• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Konsumsi Pangan Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSU Kabanjahe Tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pola Konsumsi Pangan Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSU Kabanjahe Tahun 2007"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KONSUMSI PANGAN PENDERITA JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE

TAHUN 2007

SKRIPSI

OLEH

NIM : 051000569

NURLAINI MIKHELENA TARIGAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

POLA KONSUMSI PANGAN PENDERITA JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE

TAHUN 2007

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

NIM : 051000569

NURLAINI MIKHELENA TARIGAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

Kelebihan energi akan mengakibatkan berat badan melebihi dari apa yang seharusnya dan cenderung mempengaruhi terjadinya penyakit degeneratif. Penyakit jantung lebih banyak terdapat pada orang gemuk dari pada mereka yang berat badannya normal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola konsumsi pangan pada penderita penyakit jantung koroner yang berobat jalan di RSU Kabanjahe tahun 2007.

Penelitian ini merupakan survai bersifat deskriptif yang dilakukan dengan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh penderita PJK baik laki-laki atau perempuan yang berobat jalan ke Poliklinik Penyakit Dalam selama tiga bulan yang berjumlah 298 orang, sedangkan sampel berjumlah 43 orang yang diambil secara purposive sampling. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara, formulir food recall dan food frequency makan. Selain itu juga menggunakan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien PJK umumnya berumur > 45 tahun dengan jenis kelamin laki-laki. Mayoritas pasien PJK mempunyai tingkat pendidikan SLTP, yang bekerja sebagai wiraswasta dan berpenghasilan Rp.883.000-Rp.1.500.000. Pola konsumsi pangan penderita PJK yang dilihat dari frekuensi jenis bahan makanan serta jumlah bahan makanan yang dikonsumsi belum sesuai dengan anjuran makan satu hari bagi penderita PJK. Status gizi penderita PJK lebih banyak berada pada kategori kelebihan berat badan berat (81,4%).

Diharapkan agar penderita PJK lebih banyak untuk mengonsumsi makanan yang tinggi serat dan secara rutin melakukan pemeriksaan dini secara menyeluruh (medical check up).

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurlaini Mikhelena Tarigan Tempat/tanggal lahir : Deli Serdang, 19 Desember 1967 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan Status Perkawinan : Sudah kawin

Alamat Rumah : Kompleks RSU Kabanjahe Alamat Kantor : RSU Kabanjahe

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1974 – 1980 : SD Negeri No.104210 Amplas Deli Serdang 2. Tahun 1980 – 1983 : SMP Negeri 1 Tembung Kab. Deli Serdang 3. Tahun 1983 – 1986 : SMA Panca Bakti Kab. Deli Serdang

4. Tahun 1987 – 1992 : Akper Universitas Dharma Agung Medan : 5. Tahun 2005 – sekarang : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT PEKERJAAN

1. Tahun 1995 – 1997 : CPNS Rumah Sakit Umum Kabanjahe 2. Tahun 1997 – Sekarang : PNS Rumah Sakit Umum Kabanjahe

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pola Konsumsi Pangan Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSU Kabanjahe Tahun 2007”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes, selaku Ketua Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat dan selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan petunjuk ataupun saran dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.

4. Bapak dr. Surya Dharma, MPH, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan petunjuk penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Sumatera Utara.

(6)

6. Suamiku tercinta Eddy Sembiring dan anak-anakku tersayang Desi Anggraini, Imay Permata Sari dan Eja Samba Permana yang telah banyak memberikan dukungan doa dalam menghadapi segala hambatan sehingga penulis lebih tegar dan termotivasi menyelesaikan penulisan dan penyusunan skripsi ini.

7. Kepada orang tuaku tercinta dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan moril maupun materiil kepada penulis.

8. Kepada Direktur RSU Kabanjahe yang telah memberilkan ijin penelitian.

9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa, khususnya mahasiswa angkatan tahun 2005 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmatNya kepada semua yang telah membantu penulis.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca.

Medan, Juni 2008 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstract ... ii

Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit jantung Koroner ... 6

2.1.1. Definisi Penyakit Jantung Koroner ... 8

2.1.2. Mekanisme Terjadinya Penyakit Jantung Koroner ... 8

2.2. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner ... 9

2.3. Gejala Penyakit Jantung ... 13

2.4. Faktor-Faktor Penyebab PJK ... 13

2.4.1. Faktor Resiko yang Tidak dapat Diubah (Unchangeable Risk Factors) ... 14

2.4.2. Faktor Resiko yang Dapat Diubah (Changeable Risk Factors) ... 15

2.5. Pola Konsumsi Pangan ... 17

2.5.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan ... 18

2.5.2. Status gizi PJK ... 19

2.5.3. Pengaturan Diet Pada Penderita jantung Koroner ... 20

2.5.4. Makanan yang Boleh dan Tidak Boleh Diberikan Bagi Penderita Penyakit Jantung Koroner ... 21

(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ... 24

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 24

3.2.2. Waktu Penelitian ... 24

3.3. Populasi dan Sampel ... 24

3.3.1. Populasi ... 24

3.3.2. Sampel ... 25

3.4. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.4.1. Jenis Data ... 25

3.4.2. Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.5. Instrumen Penelitian ... 26

3.6. Definisi Operasional ... 27

3.7. Aspek Pengukuran ... 28

3.8. Teknik Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Kabanjahe ... 30

4.2. Data Umum Responden ... 31

4.2.1. Tingkat Pendidikan ... 31

4.2.2. Pekerjaan Responden ... 32

4.2.3. Pendapatan Responden ... 32

4.2.4. Lama Menderita PJK ... 33

4.3. Pola Konsumsi Makan Responden ... 33

4.3.1. Jenis Bahan Makanan dan Frekuensi Konsumsi ... 34

4.3.2. Jumlah Bahan Makanan yang Dikonsumsi Penderita PJK ... 39

4.4. Status Gizi ... 43

4.5. Hasil Tabulasi Indeks Massa Tubuh Dengan Pola Makan ... 44

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pola Konsumsi Makanan ... 48

5.1.1. Konsumsi Makanan Berdasarkan Frekuensi Makan dan Bahan Makanan ... 48

5.1.2. Jumlah Bahan Makanan Yang Dikonsumsi Penderita jantung Koroner ... 51

5.2. Status Gizi Penderita Jantung Koroner ... 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 60

6.2. Saran ... 60

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Makanan Yang Boleh dan Tidak Boleh Diberikan

Kepada Penderita PJK ... 22 Tabel 4.1. Distribusi Berdasarkan Daftar Tenaga Kepegawaian

RSU. Kabanjahe ... 31 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Penderita PJK

di RSU Kabanjahe Tahun 2008 ... 32 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita PJK ]

di RSU Kabanjahe Tahun 2008 ... 32 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penderita PJK

di RSU Kabanjahe Tahun 2008 ... 33 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Penderita PJK

di RSU Kabanjahe Tahun 2008 ... 33 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Penderita PJK

di RSU Kabanjahe Tahun 2008 ... 34 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdsarkan Lama Menderita PJK

di RSU Kabanjahe Tahun 2008 ... 34 Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Konsumsi Berdasarkan Jenis Bahan Makanan

Pokok Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008 ... 35 Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Konsumsi Berdasarkan Jenis Lauk Hewani

Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008 ... 36 Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Konsumsi Berdasarkan Jenis Lauk Nabati

Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008 ... 37 Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Konsumsi Berdasarkan Jenis Sayur-Sayuran

Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008 ... 37 Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Konsumsi Jenis Buah-Buahan

Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe

Tahun 2008 ... 38 Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Konsumsi Berdasarkan Jenis Minuman

Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008 ... 39 Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Konsumsi Berdasarkan Jenis Makanan

Jajanan Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe

Tahun 2008 ... 39 Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Jumlah Bahan Makanan Pokok yang

Dikonsumsi Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe

Tahun 2008 ... 40 Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Jumlah Lauk Hewani yang

Dikonsumsi Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe

(10)

Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe

Tahun 2008 ... 41 Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Jumlah Sayur-Sayuran yang

Dikonsumsi Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe

Tahun 2008 ... 42 Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Jumlah Buah-Buahan yang

Dikonsumsi Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe

Tahun 2008 ... 42 Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Jumlah Minuman yang Dikonsumsi

Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe

Tahun 2008 ... 43 Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Jumlah Makanan Jajanan yang

Dikonsumsi Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe

Tahun 2008 ... 43 Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Status Gizi Penderita Jantung Koroner

di RSU Kabanjahe Tahun 2008 ... 44 Tabel 4.23. Distribusi Frekuensi Tingkat Konsumsi Penderita Jantung

Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008 ... 44 Tabel 4.24. Tabulasi Silang Antara Indeks Massa Tubuh dengan

