• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Hipertensi dengan Stroke yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Penderita Hipertensi dengan Stroke yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

2. dr. Gosiat Tiat 1963-1972

3. dr. Batur Ginting 1972-1974

4. dr. Djeki Tarigan 1974-1983

5. dr. DH. Munthe 1983-1985

6. dr. Sobat Sinulingga 1985-1989

7. dr. Jalinson Saragih 1989-1991

8. dr. Selamat Sebayang 1991-1994

9. dr. Ngarep Dat Tarigan 1994-1996

10. dr. Melky Tarigan 1996-1999

11. dr. Lidya Melanita Weko 1999-2002

12. dr. Saberina Tarigan 2002-2005

13. dr. Suara Ginting, SpPD 2005-2010

14. dr. Thomas Silangit, SpKK 2010-2011

15. dr. Suara Ginting, SpPD 2011-2012

16. dr. Jansen Perangin-angin 2012 PLH Direktur

17. dr. Terry Surbakti 2012-2013

18. dr. Jasura Pinem, M.Kes 2013 s/d sekarang

Jumlah Ketenagaan RSU Kabanjahe Berdasarkan Pendidikan Tahun 2013

No. Pendidikan Jumlah PNS

1. Dokter Spesialis Obgin 3

8. Dokter Spesialis Patologi Klinik 3

9. Dokter Spesialis Radiologi 1

10. Dokter Spesialis Peny Kulit dan Kelamin 1 11. Dokter Spesialis Patologi Anatomi 3

12. Dokter Umum 12

13. Dokter Gigi 3

14. Apoteker 2

15. S1 Keperawatan dan S1 Keperawatan Ners 28

16. SKM 21

17. SH 2

18. APK 4

(2)

25. D3 Akuntansi 1

26. D3 Rekam Medik 2

27. D3 Farmasi 1

28. D3 Analisis 5

29. Asisten Apoteker 9

30. Perawat Gigi 6

31. Pelaksana Gizi 5

32. SPPH 2

33. Anestesi -

34. D3 Fisioterapi 3

35. LCPK 1

36. Bidan/Perawat Bidan 9

37. Analisis 8

38. DIV Kebidanan 2

39. DIII Komputer 2

40. SPK/SPRA 32

41. SMEA 1

42. STM/SMK TEHNIK 4

43. SMA 6

44. SMP 4

45. SD 1

(3)
(4)
(5)
(6)

umur kategorik * Jenis Kelamin Pasien Crosstabulation % within Jenis Kelamin Pasien 14,3% 15,3% 14,8%

% of Total 7,0% 7,8% 14,8%

60-64 Count 9 7 16

% within umur kategorik 56,3% 43,8% 100,0% % within Jenis Kelamin Pasien 16,1% 11,9% 13,9%

(7)

% within Jenis Kelamin Pasien 26,8% 6,8% 16,5% % within Jenis Kelamin Pasien 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 48,7% 51,3% 100,0%

Umur kategorik untuk uji statistik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kristen Protestan 75 65,2 65,2 65,2

Islam 21 18,3 18,3 83,5

Katolik 19 16,5 16,5 100,0

(8)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Petani 52 45,2 45,2 45,2

Wiraswasta 18 15,7 15,7 60,9

Pegawai Negeri Sipil/Pensiunan 18 15,7 15,7 76,5

Ibu Rumah Tangga 22 19,1 19,1 95,7

Dan lain-lain 5 4,3 4,3 100,0

Total 115 100,0 100,0

Status Perkawinan Pasien

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Belum Kawin 1 ,9 ,9 ,9

Kawin 92 80,0 80,0 80,9

Janda 19 16,5 16,5 97,4

Duda 3 2,6 2,6 100,0

Total 115 100,0 100,0

Derajat Hipertensi Pasien

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Hipertensi derajat 1 43 37,4 37,4 37,4

Hipertensi derajat 2 72 62,6 62,6 100,0

Total 115 100,0 100,0

Tipe Stroke

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Hemoragik 34 29,6 29,6 29,6

Non Hemoragik 81 70,4 70,4 100,0

(9)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Hemiparesis Sinistra 63 54,8 54,8 54,8

Hemiparesis Dextra 40 34,8 34,8 89,6

Hemiparesis Duplex 4 3,5 3,5 93,1

Tidak Tercatat 8 6,9 6,9 100,0

Total 115 100,0 100,0

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Lama Rawatan Pasien 115 1 44 6,99 6,060

Valid N (listwise) 115

Keadaan Sewaktu Pulang

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid PBJ (Pulang Berobat Jalan) 86 74,8 74,8 74,8

PAPS (Pulang Atas Permintaan

Sendiri)

20 17,4 17,4 92,2

Meninggal 9 7,8 7,8 100,0

(10)

Derajat Hipertensi Pasien * umur kat uji statistik Crosstabulation umur kat uji statistik

Total <55 >=55

Derajat Hipertensi Hipertensi derajat 1 Count 14 29 43

Expected Count 12,0 31,0 43,0

Continuity Correctionb ,436 1 ,509

Likelihood Ratio ,757 1 ,384

Fisher's Exact Test ,398 ,253

Linear-by-Linear Association ,759 1 ,384

N of Valid Cases 115

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,97.

(11)

Derajat Hipertensi Pasien * Jenis Kelamin Pasien Crosstabulation

Jenis Kelamin Pasien

Total Laki-laki Perempuan

Derajat

Hipertensi

Hipertensi derajat 1 Count 18 25 43

Expected Count 20,9 22,1 43,0

% within Derajat Hipertensi

Pasien

41,9% 58,1% 100,0%

% within Jenis Kelamin Pasien 32,1% 42,4% 37,4%

% of Total 15,7% 21,7% 37,4%

Hipertensi derajat 2 Count 38 34 72

Expected Count 35,1 36,9 72,0

% within Derajat Hipertensi

Pasien

52,8% 47,2% 100,0%

% within Jenis Kelamin Pasien 67,9% 57,6% 62,6%

% of Total 33,0% 29,6% 62,6%

Total Count 56 59 115

Expected Count 56,0 59,0 115,0

% within Derajat Hipertensi

Pasien

48,7% 51,3% 100,0%

% within Jenis Kelamin Pasien 100,0% 100,0% 100,0%

(12)

Pearson Chi-Square 1,284a 1 ,257

Continuity Correctionb ,885 1 ,347

Likelihood Ratio 1,289 1 ,256

Fisher's Exact Test ,335 ,174

Linear-by-Linear Association 1,273 1 ,259

N of Valid Cases 115

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20,94.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Keadaan Sewaktu Pulang * Derajat Hipertensi Pasien Crosstabulation

Derajat Hipertensi Pasien

Keadaan Sewaktu Pulang PBJ (Pulang Berobat Jalan) Count 32 54 86

Expected Count 32,2 53,8 86,0

(13)

Value df

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,37.

Crosstabs

Tipe Stroke * umur kat uji statistik Crosstabulation

(14)

Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square ,444a 1 ,505

Continuity Correctionb ,192 1 ,661

Likelihood Ratio ,453 1 ,501

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,46.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Tipe Stroke * Jenis Kelamin Pasien Crosstabulation

Jenis Kelamin Pasien

% within Jenis Kelamin Pasien 100,0% 100,0% 100,0%

(15)

Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 3,470a 1 ,062

Continuity Correctionb 2,750 1 ,097

Likelihood Ratio 3,513 1 ,061

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,56.

b. Computed only for a 2x2 table

Explore Tipe Stroke

Descriptives

Tipe Stroke Statistic Std. Error

(16)

Tests of Normality

Tipe Stroke Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Lama Rawatan Pasien Hemoragik 34 56,62 1925,00

Non Hemoragik 81 58,58 4745,00

Asymp. Sig. (2-tailed) ,772

a. Grouping Variable: Tipe Stroke

Range 22

Interquartile Range 7

Skewness 1,260 ,267

(17)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 9,644a 2 ,008

Likelihood Ratio 9,775 2 ,008

Linear-by-Linear Association ,838 1 ,360

N of Valid Cases 115

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,66.

