• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEGUNDI (Vitex trifolia L.) SEBAGAI OVISIDA Aedes aegypti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEGUNDI (Vitex trifolia L.) SEBAGAI OVISIDA Aedes aegypti"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

(Skripsi)

Oleh

FAJAR AL HABIBI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Aedes AegyptiOVICIDE

By

FAJAR AL HABIBI

The World Health Organization (WHO) notes the country Indonesia with the highest dengue hemorraghic fever disease in Southeast Asia. Ministry of Health of the Republic of Indonesia reports 595 people was died because of this disease. Legundi leaves is known contains alkaloid, terpenoid and flavonoid that can inhbite hatchability ofAedes aegypti’s eggs. This research objective was to know if legundi leaves extract effective as Aedes aegypti ovicide. This experimental studies which used completely randomized design was performed from November untill December 2012 in Laboratory of Zoology, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Lampung. Concentration of the extract used was 0%, 0.1%, 0.3%, 0.5%, 0.7% and 1% with 4 repetitions for each treatment. Furthermore, was laid 20 eggs in each treatment and repetition, so was getten the total number of samples of 480 eggs. Then, was observed number of eggs that did not hatch every 6 hours for three days. At the end of the study, hypothesis test of one-way ANOVA resulted p-value <0.001. In the post hoc Bonferroni analysis was known effective concentration than controls (0%) was 1%. The results showed that the legundi leaves extract is effective as ovisida Aedes aegypti.

(3)

OVISIDAAedes aegypti

Oleh

FAJAR AL HABIBI

World Health Organization mencatat negara Indonesia dengan penyakit demam berdarah dengue tertinggi di Asia Tenggara. Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia melaporkan 595 orang meninggal dunia selama tahun 2011

karena penyakit ini. Daun legundi diketahui mengandung alkaloid, terpenoiddan flavonoid yang dapat menghambat daya tetas telur Aedes aegypti sehingga dapat

mengendalikan populasi vektor penyakit ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak daun legundi efektif sebagai ovisidaAedes aegypti.

Penelitian eksperimen yang menggunakan rancangan acak lengkap ini

dilakukan pada Bulan November-Desember 2012 di Laboratorium Zoologi,

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lampung. Kosentrasi ekstrak yang digunakan adalah 0%, 0,1%, 0,3%, 0,5%,

0,7% dan 1% dengan 4 kali pengulangan untuk tiap perlakuan. Selanjutnya,

diletakkan 20 butir telur pada tiap perlakuan dan pengulangan, sehingga

didapatkan jumlah total sampel sebanyak 480 butir telur. Kemudian, diamati

(4)

dibandingkan kontrol (0%) adalah 1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Ekstrak daun legundi efektif sebagai ovisidaAedes aegypti.

(5)

Oleh

FAJAR AL HABIBI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

Nama mahasiswa : Fajar Al Habibi

NPM : 0918011043

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dra. Endah Setyaningrum, M. Biomed dr. Syazilli Mustofa

NIP. 196405171988032001 NIP. 198307132008121003

2. Dekan Fakultas Kedokteran

(7)

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Endah Setyaningrum, M. Biomed

Sekretaris : dr. Syazilli Mustofa

Penguji

Bukan Pembimbing : dr. Betta Kurniawan, M.Kes

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 30 Januari 2013 Dr. Sutyarso, M.Biomed.

(8)

`

Penulis dilahirkan di Desa Pasar Baru, Kecamatan

Kedondong, Kabupaten Lampung Pesawaran, Provinsi

Lampung pada tanggal 5 November 1991, sebagai anak

kelima dari lima bersaudara, dari Bapak Sumedi Irawan dan

Ibu Mardiyah.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 4 Kedondong pada tahun

2003, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diselesaikan di SLTP 1

Kedondong pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di

SMAN 1 Gadingrejo pada tahun 2008.

Tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasioal Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif sebagai

(9)

untuk Ayah dan Mama tercinta,

yang tak pernah berhenti berjuang dan

(10)

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat

dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga

selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Skripsi dengan judul“Efektivitas Ekstrak Daun Legundi (Vitex trifolia L.) Sebagai Ovisida Aedes Aedgypt” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Sutyarso, M.Biomed., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung;

2. Ibu Dra. Endah Setyaningrum, M.Biomed, selaku Pembimbing Utama atas

kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam

proses penyelesaian skripsi ini. Beliau adalah orang yang paling berjasa

terwujudnya penelitian pada skripsi ini;

3. dr. Syazilli Mustofa selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk

memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian

(11)

4. dr. Betta Kurniawan, M.Kes, selaku Penguji Utama pada ujian skripsi atas

masukan, ilmu, dan saran-saran yang telah diberikan. Beliau juga adalah

orang yang paling berjasa terwujudnya penelitian pada skripsi ini;

5. Ibu Soraya Rahmadanissa, M.Biomed, selaku Pembimbing Akademik

yang selalu memberikan bantuan, dukungan dan motivasi dalam

pembelajaran di Universitas.

6. Ayah dan Mama yang selalu menyebut nama saya dalam doanya,

membimbing, mendukung, dan memberikan yang terbaik. Kakak-kakak

saya (Diah Mirawati, Indra Gunawan, Bayu Imawan dan Fajar Al

Afghani), yang selalu memberi doa, bantuan, semangat, dan terutama

senyum keceriaan yang dapat menghilangkan kepenatan ketika tiba di

rumah.

7. Seluruh Staf Dosen FK Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada

penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai

cita-cita;

8. Seluruh Staf TU, Administrasi, dan Akademik FK Unila, serta pegawai

yang turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat Saya dari masa kanak-kanak, Ahmad Windra, yang telah

menerima Saya tinggal di rumahnya selama proses penyusunan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabat saya, H. Sahdiah S. yang membantu menggunakan

program SPSS, Tetra Arya Saputra, Sandi Falenra, Galih Wicaksono, dan

Putri Rahmawati atas bantuannya dan selalu ada dalam setiap kegiatan

penelitian dan seminar, dengan senyuman, keceriaan dan semangat.