Jumlah Konsumsi Makanan Pokok Penderita Jantung Koroner

di RSU Kabanjahe Tahun 2008 ... 45 Tabel 4.25. Tabulasi Silang antara Indeks Massa Tubuh dengan Jumlah

Konsumsi Lauk Hewani Penderita Jantung Koroner

di RSU Kabanjahe Tahun 2008 ... 45 Tabel 4.26. Tabulasi Silang antara Indeks Massa Tubuh dengan Jumlah

Konsumsi Lauk Nabati Penderita Jantung Koroner

di RSU Kabanjahe Tahun 2008 ... 46 Tabel 4.27. Tabulasi Silang antara Indeks Massa Tubuh dengan Jumlah

Konsumsi Sayur-Sayuran Penderita Jantung Koroner

di RSU Kabanjahe Tahun 2008 ... 46 Tabel 4.28. Tabulasi Silang antara Indeks Massa Tubuh dengan Jumlah

Konsumsi Buah-Buahan Penderita Jantung Koroner

di RSU Kabanjahe Tahun 2008 ... 47 Tabel 4.29. Tabulasi Silang antara Indeks Massa Tubuh dengan Jumlah

Konsumsi Minuman Penderita Jantung Koroner di RSU

Kabanjahe Tahun 2008 ... 47 Tabel 4.30. Tabulasi Silang antara Indeks Massa Tubuh dengan Jumlah

Konsumsi Makanan Jajanan Penderita Jantung Koroner

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 : Kuesioner Food Frekuensi Makan Penelitian Pola Konsumsi

Pangan Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan Rumah Sakit

Umum Kabanjehe Tahun 2007 ... 64

Lampiran 2 : Kuesioner Food Recall Penelitian Pola Konsumsi Pangan Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kabanjehe Tahun 2007 ... 66

Lampiran 3 : Permohonan Izin Peninjauan Riset/Wawancara/on The Job Training dari Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ... 67

Lampiran 4 : Surat Keterangan Telah Mengadakan Riset/Penelitian dari Rumah Sakit Umum Kabanjahe ... 68

Lampiran 5 : Data Nama-Nama Pasien Penderita PJK ... 69

Lampiran 6 : Data Frekuensi Makan Penderita PJK ... 70

Lampiran 7 : Daftar Food Recall ... 71

(12)

ABSTRAK

Kelebihan energi akan mengakibatkan berat badan melebihi dari apa yang seharusnya dan cenderung mempengaruhi terjadinya penyakit degeneratif. Penyakit jantung lebih banyak terdapat pada orang gemuk dari pada mereka yang berat badannya normal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola konsumsi pangan pada penderita penyakit jantung koroner yang berobat jalan di RSU Kabanjahe tahun 2007.

Penelitian ini merupakan survai bersifat deskriptif yang dilakukan dengan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh penderita PJK baik laki-laki atau perempuan yang berobat jalan ke Poliklinik Penyakit Dalam selama tiga bulan yang berjumlah 298 orang, sedangkan sampel berjumlah 43 orang yang diambil secara purposive sampling. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara, formulir food recall dan food frequency makan. Selain itu juga menggunakan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien PJK umumnya berumur > 45 tahun dengan jenis kelamin laki-laki. Mayoritas pasien PJK mempunyai tingkat pendidikan SLTP, yang bekerja sebagai wiraswasta dan berpenghasilan Rp.883.000-Rp.1.500.000. Pola konsumsi pangan penderita PJK yang dilihat dari frekuensi jenis bahan makanan serta jumlah bahan makanan yang dikonsumsi belum sesuai dengan anjuran makan satu hari bagi penderita PJK. Status gizi penderita PJK lebih banyak berada pada kategori kelebihan berat badan berat (81,4%).

Diharapkan agar penderita PJK lebih banyak untuk mengonsumsi makanan yang tinggi serat dan secara rutin melakukan pemeriksaan dini secara menyeluruh (medical check up).

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Visi Indonesia Sehat 2010 menjelaskan bahwa gambaran masyarakat di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh Wilayah Republik Indonesia, (Depkes RI, 1999).

Perkembangan epidemiologi dimulai dengan perhatian yang lebih besar terhadap penyakit menular dari pada penyakit tidak menular. Namun perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberi andil terhadap perubahan pola fertilitas, sosial ekonomi yang pada gilirannya dapat memacu semakin meningkatnya Penyakit Tidak Menular (PTM). Perubahan pola dari penyakit menular ke penyakit tidak menular dikenal dengan masa transisi epidemiologi, dimana saat penanggulangan penyakit menular belum selesai, jumlah kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) semakin meningkat, (Bustan, 2000).

(14)

masalah baru di dunia kesehatan. Pergeseran pola penyakit di masyarakat yang semula didominasi penyakit menular dan infeksi, saat ini telah beralih ke penyakit degeneratif, misalnya penyakit jantung koroner (PJK), (Krisnatuti, 2000).

Penyakit Jantung Koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung, pemicunya biasanya adalah atherosclerosis. Karena sumbatan ini, terjadi ketidak seimbangan antara masukan dan kebutuhan oksigen otot jantung yang dapat mengakibatkan kerusakan pada daerah yang terkena sehingga fungsinya terganggu, (Siswono, 2005).

Serangan jantung merupakan penyebab kematian dan kesakitan karena kardiovaskuler. Kira-kira 525.000 kematian dalam satu tahun berhubungan dengan serangan jantung : kebanyakan dari mereka yang meninggal adalah pria usia pertengahan. Yang perlu di perhatikan adalah bahwa serangan jantung sering kali datang tanpa peringatan atau dengan hanya sedikit tanda-tanda awal, (Price, 2004).

Penyakit jantung koroner, penyakit tidak menular yang dewasa ini semakin mendapat perhatian dimana insiden cenderung meningkat dan merupakan penyebab kematian utama. World Health Organization (WHO) melaporkan pada tahun 2000 proporsi kematian akibat PJK adalah 12,7% terdiri atas 12,2% kematian pria dan 13,2% kematian wanita.

(15)

jenuh dan gula, rendah serat dan rendah zat gizi mikro. Tentu saja perubahan selera makan yang jauh dari konsep seimbang ini akan berdampak negatif terhadap kesehatan dan status gizi, (Baliwati, 2004).

Tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu masyarakat dapat mengakibatkan terjadinya peralihan pola kehidupan masyarakat, dari pola hidup tradisional ke pola hidup modern. Dengan adanya peningkatan ekonomi tersebut masyarakat akan lebih bebas dalam menentukan kebutuhan hidupnya. Perubahan ekonomi ini juga berpengaruh terhadap pola konsumsi, orang akan lebih menyukai makanan yang enak atau makanan tinggi kalori dan lemak tetapi rendah serat, (Simamora 1996).

Di Indonesia sampai saat ini belum ada penelitian yang bisa mewakili seluruh penduduknya, namun hasil survai SKRT tahun 1992 mengatakan bahwa penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh proses atherosklerosis merupakan penyebab kematian terbesar pada pria diatas usia 40 tahun dan survai terbaru menyatakan bahwa penyakit jantung merupakan penyebab ke dua kematian di Indonesia (Irawan, 1999).

(16)

medis bagian poliklinik jantung, rata-rata per bulan pasien rawat jalan penderita PJK tahun 1999 sebesar 1.172 orang dan rata-rata perbulan tahun 2000 sebesar 1.234 orang.

Berdasarkan Profil Rumah Sakit Umum Kabanjahe Kabupaten Karo tahun 2006, PJK termasuk ke dalam 10 besar penyakit yang rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Kabanjahe, yaitu rata-rata per bulan : 126 orang, atau per hari sekitar 4-5 orang yang datang berobat.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis ingin mengetahui bagaimana pola konsumsi pangan penderita PJK rawat jalan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pola konsumsi pangan penderita PJK rawat jalan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola konsumsi pangan pada penderita PJK rawat jalan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2007.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik penderita PJK (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan, status gizi dan lama menderita PJK).

(17)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi pihak rumah sakit mengenai pola konsumsi pangan pada penderita PJK.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Jantung Koroner

Jantung merupakan suatu organ yang terdiri dari otot, memiliki 4 ruangan, berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan dan berbentuk seperti sebuah kerucut. Jantung terletak pada sisi kiri dari rongga dada bagian atas. Sisi kanan dari jantung terbagi menjadi 2 ruangan : atrium kanan dan ventrikel kanan. Sisi kiri dari jantung terbagi menjadi dua ruangan yaitu atrium kiri dan ventrikel kiri (Hull, 1993).

