• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Kajian Teoritik

7. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Stratifikasi sosial (kelas sosial) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkatan-tingkatan orang didalam suatu masyarakat dengan anggota masyarakat lain. Tingkatan-tingkatan ini nantinya akan menghasilkan suatu hierarkis berupa kelompok status sosial yang tinggi dan rendah.

Kelas sosial dapat ditunjukkan oleh perbedaan pendapatan yang terjadi pada populasi penduduk. Setiap penduduk mempunyai pendapatan yang berbeda-beda (Amirullah, 2002: 48). Selain pendapatan, kelas sosial juga dapat dilihat dari jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang dan juga fasilitas khusus lain yang dimiliki oleh suatu keluarga. Kriteria yang lazim

digunakan sebagai suatu ukuran relatif yang baik adalah ditentukan oleh nilai- nilai yang ditekankan pada masyarakat tersebut.

Status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok. Status ekonomi merupakan kombinasi dari status sosial dan status ekonomi yang dimiliki seseorang (orang tua siswa) dalam suatu kelompok masyarakat. Soerjono Sukanto (1990: 263) mengatakan bahwa status sosial adalah tempat orang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestise, dan hak serta kewajiban-kewajibannya.

Puspito (1989: 103) menyatakan bahwa kedudukan atau status sosial adalah tempat yang diambil seseorang dalam masyarakat. Tempat yang di maksud adalah kedudukan secara sosio kultural dengan lokasi didalam pikiran orang atau kelompok orang yang tinggal dalam satuan budaya tersebut.

Kedudukan seseorang dalam masyarakat akan mempengaruhi kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, kedudukan sosial ekonomi juga akan mempengaruhi seseorang untuk menuntut ilmu dan mempersiapkan serta melihat masa depannya.

Adanya perbedaan status dalam masyarakat memberikan kesempatan atau fasilitas hidup yang berbeda bagi masyarakat, seperti keselamatan hidup, harta bendanya, standar hidup, kebebasan dan tingkah laku. Disamping itu juga akan memberikan perbedaan dalam memperoleh kesempatan-kesempatan dan menjalani pendidikan (Johnson, dalam

herman Yoseph Sarjimin,2005). Hal ini diartikan bahwa keluarga yang mendapatkan fasilitas, lebih banyak berpeluang untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi pula. Dengan adanya perbedaan dalam hal kemampuan, sebagai akibat perbedaan situasi sosial, maka di sini sekolah dihargai bukan karena nilai pendidikannya saja tetapi sebagai simbol status sosial masyarakat.

Sementara itu, Mulyanto Sumardi (1985: 2) mengatakan bahwa kebutuhan hidup manusia erat kaitannya dengan kebutuhan moral maupun material, baik kebutuhan penting maupun tidak sesuai dengan kemampuan mereka. Menurut Samir Radwan dan Torkel Alfthan (1978: 198) keperluan minimum dari seorang individu atau rumah tangga adalah makan, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan, air dan sanitasi, transportasi dan partisipasi. Untuk me ncukupi kebutuhan tersebut keadaan ekonomi keluarga memegang peranan yang sangat penting.

Keadaan keluarga juga akan berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan anak. Ini dapat diartikan bahwa sikap, cita-cita, minat, motivasi anak terhadap situasi obyek akan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi orang tuanya. (Gerungan, 1988: 181) mengatakan bahwa: ”Dengan kondisi ekonomi keluarga yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak didalam keluarganya lebih luas, ia akan mendapat kesempatan yang lebih luas unt uk mengembangkan bermacam- macam kecakapan yang tidak ia kembangkan apabila tidak ada alat-alatnya”. Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya cukup,

mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kemampuannya daripada anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya rendah. Jadi seorang siswa untuk bisa memasuki suatu sekolah dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi orang tuanya, dan dengan adanya hal ini, maka akan mempengaruhi seseorang atau siswa dalam pemilihan sekolahnya.

Untuk mengukur status sosial ekonomi orang tua, dapat dilihat melalui:

a. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Orang tua adalah setiap orang yang bertanggungjawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga yang dalam kehidupan sehari- hari lazim disebut bapak ibu. Sedangkan tingkat pendidikan orang tua maksudnya adalah tingkat pendidikan formal yang berhasil dicapai orang tua.

Ada beberapa pengertian pendidikan formal yaitu pendidikan yang bentuknya telah terstruktur secara hierarki, bertingkat-tingkat secara kronologis dalam sistem pendidikan.

Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan yang berhasil dicapai orang tua, dalam hal ini adalah jenjang pendidikan formal yang berhasil diselesaikan, yaitu SD, SMP, SMA/SMK, D III, Perguruan Tinggi

b. Jenis Pekerjaan

Bekerja adalah menjalankan suatu kegiatan yang menghasilkan sesuatu, dalam hal ini adalah upah atau gaji tertentu pada setiap bulan, minggu, ataupun hari. Bekerja dapat diseluruh kantor ataupun luar ruangan serta memiliki majikan atau tidak sama sekali. Menurut Biro Pengembangan Sosial Budaya (1973: 12) pekerjaan dibedakan atas: 1) Pekerjaan pokok

Pekerjaan pokok adalah jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang sebagai sumber utama dari penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. Sifat pekerjaan ini adalah tetap. Apabila penghasilan dari pekerjaan pokok ini tidak atau belum mencukupi untuk keperluan hidupnya, maka perlu diusahakan adanya penghasilan lain di luar, yaitu penghasilan tambahan atau sampingan.