(12)

11. Febrina Dwiyanti, Bian Rahmadi Medikanto dan Eka Cania B. sebagai

teman penelitian yang sudah menemani dan membuat beban penelitian

lebih ringan, lebih mudah, dan lebih menyenangkan;

12. Adik Anggi, Adik Rizni dan Adik Yudha yang telah menyempatkan hadir

dalam seminar proposal dan memberikan suntikan motivasi dalam seminar

hasil.

13. Teman-teman angkatan 2009, Arif Yudho Prabowo, Vindita, Angga,

Nurul, Zahera, Laras, Nabila, Haryo, Aprimond, Husni, Hilman, Desfi,

Riyan, Elis, Dicky, Tika, Ica, Sheilla dan semuanya yang tidak bisa

disebutkan satu per satu.

14. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat saya (angkatan 2002–2011) yang sudah memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2013

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang ... ...1

B. Perumusan Masalah...3

C. Tujuan Penelitian... ...3

D. Manfaat Penelitian... ...4

E. Kerangka Penelitian ... ...4

F. Hipotesis... ...6

II. TINJAUAN PUSTAKA... ...7

A. Aedes aegypti... ...7

1. Siklus HidupAedes aegypti ... ...7

2. TelurAedes aegypti... ...8

3. Hormon Juvenil dan Ekdison padaAedes aegypti... ...13

B. Tanaman Legundi (Vitex trifoliaL)... ... ...14

1. Klasifikasi... ...14

2. Morfologi Legundi ... ...15

3. Penyebaran Legundi......16

C. Legundi Sebagai Ovisida Botani... ...17

1. Sifat Insektisida Legundi ... ...17

(14)

3. Mekanisme Kerja Ovisida ... ...19

III. METODE PENELITIAN... ...21

A. Rancangan Penelitian ... ...21

B. Waktu dan Tempat ... ...21

C. Populasi dan Sampel ... ...21

D. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ... ...22

1. Identifikasi Variabel ... ...22

2. Definisi Operasional ... ...23

E. Alat dan Bahan Penelitian ... ...24

F. Prosedur Penelitian... ...24

1. Penyediaan Bahan Uji ... ...24

2. Pembuatan Ekstrak Daun Legundi ... ...25

3. Uji Daya Tetas Telur ... ...25

4. Pengamatan... ...26

5. Analisis Data ... ...26

6. Diagram Alir Kerja... ...27

G. Pengolahan dan Analisis Data... ...27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...29

A. Hasil ...29

B. Pembahasan ...31

V. SIMPULAN DAN SARAN ...37

A. Simpulan...37

B. Saran...37

DAFTAR PUSTAKA ...38

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Total Sampel...16

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian...17

3. Jumlah Ekstrak Daun Legundi yang Dibutuhkan...19

4. Hasil AnalisisOne WayANOVA ...29

5. Hasil analisis ujipost hocLSD dengan kosentrasi 0% (kontrol) sebagai pembanding pada taraf kepercayaan (α)0,05...29

6. Nilai pH dan suhu yang terukur pada berbagai kosentrasi ekstrak daun Legundi...30

7. Hasil pengamatan jumlah telur yang tidak menetasselama tiga hari...43

8. Hasil analisis deskriptif jumlah telurAedes aegyptiyang tidak menetas pada berbagai kosentrasi ekstrak daun Legundi...44

9. Hasil uji normalitas data shapiro-wilk pada berbagai kelompok kosentrasi ekstrak daun Legundi...47

10. Hasil uji varians Levene untuk jumlah telur yang tidak menetas pada seluruh kelompok kosentasi...47

11. Hasil Ujione wayANOVA untuk jumlah telur yang tidak menetas...47

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori Penelitian...4

2. Kerangka Konsep Penelitian...5

3. Daur Hidup NyamukAedes aegypti....6

4. Panjang teluraedes aegypti......9

5. StrukturMicropyles(MP) danOuter Chorionic Cell(OCC) pada TelurAedes aegypti...9

6. Struktur PenunjangMicropylespada TelurAedes aegypti...10

7. StrukturExochrionicTelurAedes Aegypti...12

8. Daun Legundi (Vitex trifoliaL.)...16

9. Diagram Alir Penelitian...20

10. Grafik rerata jumlah telur yang tidak menetas pada pengamatan tiap enam jam selama tiga hari dengan berbagai kosentrasi ekstrak daun Legundi...29

11. Perbandingan tingkat kejernihan antara kontrol dan ekstrak daun legundi kosentrasi 1%...35

12. Tempat-tempat yang dapat diberikan ekstrak daun Legundi untuk alternatif pencegahan DBD...36

13. Telur yang telah menetas menjadi larva pada kosentrasi 0% (kontrol)....49

(17)

15. Alat dan bahan untuk penelitian di Laboratorium Zoologi, Biologi, Universitas

Lampung...50

16. TelurAedes aegyptiyang diletakkan di kertas Ovitrap...50 17.Hand counteruntuk menghitung jumlah telurAedes aegyptiyang tidak

menetas...51

18. Termometer Untuk mengukur suhu pada media air...51

19. Pengukuran pH pada media air dengan menggunakan pH stick...52

20. Kaca pembesar untuk melihat telurAedes aegyptiyang tidak menetas....52 21. Ekstrak murni daun Legundi yang telah di filtrasi...53

22.Rotary evaporatoryang digunakan untuk menguapkan pelarut etanol

(18)

A. Latar Belakang

Demam berdarah dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan

sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama

dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak

tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara

(Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kemenkes RI, 2010).

DBD masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama

di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin

bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.

Pada tahun 2011 dilaporkan bahwa 65.432 orang menderita DBD dan 595

orang meninggal dunia dengan case fatality rate 0,91% dan incidence rate 27,56 per 100.000 penduduk Indonesia (Ditjen PP dan PL Kemenkes RI,

2012).

DBD, penyakit yang disebabkan oleh virus dengue melalui perantara nyamuk Aedes aegypti, dapat dicegah dengan mengendalikan vektor nyamuk tersebut.

Menurut WHO, pengendalian vektor yang telah dilakukan dengan penggunaan

(19)

musuh alami, kerusakan lingkungan, bahkan dapat menyebabkan terjadinya

resistensi nyamuk Aedes aegypti terhadap beberapa bahan insektisida (WHO,

2003). Berdasarkan hal tersebut, pemanfaatan ekstrak tumbuhan sebagai

insektisida botani yang lebih alami dan ramah lingkungan dirasa lebih aman

karena memiliki residu yang pendek (Novizan, 2002).