Jantung merupakan salah satu organ vital dari sekian banyak organ vital lainnya. Jantung terletak dalam rongga dada pada bagian kiri agak ketengah, tepatnya diatas sekat diafragma yang memisahkan rongga dada dengan rongga perut. Fungsi utama jantung adalah sebagai pemompa darah, agar darah bisa bersirkulasi ke seluruh tubuh, (Irawan, 1998).

Darah sendiri berfungsi sebagai pengangkut zat-zat makanan yang diperlukan tubuh, sekaligus juga oksigen. Disamping itu darah juga berfungsi untuk mengangkut zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti sisa-sisa metabolisme dan karbon dioksida untuk dikeluarkan dari tubuh, (Joewono, 2003).

Secara sederhana ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan kita masing-masing dan terdiri dari :

1. Dua ruang atas disebut serambi jantung atau ”atrium” sebelah kanan dan kiri.

Dua ruang bawah disebut bilik jantung atau ”ventrical” sebelah kanan dan kiri. Empat buah klep jantung, dua diantaranya menghubungkan serambi dan bilik

(19)

yang lain mengatur aliran darah keluar jantung dari bilik kiri dan kanan (aorta dan pulmonary).

2. Suatu sistem listrik yang terdiri dari simpul-simpul Sinoatrial node (SA) dan Atrioventricular node (AV) serta serabut syaraf, yaitu suatu kelompok jaringan khusus yang secara periodik dan teratur menyebarkan aliran listrik yang berfungsi sebagai pengatur irama denyut jantung.

Proses pemompaan darah sehingga darah dapat bersirkulasi ke tubuh dan paru-paru mengikuti urutan sebagai berikut :

a. Pada saat jantung sedang relaks (diastole), darah kurang oksigen dari vena

tubuh mengalir ke serambi kanan. Pada saat yang sama, serambi kiri terisi dengan darah yang kaya oksigen dari paru-paru.

b. Pusat listrik (node) yang ada di dalam serambi kanan menembakkan arus

listrik yang menyebabkan kedua serambi berkerut secara serempak. Pada saat yang sama, katup-katup di antara serambi dan bilik terbuka, memungkinkan darah mengalir kedalam bilik.

c. Tahap berikutnya adalah pemompaan dari bilik. Pada tahap ini sinyal listrik dari node yang lain menyebabkan kedua bilik berkerut secara serempak. Ini mendorong darah yang kurang oksigen dari bilik kanan ke dalam paru-paru. Darah yang kaya oksigen dari bilik kiri didesak ke dalam arteri utama yang disebut ”aorta” dan dari sini darah dialirkan ke seluruh tubuh. Klep-klep tertutup untuk menjamin agar tidak ada aliran balik kedalam serambi.

d. Setelah pengerutan bilik, jantung mengendur, dan memungkinkan serambi

(20)

2.1.1. Definisi Penyakit Jantung Koroner

Jantung merupakan mesin pompa darah yang berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan kanan, dan berbentuk seperti kerucut. Jantung terbagi menjadi empat ruangan yaitu dua ruangan atas yang disebut atrium (serambi) dan dua ruang bawah yang disebut ventrikel (bilik), (Irawan, 1998).

Menurut WHO Coronary Heart Desease (PJK) adalah ketidaksanggupan jantung, akut maupun kronik yang timbul karena kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi koroner dan

menurut American Heart Organitation (AHA), PJK merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dinding dalam pembuluh darah disertai adanya plak yang akan mengganggu aliran darah ke otot jantung. Kemudian terjadi kerusakan otot jantung yang akibatnya dapat menggangu fungsi jantung, (Fahmi, 2004).

Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh darah arteri koroner yang memeberi pasokan zat makanan dan O2 ke otot-otot jantung terutama bilik kiri yang memompa darah ke seluruh tubuh, (Sani, 2001). 2.1.2. Mekanisme Terjadinya Penyakit Jantung Koroner

(21)

terjadi penurunan NO akan terjadi peningkatan tegangan vaskuler, mengubah geometri/remodelling, trombosis, inflamasi, oksidasi dan proliferasi. Penyebab disfusi endotel yang akan mengakibatkan atherosklerosis adalah peningkatan LDL, radikal bebas yang disebabkan rokok, hipertensi dan diabetes melitus, keturunan, peningkatan kadar homosistein plasma, infeksi mikroorganisme (seperti kuman clamydia pneumoniae, pelicobacter pylori, virus herves dan hepatitis) dan kombinasi beberapa

faktor. Faktor-faktor resiko tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat menurunkan produksi NO dan aktifitasnya. Penyebab dari disfungsi endotel adalah injury yang akan meningkatkan permeabilitas dan adhesi endotel dengan leukosit atau

platelet. Juga menginduksi endotel mengubah antikoagulan menjadi prokoagulan, molekul vasoaktif, sitokin dan faktor pertumbuhan.

Proses inflamasi ini berlangsung terus dengan meningkatnya jumlah makrofag dan limfosit yang berimigrasi dari darah ke daerah lesi dan akan melepaskan enzim hidrolitik, sitokin dan faktor pertumbuhan dan akhirnya terjadi nekrosis. Adanya akumulasi monosit dan migrasi sel otot polos akan membentuk jaringan fibrosis yang menutup lesi. Garis lemak yang terjadi sejak masa kanak-kanak akan menjadi plak fibrosa serta disusul klasifikasi (pengapuran). Sehingga menimbulkan kekakuan pembuluh darah, (Madiyono, 2003).

2.2. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner

(22)

pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, dan pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset klinis PJK, (Joewono, 2003).

Gambaran klinik adanya PJK dapat berupa angina pectoris, infark miokardium (akut miokard infark), payah jantung (iskemic heart diseases) dan mati mendadak (sudden death). Pada umumnya gangguan suplai darah arteri koronaria dianggap berbahaya bila terjadi penyempitan sebesar 70% atau lebih pada pangkal atau cabang utama arteri koronaria. Penyempitan yang kurang dari 50% kemungkinan belum menampakkan gangguan yang berarti. Keadaan ini tergantung kepada beratnya arterisklerosis dan luasnya gangguan dan apakah serangan itu lama atau masih baru, (Bustan, 2000).

1. Angina Pectoris

Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis berupa serangan sakit dada yang

khas, yaitu seperti ditekan atau rasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Hal ini sering timbul saat pasien melakukan aktifitas dan segera hilang saat aktifitas dihentikan.

Angina pectoris biasanya berkaitan dengan PJK aterosklerotik tetapi dalam

beberapa kasus dapat merupakan kelanjutan dari aterosklerosis aorta berat, insufiensi atau hipertropi kardiomiopati tanpa disertai obstruksi, aortitis sifilitika, peningkatan kebutuhan metabolik (seperti hipertiroidisme atau pasca pengobatan tiroid), anemia yang jelas takikardia proksimal dengan frekuensi ventrikuler cepat, emboli atau spasme koroner), (Mansjoer, 2001).

(23)

sternum yang berada ditengah-tengah dada) yang bisa menjalar kelengan kiri, leher, bahu dan punggung. Dalam hal ini angina pectoris bisa digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :

a. Angina pectoris stabil, yaitu gejala yang timbul frekuensinya tetap, baik lamanya maupun kadar pencetusnya.

b. Angina pectoris tidak stabil, yaitu pola gejala yang timbul berubah-ubah, baik frekuensinya, lamanya, maupun kenyerian yang dirasakan.

c. Angina prinzmental, yang biasanya timbul sewaktu sedang beristirahat. Biasanya disebabkan oleh spasme pembuluh darah koroner.

Secara elektrokardiografi (EKG), timbulnya angina pectoris sering pula dibarengi dengan depresi segmen ST dan inversi gelombang T. Kelainan segmen ST (depresi segmen ST) sangat nyata pada pemeriksaan uji beban masuk (Irawan, 1998).

2. Infark Miokard Akut/Acute Myocardial Infraction (serangan jantung)

Acute myocard infraction atau serangan jantung akut umumnya disebabkan

oleh penyumbatan pembuluh arteri koroner secara tiba-tiba, karena pecahnya plak lemak ateroskeloris pada arteri koroner. Plak lemak tersebut menjadi titik-titik lemah dari arteri itu dan cenderung untuk pecah. Pada waktu pecah, gumpalan cepat terbentuk dan mengakibtkan penghambatan (okulasi) arteri yang menyeluruh, serta memutuskan aliran darah ke otot jantung. Ini mengakibatkan rasa sakit dada yang hebat pada pusat dada dan menyebar sampai lengan atau leher (Joewono, 2003). 3. Ischemic Heart Disease (payah jantung)

Ischemic Heart Disease adalah suatu keadaan dimana terjadi pengurangan

(24)

darah atau karena penyakit tertentu. Ischemic ini ada yang disebut sebagai silent ischemic dimana penderitanya tidak merasakan gejala yang timbul (Andari, 2001).

