• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Shopping Lifestyle dan Display Terhadap Impulse Buying (Survey Pada Konsumen di Matahari Department Store di BIP, Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Shopping Lifestyle dan Display Terhadap Impulse Buying (Survey Pada Konsumen di Matahari Department Store di BIP, Bandung)"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

DI BIP, BANDUNG)

The Influence Of Shopping Lifestyle And Dsiplay On Impulsive Buying

(Survey Of Consumers In Matahari Department Store In BIP, Bandung)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Jenjang S1

Program Studi Manajemen

Pembimbing: Dr. Raeni Dwisanty, SE., M.Si.

Disusun Oleh :

Nama : Dhio Permana D NIM : 21210009

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

MOTTO ... iii

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1LatarBelakangMasalah ... 1

1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 9

1.2.1Identifikasi Masalah ... 9

1.2.2Rumusan Masalah ... 9

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.3.1Maksud Penelitian ... 10

1.3.2Tujuan Penelitian ... 10

1.4Kegunaan Penelitian... 11

(3)

vii

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka ... 13

2.1.1 Shopping Lifestyle ... 13

2.1.1.1 Indikator Shopping Lifestyle ... 15

2.1.2Display ... 15

2.1.2.1 Tujuan Pelaksanaan Display ... 15

2.1.2.2 Macam – macam Display ... 17

2.1.3Impulse Buying ... 21

2.1.3.1 Tipe-Tipe Impulse Buying ... 22

2.1.3.2 Penyebab Terjadinya Impulse Buying ... 24

2.1.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Impulse Buying ... 25

2.1.3.3.1 Pendekatan Kognitif ... 25

2.1.3.3.2 Pendekatan Afektif ... 26

2.1.3.4 Karakteristik Impulse Buying ... 26

2.2 KerangkaPemikiran ... 32

2.2.1 Keterkaitan Antar Variabel ... 36

2.2.1.1 Hubungan Antara Shopping Lifestyle Terhadap Impulse Buying ... 36

2.2.1.1 Hubungan Antara Display Terhadap Impulse Buying 37 2.3 Hipotesis ... 39

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 ObjekPenelitian ... 41

(4)

viii

3.2.1 DesainPenelitian ... 42

3.2.2 Operasional Variabel ... 44

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 48

3.2.3.1 Sumber Data ... 48

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 49

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.2.4.1 Uji Validitas ... 53

3.2.4.2 Uji Reliabilitas ... 53

3.2.5 Rancangan Analisis dan Perancangan Hipotesis... 58

3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 58

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 67

4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 67

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 69

4.1.3 Logo Perusahaan ... 69

4.1.4 Struktur Organisasi ... 70

4.1.5 Deskripsi Jabatan... 70

4.2 Karakteristik Responden ... 72

4.2.1 Analisis Deskriptif Hasil Tanggapan Responden ... 76

4.2.1.1 Analisis Deskriptif Variabel Shopping Lifestyle (X1) 76 4.2.1.2 Variabel Display (X2) ... 85

(5)

ix

4.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 106

4.2.3 Uji Koefisien Korelasi Pearson ... 108

4.2.4 Uji Koefisien Determinasi ... 110

4.2.5 Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F) ... 113

4.2.6 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 114

4.2.6.1Pengujian Hipotesis Shopping Lifestyle Terhadap Impulse Buying ... 114

4.2.6.2Pengujian Hipotesis Display Terhadap Impulse Buying ... 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 118

5.2 Saran ... 119

(6)

120

Impulse Buying, World Applied Sciences Journal 13 (9): 2108-2117. Buchari Alma. 2011. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa: Edisi Revisi.

Bandung: Alfabeta.

Buchari Alma. 2009. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung:Alfabeta.

Christina Whidya Utami. 2010. Manajemen Ritel. Strategi dan Implementasi Operasional Bisnis Ritel Modern di Indonesia. Edisi 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Herabadi, Astrid Gisela. 2003. Buying Impulses : A Study on Impulsive Consumption. Dissertation. Social Psychology. Catholic University of Nijmegen, The Netherlands.

Hartanto, Adrian & Haryanto, Jony Octavian. 2012. Pengaruh display, kepercayaan merek, keakraban merek, persepsi harga terhadap intens pembelian dan pembelian tak terencana. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Kristen Satya Wacana.

Japarianto, E. and Sugiharto, S. 2011. Pengaruh shopping life style dan fashion involvement terhadap impulse buying behavior masyarakat high income surabaya . Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol. 6, No. 1, pp.32-41

Narimawati, Umi. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia Aplikasi & Contoh Perhitungannya. Jakarta: Agung Media

Peter, J.P. & Olson, L.C. 2008. Consumer Behavior and Marketing Strategy. Eighth Edition. New York. McGraw-Hill/Irwin, Inc.

Schiffman, L., & Kanuk,L. 2004. Perilaku Konsumen. New Jersey: Prentice Hall Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(7)

Tendai, Mariri dan Crispen, Chipunza. (2009), “In-store environment and

impulsive buying”, African Journal of Marketing Management, Vol. 1(4) pp. 102-108.

(8)

vi

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Shopping Lifestyle dan Display terhadap Impulse Buying survey pada konsumen Matahari Department Store BIP ”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari tanpa adanya dukungan dan bantuan tersebut maka maksud dari penulisan ini tidak akan terpenuhi.

Terimakasih dan penghargaan penulis berikan kepada:

 Yth. Dr. Ir Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas

Komputer Indonesia.

 Yth. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., SPEC. Lic selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

 Yth Dr. Raeny Dwi Santy, SE., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

 Yth. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si. Selaku dosen wali

MN-1 angkatan 2010, atas bantuan yang telah diberikan selama menjalani masa studi.

 Yth. Dr. Raeny Dwi Santy, SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang

(9)

vii

memberikan kritik dan saran dalam pembuatan skripsi ini.

 Ibu Dr. Rahma Wahdiniwaty, Dra., M.Si. selaku dosen penguji, yang

telah memberikan kritik dan saran dalam pembuatan skripsi ini.

 Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis

dengan pengetahuan sertai lmu yang sangat berharga.

 Khusus bagi penulis mengucapkan yang setulusnya kepada kedua orang

tua saya Yunus Permana dan Sri Setianingsih yang tak henti-hentinya memberikan do’a dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

 Dhea Nur Yusri dan Rizky Sugihadi Wibowo, kakak yang selalu

mendukung dan membantu saya.

 Mikaila dan Malika, keponakan yang selalu menghibur ketika jenuh

mengerjakan skripsi ini.

 Terima kasih kepada sahabat saya Dyandra Agnidar Pratiwi, Gilang

(10)

viii ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan,untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca diharapkan demi kesempurnaan penelitian ini.

Bandung, Agustus 2014 Penulis

(11)

1

1.1Latar Belakang

Dalam era perdagangan bebas sekarang ini, persaingan di dunia industri maupun konsumsi menjadi semakin meningkat, bertambah majunya teknologi dan berbagai macam keinginan masyarakat mengharuskan pengusaha untuk dapat melakukan kegiatan pemasaran yang sesuai dengan kondisi pemasaran yang ada. Hal ini dapat kita rasakan dengan semakin banyaknya perusahaan baik yang memproduksi barang ataupun jasa yang menyebabkan persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Oleh karena itu perusahaan harus dapat mencari strategi, peluang dan tantangan pada masa yang akan datang dimana produsen berlomba memperebutkan pangsa pasar barang dan jasa yang dihasilkan, sehingga perusahaan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk menyalurkan produk dari produsen ke konsumen salah satu caranya adalah dengan melalui penyaluran dengan menggunakan satu perantara yang disebut saluran perdagangan eceran atau ritel.

