurangi garam perlu dilakukan apabila penderita menunjukkan tanda-tanda

kenaikan tekanan darah atau terlihat adanya edema.

f. Bahan makanan yang dapat menimbulkan gas dalam lambung seperti kolo, lobak. durian dan sebagainya tidak diberikan.

g. Bumbu-bumbu yang dapat menimmbulkan rangsangan seperti lombok, merica dan sebagainya hendaknya dihindarkan.

h. Penderita tidak diberi minuman berupa kopi, teh kental atau minuman soda (soft drink) dan alkohol (Moehyi, 1995).

Dokumen terkait