Payah jantung terjadi karena denyut jantung sudah sedemikian lemahnya sehingga jantung tidak lagi dapat memompa darah dengan baik. Rasa sakit akibat payah jantung bertahan berjam-jam. Gejala yang timbul ialah gelisah, pusing, keringat dingin, gangguan gastro intestinal (muntah, diare, mual) dan shock yang menyebabkan tensi turun serta nadi cepat, (Bustan, 2000).

4. Kematian Mendadak (sudden death)

Kematian mendadak (sudden death) terjadi pada 50% penderita yang tanpa keluhan sebelumnya. Sedangkan selebihnya disertai keluhan yang mati mendadak 6 jam setelah keluhan. Proses mati mendadak ini dimulai dengan trombosis pembuluh darah koroner yang disusul dengan nekrosis yang disertai aritmia ventrikel (Bustan, 2000).

Salah satu unsur dalam makanan adalah lemak. Lemak tidak dapat larut dalam darah kecuali terikat oleh protein tertentu. Lemak akan mengalami pemecahan asam lemak bebas, trigliserida dan kolesterol.

(25)

2.3. Gejala Penyakit Jantung

Nyeri pada dada merupakan tanda paling umum dan sering dialami setiap kali terjadi serangan jantung. Variasi rasa sakit sangat besar dan terjadi tiba-tiba di setiap saat. Rasa nyeri ini selanjutnya menyebar ke leher, tulang rahang, dan lengan kiri, rasa nyeri dapat berlanjut ke daerah antara kedua bahu atau rongga lambung dan terkadang timbul ketidakteraturan denyut jantung, gejala lain umumnya meliputi lemah dan pusing, kulit pucat, dingin dan basah serta dapat berlanjut ke pingsan (shock) (Mursito, 2002).

Rasa nyeri muncul karena jantung kekurangan darah dan suplai oksigen. Semua orang merasakan hal semacam ini merupakan serangan jantung atau bukan, gejala lain yang menyertai adalah rasa tercekik, kondisi seperti ini timbul secara tak terduga dan hanya timbul jika jantung dipaksa bekerja keras, misal fisik dipaksa bekerja keras atau mengalami tekanan emosional, (Krisnatuti, 2002).

2.4. Faktor-faktor Resiko Penyebab PJK

(26)

2.4.1. Faktor Resiko yang Tidak Dapat Diubah (Unchangeable Risk Factors) Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah terdiri dari keturunan, jenis kelamin, umur dan stress.

1. Keturunan

Keturunan mengambil peranan penting dalam menentukan resiko alamiah dari PJK. Penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai anggota keluarga menderita PJK di bawah umur 55 tahun menunjukkan bahwa ada anggota lain dari keluarga tersebut yang mempunyai penyakit jantung yang bersifat premature.

Beberapa kelompok keluarga yang mempunyai predisposisi PJK adalah ayah (37%), ibu (9,98%), saudara sekandung (27,6%), saudara kembar laki-laki ( 43%) dan saudara kembar perempuan 21%, (Bustan, 2000).

2. Jenis Kelamin

Pria lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan wanita, setelah manopause frekuensinya sama antara pria dan wanita. Pria beresiko terkena PJK setelah berusia 40 tahun, sedangkan wanita setelah berusia 50 tahun. Wanita lebih terlindungi dari PJK mungkin karena hormon estrogen pada wanita (Soeharto, 200)

Pravalensi PJK lebih tinggi pada laki-laki dari pada wanita. Pada umur 45-54 tahun rasio terkena PJK pada laki-laki 6 kali dari pada wanita. Pada umur 50 tahun ASDR laki-laki dan wanita akibat PJK tidak berbeda, dan pada umur 80 tahun ASDR pada kedua jenis kelamin sama (Sitepu, M, 1997).

3. Umur

(27)

koroner. Saluran arteri koroner ini dapat dibandingkan dengan saluran pipa ledeng, makin tua umurnya makin besar kemungkinan timbulnya ”kerak” di dindingnya, yang menyebabkan terganggunya aliran dalam pipa (Soeharto,2000).

4. Stress

Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang tinggi dan dapat berakibat mempercepat kekejangan arteri koroner, sehingga suplai darah ke otot jantung terganggu. Dalam jangka panjang, terlalu banyak peristiwa yang menegangkan dalam satu tahun dapat menjadi awal serangan jantung (Payne, 1995). 2.4.2. Faktor Resiko yang Dapat Diubah (Changeable Risk Factors)

1. Hipertensi

Tekanan darah yang tinggi secara terus menerus beban pembuluh arteri perlahan-lahan. Arteri mengalami proses pengerasan, menjadi tebal dan kaku, sehingga mengurangi elastisitasnya. Tekanan darah yang terus menerus tinggi dapat pula menyebabkan dinding arteri rusak atau luka dan mendorong proses terbentuknya pengendapan plak pada arteri koroner (aterosklerosis). Proses ini menyempitkan lumen yang terdapat pada pembuluh darah, sehingga aliran darah menjadi terhalang. Dengan demikian hipertensi merupakan salah satu resiko PJK (Soeharto, 2000).

2. Kolesterol

(28)

jumlahnya sehingga timbul sakit atau nyeri dada yang disebut angina, bahkan dapat menjurus ke serangan jantung (Soeharto, 2000).

3. Pola Makan

Pola makan adalah frekuensi jumlah serta jenis makanan yang dikonsumsi. Tujuannya untuk mencapai serta memelihara kesehatan dan status gizi optimal, untuk itu tubuh perlu mengkonsumsi makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi yang seimbang sesuai Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

Yang dimaksud dengan PUGS adalah pedoman dasar tentang gizi seimbang yang disusun sebagai penuntun pada perilaku konsumsi makanan di masyarakat secara baik dan benar.

Berdasarkan fungsi utama zat gizi makanan harus mengandung sumber energi, sumber protein dan sumber zat pengatur. Untuk memudahkan penyusunan menu sehari-hari yang bervariasi dan bergizi dapat digunakan daftar bahan makanan penukar. Penukar ini dapat digunakan dalam keadaan sehat maupun sakit (Almatsier, 2004).

4. Merokok

(29)

5. Diabetes melitus

Diabetes menyebabkan faktor resiko PJK yaitu bila kadar glukosa darah naik, terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, gula darah tersebut dapat mendorong terjadinya pengendapan (arterosklerosis) pada arteri koroner. Diabetes yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi dalam darah cenderung menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida. Kadar glukosa darah stabil berkisar antara 70-140 mg/dl. Jika kadar glukosa darah melebihi angka tadi maka dapat dipastikan jika seseorang telah positif menderita diabetes melitus (Vitahealth, 2004). 6. Kegemukan dan kurang aktivitas

Kegemukan dan kurang aktivitas merupakan salah satu faktor risiko PJK, namun berbeda dengan faktor risiko yang lain, kegemukan mendorong timbulnya faktor risiko yang lain seperti diabetes melitus, hipertensi yang pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko PJK. Tekanan darah tinggi tidak jarang terjadi pada penderita obesitas. Kelebihan berat badan memaksa jantung bekerja lebih keras. Adanya beban ekstra bagi jantung itu, ditambah dengan terjadinya pengerasan pembuluh darah arteri koroner, cenderung mendorong terjadinya kegagalan jantung (Soeharto, 2000).

2.5. Pola Konsumsi Makanan (Kebiasaan Makan)

(30)

Menurut Soehardjo, (1996), pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang (keluarga), memilih bahan makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh, fisiologis, psikologis, kebudayaan dan sosial.

Pola makan adalah frekuensi, jumlah serta jenis makanan yang dikonsumsi untuk mencapai serta memelihara kesehatan dan status gizi optimal. Pola makan yang baik harus mengandung gizi yang seimbang sesuai dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan.

Sikap orang terhadap makanan dapat bersifat positif atau negatif. Sikap positif atau negatif terhadap makanan bersumber pada nilai-nilai affective yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, sosial dan ekonomi) dimana manusia atau sekelompok manusia itu tumbuh (Khumaidi, 1994).

2.5.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan

Menurut Sanjur, 1982 yang dikutip Khumaidi (1994), kebiasaan makan dibagi menjadi dua yaitu :

a. Bahwa kebiasaan makan secara budya dipandang sebagai variabel tak bebas (dependent variable) yang terbentuk pada diri seseirang karena ia pelajari (learned).

