• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik dan Minat Masyarakat Menggunakan Pelayanan Kesehatan Puskesmas di Desa Pematang Guntung Kecamatan Teluk Mengkudu Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik dan Minat Masyarakat Menggunakan Pelayanan Kesehatan Puskesmas di Desa Pematang Guntung Kecamatan Teluk Mengkudu Serdang Bedagai"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

Karakteristik dan Minat Masyarakat Menggunakan Pelayanan

Kesehatan Puskesmas di Desa Pematang Guntung

Kecamatan Teluk Mengkudu Serdang Bedagai

MELISA ELVA

Skripsi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Karakteristik dan Minat Masyarakat Menggunakan Pelayanan Puskesmas di

Desa Pematang Guntung Kecamatan Teluk Mengkudu Serdang Bedagai”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian

skripsi ini, sebagai berikut:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing yang

senantiasa memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan

masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Rika Endah Nurhidayah S.Kp, M.Pd selaku dosen penguji I.

4. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen penguji II.

5. Ibu Siti Saidah S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen pembimbing akademik.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada

penulis.

7. Terima kasih kepada ayahanda dan ibunda tercinta Drs. Agus Salim MR dan

Masdalena Nasution yang selalu memberikan kasih sayang yang luar biasa

kepada penulis serta memberikan dukungan yang mendalam baik moril

(4)

8. Kepada abang (Reza Rahim SH, Ade Luthfi), adik (Ferdy Agusman) yang

penulis sayangi yang selalu memberikan perhatian, dukungan dan doa untuk

penulis.

9. Special thanks untuk Satria Muharis S.Hut yang selalu membantu dan

mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada sahabat-sahabat terbaik (Yessi, Nita, Yunita, Henny, Dila, Astrid an

Riza) telah menjadi teman seperjuangan selalu membantu dan mendukung

dalam perkuliahanku, terima kasih atas kritik, saran, dan segala canda tawa

kalian semua.

11. Teman-teman Fakultas Keperawatan stambuk 2010 (ekstensi sore dan

ekstensi pagi) yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

12. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu

yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini belum sempurna,

pengetikan maupun percetakan. Karena itu penulis sangat mengharapkan kritik

dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan skripsi yang akan datang

dapat dianggap perbaikan. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Februari 2012

(5)

DAFTAR ISI

Bab 2. Tinjauan Pustaka 1. Puskesmas

2.2. Karakteristik Masyarakat ... 18

2.3. Minat ... 26

Bab 3. Kerangka Penelitian 3.1. Kerangka Konsep ... 36

3.2. Defenisi Operasional... 36

Bab 4. Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian ... 37

2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi ... 37

2.2 Sampel... 37

2.3 Teknik sampling ... 38

3. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 39

(6)

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil penelitian ... 44 2. Pembahasan ... 50

Bab 6. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan ... 56 2. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(7)

DAFTAR SKEMA

1. Kerangka konsep karakteristik dan minat masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas di Desa Pematang Guntung Kecamatan Teluk Mengkudu Serdang

Bedagai ... 35

(8)

DAFTAR TABEL

1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden yang menggunakan pelayanan puskesmas di Desa Pematang

Guntung ... 44 2. Minat masyarakat menggunakan pelayanan puskesmas di

Desa Pematang Guntung ... 46 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jawaban

terhadap pernyataan minat... 47 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pernyataan

minat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas karena

jarak puskesmas ... 47 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pernyataan

minat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas karena

biaya ... 48 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pernyataan

minat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas karena

keyakinan... 48 7. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pernyataan

minat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas karena

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Inform Consent ... 61

2. Instrument Penelitian ... 62

3. Tabel Uji Reliabilitas... 65

4. Uji Reliabilitas ... 66

5. Master Tabel Karakteristik Masyarakat Menggunakan Pelayanan Puskesmas ... 67

6. Master tabel Minat Masyarakat Menggunakan Pelayanan Pelayanan Puskesmas ... 68

7. Jadwal Penelitian ... 69

8. Taksasi Dana ... 70

9. Surat Pengambilan Survey Awal ... 71

10. Surat Pengambilan Data ... 72

(10)

Judul : Karateristik dan Minat Masyarakat Menggunakan Pelayanan Kesehatan Puskesmas Di Desa Pematang Guntung Kecamatan Teluk Mengkudu Serdang Bedagai

Nama : Melisa Elva

NIM : 101121018

Jurusan : Sarjana Keperawatan

Tahun akademik : 2011-2012

ABSTRAK

Puskesmas merupakan salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang diprioritaskan untuk mendukung pembangunan kesehatan masyarakat. Di Sumatera Utara, jumlah pengunjung puskesmas tahun 2009 mencapai 5.547.458 jiwa untuk puskesmas rawat inap maupun puskesmas rawat jalan. Penelitian ini adalah penelitian deskriftif yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dan minat masyarakat di desa Pematang Guntung menggunakan pelayanan kesehatan Puskesmas. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling. Sampel pada penelitian ini adalah 100 orang yang datang mengunjungi puskesmas di desa Pematang Guntung. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi dan pernyataan mengenai minat masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik masyarakat yang banyak menggunakan pelayanan puskesmas adalah umur 31- 40 tahun (33%), jenis kelamin perempuan (54%), beragama Islam (97%), menikah (78%), bekerja sebagai petani (49%) dan berpenghasilan 850.000-1.500.000 (49%), pendidikan Sekolah Dasar (SD) (32%) dan bersuku Banjar (62%). Berdasarkan penelitian di peroleh bahwa masyarakat berminat (51%) menggunakan pelayanan puskesmas di Desa Pematang Guntung. Dari hasil penelitian bahwa puskesmas memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik (73%), jarak puskesmas dekat dengan rumah (66%), biaya pengobatan yang murah dan gratis (83%), puskemas memberikn pengobatan yang modern (72%) dan puskesmas memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-anak (85%). Hasil penelitian ini memberi masukan bagi manajemen pelayanan puskesmas untuk mempertimbangkan hasil penelitian dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan

(11)

Judul : Karateristik dan Minat Masyarakat Menggunakan Pelayanan Kesehatan Puskesmas Di Desa Pematang Guntung Kecamatan Teluk Mengkudu Serdang Bedagai

Nama : Melisa Elva

NIM : 101121018

Jurusan : Sarjana Keperawatan

Tahun akademik : 2011-2012

ABSTRAK

Puskesmas merupakan salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang diprioritaskan untuk mendukung pembangunan kesehatan masyarakat. Di Sumatera Utara, jumlah pengunjung puskesmas tahun 2009 mencapai 5.547.458 jiwa untuk puskesmas rawat inap maupun puskesmas rawat jalan. Penelitian ini adalah penelitian deskriftif yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dan minat masyarakat di desa Pematang Guntung menggunakan pelayanan kesehatan Puskesmas. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling. Sampel pada penelitian ini adalah 100 orang yang datang mengunjungi puskesmas di desa Pematang Guntung. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data demografi dan pernyataan mengenai minat masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik masyarakat yang banyak menggunakan pelayanan puskesmas adalah umur 31- 40 tahun (33%), jenis kelamin perempuan (54%), beragama Islam (97%), menikah (78%), bekerja sebagai petani (49%) dan berpenghasilan 850.000-1.500.000 (49%), pendidikan Sekolah Dasar (SD) (32%) dan bersuku Banjar (62%). Berdasarkan penelitian di peroleh bahwa masyarakat berminat (51%) menggunakan pelayanan puskesmas di Desa Pematang Guntung. Dari hasil penelitian bahwa puskesmas memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik (73%), jarak puskesmas dekat dengan rumah (66%), biaya pengobatan yang murah dan gratis (83%), puskemas memberikn pengobatan yang modern (72%) dan puskesmas memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-anak (85%). Hasil penelitian ini memberi masukan bagi manajemen pelayanan puskesmas untuk mempertimbangkan hasil penelitian dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia memiliki banyak keanekaragaman. Keanekaragaman yang ada

