• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di RS Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di RS Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2010-2011

SKRIPSI

Oleh:

NIM. 081000050 EVI SUSANTI SINAGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2010-2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM. 081000050 EVI SUSANTI SINAGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul:

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2010-2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

NIM. 081000050 EVI SUSANTI SINAGA

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 18 Oktober 2012 dan

Dinyatakan telah Memenuhi Syarat untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

drh. Hiswani, M.Kes

NIP. 19650112 199402 2 001 NIP. 19640404 199203 1 005 Drs. Jemadi, M.Kes

Penguji II Penguji III

drh. Rasmaliah, M.Kes dr. Taufik Ashar, MKM NIP. 19590818 198503 2 002 NIP. 19780331 200312 1 001

Medan, Oktober 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia karena hipertensi sering muncul tanpa gejala. . Di Indonesia, penderita hipertensi diperkirakan sebesar 15 juta tetapi hanya 4% yang hipertensi terkendali. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%. Menurut Depkes RI (2010) mengemukakan hipertensi penyebab kematian nomor tiga dengan PMR mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi yang dirawat inap di RS Vita Insani Pematangsiantar, telah dilakukan penelitian bersifat deskriptif dengan desain case series dilanjutkan dengan analisis statistik. Populasi dan sampel berjumlah 130 data penderita hipertensi rawat inap.

Dari data yang tercatat, diperoleh hasil proporsi penderita perempuan tertinggi pada kelompok umur >60 tahun (30,8%), Batak (77,7%), Kristen Protestan (64,6%), ibu rumah tangga (24,6%), berstatus kawin (66,9%), diluar Pematangsiantar (59,2%), sakit kepala (71,5%), hipertensi derajat 3 (66,2%), tidak ada penyakit penyerta (76,9%), stroke dan diabetes mellitus (33,3%), lama rawatan rata-rata 3,75 hari, pulang berobat jalan (83,1%). Tidak ada perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan derajat hipertensi (p=0,252). Tidak ada perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata penderita hipertensi dengan derajat hipertensi (p=0,922).

Kepada Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar agar melengkapi pencatatan data pendidikan pasien yang dirawat inap. Kepada penderita hipertensi yang berusia > 60 tahun agar rutin memeriksakan tekanan darahnya dan menjaga pola makan dan hidup yang sehat. Masyarakat harus diberdayakan, melalui pendidikan agar dapat berperan secara efektif pada program pencegahan dan pengendalian hipertensi.

(5)

ABSTRACT

Hypertension is one of the degenerative disease a public health problem in the world because hypertension often appears without symptoms. In Indonesia, people with hypertension are estimated at 15 million but only 4% controlled hypertension. Health Research Association (Riskesdas) Balitbangkes in 2007 showed the prevalence of hypertension nationally reached 31,7%. According to the Ministry of Health of the Republic of Indonesia (2010) suggested that hypertension is the third cause of death is by PMR 6,7% of the population deaths in all age groups in Indonesia. To know the characteristics of patients who are hospitalized at Vita Insani Hospital Pematangsiantar, descriptive study has been done by using case series design and continued with the statistical analysis. The population and sample were 130 data patients (total sampling).

From the recorded data, the results obtained by the highest proportion of female patients in the age group >60 years (30,8%), Batak (77,7%), Protestant (64,6%), house wives (24,6%), married (66,9%), out of Pematangsiantar (59,2%), headache (71,5%), third degree of hypertension (66,2%) without comorbidity (76,9%), stroke, and diabetes mellitus (33,3%), average length of stay 3,75 days, medically discharged and becoming out patient (83,1%). There is no significant difference between the sexes with the degree of hypertension (p= 0,252). There is no significant difference in the average length of stay patients with a degree of hypertension (p = 0,922).

To the Vita Insani Hospital Pematangsiantar that complement education data recording hospitalized patients. To hypertensive patients aged> 60 years for his blood pressure checked regularly and maintain a diet and a healthy life. Communities should be empowered, through education in order to contribute effectively to the prevention and control of hypertension.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Evi Susanti Sinaga

Tempat/ Tanggal Lahir : Balata Pekan/ 25 Mei 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin Anak ke : 6 dari 6 bersaudara

Alamat Rumah : Jln. Pinus II No. 24, Perumnas Simalingkar, Medan

Riwayat Pendidikan

Tahun 1996-2002 : SD Negeri No. 190494 Jorlang Hataran

Tahun 2002-2005 : SMP Negeri 1 Jorlang Hataran, Kab Simalungun Tahun 2005-2008 : SMA Negeri 3 Pematangsiantar

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul, “Karakteristik Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di RS Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011” yang merupakan salah satu prasyarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU. 3. Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan

waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

(8)

6. Bapak dr. Taufik Ashar, MKM selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku Dosen Pembimbing Akademik.

8. Direktur RS Vita Insani Pematangsiantar, Ibu Kepala Bagian Rekam Medik RS Vita Insani Pematangsiantar beserta seluruh staf yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

9. Orangtuaku tercinta Ayahanda di surga Jariaman Sinaga dan Ibunda Nurmina Silalahi yang menjadi inspirator bagi penulis dan telah memberikan motivasi serta dukungan doa kepada penulis dan juga kepada kakak dan abang tercinta: Saurma Sinaga, Dumawati Sinaga, Edward NH Sinaga, Purnama Sinaga, Heryanto Sinaga, Donny Ray Simamora, Hendra Purba dan keponakanku Jonathan atas kasih sayang, perhatian, dan semangat yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman KTB “Ebenhaezer” (Kak Nata, Merlyn, Fitri, Rani), adik-adik kelompok kecilku “Eliezer” (Chatarina, Fidrin, Hermin, Kristina, Olivia, Susy) dan “Masterpiece” (Daniel, Elfirst, Erick, Hengky, John Andry, Tommy) yang telah memberikan semangat dan dukungan doa kepada penulis dalam selama perkuliahan dan juga dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

12. Teman-teman peminatan epidemiologi yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi serta berbagi ilmu kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyajian skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Oktober 2012

(10)

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi ... 8

2.1.1. Hipertensi ... 8

2.1.2. Tekanan Darah ... 10

2.2. Klasifikasi Hipertensi ... 10

2.2.1. Berdasarkan Penyebab ... 10

2.2.2. Berdasarkan TDS dan TDD ... 12

2.3. Gejala Klinis ... 13

2.4. Komplikasi ... 14

2.5. Epidemiologi Hipertensi ... 15

(11)

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 31

4.2.2. Waktu Penelitian ... 31

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

4.3.1. Populasi Penelitian ... 31

5.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar 33 5.1.2. Visi dan Misi Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar .. 34