(12)

Department Store Tbk. menjadi milik Meadow Asia Co. Ltd. Matahari merupakan salah satu anak perusahaan dari Matahari Putra Prima yang merupakan salah satu anak perusahaan dari Meadow Asia Co. Ltd. Dengan adanya department store seperti ini keinginan konsumen untuk memiliki suatu barang akan semakin meningkat, dengan banyaknya jenis dan model pakaian yang di jual membuat mata para konsumen dimanjakan hal ini dapat menimbulkan seseorang melakukan pembelian tidak terencana (impulse buying) karena yang sebelumnya datang untuk melihat-lihat akhirnya memutuskan untuk melakukan pembelian, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku pembelian tidak terencana seperti spontan melakukan pembelian, teringat ketika melihat suatu barang, adanya stimulus, barangnya tidak memakan tempat, dll. Dibandingkan dengan outlet ataupun distro department store lebih memiliki banyak sekali jenis - jenis pakaian mulai dari pakaian anak – anak sampai dengan pakaian dewasa serta promosi yang dilakukan lebih menarik, hal ini yang banyak membuat para konsumen tertarik untuk membeli ataupun sekedar datang untuk melihat – lihat dan dapat melakukan perilaku pembelian tidak terencana.

(13)

Menurut Zablocki dan Kanter (1976, p. 269-297) dalam Japarianto dan Sugiharto (2011;33) Shopping lifestyle mengacu pada pola konsumsi yang mencerminkan pilihan seseorang tentang bagaimana cara menghabiskan waktu dan uang. Dalam arti ekonomi, shopping lifestyle menunjukkan cara yang dipilih oleh seseorang untuk mengalokasikan pendapatan, baik dari segi alokasi dana untuk berbagai produk dan layanan, serta alternatif-alternatif tertentu dalam pembedaan kategori serupa. Dengan ketersediaan waktu konsumen akan memiliki banyak waktu untuk berbelanja dan dengan uang konsumen akan memiliki daya beli yang tinggi.

Tabel 1.1

Fenomena Shopping Lifestyle

Shopping Lifestyle (X1)

Pernyataan

Jawaban

Ya Tidak

Saya lebih memilih tempat belanja yang dapat mencerminkan status sosial saya dibandingkan tempat

lain.

4 26

13,3 % 86,7 %

Cara saya dalam menghabiskan waktu luang adalah dengan rutin

berbelanja.

8 22

26,7 % 73,3 %

Indikator : Kegiatan Ruitin Berbelanja, Berbelanja Merupakan Kegiatan Sosial, Tempat Berbelanja Menunjukkan Status Sosial, Perencanaan Secara Periodik Untuk Berbelanja. Total Responden : 30

(14)

namun mereka lebih memilih untuk menghabiskan waktunya untuk beristirahat atau bersantai.

Hal ini juga di dukung dari Studi dari Coob and Hoyer (1986) dalam Tirmizi (2009;528) menyebutkan hubungan yang kuat antara gaya hidup belanja dan perilaku pembelian impuls. Tirmizi (2009;528) Namun dalam studi kami gaya hidup belanja berhubungan negatif dengan perilaku pembelian impuls keseluruhan yang jelas dari kenyataan bahwa sebagian besar konsumen adalah pembeli biasanya karena 53,3% dari mereka memegang gelar master dan dapat merencanakan pembelian mereka. Para pembeli ini biasanya membeli dari toko rutin atau toko-toko dan sebagian besar menghindari membeli impuls.

Hal yang mempengaruhi seseorang dengan gaya hidup berbelanja terutama dalam hal berpakaian yaitu ingin memiliki perbedaan status di masyarakat, terpengaruh tawaran iklan dan cenderung untuk membelinya dan menyukai merek – merek terkenal. Dalam perubahan gaya hidup tersebut konsumen akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.

Belakangan ini strategi in-store promotion banyak dilakukan oleh para peritel

termasuk Matahari Department Store. Hal ini dapat dilihat dengan semakin

banyaknya iklan-iklan yang dibuat melalui display toko baik berupa iklan poster,

gambar – gambar harga yang ditempelkan pada rak di dalam toko, iklan yang

(15)

ataupun oleh perasaan lainnya. Dengan adanya iklan atau promosi di dalam toko diharapkan akan menarik minat konsumen untuk membeli produk tersebut.

Tabel 1.2 Fenomena Display

Display (X2)

Pernyataan

Jawaban

Ya Tidak

Saya masuk kedalam toko yang memajangkan barang-barang, gambar-gambar, kartu harga dengan

penataannya yang menarik.

13 17

43,3 % 56,7 %

Saya masuk kedalam toko karena pemajangan barang di luar tokonya

menarik.

10 20

33,3 % 66,7 %

Indikator : Window Display, Interior Display, Exterior Display. Total Responden : 30

Dari 30 kuisioner awal yang disebarkan, peneliti menemukan fenomena yaitu sebanyak 56,7 % konsumen tidak ingin masuk kedalam toko karena merasa tidak tertarik, ini membuktikan bahwa konsumen tidak terpengaruh pada tampilan depan toko dengan berbagai pajangan barang maupun gambar-gambar serta kartu harga. Sebanyak 66,7 % konsumen menyatakan tidak tertarik untuk memasuki toko karena pemajangan barangnya di luar toko tersebut terasa biasa saja tidak menimbulkan perasaan penasaran.

(16)
(17)

Tabel 1.3

Fenomena Impulse Buying

Impulse Buying (Y)

Pernyataan

Jawaban

Ya Tidak

Biasanya saya hanya membeli barang yg telah saya rencanakan

utuk dibeli.

24 6

80 % 20 %

Saya sulit menahan diri & tidak membeli barang yang menarik

perhatian di toko.

13 17

43,3 % 56,7 %

Indikator : Kognitif dan Afektif. Total Responden : 30

Dari 30 kuisioner awal yang disebarkan, peneliti menemukan fenomena yaitu sebanyak 80 % responden menyatakan jika mereka terbiasa dengan membuat rencana terlebih dahulu sebelum membeli barang alasannya karena keuangan yang terbatas serta memikirkan dampak negatif yang akan dirasakan. Sebanyak 56,7 % responden dapat menahan diri dan tidak membeli barang yang menarik perhatian di toko tersebut alasannya karena sudah melakukan perencanaan sebelum pergi ke suatu tempat perbelanjaan.

Para pemasar mencoba memahami perilaku pembelian konsumen agar mereka dapat memberikan kepuasan yang lebih besar kepada konsumen dan membuat para konsumen memutuskan untuk membeli suatu barang..

(18)

lingkungan, budaya serta keluarga yang mengharuskan mereka (konsumen) membuat keputusan untuk membeli. Dibalik pengaruh tersebut pengaruh pisikologi serta karakteristik konsumenpun mempengaruhi seseorang dalam melakukan pembelian, faktor pisikologi juga di pengaruhi oleh tidak bisa mengontrol diri karena ingin segera membeli serta faktor emosi para konsumenpun berpengaruh pada keputusan pembelian seperti pengaruh keadaan ekonomi konsumen, perasaan yang cemas serta rasa bersalah dapat mempengaruhi keputusan pembelian seseorang namun dari hal positif dapat dipengaruhi oleh perasaan yang sedang senang dan gembira.

Perkembangan sebuah kota menjadi kota metropolis di antaranya ditandai dengan banyak berdirinya berbagai pusat perbelanjaan seperti mall-mall. Jumlah mall yang terus bertambah menunjukkan bahwa masyarakat perkotaan merespon positif keberadaan pusat perbelanjaan karena bisa memberikan manfaat sesuai dengan kebutuhan.