Total Hemoragik Non Hemoragik

Keadaan Sewaktu Pulang PBJ (Pulang Berobat Jalan) Count 26 60 86

(18)

Derajat Hipertensi Pasien * Tipe Stroke Crosstabulation

Tipe Stroke

Total Hemoragik Non Hemoragik

Derajat Hipertensi Pasien Hipertensi derajat 1 Count 6 37 43

Expected Count 12,7 30,3 43,0

Continuity Correctionb 6,886 1 ,009

Likelihood Ratio 8,659 1 ,003

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,71.

(19)
(20)
(21)

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2007. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Sumatera Utara 2007, Jakarta.

BPS Kab. Karo, 2014. Jenis Penyakit. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo Baradero, Mary,; Dayrit, M.W.; Siswadi, Yakobus, 2008. Klien Gangguan

Kardiovaskuler; Seri Asuhan keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Batticaca, F.B., 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Salemba Medika. Jakarta.

Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta. Jakarta.

Dalimartha, Setiawan,; Purnama, B.T.; Sutarina, Nora,; Mahendra, B,; Darmawan, Rahmat, 2008. Care Your Self, Hipertensi. Cetakan 1, Penebar Plus. Jakarta.

Davey, Patrict, 2005. At a Glance Medicine, Penerbit Erlangga. Jakarta.

Dewanto, George,; Suwono, J.W.; Riyanto, Budi,; Turana, Yuda., 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat Jenderal PP & PL, 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi, Depkes RI.

Faisal, Budi. 2013. Karakteristik Penderita Stroke yang Dirawat Di RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo pada Periode Bulan Januari-Juni 2013. Skripsi FK UNHAS

(22)

Gray, H.H.; Dawkins, K.D.; Morgan, J.M.; Simpson, I.A, 2003. Lecture Notes: Kardiologi Edisi Keempat, Penerbit Erlangga. Jakarta.

Hardiyanti, Siti. 2015. Karakteristik Penderita Stroke yang Dirawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Daya Kota Makassar tahun 2014. Skripsi FK UNHAS

Harsono. 2003. Kapita Selekta Neurologi. Edisi kedua, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Indonesian Society of Hypertension, INASH Scientific Meeting Ke-8 dan Tips Hipertensi INASH : Hipertensi Menduduki Penyebab Kematian Pertama di Indonesia, 2014.

http://www.inash.or.id/news_detail.html?id=65 Diakses tanggal 10 Februari 2016

Indonesian Society of Hypertension, Hipertensi Bukan Sekadar Tekanan Darah Tinggi, 2014.

http://www.inash.or.id/news_detail.html?id=72 Diakses tanggal 10 Februari 2016

Isselbacher, K.J.; Brainwald, Eugene,; Martin, J.B.; Fauci, A.S.; Kasper, D.L, 2000. Harrison’s principles of Internal Medicine. Penerjemah : Asdie, A.H, Peberbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Joewono, B.S., & Prabowo, Pramonihadi, 2003. Ilmu Penyakit Jantung, Airlangga University Press. Surabaya.

July, Julius, 2013. Mari Mencegah Stroke, Penerbit Volume Ilmu. Jakarta Barat Kemenkes RI, 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 –

2019, Indonesia.

Kemenkes RI, 2015. Pusat Data dan Informasi : Hipertensi, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta Selatan.

Kemenkes RI, 2014. Pusat Data dan Informasi : Situasi Kesehatan Jantung, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta Selatan.

Kowalski, R.E., 2010. The Blood Pressure Cure : 8 Weeks to Lower Blood Pressure without Presciption Drugs. Qanita. Bandung

Laporan Komisi Pakar WHO, 2001. Pengendalian Hipertensi. ITB. Bandung. Lawrence M.T.; McPhee, S,J.; Papadakis, M.A, 2002. Diagnosis dan Terapi

Kedokteran (Penyakit Dalam). Penerjemah : Gofir, abdul, Salemba Medika. Jakarta.

(23)

Lumbantobing, S.M., 2013. Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Madiyono, Bambang., & Suherman, S.K., 2003. Pencegahan Stroke dan Serangan Jantung pada Usia Muda. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Mariati, 2005. Karakteristik Penderita Stroke Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Propinsi Riau Pekan Baru Tahun 2002-2006. Skripsi FKM, USU Medan

Muharram, Elida, 2005. Karakteristik Penderita Stroke Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Padang Sidimpuan Tahun 2001-2004. Skripsi FKM, USU Medan

Muttaqin, Arif, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Salemba Medika. Jakarta.

National Geographic Indonesia, Penyakit Stroke Salah Satu Penyebab Utama Kematian di Indonesia

Nationalgeographic.co.id/berita/2014/07/penyakit-stroke-salah-satu-penyebab-utama-kematian-di-Indonesia Diakses tanggal 15 Februari 2016 Notoatmodjo, S. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta Nursanti, Indah Y, 2005. Karakteristik Penderita Hipertensi Rawat Inap di

Rumah Sakit Umum Permata Bunda Tahun 2003-2004. Skripsi FKM, USU Medan

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI), 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskuler. Jakarta

Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), 2008. Penyakit Ginjal Kronik dan Glomerulopati : Aspek Klinik dan Patologi Ginjal Pengelolaan Hipertensi Saat Ini. Jakarta

Pinzon, Rizaldy.,& Asanti, Laksmi, 2010. Awas Stroke : Pengertian, Gejala, Tindakan Perawatan, dan Pencegahan, CV Andi Offset. Yogyakarta. Price, S.A.,& Wilson, L.M., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Vol. 1. Edisi keenam, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Rahajeng, Ekowaty.,& Tuminah, Sulistyowati, 2009. Prevalensi Hipertensi dan

(24)

Shadine, Muhannad, 2010. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke & Serangan Jantung, Keen Books. Jakarta.

Shimberg, E.F., 1998. Stroke Petunjuk Peenting Bagi Keluarga, PT Pustaka Delapratasa. Jakarta.

Sianipar, Agustina, 2014. Karakteristik Penderita Hipertensi dengan Kompliksi yang Dirawat Inap di Puskesmas Tanjung Balai Karimun Tahun 2010-2012.Skripsi FKM, USU Medan.

Silitonga Lastiar, 2009. Karakteristik Penderita Hipertensi Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Tahun 2005-2007. Skripsi FKM, USU Medan

Sinaga, Evi Susanti, 2012. Karakteristik Penderita Hipertensi Rawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2010-2011. Skripsi FKM, USU Medan

Sinaga, Sry Andriani, 2008. Karakteristik Penderita Stroke Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Medan Tahuun 2002-2006. Skripsi FKM, USU Medan.

Stroke Association. 2014. Converging Risk Factors.

www.strokeassociation.org/STROKEORG/LifeAfterStroke/HealthyLivingAfte rStroke/UnderstandingRiskyConditions/Converging-Risk-Factors-for-Stroke_UCM_310319_Article.jsp#mainContent Diakses tanggal 15 Februari 2016

Sudoyo, A.W.; Setiyohadi, Bambang.; Alwi, Idrus.; Simadibrata K, Marcellus.; Setiati, Siti, 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi kelima. Internal Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta.

Syarif, Rina, 2004. Karakteristik Penderita Stroke Rawat Inap di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II (PERSERO) Medan Tahun 1999-2003. Skripsi FKM, USU Medan

Tambayong, Jan, 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Tartowo,; Wartonah,; Suryati, E.S., 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan, Sagung Seto. Jakarta.