2) Pekerjaan sampingan atau sambilan

Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan tambahan atau memperoleh penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari- hari. Sifat pekerjaan sambilan adalah melengkapi pekerjaan pokok. Pekerjaan ini sama halnya dengan pekerjaan pokok yaitu tidaklah sama untuk masing- masing orang. Jenis pekerjaan orang tua siswa adalah aktivitas yang menjadi sebagian besar waktu dan berlangsung menerus.

Yang di maksud dengan jenis pekerjaan dalam penelitian ini adalah pekerjaan yang ditekuni orang tua siswa setiap harinya. Spillane (1982: 14) mengelompokkan pekerjaan atau jabatan dalam 9 golongan sebagai berikut:

a) Golongan A - Mandor - Pedagang - Pegawai Kantor - Pegawai Sipil ABRI - Pemilik Perusahaan/Toko/Pabrik/ Perikanan - Pemilik Bus/Colt - Penggarap Tanah - Pengawas Keamanan - Petani Pemilik Tanah - Peternak - Tuan Tanah b) Golongan B - Buruh Nelayan - Buruh Tani - Petani Kecil - Penebang Kayu c) Golongan C

- ABRI (Tamtama s/d Bintara) - Guru SD

- Kepala Bagian

- Kepala Kantor Pos (Cabang) - Manager Perusahaan Kecil - Pamong Praja - Pegawai Badan Hukum - Pegawai Negeri (gol. Ia s/d Id) - Supervisor/Pengawas d) Golongan D - Meninggal Dunia - Pensiunan

- Tidak Mempunyai Pekerjaan Tetap e) Golongan E - Guru (SLA, SLP) - Jururawat - Pekerjaan Sosial - Kepala sekolah - Kantraktor Kecil - Wartawan - Pegawai Negeri (gol. Iia s/d Iid) - Perwira ABRI

(Letnan II, Letnan I dan Kapten)

f) Golongan F

- Buruh Tidak Tetap - Petani Penyewa - Tukang/Penarik Becak

g) Golongan G - Ahli Hukum

- Ahli Ilmu Tanah/Ahli Ukur Tanah - Apoteker - Arsitek - Dokter - Dosen/Guru Besar - Gubernur - Insinyur

- Kepala Kantor Pos (Pusat) - Kontraktor Besar

- Manager Perusahaan - Menteri

- Pegawai Negeri (gol. IIa ke atas) - Pengarang - Peneliti - Penerbang - Perwira ABRI (Mayor s/d Jendral) - Walikota/Bupati h) Golongan H - Pembantu - Penjual Keliling - Tukang Cuci i) Golongan I - Artis/Seniman - Buruh Tetap - Montir - Pandai Besi/Emas/Perak - Penjahit - Penjaga - Supir Bus/Colt - Tukang Kayu - Tukang Listrik - Tukang Mesin

c. Tingkat Pendapatan Orang Tua

Tingkat pendapatan orang tua adalah pendapatan yang diperoleh orang tua siswa yang bersumber dari sektor formal, sektor informal, dan sektor subsistem dalam waktu satu bulan diukur dengan rupiah. Pendapatan formal adalah pendapatan yang diperoleh melalui pekerjaan dari sektor formal. Pendapatan informal adalah pendapatan yang diperoleh dari sektor informal. Sedangkan pendapatan subsistem adalah pendapatan yang diperoleh dari sektor produksi yang dinilai dengan uang.

Pendapatan orang tua didefinisikan sebagai keseluruhan penerimaan orang tua dari pekerjaan pokok yang merupakan gaji atau upah tetap yang diterima setiap bulan serta penerimaan dari pekerjaan tambahan atau sampingan serta penerimaan lain yang dinilai dengan uang.

Adapun yang di maksud dengan pendapatan atau penghasilan keluarga adalah balas jasa atau balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atas jasa-jasa atau sumbangan seseorang terhadap proses produksi. Sumber-sumber dari pendapatan atau penghasilan antara lain:

1) Usaha sendiri atau wiraswasta misalnya berdagang, berternak atau mengerjakan sawah.

2) Kerja pada orang lain misalnya bekerja kantor ataupun di perusahaan sebagai karyawan pemerintah ataupun swasta.

3) Hasil dari milik sendiri, misalnya penerimaan sewa rumah, bunga dari pinjaman uang.

Penghasilan keluarga yang berupa uang ataupun barang, misalnya tunjangan beras atau fasilitas lain. Selain dari sumber penghasilan tersebut di atas masih ada penerimaan pendapatan yang lainnya, misalnya berupa:

1) Uang pensiun,

2) Sumbangan atau hadiah, 3) Pinjaman atau hutang.

Penghasilan keluarga yang berupa uang masuk pada atau oleh keluarga ini sebagian besar dipergunakan atau dibelanjakan lagi, dimana sebagian dari penghasilan ini digunakan untuk kebutuhan konsumsi. Walaupun demikian pengeluaran tiap rumah tangga atau keluarga sangat-sangat berbeda.

Besarnya jumlah pengeluaran rumah tangga atau keluarga ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1) Besarnya jumlah penghasilan yang masuk 2) Besarnya jumlah anggota keluarga

3) Tingkat kebutuhan hidup

4) Lingkungan sosial ekonomi keluarga

5) Kebijakan dalam pengelolaan atau mengendalikan keuangan d. Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi adalah suatu kondisi kemampuan keuangan yang ada pada masyarakat dalam hal ini khususnya kondisi ekonomi keuangan yang dimiliki oleh sebuah keluarga. Pendapatan keluarga, keadaan ekonomi keluarga dalam masyarakat berada dalam kelas yang berbeda-beda.

Dokumen terkait