di Indonesia seperti tingkat perkembangan sosial, ekonomi dan budaya

masyarakat di berbagai daerah. Indonesia juga merupakan negara agraris,

sebagian besar penduduknya bermukim di daerah pedesaan dengan tingkat

pendidikan mayoritas sekolah dasar dan belum memiliki hidup sehat. Budaya

memeriksakan kesehatan secara dini anggota keluarga belum tampak. Hal ini

terlihat banyaknya klien yang datang ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan

keadaan kesehatan sebagai tindakan kuratif belum didukung sepenuhnya oleh

upaya promotif dan preventif. Selain itu, tidak semua masyarakat dengan mudah

mendapatkan akses pelayanan puskesmas karena keadaan geografis, luas wilayah,

sarana penghubung dan kepadatan penduduk. Hal-hal tersebut dapat

mempengaruhi kebutuhan, kesadaran dan minat masyarakat untuk datang berobat

dan berkunjung ke pelayanan kesehatan (Effendi, 2009).

Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di Rumah Sakit dan di puskesmas.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah

kerja. Secara nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan.

Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung

jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan

(13)

Visi dari puskesmas yakni terwujudnya kecamatan sehat yang harus disesuaikan

dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat. Misi

dari puskesmas secara umum adalah mendukung tercapainya misi pembangunan

kesehatan nasional (Depkes, 2003).

Di Kecamatan Nuha Sulawesi Selatan, pengunjung puskesmas pada tahun

2009 mencapai 24.831 orang yang dibagi dalam 3 kategori yaitu umum sebanyak

23.263 orang, JPS-BK 1.156 orang, dan askes sebanyak 412 orang. Jumlah

pengunjung puskesmas terbanyak terjadi pada bulan Juni dengan jumlah

pengunjung sebanyak 2.326 pengunjung. Sedangkan jenis penyakit yang paling

banyak diderita oleh pasien adalah Infeksi Saluran Pernafasan bagian Atas dengan

jumlah penderita 6.197 orang. Jumlah penduduk kecamatan Nuha pada tahun

2009 adalah 21.005 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 26 orang per

kilometer persegi.

Di Sumatera Utara, jumlah pengunjung puskesmas pada tahun 2009

mencapai 5.547.458 jiwa yang mengunjungi puskesmas se-Sumatera Utara baik

puskesmas rawat inap maupun puskesmas rawat jalan. Untuk kunjungan pada

rawat inap sebanyak 1.815.572 kunjungan dan untuk rawat jalan sebanyak

3.641.886 kunjungan. Jumlah penduduk Sumatera Utara pada tahun 2009 adalah

12.911.511 jiwa. Dari hasil survey awal yang dilakukan di puskesmas desa

Pematang Guntung, pada tahun 2010 jumlah pengunjung mencapai 1847

kunjungan maka rata-rata pengunjung puskesmas setiap bulan mencapai 154

(14)

sensus penduduk yang dilakukan pada tahun 2010 jumlah penduduk di desa

Pematang Guntung mencapai 3342 jiwa.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana karakteristik dan minat masyarakat yang datang

untuk menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas di Desa Pematang Guntung

Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai.

3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik

masyarakat dan mengidentifikasi minat masyarakat desa Pematang Guntung untuk

menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas di Desa Pematang Guntung

Kecamatan Teluk Mengkudu Serdang Bedagai.

4. Manfaat Penelitian

4.1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian menjadi masukan bagi pelayanan kesehatan agar dapat

mengevaluasi dan meningkatkan pelayanan kesehatan/keperawatan yang

diberikan kepada masyarakat oleh puskesmas Pematang Guntung sehingga

kunjungan masyarakat meningkatkan ke puskesmas.

4.2. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini merupakan fakta yang memberikan masukan bagi para

(15)

menyadari faktor yang mendukung masyarakat berkunjung ke puskesmas

sehingga masyarakat dapat menggunakan pelayanan kesehatan yang ada.

4.3. Bagi Penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi data pendukung bagi penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan puskesmas dan data ini dapat menjadi data

dasar untuk meneliti adanya pengaruh karakteristik dan minat masyarakat untuk

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Puskesmas

1.1. Defenisi Puskesmas

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi

kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat

yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan

secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam

bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit

pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).

Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan

yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif

(pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan

kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak

membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam

kandungan sampai tutup usia (Effendi, 2009).

1.2. Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas

adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang

bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan

(17)

1.3. Fungsi Puskesmas

Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau

sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan

geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam

menentukan wilayah kerja puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan

kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang

lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.

Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta jiwa atau lebih,

wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota

kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan

puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas

kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi (Effendi, 2009).

Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu: pusat

penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu

berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas

sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga

berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas

aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap

program pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan

kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit

(18)

Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu berupaya agar

perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk

dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri

dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan

kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan,

menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan

perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan

kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

Pusat pelayanan kesehatan strata pertama berarti puskesmas bertanggung

jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama

yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi :

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi

(privat goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan

kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan

penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas

tertentu ditambah dengan rawat inap.

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik

(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan

serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat disebut antara lain adalah

(19)

gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa

masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.

Menurut Effendi (2009) ada beberapa proses dalam melaksanakan fungsi

tersebut yaitu merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan

kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada

masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada

secara efektif dan efisien, memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis

materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan

ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan memberikan

pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, bekerja sama dengan

sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas.

1.4. Peran Puskesmas

Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana

teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan

untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan

dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem

perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi,

serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang,

puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait

upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu

(20)

1.5. Upaya penyelenggaraan

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni

terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat, puskesmas bertanggung

jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan

masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari kesehatan nasional merupakan

pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan

menjadi dua yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembang

(Trihono, 2005).

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya

ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan

wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah

Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi kesehatan,

upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga

berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular serta upaya pengobatan (Trihono, 2005).

Sedangkan upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang

ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat

serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan

pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah

ada yaitu upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatran oleh raga, upaya perawatan

(21)

upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut dan

upaya pembinaan pengobatan tradisional (Trihono, 2005).

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya

inovasi yakni upaya diluar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan

kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam

rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas (Trihono, 2005).

Pemilihan upaya kesehatan pengembangn ini dilakukan oleh puskesmas

bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan

dari konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila

upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target

cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya

kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan

kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan

puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kesehatan

kabupaten/kota (Trihono, 2005).

Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan

pengembangan padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas

kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya.

Untuk itu, dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit

fungsional lainnya (Trihono, 2005).

Perlu diingat meskipun puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik

(22)

sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya (Trihono, 2005).

1.6. Azas penyelenggaraan

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan

pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara

terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan

puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar

pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi

puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya

kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaraan

puskesmas yang dimaksud adalah azas pertanggungjawaban wilayah, azas

pemberdayaan masyarakat, azas keterpaduan dan azas rujukan (Trihono, 2005).