(25)

Wahjoepramono,Eka J., 2005. Stroke Tata Laksana Fase Akut. Universitas Pelita Harapan. Jakarta

Widiastuti, Priska, & Nuartha, A.A.B.N, 2015. Sistem Skoring Diagnostik Untuk Stroke : Skor Siriraj, Vol. 42 NO. 10, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar, Bali, Indonesia

(26)

Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan desain

case series.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe dengan alasan tersedianya data penderita hipertensi dengan stroke yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 dan belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita hipertensi dengan stroke di rumah sakit tersebut. 3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret - Juni 2016. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah data semua penderita hipertensi dengan stroke yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 yaitu sebesar 115 orang.

3.3.2 Sampel

(27)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita hipertensi dengan stroke yang dirawat inap di bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015. Semua kartu status dikumpulkan kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang akan diteliti.

3.5 Definisi Operasional

3.5.1 Penderita hipertensi dengan stroke adalah pasien yang didiagnosa menderita hipertensi yang mengalami gangguan anatomi fisiologi disertai penyakit stroke sesuai yang tercatat pada kartu status pasien.

3.5.2 Umur adalah usia penderita hipertensi dengan stroke sesuai yang tercatat pada kartu status pasien dikategorikan sesuai hasil dengan menggunakan rumus sturgest.

Kelompok umur dikategorikan atas: 1. <40 tahun

2. 40-44 tahun 3. 45-49 tahun 4. 50-54 tahun 5. 55-59 tahun 6. 60-64 tahun 7. 65-69 tahun 8. 70-74 tahun 9. ≥75 tahun

Uji statistik dengan kelompok umur 1. <55

(28)

3.5.3 Jenis kelamin adalah ciri khas organ reproduksi yang dimiliki oleh penderita hipertensi dengan stroke sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien dan dikategorikan atas :

1. Laki-laki 2. Perempuan

3.5.4 Agama adalah kepercayaan yang di anut oleh penderita hipertensi dengan stroke sesuai yang tercatat di kartu status pasien dan dikategorikan atas ( Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karo ):

1.Kristen Protestan 2 Islam

3. Katolik

3.5.5 Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita hipertensi dengan stroke sehari-harinya untuk memenuhi kebutuhan hidup sesuai dengan yang tercatat di kartu status pasien dan dikategorikan atas :

1. Petani 2. Wiraswasta 3. PNS/Pensiunan 4. Ibu Rumah Tangga

5. Lainnya (Buruh dan supir)

3.5.6 Status Perkawinan adalah predikat yang dimiliki penderita hipertensi dengan stroke berdasarkan pernikahan sesuai yang tercatat di kartu status pasien dan dikategorikan atas :

1. Belum Kawin 2. Kawin

(29)

3.5.7 Derajat hipertensi adalah klasifikasi yang ditentukan oleh menurut klasifikasi JNC-VII tahun 2003 dan dikategorikan atas :

1. Hipertensi derajat 1 : 140-159 mmHg TDS dan 90-99 mmHg TDD 2. Hipertensi derajat 2 : ≥160 mmHg TDS dan ≥100 mmHg TDD

3.5.8 Tipe Stroke adalah jenis kerusakan pembuluh darah otak yang mengakibatkan serangan stroke sesuai yang tercatat pada kartu status pasien dan dikategorikan atas :

1. Hemoragik 2. Non Hemoragik

3.5.9 Letak kelumpuhan adalah daerah kelumpuhan yangdiderita oleh penderita hipertensi dengan stroke seperti yang tercatat pada kartu status pasien dan dikategorikan atas :

1. Hemiparesis Sinistra 2. Hemiparesis Dextra 3. Hemiparesis Duplex 4. Tidak Tercatat

3.5.10 Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lamanya penderita hipertensi dengan stroke menjalani rawat inap yang dihitung sejak tanggal masuk sampai tanggal keluar dari Rumah Sakit Umum Kabanjahe sesuai dengan yang tercatat di kartu status pasien

3.5.11 Keadaan sewaktu pulang adalah keterangan tentang keadaan penderita hipertensi dengan stroke ketika pulang sesuai yang tercatat di kartu status pasien dan dikategorikan atas :

1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

(30)

3.6 Teknik Analisa Data

Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisa secara statistik. Pengolahan data dapat digunakan dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Data univariat dianalisa secara deskriptif dan data bivariat menggunakan uji

Chi-Square dan Mann-Withney. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk narasi, tabel

(31)

Rumah Sakit Umum (RSU) Kabanjahe terletak di tengah kota Kabanjahe yang merupakan ibu kota Kabupaten Karo dan merupakan unit pelayanan kesehatan yang didirikan oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1921 dengan nama Bataks Institute pada tahun 1923. RSU ini diserahkan kepada Nederlands Zending Genotschap, selanjutnya pada tahun 1945 setelah proklamasi kemerdekaan RI, RSU diserahkan kepada pemerintah dan pengelolaannya oleh Pemerintah Kabupaten Karo.

RSU Kabanjahe merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu di Kabupaten Karo. Semenjak pengelolaan RSU Kabanjahe diserahkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo, terdapat beberapa pimpinan yang telah memimpin jalannya pelayanan RSU Kabanjahe sampai saat ini. Nama pimpinanan/direktur dan masa jabatan pada tahun 1945-sekarang dapat dilihat pada lampiran 1 :

4.1.1 Visi, Misi, Motto, Nilai, dan Tujuan Rumah Sakit a. Visi

“Menjadi Rumah Sakit Umum Kabupaten yang terbaik di Provinsi Sumatera Utara”

(32)

a.2 Masyarakat Kabupaten Karo adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya yang terikat oleh satu kebudayaan sama yaitu kebudayaan Karo

a.3 Bermutu dan Profesional adalah mampu melaksanakan tugas dengan profesi masing-masing

b. Misi

Misi Rumah Sakit Umum Kabanjahe adalah memberikan pelayanan rumah sakit yang prima, melengkapi sarana dan prasarana Rumah Sakit secara bertahap, meningkatkan profesionalisme pegawai, melaksanakan akreditasi dan sertifikasi.

c. Motto

Motto dari RSU Kabanjahe adalah “MALEM” yang diambil dari bahasa Karo dengan kepanjangan Murah, Akurat, Lemah lembut, Efisien dan Memuaskan.

d. Nilai

Peningkatan pelayanan Rumah Sakit berorientasi pada mutu dan kepuasan kebutuhan pelanggan (Custumer Oriented).

e. Tujuan

(33)

diberikan kepada pasien rumah sakit dilaksanakan sesuai dengan Standar Prosedur Pelayanan (SPO).

4.1.2 Ketenagaan

Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) per Desember 2013 untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi RSU Kabanjahe adalah sebanyak 252 orang. Komposisi SDM RSU Kabanjahe dapat dilihat pada lampiran 1 : 4.2 Analisa Deskriptif

4.2.1 Sosiodemografi

Distribusi proporsi penderita Hipertensi dengan Stroke rawat inap berdasarkan sosiodemografi di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi dengan Stroke Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015

Umur

(34)

penderita memasuki umur 45-49 tahun, dan mengalami peningkatan lagi pada kelompok umur 50-54 tahun sampai dengan 65-69 tahun, kemudian menurun pada usia lebih sama dengan 70 tahun. Sedangkan, pada perempuan terus mengalami peningkatan proporsi mulai kelompok umur <40 tahun sampai dengan kelompok umur 55-59 tahun, dan mengalami penurunan proporsi penderita pada kelompok umur 60-64 tahun, 65-69 tahun, kemudian meningkat lagi pada umur 70-74 tahun (5,2%) dan juga pada umur ≥75 tahun (13,9%).

