• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2. Karakteristik Masyarakat

2.2.4. Status Sosial Ekonomi

Individu, keluarga, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, berkepentingan dengan warga Negara sehat. Individu dan keluarga sehat meningkatkan produktivitas dan income keluarga. Peningkatan income per warga Negara meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dapat mentransformasikan sebuah Negara miskin menjadi Negara kaya. Bersama dengan input lainnya, pelayanan kesehatan merupakan input bagi individu untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, meskipun pertambahan status kesehatan sebagai pertambahan pelayananan kesehatan itu sendiri makin menurun (Murty, 2006).

Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi dimasyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih diperhatikan dan mudah dijangkau, demikian juga sebaliknya apabila tingkat ekonomi seseorang rendah, maka sangat sulit menjangkau pelayanan kesehatan mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan dapat mempengaruhi dalam sistem pelayanan kesehatan (Hidayat, 2007).

Pendapatan merupakan ukuran yang sering digunakan untuk melihat kondisi status sosial ekonomi pada suatu kelompok masyarakat tertentu. Semakin baik kondisi ekonomi masyarakat semakin tinggi persentase yang menggunakan jasa kesehatan, data survey kesehatan 1992 memperlihatkan rata-rata penggunaan pelayanan kesehatan berhubungan dengan meningkatnya pendapatan, baik pada pria maupun wanita, oleh karena itu status sosial ekonomi berhubungan dengan kondisi seseorang, keluarga dan masyarakat (Depkes, 2000).

2.2.5. Pendidikan

Menurut Cumming dkk dalam Azwar 2007, mengemukakan bahwa pendidikan sebagai suatu proses atau kegiatan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan individu atau masyarakat. Ini berarti bahwaa pendidikan adalah suatu pembentukan watak yaitu sikap disertai kemampuan dalam bentuk kecerdasan, pengetahuan dan keterampilan. Seperti diketahui bahwa pendidikan formal yang ada di indonesi adalah tingkat sekolah daasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah lanjutan tingkat atas dan tingkat akademik/perguruan tinggi. Tingkat pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang yang lebih bauk, sehingga memungkinkan menyerap informasi-informasi juga dapat berpikir secara rasional dalam menanggapi informasi atau setiap masalah yang dihadapi.

Pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia Indonesia jasmani dan rohami yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah dalam rangka pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat adil dan makkmur berdasarkan

Koentjaraningrat (1997), mengatakan pendidikan adalah kemahiran menyerap pengetahuan atau meningkatkan sesuai dengan pendidikan seseorang dan kemampuan ini berhubungan erat dengan sikap seseorang terhadap pengetahuan seseorang yang diserapnya, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah untuk menyerap pengetahuan.

2.2.6. Budaya

Budaya adalah satu kesatuan yang kompleks, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat dan kesanggupan serta kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota sebuah masyarakat. Atau dengan kata lain konsep dari suatu sistem serta peraturan dan makna, yang pernyataannya tergambar melalui cara manusia menjalani kehidupan. Latar belakang budaya mempunyai pengaruh yang penting terhadap bermacam aspek kehidupan manusia yaitu kepercayaan, tanggapan, emosi, bhasa, agama, bentuk keluarga, diet, pakaian dan bahasa tubuh. Konsep tentang kehidupan, sakit dan bentuk kemalangan lain yang mempunyai pengaruh yang penting terhadap bermacam-macam aspek kehidupan manusia yaitu kepercayaan, tanggapan, emodi, bahasa, agama, bentuk keluarga, sakit dan bentuk kemalangan lain yang mempunyai implikasi yang penting terhadap kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.

Konsep budaya kadang kala disalahartikan atau penggunaannya disalahgunakan oleh masyarakat. Misalnya, budaya tidak pernah homogen, dan dengan itu pula seseorang selalu mengelak dari pada menggunakan kenyataan umum untuk memilih-milih kepercayaan dan kelakuan seseorang. Peranan budaya merupakan peranan yang senantiasa dilihat berdasarkan konteksnya. Konteks itu

terdiri dari beberapa unsur-unsur sejarah, ekonomi, sosial, politik, geografi. Ini berarti budaya merupakan satu kumpulan manusia, pada masa tertentu, senantiasa dipengaruhi faktor-faktor lain. Maka kepercayaan budaya dan perilaku budaya yang asli dapat dipisahkan dari kontek ekonomi. Misalnya seseorang bertindak seperti makan hanya sebagian dari makanan, tinggal di rumah yang sempit dan tidak berobat ke dokter pada saat sakit.

Kebudayaan meresap dalam kehidupan kita. Dari kepercayaan dasar tentang sifat-sifat hakiki alam semesta dan akan adanya sesuatu yang supranatural (di atas alam, mengenai ke Tuhanan), sampai dengan makanan khusus yang kita makan dan alat-alat yang kita pakai untuk makan, kita berpikir dan bertindak sesuai dengan kebudayaan atau kultur kita (Maramis, 2006).