(31)

Faktor utama yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia yaitu (Khumaidi, 1994) : 1). Faktor ekstrintik (yang berasal dari luar diri manusia), 2). Faktor instrinsik (dari dalam diri manusia).

2.5.2. Status Gizi PJK

Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau sekelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kesehatan kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan, dampak fisiknya diukur secara anthropometri (Soehardjo, 1996).

Penilaian status gizi dengan melakukan pengukuran anthropometri adalah teknik yang paling sering dipergunakan terutama untuk penilaian status gizi balita, karena lebih mudah untuk melakukannya dan parameter ini lebih sesuai dan cukup sensitif. Status gizi seseorang, baik anak balita maupun remaja dan dewasa dapat diukur dan ditentukan dengan berbagai kriteria, antara lain dengan menentukan perbandingan berat badan terhadap tinggi badan, tebalnya lapisan lemak kulit pada bagian otot bisep, trisep, supracapular dan subcapular.

Penilaian status gizi orang dewasa (umur diatas 18 tahun), sering digunakan dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu cara yang sederhana untuk mengetahui kekurangan berat badan atau kelebihan berat badan.

Menurut Depkes RI (1996), pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus ataupun gemuk dengan menggunakan rumus :

Berat badan (kg) IMT

(32)

Banyak mengkonsumsi lemak hewani (lemak jenuh) akan meningkatkan kolesterol dalam darah, dalam proses jangka panjang akan mengakibatkan penimbunan (flak) di pembuluh darah sehingga pengaliran darah ke seluruh tubuh dapat saja terganggu atau terhambat. Apabila perubahan ini terjadi pada pembuluh darah koronaria menyebabkan penyakit jantung koroner (Krisnatuti, dkk, 2002)

2.5.3. Pengaturan Diet pada penderita jantung Koroner

Pengaturan diet merupakan salah satu upaya strategis untuk memperkecil resiko penyakit jantung koroner. Dengan memperhatikan faktor resiko penyakit jantung koroner dan peranan gizi dapat mengurangi resiko tersebut. Menurut Krisnatuti prinsip diet yang dapat dianjurkan sebagai berikut :

1. Masukan energi yang seimbang, artinya harus sesuai dengan kebutuhan 2. Energi yang berasal dari lemak tidak lebih dari 30%

3. Membatasi konsumsi lemak

4. Membatasi konsumsi alkohol dan kopi

5. Lebih banyak dan lebih bervariasi menggunakan sayur dan buah

6. Batasi penggunaan makanan yang diawetkan dan perbanyak makanan segar 7. Tidak merokok.

(33)

2.5.4. Makanan yang Boleh dan tidak Boleh Diberikan Bagi Penderita Penyakit Jantung Koroner

[image:33.612.89.527.265.522.2]

Penatalaksanaan diet perlu juga memperhatikan pola makan penderita sebelum sakit. Ini dimaksudkan agar pola makan tidak terlalu menyimpang dari biasanya sehingga makanan dapat mudah diterima oleh penderita (Krisnatuti dan Yenrina, 1999).

Tabel 2.1

Makanan yang Boleh dan Tidak Boleh Diberikan kepada Penderita PJK Golongan

Bahan

Boleh Diberikan Tidak boleh diberikan

Sumber hidrat arang Sumber protein hewani Sumber protein nabati Sumber lemak Sayuran Buah-buahan Bumbu Minuman

Beras, bulgur, singkong, talas, kentang, macaroni, mie, bihun, roti,

biscuit, tepung, gula

Daging sapi kurus, ayam, bebek, ikan, telur, susu dalam jumlah terbatas

Kacang kering maksimum 25 gram/hari, tahu, tempe, oncom

Minyak, margarin, mentega sedapat mungkin tidak untuk menggoreng, kelapa, santan encer dalam jumlah terbatas.

Sayuran yang tidak mengandung gas, bayam, kangkung, buncis, kacang panjang, taoge, labu siam, oyong, tomat dan wortel

Semua buah, nangka, durian, advokad, hanya diperbolehkan dalam jumlah terbatas

Bumbu dapur, pala, kayu manis, asam, gula, garam

Teh encer, cokelat, sirop, susu dalam jumlah terbatas

Kue yang terlalu manis dan gurih seperti cake, tarcis, dodol

Semua daging berlemak ham, sosis

Goreng-gorengan, santan kental

Sayuran yang menimbulkan gas, sawi, kol, lobak.

Cabai dan bumbu lain yang merangsang

Kopi, teh kental, minuman yang mengandung soda dan alkohol

(Krisnatuti dan Yenria, 1999)

Makanan yang menolong bagi penderita penyakit jantung koroner adalah sebagai berikut (Wirakusumah, 2001) :

1. Sumber antioksidan, meliputi :

a. Sumber B-Karoten, yaitu ubi jalar, wortel, labu kuning, mangga bayam dan kailan

(34)

c. Sumber vitamin C, yaitu daun singkong, mangga, jeruk, brokoli, sawi dan jambu biji.

2. Sumber asam lemak omega 3, yaitu jenis ikan laut (teri, sarden, tenggiri dan tembang), serta minyak ikan.

3. Sumber asam folat, yaitu kacang-kacangan (kacang hijau, kacang merah dan kacang polong), sari jeruk asli, bayam dan hati ayam.

4. Sumber vitamin B6, yaitu pisang, daging ayam tanpa lemak, beras merah, oatmeal dan tuna putih dalam kaleng.

5. Sumber flavonoid, yaitu melon, anggur, jeruk, pepaya, mangga, kesemek dan jambu biji.

6. Makanan tinggi serat, yaitu serealia, kacang-kacangan, labu, jagung, apel dan sayuran.

7. Bawang putih

8. Sumberlycopene, yaitu tomat masak 9. Minyak zaitun.

Makanan yang harus dikurangi oleh penderita penyakit jantung koroner adalah sebagai berikut : daging berlemak, telur, susu penuh (whole milk), jeroan, makanan tinggi kolesterol dan lemak jenuh (Wirakusumah, 2001).

(35)

2.5. Kerangka Konsep

[image:35.612.104.479.178.452.2]

Berdasarkan tinjauan teori dan tujuan penelitian yang ingin dilihat, maka kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar. 1. Kerangka Konsep Penelitian

Penyakit jantung koroner dipengaruhi oleh faktor-faktor (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan dan pola makan), tetapi pada penelititan ini peneliti membatasi pengaruh timbulnya PJK.

Karakteristik Penderita Jantung Koroner - Umur

- Jenis kelamin - Pekerjaan - Pendapatan - Status Gizi

- Lama penderita PJK

Pola Makan - Jenis dan frekuensi

makan

- Kuantitas Makan

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis metode survei yang bersifat deskriptif dan dilakukan sesaat (cross sectional), yang bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi pangan penderita PJK.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja RSU Kabanjahe Kabupaten Karo. Adapun alasan untuk memilih lokasi ini adalah karena dari survai penulis di Medical Record Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2006 lebih banyak pasien yang berobat jalan di poliklinik penyakit dalam yaitu sebanyak 18.906 orang dan 1512 orang didiagnosa menderita penyakit jantung, oleh karena itu penulis memilih lokasi penelitian di RSU Kabanjahe.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Juni 2008. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

(37)

3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel ditentukan secara purposive sampling dengan kriteria pasien yang datang berkunjung dari bulan Maret-Juni 2008 dan menderita PJK sebanyak 4 (empat) orang/hari, dengan memakai rumus Soekidjo, (1995) :

Rumus : z ά² (P)(Q) n =

(1,96)² (0,5) (1-0,5) n =

(0,15)² n = 42,6 = 43 orang

Keterangan : n = Besar sampel

Zά = (Tingkat kemaknaan 0,05) = 1,960 P = Proporsi pasien PJK = 0,50

Q = 1-P = 0,50

d = Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki = 15% 3.4. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

a. Data primer adalah data yang diambil peneliti berupa pola konsumsi makan yang meliputi jenis bahan makanan, frekuensi makan langsung menggunakan alat bantu formulir Food Recall 24 jam, Food Frequency Makan.