5.1.3. Fasilitas Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar ... 35

5.1.4. Tenaga Kerja di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar 35 5.2. Deskriptif ... 35

5.2.1. Sosiodemografi ... 35

5.2.2. Keluhan Utama ... 38

5.2.3. Derajat Hipertensi ... 39

5.2.4. Status Penyakit Penyerta ... 39

5.2.5. Penyakit Penyerta ... 40

5.2.6. Lama Rawatan Rata-rata ... 40

5.2.7. Keadaan Sewaktu Pulang ... 41

5.3. Analisa Statistik ... 42

5.3.1. Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 42

5.3.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 42

5.3.3. Status Penyakit Penyerta Berdasarkan Derajat Hipertensi . 43 5.3.4. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Derajat Hipertensi . 44 5.3.5. Derajat Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang . 45 BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Distribusi Penderita Hipertensi ... 46

6.1.1. Sosiodemografi ... 46

6.2.1. Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 63

6.2.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Derajat Hipertensi ... 65

(12)

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... 72 7.2. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Master Data

Lampiran 2 : Hasil Pengolahan Data Lampiran 3 : Tabel lebih dari 1 keluhan

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Tenaga Kerja di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar ... 35 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Umur Dan

Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 36 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan

Sosiodemografi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 37 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keluhan

Utama yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 38 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat

Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 39 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Status

Penyakit Penyerta yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 39 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Penyakit

Penyerta yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 40 Tabel 5.8. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di

Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 41 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 41 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Umur Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat

Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 42 Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Hipertensi

(14)

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Status Penyakit Penyerta Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 43 Tabel 5.13. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat

Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita nsani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 44 Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Derajat Hipertensi Penderita Hipertensi

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Bar Porporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 46 Gambar 6.2. Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Suku yang

Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 48 Gambar 6.3. Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Agama

yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 50 Gambar 6.4. Diagram Bar Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Pekerjaan

yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 51 Gambar 6.5. Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Status

Perkawinan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 52 Gambar 6.6. Diagram Bar Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Tempat

Tinggal yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 54 Gambar 6.7. Diagram Bar Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keluhan

Utama yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 55 Gambar 6.8. Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat

Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 57 Gambar 6.9.Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Status

Penyakit Penyerta yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 58 Gambar 6.10.Diagram Bar Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Penyakit

(16)

Gambar 6.11.Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 62 Gambar 6.12.Diagram Bar Proporsi Umur Penderita Hipertensi Berdasarkan

Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 64 Gambar 6.13.Diagram Bar Proporsi Jenis Kelamin Penderita Hipertensi

Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 66 Gambar 6.14.Diagram Bar Proporsi Status Penyakit Penyerta Penderita

Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 67 Gambar 6.15.Diagram Bar Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Penderita

Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011 ... 69 Gambar 6.16.Diagram Bar Proporsi Derajat Hipertensi Penderita Hipertensi

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-201 ... 70

(17)

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia karena hipertensi sering muncul tanpa gejala. . Di Indonesia, penderita hipertensi diperkirakan sebesar 15 juta tetapi hanya 4% yang hipertensi terkendali. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%. Menurut Depkes RI (2010) mengemukakan hipertensi penyebab kematian nomor tiga dengan PMR mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi yang dirawat inap di RS Vita Insani Pematangsiantar, telah dilakukan penelitian bersifat deskriptif dengan desain case series dilanjutkan dengan analisis statistik. Populasi dan sampel berjumlah 130 data penderita hipertensi rawat inap.

Dari data yang tercatat, diperoleh hasil proporsi penderita perempuan tertinggi pada kelompok umur >60 tahun (30,8%), Batak (77,7%), Kristen Protestan (64,6%), ibu rumah tangga (24,6%), berstatus kawin (66,9%), diluar Pematangsiantar (59,2%), sakit kepala (71,5%), hipertensi derajat 3 (66,2%), tidak ada penyakit penyerta (76,9%), stroke dan diabetes mellitus (33,3%), lama rawatan rata-rata 3,75 hari, pulang berobat jalan (83,1%). Tidak ada perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan derajat hipertensi (p=0,252). Tidak ada perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata penderita hipertensi dengan derajat hipertensi (p=0,922).

Kepada Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar agar melengkapi pencatatan data pendidikan pasien yang dirawat inap. Kepada penderita hipertensi yang berusia > 60 tahun agar rutin memeriksakan tekanan darahnya dan menjaga pola makan dan hidup yang sehat. Masyarakat harus diberdayakan, melalui pendidikan agar dapat berperan secara efektif pada program pencegahan dan pengendalian hipertensi.

(18)

ABSTRACT

Hypertension is one of the degenerative disease a public health problem in the world because hypertension often appears without symptoms. In Indonesia, people with hypertension are estimated at 15 million but only 4% controlled hypertension. Health Research Association (Riskesdas) Balitbangkes in 2007 showed the prevalence of hypertension nationally reached 31,7%. According to the Ministry of Health of the Republic of Indonesia (2010) suggested that hypertension is the third cause of death is by PMR 6,7% of the population deaths in all age groups in Indonesia. To know the characteristics of patients who are hospitalized at Vita Insani Hospital Pematangsiantar, descriptive study has been done by using case series design and continued with the statistical analysis. The population and sample were 130 data patients (total sampling).

From the recorded data, the results obtained by the highest proportion of female patients in the age group >60 years (30,8%), Batak (77,7%), Protestant (64,6%), house wives (24,6%), married (66,9%), out of Pematangsiantar (59,2%), headache (71,5%), third degree of hypertension (66,2%) without comorbidity (76,9%), stroke, and diabetes mellitus (33,3%), average length of stay 3,75 days, medically discharged and becoming out patient (83,1%). There is no significant difference between the sexes with the degree of hypertension (p= 0,252). There is no significant difference in the average length of stay patients with a degree of hypertension (p = 0,922).

To the Vita Insani Hospital Pematangsiantar that complement education data recording hospitalized patients. To hypertensive patients aged> 60 years for his blood pressure checked regularly and maintain a diet and a healthy life. Communities should be empowered, through education in order to contribute effectively to the prevention and control of hypertension.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa peningkatan kesehatan ini, baik kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat harus diupayakan. Upaya mewujudkan kesehatan tersebut dapat dilihat dari dua aspek, yakni pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan kesehatan mencakup dua aspek yakni preventif dan promotif. Untuk meningkatkan kesehatan seseorang atau masyarakat ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu lingkungan fisik, mental, sosial, budaya, politik, maupun ekonomi, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan, dan faktor hereditas. Keempat faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain dalam memengaruhi seseorang atau masyarakat terkena penyakit menular maupun penyakit tidak menular.1

(20)

Hal ini sering terjadi seiring dengan berubahnya gaya hidup, sosial ekonomi dan meningkatnya pola risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dan lain sebagainya.2

Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Proporsi angka kematian akibat PTM meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis. Kematian akibat PTM terjadi di perkotaan dan perdesaan.3

Hipertensi memang dapat dikatakan sebagai pembunuh diam-diam atau the silent killer.4 Hipertensi umumnya terjadi tanpa gejala (asimptomatis). Sebagian besar orang tidak merasakan apapun, walau tekanan darahnya sudah jauh di atas normal. Hal ini dapat berlangsung bertahun-tahun sampai akhirnya penderita (yang tidak merasa menderita) jatuh ke dalam kondisi darurat, dan bahkan terkena penyakit jantung, stroke atau rusak ginjalnya. Komplikasi ini yang kemudian banyak berujung pada kematian sehingga yang tercatat sebagai penyebab kematian adalah komplikasinya.5

(21)

pembuluh darah jantung (kardiovaskular) paling umum yang merupakan tantangan kesehatan utama masyarakat yang sedang mengalami perubahan sosioekonomi dan epidemiologi. Hipertensi merupakan salah satu faktor utama risiko kematian karena gangguan kardiovaskular yang mengakibatkan kematian 20-50% dari seluruh kematian.6

Di seluruh dunia, hampir 1 miliar orang atau sekitar seperempat dari seluruh populasi orang dewasa menyandang hipertensi. Di Inggris (United Kingdom), penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang. Di Inggris (England), 34% pria dan 30% wanita menyandang hipertensi. Pada populasi usia lanjut, angka penyandang hipertensi lebih banyak lagi yaitu dialami oleh lebih dari separuh populasi orang yang berusia di atas 60 tahun.7 Hipertensi membunuh hampir 8 juta orang setiap tahun, di seluruh dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahun di Asia Tenggara. Sekitar sepertiga dari populasi orang dewasa di daerah Asia Tenggara memiliki tekanan darah tinggi.8

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%. Prevalensi ini jauh lebih tinggi dibanding Singapura (27,3%), Thailand (22,7%), dan Malaysia (20%).5 Sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi. Keadaan ini tentunya sangat berbahaya yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat.9

(22)

sedang berobat untuk itu. Sebaliknya sebesar 50% penderita tidak menyadari diri sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menderita hipertensi yang lebih berat.2

Profil Kesehatan Sumatera Utara (2001) melaporkan bahwa prevalensi hipertensi di Sumatera Utara sebesar 91 per 100.000 penduduk, sebesar 8,21% pada kelompok umur di atas 60 tahun untuk penderita rawat jalan. Berdasarkan penyakit penyebab kematian pasien rawat inap di Rumah Sakit Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Utara, hipertensi menduduki peringkat pertama dengan proporsi kematian sebesar 27,02% (1.162 orang), pada kelompok umur ≥ 60 tahun sebesar 20,23% (1.349 orang).10

Menurut Depkes RI (2010) mengemukakan bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni dengan PMR (Proportional Mortality Rate) mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg.9

(23)

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar, jumlah penderita hipertensi yang di rawat inap tahun 2010-2011 sebanyak 130 orang. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar pada tahun 2010-2011.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita pertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan sosiodemorafi yang meliputi umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, status perkawinan, dan tempat tinggal.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan keluhan utama.

(24)

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan status penyakit penyerta.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan penyakit penyerta.

f. Untuk mengetahui distribusi penderita hipertensi berdasarkan lama rawatan rata-rata.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita hipertensi berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan derajat hipertensi. i. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan derajat

hipertensi.

j. Untuk mengetahui distribusi proporsi status penyakit penyerta penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi.

k. Untuk mengetahui distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan derajat hipertensi.

l. Untuk mengetahui distribusi proporsi derajat hipertensi berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

1.4. Manfaat Penelitian

(25)

b. Sebagai sarana meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU) dan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi

2.1.1. Hipertensi

Hipertensi adalah tekanan darah yang kuat dan konstan memompa darah melalui pembuluh darah.7 Terjadi bila darah memberikan gaya yang lebih tinggi dibandingkan kondisi normal secara persisten pada sistem sirkulasi.13

Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat / tenang.14 Menurut WHO (2011) batas normal tekanan darah adalah kurang dari atau 120 mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau 80 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg.8

Stadium hipertensi yang mencerminkan beratnya penyakit, menurut The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure

(JNC-VII) tahun 2003 hipertensi dibedakan berdasarkan Tekanan Darah Sistolik (TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD) sebagai berikut:15

a. Normal bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg b. Prehypertension bila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan diastolik

80-89 mmHg

(27)

d. Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan diastolik ≥100 mmHg

Menurut petunjuk WHO-ISH klasifikasi hipertensi menyerupai JNC VI, yaitu:16

a. Optimal bila tekanan sistolik <120 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mmHg

b. Normal bila tekanan sistolik <130 mmHg dan tekanan darah diastolik <85 mmHg

c. Normal tinggi bila tekanan sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 85-89 mmHg

d. Hipertensi derajat 1 (ringan) bila tekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-99 mmHg

e. Hipertensi derajat 2 (sedang) bila tekanan sistolik 160-179 mmHg dan tekanan darah diastolik 100-109 mmHg

f. Hipertensi derajat 3 (berat) bila tekanan sistolik ≥180 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg

g. Hipertensi sistolik (Isolated Sistolic Hypertension) bila tekanan sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik <90 mmHg

(28)

2.1.2. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah gaya (atau dorongan) darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh.7 Gaya yang menghasilkan kekuatan memungkinkan darah sebagai pembawa oksigen serta zat-zat lain yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh dapat beredar sehingga seluruh jaringan tubuh dapat hidup dan dapat melaksanakan masing-masing tugasnya.17

Tekanan darah terdiri dari tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan darah sistolik (TDS) yaitu tekanan di arteri saat jantung berdenyut atau berkontraksi memompa darah ke sirkulasi. Tekanan darah diastolik (TDD) yaitu tekanan di arteri saat jantung berelaksasi di antara dua denyutan (kontraksi). Tekanan darah pada orang dewasa sangat bervariasi. Tekanan darah sistolik berkisar antara 95-140 mmHg. Di lain pihak tekanan diastolik berkisar antara 60-90 mmHg. Walaupun demikian tekanan darah pada umumnya berkisar pada rata-rata nilai normal sekitar 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik. Kedua tekanan tersebut di atas merupakan tekanan yang dihasilkan oleh aktivitas kerja jantung sebagai pompa dan menyebabkan darah mengalir di dalam sistem arteri secara terputus-putus dan terus-menerus tiada henti-hentinya.7,18

2.2. Klasifikasi Hipertensi 2.2.1. Berdasarkan Penyebab

a. Hipertensi Primer (Hipertensi Esensial)

(29)

hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi. Hipertensi primer kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.19