Di Indonesia, negara yang kaya akan keragaman genetik flora, belum banyak

informasi yang digali dan dimanfaatkan dari sekian banyak spesies flora. Salah

satu di antaranya adalah tanaman legundi (Vitex trifolia L.) yang mengandung

senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol dan minyak ester/atsiri yang bersifat toksin bagi serangga (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Kandungan

ekstrak legundi ini diduga dapat menghambat daya tetas telur Aedes aegypti. Saponin yang merupakan kelompok senyawa terpenoid bersama dengan flavonoid berperan sebagai edyson blocker yang dapat menghambat kerja

hormon ekdison pada tubuh serangga dalam perkembangan telur menjadi larva

(Kardinan dan Dhalimi, 2003). Terpenoid, flavonoid dan alkaloid memiliki aktivitas hormon juvenil yang dapat mengganggu perkembangbiakan telur

Aedes aegypti menjadi larva (Elimam, 2009). Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas ekstrak daun Legundi sebagai ovisida Aedes aegypti.

B. Rumusan Masalah

(20)

karena penyakit ini. Daun legundi diketahui mengandung alkaloid, terpenoid dan flavonoidyang dapat menghambat daya tetas telur Aedes aegyptisehingga

dapat mengendalikan populasi vektor penyakit ini. Oleh sebab itu, penulis merumuskan penelitian “apakah ekstrak daun Legundi efektif sebagai ovisida Aedes aegypti.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tujuan Umum

Mengetahui efektivitas ekstrak daun legundi (Vitex trifolia L.) sebagai

ovisida Aedes aegypti. 2. Tujuan Khusus

Mengetahui kosentrasi optimum ekstrak daun legundi (Vitex trifolia L.)

yang efektif sebagai ovisidaAedes aegypti.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan hasil yang diperoleh dapat

bermanfaat. Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi ilmu pengetahuan, memperkaya ilmu pengetahuan di bidang

parasitologi, khusunya Entomologi, tentang pengendalian vektor nyamuk

(21)

legundi sebagai alternatif pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti secara efektif dan tanpa menimbulkan gangguan lingkungan.

3. Bagi peneliti, menambah pengetahuan khusunya ilmu pengetahuan

mengenai cara pengendalian telur nyamuk serta memberikan masukan

kepada peneliti selanjutnya.

E. Kerangka Penelitian

Salah satu cara yang ramah lingkungan untuk menanggulangi penyebaran

nyamuk Aedes aegypti adalah dengan memanfaatkan daun legundi dalam bentuk ekstrak etanol sebagai ovisida terhadap perkembangan telur Aedes

aegypti.

1. Kerangka Teori

Menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991) daun legundi mengandung

alkaloid, saponin, flavonoid minyak atsiri dan polifenol yang bersifat

insektisida. senyawa-senyawa insektisida seperti saponin (kelompok senyawa terpenoid) dan flavonoid berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ekdison (hormon yang berfungsi

dalam metabolisme serangga), sehinnga serangga akan terganggu dalam

proses perubahan telur menjadi larva (Kardinan dan Dhalimi, 2003).

Selain itu terpenoid, flavonoid dan alkaloid memiliki aktivitas hormon

juvenil (Elimam, 2009) yang mampu mempengaruhi titer hormon juvenil

(22)

yang abnormal (Andesfha, 2004) sehingga dapat pula mempengaruhi

penetasan telurAedes aegypti.

Ekstrak daun legundi (Vitex trifoliaL.)

Alkaloid Flavonoid Saponin

Aktivitas hormon juvenil Efekecdyson blocker

Pengaruh terhadap perkembangan telurAedes aegypti

TelurAedes aegypti gagal menetas

Gambar 1.Kerangka Teori Penelitian.

2. Kerangka Konsep

Daya tetas telur Aedes aegypti dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, pH, intensitas cahaya, kandungan O2 terlarut, kelembaban, umur dan

kualitas telur itu sendiri (Depkes RI, 2007). Selain itu, adanya senyawa

toksik dan kondisi media air yang tidak sesuai juga akan mempengaruhi dan

mengganggu sistem fisiologis telur sehingga menyebabkan telur sulit

(23)

Keterangan: : Variabel Bebas : Variabel Pengganggu : Variabel Terikat

Gambar 2.Kerangka Konsep Penelitian.

F. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ekstrak daun legundi (Vitex trifolia L.)

efektif sebagai ovisida nyamukAedes aegypti. cahaya, kandungan

oksigen terlarut, kelembaban telur

Telur Aedes Aegypti Gagal Menetas Ekstrak daun

legundi (Vitex TrifoliaL.) dalam berbagai

(24)

A.Aedes aegypti

Vektor yang berperan dalam penularan demam berdarah dengue adalah

nyamuk famili Culicidae, subfamili Culicinae, genus Aedes, spesies aegypti dan albopictus (Djakaria, 2004). Nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus dengue akan menggigit manusia dan kemudian akan menyebar ke aliran darah

dan menyebabkan viremia. Viremia ini akan menyebabkan reaksi imun yang kompleks yang dapat mempengaruhi kesehatan tubuh manusia berupa demam

tinggi dan permeabilitas kapiler darah yang meningkat. Peningkatan

permeabilitas kapiler ini menyebabkan kebocoran cairan plasma pada

pembuluh darah di seluruh tubuh manusia sehingga akan menyebabkan syok

hipovolemik (dengue shock syndrome) yang dapat menyebabkan kematian (Suhendro dkk, 2007).

1. Siklus HidupAedes Aegypti

Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis seempurna dalam satu

(25)

menjadi stadium larva. Terdapat beberapa tahapan dalam perkembangan

larva yang disebut instar. Perkembangan larva dari instar 1-4 memerlukan

waktu sekitar 5 hari. Selanjutnya, larva akan berubah menjadi pupa selama

± 2 hari sebelum akhirnya menjadi nyamuk dewasa (Depkes RI, 2007).

Gambar 3.Daur Hidup NyamukAedes aegypti Sumber: Sigit dkk (2006).

