• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.3. Analisa Statistik

5.3.3. Status Penyakit Penyerta Berdasarkan Derajat Hipertensi

Distribusi proporsi status penyakit penyerta penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Status Penyakit Penyerta Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Derajat Hipertensi

Status Penyakit Penyerta

Total

Ada Tidak Ada

f % f % f % Hipertensi Derajat 1 Hipertensi Derajat 2 Hipertensi Derajat 3 3 6 21 15,8 24,0 24,4 16 19 65 84,2 76,0 75,6 19 25 86 100 100 100

Berdasarkan tabel 5.12. menunjukkan bahwa proporsi status penyakit penyerta penderita dengan hipertensi derajat 1 tertinggi adalah tidak ada penyakit penyerta sebesar 84,2%. Dengan hipertensi derajat 2 tertinggi adalah tidak ada penyakit penyerta sebesar 76,0%. Dengan hipertensi derajat 3 tertinggi adalah tidak ada penyakit penyerta sebesar 75,6%.

Analisa uji statistik dengan uji chi-square tidak dapat dilakukan karena terdapat 1 sel (16,7%) yang expected count-nya kurang dari 5.

5.3.4. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Derajat Hipertensi

Distribusi lama rawatan rata-rata penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pemantangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.13. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Derajat Hipertensi Lama Rawatan

f x SD Hipertensi Derajat 1 Hipertensi Derajat 2 Hipertensi Derajat 3 19 25 86 3,63 3,92 3,72 1,571 2,943 2,606 F=0,081 df=2 p=0,922

Berdasarkan table 5.13. menunjukkan bahwa dari 130 orang penderita hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010- 2011, penderita hipertensi derajat 1 sebanyak 19 orang memiliki rata-rata lama rawatan 3,63 hari dengan SD=1,571, hipertensi derajat 2 sebanyak 25 orang memiliki rata-rata lama rawatan 3,92 hari dengan SD=2,943, dan hipertensi derajat 3 sebanyak 86 orang memiliki rata-rata lama rawatan 3,72 hari dengan SD=2,606.

Berdasarkan uji statistik anova diperoleh p>0,05 artinya tidak ada perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi. 5.3.5. Derajat Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi derajat hipertensi penderita hipertensi berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Derajat Hipertensi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Keadaan Sewaktu Pulang Derajat Hipertensi Total Hipertensi Derajat 1 Hipertensi Derajat 2 Hipertensi Derajat 3 f % f % f % f % PBJ PAPS Meninggal 16 3 0 14,8 23,0 0 19 5 1 17,6 38,5 11,1 73 5 8 67,6 38,5 88,9 108 13 9 100 100 100

Berdasarkan tabel 5.14. menunjukkan bahwa proporsi derajat hipertensi penderita berdasarkan keadaan sewaktu pulang pada pulang berobat jalan tertinggi adalah hipertensi derajat 3 sebesar 67,6%, pulang atas permintaan sendiri tertinggi adalah hipertensi derajat 2 dan derajat 3 sebesar 38,5%. Meninggal tertinggi adalah hipertensi derajat 3 sebesar 88,9%.

Analisa uji statistik dengan uji chi square tidak dapat dilakukan karena terdapat 4 sel (44,4%) yang expected count-nya kurang dari 5.

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Distribusi Penderita Hipertensi 6.1.1. Sosiodemografi

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan sosiodemografi yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

a. Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan umur dan jenis kelamin yang di rawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 6.1. Diagram Bar Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Berdasarkan Gambar 6.1. dapat diketahui bahwa kelompok umur ≤ 30 tahun berdasarkan jenis kelamin memiliki proporsi yang sama sebesar 0,8%. Umur 31-40 tahun berdasarkan jenis kelamin juga memiliki proporsi yang sama sebesar 3,1%. Umur 41-50 tahun tertinggi adalah perempuan yaitu 9,2%, umur 51-60 tahun tertinggi adalah perempuan yaitu 16,9%, dan umur > 60 tahun tertinggi adalah perempuan yaitu 30,8%.