Selama 75 tahun terakhir telah banyak penelitian untuk mencari etiologinya. Tekanan darah merupakan hasil curah jantung dan resistensi vascular sehingga tekanan darah meningkat jika curah jantung meningkat, resistensi vascular perifer bertambah, atau keduanya. Meskipun mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi melibatkan perubahan-perubahan tersebut, hipertensi sebagai kondisi klinis biasanya diketahui beberapa tahun setelah kecenderungan ke arah sana di mulai.20

Pada hipertensi yang baru mulai curah jantung biasanya sedikit meningkat dan resistensi perifer normal. Pada tahap hipertensi lanjut, curah jantung cenderung menurun dan resistensi perifer meningkat. Adanya hipertensi juga menyebabkan penebalan dinding arteri dan arteriol. Banyaknya faktor yang mempengaruhi dan mungkin berbeda antar individu menyebabkan penelitian etiologinya semakin sulit.20 b. Hipertensi Sekunder (Hipertensi non Esensial)

Hipertensi sekunder adalah jika penyebabnya diketahui. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). 19

(30)

b.1. Penyakit parenkim ginjal (3%). Setiap penyebab gagal ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, sebab-sebab penyumbatan) akan menyebabkan kerusakan parenkim akan cenderung menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan mengakibatkan kerusakan ginjal.

b.2. Penyakit renovaskular (1%). Terdiri atas penyakit yang memnyebabkan gangguan pasokan darah ginjal dan secara umum dibagi atas aterosklerosis, yang terutama mempengaruhi sepertiga bagian proksimal arteri renalis dan paling sering terjadi pada pasien usia lanjut, dan fibrodisplasia yang terutama mempengaruhi 2/3 bagian distal.

b.3. Endokrin (1%). Pertimbangan aldosteronisme primer (sindrom Conn) jika terdapat hipokelemia bersama hipertensi. Tingginya kadar aldosteron dan rennin yang rendah akan mengakibatkan kelebihan (overload) natrium dan air. 2.2.2. Berdasarkan TDS dan TDD

Menurut The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII) tahun 2003 hipertensi dibedakan berdasarkan Tekanan Darah Sistolik (TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD) sebagai berikut:15

e. Normal bila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan diastolik <80 mmHg f. Prehypertension bila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan diastolik

80-89 mmHg

(31)

h. Hipertensi stadium 2 bila tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥100 mmHg

2.3. Gejala Klinis

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan.19

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut yaitu sakit kepala, kelelahan, mual, muntah,sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan di otak.19

Hipertensi yang berujung pada komplikasi menunjukkan gejala kerusakan organ. Adapun yang menjadi gejala kerusakan organ yaitu:6

2.3.1. Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, penglihatan terganggu, serangan iskemik sesaat, gangguan panca indera atau gerak

2.3.2. Jantung: berdebar-debar, nyeri dada, napas pendek, pergelangan kaki bengkak

2.3.3. Ginjal: haus, poliuria, nokturia, hematuria

(32)

2.4. Komplikasi

Tekanan darah secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah hanya bila tekanan darah tersebut persisten. Tekanan seperti membuat sistem sirkulasi dan organ yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang.7 Bila tekanan darah tinggi tidak dapat dikontrol dengan baik, maka dapat terjadi serangkaian komplikasi serius dan penyakit kardiovaskular seperti angina atau rasa tidak nyaman di dada dan serangan jantung, stroke, gagal jantung, kerusakan ginjal, gagal ginjal, masalah mata, hipertensif encephalopathy

sering dirujuk pada penyakit organ akhir.21

Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.22

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardum mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.22

(33)

dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.22

Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.22

2.5. Epidemiologi Hipertensi

2.5.1. Distribusi dan Frekuensi Hipertensi a. Orang

Menurut Kaplan (1991) prevalensi penderita hipertensi umumnya paling tinggi dijumpai pada usia >40 tahun. Penderita kemungkinan mendapat komplikasi pembuluh darah otak 6-10 kali lebih besar pada usia 30-40 tahun.23

(34)

b. Tempat

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Provinsi Jawa Timur (37,4%), Bangka Belitung (37,2%), Jawa Tengah (37,0%), Sulawesi Tengah (36,6%), DI Yogyakarta (35,8%), Riau (34,0%), Sulawesi Barat (33,9%), Kalimantan Tengah (33,6%), dan Nusa Tenggara Barat (32,4%), merupakan provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional (31,7%).24

Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi hipertensi pada penduduk umur >18 tahun tertinggi adalah Natuna (53,3%), Mamasa (50,6%), Katingan (49,6%), Wonogiri (49,5%), Hulu Sungai Selatan (48,2%), Rokan Hilir (47,7%), Kuantan Senggigi (46,3%), Bener Meriah (46,1%), Tapin (46,1%), dan Kota Salatiga (45,2%). Sedangkan 10 kabupaten/kota yang mempunyai prevalensi hipertensi pada penduduk umur >18 Tahun terendah adalah Jayawijaya (6,8%), Teluk Wondama (9,4%), Bengkulu Selatan (11,0%), Kepulauan Mentawai (11,1%), Tolikara (12,5%), Yahukimo (13,6%), Pegunungan Bintang (13,9%), Seluma (14,6%), Sarmi (14,6%), dan Tulang Bawang (15,9%).24

Penduduk yang tinggal di daerah pesisir pantai lebih rentan terhadap penyakit hipertensi karana tingkat mengonsumsi garam lebih tinggi dibandingkan daerah pegunungan yang lebih banyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.23

c. Waktu

(35)

hipertensi 0,3% mengalami penyakit jantung iskemik dan stroke. Terdapat 50% penderita tidak menyadari sebagai penderita sehingga penyakitnya lebih berat karena tidak merubah dan menghindari faktor risiko. Sebanyak 70% adalah hipertensi ringan, maka banyak diabaikan/terabaikan sehingga menjadi ganas (hipertensi maligna) dan 90% hipertensi esensial dan hanya 10% penyebabnya diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal dan kelainan pembuluh darah. Angka kesakitan hipertensi pada dewasa sebanyak 6-15% dan kasusnya cenderung meningkat menurut peningkatan usia.25

Sedangkan hasil SKRT 2004 menunjukkan proporsi hipertensi pada pria sebesar 12,2% dan wanita 15,5%.22 Berdasarkan laporan riskesdas tahun 2007 prevalensi hipertensi di Indonesia saat ini mencapai 31,7% dari total penduduk dewasa.24

2.5.2. Faktor Risiko Hipertensi a. Umur

Tekanan darah tinggi dapat menyerang siapa saja. Orang berusia muda yang menyandang hipertensi cenderung memiliki tekanan diastolik tinggi sedangkan orang lanjut usia cenderung memiliki tekanan sistolik tinggi. Tekanan darah tinggi sangat sering terjadi pada orang berusia lebih dari 60 tahun karena tekanan darah secara alami cenderung meningkat seiring bertambahnya usia.7