(19)

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan dengan uraian latar belakang di atas, bahwa semakin berkembangnya usaha ritel khususnya department store, setiap department store membuat strateginya masing-masing untuk mendorong konsumen agar melakukan pembelian terencana maupun tidak terencana. Matahari Department Store butuh membangun strateginya yaitu dengan melakukan penataan yang unik dan mempunyai ciri khas atau perbedaan dengan department store lain. Namun display Matahari Department Store dinilai kurang menarik perhatian, sebagian besar dikarenakan penataan barang di dalam ruangan (interior display) Matahari Department Store tidak ada inovasi atau perubahan, sehingga konsumen merasa kurang tertarik untuk masuk ke dalam toko karena situasi toko yang sudah terprediksi. Kebanyakan konsumen sudah merencanakan terlebih dahulu barang apa saja yang akan mereka beli agar dapat menghemat biaya dan waktu.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pertanyaan penelitian yang di ajukan:

1. Bagaimana Shopping Lifestyle konsumen Matahari Departmen Store BIP.

(20)

3. Bagaimana Impulse Buying konsumen Matahari Department Store BIP.

4. Seberapa besar pengaruh Shopping Lifestyle konsumen dan Display terhadap perilaku Impulse Buying konsumen pada Matahari Departemen Store BIP baik secara simultan dan parsial.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan mencari informasi sebagai bahan dalam penelitian yang berhubungan dengan Shopping Lifestyle dan Display terhadap Impulse Buying.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Shopping Lifestyle konsumen Matahari Departmen Store BIP.

2. Untuk mengetahui tanggapan konsumen atas Display di Matahri Department Store BIP.

3. Untuk mengetahui Impulse Buying konsumen Matahari Department Store BIP.

(21)

1.4 Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat dan berguna bagi semua pihak yang berhubungan dengan topik yang penulis angkat, dan diharapkan bisa menjadi referensi untuk menghasilkan data yang lebih sempurna lagi.

Penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut : a. Kegunaan Praktis

1. Bagi perusahaan

Diharapkan hasil penelitian ini semoga bermanfaat bagi pihak perusahaan untuk dijadikan suatu acuan atau bahan pemikiran dalam merancang strategi pemasaran dalam penataan toko (store display) serta mengetahui perilaku konsumen agar terjadinya pembelian impulsif.

2. Bagi pembaca

Dengan adanya hasil penelitian ini, pembaca dapat mengetahui informasi tentang bagaimana pengaruh shopping lifestyle dan display terhadap impulse buying (pembelian impulsif)

b. Kegunaan Akademik

(22)

1. Bagi pengembangan ilmu pemasaran

Bagi pengembangan ilmu pemasaran semoga hasil penelitian ini dapat memberikan referensi tentang ada atau tidaknya pengaruh antara shopping lifestyle dan display terhadap impulse buying (pembelian impulsif).

2. Bagi peneliti lain

Semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi yang berguna bagi rekan-rekan yang membahas masalah yang sama dan diharapkan agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik dari yang sekarang.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dan pelaksanaan penelitian bertempat di Matahari Department Store BIP (Bandung Indah Plaza), Jl. Merdeka Bandung.

Tabel 1.4 Waktu Penelitian

Tahap Prosedur Bulan

Mret Aprl Mei Juni Juli Agsts

(23)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA,

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Shopping Lifestyle

Pemahaman tentang konsep gaya hidup berbelanja (shopping lifestyle) oleh beberapa peneliti:

Bagi sebagian konsumen berbelanja merupakan hal yang sudah menjadi lifestyle mereka, mereka rela mengorbankan sesuatu demi mendapatkan produk yang mereka senangi. Hal ini didukung dengan pernyataan Leon Tan dalam Japarianto (2011:33) yang mengatakan bahwa bayang-bayang resesi global, baik secara langsung atau tidak langsung, ikut mempengaruhi pola berpikir dan lifestyle masyarakat, termasuk dalam cara berbelanja.

(24)

Cobb dan Hoyer (1986) dalam Tirmizi, et.al (2009;524) memahami gaya

hidup berbelanja dengan menyatakan: “Shopping lifestyle is defined as the

behavior exhibited by purchaser with regard to the series of personal responses and opinions about purchase of the products.” Maksud dari pendapat ini bahwa

gaya hidup berbelanja didefinisikan sebagai perilaku yang diperlihatkan oleh pembelanja memperhatikan pada respon personal dan opini atas pembelian sebuah produk.

Menurut Zablocki dan Kanter (1976, p. 269-297) dalam Japarianto dan Sugiharto (2011;33) Shopping lifestyle mengacu pada pola konsumsi yang mencerminkan pilihan seseorang tentang bagaimana cara menghabiskan waktu dan uang. Dalam arti ekonomi, shopping lifestyle menunjukkan cara yang dipilih oleh seseorang untuk mengalokasikan pendapatan, baik dari segi alokasi dana untuk berbagai produk dan layanan, serta alternatif-alternatif tertentu dalam pembedaan kategori serupa.

Cobb dan Hoyer (1986) dalam Japarinto dan Sugiharto (2011;33) mengemukakan bahwa untuk mengetahui hubungan shopping lifestyle terhadap impulse buying behavior adalah dengan menggunakan indikator:

1. Menanggapi untuk membeli setiap tawaran iklan mengenai produk fashion .

(25)

4. Yakin bahwa merk (produk kategori) terkenal yang di beli terbaik dalam hal kualitas.

5. Sering membeli berbagai merk (produk kategori) daripada merk yang biasa di beli.

6. Yakin ada dari merk lain (kategori produk) yang sama seperti yang di beli.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa shopping lifestyle merupakan cara seseorang untuk menggunakan waktu dan uang untuk membeli berbagai macam produk yang mencerminkan perbedaan status sosial.

2.1.1.1 Indikator Shopping Lifestyle

Berdasarkan pada pendapat Cobb dan Hoyer (1986) dalam Tirmizi, et.al (2009;527), maka bisa dirinci indikator dari shopping lifestyle, sebagai berikut:

1. Berbelanja merupakan kegiatan rutin untuk memenuhi semua kebutuhan. 2. Berbelanja merupakan kegiatan sosial untuk bisa berhubungan dengan

orang lain.

3. Berbelanja dengan memilih tempat berbelanja menunjukkan status sosial konsumen.

4. Terdapat perencanaan secara periodik untuk berbelanja.

2.1.2 Display

(26)

membantu mereka agar mudah mengamati, memilih barang dan pada akhirnya melakukan pembelian. Pelaksanaan display yang efektif akan meningkatkan penjualan dan dapat merangsang keputusan pembelian konsumen dan secara seketika display dapat merubah suasana toko lebih menarik .

Buchari Alma (2011;189) Keinginan membeli sesuatu, yang tidak didorong oleh sesuatu, yang tidak didorong oleh seseorang, tetapi di dorong oleh daya tarik, atau penglihatan ataupun oleh perasaan lainnya. Menurut Willian J. Shultz dalam Buchari Alma (2011;189) “Display consist of stimulating customer’s attention and interest in a product or a store, and desire to buy the product or patronize the store, thought direct visual appeal”. Display berarti usaha mendorong perhatian

dan minat konsumen pada toko atau barang dan mendorong keinginan membeli melalui daya tarik penglihatan langsung (direct visual appeal).

Menurut Utami (2006) dalam Hartanto dan Octavian (2012;265) mengemukakan bahwa titik penjualan dapat dilaksanakan dengan cara memajang produk (display) di counter, lantai dan jendela (window display) yang memungkinkan ritel untuk mengingatkan para pelanggan dan sekaligus merangsang pola perilaku belanja tak terencana.

(27)

2.1.2.1 Tujuan Pelaksanaan Display

Memajangkan barang di dalam toko dan di etalase, mempunyai pengaruh besar terhadap penjualan. Berhasilnya self-service menjual barang-barangnya tergantung dari pelaksanaan display, seperti dapat dilihat di supermarket.

Menurut Buchari Alma (2011;189) Tujuan display dapat digolongkan menjadi:

1. Untuk menarik perhatian (attention interest) para pembeli. Hal ini dilakukan menggunakan warna-warna, lampu-lampu dan sebagainya.