2. TelurAedes aegypti

Menurut Nusa dalam Depkes (2007), tempat perkembangbiakan telur

nyamukAedes aegyptidapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu; tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari seperti drum, tangki

reservoir, bak mandi/ WC dan ember; tempat penampungan air bukan

untuk keperluan sehari, seperti minuman burung, vas bunga,

barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lainnya; tempat

penampungan air alamiah, seperti lubang pohon, pelepah daun, tempurung

(26)

2.1. Morfologi Telur

Telur Aedes aegypti berwarna hitam, berukuran ± 300 mikron, berbentuk elips menyerupai torpedo dengan titik-titik poligonal pada seluruh dinding

selnya (Suman dkk, 2011). Telur Aedes aegypti diperkirakan memiliki

berat 0,0010 - 0,015 mg dan (Astuti dkk ,2004). TelurAedes aegypti tidak memiliki pelampung. Pada permukaan luar dinding sel tersebar suatu

struktur sel yang disebutouter chorionic cell(Suman dkk, 2011).

Gambar 4.Panjang teluraedes aegypti. Sumber: Suman dkk (2011).

(27)

Pada salah satu ujung telur terdapat poros yang disebut dengan micropyles. Micropylesberfungsi sebagai tempat masuknyaspermatozoidke dalam telur sehingga dapat terjadi pembuahan. Pada micropyles terdapat

struktur-struktur penting yang menunjang fungsinya tersebut, yaitu micropylar corolla, micropylar disc, micropylar pore, micropylar ridge dan tooth-like

tubercle(Suman dkk, 2011).

Gambar 6. Struktur PenunjangMicropylespada TelurAedes aegypti. MPC, micropylar corolla;MPD, micropylar disc;MPP,

micropylar pore;MPR, micropylar ridge;TC, central tubercle; TP, peripheral tubercle;TT, tooth-like tubercle.Sumber: Suman dkk (2006).

Meskipun chorion telur nyamuk Aedes aegypti adalah struktur protein padat, namun rentan terhadap pengeringan danunresistantterhadap deterjen atau zat pereduksi. Misalnya, ketika telur dipindahkan ke lingkungan yang

sangat kering segera setelah oviposisi, akan cepat terdehidrasi (Junsuo dan

Jianyong, 2006).

Pada dasarnya semua protein chorion akan terlarut ketika telur matang

(28)

dalam lingkungan yang lembab, chorion akan menjadi sangat tahan

terhadap kekeringan dalam waktu 2 jam setelah oviposisi, sebuah proses

yang disebut chorion hardening. Protein merupakan komponen utama

dalam chorion dan mereka menjadi tidak larut setelah proses chorion hardeningatau “pengerasan korion”. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh modifikasi struktural protein chorion yang mengarah ke insolubilization

(Junsuo dan Jianyong, 2006).

Studi ultrastruktur mengungkapkan bahwa ada dua lapisan dalam chorion nyamuk Aedes aegypti, yaitu endochorion dan exochorion. Pada nyamuk, endochorionadalah lapisan elektron padat homogen dan exochorion terdiri

dari lapisan pipih dengantubeclemenonjol (Junsuo dan Jianyong, 2006).

Dalam waktu 1-2 jam setelah peletakan telur, lapisan endokorion akan

berubah dari lunak menjadi keras dan gelap serta kadang menjadi

impermeable. Telur dari nyamuk Aedes aegypti pada saat pertama kali diletakkan berwarna putih, kemudian berubah menjadi gelap sampai hitam

dalam waktu 12-24 jam. Perubahan warna pada telur terjadi karena adanya

lapisan endokorion yang merupakan lapisan pelindung telur (Junsuo dan

Jianyong, 2006).

Tubercle pada lapisan exochorion terdiri dari tubercle central dan

tubercle perifer.Tubercle central dikelilingi olehturbercle periferyang

membentuk bidang heksagonal yang dihubungkan oleh exochorionic

(29)

Gambar 7. StrukturExochrionicTelurAedes Aegypti.

TC, Central Tubercle; TP, Peripheral Tubercle; EN, Exochorion Network. Sumber: Suman dkk (2011).

2.2. Daya Tetas Telur

Kemampuan menetas telurAedes aegyptidipengaruhi oleh beberapa faktor

lingkungan seperti suhu, pH, intensitas cahaya, kandungan oksigen terlarut

dan kelembaban. Kisaran suhu optimum untuk perkembangan telur

nyamuk adalah 27-320 C, sedangkan pH optimum yang dibutuhkan oleh

telur nyamuk untuk perkembangannya 6-8. Pada proses penetasan telur

memerlukan oksigen terlarut sebesar 7,9 mg/l dengan suhu media 280 C

(Depkes RI, 2007).

Kondisi media air yang tidak jernih juga menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi daya tetas telur dan perkembangan larva dari telur yang

telah menetas. Seperti kita ketahui bahwa telur Aedes aegypti umunya

hanya dapat hidup pada tempat-tempat yang berisi air jernih yang disukai

(30)

sesuai tentunya juga berpengaruh dan mengganggu sistem fisiologis

sehingga menyebabkan telur sulit menetas dan mengalami kematian

(Salempang, 2003). Sebuah penelitian menemukan bahwa air yang diberi

penjernih air (tawas) membuat penetasan telur Aedes sp. menjadi terhambat (Bria dkk, 2008).

2.3. Ketahanan Telur

Seekor nyamuk Aedes aegypti betina rata-rata dapat menghasilkan 100

butir telur setiap kali bertelur dan akan menetas menjadi larva dalam

waktu 2 hari dalam keadaan telur terendam air. Telur Aedes aegypti dapat bertahan dalam waktu yang lama pada keadaan kering. Hal tersebut dapat

membantu kelangsungan hidup spesies selama kondisi iklim yang tidak

memungkinkan (Depkes RI, 2007).

Telur yang baru keluar dari induknya memerlukan peresapan air dalam

jangka waktu tertentu sebelum dapat bertahan lama terhadap pengeringan

dan temperatur yang rendah (Rahmawati, 2004). Pada kondisi suhu -20

C-420C dan kondisi lingkungan kering, telur nyamuk Aedes aegypti dapat

bertahan sampai berbulan-bulan dan akan menetas apabila tersiram oleh

air. Namun bila kelembaban terlampau rendah, telur akan menetas dalam

waktu 4 hari (Depkes RI, 2007).