(36)

Kesehatan Departemen Kesehatan, kejadian hipertensi paling tinggi pada usia 30-40 tahun.26

Di Inggris, prevalensi tekanan darah tinggi pada usia pertengahan adalah sekitar 20% dan meningkat lebih dari 50% pada usia diatas 60 tahun. Tekanan darah tinggi juga dapat terjadi pada usia muda namun prevalensinya rendah (kurang dari 20%).7

b. Jenis Kelamin

Pada usia dini tidak terdapat bukti nyata tentang adanya perbedaan tekanan darah antara laki-laki dan wanita. Akan tetapi, mulai pada masa remaja, pria cenderung menunujukkan aras rata-rata yang lebih tinggi. Perbedaan ini lebih jelas pada orang dewasa muda dan orang setengah baya. Perubahan pada masa tua antara lain dapat dijelaskan dengan tingkat kematian awal yang lebih tinggi pada pria pengidap hipertensi.6 Menurut Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, komplikasi hipertensi meningkat pada laki-laki.26

c. Status sosioekonomi

(37)

d. Genetika

Sekitar 20-40% variasi tekanan darah di antara individu disebabkan oleh faktor genetik. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka memiliki hubungan darah dibanding dengan anak adopsi. Hal ini menunujukkan bahwa gen yang diturunkan, dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan dan status sosial), berperan besar dalam menentukan tekanan darah.6

e. Ras atau suku bangsa

Kajian populasi selalu menunjukkan bahwa aras tekanan darah pada masyarakat kulit hitam lebih tinggi ketimbang aras pada golongan suku lain. Suku mungkin berpengaruh pada hubungan antara umur dan tekanan darah, seperti yang ditunjukkan oleh kecenderungan tekanan darah yang meninggi bersamaan dengan bertambahnya umur secara progresif pada orang Amerika berkulit hitam keturunan Afrika ketimbang orang Amerika berkulit putih.6

Sementara itu ditemuka n variasi antar suku di Indonesia. Di lembah Baliem Jaya, Papua kejadian hipertensi terendah yaitu 0,6%, sedangkan yang tertinggi terdapat di Jawa Barat pada suku Suku Sunda yaitu 28,6%.2

f. Lemak dan kolesterol

Pola makan penduduk yang tinggi di kota-kota besar berubah dimana fast food

(38)

mengurangi berat badan akan meningkatkan penurunan tekanan darah pada penderita gemuk dan memperbaiki profil lemak.27

g. Konsumsi Garam

Penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium yang berlebihan dengan tekanan darah tinggi pada beberapa individu. Asupan natrium yang meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan, yang meningkatkan volume darah. Di samping itu, diet tinggi garam dapat mengecilkan diameter dari arteri. Jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang sempit. Akibatnya adalah hipertensi. Hal ini sebaliknya juga terjadi, ketika asupan natrium berkurang maka begitu pula volume darah dan tekanan darah pada beberapa individu.28

h. Alkohol

Alkohol juga mempengaruhi tekanan darah. Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum sedikit alkohol.28 Lebih dari dua minuman keras sehari akan menimbulkan peningkatan signifikan. Diperkirakan 5-10% hipertensi pada laki-laki Amerika disebabkan langsung oleh konsumsi alkohol.

29

(39)

mempunyai aras TDS dan TDD lebih tinggi, berturut-turut 6,6 mmHg dan 4,7 mmHg dibandingkan dengan peminum sekali seminggu.6

i. Kelebihan Berat Badan (Overweight)

Anak dan dewasa yang kegemukan menderita lebih banyak hipertensi dan penambahan berat badan biasanya diikuti oleh kenaikan tekanan darah. Walaupun kalori tambahan yang bertanggung jawab bagi kenaikan berat badan, dapat menginduksi hipertensi karena ia membawa natrium tambahan. 30

Berdasarkan laporan Komisi Pakar WHO pada kebanyakan kajian, kelebihan berat badan berkaitan dengan 2-6 kali kenaikan risiko mendapat hipertensi. Pada populasi Barat, jumlah kasus hipertensi yang disebabkan oleh kelebihan berat badan diperkirakan 30-65%.6

Secara umum, populasi saat ini cenderung semakin kelebihan berat badan. Massa tubuh dapat dihitung dengan indeks massa tubuh (body mass index) melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan.7

Indeks Massa Tubuh (IMT)=

Dimana dikatakan kurus bila IMT ≤ 20, berat badan sehat bila IMT 20-25, kawasan peringatan bila IMT 25-27 dan obesitas bila IMT ≥27.

j. Rokok

(40)

naik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah diastolik naik sekitar 8 mmHg. Merokok juga dapat menghapuskan efektivitas beberapa obat antihipertensi. Misalnya, pengobatan hipertensi yang menggunakan terapi betablocker dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke hanya bila pemakainya tidak merokok karena merokok merupakan faktor risiko utama untuk munculnya penyakit kardiovaskular.6

k. Stress

Tekanan darah lebih tinggi telah dihubungkan dengan peningkatan stress, yang timbul dari tuntutan pekerjaan, hidup dalam lingkungan kriminal yang tinggi, kehilangan pekerjaan dan pengalaman yang mengancam nyawa terpapar ke stress bisa menaikkan tekanan darah dan hipertensi dini cenderung menjadi reaktif. Aktivasi berulang susunan saraf simpati oleh stress dapat memulai tangga hemodinamik yang menimbulkan hipertensi menetap.30

l. Status Olahraga

Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk tubuh dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah adalah berjalan kaki, bersepeda, berenang, dan aerobik. 7

2.6. Pencegahan Hipertensi 2.6.1. Pencegahan Primordial

(41)

ini dimaksudkan dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan pencegahan terjadinya hipertensi yang dapat dilakukan melalui pendekatan populasi ataupun perorangan. Pendekatan populasi secara khusus mengandalkan program untuk mendidik masyarakat. Pendidikan masyarakat yakni masyarakat harus diberi informasi mengenai sifat, penyebab, dan komplikasi hipertensi, cara pencegahan, gaya hidup sehat, dan pengaruh faktor risiko kardiovaskular lainnya.6

2.6.2. Pencegahan Primer7,13

Pencegahan primer dilakukan dengan pencegahan terhadap faktor risiko yang tampak pada individu atau masyarakat. Sasaran pada orang sehat yang berisiko tinggi dengan usaha peningkatan derajat kesehatan yakni meningkatkan peranan kesehatan perorangan dan masyarakat secara optimal dan menghindari faktor risiko timbulnya hipertensi.