2. Untuk dapat menimbulkan keinginan memiliki barang-barang yang dipamerkan di toko (attention, interest) kemudian para konsumen masuk ke dalam toko dan melakukan pembelian (desire + action).

2.1.2.2 Macam – Macam Display

Selanjutnya, menurut Buchari Alma (2011:189) display dibagi menjadi 3 macam yaitu:

1. Windows Display

(28)

a. Untuk menarik perhatian orang-orang yang lewat.

b. Menyatakan kualitas yang baik, atau harga yang murah, sebagai ciri khas dari toko tersebut.

c. Memancing perhatian terhadap barang-barang istimewa yang dijual toko.

d. Untuk menimbulkan impulse buying (dorongan seketika untuk membeli).

e. Agar menimbulkan daya tarik terhadap keseluruhan daya toko.

2. Interior Display

Yaitu memajangkan barang-barang, gambar-gambar, kartu-kartu harga, poster-poster di dalam toko misalnya di lantai, di meja, di rak-rak dan sebagainya. Interior display ini ada beberapa macam:

A. Merchandise Display

Barang-barang dagangan dipajangkan di dalam toko dan ada tiga bentuk memajangnya:

1) Open Display

(29)

2) Closed Display

barang dipajangkan dalam suasana temapt tertutup. Barang-barang tersebut tidak dapat dihampiri dan dipegang atau diteliti oleh calon pembeli kecuali atas bantuan petugas. Jelas ini bertujuan melindungi barang dari kerusakan, pencurian dan sebagainya.

3) Architecture Display

Memperlihatkan barang-barang dalam penggunaanya misalnya di ruang tamu, meubel di kamar tidur, dapur dengan perlengkapaanya, dan sebagainya. Cara ini dapat memperbesar daya tarik karena barang-barang dipertunjukan secara realistis.

B. Store Sign and Decoration

Tanda-tanda, simbol-simbol, lambang-lambang, poster-poster, gambar-gambar, bendera-bendera, semboyan-semboyan dan sebagainya disimpan di atas meja atau digantung di dalam toko. Store design digunakan untuk membimbing calon pembeli ke arah barang dagangan dan memberi keterangan kepada mereka tentang kegunaan barang-baranng tersebut. “decoration” pada umumnya digunakan dalam rangka peristiwa khusus seperti penjualan pada saat Hari Raya, Natal, Tahun Baru dan sebagainya.

C. Dealer Display

(30)

display ini juga memberi peringatan kepada para petugas penjualan agar mereka tidak memberikan keterangan yang tidak sesuai dengan petunjuk yang ada dalam gambar tersebut.

3. Exterior Display

Ini dilaksanakan dengan memajangkan barang-barang diluar toko misalnya, pada waktu mengadakan obral, pasar malam. Display ini mempunyai beberapa fungsi antara lain:

a. Memperkenalkan suatu produk secara tepat dan ekonomis.

b. Membantu para produsen menyalurkan barang-barangnya dengan cepat dan ekonomis.

c. Membantu mengkoordinasikan advertising dan merchandising.

d. Membangun hubungan yang baik dengan masyarakat misalnya pada hari Raya, Ulang Tahun dan sebagainya.

Menurut Beger (1989) Hartanto dan Octavian (2012;265), ada beberapa macam display yang ada pada usaha ritel, yakni:

(31)

Counter, yaitu merupakan salah satu bentuk display yang sesuai dengan produk kosmetik, obat-obatan, parfum atau barang-barang yang tidak memakan banyak tempat dan cocok bagi toko atau ritel outlet yang mempunyai ruang terbatas.

Display Stand In Front Of Chasier, yaitu jenis display biasanya di depan meja

kasir untuk menata produk ringan.

2.1.3 Impulse Buying

Pembelian impulsif seperti semua perilaku pembelian, umunya dipengaruhi oleh sejumlah faktor pribadi, lokasi dan budaya. Faktor-faktor ini tidak hanya secara substansial berbeda antara konsumen yang satu dengan yang lainnya, tetapi juga berubah-ubah untuk konsumen yang sama di bawah situasi yang berbeda-beda.

Pemahaman tentang konsep pembelian impulsif (impulse buying) dan pembelian tidak direncanakan oleh beberapa peneliti:

(32)

Menurut Kacen dan Lee (2002, dalam Abdolvand dkk., 2011:2109), karakteristik dari pembelian secara impulse, yaitu sebagai pembelian yang tidak melibatkan perhitungan atau mengikuti ego mereka dan disertai dengan pertimbangan yang kurang. Pelanggan yang sering melakukan pembelian secara impulsif sering kali mempunyai perhatian yang sangat rendah terhadap adanya potensi kemungkinan terjadinya dampak negatif sebagai hasil dari tindakan yang mereka lakukan. Menurut Utami (2010:67) mengatakan bahwa pembelian impulsif terjadi ketika konsumen tiba-tiba mengalami keinginan yang kuat dan kukuh untuk membeli sesuatu secepatnya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Impulse Buying mreupakan pembelian yang tanpa di rencanakan yang di dorong oleh adanya faktor stimulus dan spontanitas serta pengaruh visual serta keinginan yang kuat dan kukuh untuk membeli suatu barang dengan segera namun dapat mengaibatkan dampak yang negatif kepada pembelinya (konsumen).

2.1.3.1 Tipe-Tipe Impulse Buying

Menurut Stern dalam London dan Bitta (1998:81) dalam buku Christina Widya Utami(2010;68) menyatakan bahwa ada empat tipe pembelian impulsif yaitu:

1. Pure Impulse

(33)

2. Reminder Impulse

Ketika konsumen membeli berdasarkan jenis impuls ini, hal ini dikarenakan unit tersebut biasanya memang dibeli juga, tetapi tidak terjadi untuk diantisipasi atau tercatat dalam daftar belanja. Contohnya: ketika sedang menunggu antrean untuk membeli sampo di konter toko obat, konsumen melihat merek aspirin pada rak dan ingat bahwa persediannya di rumah akan habis, sehingga ingatan atas penglihatan pada produk tersebut memicu pembelian yang tidak terencana.

3. Suggestion Impulse

Suatu produk yang ditemui konsumen untuk pertama kali akan menstimulasi keinginan untuk mencobanya. Contohnya: seorang ibu rumah tangga yang secara tidak sengaja melihat produk penghilang bau tidak sedap di suatu counter display, hal ini secara tidak langsung akan merelasikan produk tersebut didasarkan atas pertimbangan tentang adanya bau disebabkan karena aktifitas memasak di dalam rumah dan kemudian membelinya.

4. Planned Impulse

(34)

Menurut Christina Widya Utami 2010:68) terdapat tiga perspektif yang digunakan untuk menjelaskan pembelian impulsif:

 Karakteristik produk yang dibeli,

 Karakteristik konsumen,

 Karakteristik display tempat belanja.

2.1.3.2Penyebab Terjadinya Impulse Buying

Menurut Christina Widya Utami (2010:69) terdapat dua penyebab terjadinya pembelian impulsif.

 Pengaruh stimulus di tempat belanja.

 Pengaruh situasi.

(35)

2.1.3.3 Faktor Yang Memengaruhi Impulse Buying

Menurut Peter dan Olson (2008;39), faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif adalah :

Cogtitive

kognitif lebih mengacu pada proses berpikir dimana didalamnya terdapat pengetahuan (knowledge), arti/maksud (meaning) dan kepercayaan (trust).

Affective

afektif biasanya segera berpengaruh dan secara otomatis terhadap aspek-aspek dari emosi (emotions) dan perasaan (feeling states).

2.1.3.3.1 Pendekatan Kognitif

(36)

atau energy dan berkurangnya sumber daya ini membuat kontrol diri kurang efektif.