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi dengan Stroke Berdasarkan Agama, Pekerjaan, dan Status Perkawinan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap berdasarkan sosiodemografi berdasarkan agama yaitu agama Kristen Protestan sebanyak 75 orang (65,2%), sedangkan proporsi terendah yaitu agama Katolik sebanyak 19 orang (16,5%). Proporsi tertinggi penderita Agama f (%)

Pegawai Negeri Sipil/Pensiunan 18 15,7

(35)

hipertensi dengan stroke rawat inap berdasarkan pekerjaan yaitu petani sebanyak 52 orang (45,2%), sedangkan proporsi terendah yaitu lainnya sebanyak 5 orang (4,3%). Pekerjaan lainnya meliputi buruh dan supir. Proporsi tertinggi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap berdasarkan status perkawinan yaitu kawin sebanyak 92 orang (80,0%), sedangkan proporsi terendah belum kawin sebanyak 1 orang (0,9%).

4.2.2 Derajat Hipertensi

Distribusi proporsi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap berdasarkan derajat hipertensi sewaktu datang di Rumah Sakit Umum Kabanjahe pada tahun 2011-2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi dengan Stroke Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015

Derajat Hipertensi f (%)

Derajat 1 43 37,4

Derajat 2 72 62,6

Total 115 100

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi derajat hipertensi penderita hipertensi dengan stroke adalah hipertensi derajat 2 sebanyak 72 orang (62,6%), sedangkan proporsi terendah adalah hipertensi derajat 1 sebanyak 43 orang (37,4%).

4.2.3 Tipe Stroke

(36)

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi dengan Stroke

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita hipertensi dengan stroke berdasarkan tipe stroke adalah stroke non hemoragik sebanyak 81 orang (70,4%), sedangkan proporsi terendah adalah stroke hemoragik sebanyak 34 orang (29,6%).

4.2.4 Letak Kelumpuhan

Distribusi proporsi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015, diperoleh distribusi kasus berdasarkan letak kelumpuhan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi dengan Stroke Berdasarkan Letak Kelumpuhan yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015

Letak Kelumpuhan f %

(37)

4.2.5 Lama Rawatan Rata-rata

Distribusi proporsi penderita hipertensi dengan stroke yang dirawat inap berdasarkan lama rawatan rata-rata di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Hipertensi dengan Stroke

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata penderita hipertensi dengan stroke adalah 6,99 hari (7 hari) dengan Standar Deviasi (SD) 6,060 hari. Lama rawatan maksimum adalah 44 hari dan lama rawatan minimum adalah 1 hari.

4.2.6 Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi penderita hipertensi dengan stroke yang dirawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulangbdi Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi dengan Stroke Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015

Keadaan Sewaktu Pulang f (%)

PBJ 86 74,8

PAPS 20 17,4

Meninggal 9 7,8

(38)

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa proporsi tertinggi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap yaitu PBJ (Pulang Berobat Jalan) sebanyak 86 orang (74,8%), sedangkan proporsi terendah yaitu meninggal sebanyak 9 orang (7,8%). Case

Fatality Rate (CFR) penderita hipertensi dengan stroke rawat inap di Rumah Sakit

Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 adalah 7,8%. 4.3 Analisa Statistik

4.3.1 Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi

Distribusi proporsi umur penderita hipertensi dengan stroke rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 berdasarkan derajat hipertensi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari 43 orag penderita hipertensi derajat 1 terdapat proporsi tertinggi yaitu pada umur ≥55 tahun sebanyak 29 orang (67,4%), sedangkan proporsi terendah pada umur <55 tahun sebanyak 14 orang (32,6%). Selanjutnya, dari 72 orang penderita hipertensi derajat 2 terdapat proporsi tertinggi yaitu pada umur ≥55 tahun sebanyak 54 orang (75,0%),

(39)

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh p>0,05, hal ini berarti tidak ada perbedaan proporsi umur berdasarkan derajat hipertensi.

4.3.2 Umur Berdasarkan Tipe Stroke

Distribusi proporsi umur penderita hipertensi dengan stroke rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 berdasarkan tipe stroke dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Tipe Stroke yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015

Tipe Stroke

Umur (Tahun)

Total

<55 ≥55

f % f % f %

Hemoragik 8 23,5 26 76,5 34 100

Non Hemoragik 24 29,6 57 70,4 81 100

p=0,505

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari 34 orang penderita stroke hemoragik terdapat proporsi tertinggi pada umur ≥55 tahun sebanyak 26 orang (76,5%), sedangkan proporsi terendah pada umur <55 tahun sebanyak 8 orang (23,5%). Selanjutnya, dari 81 orang penderita stroke non hemoragik terdapat proporsi tertinggi pada umur ≥55 tahun sebanyak 57 orang (70,4%), sedangkan proporsi

terendah pada umur <55 tahun sebanyak 24 orang (29,6%).

(40)

4.3.3 Jenis Kelamin Berdasarkan Derajat Hipertensi

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita hipertensi dengan stroke rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 berdasarkan derajat hipertensi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015

Derajat Hipertensi

Jenis Kelamin

Total

Laki-Laki Perempuan

f % f % f %

Derajat 1 18 41,9 25 58,1 43 100

Derajat 2 38 52,8 34 47,2 72 100

p=0,257

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 43 orang penderita hipertensi derajat 1 terdapat proporsi tertinggi yaitu pada perempuan sebanyak 25 orang (58,1%), sedangkan proporsi terendah pada laki-laki sebanyak 18 orang (41,9%%). Selanjutnya, dari 72 orang penderita hipertensi derajat 2 terdapat proporsi tertinggi pada laki-laki sebanyak 38 orang (52,8%), sedangkan proporsi terendah pada perempuan sebanyak 34 orang (47,2%).

(41)

4.3.4 Jenis Kelamin Berdasarkan Tipe Stroke

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita hipertensi dengan stroke rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 berdasarkan tipe stroke dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Tipe Stroke yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 Tipe

Stroke

Jenis Kelamin

Total Laki-Laki Perempuan

f % f % f %

Hemoragik 12 35,3 22 64,7 34 100 Non Hemoragik 44 54,3 37 45,7 81 100

p=0,062

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari 34 orang penderita stroke hemoragik terdapat proporsi tertinggi yaitu pada perempuan sebanyak 22 orang (64,7%), sedangkan proporsi terendah pada laki-laki sebanyak 12 orang (35,3%). Selanjutnya, dari 81 orang penderita stroke non hemoragik terdapat proporsi tertinggi yaitu pada laki-laki sebanyak 44 orang (54,3%), sedangkan proporsi terendah perempuan sebanyak 37 orang (45,7%).

(42)

4.3.5 Tipe Stroke Berdasarkan Derajat Hipertensi

Distribusi proporsi tipe stroke penderita hipertensi dengan stroke rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 berdasarkan derajat hipertensi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Tipe Stroke Berdasarkan Derajat Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015

Derajat Hipertensi

Tipe Stroke

Total

Hemoragik Non Hemoragik

f % f % f %

Derajat 1 6 14,0 37 86,0 43 100 Derajat 2 28 38,9 44 61,1 72 100

P=0,005

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa dari 43 orang penderita hipertensi derajat 1 terdapat proporsi tipe stroke tertinggi yaitu stroke non hemoragik sebanyak 37 orang (86,0%), sedangkan proporsi terendah yaitu stroke hemoragik sebanyak 6 orang (14,0%). Selanjutnya, dari 72 orang penderita hipertensi derajat 2 terdapat proporsi tipe stroke tertinggi yaitu stroke non hemoragik sebanyak 44 orang (61,1%), sedangkan proporsi terendah yaitu stroke hemoragik sebanyak 28 orang (38,9%).