Pencegahan primer penyebab hipertensi adalah sebagai berikut:

a. Mengurangi/menghindari setiap perilaku yang memperbesar risiko, yaitu menurunkan berat badan bagi yang kelebihan berat badan dan kegemukan, menghindari meminum minuman beralkohol, mengurangi/menghindari makanan yang mengandung makanan yang berlemak dan berkolesterol tinggi

(42)

2.6.3. Pencegahan Sekunder

Sasaran utama adalah pada mereka terkena penyakit hipertensi melalui diagnosis dini serta pengobatan yang tepat dengan tujuan mencegah proses penyakit lebih lanjut dan timbulnya komplikasi. Pemeriksaan diagnostik terhadap pengidap tekanan darah tinggi mempunyai beberapa tujuan6:

a. Memastikan bahwa tekanan darahnya memang selalu tinggi b. Menilai keseluruhan risiko kardiovaskular

c. Menilai kerusakan organ yang sudah ada atau penyakit yang menyertainya d. Mencari kemungkinan penyebabnya

Sudah jelas bahwa semua tujuan ini merupakan unsur-unsur proses diagnosis tunggal yang bertahap dan menyeluruh yang menggunakan tiga metode klasik: pencatatan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Sejauh mana pemeriksaan laboratorium harus dilakukan dapat disesuaikan dengan bukti yang diperoleh dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan uji laboratorium pendahuluan.6

Perangkat diagnostik dalam pengukuran tekanan darah dapat menggunakan sfigmomanometer yang akan memperlihatkan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik jauh sebelum adanya gejala penyakit. Pemerikasaan penunjang yang rutin bisa dilakukan pada penderita hipertensi yang bertujuan mendeteksi penyakit yang bisa diobati dan menilai fungsi jantung serta ginjal.32

Pencegahan bagi mereka yang terancam dan menderita hipertensi adalah sebagai berikut:7,13

(43)

a.1. Pemeriksaan/pengukuran tekanan darah secara berkala oleh dokter secara teratur merupakan cara untuk mengetahui apakah kita menderita hipertensi atau tidak

a.2. Mengendalikan tensi secara teratur agar tetap stabil dengan atau tanpa obat-obatan anti hipertensi

b. Pengobatan/perawatan

b.1. Pengobatan yang segera sangat penting dilakukan sehingga penyakit hipertensi dapat segera dikendalikan

b.2. Menjaga agar tidak terjadi komplikasi akibat hiperkolesterolemia, diabetes mellitus dan lain-lain

b.3. Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang wajar sehingga kualitas hidup penderita tidak menurun

b.4. Mengobati penyakit penyerta seperti dibetes mellitus, kelainan pada ginjal, hipertiroid, dan sebagainya yang dapat memperberat kerusakan organ

2.6.4. Pencegahan Tersier13

Tujuan utama adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut dan mencegah cacat/kelumpuhan dan kematian karena penyakit hipertensi. Pencegahan tersier penyakit hipertensi adalah sebagai berikut:

(44)

b. Mencegah memberatnya tekanan darah tinggi sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada jaringan organ otak yang mengakibatkan stroke dan kelumpuhan anggota badan

(45)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Model Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Hipertensi 1. Sosiodemografi

Umur

Jenis kelamin Suku

Agama Pekerjaan

Status perkawinan Tempat tinggal 2. Keluhan

3. Derajat Hipertensi 4. Status Penyakit Penyerta 5. Lama Rawatan Rata-rata 6. Keadaan Sewaktu Pulang

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Penderita hipertensi adalah pasien yang dinyatakan hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg berdasarkan diagnosa dokter tercatat pada kartu status dan rawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar pada tahun 2010-2011.

(46)

3.2.3. Umur adalah usia penderita hipertensi sesuai tercatat pada kartu status. Dikategorikan atas :

1. ≤ 30 tahun 2. 31-40 tahun 3. 41-50 tahun 4. 51-60 tahun 5. > 60 tahun

Untuk uji statistik dengan kelompok umur : 1. ≤ 40 tahun

2. > 40 tahun

3.2.4. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita hipertensi sesuai tercatat pada kartu status. Dikategorikan atas :

1. Laki-laki 2. Perempuan

3.2.5. Suku adalah etnografi untuk suatu kebudayaan dengan corak khas pada penderita hipertensi sesuai tercatat pada kartu status.

Dikategorikan atas:33 1. Batak

2. Jawa 3. Tionghoa 4. Melayu 5. Lain-lain

3.2.6. Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita hipertensi sesuai tercatat pada kartu status. Dikategorikan atas :34

1. Islam

2. Kristen Protestan 3. Katholik

(47)

3.2.7. Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan penderita hipertensi di luar atau di dalam rumah sesuai tercatat pada kartu status. Dikategorikan atas :

1. Pegawai Negeri Sipil 2. Pensiunan

3. Wiraswasta 4. Petani

5. Ibu Rumah Tangga 6. Lain-lain

3.2.8. Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan penderita hipertensi sesuai tercatat pada kartu status, dikategorikan atas : 1. Kawin

2. Tidak kawin 3. Janda 4. Duda

3.2.9. Tempat tinggal adalah alamat dimana penderita hipertensi tinggal sesuai tercatat pada kartu status. Dikategorikan atas :

1. Pematang Siantar 2. Luar Pematang Siantar

3.2.10. Keluhan utama adalah pernyataan pasien yang menjelaskan alasan mencari bantuan medis.35 Dikategorikan atas:36

1. Sakit kepala

2. Pegal pada tengkuk 3. Mual

4. Muntah 5. Lemas 6. Epistaxis 7. Sesak nafas

(48)

3.2.11. Derajat hipertensi adalah klasifikasi yang ditentukan menurut klasifikasi JNC-VI :15

1. Hipertensi derajat 1 (ringan) bila TDS 140-159 mmHg dan atau TDD 90-99 mmHg

2. Hipertensi derajat 2 (sedang) bila TDS 160-179 mmHg dan atau TDD 100-109 mmHg

3. Hipertensi derajat 3 (berat) bila TDS ≥180 mmHg dan atau TDD ≥110 mmHg

3.2.12. Status penyakit penyerta adalah gangguan fisiologi dan anatomis yang dirasakan oleh penderita hipertensi sebagai penyakit penyerta dari hipertensi dan sifatnya memperberat penyakit tersebut, sesuai tercatat pada kartu status. Dikategorikan atas:

1. Ada 2. Tidak Ada

3.2.13. Penyakit Penyerta dikategorikan atas:22 1. Gagal Ginjal

2. Penyakit Jantung Koroner (PJK) 3. Stroke

4. Diabetes Mellitus (DM) 5. Lebih dari satu

3.2.14. Lama rawatan rata-rata adalah jumlah hari rata-rata penderita hipertensi dirawat dari tanggal masuk sampai keluar (baik dengan izin dokter, atas permintaaan sendiri, maupun meninggal dunia) sesuai tercatat pada kartu status.