2.1.3.3.2 Pendekatan Afektif

Asumsi yang mendasari pendekatan afektif adalah adanya hubungan antara keadaan emosi konsumen, misalnya suasana hati dengan pembelian impulsif. Ada beberapa cara untuk mempelajari hubungan ini, misalnya melihat pengaruh keadaan emosional terhadap pembelian impulsive atau melihat pengaruh pembelian impulsif terhadap keadaan emosi. Pengaruh negatif keadaan ekonomi , seperti kecemasan dan rasa bersalah serta pengaruh positif seperti kegembiraan dan kesenangan telah diteliti. Selain studi-studi yang berkonsentrasi hanya pada keadaan emosi dan dorongan pembelian, unsur emosi hadir dalam banyak penelitian pembelian impulsif.`Sebagai contoh, sebuah studi yang dilakukan oleh Beatty dan Ferrell (1998 dalam Mesiranta, 2009), menunjukkan bahwa emosi positif saat berbelanja meningkatkan dorongan untuk membeli impulsif, sedangkan emosi negatif saat berbelanja tampaknya tidak mempengaruhi dorongan pembelian impulsif.

2.1.3.4 Karakteristik Impulse Buying

(37)

1. Spontanitas. Pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli sekarang, sering sebagai respons terhadap stimulasi visual yang langsung di tempat penjualan.

2. Kekuatan, kompulsi, dan intensitas. Mungkin ada motivasi untuk mengesampingkan semua yang lain dan bertindak dengan seketika.

3. Kegairahan dan stimulasi. Desakan mendadak untuk membeli sering

disertai dengan emosi yang dicirikan sebagai “menggairahkan”,

“menggetar-kan,” atau “ liar.”

4. Ketidakpedulian akan akibat. Desakan untuk membeli dapat menjadi begitu sulit ditolak sehingga akibat yang mungkin negatif diabaikan.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan

1. Edwin

1. Shopping lifestyle berpengaruh signifikan terhadap impulse buying behavior pada masyarakat high income di Galaxy Mall Surabaya

2. Shopping lifestyle memiliki pengaruh yang paling dominan diantara variabel lain yang ada terhadap impulse buying behavior pada masyarakat high income di Galaxy Mall

(38)

Behaviors In dan lantai merchandise tampaknya tidak secara signifikan menyebabkan mahasiswa 'perilaku pembelian impulsif, hasilnya masih menunjukkan bahwa variabel tersebut dan konsumen perilaku pembelian impuls berkorelasi secara signifikan. Hal ini dapat disepakati bahwa keempat jenis visual merchandising (yaitu, window display, tampilan bentuk / manekin di toko, lantai merchandising, dan promosi signage) secara signifikan terkait dan hubungan yang menghasilkan pengaruh pada perilaku pembelian impulsif konsumen. mean dengan teoritis mean melalui t-test menunjukkan lebih pakaian impulse buying dan pendekatan promosi (cash discount) antara penggunaan sampel, untuk pembelian impuls.

1. Tidak

Secara simultan variable promosi penjualan (X1), Display toko (X2), Personal selling (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan impulsif buying menunjukkan bahwa ada hubungan yang lemah keluar antara gaya hidup konsumen , keterlibatan

(39)

and M. dengan perilaku pembelian impuls termasuk aspek perilaku sikap serta perilaku konsumen membeli. Tahap pra - keputusan perilaku pembelian konsumen didirikan hubungan yang kuat dengan perilaku pembelian impuls dari konsumen. termasuk iklan penjualan efektif di dalam toko komunikasi. In-store stimuli merupakan pengaruh penting dari pembelian impulsif, semakin sukses tingkat rangsangan dalam toko dalam menarik perhatian pelanggan potensial, bersesuaian besar keputusan untuk membeli tanpa mengunjungi toko tambahan. Berbagai strategi pemasaran harus dipertimbangkan berkaitan dengan distribusi dan promosi produk seperti ramah dan berpendidikan asosiasi penjualan, dan juga menciptakan dan menampilkan yang menarik. Bersama ini bisa meningkatkan keadaan kognitif dengan meningkatkan pengolahan informasi dan membantu dengan musyawarah,

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

(40)

seperti harga, promosi toko, ukuran kontinu waktu antar pembelian daripada ukuran kategoris digunakan dalam mungkin moderat pilihan strategi pencarian dan membuat pembelian impuls. Para peneliti juga menunjukkan bahwa konsumen terlibat dalam belanja perjalanan serbaguna dan mereka beralih bolak-balik antara epistemic dan strategi pencarian hedonis seluruh pengalaman belanja

(41)
(42)

menemukan bahwa konstruksi dari nilai-nilai budaya dan gaya hidup (kepuasan hidup, kepuasan keuangan, gaya hidup, kontak kelompok, peran dan keamanan jender) memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif konsumen Pakistan.

2.2 Kerangka Pemikiran

Penulis ingin membahas topik tentang gaya hidup berbelanja atau shopping lifestyle, display, dan impulse buying pada konsumen Matahari Department Store BIP. Matahari Department Store merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang menyediakan produk-produk mulai dari pakaian dewasa serta anak-anak, mainan anak-anak sampai boneka-boneka di kota Bandung. Dalam usahanya Matahari Deparment Store menargetkan pasarnya kepada konsumen menengah keatas. Matahari Department Store menyediakan berbagai produk pakaian seperti : kemeja, kaos, celana, tas, sepatu, aksesoris, yang berkualitas tinggi dan sangat baik serta bermerek dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang memiliki sifat suka berbelanja.

(43)

(2011;33) mengatakan shopping lifestyle merupakan ekspresi tentang lifestyle dalam berbelanja yang mencerminkan perbedaan status sosial.

Keinginan untuk memiliki suatu barang sering kali muncul ketika berada di toko atau di mall hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal seperti pengaruh visual atau display yang dapat mendorong seseorang untuk membeli suatu barang karena tertarik dengan barang yang di pajang. Menurut Engel dan Blacwell (1982) dalam Japarianto dan Sugiharto (2011;34), mendefinisikan unplanned buying adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko.

Matahari Department Store adalah salah satu usaha ritel yang sudah terkenal di Indonesia khususnya Bandung dan Matahari Department Store membangun strateginya untuk mendorong agar konsumennya melakukan pembelian baik terencana, maupun tak terencana. Menurut Buchari Alma (2011:189) display yaitu keinginan membeli sesuatu, yang tidak didorong oleh seseorang, tapi didorong oleh daya tarik, atau oleh penglihatan ataupun oleh perasaan lainnya.

Display dibagi menjadi 3 macam yaitu: 1. Windows display

(44)

2. Interior display

Merupakan penataan barang dagangan yang ada di dalam ruangan toko. Pajangan yang berada di dalam toko mengenai ketepatan dekorasi, kerapihan barang-barang yang di tata, kebersihan ruangan toko. Pajangan tersebut biasanya diletakkan di lantai, di meja, dan di rak-rak.

3. Exterior display

Merupakan penataan barang dagangan yang letaknya di luar toko. Ini dilaksanakan dengan memajangkan barang-barang diluar misalnya, pada waktu mengadakan obral, pasar malam, penjelasan tulisan dan mudah di ingatnya papan nama.

Dari ketiga macam display tersebut Matahari Department Store mengaplikasikan ketiga display tersebut dalam usahanya dan menurut Buchari Alma (2009:58) banyak sekali faktor-faktor yang mendorong toko-toko eceran kearah kemajuan antara lain:

1. Lokasi/Tempat Toko Eceran

Tempat yang strategis dari took eceran ini sangat besar pengaruhnya kepada kemajuan kelancaran penjualan barang pada toko tersebut.