Berdasarkan Gambar 6.1. menunjukkan bahwa proporsi umur tertinggi didapat pada kelompok umur > 60 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan darah meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. Tekanan darah tinggi sangat sering terjadi pada orang berusia > 60 tahun karena tekanan darah secara alami cenderung meningkat seiring bertambahnya usia.7 Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi berdasarkan kelompok umur yang paling tinggi terdapat pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu 63,5% dan pada kelompok umur diatas 75 tahun yaitu 67,3%.24

Berdasarkan Gambar 6.1. menunjukkan bahwa proporsi jenis kelamin tertinggi adalah perempuan yaitu sebesar 9,2%, dimulai pada kelompok umur 41-50 tahun ke atas ada kecenderungan penderita hipertensi pada perempuan meningkat dibandingkan laki-laki. Hal ini kemungkinan karena faktor hormonal yaitu berkurangnya hormon estrogen pada perempuan yang telah menopause sehinggga memicu meningkatnya tekanan darah.

Tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses fisiologi yang bekerja bersamaan. Serangkaian mekanisme inilah yang memastikan darah mengalir di sirkulasi dan memungkinkan jaringan mendapatkan nutrisi agar dapat berfungsi

dengan baik. Jika salah satu mekanisme mengalami gangguan, maka dapat terjadi tekanan darah tinggi.7 Tekanan darah diatur oleh serangkaian saraf dan hormon yang memonitor volume darah dalam sirkulasi, diameter pembuluh darah, dan kontraksi darah. Setiap faktor ini secara intrinstik berkaitan erat dengan pengaturan tekanan darah di dalam pembuluh darah.7

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sukresna (2009) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tahun 2004-2008 memperoleh jumlah penderita hipertensi tertinggi adalah > 60 tahun sebesar 31,2%. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Sukresna (2009) yang memperoleh jumlah penderita hipertensi tertinggi pada perempuan sebesar 59,3%.40

b. Suku

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan suku yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 6.2. Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Suku yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Berdasarkan Gambar 6.2. dapat diketahui bahwa proporsi penderita hipertensi berdasarkan suku tertinggi adalah batak sebesar 77,7% dan terendah adalah suku Lain-lain (hindia, minang) sebesar 1,5%. Hal ini berkaitan dengan dengan jumlah pengunjung yang datang memeriksakan dirinya ke Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar paling banyak adalah suku batak.

Suku Batak pada umumnya lebih cenderung terkena hipertensi karena mengkonsumsi garam yang banyak dalam kehidupan sehari – hari. Setiap makanan yang dikonsumsi mengandung banyak garam dan setiap resepsi adat selalu menggunakan makanan yang tinggi kolesterol khususnya daging babi dan dalam suku batak memotong daging babi ketika ada resepsi adat adalah pertanda suatu kehormatan. Disamping itu, suku batak punya satu kebiasaan ketika berkumpul dengan sesama khususnya pria selalu mengkonsumsi alkohol seperti minuman – minuman keras dan tuak.38

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nenny Tripena (2011) di Rumah Sakit Bhayangkara Medan tahun 2008-2010 yang memperoleh proporsi penderita hipertensi berdasarkan suku yang tertinggi adalah Batak yaitu sebesar 50,9%.39

c. Agama

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan agama yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 6.3. Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Agama yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Berdasarkan Gambar 6.3. dapat diketahui bahwa proporsi penderita hipertensi berdasarkan agama tertinggi adalah Kristen Protestan sebesar 64,6% dan terendah Katholik dan Budha dengan masing-masing sebesar 3,9%. Agama bukan merupakan faktor risiko terjadinya penyakit hipertensi karena penyakit hipertensi dapat diderita oleh semua pemeluk agama. Hasil dari penelitian ini lebih banyak Kristen Protestan menunjukkan sebagian besar pasien yang datang berobat ke Rumah Sakit Vita Insani adalah beragama Kristen Protestan. Penelitian ini dapat dihubungkan dengan penderita hipertensi yang berobat ke Rumah Sakit Vita Insani adalah bersuku Batak dan sebagian besar beragama Kristen Protestan.