Azas pertanggungjawaban wilayah berarti puskesmas bertanggung jawab

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah

kerjanya. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan seperti

menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga

berwawasan kesehatan, memantau dampak berbagai upaya pembangunan

terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, membina setiap upaya

kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha

di wilayah kerjanya dan menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama

(23)

Azas pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas wajib memberdayakan

perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan

setiap upaya puskesmas. Untuk itu, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun

melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan

yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat

antara lain adalah upaya kesehatan ibu dan anak (posyandu, polindes dan bina

keluarga balita), upaya pengobatan (posyandu, pos obat desa ), upaya perbaikan

gizi (posyandu, panti pemulihan gizi, keluarga sadar gizi), upaya kesehatan

sekolah (dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali murid, saka bakti

husada dan pos kesehatan pesantren), upaya kesehatan lingkungan (kelompok

pemakai air bersih, dan desa percontohan kesehatan lingkungan), upaya kesehatan

usia lanjut ( posyandu usila dan panti werda), upaya kesehatan kerja (pos upaya

kesehatan kerja), upaya kesehatan jiwa (posyandu, tim pelaksana kesehatan jiwa

masyarakat), upaya pembinaan pengobatan tradisional (taman obat keluarga dan

pembinaan pengobatan tradisional) serta upaya pembinaan dan jaminan kesehatan

(dana sehat, tabungan ibu bersalin, mobilisasi dana keagamaan) (Trihono, 2005).

Azas keterpaduan untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta

diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus

diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada

dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yaitu keterpaduan lintas program

dan keterpaduan lintas sektor (Trihono, 2005).

Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan

(24)

untuk keterpaduan lintas sektor merupakan upaya memadukan penyelenggaraan

upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program

dari sektor terkait tingkat kecamatan termasuk organisasi kemasyarakatan dan

dunia usaha (Trihono, 2005).

Azas rujukan digunakan sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat

pertama, kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas

berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan

kesehatannya. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah

kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan

setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh

azas rujukan (Trihono, 2005).

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus

atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara

vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana

pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar sarana

pelayanan kesehatan yang sama (Trihono, 2005).

1.7. PHC (Primary Health Care)

PHC merupakan hasil pengkajian, pemikiran dan pengalaman dalam

membangun kesehatan di banyak Negara yang diawali dengan kampanye massal

pada tahun 1950-an dalam pemberantasan penyakit menular. Pada tahun 1960,

teknologi kuratif dan preventif mengalami kemajuan. Oleh karena itu, timbullah

(25)

pada sidang kesehatan dunia di cetuskan kesepakatan untuk melahirkan “health

for all by the Year 2000”, yang sasaran utamanya dalam bidang sosial pada tahun

2000 adalah tercapainya derajat kesehatan yang memungkinkan setiap orang

hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Mubarak, 2009).

PHC merupakan pelayanan kesehatan pokok berdasarkan kepada metode

dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum, baik

oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka

sepenuhnya serta biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat dan Negara untuk

memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup

mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination)

(Mubarak, 2009).

PHC memiliki tujuan secara umum yaitu mencoba menemukan kebutuhan

masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan, sehingga akan tercapai

tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan. Secara khusus, PHC

memiliki tujuan yaitu pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang

dilayani, pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani, pelayanan

harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani dan pelayanan

harus maksimal, menggunakan tenaga dan sumber daya lain dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat (Mubarak, 2009).

Fungsi dari PHC untuk memelihara kesehatan, mencegah penyakit,

diagnosis dan pengobatan, pelayanan tindak lanjut dan pemberian sertifikat.

(26)

pendidikan mengenai masalah kesehatandan cara pencegahan penyakit serta

pengendaliannya, peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi,

penyediaan air bersih dan sanitasi dasar, kesehatan ibu dan anak termasuk

keluarga berencana, imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama,

pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat, pengobatan penyakit

umum dan ruda paksa serta penyediaan obat-obat esensial (Mubarak, 2009).

2. Masyarakat

2.1. Defenisi Masyarakat

Menurut Kontjaraningrat (2009) masyarakat adalah sekumpulan manusia

yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi. Suatu kesatuan

manusia dapat mempunyai prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi.

Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat

tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh rasa identitas bersama.

Soerdjono Soekanto (1982) masyarakat adalah kelompok manusia yang

telah hidup bersama dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat

mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial

dengan batas yang dirumuskan dengan jelas. Masyarakat juga merupakan

kelompok individu yang saling berhubungan, bergantung, dan bekerja sama untuk

mencapai tujuan (Wahit, 2009).

Menurut Nasrul (1998) masyarakat terbagi beberapa jenis yaitu,

masyarakat desa, masyarakat madya dan masyarakat kota. Adapun ciri-ciri dari

(27)

2.1.1. Masyarakat Desa

Masyarakat desa memiliki ciri-ciri khusus. Adapun ciri-ciri tersebut adalah

hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat, adat istiadat masih dipegang

sangat kuat, sebagian besar memiliki kepercayaan terhadap hal-hal yang gaib,

tingkat buta huruf masih tinggi, masih berlaku hukum tak tertulis yang intinya

diketahui dan dipahami oleh setiap orang, jarang bahkan tidak ada lembaga

pendidikan khusus di bidang teknologi dan keterampilan, sistem ekonomi yang

sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sebagian kecil dijual,

gotong royong sangat kuat.

2.1.2. Masyarakat Madya

Selain masyarakat desa, ada juga yang disebut dengan masyarakat madya.

Adapun ciri-ciri dari masyarakat madya adalah hubungan keluarga masih tetap

kuat, dan hubungan kemasyarakatan mulai mengendor, adat istiadat masih

dihormati, dan sikap masyarakat mulai terbuka dari pengaruh luar. Timbul

rasionalitas pada cara berpikir, sehingga kepercayaan terhadap kekuaran gaib

mulai berkurang dan akan timbul kembali apabila telah kehabisan akal, timbul

lembaga pendidikan formal dalam masyaraka terutama pendidikan dasar dan

menengah, tingkat buta huruf sudah menurun, hukum tertulis mulai mendampingi

hukum tidak tertulis, ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada

produksi pasaran, sehingga menimbulkan deferensiasi dalam struktur masyarakat

karenanya uang semakin meningkat penggunaannya, gotong royong tradisional

tinggal untuk keperluan sosial dikalangan keluarga dan tetangga dan

(28)

2.1.3. Masyarakat Kota

Masyarakat kota juga memiliki ciri-ciri. Ciri-ciri tersebut adalah hubungan

didasarkan atas kepentingan pribadi, hubungan antar masyarakat dilakukan secara

terbuka dan saling mempengaruhi, kepercayaan masyarakat yang kuat akan

manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi, strata masyarakat digolongkan menurut

profesi dan keahlian, tingkat pendidikan formal tinggi dan merata, hukum yang

berlaku adalah tertulis, ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar dan gotong

royong tidak sekuat masyarakat desa

Namun demikian, ciri-ciri masyarakat tersebut di atas tidak semuanya kita

dapatkan dalam masyarakat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Sebagai contoh, tidak semua masyarakat desa memiliki kepercayaan

pada hal-hal gaib dan juga saat ini pendidikan masyarakat desa sudah mulai

merata serta masih banyak lagi perubahan yang terjadi (Wahit, 2009).