2. Kelengkapan Barang

(45)

3. Keramahan Dan Kecepatan Melayani

Dalam hal ini sangat berlaku ungkapan “pembeli adalah raja” dalam arti

kata bahwa setiappembeli harus dilayani sebaik mungkin. Hal ini akan menunujukkan kesan yang sangat baik dihati konsumen dan akan mengundang pembeli untuk tidak bosan-bosan untuk datang berbelanja ke toko yang bersangkutan.

4. Ketetapan Harga

Toko eceran yang menetapkan harga jual yang cukup murah, atau harga pasti, harus selalu mencari informasi supaya harga yang ditetapkan jangan terlalu tinggi daripada harga saingan dan ini harus benar-benar diperhatikan oleh toko eceran tersebut, terutama untuk barang-barang yang sangat terkenal.

5. Etalage/Windows Display

Setiap toko eceran dikota besar selalu mempunyai lemari kaca yang ditaruh di depan toko, walaupun dalam bentuk sederhana. Lemari kaca ini dapat digunakan untuk menyimpan contoh barang, tetapi harus dipilih barang-barang yang dapat menarik dan disusun sedemikian rupa sehingga menimbukan daya tarik, juga pengaturan etalase ini tidak haya di muka toko tetapi di dalam toko juga harus diperhatikan, seperti susunan barang-barang dalam rak-rak atau lemari-lemari harus pula diatur dan mempunyai daya tarik bagi konsumen. Sehingga dapat menimbulkan motivasi konsumen untuk membeli.

(46)

pembelian merek tertentu atau kategori produk tertentu pada saat masuk ke dalam toko sedangkan menurut Engel dan Blacwell (1982) dalam Japarianto dan Sugiharto (2011;34), mendefinisikan unplanned buying adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko.

Menurut Kacen dan Lee (2002, dalam Abdolvand dkk., 2011:2109), karakteristik dari pembelian secara impulse, yaitu sebagai pembelian yang tidak melibatkan perhitungan atau mengikuti ego mereka dan disertai dengan pertimbangan yang kurang. Pelanggan yang sering melakukan pembelian secara impulsif sering kali mempunyai perhatian yang sangat rendah terhadap adanya potensi kemungkinan terjadinya dampak negatif sebagai hasil dari tindakan yang mereka lakukan.

2.2.1 Keterkaitan Antar Variabel

2.2.1.1 Hubungan Antara Shopping Lifestyle Terhadap Impulse Buying Menurut Japarianto (2011) Cara seseorang atau konsumen dalam berbelanja untuk memenuhi kebutuhan serta keinginannya semakin mengalami peningkatan, hal ini menunjukan bahwa berbelanja telah menjadi sebuah gaya hidup untuk kebanyakan orang saat ini. Konsumen akan rela mengorbankan sesuatu demi memenuhi lifestyle dan hal tersebut akan cenderung mengakibatkan perilaku impulse buying.

(47)

impulse buying behavior adalah dengan menggunakan indikator: tawaran iklan, model terbaru, merek terkenal, kualitas terbaik, ingin membeli merek berbeda, mencari produk yang sama dengan merek yang lain.

2.2.1.2 Hubungan Antara Display Terhadap Impulse Buying

Menurut Ping Liang (2008) dalam Hartanto dan Octavian (2012;269), menjelaskan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pembelian tidak terencana yaitu stimulus pemasaran yang disajikan oleh peruddahaan seperti periklanan atau diskon daya pikat istimewa sebuah produk dan display produk seperti display pemotongan harga 50% yang terlihat mencolok dan menarik perhatian konsumen dan akan menimbulkan pembelian tidak terencana. Sedangkan menurut Mariri Tendai (2009:104) aspek yang paling penting dalam retail untuk mengerti kebiasaan konsumen yaitu display di toko. Strategi display dapat mempengaruhi pembelian tak terencana konsumen.

(48)

Menurut Utami (2010:68) terdapat tiga perspektif yang digunakan untuk menjelaskan pembelian impulsif yaitu, karakteristik yang dibeli, karakteristik konsumen, dan karakteristik display tempat belanja. Karakteristik display tempat belanja seperti display di dekat konter pembayaran dandisplay pada ujung koridor terbukti menstimulasi terjdinya pembelian impulsif. Begitu juga, parameter desain rak belanja, seperti ruang antar rak, tingginya rak, dan arah menghadap rak, dapat mempengaruhi terjadinya perilaku pembelian impulsif.

(49)

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis

Umi Narimawati (2007;73) “Hipotesis dapat dikatakan sebagai pendugaan sementara mengenai hubungan antar variabel yang akan diuji kebenarannya. Karena sifatnya dugaan, maka hipotesis hendaknya mengandung implikasi yang lebih jelas terhadap pengujian hubungan yang dinyatakan.

1. Adanya pengaruh antara Shopping Lifestyle terhadap Impulse Buying pada Matahari Departemen Store BIP.

Display (X2)

- Window Displays - Interior Displays - Exterior Displays Shopping Lifestyle (X1)

- Kegiatan Rutin Berbelanja - Berbelanja Merupakan

Kegiatan Sosial - Tempat Berbelanja

Menunjukkan Status Sosial - Perencanaan Secara

Periodik Untuk Berbelanja

(50)
(51)

41

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian menurut Husein Umar (2005:303) :“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”.

Dari pengertian diatas, maka objek dari penelitian ini adalah shopping lifestyle (X1) dan Display (X2) sebagai variabel bebas (independent variable). Kemudian variabel terikat (dependent variable) adalah Impulse Buying (Y) pada konsumen di Matahari Department Store Bandung Indah Plaza (BIP).

3.2 Metode Penellitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan verifikatif.

Sugiyono (2013:56) mengemukakan, penelitian deskriptif adalah “Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu

variabel atau lebih”

Mashuri (2008 : 45) menyatakan bahwa, “ Metode verifikatif yaitu

(52)

Dalam Usulan Penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuisioner dan melakukan survei penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk pengumpulan data.

3.2.1 Desain Penelitian

Perencanaan dan perancangan penelitian dalam melakukan suatu penelitian sangat diperlukan agar penelitian yang sedang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.

Moh. Nazir (2013:70) menyatakan bahwa “Desain Penelitian adalah semua

proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.

Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.

Desain penelitian yang dibuat adalah sebagai berikut:

1. Mencari serta menetapkan fenomena yang terjadi pada Matahari Department Store BIP dan selanjutnya menetapkan judul penelitian. 2. Mengidentifikasi masalahan yang terjadi pada Matahari Department

Store BIP

(53)

4. Merumuskan masalah dari tujuan dan hipotesis untuk diuji. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah Shopping Lifestyle (X1), Display (X2) serta Impulse Buying (Y)

5. Menetapkan hipotesis penelitian sesuai dengan fenomena yang terjadi

pada Matahari Department Store BIP

6. Menyimpulkan penelitian agar dapat diperoleh penjelasan dan jawaban atas identifikasi masalah dalam penelitian yang sedang dikerjakan.

Tabel 3.1

Unit Analisis Time Horizon

(54)

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma hubungan antara dua variabel bebas yang mempunyai hubungan dengan satu variabel tergantung.

Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1

Desain Peneltian

3.2.2 Operasional Variabel

Sugiyono (2013:60), “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.”

Operasional variabel dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pengukuran variabel-variabel penelitian.

Shopping Lifestyle (X1)

Display (X2)

(55)

1. Variabel bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi penyebab atau timbulnya variabel dependent (terikat). Adapun yang menjadi variabel independent dalam penelitian ini adalah Shopping Lifestyle dan Display.

2. Variabel terikat (Dependent Variabel)

(56)

Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.2 Operasional Variabel

(57)

Display

diluar toko pada saat

(58)

Impulse Buying

perencanaan  Tingkat kurangnya

perencanaan

pertimbangan  Tingkat kurangnya

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Dalam penelitian ini mengenai Shopping Lifestyle, Display dan Impulse Buying merupakan data primer.