d. Pekerjaan

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan pekerjaan yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 6.4. Diagram Bar Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Pekerjaan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Berdasarkan Gambar 6.4. dapat diketahui bahwa proporsi penderita hipertensi berdasarkan pekerjaan tertinggi adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) sebesar 24,6% dan terendah adalah Pensiunan sebesar 11,5%. Hasil penelitian ini dapat dihubungkan dengan hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin penderita yang menunjukkan jenis kelamin penderita hipertensi tertinggi adalah perempuan sebesar 60,8%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sukresna (2009) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekan Baru Tahun 2004-2008, memperoleh

hasil penderita hipertensi berdasarkan pekerjaan tertinggi adalah Ibu Rumah Tangga sebesar 29,8%.40

e. Status Perkawinan

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan status perkawinan yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 6.5. Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Status Perkawinan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Berdasarkan Gambar 6.5. dapat diketahui bahwa proporsi penderita hipertensi berdasarkan status perkawinan tertinggi adalah kawin sebesar 66,9% dan terendah adalah tidak kawin sebesar 4,6%. Hal ini dapat dihubungkan dengan hasil penelitian berdasarkan pekerjaan penderita yang tertinggi adalah Ibu Rumah Tangga sebesar 24,6%. Pada pekerjaan tersebut umumnya sudah menikah.

Kemudian dari gambar 6.5. dapat diketahui status janda terdapat pada urutan kedua yaitu sebesar 23,1%. Kemungkinan tingginya pada perempuan yang berstatus janda diakibatkan beberapa faktor seperti pengaruh hormonal juga dapat diakibatkan oleh tingkat stress yang dialami. Tekanan darah lebih tinggi telah dihubungkan dengan peningkatan stress, yang timbul dari tuntutan pekerjaan, hidup dalam lingkungan kriminal yang tinggi, kehilangan pekerjaan dan pengalaman yang mengancam nyawa terpapar ke stress bisa menaikkan tekanan darah dan hipertensi dini cenderung menjadi reaktif. Aktivasi berulang susunan saraf simpati oleh stress dapat memulai tangga hemodinamik yang menimbulkan hipertensi menetap.30

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Flora Sumbayak (2007) di Rumah Sakit Umum Herna Medan tahun 2005-2006 yang memperoleh hasil penderita hipertensi berdasarkan status perkawinan tertinggi adalah yang sudah kawin (tidak janda/duda) sebesar 99,5%.41

f. Tempat Tinggal

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan tempat tinggal yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 6.6. Diagram Bar Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Tempat Tinggal yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Berdasarkan Gambar 6.6. dapat diketahui bahwa proporsi penderita hipertensi berdasarkan tempat tinggal tertinggi adalah berada di luar Pematangsiantar yaitu yang terdiri dari kabupaten Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, dan yang terakhir dari Serdang Bedagai. Sebagian besar berasal dari kabupaten Simalungun.

Secara geografis Kota Pematangsiantar diapit Kabupaten Simalungun. Kota ini juga menghubungkan jalan darat ke kabupaten-kabupaten lainnya seperti Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan. Kota Pematangsiantar hanya berjarak 128 Km dari Medan dan 52 Km dari Prapat sehingga sering menjadi kota perlintasan.37

6.1.2. Keluhan Utama

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan keluhan utama yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 6.7. Diagram Bar Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keluhan Utama yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Berdasarkan Gambar 6.7. dapat diketahui bahwa proporsi penderita hipertensi berdasarkan keluhan utama tertinggi adalah sakit kepala sebesar 71,5% dan yang terendah adalah jantung berdebar-debar sebesar 3,1%. Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala

yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan.19

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut yaitu sakit kepala, kelelahan, mual, muntah,sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan di otak.19

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sapardiyah, dkk (2001) di Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya yang memperoleh proporsi penderita hipertensi dengan keluhan terbanyak adalah sakit kepala di Jakarta sebesar 80%, di Yogyakarta sebesar 45,2% dan di Surabaya sebesar 60%.42

6.1.3. Derajat Hipertensi

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 6.8. Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Berdasarkan Gambar 6.8. dapat diketahui bahwa proporsi penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi sebagian besar adalah hipertensi derajat 3 sebesar 66,2% dan terendah adalah hipertensi derajat 1 sebesar 14,6%. Hipertensi derajat 3 adalah hipertensi berat dimana TDS ≥180 mmHg dan atau TDD ≥110 mmHg. Artinya kondisi pasien yang membutuhkan pertolongan medis.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sri Wahyuni (2004) di Rumah Sakit Tanjung Pura yang mendapatkan bahwa proporsi penderita hipertensi tertinggi pada hipertensi berat sebesar 50,9%, diikuti dengan hipertensi sedang sebesar 34,2%.43