3. Hormon Juvenil dan Ekdison padaAedes aegypti

Serangga mempunyai eksoskeleton yang tidak bisa meregang. Serangga

(31)

dan megekskresikan eksoskeleton baru pada setiap pergantian kulit. Pada

serangga, pergantian kulit dipicu oleh hormon yang disebut ekdison

(ecdysone). Ekdison disekresi dari sepasang kelenjar endokrin, yang

disebut kelenjar protoraks, terletak persis dibelakang kepala. Selain

merangsang pergantian kulit, ekdison juga merangsang perkembangan

karakteristik dewasa, seperti perubahan larva menjadi nyamuk (Campbell,

2004).

Hormon ekdison diseimbangkan oleh hormon juvenil (juvenile hormone, JH). Pada konsentrasi JH yang relatif tinggi, pergantian kulit yang

dirangsang oleh ekdison akan menghasilkan tahapan larva sekali lagi

sehingga produknya adalah larva yang lebih besar. Dengan demikian JH

menghambat metamorfosis. Ketika kadar hormon juvenil semakin

berkurang, maka pergantian kulit yang diinduksi oleh ekdison baru dapat

menghasilkan suatu tahapan perkembangan yang disebut sebagai pupa. Di

dalam pupa tersebut, metamorfosis mengubah anatomi larva menjadi

bentuk serangga dewasa. Serangga yang sudah dewasa tersebut kemudian

keluar dari pupa. Versi sintetik JH sekarang sedang digunakan sebagai

insektisida untuk mencegah perkembangan atau pematangan serangga

menjadi serangga dewasa yang bereproduksi (Campbell, 2004).

B. Tanaman Legundi (Vitex trifoliaL.)

Selain Vitex trifolia L. (Syamsuhidayat dan Hutapea 1991), legundi memiliki

(32)

ini mempunyai banyak nama daerah, seperti lagundi/lilegundi di daerah

Minang, langgundi di daerah Sunda, lagondi, laghundi, galumi di daerah

Sumba, sagari di daerah Bima, laura di daerah Makassar, lawarani di daerah

Bugis (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991) dan liligundi di daerah Bali yang

digunakan sebagai bahan dasar produksi obat nyamuk (Suryaguna dkk, 2009).

Legundi memiliki kekhasan tersendiri. Daunnya berbau aromatik dan

keseluruhan perdu menyebarkan bau seperti rempah-rempah (Fitriani, 2004).

1. Klasifikasi

Klasifikasi legundi menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991) adalah

sebagai berikut.

Kingdom :Plantae

Divisi :Spermatophyta Subdivisi :Angiospermae

Kelas :Dicotyledonae Ordo :Solanales Familia :Verbenaceae

Genus : :Vitex

Species :Vitex trifoliaL.

2. Morfologi Legundi

Legundi berupa pohon dengan ketinggian 5-8 meter dengan batangnya

berkayu bulat, rantingnya berambut serta berwarna putih kotor. Morfologi

(33)

daun, bulat telur, ujung dan pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip

dan berwarna hijau. Mahkota legundi memiliki ciri berbentuk tabung,

berbibir dua dan bergigi lima serta berwarna biru ungu. Jumlah benang sari

legundi adalah empat. Buah legundi berbentuk bola, diameter 2-5 mm,

berwarna coklat, berisi biji 1-4 butir, kurang lebih bijinya kecil berwarna

coklat serta berakar tunggang berwarna kuning kecoklatan (Syamsuhidayat

dan Hutapea, 1991).

Gambar 5.Daun legundi (Vitex trifoliaL.) Sumber: anonim (2012).

3. Penyebaran Legundi

Legundi tumbuh pada ketinggian ±1000 meter di atas permukaan laut.

legundi dapat ditemukan di hutan jati, hutan sekunder, semak belukar atau

sebagai tanaman pagar (Fitriani, 2004). Sedangkan menurut anonim (2004)

(34)

C. Legundi Sebagai Ovisida Botani

Uji toksisitas dari berbagai jenis tanaman terhadap telur dan larva nyamuk

telah banyak dilakukan, seperti Kamandrah dan Jarak Pagar yang mampu

menurunkan jumlah peletakan telur dan menghambat penetasan telur Aedes

aegypti dan Aedes albopictus (Astuti, 2008). Selain itu, menurut penelitian Mardalena (2009) tanaman Nimba (Azadirachta indica Juss.) pun terbukti

efektif sebagai ovisida telurAedes aegyptidengan konsentrasi optimum 0,5%.

Ekstrak daun legundi dapat berfungsi sebagai sumber insektisida alami

terutama dalam pelarut etanol (Fitriani, 2004). Selain berfungsi sebagai

insektisida, legundi juga efektif sebagai repellent atau penolak nyamuk Aedes

aegypti(Mustanir dan Rosnani, 2008).

1. Kandungan Insektisida Legundi

Menururt Syamsuhidayat dan Hutapea (1991), daun legundi mengandung

alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri. Elimam dkk

(2009) melaporkan bahwa senyawa seperti phenolic, terpenoid, flavonoid, danalkaloid memilki aktivitas hormon juvenil sehingga memiliki pengaruh pada perkembangan serangga.

Saponin merupakan kelompok triterpenoid yang termasuk dalam senyawa

terpenoid. Aktivitassaponinini, ternyata dapat mengikat sterol bebas dalam pencernaan makanan, di mana sterol berperan sebagai prekusor hormon

(35)

proses pergantian kulit (molting) pada serangga (Kardinan dan Dhalimi,

2003).

Saponin memiliki aksi sebagai insektida dan larvasida. Saponin dapat menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva

sehinga dinding traktus digetivus larva menjadi korosif (Kardinan dan Dhalimi, 2003). Saponin yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi

serangga dapat menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan

makanan (Dinata, 2009).

Flavonoid merupakan senyawa kimia yang memiliki sifat insektisida. Flavonoid dapat menimbulkan kelayuan syaraf pada beberapa organ vital

serangga, seperti pernapasan. Kerusakan organ vital ini menyebabkan

kematian pada serangga (Dinata, 2005).