3.2.15. Keadaan sewaktu pulang adalah keterangan tentang keadaan penderita hpertensi ketika pulang sesuai tercatat di kartu status. Dikategorikan atas :

1. Pulang Berobat Jalan (PJB)

(49)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan case series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar. Pemilihan lokasi ini atas pertimbangan bahwa di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar terdapat kasus hipertensi dan juga di Rumah Sakit ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai karakteristik penderita hipertensi pada tahun 2010-2011.

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan mulai Januari 2012 sampai dengan September 2012.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

(50)

4.3.2. Sampel penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data dari penderita hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011, dengan besar sampel adalah sama dengan populasi (total sampling).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status sampel penderita hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani tahun 2010-2011. Semua kartu sampel tersebut dikumpulkan kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan jenis variabel yang diteliti.

4.5. Teknik Analisa Data

(51)

BAB 5

HASIL PENELITIAN 5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian37

5.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar

Kota Pematangsiantar adalah salah satu kota di Propinsi Sumatera Utara dan kota terbesar kedua setelah Medan. Kota Pematangsiantar dengan luas 79.791 terdiri dari 8 kecamatan dan 43 kelurahan dengan jumlah penduduk 249.985 jiwa pada malam hari, sementara siang hari dipadati oleh ±1.000.000 jiwa penduduk (data BPS). Secara geografis Kota Pematangsiantar diapit Kabupaten Simalungun. Kota ini juga menghubungkan jalan darat ke kabupaten-kabupaten lainnya seperti Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan. Kota Pematangsiantar hanya berjarak 128 Km dari Medan dan 52 KM dari Prapat sehingga sering menjadi kota perlintasan.

Rumah Sakit Vita Insani yang terletak di inti kota Pematangsiantar yakni di Jalan Merdeka no.329 merupakan lokasi yang sangat strategis, sangat mudah dijangkau dari segala arah. Untuk mencapai Rumah Sakit Vita Insani bisa melalui beberapa alternatif rute perjalanan yaitu Perdagangan, Tanah Jawa, Prapat, Raya, dan Tebing Tinggi dan kesemuanya rute tersebut bisa dilalui dengan jalan darat. Rumah Sakit Vita Insani mempunyai gedung yang nyaman dengan luas wilayah 7.995 m2 dan luas bangunan 7.476 m2 yang didukung oleh 48 tenaga dokter umum dan spesialis, 211 tenaga medis dan paramedis, dan 133 tenaga administrasi dan keuangan .

(52)

rumah sakit. Bertujuan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan paripurna yang meliputi pencegahan, pengobatan, pemulihan, dan peningkatan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu.

Rumah Sakit Vita Insani yang terletak di pusat kota yaitu jalan Merdeka No. 329 Pematangsiantar didirikan pada tanggal 14 Agustus 1982 dan pengoperasian diresmikan pada tanggal 04 Juli 1983 dengan motto “Kami Peduli Anda”. Rumah Sakit Vita Insani dinilai sebagai salah satu rumah sakit swasta yang turut berperan penting dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

5.1.2. Visi dan Misi Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar

Visi Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar adalah menjadi rumah sakit yang disenangi masyarakat tahun 2014. Misi Visi Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar adalah :

1. Menciptakan budaya senyum bagi seluruh pegawai Rumah Sakit Vita Insani. 2. Menyediakan peralatan modern dengan harga yang terjangkau oleh

masyarakat.

3. Meningkatkan mutu pelayanan dan manajemen Rumah Sakit Vita Insani. 4. Meningkatkan peran Rumah Sakit Vita Insani dalam memberikan pelayanan

yang cepat dan akurat.

5. Mengembangkan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan dalam bentuk tariff yang terjangkau unutk masing-masin jenis pelayanan.

(53)

5.1.3. Fasilitas Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar

Rumah Sakit Vita Insani terdapat fasilitas yang memadai antara lain Laboratorium, Radiologi, Instalasi Farmasi, Fisiotherapi, dll. Jumlah fasilitas tempat tidur Rumah Sakit Vita Insani sebanyak 128 buah meliputi 12 buah pada kelas super VIP dan VIP, 15 buah pada kelas I, 28 buah pada kelas II, 57 buah pada kelas III, 6 buah pada ruang ICU, dan 10 buah pada kamar bayi.

Fasilitas pendukung rumah sakit berupa sarana air bersih yang didapatkan dari dua sumber yaitu dari sumur bor dan PDAM. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di Rumah Sakit Vita Insani menggunakan PLN, apabila PLN padam sudah disediakan gensetdengan kapasitas 350 KVA sebanyak 1 unit.

5.1.4. Tenaga Kerja di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar

Jumlah tenaga kerja di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar adalah sebanyak 392 orang dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 5.1. Distribusi Tenaga Kerja di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar

No. Kategori Tenaga f %

1. Dokter umum 10 2,55

2. Dokter gigi 1 0,26

3. Dokter spesialis 37 9,44

4. Tenaga medis dan paramedic 211 53,83

5. Tenaga administrasi dan keuangan 133 33,92

Total 392 100

5.2. Deskriptif

5.2.1. Sosiodemografi

(54)

umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, status perkawinan, dan tempat tinggal dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

No. Umur

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki-laki Perempuan

f % f % f %

(55)

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Sosiodemografi Lainnya yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

No Sosiodemografi f (%)

Pegawai Negeri Sipil Pensiunan

Wiraswasta Petani

Ibu Rumah Tangga Lain-lain

4. Status Perkawinan Kawin

(56)

masing-masing sebesar 3,9%. Berdasarkan pekerjaan tertinggi adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) sebesar 24,6% dan terendah adalah Pensiunan sebesar 11,5%. Berdasarkan status perkawinan tertinggi adalah kawin sebesar 66,9% dan terendah adalah tidak kawin sebesar 4,6%. Berdasarkan tempat tinggal tertinggi adalah berada di luar Pematangsiantar sebesar 59,2%.

5.2.2. Keluhan Utama

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan keluhan utama yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keluhan Utama yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Keluhan f (%)

Sakit kepala

Pegal pada tengkuk Mual

(57)

5.2.3. Derajat Hipertensi

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Derajat Hipertensi f (%)

Hipertensi Derajat 1 Hipertensi Derajat 2 Hipertensi Derajat 3

19

Berdasarkan tabel 5.5. menunjukkan bahwa proporsi derajat hipertensi penderita tertinggi adalah hipertensi derajat 3 sebesar 66,2 % dan terendah adalah hipertensi derajat 1 sebesar 14,6%.