Selain itu, terdapat ciri-ciri masyarakat sehat, yaitu peningkatan

kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, mengatasi masalah kesehatan

sederhana melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan terutama untuk ibu dan anak, peningkatan upaya kesehatan

lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang dikembangkan dan

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup,

peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status sosial

ekonomi masyarakat, penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai

(29)

Menurut WHO ada beberapa indikator untuk masyarakat sehat yaitu

keadaan yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat dan indikator

pelayanan kesehatan. Keadaan yang berhubungan dengan status kesehatan

masyarakat memiliki dua indikator yaitu komprehensif dan spesifik. Pada

indicator komprehensif yang menjadi penilaian adalah angka kematian kasar

menurun, rasio angka mortalitas proporsional rendah dan umur harapan hidup

meningkat. Sedangkan pada indikator spesifik yang menjadi penilaian adalah

angka kematian ibu dan anak menurun, angka kematian karena penyakit menular

menurun dan angka kelahiran menurun. Sebagai indikator pelayanan kesehatan

memiliki poin penting yaitu rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk

seimbang, distribusi tenaga kerja merata, informasi lengkap tentang jumlah tempat

tidur di rumah sakit, fasilitas kesehatan lain dan sebagainya, informasi tentang

jumlah sarana pelayanan kesehatan diantaranya rumah sakit dan puskesmas rumah

bersalin dan sebagainya

2.2. Karakteristik Masyarakat

Secara umum karakteristik masyarakat yang berkunjung ke puskesmas

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :

2.2.1. Umur

Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit

berdasarkan golongan umur. Misalnya, dikalangan balita banyak yang menderita

penyakit infeksi sedangkan pada golongan usia lanjut lebih bnayak menderita

penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker dan lain-lain

(30)

Selain itu, salah satu upaya untuk menjelaskan persoalan-persoalan

kesehatan manusia juga dilakukan dengan menggunakan perkembangan

psikologis dan sosiologis serta kebutuhan kesehatan individu. Dalam setiap tahap

perkembangan memiliki resiko kesehatan yang khusus dan peran sosial yang

berbeda antara satu tahap dengan tahap lainnya (Sudarma, 2008).

Pada masa kehamilan, masalah kesehatan spesifik dari ibu hamil

diantaranya (a) mendapatkan pelayanan antenatal yang baik dan teratur, (b)

memperoleh makanan yang bergizi dan cukup istirahat, (c) mendapatkan

ketenangan dan kebahagiaan, (d) memperoleh persediaan biaya persalianan dan

rujukan ke rumah sakit bila terjadi komplikasi. (Sudarma, 2008).

Tumbuh kembang balita (1-4 tahun) dipengaruhi oleh pertumbuhan semsa

bayi dan selanjutnya akan mempengaruhi proses tumbuh kembang pada usia

sekolah dasar (6-12 tahun). Pada masa ini ada beberapa masalah kesehatan yang

perlu diperhatikan misalnya ASI eksklusif dan penyapihan yang layak, tumbuh

kembang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang, imunisasi dan

manajemen terpadu balita sehat, pencegahan dan penanggulangan kekerasan, serta

pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan

(Sudarma, 2008).

Masalah kesehatan yang lazim terjadi pada masa anak-anak (6-12 tahun)

adalah kesulitan anak untuk makan karena terobsesi ingin main, asupan gizi yang

(31)

DBD dan ancaman keracunan makanan akibat dari kebiasaannya makan makanan

diluar (Sudarma, 2008).

Pada masa remaja membutuhkan pembinaan kesehatan. Diantaranya

melalui pembekalan pengetahuan tentang pertumbuhn fisik, kejiwaan dan

kematanagan remaja, pendidikan kesehatan reproduksi serta kewajibannya,

pergaualan yang sehat di kalangan remaja, pendidikan tentang persiapan pranikah

serta pendidikan mengenai kehamilan dan persalinan serta cara pencegahannya.

Untuk masa dewasa dikategorikan sebagai tahap kematangan (maturity), dewasa

dlam arti pengembangan diri maupun dalam konteks sosial.(Sudarma, 2008).

2.2.2. Jenis Kelamin (gender)

Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki oleh mahluk hidup,

dalam hal ini manusia. Jenis kelamin sering dibagi ke dalam dua kategori, dengan

menggunakan istilah masing-masing; laki-laki dan perempuan atau pria dan

wanita. Dalam studi epidemiologi, jenis kelamin juga menjadi salah satu bagian

dari karakteristik yang memiliki pengaruh terhadap kejadian kesakitan. Sebagai

contoh, penyakit kanker serviks hanya dijumpai pada wanita, sedangkan kanker

prostat hanya dijumpai pada pria (Notoatmodjo, 2005).

Tingkat kerentanan manusia yang bersumber dari jenis kelamin tersebut

menjadikan tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan juga berbeda pada masing

masing jenis kelamin. Perempuan cenderung lebih rentan terhadap

penyakit-penyakit infeksi. Hal ini disebabkan oleh tahap-tahap kehidupan yang dilaluinya,

(32)

(menopause). Secara umum, kaum perempuan lebih peduli dengan keadaan

kesehatannya sehingga lebih banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk

mengatasi masalah kesehatannya (Notoatmodjo, 2005).

2.2.3. Agama

Menurut Zamawi (2004) agama berasal dari bahasa Sanskrit, satu

pendapat mengatakan bahwa kata itu tersusun dari dua kata yaitu, “a” yang berarti

tidak dan “gama” yang berarti pergi/kacau jadi arti agama tidak pergi dan tidak

kacau, tetap di tempat, diwarisi turun temurun. Agama memang mempunyai sifat

yang demikian, selanjutnya dikatakan lagi agama berarti tuntunan. Agama

memang mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntutan hidup bagi

penganutnya. Menurut Jalaludin Rahmat di dalam M. Mukshin Jamil mengatakan

bahwa agama adalah kenyataan terdekat dan sekaligus misteri terjauh .

Berdasarkan fenomena kehidupan keagamaan sevara umum, dapat

dikatakan bahwa agama adalah segala aktivitas hidup manusia dalam usahanya

untuk mewujudkan rasa bakti dan mempresentasikan keterhubungan manusia

dengan suatu kuasa yang diyakini bersifat supranatural dan mengatasi dirinya

(transenden). Agama sebagai aktivitas hidup manusia membutuhkan

bentuk-bentuk konkret dalam sikap hidup dan tindakan. Dengan demikian, beragama

tidak sekedar meyakini sesuatu, tetapi bertindak sesuai dengan apa yang

diyakininya. Aktivitas tersebut dilakukan dalam rangka usaha merealisasikan rasa

bakti dan keterhubungan manusia dengan kuasa yang disembah, sebagai ibadah

(33)

peribadahan dan pranata-pranata tertentu, juga terwujud dalam sikap dan tindakan

terhadap sesama manusia dan lingkungannya. Salah satu unsur yang menjadi

dasar bagi seluruh bangunan keagamaan adalah keyakinan, dengan dasar tersebut

hidup keagamaan akan mengandung subjektivitas. Keyakinan subjektif yang

menjadi landasan kehidupan agama menjadi sesuatu yang betul-betul pribadi dan

tidak mungkin diganggu gugat atau dipaksakan oleh orang lain, termasuk oleh

Negara (Bambang, 2003).