Sugiyono (2013:193), mengatakan bahwa “Sumber primer adalah sumber

(59)

Peneliti mengumpulkan sendiri data-data yang dibutuhkan, yang di dapat dari objek yang akan diteliti, kemudian data tersebut diolah menjadi sebuah informasi untuk peneliti. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil dari survey dan pengambilan data langsung.

Sugiyono (2013:193), sumber data sekunder adalah “Sumber yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen”. Menggunakan data sekunder dikarenakan peneliti mengumpulkan

informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain, yaitu informasi mengenai data-data terkait dengan shopping lifestyle dan display terhadap impulse buying. 3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Sebelum menentukan data yang akan diambil untuk dijadikan sampel, terlebih dahulu dikemukakan tentang populasi dan sampel.

1. Populasi

Sugiyono (2013:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh konsumen yang mengunjungi Matahari Department Store BIP Bandung yaitu sebanyak 2500 per hari.

2. Sampel

(60)

Sugiyono (2013:120), simple random sampling merupakan pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.

Metode penarikan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan Solvin, pendekatan ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

� =

1 + �2

Sumber : Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini dan Linna Ismawati (2010:38)

Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi

e = tingkat kesalahan dalam penelitian 10% atau 0,1

(61)

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

Penelitian lapangan (Field Research), dilakukan dengan cara melakukan peninjauan langsung pada perusahaan yang menjadi objek penelitian demi mendapatkan data primer (data yang diperoleh langsung dari Matahari Department Store BIP).

Data primer ini didapatkan melalui teknik – teknik sebagai berikut

a. Observasi ( Pengamatan Langsung )

Melakukan pengamatan secara langsung di Matahari Department Store BIP demi memperoleh data yang diperlukan. Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan variabel penelitian. Kemudian hasil dari observasi dapat dijadikan data pendukung dalam menganalisis dan mengambil kesimpulan.

b. Wawancara atau interview

(62)

c. Kuesioner

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk kemudian dijawabnya. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang telah diberi skor, dimana data tersebut nantinya akan dihitung secara statistik. Kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden yang berhubungan dalam penelitian ini. Hasil dari kuesioner ini yaitu berupa data-data mengenai pengaruh Shopping Lifestyle dan Display terhadap Impulse Buying.

Teknik pengolahan data hasil kuesioner menggunakan skala likert dimana alternatif jawaban nilai positif 5 sampai dengan 1. Pemberian skor dilakukan atas jawaban responden kemudian diberi skor dengan menggunakan skala likert, seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 3.3

Penentuan Skor Jawaban Kuesioner

Jawaban Skala Nilai

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Kurang Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak setuju 1

(63)

 Observasi, dilakukan terhadap sumber data sesuai dengan unit

observasi/analisis yang telah disebutkan.

Dokumentasi, dilakukan dengan menelaah dan mengkaji catatan/laporan dan dan dokumen-dokumen dari Matahari Departmen Store di Bandung Indah Plaza.yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti, dalam halini adalah etnosentrisme konsumen, citra merek dan keputusan pembelian konsumen

3.2.4.1 Uji Validitas

Sugiyono (2013:363) validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.

Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi diantara masing-masing pernyataan dengan skor total. Adapun rumus dari pada korelasi pearson adalah sebagai berikut :

�= −

( )( )

[ 2−( )2][ 2−( )2]

Keterangan :

r = koefisien korelasi pearson

x = skor item pertanyaan

(64)

N = jumlah responden dalam pelaksanaan uji coba instrument

Uji keberartian koefisien r dilakukan dengan uji t (taraf signifikan 5%).

Rumus yang dilakukan adalah sebagai berikut :

= � (� −2)

1− �2 ∶ = � −2

Keterangan : n = ukuran sampel

r = koefisien korelasi pearson

(65)

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

Berdasarkan hasil pengujian tersebut, dapat diketahui bahwa nilai koefisien berada di atas 0,3 dan berdasarkan ketentuan nilai tersebut menunjukkan bahwa item-item pertanyaan dalam angket adalah valid.

3.2.4.2 Uji Reliabilitas

Susan Stainback (1988) dalam Sugiyono (2013:364) menyatakan bahwa “Reliability is often defined as the consistency and stability of data or findings.

From a positivistic perspective, reliability typically is considered to be synonymous with the consistency of data produced by observations made by

different researchers (eg interrater reliability), by the same researcher at different times (e.g test retest), or by splitting a data set in two parts (split-half).”

(66)

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah Split Half Method (Spearman – Brown Correlation), teknik belah dua. Metode ini menghitung reliabilitas dengan cara memberikan tes pada sejumlah subjek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar (berdasarkan pemilihan genap – ganjil). Cara kerjanya adalah sebagai berikut :

1. Item dibagi dua secara acak (misalnya item ganjil/genap), kemudian dikelompokkan dalam kelompok I dan kelompok II

2. Skor untuk masing – masing kelompok dijumlahkan sehingga skor total untuk kelompok I dan kelompok II

3. Korelasikan skor total kelompok Idan skor total kelompok II 4. Korelasikan skor total kelompok I dan total kelompok II

2Ґb 1 + Ґb

5. Hitung angka reliabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Ґ1 = 2Ґ 1 + Ґ

Keterangan :

Ґ1 = reliabilitas internal seluruh item

Ґb = korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan

kedua

(67)

1. Jika thitung lebih dari atau sama dengan t0,05 dengan taraf signifikan 5 % maka instrumen dinyatakan reliabel dan dapat digunakan

2. Jika thitung kurang dari t0,05 dengan taraf signifikan 5% satu sisi maka instrument dinyatakan tidak reliabel dan tidak dapat digunakan.

Hasil uji validitas dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows.

Sekumpulan Hasil uji validitas dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows.

Tabel 3.5

Standar Penilaian Koefisien Validitas dan Reliabilitas

Kriteria Kriteria Kriteria

Good 0.80 0.50

Acceptabel 0.70 0.30

Marginal 0.60 0.20

Poor 0.50 0.10

Sumber : Barker, et all (2002 : 70)

Berikut adalah hasil pengujian reliabilitas instrument: Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Variabel

Reliabilitas Koefisien

Reliabilitas

Titik Kritis

Kesimpulan

X1 0,685 0.50 Reliabel

X2 0,567 0.50 Reliabel

(68)

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.2.5.1 Rancangan Analisis

1. Analisis Deskriptif atau Kualitatif

Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana pengaruh shopping lifestyle dan display terhadap impulse buying.

Langkah – langkah yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :

1. Setiap indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasi dalam lima alternatif jawaban yang menggambarkan peringkat jawaban.

2. Dihitung total skor setiap variabel / subvariabel = jumlah skor dari seluruh indikator variabel untuk semua jawaban responden.

3. Dihitung skor setiap variabel / subvariabel = rata – rata dari total skor. 4. Unutk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakam statistik

deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel ataupun grafik.