6.1.4. Status Penyakit Penyerta

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan status penyakit penyerta yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 6.9. Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Status Penyakit Penyerta yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Berdasarkan Gambar 6.9. dapat diketahui bahwa proporsi penderita hipertensi berdasarkan status penyakit penyerta umumnya adalah tidak ada penyakit penyerta sebesar 76,9%. Dan sisanya yang terendah adalah terdapat penyakit penyerta sebesar 23,1%. Meskipun sebagian besar penderita tidak memiliki penyakit penyerta namun penderita tetap perlu dirawat untuk mengontrol tekanan darah kembali normal dan mencegah terjadinya komplikasi.

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan

dengan tekanan darah tinggi. Tekanan darah kita secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi tersebut menjadi masalah hanya bila tekanan darah itu persisten.7

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Lastiar (2009) di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Kabupaten Toba Samosir yang memperoleh proporsi penderita hipertensi dengan adanya penyakit penyerta tertinggi adalah tidak ada sebesar 81,2%. Dan yang terendah adalah ada penyakit penyerta sebesar 18,8%.44

6.1.5. Penyakit Penyerta

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan penyakit penyerta yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 6.10. Diagram Bar Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Penyakit Penyerta yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Berdasarkan Gambar 6.10. dapat diketahui bahwa proporsi penderita hipertensi berdasarkan penyakit penyerta adalah Stroke dan Diabetes Mellitus(DM) dengan masing-masing sebesar 33,3% dan yang terendah adalah Gagal Ginjal sebesar 3,4 %.

Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.22

33,3 33,3 20,0 10,0 3,4 0 5 10 15 20 25 30 35 Stroke Diabetes Mellitus (DM) Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Lebih dari satu Gagal Ginjal

P ro p o rs i (% )

Tekanan darah secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan seperti membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang.7 Bila tekanan darah tinggi tidak dapat dikontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian komplikasi serius dan penyakit kardiovaskular seperti angina atau rasa tidak nyaman di dada dan serangan jantung, stroke, gagal jantung, kerusakan ginjal, gagal ginjal, masalah mata, hipertensif encephalopathy

sering dirujuk pada penyakit organ akhir.21

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nenny (2011) di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010 memperoleh proporsi penderita hipertensi yang mengalami komplikasi tertinggi adalah diabetes mellitus sebesar 39,7%.39 Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Lastiar (2009) di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2005-2007 memperoleh proporsi penderita hipertensi yang mengalami komplikasi tertinggi adalah stroke sebesar 66,6%.44

6.1.6. Lama Rawatan Rata-rata

Berdasarkan tabel 5.8. menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata penderita hipertensi adalah 3,75 hari. Standar Deviasi (SD) = 2,538 dengan koefisien of varian > 10 % artinya hari rawatan penderita hipertensi bervariasi dengan lama rawatan paling singkat adalah 1 hari dan paling lama adalah 15 hari. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini lama rawatan rata-rata penderita

hipertensi di antara 3,31 sampai dengan 4,19 atau jika digenapkan dengan satuan hari maka lama rawatan rata-rata penderita hipertensi yaitu 3-4 hari.

6.1.7. Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 6.11. Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Berdasarkan Gambar 6.11. dapat diketahui bahwa proporsi penderita hipertensi berdasarkan keadaan sewaktu pulang mayoritas adalah Pulang Berobat Jalan (PBJ) sebesar 83,1% dan minoritas adalah meninggal sebesar 6,9%. Penderita pulang berobat jalan karena tekanan darah penderita telah kembali normal dan pertimbangan dokter memperbolehkan pulang berobat jalan. Penderita yang pulang

atas permintaan sendiri kemungkinan disebabkan ingin mendapat perawatan yang lebih baik di rumah sakit lainnya atau keinginan untuk dirawat di rumah.