2.2.4. Status Sosial Ekonomi

Individu, keluarga, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah,

berkepentingan dengan warga Negara sehat. Individu dan keluarga sehat

meningkatkan produktivitas dan income keluarga. Peningkatan income per warga

Negara meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dapat mentransformasikan

sebuah Negara miskin menjadi Negara kaya. Bersama dengan input lainnya,

pelayanan kesehatan merupakan input bagi individu untuk meningkatkan status

kesehatan masyarakat, meskipun pertambahan status kesehatan sebagai

pertambahan pelayananan kesehatan itu sendiri makin menurun (Murty, 2006).

Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi

dimasyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih

diperhatikan dan mudah dijangkau, demikian juga sebaliknya apabila tingkat

ekonomi seseorang rendah, maka sangat sulit menjangkau pelayanan kesehatan

mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup

mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan dapat mempengaruhi dalam sistem

(34)

Pendapatan merupakan ukuran yang sering digunakan untuk melihat

kondisi status sosial ekonomi pada suatu kelompok masyarakat tertentu. Semakin

baik kondisi ekonomi masyarakat semakin tinggi persentase yang menggunakan

jasa kesehatan, data survey kesehatan 1992 memperlihatkan rata-rata penggunaan

pelayanan kesehatan berhubungan dengan meningkatnya pendapatan, baik pada

pria maupun wanita, oleh karena itu status sosial ekonomi berhubungan dengan

kondisi seseorang, keluarga dan masyarakat (Depkes, 2000).

2.2.5. Pendidikan

Menurut Cumming dkk dalam Azwar 2007, mengemukakan bahwa

pendidikan sebagai suatu proses atau kegiatan untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan individu atau masyarakat. Ini berarti bahwaa pendidikan adalah

suatu pembentukan watak yaitu sikap disertai kemampuan dalam bentuk

kecerdasan, pengetahuan dan keterampilan. Seperti diketahui bahwa pendidikan

formal yang ada di indonesi adalah tingkat sekolah daasar, sekolah lanjutan

tingkat pertama, sekolah lanjutan tingkat atas dan tingkat akademik/perguruan

tinggi. Tingkat pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang yang lebih

bauk, sehingga memungkinkan menyerap informasi-informasi juga dapat berpikir

secara rasional dalam menanggapi informasi atau setiap masalah yang dihadapi.

Pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian dan

mengembangkan kemampuan manusia Indonesia jasmani dan rohami yang

berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah dalam rangka

(35)

Koentjaraningrat (1997), mengatakan pendidikan adalah kemahiran

menyerap pengetahuan atau meningkatkan sesuai dengan pendidikan seseorang

dan kemampuan ini berhubungan erat dengan sikap seseorang terhadap

pengetahuan seseorang yang diserapnya, semakin tinggi tingkat pendidikan

semakin mudah untuk menyerap pengetahuan.

2.2.6. Budaya

Budaya adalah satu kesatuan yang kompleks, termasuk pengetahuan,

kepercayaan, seni, moral, hukum, adat dan kesanggupan serta kebiasaan yang

diperoleh manusia sebagai anggota sebuah masyarakat. Atau dengan kata lain

konsep dari suatu sistem serta peraturan dan makna, yang pernyataannya

tergambar melalui cara manusia menjalani kehidupan. Latar belakang budaya

mempunyai pengaruh yang penting terhadap bermacam aspek kehidupan manusia

yaitu kepercayaan, tanggapan, emosi, bhasa, agama, bentuk keluarga, diet,

pakaian dan bahasa tubuh. Konsep tentang kehidupan, sakit dan bentuk

kemalangan lain yang mempunyai pengaruh yang penting terhadap

bermacam-macam aspek kehidupan manusia yaitu kepercayaan, tanggapan, emodi, bahasa,

agama, bentuk keluarga, sakit dan bentuk kemalangan lain yang mempunyai

implikasi yang penting terhadap kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.

Konsep budaya kadang kala disalahartikan atau penggunaannya

disalahgunakan oleh masyarakat. Misalnya, budaya tidak pernah homogen, dan

dengan itu pula seseorang selalu mengelak dari pada menggunakan kenyataan

umum untuk memilih-milih kepercayaan dan kelakuan seseorang. Peranan budaya

(36)

terdiri dari beberapa unsur-unsur sejarah, ekonomi, sosial, politik, geografi. Ini

berarti budaya merupakan satu kumpulan manusia, pada masa tertentu, senantiasa

dipengaruhi faktor-faktor lain. Maka kepercayaan budaya dan perilaku budaya

yang asli dapat dipisahkan dari kontek ekonomi. Misalnya seseorang bertindak

seperti makan hanya sebagian dari makanan, tinggal di rumah yang sempit dan

tidak berobat ke dokter pada saat sakit.

Kebudayaan meresap dalam kehidupan kita. Dari kepercayaan dasar

tentang sifat-sifat hakiki alam semesta dan akan adanya sesuatu yang supranatural

(di atas alam, mengenai ke Tuhanan), sampai dengan makanan khusus yang kita

makan dan alat-alat yang kita pakai untuk makan, kita berpikir dan bertindak

sesuai dengan kebudayaan atau kultur kita (Maramis, 2006).

Kesehatan para anggota masyarakat berhubungan dengan pola kebudayaan

mereka. Jelas bahwa praktik diet dan kebersihan dapat mempengaruhi timbulnya

penyakit tertentu, tetapi praktik-praktik lain dari kebudayaan dapat mempengaruhi

juga resiko timbulnya penyakit, misalnya memotong tali pusat bayi baru lahir

dengan bambu tajam yang tidak disterilkan dapat mengakibatkan tetanus

neonatorum. Dan dalam masyarakat kita sekarang, merokok, minum minuman

keras dan sebagainya membawa resiko terhadap kesehatan (Maramis,2006).

Disamping timbulnya penyakit, kebudayaan sedikit banyaknya

menentukan bagaimana penyakit ini terjadi atau apa yang merupakan penyebab

suatu kondisi tidak enak. Tidak sukar menemukan contoh pengaruh kebudayaan

(37)

mempunyai sistem klasifikasi penyakit yang sangat berbeda dengan yang dari

kedokteran modern. Menurut Paul (1995) dalam Marasmis menceritakan suatu

kebudayaan yang mempunyai lima kategori dasar untuk penyakit, tetapi hanya

dua yang dikonsultasikan kepada dokter modern yaitu obstruksi usus dan terkena

panas atau dingin berlebihan. Tiga yang lain adalah terkena ‘angin yang jahat’,

‘gangguan emosi yang hebat’ dan ‘ketularan orang yang tidak bersih’ secara ritual

ditangani dengan pengobatan popular. Pengobatan modern dianggap tidak

mempan terhadap penyakit-penyakit ini. Kadang-kadang tuberculosis dianggap

karena ketakutan sehingga tidak diobati dengan kedokteran modern. Dalam

kebudayaan kita, tidak sedikit orang percaya bahwa ada penyakit yang ‘dibikin’

oleh dukun, disantet dan sebagainya dan banyak yang percaya akan ‘masuk

angin’, ‘kena angin jahat’, ‘kemasukan’ roh orang lain atau roh jahat yang

menguasai orang itu, dan sebagainya yang hanya dapat disembuhkan dengan

cara-cara tertentu atau oleh dukun. Sering orang yang terkena penyakit pergi sekaligus

ke dukun, ke paranormal, ke dokter atau juga berdoa (Maramis,2006).

Contoh yang paling dramatis mengenai efek kebudayaan terhadap kesehatan

adalah kematian akibat ilmu sihir pada orang-orang yang percaya akan hal itu.