5. Untuk menjawab deskripsi tentang masing – masing variabel penelitian ini, digunakan rentang kriteria penilaian sebagai berikut :

% � �= � � �

� �� � � 100%

(69)

Menurut Umi Narimawati (2007:85), selanjutnya hasil perhitungan perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal dikontribusikan dengan tabel 3.4 sebagai berikut :

Tabel 3.7

Kriteria Persentase Tanggapan Responden

NO % Jumlah Skor Kriteria

1 20.00% - 36.00% Tidak Baik

2 36.01% - 52.00% Kurang Baik

3 52.01% - 68.00% Cukup

4 68.01% - 84.00% Baik

5 84.01% - 100% Sangat Baik

(Sumber : Umi Narimawati, 2007:85) 2. Analisis Verifikatif (Kuantitatif)

Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner akan diolah dengan pendekatan kuantitatif. Terlebih dahulu dilakukan tabulasi dan memberikan nilai sesuai dengan sistem yang ditetapkan. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dengan menggunakan skala ordinal. Untuk teknik perhitungan data kuesioner yang telah diisi oleh responden digunakan skal likert dengan langkah – langkah : yaitu, memberikan nilai pembobotan 5-4-3-2-1 untuk jenis pertanyaan positif. Keseluruhan nilai atau skor yag didapat lalu dianalisis dengan cara :

a) Mengolah setiap jawaban dan pertanyaan dari kuesioner yang disebarkan untuk dihitung frekuensi dan persentasenya.

b) Nilai yang diperoleh merupakan indicator untuk pasangan variabel independen (X) yaitu X1, X2, …..Xn dan variabel dependen (Y) sebagai

(70)

c) Menentukan skala atau bobot dari masing – masing alternatif jawaban seperti diuraikan diatas. Oleh karena itu data yang didapat dari kuesioner merupakan data ordinal, sedangkan untuk menganalisis data diperlukan data interval, maka untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan skala pengukurannya menjadi skala interval melalui “Methode of Successive

Interval” (hays, 1969:39). Dengan rumus sebagai berikut :

1. Mengolah data ordinal menjadi interval dengan interval berurutan untuk variabel bebas terikat. Adapun langkah – langkah untuk melakukan transformasi data adalah sebagai berikut :

a. Ambil data ordinal hasil kuesioner

b. Untuk setiap pertanyaan, hitung proporsi jawaban untuk setiap kategori jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya

c. Menghitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif. Untuk data > 30 dianggap mendekati luas daerah dibawah kurva normal.

d. Menghitung nilai densitas untuk setiap proporsi kumulatif dengan memasukan nilai Z pada rumus distribusi normal.

e. Menghitung nilai skala dengan rumus Method of Succesive Interval

� � �� �� �

= ��� � � �� � � − (��� � � �� � � )

�� �� ��� �� � � − (��� �� �� �� � � )

Keterangan :

(71)

Density at Upper Limit : Kepadatan batas atas Area Under Upper Limit : daerah di bawah batas atas Area Under Lower Limit : daerah di bawah batas bawah

f. Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan menggunakan rumus :

Nilai transformasi = Nilai skala + [nilai skala minimum] + 1.

Menurut Umi Narimawati (2008:5) pengertian analisis regresi linier berganda yaitu:

“Suatu analisis asosiasi yang digunakan secara bersamaan untuk meneliti

pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel tergantung dengan skala interval”

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel bebas atau independen variabel (X) terhadap satu variabel tidak bebas atau dependen variabel (Y) secara bersama-sama. Persamaan Regresi Linier Berganda adalah:

Y =

+β1X1 + β2X2 + ε

Dimana:

Y = variabel dependen X1, X2 = variabel independen Α = konstanta

(72)

3. Analisis Korelasi

Menurut Sujana (1989:152) mengungkapkan bahwa pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel X dan Y, dan dengan menggunakan pendekatan koefisien korelasi Pearson dengan rumus :

�= �( � �)−( �)( )

{�( �2) ()2}{( �2)()2}

Dimana: -1 ≤ r ≤ +1

r = koefisien korelasi

x = Shopping Lifestyle, Display (variabel independen)

z = Impulse Buying (variabel dependen)

n = jumlah responden

Ketentuan untuk melihat tingkat keeratan korelasi digunakan acuan pada tabel tingkat keeratan korelasi:

Tabel 3.8

Tingkat Keeratan Korelasi

0 – 0.20 Sangat rendah

( hampir tidak ada hubungan)

0.21 – 0.40 Korelasi yang lemah

0.41 – 0.60 Korelasi sedang

0.61 – 0.80 Cukup Tinggi

0.81 – 1 Korelasi Tinggi

(73)

4. Analisis Determinasi

Persentase peranan semua variabel bebas atas nilai variabel bebas ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Semakin besar nilainya maka menunjukkan bahwa persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi variabel terikat. Hasil koefisien determinasi ini dapat dilihat dari perhitungan dengan Microsoft/SPSS atau secara manual didapat dari R2 = SS

reg/SStot

Kd = r2 x 100% Dimana :

d = koefisien determinasi r = koefisien korelasi

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakkan sebelumnya, dalam penelitian ini yang akan diuji pengaruh Shopping Lifestyle (X1) dan Display (X2) Impulse Buying (Y) di Matahari Department Store BIP. Berkaitan dengan keberadaan data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sampel, maka hipotesis penelitian ini dapat diterjemahkan secara deskriptif dan verifikatif.

Dalam penelitian ini hipotesis deskriptif yang diajukan sebagai berikut : 1. Pengujian Secara Simultan/Total.

(74)

a. Rumus uji F yang digunakan adalah :

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variable bebas secara bersama-sama dapat berperan atas variable terikat. Pengujian ini dilakukan menggunakan distribusi F dengan membandingkan anatara nilai Fkritis dengan Merekterhadap keputusan pembelian konsumen pada produk Wrangler di Matahari Department Store Bandung Indah Plaza.

H1 ; ρ 0, Terdapat pengaruh Etnosentrisme konsumen dan Citra Merek terhadap keputusan pembelian konsumen pada produk Wrangler di Matahari Department Store Bandung Indah Plaza.

(75)

c. Kriteria pengujian

H0 ditolak apabila Fhitung> dari Ftabel (  = 0,05)

Apabila pada pengujian secara simultan H0 ditolak, artinya sekurang-kurangnya ada sebuah βyxi 0. Untuk mengetahui βyxi yang tidak sama dengan

nol , maka dilakukan pengujian secara parsial.

2. Pengujian Secara Parsial

Melakukan uji-t, untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat hipotesis sebagai berikut :

Rumus uji t yang digunakan adalah :

...,5

Hasilnya dibandingkan dengan tabel t untuk derajat bebas n-k-1 dengan taraf signifikansi 5%.

Kriteria Pengujian

H0 ditolak apabila thitung< dari ttabel(α = 0,05)

Jika menggunakan tingkat kekeliruan (α = 0,01) untuk diuji dua pihak,

maka kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis yaitu sebagai berikut :

(76)

b. Jika Thitung ≤ t tabel maka H0 ada di daerah penerimaan, berarti Ha ditolak artinya anatara variabel X dan Y tidak ada hubungannya.

Dibawah ini adalah gambaran daerah penolakan H0 dan daerah penerimaan H1 :

Gamabar 3.2

Daerah penerimaan dan penolakan Ho

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Gambar 3.1 Desain Peneltian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengucap syukur ke hadirat ALLAH SWT, atas rahmat dan hidayahnya yang telah memberi segala kekuatan kepada peneliti, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

impulse buying sangat memberikan manfaat bagi pelaku ritel, penelitian ini berusaha untuk mengkaji faktor-faktor yang ada di dalam diri konsumen meliputi shopping

Penting bagi pihak Matahari untuk memastikan bahwa penerapan Price Discount dan Store Atmosphere telah dilakukan dengan baik dan tepat sehingga ke depannya dapat secara

Hasil pengujian menunjukkan bahwa Hedonic Shopping Value dan Fashion Involvement tidak berpengaruh terhadap perilaku Impulse Buying pada Matahari Department Store di

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kepada penulis kemudahan dalam proses penulisan skripsi ini, serta penulis mengucapkan terima kasih

Hasil pengujian menunjukkan bahwa Hedonic Shopping Value dan Fashion Involvement tidak berpengaruh terhadap perilaku Impulse Buying pada Matahari Department Store di

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti berniat melakukan penelitian eksplanasi untuk mengetahui “Apakah terdapat pengaruh discount terhadap konsumen Centro Department

Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel Hedonic Shopping Value (X 3 ) yang merupakan variabel dominan dan signifikan terhadap Impulse Buying (Y) konsumen pada Diana