Daun legundi basah menghasilkan minyak atsiri dengan rendemen sebesar

0,027% dengan berat jenis sebesar 0,87 g/mL, sedangkan hasil isolasi daun

legundi kering menghasilkan minyak atsiri dengan rendemen sebesar

0,074% dengan berat jenis sebesar 0,90 g/mL (Puspitasari, 2009). Swastika

(2007) menyimpulkan bahwa minyak atsiri daun V. trifolia berefek sebagai larvisida dan dapat menghambat perkembangan larva Aedes aegypti.

2. Ovisida Botani

Ovisida merupakan salah satu jenis insektisida. Ovisida berasal dari kata

(36)

merupakan salah satu golongan insektisida yang mekanisme kerjanya

membunuh atau menghambat perkembangbiakan telur (Hoedjojo, 2003).

Salah satu contoh ovisida alami adalah ovisida botani, yaitu insektisida yang

bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti

akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai

bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang

merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian

tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan

digunakan sebagai ovisida (Novizan, 2002).

3. Mekanisme Kerja Ovisida

Proses penghambatan terhadap daya tetas telurAedes aegypti diduga terjadi karena masuknya zat aktif insektisida ke dalam telur melalui proses difusi

pada bagian permukaan cangkang melalui titik-titik poligonal yang terdapat

pada seluruh permukaan telur serangga tersebut. Masuknya zat aktif

insektisida disebabkan potensial insektisida dalam air yang berada di

lingkungan luar telur lebih tinggi (hipertonis) dari pada potensial air yang

terdapat di dalam telur (hipotonis). Masuknya zat aktif insektisida ke dalam

telur akan mengganggu proses metabolisme dan menyebabkan berbagai

macam pengaruh terhadap telur (Astuti dkk., 2004).

Ekstrak Daun Legundi mengandung zat yang bersifat juvenil hormon yang

(37)

2004) sehinnga dapat pula mempengaruhi penetasan telur Aedes aegypti.

Selain itu, pengaruh terhadap kemampuan menetas telur diduga terjadi

karena kandungan senyawa metabolit sekunder yang bersifat toksik

berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ekdison (hormon yang berfungsi dalam metabolisme serangga),

sehinnga serangga akan terganggu dalam proses perubahan telur menjadi

larva (Kardinan dan Dhalimi, 2003).

Menurut Ulfah dkk. (2009), Penghambatan penetasan telur juga diduga

terjadi karena sitronela, senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri,

dapat merubah struktur dinding sel dari telur yang tersusun oleh lapisan

lilin dan lipid. Akibat dari perubahan struktur lapisan dinding telur terjadi

perubahan permeabilitas dinding sel yang mengakibatkan cairan sel keluar

tak terkendali. Jika cairan sel keluar terus menerus maka telur akan

kekurangan cairan sehingga telur menjadi tidak berkembang dengan baik

sehingga menghambat penetasan telur tersebut bahkan dapat menyebabkan

telur tidak menetas, karena dalam perkembangannya telur memerlukan

(38)

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan

menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian efektivitas ekstrak daun legundi (V. trifoliai L.) sebagai ovisida Aedes aegypti ini dilakukan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

Sedangkan pembuatan ekstrak daun legundi (V. trifolia L.) dilakukan di

Laboratorium Kimia Dasar, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Keseluruhan penelitian ini

dilakukan pada Bulan November-Desember 2012.

C. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah telurAedes aegypti. Telur nyamuk ini diperoleh dari Loka Penelitian dan Pengembangan (Litbang)

Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Ciamis dalam bentuk

kering dengan media kertas saring. Sampel yang digunakan berdasarkan acuan

(39)

Tabel 1. Jumlah Total Sampel. Perlakuan III : 0,5% 20 telur x 4 80 telur Perlakuan IV : 0,7% 20 telur x 4 80 telur

D. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel Bebas

Berbagai konsentrasi ekstrak daun legundi (Vitex trifiolia L.) dengan enam taraf konsentrasi yaitu 0%, 0,1%, 0,3%, 0,5 %, 0,7% dan 1%.

b. Variabel Terikat

Banyaknya telurAedes aegyptiyang tidak menetas.

c. Variabel pengganggu

Suhu air, pH air, intensitas cahaya, kandungan oksigen terlarut,

kelembaban udara dan fertilitas telur. Variabel pengganggu yang

dikontrol pada penelitian ini adalah pH air dan suhu air. Variabel

(40)

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian dan agar penelitian tidak

menjadi terlalu luas maka dibuat definisi operasional sebagai berikut.

Tabel 2.Definisi Operasional Variabel Penelitian. Variabel Definisi menetas pada tiap perlakuan dan

Selain definisi operasional di atas, ditetapkan juga parameter efektivitas.

(41)

statistik yang dilakukan. Suatu larutan dikatakan efektif jika memiliki

perbedaan yang bermakna dengan kontrol (kosentrasi 0%) sebagai

pembandingnya.

E. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain timbangan yang

digunakan untuk menimbang daun legundi, hand counter yang digunakan

untuk menghitung telur Aedes aegypti, stoples dan kain kasa digunakan untuk proses maserasi daun legundi, rotary evaporator digunakan untuk membuat ekstrak daun legundi, gelas ukur 100 ml untuk mengukur ekstrak daun legundi,

gelas plastik 250 ml yang digunakan sebagai wadah untuk meletakkan telur

dan ekstrak, pipet tetes yang digunakan untuk mengambil ekstrak daun legundi

dari gelas ukur, kertas ovitrap untuk tempat meletakkan telur, tisu, termometer

yang digunakan untuk mengukur suhu media, dan pH stick yang digunakan

untuk mengukur nilai keasaman pada media. Bahan yang digunakan untuk

penelitian ini adalah ekstrak daun legundi 100%, telurAedes aegyptidari strain Liverpool F-48, etanol 95%, dan aquades sebagai pelarut.

F. Prosedur Penelitian

1. Penyediaan Bahan Uji

Telur nyamuk Aedes aegypti F-48 strain Liverpool yang digunakan dalam

penelitian kali ini diperoleh dari ruang insektarium loka Litbang P2B2

(42)

Legundi.