Kesehatan para anggota masyarakat berhubungan dengan pola kebudayaan mereka. Jelas bahwa praktik diet dan kebersihan dapat mempengaruhi timbulnya penyakit tertentu, tetapi praktik-praktik lain dari kebudayaan dapat mempengaruhi juga resiko timbulnya penyakit, misalnya memotong tali pusat bayi baru lahir dengan bambu tajam yang tidak disterilkan dapat mengakibatkan tetanus neonatorum. Dan dalam masyarakat kita sekarang, merokok, minum minuman keras dan sebagainya membawa resiko terhadap kesehatan (Maramis,2006).

Disamping timbulnya penyakit, kebudayaan sedikit banyaknya menentukan bagaimana penyakit ini terjadi atau apa yang merupakan penyebab suatu kondisi tidak enak. Tidak sukar menemukan contoh pengaruh kebudayaan terhadap persepsi sakit dan reaksi-reaksi terhadapnya. Banyak kebudayaan

mempunyai sistem klasifikasi penyakit yang sangat berbeda dengan yang dari kedokteran modern. Menurut Paul (1995) dalam Marasmis menceritakan suatu kebudayaan yang mempunyai lima kategori dasar untuk penyakit, tetapi hanya dua yang dikonsultasikan kepada dokter modern yaitu obstruksi usus dan terkena panas atau dingin berlebihan. Tiga yang lain adalah terkena ‘angin yang jahat’, ‘gangguan emosi yang hebat’ dan ‘ketularan orang yang tidak bersih’ secara ritual ditangani dengan pengobatan popular. Pengobatan modern dianggap tidak mempan terhadap penyakit-penyakit ini. Kadang-kadang tuberculosis dianggap karena ketakutan sehingga tidak diobati dengan kedokteran modern. Dalam kebudayaan kita, tidak sedikit orang percaya bahwa ada penyakit yang ‘dibikin’ oleh dukun, disantet dan sebagainya dan banyak yang percaya akan ‘masuk angin’, ‘kena angin jahat’, ‘kemasukan’ roh orang lain atau roh jahat yang menguasai orang itu, dan sebagainya yang hanya dapat disembuhkan dengan cara-cara tertentu atau oleh dukun. Sering orang yang terkena penyakit pergi sekaligus ke dukun, ke paranormal, ke dokter atau juga berdoa (Maramis,2006).

Contoh yang paling dramatis mengenai efek kebudayaan terhadap kesehatan adalah kematian akibat ilmu sihir pada orang-orang yang percaya akan hal itu. Orang yang percaya bahwa ia telah terkena sihir, tidak mau makan atau minum dan mengalami dan mengalami ketakutan yang hebat (Maramis,2006).

3. Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri semakin kuat atau

lebih dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Minat adalah kecenderungan yang tetap memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Jika seseorang kurang berminat, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan (Slameto, 2003).

Minat juga merupakan sesuatu yang menarik perhatian seseorang untuk berbuat, biasanya dimulai dari rangsangan eksternal misalnya uang atau makanan yang selanjutnya mempengaruhi perilaku seseorang. Besar kecilnya minat seseorang untuk melakukan pekerjaan tertentu dapat diamati dari perasaan senang atau gembira melakukan pekerjaan tersebut, rasa puas melakukan pekerjaan dan perasaan bila bekerja di tempat tersebut sehingga tidak terlintas untuk pindah (Slameto, 2003).

Wittig (dalam Sukadji, 2001) menjelaskan minat sebagai ”any area that generates attention or excitement for a person”. Artinya minat ialah kecenderungan seseorang terhadap objek-objek dan kegiatan-kegiatan yang membutuhkan perhatian dan menghasilkan kepuasan. Demikian pula pendapat dari Blair, Jones dan Simpson (dalam Pintrich and Schunk, 2002) yang menyatakan minat sebagai suatu perasaan suka atau tidak suka terhadap suatu

Minat adalah perhatian yang merupakan titik tolak timbulnya hasrat untuk melakukan kegiatan yang diharapkan (Effendy, 2003). Sedangkan menurut Poerwadaminta (1998) minat adalah kesukaan dari kecenderungan-kecenderungan yang terarah secara intensif kepada suatu objek yang dianggap penting. Hurlock (1996) menyatakan minat sebagai sesuatu dengan apa seseorang mengidentifikasikan keberadaan pribadinya. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, maka mereka merasa berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan, dan bila kepuasan berkurang maka minatpun berkurang. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa minat ialah kecenderungan yang terarah secara intensif, keinginan yang besar pada suatu obyek yang menyenangkan, yang berpengaruh pada kesadaran dirinya untuk berusaha melakukan sesuatu yang diinginkannya sehingga bisa memberi kepuasan pada diri individu tersebut.

Dokumen terkait