(43)

4.3.6 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Tipe Stroke

Distribusi proporsi lama rawatan rata-rata penderita hipertensi dengan stroke rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 berdasarkan tipe stroke dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Tipe Stroke yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015

Tipe Stroke Lama Rawatan Rata-rata

f ���� SD

Hemoragik 34 7,53 8,254

Non Hemoragik 81 6,77 4,905

p=0,772

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata penderita stroke hemoragik yaitu 7,53 hari dan SD 8,254 hari. Selanjutnya, lama rawatan rata-rata stroke non hemoragik yaitu 6,77hari dan SD 4,905 hari.

Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney diperoleh nilai p>0,05, artinya tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan tipe stroke.

4.3.7 Derajat Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi derajat hipertensi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel berikut:

(44)

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa proporsi penderita hipertensi dengan stroke, dari 86 orang penderita dengan keadaan pulang berobat jalan (PBJ) terda terendah pada hipertensi derajat 1 sebanyak 32 orang (37,2%). Dari 20 orang penderita dengan keadaan Pulang atas permintaan sendiri (PAPS) terdapat penderita hipertensi derajat 1 sebanyak 9 orang (45,0%) dan hipertensi derajat 2 sebanyak 11 orang (55,0%). Sedangkan dari 9 orang penderita dengan keadaan pulang meninggal dunia terdapat penderita hipertensi derajat 2 sebanyak 7 orang (77,8%) dan hipertensi derajat 1 sebanyak 2 orang (22,2%). Berdasarkan tabel diatas juga dapat diperoleh Case Fatality Rate (CFR) penderita dengan keadaan hipertensi derajat 1 sebesar 4,7%, sedangkan Case Fatality Rate (CFR) penderita dengan keadaan hipertensi derajat 2 sebesar 9,7%.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh p>0,05, hal ini berarti tidak ada perbedaan proporsi derajat hipertensi.berdasarkan keadaan sewaktu pulang

4.3.8 Tipe Stroke Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi tipe stroke penderita hipertensi dengan stroke rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel berikut:

(45)

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa dari 86 orang penderita stroke yang PBJ (Pulang Berobat Jalan) terdapat sebanyak 26 orang (30,2%) penderita stroke hemoragik dan sebanyak 60 orang (69,8%) penderita stroke non hemoragik. Dari 20 orang penderita stroke yang PAPS (Pulang Atas Permintaan Sendiri) terdapat sebanyak 2 orang (10,0%) penderita stroke hemoragik dan sebanyak 18 orang (90,0%) penderita stroke non hemoragik. Selanjutnya, dari 9 orang penderita stroke yang meninggal dunia terdapat sebanyak 6 orang (66,7%) penderita stroke hemoragik dan sebanyak 3 orang (33,3%) penderita stroke non hemoragik. Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh Case Fatality Rate (CFR) penderita dengan stroke hemoragik sebesar 17,6%, sedangkan Case Fatality Rate (CFR) penderita stroke non hemoragik sebesar 3,7%.

(46)

5.1.1 Sosiodemografi

a. Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap berdasarkan umur dan jenis kelamin di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011 – 2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.1 Diagram Bar Penderita Hipertensi dengan Stroke rawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015

Berdasarkan Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi penderita hipertensi dengan stroke yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 menyatakan bahwa pada laki-laki terjadi peningkatan proporsi penderita pada umur 40-44 tahun (7,0%) dari umur sebelumnya yaitu <40 tahun (1,7%). Hal tersebut terjadi kemungkinan karena pada umur 40-44 tahun lelaki biasanya lebih banyak terkena faktor-faktor risiko untuk terjadinya hipertensi kemudian stroke.

(47)

Akan tetapi mengalami penurunan proporsi penderita pada umur 45-49, kemungkinan karena pada umur tersebut lelaki memulai memasuki umur produktif dan dapat memilih menghindari faktor risiko untuk terjadinya stroke. Selanjutnya, meningkat pula dari kelompok umur 50-54 sampai dengan 65-69 tahun akibat pertambahan usia yang lanjut karnabertambahnya usia menyebabkan terjadinya kemunduran pada organ tubuh manusia secara alamiah. Salah satunya adalah perubahan struktur anatomis pada pembuluh darah yang merupakan penyebab terjadinya hipertensi pada usia lanjut sehingga memungkinkan untuk terkena stroke (Harsono, 2003). Pada usia lanjut, dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis sehingga tekanan darah meningkat pada saat terjadi vasokontriksi (Shadine, 2010). Dan menurun pada umur 70 tahun ke atas akibat penurunan angka umur harapan hidup.

Pada perempuan mengalami peningkatan proporsi dari kelompok umur <40 tahun sampai dengan 55-59 tahun, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dengan stroke, seperti faktor-faktor hormonal pada wanita, karena pada masa menopause terjadi penurunan hormon estrogen yang berperan pada wanita untuk melindungi dari peningkatan tekanan darah dengan meningkatkan kadar HDL . Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses arteriosklerosis (Laporan Komisi Pakar WHO, 2001). Proporsi tertinggi pada wanita didapatkan pada kelompok umur ≥75 tahun yaitu sebesar 13,9%, hal tersebut dipengaruhi oleh

(48)

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Indah Y.Nursanti (2005) di RSU Permata Bunda Medan, yang menyatakan proporsi hipertensi tertinggi pada perempuan yaitu sebesar 50,9%. Demikian juga sesuai dengan hasil penelitian Siti Hardiyanti (2015) di RSUD Daya Kota Makassar yang menyatakan proporsi tertinggi penderita stroke adalah perempuan sebesar (52,0%).

b. Agama

Proporsi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap berdasarkan agama di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011 – 2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.2 Diagram Pie Penderita Hipertensi dengan Stroke rawat Inap Berdasarkan Agama di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015

Berdasarkan Gambar 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 berdasarkan agama yaitu Kristen Protestan sebesar 65,2%, dan proporsi terendah yaitu agama Katolik sebesar 16,5%.

65,2% 18,3%

16,5%

Kristen Protestan

Islam

(49)

Hal ini bukan berarti agama merupakan faktor terjadinya hipertensi dengan stroke namun karena sebagian besar penderita hipertensi dengan stroke rawat inap yang berobat ke RSU Kabanjahe beragama Kristen Protestan. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi di Kabupaten Karo yang menganut agama paling banyak adalah Kristen Protestan sebesar 58,69% oleh Badan Pusat Statistik kabupaten tersebut.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Evi Susanti Sinaga (2012) di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar tahun 2010-2011 yang memperoleh proporsi tertinggi penderita hipertensi yang dirawat inap berdasarkan agama adalah Kristen Protestan sebesar 64,6%.

c. Pekerjaan

Proporsi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap berdasarkan pekerjaan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011 – 2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.3 Diagram Bar Penderita Hipertensi dengan Stroke rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015

(50)

Berdasarkan Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 adalah Petani sebesar 45,2% dan proporsi terendah adalah lainnya (buruh dah supir) sebesar 4,3%.

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa proprsi tertinggi adalah petani karena sebagian besar penduduk Kabupaten Karo adalah petani. Hal ini sesuai dengan hasil data Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo yaitu jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani sebesar 38,03%, sehingga berhubungan dengan jumlah kunjungan ke Rumah Sakit.

Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Lastiar Silitonga (2009) yang memperoleh proporsi tertinggi penderita hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Porsea tahun 2005-2007 berdasarkan pekerjaan adalah Petani sebesar 50%.

d. Status Perkawinan

(51)

Gambar 5.4 Diagram Pie Penderita Hipertensi dengan Stroke rawat Inap Berdasarkan Status Perkawinan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015

Berdasarkan Gambar 5.4 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 berdasarkan status perkawinan adalah kawin sebesar 80,0%, sedangkan proporsi terendah adalah belum kawin 0,9%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Agustina Sianipar (2014) di Puskesmas Tanjung Balai Karimun, yang memperoleh proporsi tertinggi hipertensi dengan komplikasi berdasarkan status perkawinan adalah kawin sebesar 91,6%. Demikian pula dengan penelitian Mariati (2005) di RSUD Provinsi Riau Pekanbaru proporsi tertinggi penderita stroke berdasarkan status perkawinan adalah kawin sebesar 60,6%.

5.1.2 Derajat Hipertensi

Proporsi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap berdasarkan derajat hipertensi di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011 – 2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

80,0% 16,5%

2,6% 0,9%

Kawin

Janda

Duda

(52)

Gambar 5.5 Diagram Pie Penderita Hipertensi dengan Stroke rawat Inap Berdasarkan Derajat Hipertensi di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015

Berdasarkan Gambar 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 berdasarkan derajat hipertensi adalah hipertensi derajat 2 sebesar 62,6%, sedangkan proporsi terendah adalah hipertensi derajat 1 sebesar 37,4%.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa proporsi tertinggi terdapat pada penderita dengan hipertensi derajat 2 karena mayoritas penderita yang berobat di rumah sakit tersebut sudah lanjut usia sehingga derajat hipertensi yang diderita adalah sudah lanjut (derajat 2). Hal tersebut dipengaruhi oleh kepatuhan minum obat. Seharusnya penderita hipertensi dengan stroke sebelum memiliki hipertensi derajat 2 melakukan pengobatan dan patuh dalam hal meminum obat tersebut.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Agustina Sianipar (2014) di Puskesmas Tanjung Balai Karimun, yang memperoleh proporsi tertinggi penderita hipertensi dengan stroke adalah hipertensi derajat 2 sebesar 81,2%.

62,6% 37,4%

Hipertensi Derajat 2

(53)

5.1.3 Tipe Stroke

Proporsi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap berdasarkan tipe stroke di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011 – 2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.6 Diagram Pie Penderita Hipertensi dengan Stroke rawat Inap Berdasarkan Tipe Stroke di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015

Berdasarkan Gambar 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 berdasarkan tipe stroke adalah stroke non hemoragik sebesar 70,4%, sedangkan proporsi terendah adalah stroke hemoragik sebesar 29,6%.

Stroke non hemoragik merupakan stroke yang paling sering didapati dari antara jenis stroke lainnya yaitu sekitar 80% (Sudoyo dkk, 2010).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Faisal Budi (2013) di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo yang memperoleh proporsi tertinggi adalah stroke non hemoragik sebesar 57,6%. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Elida

70,4% 29,6%

Stroke Non Hemoragik

(54)

Muharam (2005) di Rumah Sakit Umum Padang Sidempuan yang memperoleh proporsi tertinggi adalah stroke non hemoragik sebesar 72,5%.

5.1.4 Letak Kelumpuhan

Proporsi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap berdasarkan letak kelumpuhan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011 – 2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.7 Diagram Pie Penderita Hipertensi dengan Stroke rawat Inap Berdasarkan Letak Kelumpuhan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015

Berdasarkan Gambar 5.7 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 berdasarkan letak kelumpuhan adalah Hemiparesis Sinistra sebesar 54,8%, sedangkan proporsi terendah adalah Hemiparesis Duplex sebesar 3,5%.

Tingginya kelemahan pada sisi sinistra (kerusakan pada otak disebelah kanan) terjadi karena otak kanan lebih jarang digunakan dibandingkan dengan otak kiri yang lebih dominan digunakan dalam aktivitas sehari-hari seperti

54.8 34.8

6.9

3.5

Hemiparesis Sinistra

Hemiparesis Dextra

Tidak Tercatat

(55)

berbicara, berhitung dan menulis sehingga metabolismenya lebih lancar dibandingkan otak sebelah kanan (Price dan Wilson, 2006).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mariati (2005) di RSUD Provinsi Riau Pekanbaru, yang memperoleh proporsi tertinggi penderita stroke berdasarkan letak kelumpuhan adalah Hemiparesis Sinistra sebesar 59,0%.

5.1.5 Lama Rawatan Rata-rata

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita hipertensi dengan stroke adalah 6,99 hari (7 hari) dengan Standar Deviasi (SD) 6,060 hari. Lama rawatan maksimum adalah 44 hari dan lama rawatan minimum adalah 1 hari.

Penderita hipertensi dengan stroke yang dirawat inap paling lama selama 44 hari berjumlah 1 orang dengan umur 78 tahun, jenis kelamin perempuan, hipertensi derajat 2, stroke hemoragik, dan pulang berobat jalan.

(56)

memiliki peluang lebih besar menyebabkan kematian dibanding stroke non hemoragik.

5.1.6 Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011 – 2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.8 Diagram Pie Penderita Hipertensi dengan Stroke rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015

Berdasarkan Gambar 5.8 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah Pulang Beobat Jalan (PBJ) sebesar 74,8%, sedangkan proporsi terendah yaitu meninggal dunia sebesar 7,8%.

Penderita pulang berobat jalan setelah mendapatkan pelayanan medis di rumah sakit yang keadaannya sudah lebih baik dan dengan adanya pertimbangan

74,8% 17,4%

7,8%

PBJ

PAPS

(57)

dokter hingga memperbolehkan pulang berobat jalan. Sedangkan penderita hipertensi dengan stroke yang pulang atas permintaan sendiri kemungkinan karena ingin dirawat di rumah sendiri atau ingin mendapatkan perawatan yang lebih baik dari rumah sakit lain.

Penderita yang meninggal dunia sebanyak 9 orang, yaitu dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 5 orang dan perempuan sebanyak 4 orang. Penderita meninggal dengan hipertensi derajat 2 sebanyak 7 orang dan hipertensi derajat 1 sebanyak 2 orang. Secara umum penderita meninggal dengan kondisi tipe stroke hemoragik yaitu sebanyak 6 orang dan stroke non hemoragik sebanyak 3 orang. Penderita juga telah berusoa lanjut yaitu 92 tahun, 84 tahun (2 orang), 66 tahun, 65 tahun, 60 tahun (2 orang), 55 tahun, dan 44 tahun.

(58)

5.2 Analisa Statistik

5.2.1 Umur Berdasarkan Derajat Hipertensi

Distribusi proporsi umur penderita hipertensi dengan stroke rawat inap berdasarkan derajat hipertensi di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 5.9 Diagram Bar Umur Penderita Hipertensi dengan Stroke rawat Inap Berdasarkan Derajat Hipertensi di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015

Berdasarkan Gambar 5.9 dapat dilihat bahwa proporsi tertingi penderita hipertensi derajat 1 yaitu pada umur ≥55 tahun sebesar 67,4%. Proporsi tertingi penderita hipertensi derajat 2 juga terbesar pada umur ≥55 tahun sebesar 75,0%.

Ada beberapa kelompok populasi yang kecenderungan risiko hipertensinya lebih tinggi salah satunya adalah orang yang berusia lanjut. Tambah tua usia seseorang maka frekuensi hipertensi bertambah tinggi, sehingga pada usia enam puluh tahun keatas sekurangnya separuh populasi akan menderita hipertensi (Madiyono dan Suherman 2003).

(59)

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh p>0,05, hal ini berarti tidak ada perbedaan proporsi antara umur dengan derajat hipertensi. Tidak adanya perbedaan proporsi tersebut menjelaskan bahwa pada umur berapapun dapat terjadi peningkatan derajat hipertensi.