2. Pembuatan Ekstrak Daun Legundi

Pembuatan ekstrak daun legundi menggunakan metode yang digunakan oleh

Harbone (1987). Daun legundi yang telah didapat, kemudian dibersihkan

dengan air dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan selama 3x24 jam,

kemudian ditimbang. Selanjutnya simplisia daun Legundi yang ada

dimaserasi selama 3x24 jam dengan menggunakan larutan etanol 95%.

Setelah selesai maserasi, hasilnya disaring, kemudian maserat yang ada

dipekatkan pada suhu 400C –500C di dalam rotary evaporator sehingga dihasilkan ekstrak pekat daun legundi.

Untuk membuat berbagai konsentrasi yang diperlukan dapat digunakan

rumus V M =V M , dimana: V = volume larutan yang akan diencerkan (ml),

M = konsentrasi ekstrak daun legundi yang tersedia (%), V = volume

larutan (air + ekstrak) yang diinginkan (ml), M = konsentrasi ekstrak daun

legundi yang akan dibuat (%). Jumlah volume ekstrak daun legundi secara

terperinci disajikan pada tabel 3.

Tabel 3.Jumlah volume ekstrak daun legundi yang dibutuhkan.

(43)

Uji daya tetas telur dilakukan untuk mengetahui efektivitas dari ekstrak

daun legundi (V. trifolia L.) sebagai ovisida telur Aedes aegypti dengan menggunakan kosentrasi ekstrak daun Legundi yaitu 0,1%, 0,3%, 0,5%,

0,7%, 1% dan 0% sebagai kontrol.

Dimasukkan telur Aedes aegypti ke dalam gelas plastik berukuran 250 ml yang telah berisi 200 ml campuran air dan ekstrak daun Legundi

masing-masing sebanyak 20 butir yang terdiri dari 4 kali ulangan. Kemudian

pengamatan untuk uji daya tetas telur berdasarkan Bria dkk (2008), yaitu

jumlah telur yang tidak menetas menjadi larva diamati setiap 6 jam sekali

sampai hari ke tiga.

4. Pengamatan

Pengamatan untuk uji daya tetas telur berdasarkan Bria dkk (2008), yaitu

jumlah telur yang tidak menetas menjadi larva diamati setiap 6 jam sekali

sampai hari ke tiga.

5. Analisis Data

Data dari hasil penelitian berupa jumlah telur yang tidak menetas menjadi

(44)

Untuk memperjelas proses penelitian, maka disajikan diagram alur

penelitian sebagai berikut.

Daun legundi

Dicuci, dikeringkan dengan dianginkan selama 1-3 hari

Ditimbang

Dimaserasi dengan etanol 95% selama 3 hari

Dipekatkan dalamrotary evaporator

Ekstrak pekat etanol daun legundi (kosentrasi 100%) diencerkan

Uji daya tetas telur dilakukan dengan menggunakan kosentrasi 0,1%; 0,3%; 0,5%; 0,7%; 1% dan 0% sebagai kontrol masing-masing dengan 4 kali

ulangan

Amati 6 jam sekali selama 3 hari

Data dianalisis

Gambar 6.Diagram Alir Penelitian.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah didapat dari hasil pengamatan akan diolah dengan

menggunakansoftwarestatistik. Data yang telah diolah akan dianalisis dengan menggunakan uji analisis one way ANOVA. Berikut ini adalah

langkah-langkah melakukan uji analisisone wayANOVA:

1. memeriksa syarat uji parametrik one way ANOVA untuk lebih dari 2 kelompok tidak berpasangan:

(45)

2. jika memenuhi syarat uji parametrik ( distribusi data normal, varians sama),

dipilih ujione wayANOVA;

3. jika tidak memenuhi syarat, maka akan diupayakan untuk melakukan

transformasi data supaya distribusi menjadi normal dan varians sama;

4. jika variabel transformasi data memenuhi syarat, maka dipilih uji parametrik

one wayANOVA;

5. jika variabel hasil transformasi tidak memenuhi syarat, maka alternatifnya

dipilih uji nonparametrik Kruskal-Wallis;

6. jika pada uji one wayANOVA atau Kruskal-Wallis menghasilkan nilai p<α (p<0,05), dilanjutkan dengan melakukan analisis post Hoc pada taraf

(46)

Andesfha, E. 2004.Pengaruh Juvenil Hormon Dari Ekstrak Daun Legundi (Vitex negundo) Terhadap Perkembangan Pradewasa Nyamuk Aedes aegypti. Skripsi Mahasiswa Kedokteran Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anonimous. 2004. Herb Infomation. http://www.holisticonline.com.HerbalMed/ Herbs/h211.htm. Diakses pada Tanggal 1 November 2012.

Anonimous. 2012. Vitex trifolia. http://cals-cf.calsnet.arizona. edu/arboretum/ taxon.aspx?id=413. Diakses pada Tanggal 18 November 2012.

Astuti U.N.W., Cahyani R.W. dan Ardiansyah M. 2004. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Mindi (Melia azedarach L.) Terhadap Daya Tetas Telur, Perkembangan dan Mortalitas Larva Aedes aegypti. Laboratorium Parasitologi. Fakultas Biologi. Universitas Gajah Mada. Jogjakarta.

Astuti, E.P. 2008. Efektivitas Minyak Biji Kamandrah (Croton tiglium) Dan Jarak Pagar (Jatropha curcas) Sebagai Larvasida, Anti-Oviposisi dan Ovisida Nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Tesis Entomologi Kesehatan. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Bria Y.R., Widiarti dan Hatini E. 2008. Pengaruh Kosentrasi Tawas Pada Air Sumur Terhadap Daya Tetas Telur Aedes aegypti Di Laboratorium.Jurnal Vektora, Vol II, No 1, Hal 29-41. Balai Besar penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.

Campbell N.A., Jane B.R. dan Lawrence G.M. 2004. Biology Fifth Edition. Diterjemahkan oleh: Manalu, W. Erlangga. Jakarta.

Dahlan, M.S. 2010. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 5. Seri Evidence Medicine 1. Salemba Medika. Jakarta

(47)

Departemen Kesehatan. 2007. Laporan Kasus Demam Berdarah Dengue. Subdit Arbovirosis, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.

Dinata, A. 2005. Basmi Lalat Dengan Jeruk Manis. http://litbang. depkes.go.id /lokaciamis/artikel/lalat-arda. Diakses tanggal 18 November 2012.