Orang yang percaya bahwa ia telah terkena sihir, tidak mau makan atau minum

dan mengalami dan mengalami ketakutan yang hebat (Maramis,2006).

3. Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau

aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan

(38)

lebih dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Minat adalah kecenderungan

yang tetap memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang

diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang.

Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam

waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan

minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Jika

seseorang kurang berminat, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih

besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan

(Slameto, 2003).

Minat juga merupakan sesuatu yang menarik perhatian seseorang untuk

berbuat, biasanya dimulai dari rangsangan eksternal misalnya uang atau makanan

yang selanjutnya mempengaruhi perilaku seseorang. Besar kecilnya minat

seseorang untuk melakukan pekerjaan tertentu dapat diamati dari perasaan senang

atau gembira melakukan pekerjaan tersebut, rasa puas melakukan pekerjaan dan

perasaan bila bekerja di tempat tersebut sehingga tidak terlintas untuk pindah

(Slameto, 2003).

Wittig (dalam Sukadji, 2001) menjelaskan minat sebagai ”any area that

generates attention or excitement for a person”. Artinya minat ialah

kecenderungan seseorang terhadap objek-objek dan kegiatan-kegiatan yang

membutuhkan perhatian dan menghasilkan kepuasan. Demikian pula pendapat

dari Blair, Jones dan Simpson (dalam Pintrich and Schunk, 2002) yang

(39)

Minat adalah perhatian yang merupakan titik tolak timbulnya hasrat untuk

melakukan kegiatan yang diharapkan (Effendy, 2003). Sedangkan menurut

Poerwadaminta (1998) minat adalah kesukaan dari kecenderungan-kecenderungan

yang terarah secara intensif kepada suatu objek yang dianggap penting. Hurlock

(1996) menyatakan minat sebagai sesuatu dengan apa seseorang

mengidentifikasikan keberadaan pribadinya. Minat merupakan sumber motivasi

yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Bila mereka

melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, maka mereka merasa berminat. Ini

kemudian mendatangkan kepuasan, dan bila kepuasan berkurang maka minatpun

berkurang. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa minat ialah kecenderungan yang

terarah secara intensif, keinginan yang besar pada suatu obyek yang

menyenangkan, yang berpengaruh pada kesadaran dirinya untuk berusaha

melakukan sesuatu yang diinginkannya sehingga bisa memberi kepuasan pada diri

individu tersebut.

3.1. Aspek Minat

Hurlock (1999) menyatakan bahwa semua minat memiliki dua aspek, yaitu

aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif ini meliputi perhatian seseorang

terhadap hal-hal yang berhubungan dengan minatnya, selain itu aspek kognitif

didasarkan pada konsep yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang

berkaitan dengan minat. Individu akan menganggap bidang tersebut sebagai suatu

hal yang dapat menimbulkan rasa ingin tahu mereka dan akan merasa yakin

bahwa waktu dan usaha yang dihabiskannya dengan kegiatan yang berkaitan

(40)

terbukti bahwa ada keuntungan dan kepuasan, maka minat mereka tidak saja

menetap, melainkan lebih kuat. Konsep yang membangun aspek kognitif minat

didasarkan atas pengalaman pribadi, dan apa yang dipelajari dirumah, sekolah,

masyarakat, dan dari berbagai jenis media massa. Dari sumber tersebut, individu

belajar apa saja yang akan memuaskan kebutuhan mereka dan yang tidak.

Aspek afektif atau bobot emosional konsep yang membangun aspek

kognitif minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat.

Seperti halnya aspek kognitif, aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi

dan sikap orang yang penting, seperti : orang tua, guru, dan teman sebaya,

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan minat tersebut, serta dari sikap yang

dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu.

Walaupun kedua aspek, baik kognitif maupun afektif penting peranannya dalam

menentukan apa yang akan dan yang tidak dikerjakan oleh individu, dan jenis

penyesuaian pribadi dan sosial mereka, aspek afektif lebih penting karena dua

alasan. Pertama, aspek afektif mempunyai peran yang lebih besar dalam

memotivasi tindakan daripada aspek kognitif. Suatu bobot emosional positif dari

minat akan memperkuat minat itu dalam tindakan, Selain itu, aspek afektif bila

terbentuk cenderung bertahan lebih lama terhadap perubahan.

3.2. Ciri-ciri minat

Adapun ciri-ciri minat menurut Widjaja (2000) ialah:

a. Minat tidak dibawa sejak lahir. Minat timbul dari perasaan senang terhadap

(41)

dengan jalan memberikan informasi pada anak didik mengenai hubungan

antara suatu bahan pengajaran

b. Minat dapat berubah-ubah. Untuk seorang anak yang sangat muda, lamanya

minat dalam kegiatan tertentu sangat pendek. karena minat yang terdapat

dalam kegiatan untuk kepentingan diri sendiri lebih daripada untuk mencapai

sesuatu hasil tertentu, sehingga ia mudah dikacaukan dan mudah tertarik pada

kegiatan lain. Tidak demikian halnya terhadap orang yang lebih tua, mereka

lebih lama dapat mempertahankan minatnya terhadap sesuatu daripada

berpindah-pindah pada hal lain.

c. Minat tidak berdiri sendiri, senantiasa mengandung reaksi dengan stimulus

maupun objek.

d. Objek minat itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga

merupakan kumpulan-kumpulan dari hal tersebut.

3.3. Faktor yang mempengaruhi minat masyarakat menggunakan pelayanan

kesehatan di puskesmas

Ada beberapa yang menjadi faktor masyarakat menggunakan pelayanan

kesehatan, yaitu :

a. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan merupakan kegiatan yang bertujuan memberikan kemudahan,

kenyamanan, atau keselamatan. Pelayanan merupakan suatu kegiatan atau urutan

kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain

(42)

Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan adalah pelayanan kesehatan

perorangan dan masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan lebih

mengutamakan pendekatan kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu,

pada umumnya melalui upaya rawat jalan, rawat inap dan rujukan. Pelayanan

kesehatan masyarakat lebih mengutamakan pelayanan promotif dan preventif

dengan pendekatan kelompok masyarakat dan keluarga, serta sebagian besar

diselenggarakan bersama masyarakat dan keluarga serta sebagian besar

diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal diwilayah kerja

puskesmas (Trihono, 2005).

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan yang ada di

puskesmas dapat dilihat dari sikap yang diberikan oleh petugas kepada pasien.

Sikap petugas kesehatan adalah kesiapannya untuk bertindak, untuk memberikan

pelayanan kesehatan termasuk sikapnya dalam berkomunikasi dan berpakaian

ketika melakukan pelayanan kesehatan. Cara berpakaian dan berkomunikasi

petugas kesehatan sangat mempengaruhi masyarakat dalam memanfaatkan

pelayanan kesehatan.

b. Jarak puskesmas

Jarak dalam hal ini diartikan secara fisik yaitu berapa jauh lokasi tempat

tinggal dengan pelayanan kesehatan atau jarak yang harus ditempuh oleh

masyarakat dari tempat tinggalnya menuju Puskesmas.

Achmad, R (2005) menyatakan bahwa jarak Puskesmas dengan rumah

(43)

Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait dengan dimensi lokal dalam

meningkatkan kunjungan pasien, kelancaran komunikasi petugas kesehatan dan

pasien. Diharapkan dari lokasi yang mudah dijangkau tersebut maka jumlah

kunjungan ke pelayanan kesehatan meningkat, karena sudah didukung dengan

kelancaran transportasi dan komunikasi (Azwar, 1999).

c. Biaya

Biaya adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh pasien untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang meliputi biaya pemeriksaan, pembelian

obat dan pemeriksaan laboratorium.