5.2.2 Umur Berdasarkan Tipe Stroke

Distribusi proporsi umur penderita hipertensi dengan stroke rawat inap berdasarkan tipe stroke di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 5.10 Diagram Bar Umur Penderita Hipertensi dengan Stroke rawat Inap Berdasarkan Tipe Stroke di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015

Berdasarkan Gambar 5.10 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi adalah stroke hemoragik yaitu pada umur ≥55 tahun yaitu sebesar 76,5% dan proporsi

(60)

Usia merupakan faktor risiko penting bagi semua jenis stroke. Insiden stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia (Lumbantobing, 2003).

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh p>0,05, hal ini berarti tidak ada perbedaan proporsi umur berdasarkan tipe stroke. Artinya tidak ada perbedaan umur pada stroke hemoragik maupun stroke non hemoragik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Syarif R (2004) di RS. Tembakau Deli Nusantara II Medan yang menyatakan tidak ada perbedaan proporsi umur berdasarkan tipe stroke, dengan menggunakan uji Chi-Square dengan p=0,277.

5.2.3 Jenis Kelamin Berdasarkan Derajat Hipertensi

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita hipertensi dengan stroke rawat inap berdasarkan derajat hipertensi di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 5.11 Diagram Bar Jenis Kelamin Penderita Hipertensi dengan Stroke rawat Inap Berdasarkan Derajat Hipertensi di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015

(61)

Berdasarkan Gambar 5.11 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita dengan keadaan hipertensi derajat 1 pada perempuan sebesar 58,1%, sedangkan proporsi terendah pada laki-laki sebesar 41,9%. Proporsi tertinggi penderita dengan keadaan hipertensi derajat 2 yaitu pada laki-laki sebesar 52,8%, sedangkan proporsi terendah pada perempuan sebesar 47,2%.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh p>0,05, hal ini berarti tidak ada perbedaan proporsi antara jenis kelamin dengan derajat hipertensi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Indah Y.Nursanti (2005) di RSU Permata Bunda Medan, yang menyatakan tidak ada perbedaan proporsi antara jenis kelamin dengan derajat hipertensi, dengan menggunakan uji

(62)

5.2.4 Jenis Kelamin Berdasarkan Tipe Stroke

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita hipertensi dengan stroke rawat inap berdasarkan tipe stroke di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 5.12 Diagram Bar Jenis Kelamin Penderita Hipertensi dengan Stroke rawat Inap Berdasarkan Tipe Stroke di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015

Berdasarkan Gambar 5.12 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi stroke hemoragik yaitu pada perempuan sebesar 64,7%, sedangkan proporsi terendah pada laki-laki sebesar 35,3% dan proporsi tertinggi stroke non hemoragik yaitu pada laki-laki sebesar 54,3%, sedangkan proporsi terendah pada perempuan sebesar 45,7%.

Pada penderita stroke akibat infark atau perdarahan terdapat sedikit perbedaan frekuensi antara pria dan wanita (Harsono,2003). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian David Gunawan Umbas (2015) di Makassar bahwa proporsi penderita stroke non hemoragik pada laki-laki lebih besar yaitu sebesar 51,09%, sedangkan proporsi stroke hemoragiknya sebesar 49,46%. Proporsi

(63)

penderita stroke hemoragik (50,54%) pada perempuan lebih besar daripada penderita stroke non hemoragik (48,91%). Hal ini menunjukkan proporsi penderita stroke hemoragi lebih besar pada perempuan dan proporsi non hemoraghi lebih besar pada laki-laki.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh p>0,05, hal ini berarti tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan tipe stroke. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sri Andriany Sinaga (2008), di Rumah Sakit Haji Medan yang menyatakan tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan tipe stroke dengan menggunakan uji Chi-Square (p=0,765). 5.2.5 Tipe Stroke Berdasarkan Derajat Hipertensi

Distribusi proporsi tipe stroke penderita hipertensi dengan stroke rawat inap berdasarkan derajat hipertensi di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

(64)

Berdasarkan Gambar 5.13 dapat dilihat bahwa dari 43 orang penderita hipertensi derajat 1 terdapat proporsi tipe stroke tertinggi yaitu stroke non hemoragik sebesar 86,0%, sedangkan proporsi terendah yaitu stroke hemoragik sebesar 14,0%. Selanjutnya, dari 72 orang penderita hipertensi derajat 2 terdapat proporsi tipe stroke tertinggi yaitu stroke non hemoragik sebesar 61,1%, sedangkan proporsi terendah yaitu stroke hemoragik sebesar 38,9%.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh p<0,05, hal ini berarti ada perbedaan proporsi tipe stroke berdasarkan derajat hipertensi. Terdapat penderita hipertensi derajat 1 lebih mengarah ke penderita stroke non hemoragik (Stroke Iskemik), tetapi pada penderita hipertensi derajat 2 juga terdapat proporsi paling tinggi yaitu stroke non hemoragik, hal tersebut kemungkinan karena penderita paling banyak adalah penderita stroke non hemoragik.

5.2.6 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Tipe Stroke

(65)

Gambar 5.14 Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Penderita Hipertensi dengan Stroke rawat Inap Berdasarkan Tipe Stroke di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015

Berdasarkan Gambar 5.14 dapat dilihat bahwa terdapat 34 orang penderita stroke hemoragik dengan lama rawatan rata-rata selama 7,53 hari. Terdapat 81 orang penderita stroke non hemoragik dengan lama rawatan rata-rata selama 6,77 hari.

Berdasarkan hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai p>0,05, artinya tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan tipe stroke. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sri Andriany Sinaga (2008) di Rumah Sakit Haji Medan, yang menyatakan tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan tipe stroke, dengan menggunakan uji T-test (p=0,669).

5.2.7 Derajat Hipertensi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi derajat hipertensi penderita hipertensi dengan stroke rawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

6.77 7.53

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Hemoragik Non Hemoragik

(66)

Gambar 5.15 Diagram Bar Derajat Hipertensi Penderita Hipertensi dengan Stroke rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015

Berdasarkan Gambar 5.15 dapat dilihat bahwa proporsi penderita Pulang Berobat Jalan pada hipertensi derajat 1 sebesar 37,2% dan hipertensi derajat 2 sebesar 62,8%. Penderita pulang berobat jalan karena keadaan kesehatan penderita telah membaik dan atas pertimbangan dokter mengijinkan pulang berobat jalan.

Pulang Atas Permintaan Sendiri pada hipertensi derajat 1 sebesar 45,0% dan hipertensi derajat 2 sebesar 55,0%. Pada penderita yang pulang atas permintaan sendiri kemungkinan disebabkan oleh keinginan mendapat perawatan yang lebih baik dirumah sakit lainnya atau ingin mendapat perawatan dirumah saja.

(67)

kemungkinan disebabkan oleh faktor pasien datang dengan kondisi yang buruk dan termasuk juga faktor usia.

Diperoleh Case Fatality Rate (CFR) penderita dengan hipertensi derajat 1 sebesar 4,7%, sedangkan Case Fatality Rate (CFR) hipertensi derajat 2 sebesar 9,7%. Artinya, semakin tinggi derajat hipertensi kemungkinan peluang pasien meninggal lebih besar dibandingkan jika pasien yang menderita hipertensi derajat 1.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh p>0,05, hal ini berarti tidak ada perbedaan proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan derajat hipertensi.

Penderita hipertensi dengan stroke yang meninggal dunia sebanyak 9 orang yaitu laki-laki sebanyak 5 orang dan perempuan sebanyak 4 orang, dengan yang mengalami hipertensi derajat 2 sebanyak 7 orang dan hipetensi derajat 1 sebanyak 2 orang. Tipe stroke yang paling banyak pada penderita yang meninggal dunia adalah stroke hemoragik sebanyak 6 orang.