5.2.4. Status Penyakit Penyerta

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan status penyakit penyerta yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Status Penyakit Penyerta yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

(58)

Berdasarkan tabel 5.6. menunjukkan bahwa proporsi status penyakit penyerta penderita hipertensi mayoritas adalah tidak ada sebesar 76,9%. Dan sisanya adalah memiliki penyakit penyerta sebesar 23,1%.

5.2.5. Penyakit Penyerta

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan penyakit penyerta yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Penyakit Penyerta yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Penyakit Penyerta f (%)

Gagal Ginjal

Penyakit Jantung Koroner (PJK) Stroke

Diabetes Mellitus (DM)

Lebih dari satu penyakit penyerta

1

Berdasarkan tabel 5.7. menunjukkan bahwa proporsi penderita hipertensi berdasarkan penyakit penyerta terbanyak adalah Stroke dan Diabetes Mellitus(DM) dengan masing-masing sebesar 33,3% dan yang terendah adalah Gagal Ginjal sebesar 3,4 %.

5.2.6. Lama Rawatan Rata-Rata

(59)

Tabel 5.8. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Lama Rawatan Rata-Rata (hari) Mean

Standar Deviasi

95% Confidence Interval Minimum

Berdasarkan tabel 5.8. menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata penderita hipertensi adalah 3,75 hari. Lama rawatan tersingkat adalah 1 hari dan terlama adalah 15 hari.

5.2.7. Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Keadaan Sewaktu Pulang f (%)

Pulang Berobat Jalan

Pulang Atas Permintaan Sendiri Meninggal Dunia

(60)

5.3. Analisa Statistik

5.3.1. Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi

Distribusi proporsi umur penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Umur Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Derajat Hipertensi

Umur (tahun)

Total

≤40 >40

f % f % f %

Hipertensi Derajat 1 Hipertensi Derajat 2 Hipertensi Derajat 3

3

Berdasarkan tabel 5.10. menunjukkan bahwa proporsi umur penderita dengan hipertensi derajat 1 tertinggi adalah umur > 40 tahun sebesar 84,2%. Dengan hipertensi derajat 2 tertinggi adalah umur > 40 tahun sebesar 96,0%. Dengan hipertensi derajat 3 tertinggi adalah umur > 40 tahun sebesar 94,2%.

Analisa uji statistic dengan uji chi-square tidak dapat dilakukan karena terdapat 2 sel (33,3%) yang expected count-nya kurang dari 5.

5.3.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Derajat Hipertensi

(61)

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Derajat Hipertensi

Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

f % f % f %

Hipertensi Derajat 1 Hipertensi Derajat 2 Hipertensi Derajat 3

10

Berdasarkan Tabel 5.11. menunjukkan bahwa proporsi jenis kelamin penderita dengan hipertensi derajat 1 tertinggi adalah berjenis kelamin laki-laki sebesar 52,6%. Dengan hipertensi derajat 2 tertinggi adalah berjenis kelamin perempuan sebesar 72%, dan hipertensi derajat 3 tertinggi adalah berjenis kelamin perempuan sebesar 60,5%.

Analisa uji statistik dengan uji chi-square diperoleh p>0,05 artinya tidak ada perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan derajat hipertensi.

5.3.3. Status Penyakit Penyerta Berdasarkan Derajat Hipertensi

Distribusi proporsi status penyakit penyerta penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Status Penyakit Penyerta Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Derajat Hipertensi

Status Penyakit Penyerta

Total

Ada Tidak Ada

f % f % f %

Hipertensi Derajat 1 Hipertensi Derajat 2 Hipertensi Derajat 3

(62)

Berdasarkan tabel 5.12. menunjukkan bahwa proporsi status penyakit penyerta penderita dengan hipertensi derajat 1 tertinggi adalah tidak ada penyakit penyerta sebesar 84,2%. Dengan hipertensi derajat 2 tertinggi adalah tidak ada penyakit penyerta sebesar 76,0%. Dengan hipertensi derajat 3 tertinggi adalah tidak ada penyakit penyerta sebesar 75,6%.

Analisa uji statistik dengan uji chi-square tidak dapat dilakukan karena terdapat 1 sel (16,7%) yang expected count-nya kurang dari 5.

5.3.4. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Derajat Hipertensi

Distribusi lama rawatan rata-rata penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pemantangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.13. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Derajat Hipertensi Lama Rawatan

f x SD

Hipertensi Derajat 1 Hipertensi Derajat 2 Hipertensi Derajat 3

19

(63)

Berdasarkan uji statistik anova diperoleh p>0,05 artinya tidak ada perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata penderita hipertensi berdasarkan derajat hipertensi. 5.3.5. Derajat Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi derajat hipertensi penderita hipertensi berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Derajat Hipertensi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010-2011

Keadaan

Berdasarkan tabel 5.14. menunjukkan bahwa proporsi derajat hipertensi penderita berdasarkan keadaan sewaktu pulang pada pulang berobat jalan tertinggi adalah hipertensi derajat 3 sebesar 67,6%, pulang atas permintaan sendiri tertinggi adalah hipertensi derajat 2 dan derajat 3 sebesar 38,5%. Meninggal tertinggi adalah hipertensi derajat 3 sebesar 88,9%.

(64)

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Distribusi Penderita Hipertensi 6.1.1. Sosiodemografi

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan sosiodemografi yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

a. Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita hipertensi berdasarkan umur dan jenis kelamin yang di rawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Tenaga Kerja di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Umur dan
Tabel 5.3. Distribusi
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi Berdasarkan Keluhan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diagram Pie Proporsi Penderita Kista Ovarium Berdasarkan Status Haid Di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Dari gambar 5.8 dapat diketahui bahwa proporsi penderita

Berdasarkan Gambar 5.16 dilihat bahwa proporsi jenis kelamin penderita hipertensi dengan kompikasi hipertensi yang dirawat inap di puskesmas Tanjung Balai Karimun

Distribusi proporsi batita penderita pneumonia yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2015 berdasarkan penyakit penyerta dapat dilihat

Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi dengan Komplikasi Berdasarkan Kategori Umur dan yang Dirawat Inap di Jenis Kelamin Rumah Sakit HKBP Balige

senantiasa melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Karakteristik Penderita Hipertensi dengan Stroke yang Dirawat Inap di Rumah Sakit

Berdasarkan Lama Rawatan Rata-rata yang Dirawat Inap di Rumah Sakit HKBP Balige tahun 2013-2015...37 Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi dengan Komplikasi

Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi dengan stroke yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015, dilakukan dengan penelitian

harus dilakukan di rumah sakit jika menggunakan kartu jaminan kesehatan terutama bagi yang berasal dari luar Kota Pematangsiantar sementara orangtua penderita