(38)

3.4.2. Teknik Pengumpulan Data

a. Data susunan makanan diperoleh dengan wawancara memakai daftar susunan makanan berdasarkan waktu makan dan jenis bahan makanan yang dimakan 24 jam yang lalu selama dua hari berturut-turut.

b. Data jenis bahan makanan diperoleh dengan wawancara, memakai daftar susunan makanan sehingga diketahui jenis bahan makanan yang dimakan 24 jam yang lalu selama dua hari. Selain itu data jenis bahan makanan juga dapat diperoleh dari daftar frekuensi makan menurut jenis bahan makanan sehingga didapat frekuensi setiap jenis bahan makanan dalam kurun waktu tertentu.

c. Data frekuensi makan diperoleh dengan wawancara memakai daftar frekuensi menurut jenis bahan makanan sehingga diperoleh frekuensi setiap jenis bahan makanan yang dimakan. Frekuensi tersebut adalah : ≥ 1x1/hari, 1x1 hari, 4 -5x/minggu, 1-3x/minggu, 2x1/bulan, 1x1 bulan, > 1x1 bulan, tidak pernah.

d. Data Indeks Masa Tubuh (IMT) diperoleh dari pengukuran berat badan dan tinggi badan.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : - Formulir Food Frekuensi

(39)

3.6. Definisi Operasional

1. Umur adalah lamanya hidup penderita dalam tahunan, yang dihitung sejak dilahirkan hingga saat dilakukan penelitian (wawancara).

2. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan penderita untuk mendapatkan imbalan berupa uang dan barang.

3. Pendapatan adalah jumlah penghasilan keluarga setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang diperoleh melalui wawancara dari responden.

4. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, yang diukur berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh) penderita. IMT = BB (kg)/TB (m)².

5. Pola konsumsi pangan adalah gambaran tentang kebiasaan makan penderita yang meliputi : susunan, jenis, frekuensi dan jumlah pangan yang dikonsumsi penderita sebelum datang berobat atau berkunjung.

6. Frekuensi makan adalah keseringan mengkonsumsi pangan tertentu oleh penderita PJK, yang diukur dengan menggunakan formulir food frequency.

7. Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dikonsumsi untuk mendapatkan data asupan energi dan protein selama 24 jam.

8. Kuantitas makan adalah banyaknya makan yang dikonsumsi oleh penderita selam 24 jam dan dihitung dalam satuan kalori/energi pada saat di wawancara.

(40)

3.7. Aspek Pengukuran 1. Umur

Ukuran penilaian umur penderita PJK di sesuaikan dengan data yang ada di RSUD Kabanjahe dan dikategorikan atas :

- < 35 tahun - 35-45 tahun - > 45 tahun 2. Pendapatan

Ukuran penilaian pendapatan dikategorikan berdasarkan wawancara langsung dengan responden (Berdasarkan SK Gubsu No. 561/841.K/2008 tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten karo Tahun 2008).

- Rp. 883.000

- Rp. 883.000- Rp.1.500.000 - Rp. 1.500.000.

3. Status Gizi

Pengukuran status gizi pendertia PJK berdasarkan Indeks Mass Tubuh (IMT), Berat Badan (KG)

IMT =

Tinggi badan x Tiinggi badan (m²)

(41)

Kategori IMT (kg) Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0

Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4

Normal 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

4. Jumlah pangan

Data jumlah bahan makanan diolah dan dikelompokkan menjadi 3 kategori yang dibandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yagn Dianjurkan (DKGA) makan satu hari yaitu : sesuai , lebih dan kurang.

Sedangkan untuk data konsumsi dihitung dari kuantitas pangan yang dikonsumsi dengan bantuan daftar komposisi bahan makanan (DKBM) yang dinyatakan dalam kkal dan gram. Kontribusi energi dan protein dari makanan diperoleh dari perhitungan total konsumsi makanan.kemudian dilakukan perbandingan pencapaian konsumsi zat gizi tersebut terhadap AKG, klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi empat dengan cut of points masing-masing sebagai berikut (Depkes RI, 1990) :

- Baik : ≥ 100% AKG - Sedang : 80 - 90% AKG - Kurang : 70 – 80% - Defisit : < 70 % 3.7. Teknik Analisis Data

(42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Rumah Sakit Umum Kabanjahe merupakan rumah sakit pemerintahan, yang didirikan pada tahun 1921 oleh Pemerintah Hindia Belanda yang dulunya bernama Bataks Institut. Pada tahun 1925 Rumah Sakit Umum Kabanjahe diserahkan kepada Nederlands Zending Genotschap, yang kemudian pada tahun 1945 diserahkan kepada

Daerah Kabupaten Karo sebagai salah satu Rumah Sakit Tipe D, tetapi dalam pelaksanaan kerja Rumah Sakit ini berpedoman pada struktur organisasi Rumah Sakit Tipe C.

Rumah Sakit Umum Kabanjahe adalah rujukan dari beberapa Kabupaten yaitu : 1. RSU Sidikalang (Kabupaten Dati II Dairi)

2. RSU Kotacane (Kabupaten Aceh Tenggara)

3. Sebagian dari Kabupaten Simalungun (Simalungun Atas) 4. Semua Puskesmas yang ada di Kabupaten Karo.

(43)

menurut diagnosa dokter tersebut tidak dapat dirawat di RSU Kabanjahe maka dibuatkan rujukan ke RS Adam Malik Medan.

4.2. Data Umum Responden

[image:43.612.90.524.250.383.2]

Data umum responden yang meliputi kelompok umur dan jenis kelamin penderita PJK di RSU Kabanjahe dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Penderita PJK di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No. Kelompok Umur Jumlah Persen (%)

1. < 35 tahun 2 4,6

2. 36 – 45 tahun 2 4,7

3. > 45 tahun 39 90,7

Jumlah 43 100,0

Jenis Kelamin

1. Laki-laki 32 74,4

2. Perempuan 11 25,6

Jumlah 43 100,0

Pada tabel 4.1. diketahui bahwa dari 43 penderita PJK di RSU Kabanjahe sebagian besar pada kelompok umur > 45 tahun, yaitu sebanyak 39 orang (90,7%), sedangkan laki-laki lebih dominan menderita penyakit jantung koroner sebesar 32 orang (74,4%) dari pada responden perempuan ada 11 orang (25,6%).

4.2.1. Tingkat Pendidikan

(44)
[image:44.612.90.527.112.219.2]

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penderita PJK di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No. Pendidikan Jumlah Persen (%)

1. Tidak tamat SD 0 0

2. Tamat SD 8 18,6

3. Tamat SLTP 16 37,2

4. Tamat SLTA 12 28,0

5. Tamat PT/Akademi 7 16,2

Jumlah 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.2. dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden di RSU Kabanjahe lebih banyak yang mempunyai pendidikan tamat SLTP sebesar 16 orang (37,2%) dan tingkat pendidikan proporsi terkecil yaitu tamat PT/Akademi sebesar 7 orang (16,2%).

4.2.2. Pekerjaan Responden

Adapun pekerjaan responden terdiri dari petani, wiraswasta dan PNS, hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Penderita PJK di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No. Pekerjaan Jumlah Persen (%)

1. Petani 4 9,4

2. Wiraswasta 25 58,1

3. PNS 14 32,6

Jumlah 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat bahwa pekerjaan responden di RSU Kabanjahe mayoritas adalah sebagai wiraswasta sebesar 25 orang (58,1%) dan yang paling sedikit sebagai petani ada 4 orang (9,4%).

4.2.3. Pendapatan Responden

[image:44.612.86.532.477.552.2]
(45)
[image:45.612.86.529.112.187.2]

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Penderita PJK di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No. Pendapatan Jumlah Persen (%)

1. < Rp. 883.000 2 4,6

2. Rp. 883.000 – Rp.1.500.000 19 44,2

3. > Rp.1.500.000 22 51,2

Jumlah 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa responden yang mempunyai pendapatan Rp. 1.500.000 sebesar 22 orang (51,2%) dan yang paling sedikit mempunyai pendapatan < Rp 883.000 yaitu sebesar 2 orang (4,6%).

4.2.4. Lama Menderita PJK

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menderita PJK di RSU Kabanjahe tahun 2008

No. Lama Menderita Jumlah Persen (%)

1. < 6 bulan 3 7,0

2. 6 – 12 bulan 6 14,0

3. 13 – 18 bulan 3 7,0

4. 19 – 25 bulan 8 18,5

5. > 25 bulan 23 53,5

Jumlah 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.5. diketahui bahwa dari 43 responden yang menderita PJK dan melakukan pengobatan terlama di RSU Kabanjahe yaitu lebih dari 25 bulan ada 23 orang (53,5%), dan proporsi yang terkecil adalah melakukan pengobatan kurang dari 6 bulan dan 13-18 bulan sebesar 3 orang (6,9%).

4.3. Pola Konsumsi Makan Responden

[image:45.612.86.529.365.467.2]
(46)

4.3.1. Jenis Bahan Makanan dan Frekuensi Konsumsi A. Jenis Makanan Pokok dan Frekuensi Konsumsi

[image:46.612.86.529.279.408.2]

Berdasarkan hasil wawancara dengan 43 responden menggunakan daftar frekuensi konsumsi makanan menurut jenis bahan makanan pokok yang dikonsumsi pasien penderita penyakit jantung koroner secara berulang dan terus-menerus pada periode tertentu maka diperoleh gambaran sebagai berikut.