5.2.7 Tipe Stroke Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

(68)

Gambar 5.16 Diagram Bar Tipe Stroke Penderita Hipertensi dengan Stroke rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2011-2015

Berdasarkan gambar 5.16 dapat dilihat bahwa dari 86 orang penderita stroke yang PBJ (Pulang Berobat Jalan) terdapat sebesar 30,2% penderita stroke hemoragik dan sebesar 69,8% penderita stroke non hemoragik. Dari 20 orang penderita stroke yang PAPS (Pulang Atas Permintaan Sendiri) terdapat sebesar 10,0% penderita stroke hemoragik dan 90,0% penderita stroke non hemoragik. Selanjutnya, dari 9 orang penderita stroke yang meninggal dunia terdapat sebesar 66,7% penderita stroke hemoragik dan sebesar 33,3% penderita stroke non hemoragik. Diperoleh Case Fatality Rate (CFR) penderita dengan stroke hemoragik sebesar 17,6%, sedangkan Case Fatality Rate (CFR) penderita stroke non hemoragik sebesar 3,7%.

Stroke non hemoragik memberikan prognosis yang lebih baik. Penderita

stroke non hemoragik hanya 20% mengalami kematian sedangkan stroke hemoragik

(69)

memberikan prognosis lebih buruk dengan penderita mengalami kematian mencapai

50-90% (Shimberg, 1998).

(70)

6.1.1 Proporsi tertinggi penderita hipertensi dengan stroke berdasarkan sosiodemografi pada kelompok umur ≥55 tahun, jenis kelamin perempuan, agama Kristen Protestan, pekerjaan petani, dan kawin.

6.1.2 Proporsi tertinggi penderita hipertensi dengan stroke berdasarkan derajat hipertensi adalah hipertensi derajat 2.

6.1.3 Proporsi tertinggi penderita hipertensi dengan stroke berdasarkan tipe stroke adalah stroke non hemoragik.

6.1.4 Proporsi tertinggi penderita hipertensi dengan stroke berdasarkan letak kelumpuhan adalah hemiparesis sinistra.

6.1.5 Lama rawatan rata-rata penderita hipertensi dengan stroke adalah 6,99 hari (7 hari).

6.1.6 Proporsi tertinggi penderita hipertensi dengan stroke berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah Pulang Berobat Jalan (PBJ).

6.1.7 Tidak ada perbedaan proporsi umur berdasarkan derajat hipertensi, umur berdasarkan tipe stroke, jenis kelamin berdasarkan derajat hipertensi, jenis kelamin berdasarkan tipe stroke, lama rawatan rata-rata berdasarkan tipe stroke, dan derajat hipertensi berdasarkan keadaan sewaktu pulang

(71)

6.2 Saran

6.2.1 Semakin tinggi derajat hipertensi kemungkinan peluang pasien meninggal lebih besar dibandingkan jika pasien yang menderita hipertensi derajat 1, sehingga diperlukan adanya upaya yang lebih untuk meningkatkan penyuluhan kepada keluarga penderita hipertensi oleh tenaga kesehatan agar memantau penderita dalam mengkonsumsi obat dengan benar supaya tidak terjadi peningkatan derajat hipertensi.

(72)

2.1.1 Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding pembuluh darah dalam ukuran milimeter merkuri (mmHg). Pengaturan tekanan darah adalah proses yang kompleks menyangkut pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air, serta pengendalian sistem saraf terhadap tonus pembuluh darah (Baradero dkk, 2008).

Tekanan darah dibedakan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan tertinggi yang disebabkan oleh pengerutan bilik jantung sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan terendah yang disebabkan oleh pembesaran bilik jantung (Shadine,2010).

WHO menetapkan bahwa tekanan darah normal yaitu bila tekanan sistolik dibawah 140 mmHg,dan tekanan diastolik dibawah 90 mmHg. Sepanjang hari tekanan darah akan berubah-ubah tergantung pada aktivitas tubuh, latihan yang berat dan stress cenderung meningkatkan tekanan darah sedangkan dalam keadaan berbaring atau istirahat tekanan darah akan turun kembali (Shadine,2010).

(73)

sebelumnya tidak dibenarkan minum zat perangsang (stimulan) seperti teh, kopi, dan minuman ringan yang mengandung kafein. Pasien duduk dengan lengan setinggi jantung. Kemudian meraba denyut nadi radialis pada sisi ipsilateral dan kembangkan karet sphymonomanometer secara bertahap sampai tekanan sistolik 20 mmHg diatas titik di mana denyut nadi radialis menghilang. Kempiskan karet kurang lebih 2 mmHg per detik, catat titik pertama pulsasi yang terdengar (bunyi Korotkoff pertama) yang merupakan tekanan darah sistolik dan titik dimana bunyi pulsasi menghilang ( bunyi Korotkoff ke-5) yang sekarang secara universal diakui sebagai tekanan diastolik, bukannya bunyi gemuruh (Korotkoff ke-4) yang digunakan dalam definisi lama. Mengukur tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak cukup lama paling sedikit 5-10 menit (Gray dkk, 2003).

Peningkatan tekanan darah yang bersifat sementara disebabkan oleh perasaan gembira atau cemas (ketakutan) bukan merupakan Hipertensi tetapi dapat menjadi petunjuk adanya kecenderungan untuk menjadi Hipertensi pada suatu saat. Pemantauan tekanan darah selama 24 jam secara ambulator dapat berguna untuk mengevaluasi pasien dengan tekanan darah perbatasan atau tekanan darah yang berubah-ubah, hampir 20% dari mereka tidak terbukti mengalami Hipertensi dan gejala hipotensif yang mungkin tejadi akibat pengobatan (Lawrence dkk, 2002).

(74)

2.1.2 Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Dalimartha, 2008). Hipertensi juga didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada dua kalipengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Price dan Wilson, 2006).

Hipertensi sebagai penyakit The Sillent Killer biasanya menunjukkan gejala non-spesifik selama bertahun-tahun, sampai terjadi kerusakan organ target penyakit serebrovaskuler yaitu stroke, penyakit vaskuler yakni penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal yakni kerusakan renovaskular dan kerusakan glomerulus (Davey, 2005).

Gambar

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita Hipertensi dengan Stroke Berdasarkan Agama, Pekerjaan, dan Status Perkawinan yang
Tabel 4.6 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Hipertensi dengan Stroke    yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2011-2015 Lama Rawatan Rata-rata
Tabel 4.8
Tabel 4.9
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun alasan penggunaan metode penelitian kualitatif adalah bahwa penelitian ini dilakukan untuk mengetahu tingkah laku dari suatu individu matau kelompok untuk

Adapun pedapat Barhaman (1976) mengatakan bahwa awalan pada gerakan menendang bola berfungsi untuk membantu kecepatan pada permulaan sehinga dapat mengakibatkan

perencanaan awal. Pada tahap ini pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw. 3)Tahap pengamatan

Masalah penelitian adalah:adakah hubungan daya ledak otot tungkai, daya ledak otot lengan dan daya tahan kekuatan otot perut terhadap smash normal pada

Kesimpulan berdasarkan sub masalah sebagai berikut: (1) Lingkungan belajar di sekolah SMK Mamdiri Pontianak sudah baik untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran hal

141. Dalam pembelajaran PKn dikenal beberapa asas yang patut diketahui oleh guru yang akan membelajarkan kepada peserta didiknya. Salah satunya adalah guru harus memandang peserta

Keteladanan sikap cinta tanah air pada Syarat Kecakapan Umum (SKU) yang dipraktikkan dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka di Dabin 5 UPTD Pendidikan Kecamatan

akan mengurangi beban yang dibawa oleh kata “Jakarta”.(hlm. 68) (16) “Nasib malanglah yang menciutkan namanya menjadi Eten karena. Ompung Boru tidak bisa melafalkan