Pelayanan kesehatan yang terlalu mahal tidak akan dapat dijangkau oleh

semua pemakai jasa pelayanan kesehatan, dan karenanya tidak akan memuaskan

masyarakat yang berobat. Sebagai jalan keluarnya, disarankan perlunya

mengupayakan pelayanan kesehatan yang biayanya sesuai dengan kemampuan

pemakaian jasa pelayanan itu. Karena biaya pengobatan erat kaitannya dengan

kepuasan masyarakat dan kepuasan masyarakat berhubungan dengan mutu

pelayanan kesehatan, maka suatu pelayanan kesehatan disebut bermutu apabila

pelayanan tersebut dapat dijangkau oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan

(Azwar,1996).

d. Keyakinan

Menurut Adler dan Rodman (1991) dalam Purwanto (2000) suatu

kepercayaan adalah keyakinan tentang kebenaran suatu yang didasarkan pada

(44)

sebuah konsep. Nilai-nilai biasanya diwujudkan dalam sistem moral atau agama

yang kompleks yang ditemukan pada semua budaya dan masyarakat.

Kepercayaan (keyakinan) menurut Niven (1989) dalam Purwanto (2000)

adalah sesuatu yang didapatkan dengan kata lain orang tidak lahir dengan

membawa mereka. Hampir semua kepercayaan (keyakinan) dan nilai-nilai dasar

didapatkan dari mereka yang paling berpengaruh dalam hidup seseorang, orang

tua, kakak-adik, guru, teman-teman dan tokoh-tokoh media.

Menurut Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2003) tenaga kesehatan

dapat mengajak (kerja sama) tokoh (model Peran) yang dianggap sangat

berpengaruh didalam masyarakat, agar dapat diupayakan perubahan-perubahan

dari kebiasaan-kebiasan yang dapat memperburuk bagi kesehatannya, meliputi

pencegahan penyakit, pelaksanaan pengobatan terhadap penyakitnya serta

manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong

proses penyembuhan penyakit.

e. Pengobatan lain

Pengobatan yang ditentukan untuk suatu penyakit adalah sesuai dengan

penyebabnya yang diperkirakan. Jika, seperti dunia kedokteran modern, penyebab

suatu penyakit adalah kuman-kuman, maka diberi obat (antibiotic dan lain-lain)

yang telah terbukti dapat mematikan kuman-kuman itu. Tetapi tidak semua

kebudayan menganggap penyakit adalah akibat penyebab biologis. Ada yang

(45)

dan ada juga yang menghubungkan dengan hal supranatural (iblis, roh manusia,

dewa bahkan Tuhan) (Maramis, 2006).

Idealnya pelayanan kesehatan masyarakat meliputi seluruh upaya

kesehatan yang bersifat promotif, baik untuk sasaran bayi, anak, remaja, ibu

hamil, ibu menyusui, bapak maupun yang sudah lanjut usia. Pelayanan kesehatan

minimal yang mungkin dilakukan oleh puskesmas yaitu, promosi kesehatan yang

mengembangkan berbagai bebagai program perbaikan perilaku di bidang

kesehatan sesuai dengan masalah perilaku setempat melalui beragam kegiatan

yang bernuansa pemberdayaan masyarakat. Kesehatan lingkungan yang

mengembangkan berbagai program perbaikan lingkungan setempat agar lebih

kondusif untuk kesehatan, tersebut penyelenggarakan klinik sanitasi di dalam

gedung puskesmas. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana dan

perbaikan gizi masyarakat dengan mengembangkan posyandu dan pengembangan

sistem kewaspadaan pangan dan gizi serta pemberantasan penyakit menular

(Trihono, 2005).

(46)

Minat masyarakat

Kerangka konsep merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep

satu terhadap konsep lain. Konsep pada dasarnya sesuatu yang abstrak sehingga

susah untuk diukur atau diamati secara langsung (Fatimah, 2009).

Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan

dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel (baik

variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti) (Nursalam, 2009).

Skema.1 Kerangka konsep Karakteristik dan minat masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas di desa Pematang Guntung Kecamatan teluk Mengkudu Serdang Bedagai

2. Defenisi Operasional

Karakteristik merupakan sifat-sifat khas dari sesuatu, dalam hal ini

karakteristik yang dimaksud meliputi umur, jenis kelamin, agama, status sosial

ekonomi, pendidikan, budaya dan penggunaan pengobatan lain. Umur adalah

satuan waktu yang mengukur manusia sejak dia lahir hingga waktu umur itu Karakteristik:

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Agama

4. Status sosial ekonomi

5. Pendidikan

(47)

dihitung. Jenis kelamin merupakan ciri khas tertentu yang membedakan manusia

yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dan setiap jenisnya memiliki perbedaan.

Agama merupakan aliran atau keyakinan yang dianut oleh seseorang. Status sosial

ekonomi merupakan tingkat pendapatan atau penghasilan penduduk yang

diperoleh seseorang secara tetap maupun tidak tetap. Pendidikan merupakan

jenjang atau tingkat pendidikan formal yang diperoleh seseorang mulai dari

sekolah dasar, menengah pertama, menengah atas dan perguruan tinggi. Budaya

merupakan sesuatu hal yang berkembang dimasyarakat dan menjadi suatu

kebiasaan dalam masyarakat tersebut.

Minat merupakan suatu keinginan seseorang terhadap sesuatu dari diri

sendiri tanpa ada paksaan dari berbagai pihak. Pelayanan merupakan suatu

kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara

seserorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan

pelanggan. Jarak puskesmas berarti jarak yang harus ditempuh masyarakat untuk

sampai di puskesmas. Biaya merupakan jumlah yang harus dibayar seseorang

setelah orang tersebut memperoleh jasa. Keyakinan merupakan nilai-nilai dan

kebiasaan yang dianut responden terhadap pelayanan kesehatan. Pengobatan lain

berarti masyarakat menggunakan puskesmas selain hanya untuk berobat, misalnya

(48)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran karakteristik dan

minat masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas di desa

Pematang Guntung Kecamatan Teluk Mengkudu Serdang Bedagai.

2. Populasi dan sampel

2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian merupakan seluruh subjek atau objek yang

memiliki kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi dalam

penelitian ini adalah bapak/ibu yang tinggal di desa Pematang Guntung. Dari hasil

sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk yang ada di Desa Pematang

Guntung Kecamatan Teluk Mengkudu adalah 3342 orang dan memiliki 5 dusun.

Kriteria masyarakat yang menjadi dasar untuk diteliti adalah masyarakat yang

sudah dewasa, sehat jasmani dan rohani, masyarakat yang dapat berbahasa

Indonesia dengan baik, dan masyarakat yang mau menjadi responden peneliti.

2.2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Maka sampel untuk

penelitian ini diambil dari masyarakat yang datang berkunjung ke puskesmas

(49)

Menurut Notoatmodjo (2005), menetapkan besarnya atau jumlah sampel

suatu penelitian tergantung kepada dua hal yaitu: adanya sumber-sumber yang

dapat digunakan untuk menentukan batas maksimal dari besarnya sampel dan

kebutuhan dari rencana analisis yang menentukan batas minimal dari besarnya

sampel. untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10000, dapat menggunakan

formula yang lebih sederhana sebagai berikut :

Keterangan :

n = besar sampel

N = jumlah populasi

d = tingkat kesalahan (0,1)

berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini

(50)

2.3. Teknik sampling

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi (Nursalam, 2001). Teknik sampling yang digunakan

adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti (Setiadi, 2007).