Penderita yang meninggal dunia sebanyak 9 orang, yaitu dengan jenis kelamin 6 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Penderita meninggal dengan komplikasi stroke 4 orang, dengan diabetes mellitus 1 orang, dengan penyakit jantung koroner 1orang, dengan komplikasi stroke dan diabetes mellitus 1 orang dan 2 orang tidak dengan komplikasi. Sebanyak 8 penderita yang meninggal dengan hipertensi derajat 3, hanya 1 orang dengan hipertensi derajat 2. Dan telah berusia lanjut yaitu berumur 90 tahun, 79 tahun, 78 tahun, 74 tahun,72 tahun, 64 tahun, 59 tahun, 54 tahun, 52 tahun.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nenny (2011) di Rumah Sakit Bhayangkara Medan Tahun 2008-2010 memperlihatkan bahwa proporsi keadaan sewaktu pulang penderita hipertensi tertinggi adalah pulang berobat jalan (PBJ) sebesar 88,6% dan yang terendah adalah meninggal dunia sebesar 2,3%.39

6.2. Analisa Statistik

6.2.1. Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi

Proporsi umur penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 6.12. Diagram Bar Proporsi Umur Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Berdasarkan Gambar 6.12. dapat diketahui bahwa proporsi umur penderita dengan hipertensi derajat 1 tertinggi adalah umur > 40 tahun sebesar 84,2%. Dengan hipertensi derajat 2 tertinggi adalah umur > 40 tahun sebesar 96,0%. Dengan hipertensi derajat 3 tertinggi adalah umur > 40 tahun sebesar 94,2%.

Menurut Kaplan (1991) prevalensi penderita hipertensi umumnya paling tinggi dijumpai pada usia > 40 tahun.23 Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Lastiar (2009) di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2005-2007 memperoleh penderita hipertensi sebagian besar berusia > 40 tahun sebesar 91,1%.44

Dari gambar juga dapat dilihat pada kelompok umur > 40 tahun, proporsi derajat hipertensi mengalami peningkatan yaitu hipertensi derajat 1 (84,2%), dilanjutkan hipertensi derajat 2 (96,0%) dan hipertensi derajat 3 (94,2%). Sebaliknya,

pada kelompok umur ≤ 40 tahun , proporsi derajat hipertensi mengalami penurunan yaitu hipertensi derajat 1 (15,8%), hipertensi derajat 2 (4,0%), hipertensi derajat 3 (5,8%). Artinya tekanan darah atau derajat hipertensi cenderung meningkat seiring bertambahnya usia.7

Ada beberapa kelompok populasi yang kecenderungan risiko hipertensinya lebih tinggi salah satunya adalah orang yang berusia lanjut, tekanan darah tinggi sangat sering terjadi pada orang berusia > 60 tahun karena secara alami cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Di Inggris, prevalensi tekanan darah tinggi pada usia pertengahan adalah sekitar 20% dan meningkat lebih dari 50% pada usia > 60 tahun. Tekanan darah tinggi juga dapat terjadi pada usia muda, namun prevalensinya rendah (kurang dari 20%).7

Analisa uji statistik dengan uji chi-square tidak dapat dilakukan karena terdapat 2 sel (33,3%) yang expected count-nya kurang dari 5.

6.2.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Derajat Hipertensi

Proporsi jenis kelamin penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 6.13. Diagram Bar Proporsi Jenis Kelamin Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Berdasarkan Gambar 6.13. dapat diketahui bahwa proporsi jenis kelamin penderita dengan hipertensi derajat 1 tertinggi adalah berjenis kelamin laki-laki sebesar 52,6%. Dengan hipertensi derajat 2 tertinggi adalah berjenis kelamin perempuan sebesar 72,0%, dan hipertensi derajat 3 tertinggi adalah berjenis kelamin perempuan sebesar 60,5%.

Kemungkinan tingginya pada perempuan diakibatkan beberapa faktor seperti pengaruh hormonal dan juga dapat diakibatkan oleh tingkat stress yang dialami. Tekanan darah lebih tinggi telah dihubungkan dengan peningkatan stress, yang timbul dari tuntutan pekerjaan, hidup dalam lingkungan kriminal yang tinggi, kehilangan pekerjaan dan pengalaman yang mengancam nyawa terpapar ke stress bisa menaikkan tekanan darah dan hipertensi dini cenderung menjadi reaktif. Aktivasi

berulang susunan saraf simpati oleh stress dapat memulai tangga hemodinamik yang menimbulkan hipertensi menetap.30

Analisa uji statistik dengan uji chi-square diperoleh p>0,05 artinya tidak ada

Dokumen terkait