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Konsumsi Berdasarkan Jenis Bahan Makanan Pokok Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No. Jenis Makanan

Pokok

FREKUENSI KONSUMSI

Total > 1 x sehari 1-5 x

seminggu

< 2 x sebulan

Tidak Pernah

n % N % n % n % N %

1. Nasi 43 100,0 0 0 0 0 0 0 43 100,0

2. Mie 21 48,8 19 44,2 3,0 7,0 0 0 43 100,0 3. Roti 4 9,3 29 67,4 10 23,3 0 0 43 100,0 4. Singkong 0 0 3 7,0 35 81,4 5 11,6 43 100,0 5. Ubi Jalar 0 0 3 7,0 24 55,8 16 37,2 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.6. dapat dilihat bahwa umumnya responden mengkonsumsi nasi (100%) sebagai bahan makanan pokok dan juga mie (48,8%) dengan frekuensi > 1 x sehari, responden yang mengonsumsi roti (67,4%) dengan frekuensi 1-5x seminggu, untuk singkong (81,4%) dan ubi jalar (55,8%) dengan frekuensi < 2 x sebulan.

B. Jenis Lauk Hewani dan Frekuensi Konsumsi

(47)
[image:47.612.89.538.110.273.2]

Tabel 4.7. Disitribusi Frekuensi Konsumsi Berdasarkan Jenis Lauk Hewani Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No. Jenis Lauk Hewani

FREKUENSI KONSUMSI

Total > 1 x

sehari

1-5 x seminggu

< 2 x sebulan

Tidak Pernah

N % n % n % n % N %

1. Telur 24 55,8 15 34,9 4 9,3 0 0 43 100,0 2. Ikan Basah 34 79,1 8 18,6 1 2,3 0 0 43 100,0 3. Ikan Kering 1 2,3 22 51,1 18 41,9 2 4,7 43 100,0 4. Daging Ayam 7 16,3 27 62,8 9 20,9 0 0 43 100,0 5. Daging sapi 0 0 20 46,5 19 44,2 4 9,3 43 100,0 6. Daging kambing 0 0 12 27,9 25 58,1 6 14,0 43 100,0 7. Daging babi 24 55,8 15 34,9 3 7,0 1 2,3 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.7. diketahui bahwa jenis lauk hewani yang dikonsumsi oleh responden adalah telur (55,8%), ikan basah (79,1%), dan daging babi (55,8%) dengan frekuensi ≥ 1x sehari, sedangkan untuk ikan kering (51,1%), daging ayam (62,8%) dan daging sapi (46,5%) dikonsumsi responden 1-5 x seminggu, untuk daging kambing (58,1%) dikonsumsi responden ≤ 2x sebulan.

C. Jenis Lauk Nabati

Gambaran jenis lauk nabati dan frekuensi konsumsi pada responden disajikan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Konsumsi Berdasarkan Jenis Lauk Nabati Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No. Jenis Lauk Nabati

FREKUENSI KONSUMSI

Total > 1 x sehari 1-5 x

seminggu

< 2 x sebulan

Tidak Pernah

n % N % n % n % N %

1. Tahu 23 53,5 18 41,9 2 4,6 0 0 43 100 2. Tempe 10 23,3 25 58,1 7 16,3 1 2,3 43 100 3.

Kacang-kacangan

[image:47.612.84.531.542.693.2]
(48)

Berdasarkan tabel 4.8. diketahui bahwa responden yang mengkonsumsi jenis lauk nabati yaitu tahu sebesar (53,5%) dengan frekuensi ≥ 1x sehari, sedangkan jenis lauk nabati berupa tempe sebesar (58,1%) dan kacang-kacangan (67,4%) dikonsumsi responden dengan frekuensi 1-5 x seminggu.

D. Jenis Sayur-Sayuran

Gambaran jenis sayur-sayuran dan frekuensi konsumsi responden disajikan pada tabel 4.9. sebagai berikut.

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Konsumsi Berdasarkan Jenis Sayur-Sayuran Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No. Jenis Sayur Sayuran

FREKUENSI KONSUMSI Total

> 1 x sehari

1-5 x seminggu

< 2 x sebulan

Tidak Pernah

n % N % n % n % N %

1. Daun Singkong

8 18,6 24 55,8 11 25,6 0 0 43 100,0

2. Bayam 10 23,3 24 55,8 9 20,9 0 0 43 100,0 3. Kangkung 5 11,6 34 79,1 4 9,3 0 0 43 100,0 4. Sawi 6 14,0 29 67,4 8 18,6 0 0 43 100,0 5. Kacang

panjang

8 8,6 25 58,1 10 23,3 0 0 43 100,0 6. Wortel/labu

siam

8 18,6 25 58,1 10 23,3 0 0 43 100,0 7. Nangka

muda

11 25,6 28 65,1 4 9,3 0 0 43 100,0

(49)

E. Jenis Buah-Buahan

[image:49.612.85.529.194.400.2]

Frekuensi konsumsi jenis buah-buahan pada responden dapat dilihat pada tabel 4.10. sebagai berikut.

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Konsumsi Jenis Buah-Buahan Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No.

Jenis Buah Buahan

FREKUENSI KONSUMSI

Total > 1 x sehari 1-5 x

seminggu

< 2 x sebulan

Tidak Pernah

n % N % n % N % N %

1. Pisang 33 76,7 9 21,0 1 2,3 0 0 43 100,0 2. Pepaya 4 9,3 16 37,2 23 53,5 0 0 43 100,0 3. Jeruk 24 55,8 13 30,2 6 14,0 0 0 43 100,0 4. Apel 0 0 12 27,9 18 41,9 13 30,2 43 100,0 5. Durian 0 0 7 16,3 28 65,1 8 18,6 43 100,0 6. Mangga 0 0 2 4,7 11 25,5 30 69,8 43 100,0 7. Nanas 3 7,0 15 34,9 21 48,8 4 9,3 43 100,0 8. Alpokat 4 9,3 12 27,9 17 39,5 10 23,3 43 100,0 9. Pisang

ambon

6 14,0 21 48,8 16 37,2 0 0 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.10. dapat dilihat bahwa jenis buah-buahan yang banyak dikonsumsi oleh responden adalah jeruk dan pisang dengan frekuensi > 1 x sehari, sedangkan pepaya (53,5%), apel (41,9%), durian (65,1%), nanas (48,8%), dan alpokat (39,5%) dikonsumsi responden dengan frekuensi ≤ 2x sebulan. Untuk pisang ambon (48,8%) dengan frekuensi 1-5 x seminggu.

F. Jenis Minuman

(50)
[image:50.612.85.528.111.284.2]

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Konsumsi Berdasarkan Jenis Minuman Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No. Jenis Minuman

FREKUENSI KONSUMSI

Total > 1 x

Sehari

1-5 x seminggu

< 2 x sebulan

Tidak Pernah

n % N % n % n % N %

1. Teh 4 9,3 34 79,1 5 11,6 0 0 43 100,0 2. Kopi 5 11,6 16 37,2 18 41,9 4 9,3 43 100,0 3. Susu

kental manis

19 44,1 14 32,6 8 18,6 2 4,7 43 100,0

4. Jus 1 2,3 19 44,2 19 44,2 4 9,3 43 100,0 5. Susu sapi

segar

1 2,3 12 28,0 17 39,5 13 30,2 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.11. diketahui bahwa jenis minuman yang di konsumsi responden adalah susu kental manis (44,1%) dengan frekuensi > 1 x sehari, teh manis (55,8%) dan jus (44,2%) dengan frekuensi 1-5x seminggu, sedangkan kopi (41,9%) dengan frekuensi ≤ 2x sebulan, untuk susu sapi segar hanya 13 orang (30,2%) yang tidak pernah mengkonsumsi.

G. Jenis Makanan Jajanan

(51)
[image:51.612.85.529.110.272.2]

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Konsumsi Berdasarkan Jenis Makanan Jajanan Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No. Jenis Makanan Jajanan FREKUENSI KONSUMSI Total > 1 x

sehari

1-5 x seminggu

< 2 x sebulan

Tidak Pernah

n % N % n % n % N %

1. Seafood 4 9,3 24 55,8 15 34,8 0 0 43 100,0 2. Bakso/Mie

sop

4 9,3 17 39,5 13 30,2 9 21 43 100,0 3. Gorengan 7 16,3 26 60,5 10 23,2 0 0 43 100,0 4. Jagung

rebus

1 2,3 13 30,3 24 55,8 5 11,6 43 100,0 5. Pecal 2 4,7 23 53,5 18 41,8 0 0 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.12. diketahui bahwa untuk jenis makanan jajanan yang dikonsumsi responden adalah seafood sebanyak 24 orang (55,8%), bakso/mie sop (39,5%), gorengan (60,5%) dan pecal (53,5%) dengan frekuensi 1-5 x seminggu, sedangkan jagung rebus (56%) dikonsumsi responden dengan frekuensi < 2 x sebulan. sehari-hari sebanyak 22 orang (51,1%), sedangkan 2 orang (4,7%) mengonsumsi jumlah lauk nabati kurang dari anjuran makan sehari-hari.