Teknik ini dipilih karena yang menjadi sampel oleh peneliti adalah masyarakat

yang memiliki kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti.

Ada pun kriteria responden yang menjadi sampel peneliti yaitu, responden

yang menjadi pengunjung puskesmas ketika peneliti melakukan penelitian,

Responden tersebut pernah berobat ke puskesmas minimal 2 (dua) kali.

Responden juga tidak menjadi responden penelitian untuk yang ke 2 (dua)

kalinya. Usia responden dalam kategori dewasa yaitu berusia 21 tahun ke atas.

Responden juga dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik.

3. Lokasi penelitian dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di puskesmas yang terdapat di Desa Pematang

Guntung. Daerah ini dipilih peneliti karena daerah ini dekat dengan tempat tinggal

peneliti. Desa ini terletak di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang

Bedagai. Waktu melaksanakan penelitian pada tanggal 24 Oktober sampai 24

November 2011.

4. Pertimbangan etik

Dalam penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan etik, yaitu memberi

(51)

prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka

responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent atau persetujuan

secara verbal. Penelitian harus dilakukan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada subjek, serta menghindarkan subjek dari keadaan yang tidak

menguntungkan dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan tidak akan

dipergunakan dalam hal-hal lain selain untuk penelitian ini. Penelitian ini tidak

menimbulkan risiko bagi warga yang menjadi responden, baik risiko fisik maupun

psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga. Tetapi jika calon

responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan

mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung.

5. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dibuat dalam bentuk

kuisioner. Kuisioner terdiri dari 2 bagian yaitu kuisioner pertama mengenai data

demografi, kuisioner kedua mengenai pernyataan tentang dan minat masyarakat

menggunakan pelayanan kesehatan di puskesmas.

Kuisioner data demografi terdiri dari: usia, jenis kelamin, agama, suku,

pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan per bulan. Sedangkan untuk

kuisioner kedua berisi pernyataan-pernyataan mengenai minat masyarakat untuk

menggunakan pelayanan kesehatan di puskesmas yang berjumlah 24 (dua puluh

empat) pernyataan. Penilaian ini menggunakan dichotomy questions dengan

jawaban “ya” atau “tidak”. Jika menjawab “ya” maka nilainya adalah 1, jika

menjawab “tidak” maka nilainya adalah 0. Maka nilai tertinggi adalah 24 dan

(52)

Rentang merupakan selisih antara nilai tertinggi dengan nilai terendah.

Nilai tertinggi adalah 24 dan nilai terendah adalah 0. Maka besar rentang yang

diperoleh adalah 24. Banyak kelas ada 3 yaitu berminat, kurang minat dan tidak

berminat. Sehingga diperoleh P = 8. Untuk titik tertinggi adalah 24 sedangkan

titik terendah adalah 1 maka minat masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan

di puskesmas dikategorikan menjadi, jika 1-8 adalah “kurang berminat”, untuk

9-16 adalah “berminat”, dan untuk 17-24 adalah “sangat berminat”.

6. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu

instrumen. Instrumen yang sahih atau valid, berarti memiliki validitas tinggi,

demikian pula sebaliknya. Sebuah instrumen dikatakan sahih, apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan atau mengungkapkan data dari variabel yang

diteliti secara tepat (Hasan, 2002). Uji validitas instrumen bertujuan untuk

mengetahui kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang diukur

(Notoatmojo, 2005). Instrumen dalam penelitian ini berbentuk kuisioner yang

disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, oleh karena itu perlu

dilakukan uji validitas. Uji validitas untuk instrument ini dilakukan oleh staf

bagian keperawatan komunitas dengan strata pendidikan Magister Keperawatan.

7. Uji reliabilitas

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji

(53)

ruang lingkup yang sama. Reliabilitas adalah tingkat ketepatan, ketelitian atau

keakuratan sebuah instrument (Hasan, 2002). Instrumen yang reliable akan dapat

menghasilkan data yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga

walaupun data diambil berulang-ulang, hasilnya akan tetap sama. Dalam

penelitian ini digunakan uji reliabilitas uji KR 21. Instrumen diujikan pada 30

responden yang sesuai dengan kriteria di luar dari sampel dengan hasil uji

reliabilitas sebesar 0,710. Polit dan Hungler (1999) menyatakan bahwa suatu

instrumen akan reliabilitas jika memiliki nilai reliabilitas lebih dari 0.70 dengan

demikian instrumen ini layak untuk digunakan.

8. Pengumpulan data

Prosedur pengambilan data meliputi mengajukan surat permohonan izin

melakukan penelitian pada institusi Fakultas Keperawatan USU. Mengajukan

surat permohonan izin melakukan penelitian ke Puskesmas Sialang Buah. Setelah

mendapatkan izin kemudian melaksanakan pengumpulan data penelitian. Dalam

pengumpulan data, peneliti dibantu oleh 2 (dua) orang asisten peneliti yang

sebelumnya sudah diberi informasi tentang cara pengumpulan data. Hal ini

bertujuan agar data yang diperoleh sesuai dengan tujuan peneliti. Asisten juga

meminta persetujuan calon responden untuk menjadi responden dengan

menandatangani inform consent atau menyetujui secara lisan. Mengidentifikasi

karakteristik dan minat masyarakat menggunakan pelayanan kesehatan di

puskesmas di desa Pematang Guntung kepada responden menggunakan kuesioner

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik responden yang menggunakan pelayanan puskesmas di desa Pematang Guntung (n=100)
Tabel 1 (lanjutan) Karakteristik Responden
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pernyataan minat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas karena pelayanan
Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pernyataan minat menggunakan pelayanan kesehatan puskesmas karena jarak puskesmas (n=100)
+4

Referensi

Dokumen terkait

• TRIPs, WCCT, WIPO Perfomance and Phonogram Treaty, Beijing Treaty : Mewajibkan negara anggota (termasuk Indonesia) untuk menyediakan pelindungan hukum yang layak dan upaya

Dalam pola kekerabatan pada masyarakat Tentena bahwa terda-pat pengaruh besar pola kekerabatan yang terbentuk akibat garis persinggungan yaitu hubungan kedekatan

Adapun kontrol positif yang digunakan yaitu Pepsodent Moutwash karena telah ditunjukkan memiliki keefektifan secara in vitro terhadap tiga bakteri yang spesifik di

Berdasarkan beberapa definisi menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa brand image merupakan suatu kepercayaan mengenai merek berupa pikiran, perasaan,

autocomplete dari nama lengkap anggota yang akan dimasukkan, klik nama tersebut, lanjut ke form berikutnya, data nomor anggota, nomor simpanan akan muncul otomatis sesuai dengan

"Rencana dan keberhasilan transformasi berbasis produk kami membantu menghasilkan lebih banyak lagi kendaraan yang terkemuka di segmennya, seperti new Fiesta dan

PENGARUH PERSEPSI TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN PUSKESMAS OLEH MASYARAKAT DESA MELATI I DI PUSKESMAS MELATI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN

Agar dapat dijadikan acuan dalam menelusuri, mengkaji atau mengukur variabel, maka penulis sampaikan batasan dari berbagai pengertian yang berkaitan dengan maksud