Dinata, A. 2009.Mengatasi DBD dengan Kulit Jengkol. www.miqraindonesia.blo gspot.com. Diakses tanggal 1 November 2012.

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Kemenkes RI. 2012.Profil Kesehatan Indonesia Tahun2011. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Djakaria, S. 2004.Pendahuluan Entomologi.Parasitologi Kedokteran Edisi Ke-3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Elimam A.M., Elmalik K.H. dan Ali, F.S. 2009. Larvicidal, Adult Emergence Inhibition and Oviposition Deterrent Effects of Foliage Extract from Ricinus communis L. against Anopheles arabiensis and Culex quinquefasciatus in Sudan.Tropical Biomedicine. 26(2): 130–139.

Fitriani, F. 2004. Pengaruh Ekstrak Daun Legundi (Vitex trifolia L.) dalam Kosentrasi yang Sangat Rendah Terhadap Stadium Pradewasa Nyamuk (Culex quinquefasciatus). Skripsi Mahasiswa Kedokteran Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Institut Teksnologi Bandung. Bandung

Hoedjojo, R. 2003. Morfologi Daur Hidup dan Perilaku Nyamuk, Parasitologi Kedokteran.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Kardinan A dan Dhalimi A. 2003. Mimba (Azadirachta indica Juss.) Tanaman Multimanfaat. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat Volume XV, No 1. Balai Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat. Bogor.

Kartesz, J.T. 1994. Classification and Morphology Vitex negundo. http://www. Plansts.usda.gov/cgi_bin/plant_profile.cg.htm. Diakses pada Tanggal 5 November 2012.

(48)

Mustanir dan Rosnani. 2008. Isolasi Senyawa Bioaktif Penolak (Repellent) Nyamuk Dari Ekstrak Aseton Batang Tumbuhan Legundi (Vitex trifolia). Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Vol XIX. No 2. Hal 174 -180. Balai Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat. Bogor.

Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Cetakan I. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kemenkes RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi, Volume 2, Agustus 2010. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Puspitasari, D. 2008. Isolasi, Karakterisasi dan Identifikasi Komponen Minyak Atsiri dari Daun Liligundi (Vitex Trifolia, L.). Skripsi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Malang. Malang.

Rahmawati, D. 2004. Jumlah dan Daya Tetas Telur, serta Perkembangan Pradewasa Aedes aegypti di Laboratorium. Skripsi Mahasiswa Kedokteran Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Redaksi Agromedia. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat: 431 Jenis Tanaman Penggempur Penyakit.PT Agromedia Pustaka. Jakarta.

Salempang, A. 2003. Uji Toksisitas (LC50 12 Jam) Ekstrak Akar Vetiveira zizanoides Stapf Terhadap Larva Instar III Aedes agypti L. Skripsi Mahasiswa Biologi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sigit S.H., Koesharto F.X., Upik K.H., Dwi J.G., Susi S., Indrosancoyo A.W., Musphyanto C., Mohammad R., Swastiko P., Sulaeman Y. dan Sanoto U. 2006. Hama Permukiman Indonesia: Pengenalan, Biologi dan Pengendalian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sudarsono P.N., D. Gunawan, S. Wahyuono, I.A. Donatus, dan Purnomo. 2002. Tumbuhan Obat II. Pusat Studi Obat Tradisional, 159, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

(49)

Suman D.S., Shrivastava A.R., Pant S.C., Parashar B.D. 2011. Differentiation of Aedes aegypti and Aedes albopictus (Diptera: Culicidae) with Egg Surface Morphology and Morphometrics Using Scanning Electron Microscopy. Arthropod Structure & Development. Elsevier. Amsterdam.

Suryaguna I.M.S., Anantha G.N.H. dan Putra M.D.A. 2009. Produksi Obat Nyamuk Dengan Bahan Dasar Daun Liligundi. Iptekma. Volume 1. No 1. Hal 11-19. Bidang Kemahasiswaan Universitas Udayana. Bali.

Syamsuhidayat S.S. dan Hutapea J.R. 1991.Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi I. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. Jakarta.

Ulfah Y., Gafur A. dan Pujawati E.D. 2009. Penetasan Telur Dan Mortalitas Pupa Nyamuk Aedes Aegypti Pada Perbedaan Konsentrasi Air Rebusan Serai (Andropogon Nardus L). Bioscientiae Volume 6, Nomor 2, Hal 37-48. Universitas Lambung Mangkurat. Kalimantan Selatan.

World Health Organization. Reg Publication. 2003.Prevention Control of Dengue and Dengue Haemorage Fever.Regional Office for South East Asia. New Delhi.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian.
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian.
Gambar 3. Daur Hidup Nyamuk Aedes aegyptiSumber: Sigit dkk (2006).
Gambar 4. Panjang telur aedes aegypti.Sumber: Suman dkk (2011).
+7

Referensi

Dokumen terkait

a. Di Indonesia melakukan berbagai pembenahan kebijakan bagi pembinaan masyarakat ekonomi lemah. Masing-masing mahasiswa yang mengikuti studi lapangan harus membawa

OPTIMALISASI KONSEP DIRI SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PERMAINAN (Penelitian Tindakan Bimbingan Pada siswa Kelas VIII A SMP Kanisius

Untuk pasien patah tulang, bagian tubuh pasien yang sakit akan. disangga dengan

Pengaruh Konsep Diri, Kecerdasan Emosional dan Prestasi Belajar Kewirausahaan Terhadap Motivasi Ber technopreneurship siswa Jurusan TKJ SMK Tamansiswa Jetis. Aspek-aspek

Setelah beberapa kali mengadakan kunjungan ke rumah keluarga dampingan, ditemukan beberapa masalah yang dihadapi keluarga ini sesuai dengan hasil wawancara

Administrasi Publik / Administrasi Negara / Kebijakan Publik / Manajemen Publik / Ekonomi Pembangunan / Manajemen SDM / Psikologi / Ilmu Hukum / Hubungan Internasional /

interoperability requirements in the OGC standards development process, and then by adopting procurement language that calls for OGC standards in the geospatial and location

Gambar 4 Kromatogram ekstrak metanol bebas-tanin pada berbagai eluen Dengan eluen etil asetat, masih terdapat noda yang belum memisah sempurna, maka dibuat komposisi