[image:51.612.85.531.560.634.2]

4.3.2. Jumlah Bahan Makanan yang Dikonsumsi Penderita PJK a. Makanan Pokok

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Jumlah Bahan Makanan Pokok yang Dikonsumsi Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No. Makanan Pokok Jumlah Persen (%)

1. Kurang 1 2,3

2. Sesuai 15 34,9

3. Lebih 27 63,8

Jumlah 43 100

(52)
[image:52.612.87.528.195.271.2]

anjuran makan sehari bagi penderita PJK, dan 15 orang (34,9%) sudah sesuai dengan anjuran, sedangkan 1 orang (2,3%) kurang dari anjuran makan sehari bagi penderita PJK. b. Lauk Hewani

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Jumlah Lauk Hewani yang Dikonsumsi Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No. Lauk Hewani Jumlah Persen (%)

1. Kurang 2 4,7

2. Sesuai 13 30,2

3. Lebih 28 65,1

Jumlah 43 100

Berdasarkan tabel 4.14. dari 43 responden yang menderita PJK dapat dilihat bahwa yang mengonsumsi lauk hewani lebih dari anjuran makan sehari-hari bagi penderita PJK sebanyak 28 orang (65,1%), sedangkan yang kurang dari anjuran makan sehari-hari ada 2 orang (4,7%).

c. Lauk Nabati

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Jumlah Lauk Nabati yang Dikonsumsi Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No. Lauk Nabati Jumlah Persen (%)

1. Kurang 2 4,7

2. Sesuai 19 44,2

3. Lebih 22 51,1

Jumlah 43 100

[image:52.612.85.527.476.551.2]
(53)
[image:53.612.82.529.141.214.2]

d. Sayur-Sayuran

Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Jumlah Sayur-Sayuran yang Dikonsumsi Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No. Sayur-Sayuran Jumlah Persen (%)

1. Kurang 1 2,3

2. Sesuai 22 51,2

3. Lebih 20 46,5

Jumlah 43 100

Berdasarkan tabel 4.16. dapat dilihat bahwa dari 43 responden yang diteliti mengonsumsi sayur-sayuran sudah sesuai dari anjuran makan sehari-hari sebesar 22 orang (51,2%) dan yang kurang dari anjuran makan sehari-hari ada 1 orang (2,3%)

e. Buah-Buahan

Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Jumlah Buah-Buahan yang Dikonsumsi Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No. Buah-Buahan Jumlah Persen (%)

1. Kurang 10 23,3

2. Sesuai 18 41,8

3. Lebih 15 34,9

Jumlah 43 100

[image:53.612.88.528.391.467.2]
(54)
[image:54.612.86.528.141.214.2]

f. Minuman

Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Jumlah Minuman yang Dikonsumsi Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No. Minuman Jumlah Persen (%)

1. Kurang 5 11,6

2. Sesuai 18 41,9

3. Lebih 20 46,5

Jumlah 43 100

Berdasarkan tabel 4.18. dapat dilihat bahwa dari 43 responden yang diteliti yang mengonsumsi minuman lebih dari anjuran makan sehari-hari sebesar 20 orang (46,5%) dan yang sesuai dari anjuran makan sehari ada 18 orang (41,9%), untuk yang kurang dari anjuran makan sehari-hari ada 5 orang (11,6%).

g. Makanan Jajanan

Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Jumlah Makanan Jajanan yang Dikonsumsi Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No. Makanan Jajanan Jumlah Persen (%)

1. Kurang 5 11,6

2. Sesuai 18 41,9

3. Lebih 20 46,5

Jumlah 43 100

[image:54.612.82.529.422.493.2]
(55)

4.4. Status Gizi

[image:55.612.90.524.221.355.2]

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) kepada 43 responden yang diteliti, maka didapat status gizi untuk penderita penyakit jantung koroner dapat dilihat pada tabel 4.13. sebagai berikut.

Tabel 4.20. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No. Kategori IMT

Responden

Jumlah Persen (%) 1. Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 0 0 2. Kekurangan berat badan tingkat

ringan

17,0 – 18,5 0 0

3. Normal 18,5 – 25,0 8 18,6

4. Kalebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0 13 30,2 5. Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 22 51,2

Jumlah 43 100,0

Berdasarkan tabel 4.20. dapat diketahui untuk penilaian status gizi dengan menggunakan IMT menujukkan bahwa responden dengan kategori kelebihan berat badan tingkat berat sebanyak 22 orang (51,2%), sedangkan untuk kategori kelebihan berat badan tingkat ringan ada 13 orang (30,2%).

(56)
[image:56.612.89.526.114.202.2]

Tabel 4.21. Distribusi Tingkat Konsumsi Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008

No. Kategori Tingkat Konsumsi Jumlah Persen (%)

1. Baik 100 % AKG 37 86,0

2. Sedang 80 – 99 % AKG 6 14,0

3. Kurang 70 – 80 % 0 0

4. Defisit < 70 % 0 0

Jumlah 43 100

Berdasarkan tabel 4.21. dapat diketahui dari 43 responden yang diteliti diperoleh bahwa tingkat konsumsi penderita PJK dalam kategori baik lebih banyak (86%) dari pada yang berada dalam kategori tingkat konsumsi kurang (14%).

4.5.Hasil Tabulasi Indeks Massa Tubuh dengan Pola Makan A. Tabulasi Silang IMT dengan Jumlah Makanan Pokok

Tabel 4.22. Tabulasi Silang Antara Indeks Massa Tubuh dengan Jumlah Konsumsi Makanan Pokok Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008

Jumlah Makanan Pokok

Indeks Massa Tubuh Total

Kurus Normal Gemuk

n % N % n % N %

Kurang 0 0 1 2,3 0 0 1 2,3

Sesuai 0 0 7 16,3 8 18,6 15 34,9

Lebih 0 0 0 0 27 62,8 27 62,8

Jumlah 0 0 8 18,6 35 81,4 43 100

[image:56.612.88.541.434.536.2]
(57)
[image:57.612.84.544.150.257.2]

B. Tabulasi Silang IMT dengan Jumlah Lauk Hewani

Tabel 4.23. Tabulasi Silang antara Indeks Massa Tubuh dengan Jumlah Konsumsi Lauk Hewani Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008

Jumlah Lauk Hewani

Indeks Massa Tubuh Total

Kurus Normal Gemuk

n % N % n % N %

Kurang 0 0 2 4,7 0 0 2 4,7

Sesuai 0 0 5 11,6 8 18,6 13 3,2

Lebih 0 0 1 2,3 27 62,8 28 65,1

Jumlah 0 0 8 18,6 35 81,4 43 100

Berdasarkan tabel 4.23. dapat dilihat dari 43 responden yang diteliti dari hasil tabulasi silang antara IMT dengan jumlah lauk hewani di dapat responden yang mengonsumsi lauk hewani dan mempunyai gizi lebih ada 27 orang (62,8%).

C. Tabulasi Silang IMT dengan Jumlah Lauk Nabati

Tabel 4.24. Tabulasi Silang antara Indeks Massa Tubuh dengan Jumlah Konsumsi Lauk Nabati Penderita Jantung Koroner di RSU Kabanjahe Tahun 2008

Jumlah Lauk Nabati

Indeks Massa Tubuh Total

Kurus Normal Gemuk

n % N % n % N %

Kurang 0 0 1 2,3 1 2,3 2 4,6

Sesuai 0 0 7 16,3 12 27,9 19 44,2

Lebih 0 0 0 0 22 51,2 22 51,2

Jumlah 0 0 8 18,6 35 81,4 43 100

[image:57.612.85.542.445.552.2]
(58)
[image:58.612.84.545.146.256.2]

D. Tabulasi Silang IMT dengan Jumlah Konsumsi Sayur-Sayuran

Gambar

Tabel 2.1 Makanan yang Boleh dan Tidak Boleh Diberikan kepada Penderita PJK
Gambar. 1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1.  Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Penderita PJK di RSU Kabanjahe Tahun 2008
Tabel 4.3.  Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Penderita PJK di RSU Kabanjahe Tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait